You are on page 1of 9

Insan Rabbani

Kiita diperintah Allah SWT untuk menjadi Insan Rabbani. Hal ini tertuang dalam firman Allah, Ali Imran ; 79

artinya jadilah kamu (Insan-insan) Rabbani..


1. Pengertian bahasa

1). Insan

Kata

ialah bentuk mufrad / untuk tunggal, sama dengan katab bentuk jamaknya: dalam al-Baqarah,
60,

seperti dalam An-Nas; ayat 1,

dalam

surat Maryam; 26 dan

dalam surat al-Furqan, 49. Kata digolongkan kepada jenis laki-laki / mudzakar, dan kadang digolongkan kepada jenis perempuan / muannast yang menunjukan pada arti taifah / kelompok masyarakat

Kata Insan Menurut Ibn Madzur ( VII:306 314) dalam Lisan al-Arab dapat diambil dari tiga akar kata. Yaitu ; / Anasa , / Anisa dan / nasia.

Pertama: Kata

/ Anasa, artinya / abshara, / alima,

/istadzana. Kata

artinya, melihat, bernalar, berfikir. Dengan itu dia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dilihat Kata

artinya mengetahui, berulmu, dengan ilmunya manusia bisa membedakan antara yang benar dan salah.

artinya , meminta izin, Ia makhluk beradab, terdorong untuk meminta iziz melakukan sesuatu yang
bukan miliknya Dari kata ini, Insan itu makhluk yang mempunyai daya nalar, berilmu dan beradab

Kedua,

/ artinya / alifaiu wa sakana qlbuhu bihi, artinya ; jinak anisa / tawakhasya artinya buas. (Luwes Maluf : 18).. Dalam Alquran kata
, ini menunjukan lawan kata al-Insu = jinak adalah al-jinnu = buas. Kata

ramah , Sebalik dari

selalu dihubungkan dengann kata

, binatang yang betah tinggal bersama manusia.,

temapat yang membuat

betah ditempati. Orang

oarng yang

yang ramah dalam pergaulan.. Menurut Al-Raghib ( 24

+530) disebut demikian karena Raghib,

yaitu karena banyak keramahannya, dan juga menurut Alia tidak dapat tegak hidup kecuali dengan

bahwa

bersahabat dengan ramah antara satu dengan yang lainnya. Maka dari kata ini, manusia itu makhluk yang bersahabat, ramah dalam pergaulan.

Ketiga,

/ nasia, ialah / dliddu tadzakkara, , yaitu lupa (al-munawwir: (1514), Ibnu

Mandzur menyebutkan, Ada riwayat Ibn Abbas, yaitu :

. ) : (
Ini berkaitan dengan kesadaran diri, manusia lupa, manusia yang hilang kesadaran, karena itu hilang baginya kewajiban terhadap Tuhannya. Dari sini insan itu makhluk yang punya sifat lupa. .

Jika kita ambil makna

dilihat dari sisi bahasa ( akar kata ), artinya

Makhluk yang mempunyai daya nalar, daya fikir yang dengannya dapat maju dan berkembang, Ia berilmu, yang dengan ilmunya dapat membedakan antara benar dan salah. Ia beradab, yang tidak suka merampas, mengambil haq orang lain tanpa izin. Ia ramah dalam pergaluan, bersahabat, yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan lingkungan. Ia kadang lupa, yang tidak selalu ada dalam kebenaran.

Dilihat dari apa yang dijelaskan di atas, maka kata pada manusia. Karena itu kata

itu berkaitan dengan sikaf / prilaku, yang ada

insaniyyah, menurut Raghib (530),


Yaitu, adanya keutamaan, kebaikan dan akhlak yang terpuji.

2) Basyar

Kata lain yang suka diartikan manusia selain

ialah kata

, kata ini digunakan untuk laki-laki

dan perempuan. Baik menunjukan makna satu atau banyak.

Luwes Maluuf ( 1927:36) menjelaskan, arti asal dari kata permukaan kulit kepala, wajah dan tubuh. Kata

ialah tempat tumbuhnya rambut, pada yaitu persentuhan antara kulit

diartikan

laki-laki dan perempuan, yang selanjutnya diartikan = bersetubuh.

Kata 11

menunjukan adanya persamaan umum yang menjadi ciri pokok manusia, Firman Allah :

: . yaitu: 1) berasal dari tanah . :). Suka makan, minum, .


33

2 71

: .
Basyariah, ialah

3). Dan manusia itu akan mati, 34

: .

menunjukan adanya persamaan derajat kemanusia yang dibuat dari tanah, kembali kedalam tanah / mati, dan suka makan dan minum.

Maka dari itu perbedaan istilah

dan

bahwa insaniyyah menunjukan akan adanya

sikaf dan prilaku yang terpuji, yang ada pada manusia, sedangkan Basyariyyah, menunjukan bahwa manusia itu mempunyai ciri poko umum yang sama./ derajat yang sama.

3) Rabbani

Kata

jamaknya . / Kata ini menurut Abu Ubaied dalam Ibnu Al-Jauzi ( I: 413), / , orang faqih dan ahli ilmu.

bukan dari bahasa Arab tapi bahasa Ibraniyyah atau Siryaniyyah, Karena menurutnya Bangsa Arab tidak mengetahui kata Rabbani , Mereka hanya tahu

Ibnu al-Anbari dalam Ibnu al-Jauzi ( I: 413) menyebutkan pendapatnya menurut Ahli Bahasa, bahwa kata Rabbani itu asalnya dari kata

, kemudian dimasuki huruf Alif dan Enun ( ) untuk menunjukan makna


= jenggot, menjadi

mubalaghah, yaitu berlebih / superlatif.. Sama seperti kata tebal. Kata

yang berjenggot

= rambut, menjadi

= orang yang berrambut tebal. Maka kata rabbani artinya

orang yang marifah kepada Allah, berpegang tegung pada agama Allah dan selalutaat padanya.

Di dalam Fath al-Baari ( I: 162 ) disebutkan kata

dinisbatkan pula pada kata

pendidikan . Maka Rabbani, berarti orang yang suka mendidik dan memeri makan orang lain dengan ilmu pengetahuan atau

. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan IbnuArabi dalam Fath al-Bari ( I: 162)

yang menyebutkan

seseorang tidak

dikatakan rabbani sehingga ia berilmu, dengan ilmunya itu ia ajarkan kepada orang lain dan ia pun mengamalkan dari ilmu yang ia ketahui.

Maka arti dari Insan Rabbani secara bahasa, ialah orang yang memiliki daya nalar dan daya fikir, beradab, bersahabat serta ramah dalam pergaulan, marifah kepada Allah, berpegang kepada agama Allah dan selalu taat kepada-NYA, suka mendidik manusia, berilmu, mengamalkan ilmunya serta mengajarkannya.

2. Rabbani dalam Alquran

Di dalam Alquran kata

disebut dalam tiga ayat, dua kali dalam bentuk rafa, yaitu dalam al-

Maidah : 44 , dan 63, dan satu kali dalam bentuk nashab, yaitu dalam Ali Imran: 79.

Pertama. Dalam al-Maidah : 44, dijelaskan Allah tentang Rabbani Bani Israel yang shalih, mereka menghukumi orang-orang Yahudi dengan Kitab Allah yaitu Taurah di saat tidak ada nabi pada mereka. Dan Rabbani itu diperintanh Allah untuk menjaga kemurnian kitab, dan mereka menjadi saksi atas kebenaran al-kitab itu. Hal ini seperti Abdullah bin Salam.( Al-Maraghi: II: Zuj , 6 124)

44

: .
Secara tekstual dari ayat di atas dapat diambil pemahaman bahwa Rabbani itu antara lain ialah orang

yang bersaksi atas kebenaran kitab Allah, menjalankan isinya, serta menjaga keutuhannya.

Kedua. Dalam Al-Maidah : 63, dijelaskan Allah tentang Rabbani itu , yaitu berkaitan dengan teguran Allah terhadap orang Rabbani dari bangsa Yahudi, yaitu pemimpin mereka dalam tarbiyyah dan siasah, juga Ulama alDien / ulama ahli agama, yang membiarkan orang-orang Yahudi berbuat dosa, permusuhan dan makan yang haram. Seharusnya mereka rabbani itu melakukan Amar maruf nahhi munkar , sehingga mereka itu tidak berbuat demikian ( Al-Maraghi : II :Zuj 6 :,150 )

Dari ayat ini, secara tekstual dapat diambil pemehaman, yaitu rabbani yang dikehendaki Allah ialah orang yang berbuat Amar maruf nahyu munkar, yang peduli terhadap lingkungannya.

Sosok rabbani , yang suka melakukan Amar maruf Nahyu Munkar, sangat diperlukan dalam jaman manapun, sekarang atau yang akan datang. Nabi bersabda :Dimana pada suatu masa akan muncul; perempuan suka membantah, para pemuda cendrung pada kejelekan, dan orang meninggalkan perjuangannya / jihad. Sahabat bertanya ; apakah hal itu akan terjadi. Sabda nabi, yang lebih dari itu akan terjadi, yaitu orang meninggalkan amar maruf nahyu munkar, Sahabat pun bertanya lagi seperti pertanyaan pertama. Nabi menjelaskan , yang lebih dari itu juga akan terjadi , yaitu orang memandang dengan pemandangan yang salah, mereka melihat maruf di pandang munkar, dan munkar dipandang maruf. Sahabat bertanya lagi seperti pertanyan semula, dan nabi menjelaskan lagi, yang lebih dahsyat dari itu akan terjadi, yaitu orang berbalik perbuatannya menyuruh kepada yang munkar dan melarang kepada yang maruf. Dan setelah itu akan terjadi fitnah. Dan orang yang tahan uji menjadi bingung.Ini diungkapkan dalam hadits riwayat Abi Dunya, dan Abi Yala, yaitu:

: , . : : , : , , : , : , : . , () ,

Ketiga. Kata rabbani berikutnya (dalam bentuk nashab) terdapat dalam Ali Imran: 79. Yang menjelaskan bahwa tidak ada seseorang yang diberi Allah al-Kitab, Hikmat ( pemahaman dan pengetahuan tentang Kitab dan rahasianya) serta Kenabian, yang menyuruh ummatnya untuk menyembah dirinya, menjadikan sebagai

sembahan. Tapi para nabi itu menyuruh mereka untuk menjadi Rabbani, hal ini karena mereka telah mengajarkan Al-Kitab pada orang lain dan telah membaca serta mempelajarinya sendiri. Sebagaimana firmannya


) 79

:. (

Sekaitan dengan hal di atas al-Maraghi ( I: 195) menjelaskan

itu mereka senantiasa mengetahui,

mentaati dan sekaligus mengamalkan semua perintah Allah. Dan untuk menjadi Rabbani wasilahnya ialah

mempelajari Kitab, dan mengajarkan Kitab serta mempraktekannya dalam


kehidupan sehari hari, dengan cara itu orang akan sampai pada rabbani.

Dan Al-Thabari ( III, 324) antara lain menjelaskan, Rabbani itu orang yang senantiasa memberi santapan (pelajaran) kepada manusia dengan bijaksana serta mendidiknya. Dan Ia pun menyebutkan pendapat Ibnu Qutaibah, orang berilmu yang disibukan dengan mengajar.

Di dalam sebuah hadits Nabi disebutkan :

: . : . :
126 , 1

: . )

Nabi bersabda, siapa yang dikehendaki Allak pada kebaikan, Ia menjadikannya Faqih ( faham), dan hanyalah ilmu itu (diperoleh) dengan belajar. Ibnu Abbas berkata, jadilah kamu orang Rabbani yang sabar murah hati dan yang faqih. Dan dikatakan Rabbani itu yang suka mendidik manusia mulai dari yang kecil lalu pada yang besar. Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Ashim. ( Fath al-Bari : I,162 )

Secara konteks hadits di atas berkenaan dengan perintah menjadi Insan rabbani, Insan rabbani di sini ialah orang yang mendidik manusia, memberi santapan pada mereka dengan ilmu pengetahuan , mulai dari masalah yang kecil / mudah difahami kemudian berpindah kepada masalah yang besar yang sulit dipahami.

Dengan memperhatikan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan Rabbani dalam Ali Imran 79, antara lain dimaksudkan, orang yang membaca, mempelajari Kitab dengan memahami isi dan kandungannya (

) dengan

), kemudian mengamalkan, serta mengajarkannya kepada manusia (

metoda induktif / mulai dari yang kecil kemudian pada yang besar, selanjutnya Ia menjadi / pendidik.

Tersirat dalam ayat di atas, kita diperintah menjadi insan Rabbani, artinya diperintah untuk menyiapkan generasi pelanjut yang selalu belajar, haus ilmu pengetahuan, hingga Ia menjadi pengajar / selanjutnya menjadi pendidik /

yang

Dari ketiga ayat di atas secara konteks dapat dikatakan Insan Rabbani itu ialah orang yang bersaksi atas kebenaran kitab Allah, menjalankan serta menjaga keutuhannya, melakukan amar maruf nahi munkar, selalu mempelajari isi serta kandungan kitab, lalu mengajarkannya pada yang lain, serta menddiknya.

<!--[if !supportLists]--> 3. Rabbani <!--[endif]-->dalam pandangan Mufassir


Para mufassir memberi penjelasan yang tidak jauh berbeda antara yang satu dengan yang lain dalam arti Rabbani. Antara satu pendapat dengan yang lainnya dapat dijadikan sebagai penambah jelas terhadap apa yang dimaksud dengan Rabbani. Pendapat-pendapat tersebut antara lain :

1) At-Thabari (IV : 249 ) menyebutkan, Rabbani ialah orang yang berpengetahuan, arif bijaksana, pandai mengatur urusan manusia dan melakukan kebajikan.

Dan pada bagian lain At-Thabari ( III : 324 ) menjelaskan, mereka

para pemimpin dalam marifah kepada Allah, melaksanakan perintah serta menjauhi larangannya, dan pemimpin dalam taat serta ibadah kepadanya karena mereka lah yang mengajar al-Kitab serta mempelajarinya, sehingga mereka itu menjadi ahli tarbiyyah.

2) Ibnu Al-Jauzi ( II: 364) menyebutkan, mereka itu orang Fakih, ahli ilmu, para pemimpin.


Dalam bagian lain Ibnu Al-Jauzi ( I : 413 ) ialah mereka yang suka memberi santapan kepada manusia dengan ilmu / hikmah, serta mendidiknya.


3) Muhammad Mahnud Hijazi ( I ; 246 ) menyebutkan, Rabbani itu yang berpegang teguh pada agama Allah serta taat kepadanya dengan sebenar-benarnya, mereka mengajarkan al-kitab pada orang lain serta mengkaji dan mempelajarinya


4) Al-Maraghi ( I:195 ) menyebutkan, mereka itu orang berilmu mengenal Allah, dan selalu taan kepadanya

Dan pada bagian lain Al-Maraghi ( II : 15 ) mengatakan, yaitu mereka para pemimpin pendidikan dan politik serta ulama dalam agama


Dengan memperhatikan pendapat dari para mufassir di atas, kiranya dapat diambil kesimpulan bahwa rabbani itu orang yang bermarifah / bertauhid kepada Allah, berpegang teguh pada agama, selalu taat kepada Allah, faqih, alim, arif bijaksana, selalu mengkaji ilmu / kitab, mengajarkan ilmu, mendidik manusia dan melalukan amar maruf nahi munkar.

Dan jika diambil kesimpulan dari pengertian

Insan

dan

Rabbani

dilihat dari sisi bahasa,


Insan

makna konteks ayat serta penafsiran dari para mufassira, antara lain dapat dikatakan

Rabbani itu adalah orang yang bermarifah kepada Allah serta selalu taat beribadah, berpegang pada agama, bersaksi atas kebenaran al-kitab, menjaga keutuhannya, selalu menggali ilmu pengetahuan dengan mengkajinya lalu mengajarkan serta mendidik orang lain, melakukan amar maruf nahyi munkar, menggunakan daya nalar dan

daya fikir, berilmu pengetahuan, beradab, ramah terhadap lingkungan, dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan, dengan menyedari akan dirinya sebagai makhluk Allah yang tidak selalu benar, mempunyai sifat pelupa.

You might also like