You are on page 1of 113

Arti Penting Angka 0

y y

Penulis : Nia March 29, 2010 at 07:59

Angka 0 memiliki arti penting dalam ilmu hitung, serta dalam memaknai dan menilai banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Angka 0 yang dalam bahasa Inggris disebut zero berasal dari bahasa Arab sifr yang bermakna kosong, sehingga angka 0 seringkali diartikan sebagai ketiadaan, kekosongan dan kehampaan dalam diri dan kehidupan manusia. Menjadi tanda kekalahan dalam sebuah pertarungan atau pertandingan, dan sering dianggap sebagai lambang ketidakmampuan seseorang dalam menjalankan peran kehidupan. Meskipun demikian, angka 0 memiliki arti penting dalam mencapai kesempurnaan nilai sesuatu, serta bisa menjadi simbol kemenangan bagi penyucian jiwa. Apa pentingnya angka 0 dalam ilmu hitung? Secara historis, ditemukannya angka 0 pertama kali oleh Muhammad bin Ahmad merupakan sebuah hasil pemikiran mendalam untuk menjawab masalah penghitungan bilangan di masa itu. Menuliskan bilangan dalam jumlah besar, dengan menggunakan angka-angka yang demikian rumit seperti angka Romawi sangatlah sulit. Jumlah bilangan puluhan, ratusan hingga ribuan dalam angka Romawi masih bisa dituliskan dan dihafal bentuknya. Misalnya, X (10), XX (20), C (100), M (1.000). Namun, bila jumlah bilangan jutaan, milyaran, atau triliunan tentu sangat sulit menuliskannya dalam angka Romawi. Karena itu, penemuan angka 0 ini memiliki arti penting dalam penghitungan dan penulisan bilangan. Pemikiran Muhammad bin Ahmad tersebut kemudian dilanjutkan oleh Muhammad bin Musa Al Kwarizmy, seorang tokoh penemu perhitungan Al Jabar yang menjadi dasar ilmu pasti, yang dilahirkan di Khiva (Iraq) pada tahun 780 M. Dia juga berjasa dalam ilmu ukur sudut melalui fungsi sinus dan tangent, persamaan linear dan kuadrat serta kalkulus integral. Tabel ukur sudutnya (Tabel Sinus dan Tangent) menjadi rujukan tabel ukur sudut saat ini. Selain ahli matematika, ia juga ahli geografi, sejarah dan musik. Karya-karyanya di bidang matematika terdapat dalam Kitabul Jama wat Tafriq dan Hisab al-Jabar wal Muqabla. Hasil karya Al-Khwarizmi inilah yang kemudian menjadi rujukan dan mempengaruhi pemikiran para ilmuwan Eropa, seperti Jacob Florence, serta Leonardo Fibonacci yang kemudian lebih dikenal masyarakt dunia sebagai ahli matematika Al Jabar. Penemuan angka 0 ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dunia karena dengan angka 0 tersebut, kini kita dapat dengan mudah menuliskan jumlah bilangan dari yang terkecil hingga yang tertinggi dengan bantuan angka 0.

Filosofi Angka 0
Angka 0 memiliki arti filosofis dalam diri dan kehidupan kita. Pertama, ketika kita mengartikan angka 0 sebagai kelipatan, maka 0 berarti titik tolak untuk melipatgandakan kemampuan kita, serta hasil yang ingin kita capai dari proses upaya yang kita pilih dalam menyikapi dan melakukan sesuatu. Upaya atau cara yang salah bisa menghasilkan kesalahan atau melipatgandakan kerugian. Demikian pula sebaliknya, ketika upaya kita benar atau baik, maka hasilnya adalah kebaikan yang berlipat dan kita menemukan banyak kebenaran. Kedua, dengan adanya angka 0, kita dapat mengenal nilai angka-angka lainnya. Angka 1 akan bernilai lebih besar jika diikuti angka 0 menjadi angka 10. Dalam skala 1-10, angka 10 merupakan nilai yang sempurna. Angka 0 membuat angka 1 lebih bernilai, dan angka 1 bisa

membuat angka 0 ada nilainya, yaitu 0 satuan. Hal ini menunjukkan arti bahwa sesuatu memiliki manfaat, dan kebermanfaatan itu bisa dinilai ketika sesuatu tersebut mampu mengisi kekosongan dan menutupi kekurangan. Tanpa memahami kekurangan, kita tidak akan menggali dan mencari, serta memanfaatkan kelebihan kita untuk menutupi kekurangan tersebut. Tidak akan ada yang sempurna tanpa adanya yang tak sempurna. Nilai manfaat inilah yang menjadikan sesuatu bermakna dan penting dalam hidup kita hingga bisa menyirnakan kekosongan tersebut. Jika kita resapi dan kita hayati, fungsi dan nilai kehidupan kita terletak pada memberi manfaat. Kebermanfaatan atau kebergunaan kita dimulai untuk diri sendiri, keluarga, saudara, sahabat, masyarakat, bangsa dan negara serta agama kita. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain. Ketiga, angka 0 dalam sistem binary berarti tiada. Dalam filosofi agama, angka 0 bisa diartikan sebagai kembalinya diri terhadap penyucian jiwa dan ketulusan hati, sehingga 0 merupakan titik keikhlasan dan penyerahan, mengosongkan dan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Keikhlasan ini menjadi dasar tumbuhnya upaya untuk menjaga hati dari penyakit hati, mengikhlaskan hati untuk memaafkan dan menerima kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam diri dan hidup kita, bahkan memahami kekurangan orang lain.

Arti angka 0 dalam kehidupan sehari-hari


Dalam kehidupan sehari-hari, angka nol memiliki arti dan peran penting dalam hubungan sosial kita, hubungan vertikal dan spiritual kita dengan Allah SWT, serta berperan banyak dalam perhitungan dan penghitungan nilai materi dan keadaan yang kita hadapi. Kita mungkin sering mendengar istilah kembali ke titik nol yang dapat menggambarkan sebuah kondisi keterpurukan, musibah hingga bentuk kepasrahan dan penyerahan atas kehendak terbaik Yang Maha Berkehendak. Hal ini memberikan makna bahwa titik nol tersebut merupakan awal atau bahkan hakikat hidup manusia yang sebenarnya, tidak memiliki apa-apa karena semua yang melekat pada dirinya hanyalah titipan semata-mata saat menjalankan peran kehidupannya. Dengan demikian, angka 0 memiliki arti dan berperan dalam meningkatkan kehidupan ruhani kita. Pada moment tertentu, kita juga mungkin pernah mendengar kalimat dimulai dari titik nol ya Kalimat seperti ini begitu akrab selama bulan Suci Ramadlan dan masa Idul Fitri khususnya sebagai sebuah standar operasional prosedur Pertamina Pasti Pas. Berkaitan dengan hal ini, angka nol dapat kita artikan dan kita makani sebagai kembalinya hati kepada kesucian, memulai kembali hubungan yang terbuka, saling memaafkan dan berupaya untuk tidak saling menyakiti. Angka 0 memili esensi fitrah dan urgensi membuka maaf di hati, memperbaiki setiap kesalahan dengan sesuatu yang lebih berguna dalam mengelola hubungan interpersonal (sosial) dan intrapersonal kita. Tidak salah jika kita persepsikan Ramadlan dan Idul fitri sebagai momentum untuk menginsyafkan dan mengingatkan kita akan pentingnya mengembalikan kondisi hati dan jiwa kita kepada titik nol agar kita mampu memahami hidup dan hati kita secara utuh sebagai makhluk-Nya sepanjang waktu yang diberikan-Nya. Dalam penghitungan sehari-hari, angka nol yang hadir berurutan merupakan sebuah kelipatan, bisa berlipat makin kecil atau makin besar. Misalnya, 0.1, 0.01, 0.001 dan seterusnya, semakin banyak angka 0 di depan angka yang diikutinya, maka semakin kecil nilainya. Sebaliknya, semakin banyak angka 0 mengikuti angka (1,2,3,4,5,6,7,8,9) di depannya baik tunggal maupun tidak, maka semakin tinggi nilainya. Misalnya, dalam sistem keuangan dan penilaian materi, angka 0 yang menempati 6 digit setelah angka 1 di depannya

(1.000.000) tentu lebih besar nilainya daripada 1.000 atau 300.000. Hal ini menunjukkan arti bahwa angka 0 meskipun berarti kosong akan bernilai jika menyertai angka-angka lainnya dan membentuk sebuah kelipatan, baik kecil maupun besar. Dengan adanya angka 0, kita akan memahami arti penting 1,2,3, sehingga kita mampu menghargai, memahami, menyikapi kekurangan dan ketidaksempurnaan sebagai bagian d ari proses kehidupan yang dalam kondisi tertentu memiliki kebergunaan dan kebermanfaatan dalam menjalani kehidupan kita. Semoga.

BAB I PENDAHULUAN

Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) adalah salah satu keluarga palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Tanaman aren bisa tumbuh pada segala macam kondisi tanah, baik tanah berlempung, berkapur maupun berpasir. Namun pohon aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi. Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal pada tanah yang memiliki ketinggian di atas 1.200 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 250 celcius. Di luar itu, pohon aren masih dapat tumbuh namun kurang optimal dalam berproduksi. Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial. Buahnya dapat dibuat kolang-kaling yang digemari oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Daunnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan dan bisa juga sebagai atap, sedangkan akarnya dapat dijadikan bahan obat obatan. Dari batangnya dapat diperoleh ijuk dan lidi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu, batang usia muda dapat diambil sagunya, sedangkan pada usia tua dapat dipakai sebagai bahan furnitur. Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk produksi gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Dalam gambar pohon industri, berikut adalah beberapa produk turunan dari aren yang berpotensi untuk dikembangkan.

Gambar 1.1. Pohon Industri Produk Turunan Aren Gula aren sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu pemanis makanan dan minuman yang bisa menjadi substitusi gula pasir (gula tebu). Gula aren diperoleh dari proses

penyadapan nira aren yang kemudian dikurangi kadar airnya hingga menjadi padat. Produk gula aren ini adalah berupa gula cetak dan gula semut. Gula cetak diperoleh dengan memasak nira aren hingga menjadi kental seperti gulali kemudian mencetaknya dalam cetakan berbentuk setengah lingkaran. Untuk gula semut, proses memasaknya lebih panjang yaitu hingga gula aren mengkristal, kemudian dikeringkan (dijemur atau dioven) hingga kadar airnya di bawah 3%. Jenis yang terakhir ini memiliki keunggulan yaitu berdaya tahan yang lebih lama, lebih higienis dan praktis dalam penggunaannya. Luas area pohon aren yang diusahakan di Indonesia adalah 62.120 ha dengan jumlah produksi 36.991 ton dalam bentuk gula merah. Berikut ini adalah enam Propinsi penghasil aren terbesar di Indonesia.

Gula aren selama ini menjadi sumber mata pencaharian penting bagi para petani di sentrasentra produksinya. Salah satu sentra produksi gula aren di Indonesia adalah di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten yaitu tepatnya di desa Hariang, Kecamatan Sobang. Kabupaten Lebak dikenal sebagai salah satu daerah penghasil gula aren terbesar di Indonesia. Industri gula aren di kabupaten ini menyerap 5.406 tenaga kerja melalui 2.982 unit usaha mikro dan kecil, belum termasuk tenaga kerja di saluran distribusinya. Kapasitas produksi per tahun mencapai 2.249,4 ton yang tersebar di 44 sentra produksi1. (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lebak, 2005) BAB II. PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Usaha Usaha gula aren pada umumnya dilaksanakan oleh para pengrajin sebagai usaha sampingan. Ini karena waktu penyadapan dapat dilakukan pada pagi dan sore hari di luar waktu kerja utamanya. Usaha ini tergolong jenis home industry karena pengerjaannya secara individual di rumah masing-masing pengrajin. Penyadapan biasanya dilakukan oleh para pria, kemudian

proses pemasakan hingga menjadi gula cetak atau gula semut setengah jadi dilakukan oleh para wanita di rumah. Proses produksi gula aren di tingkat petani dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana, yaitu menggunakan kuali, pengaduk dan tungku kayu bakar. Gula aren cetak dari hasil produksi para pengrajin (petani) biasanya langsung dijual ke pasar atau pengumpul yang datang pada hari-hari tertentu. Selain daya tahan yang pendek, gula aren cetak memiliki kelemahan, yaitu tingkat harga yang sangat fluktuatif. Pada saat musim hujan, yaitu ketika pasokan gula aren melimpah, harga bisa jatuh hingga kisaran antara Rp. 3000,- dan Rp. 4000,- per kg. Namun pada saat musim kemarau pasokan gula aren sangat terbatas, sehingga harga dapat naik dari Rp. 9.000,- hingga Rp. 10.000,- / kg. Untuk memasok industri usaha gula aren semut, biasanya pengrajin hanya memproduksi bahan setengah jadi, yaitu gula aren semut dengan kadar air yang masih di atas 5%. Bahan tersebut kemudian dikumpulkan ke sentra produksi oleh para pengumpul. Selanjutnya, gula aren setengah jadi dihaluskan dan dikeringkan kembali hingga kadar airnya di bawah 3%. Proses pengeringannya dilakukan dengan dua cara yaitu dengan panas matahari dan menggunakan oven. Usaha gula aren di lokasi penelitian terkonsentrasi pada suatu sentra produksi. Adanya sentra ini membantu pelaku usaha untuk berkembang dan memudahkan pihak-pihak terkait untuk berkontribusi dalam pengembangannya, misalnya bantuan peralatan (penghancur, oven, loyang penjemur) melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat. Batuan peralatan ini didistribusikan melalui kelompok pengrajin, sehingga pemiliknya adalah kelompok yang bersangkutan/bukan individual. Hasil produksinya kemudian dijual ke pasar dan pedagang besar di kota-kota besar seperti Tangerang dan Jakarta. Sedangkan, keuntungan yang diperoleh dibagikan di antara anggota (pengrajin dan pengumpul) dengan proporsi yang sudah ditentukan. 2.2. Pola Pembiayaan Pada tingkat pengrajin, pembiayaan yang dibutuhkan adalah untuk keperluaan konsumsi daripada usaha. Ini karena usaha gula aren hanya membutuhkan peralatan yang sederhana, seperti: lodong atau bambu sebagai penampung nira aren, kuali, pengaduk, tungku, kayu bakar dan konjor atau cetakan gula aren yang terbuat dari kayu. Peralatan tersebut relatif harganya murah dan atau dapat diusahakan sendiri oleh pengrajin. Sedangkan pinjaman konsumsi dibutuhkan untuk kelangsungan hidup keluarga, terutama pada masa paceklik. Sumber pinjaman biasanya berasal dari pengumpul. Di awal bulan pengumpul memberikan pinjaman kepada pengrajin berupa bahan makanan dan atau uang untuk keperluan hidupnya. Kemudian pengrajin akan membayar pinjamannya dengan gula aren yang dihasilkan. Pengumpul tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu pengumpul murni yang membeli gula aren cetak untuk dijual ke pasar/agen, dan pengumpul yang juga berperan sebagai pengusaha gula aren semut. Pengusaha gula aren semut tersebut memproduksi gula aren semut sebagai produk utama dan gula aren cetak sebagai produk sampingan.

Pada tingkat pengusaha/pengumpul ini, pinjaman yang diperlukan untuk kebutuhan investasi yaitu pengadaan alat-alat produksi dan modal kerja. Tetapi sejauh ini, pengusaha gula aren di Lebak belum memperoleh fasilitas kredit dari bank, baik kredit investasi maupun kredit modal kerja. BAB III. ASPEK TEKNIK PRODUKSI 3.1. Lokasi Usaha Lokasi usaha produksi gula aren sebaiknya berada di dekat sumber bahan baku yaitu nira aren. Hal ini disebabkan daya tahan nira aren hanya tiga jam sebelum menjadi asam akibat proses fermentasi. Oleh karena itu, bahan baku perlu penanganan yang cepat, nira hasil sadapan harus segera diolah menjadi gula cetak. Daerah yang memiliki banyak pohon aren, umumnya menjadi lokasi sentra produksi gula aren baik gula aren cetak maupun gula aren semut. Salah satu sentra produksi yang relatif berkembang ada di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Di wilayah tersebut terdapat 44 sentra produksi yang mampu menghasilkan 2.249 ton per tahun gula aren. 3.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan 3.2.1. Fasilitas Produksi a. Saung/bangunan untuk proses produksi Saung digunakan untuk aktivitas produksi yang ukurannya disesuaikan dengan kapasitas/skala usaha. Kegiatan produksi di saung/bangunan ini adalah proses pemasakan nira aren dan pencetakan gula aren. b. Lahan penjemuran Luas lahan penjemuran disesuaikan dengan skala usaha. c. Tempat penyimpanan gula aren semut yang sudah jadi. 3.2.2. Peralatan Peralatan yang dibutuhkan dalam usaha gula aren relatif sederhana, yaitu: lodong atau bambu sebagai penampung nira aren, kuali, pengaduk, tungku, kayu bakar, saringan nira, golok sadap, pemukul (paninggur), konjor atau cetakan gula aren yang terbuat dari kayu. Sedangkan untuk usaha gula aren yang sudah berskala industri kecil menggunakan alat tambahan berupa nampan aluminium untuk menjemur gula aren semut, mesin penggiling, oven pemanas, mesin pengayak dan alat pengayak manual. 3.3. Bahan Baku Bahan baku utama yang dibutuhkan untuk usaha gula aren adalah nira aren. Perbedaan jenis gula aren yaitu gula cetak dan gula semut karena perbedaan pengolahannya.

Jenis gula aren cetak pengolahan nira dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari kemasaman. Pengolahan gula aren cetak selain bahan baku, juga memerlukan bahan pelengkap yaitu sarang madu yang berfungsi sebagai katalisator untuk mengentalkan nira ketika dipanaskan. Sedangkan untuk gula aren semut, bahan baku selain langsung dari nira aren juga dapat dari gula aren semut setengah jadi. Pada skala industri kecil, umumnya digunakan bahan baku berupa gula aren semut setengah jadi yang diperoleh dari pengrajin dan atau pengumpul. 3.4. Tenaga Kerja Tenaga kerja pada usaha gula aren umumnya berasal dari anggota keluarga dan masyarakat di sekitar lokasi usaha. Tenaga kerja keluarga biasanya dipraktekkan di tingkat pengrajin, yaitu penyadap oleh anggota keluarga laki-laki dan dibantu anggota keluarga perempuan sebagai pemasak nira aren. Pada tingkat skala industri kecil, menggunakan tenaga kerja sebanyak 6-12 tenaga kerja yang berasal baik dari keluarga maupun masyarakat sekitar. Tenaga kerja tersebut dapat digolongkan sebagai tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap yang memproses gula aren semut. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja administratif yang digaji per bulan, sedangkan tenaga kerja tidak tetap dibayar upah sebesar antara Rp. 20.000,- hingga Rp. 30.000,- per hari. 3.5. Teknologi Teknologi usaha gula aren dapat dibagi menjadi 2, yaitu: a. Teknologi Tradisional Teknologi tradisonal digunakan di tingkat pengrajin, yaitu dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Penggunaan alat sederhana berpengaruh pada kapasitas produksi dan mutu yang relatif rendah. b. Teknologi Mekanisasi Teknologi ini umumnya digunakan pada skala industri kecil. Teknologi mekanisasi yang biasanya dipakai antara lain: mesin penggiling, mesin pengayak dan oven pengering. 3.6. Proses Produksi 3.6.1. Proses produksi gula cetak

Proses produksi gula cetak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu langsung dari nira aren atau dari gula semut reject. Proses produksi gula cetak yang menggunakan nira aren biasanya hanya dilakukan di tingkat pengrajin. Sedangkan, di tingkat industri, gula cetak diproduksi dari gula semut reject yaitu gula semut yang menggumpal dan tidak lolos ayakan. Meskipun demikian, secara garis besar proses produksinya tidak ada perbedaan. Proses produksi dimulai dari penyadapan nira, pemasakan nira, pengadukan dan pencetakan gula aren. Penyadapan nira aren biasanya dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Sebelum menyadap, lodong atau bambu penampung diberi sedikit air kapur pada dasarnya yang bertujuan untuk mengurangi resiko rusaknya nira aren akibat pembiakan organisme mikro. Nira hasil sadapan pagi disaring menggunakan ijuk dari pohon aren kemudian dituang di kuali dan dimasak hingga matang agar menjadi gula cetak setengah jadi kemudian disimpan. Tujuan memasak nira sebelum disimpan adalah untuk menjaga daya tahan, karena nira aren mentah hanya tahan 3 jam. Nira yang disadap sore, kemudian dicampur dengan nira pagi yang sudah dimasak untuk kemudian dimasak bersama. Dalam pemasakan nira ini, juga perlu ditambahkan minyak goreng atau minyak kelapa sebanyak 10 gram untuk tiap 25 liter nira. Pada proses memasak, sesekali dilakukan pengadukan. Setelah memasuki fase jenuh yang ditandai dengan terbentuknya buih, pengadukan dilakukan lebih sering hingga nira aren menjadi pekat. Pada fase ini juga dilakukan pembersihan dari buih dan kotoran halus. Kemudian gula aren dicetak di dalam cetakan dari kayu. Sebelum digunakan, cetakan tersebut terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan air kapur dan merendamnya dengan air bersih untuk memudahkan pelepasan gula aren nantinya. Lama pemasakan nira aren hingga dicetak adalah 3-4 jam.

Gambar 3.2. Nira aren dimasak sambil diaduk. Gambar 3.3. Gula aren setelah pekat didinginkan 3.6.2. Proses produksi gula semut Proses produksi gula semut hampir sama dengan gula cetak, perbedaannya adalah gula aren semut proses pemasakan lebih lama dibandingkan pada gula aren cetak. Setelah nira aren yang dimasak berubah menjadi pekat, api kemudian dikecilkan. Setelah 10 menit, kuali diangkat dari tungku dan dilakukan pengadukan secara perlahan sampai terjadi pengkristalan.

Setelah terjadi pengkristalan, pengadukan dipercepat hingga terbentuk serbuk kasar. Serbuk yang masih kasar inilah yang disebut dengan gula aren semut setengah jadi dengan kadar air masih di atas 5%. Gula semut setengah jadi, kemudian dikirim kepada produsen gula semut skala industri kecil di masing-masing sentra produksi. Industri kecil gula aren semut yang terdapat di beberapa sentra industri gula aren di Lebak menerima gula semut setengah jadi dari pengrajin. Gula semut setengah jadi dari pengrajin terlebih dahulu digiling dengan mesin penggiling untuk menghaluskan gula yang masih menggumpal. Setelah penggilingan, gula aren semut diayak sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Ukuran yang umum dipakai adalah 10 mesh, 15 mesh dan paling halus 20 mesh dengan kadar air di bawah 3%.

Untuk memperoleh tiga tingkat kehalusan tersebut, gula yang sudah digiling diayak dengan ayakan dari ukuran yang paling besar terlebih dahulu, yaitu 10 mesh. Gula semut yang tidak lolos pada ayakan ini, yang disebut dengan gula reject. Gula reject tersebut kemudian dimasak kembali hingga meleleh dan mengental untuk dibentuk menjadi gula cetak. Gula semut hasil ayakan pertama, kemudian diayak kembali dengan ayakan ukuran yang lebih kecil, demikian seterusnya hingga ukuran ayakan yang terkecil. Jumlah produksi gula semut dengan tiga jenis kehalusan ini disesuaikan dengan permintaan pasar.

Gambar 3.6. Gula Aren semut diayak berdasarkan ukuran kehalusan Gambar 3.7. Gula Aren semut berdasarkan 3 jenis ukuran kehalusan Selanjutnya, gula semut dengan tiga ukuran ayakan tersebut, kemudian dijemur di bawah panas matahari hingga kadar airnya mencapai di bawah 3%. Jika tidak ada sinar matahari, proses pengeringan dapat dilakukan menggunakan alat pengering, misalnyanya oven pemanas. Gula semut yang sudah kering kemudian dikemas dalam kemasan karung untuk dikirim kepada industri makanan atau pedagang besar dengan kemasan plastik untuk dipasarkan. Secara garis besar alur proses produksi gula aren dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

3.7. Jenis, Jumlah dan Mutu Produksi Usaha gula aren menghasilkan dua jenis produk yaitu gula aren cetak dan gula aren semut. Sedangkan untuk jumlah produksi, baik gula aren cetak atau semut pada skala pengrajin adalah antara 2 10 kg per hari. Sementara, pada skala industri kecil, produksi gula aren per hari antara 200 2.000 kg. Jumlah produksi dipengaruhi oleh musim, dimana saat musim hujan, jumlah nira aren yang dihasilkan lebih banyak dibanding pada saat musim kemarau. Dengan demikian, hasil produksi gula aren musim hujan lebih banyak dari musim kemarau. Tetapi dari sisi kualitas, gula aren musim kemarau lebih baik daripada musim hujan. Hal ini karena kadar air nira musim hujan lebih tinggi dari musim kemarau. Mutu gula aren cetak ditentukan oleh tekstur, aroma dan warna. Namun demikian, tidak ada perbedaan harga untuk perbedaan mutu berdasarkan ketiga variabel tersebut baik di tingkat pengrajin maupun industri kecil. Sedangkan, gula aren semut untuk memenuhi standar industri merujuk pada standar tingkat kehalusan serbuk dan kadar air. Kehalusan serbuk dibagi dalam 3 jenis ukuran, yaitu: 10 mesh, 15 mesh dan paling halus 20 mesh dengan kadar air di bawah 3%. Tingkat kehalusan serbuk gula semut inilah yang menentukan perbedaan harga. Harga gula aren semut ukuran 20 mesh (terkecil) adalah yang paling mahal.

3.8. Produksi Optimum Hasil produksi gula aren di tingkat pengrajin ditentukan oleh musim dan jumlah pohon aren yang dimiliki. Rata-rata seorang pengrajin memiliki 10 60 pohon, dimana hanya sepertiga atau sekitar 4 20 pohon diantaranya yang memproduksi nira. Sementara, sisanya pohon masih muda atau belum berproduksi. Mengingat tidak adanya biaya variabel di tingkat pengrajin gula aren (kayu bakar, minyak kelapa dan nira aren diproduksi sendiri), maka semakin banyak produksi gula aren, keuntungan yang didapat semakin besar. Sedangkan hasil gula aren di tingkat industri kecil, produksi optimum mencapai 2 ton per hari. Hal ini diperhitungkan dari besarnya rata-rata permintaan pasar terhadap produk gula aren di Kabupaten Lebak. 3.9. Kendala Produksi Kendala produksi yang dialami dalam usaha pembuatan gula aren adalah fluktuasi jumlah nira aren yang dihasilkan dan harga. Fluktuasi ini terjadi karena pengaruh musim. Pada saat musim hujan jumlah produksi meningkat tetapi harga produk justru turun, sementara pada musim kemarau terjadi sebaliknya. . Selain itu, pada tingkat industri kecil juga mengalami kendala pengadaan peralatan produksi misalnya oven pengering. Oven ini sangat dibutuhkan terutama pada musim pengujan, dimana produksi sedang tinggi tetapi tidak ada panas matahari sebagai pengering. BAB IV. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 4.1. Aspek Pasar 4.1.1. Permintaan Usaha gula aren di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan untuk dikembangkan. Ini dapat diketahui dari tingginya permintaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, khususnya untuk jenis gula semut, yang seringkali sulit dipenuhi. Berdasarkan survei, sebuah industri kecil dalam sebulan dapat memperoleh pesanan sebesar 15 25 ton. Pesanan tersebut sampai saat ini belum mampu dipenuhi akibat keterbatasan pasokan dan kurangnya modal. Terkait dengan permintaan dalam negeri, kebutuhan gula semut terbesar datang dari industri makanan dan obat yang tersebar di sekitar Tangerang. Sementara untuk pasar lokal, permintaan tertinggi terjadi pada saat dan menjelang bulan puasa Ramadhan. Sedangkan untuk permintaan ekspor, banyak datang dari Jerman, Swiss dan Jepang. 4.1.2. Penawaran Di Indonesia, usaha gula aren banyak dikembangkan di wilayah pegunungan. Berdasarkan data pada tabel 4.2. luas areal tanaman relatif meningkat dari tahun ke tahun sehingga produksi gula aren juga cenderung meningkat.

Perluasan areal tanaman aren dapat diindikasikan sebagai jaminan pasokan bahan baku. Ini juga berarti usaha gula aren dapat berkelanjutan dan berpeluang untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Dengan demikian, dari sisi penawaran berpotensi untuk menaikan produk gula aren sebagai upaya untuk memenuhi permintaan yang cenderung makin tinggi. 4.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Persaingan antar usaha gula aren di lokasi penelitian relatif masih rendah karena jumlah pengusaha gula aren tidak terlalu banyak. Dengan demikian, jumlah penawaran masih lebih rendah dibanding permintaannya, terutama pada saat permintaan tinggi yaitu pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Sebagaimana yang diuraikan pada sub bab 4.1.1 pengusaha seringkali tidak mampu memenuhi permintaan pasar. 4.2. Aspek Pemasaran 4.2.1. Harga Harga gula aren ditentukan oleh musim, dimana musim hujan saat produksi nira melimpah harga turun, sebaliknya saat musim kemarau saat produksi nira sedang berkurang harga naik. Secara umum fluktuasi harga per kg untuk gula aren cetak berkisar antara Rp3000,Rp9000,-, sedangkan gula aren semut berkisar Rp7000,- Rp.10.000,-. 4.2.2. Jalur Pemasaran Produk Gula aren, baik gula aren cetak maupun gula aren semut, dapat dipasarkan melalui beberapa jalur pemasaran. Jalu-jalur tersebut antra lain dapat dilihat pada diagram 4.1 dan 4.2

4.2.3. Kendala Pemasaran Kendala pemasaran yang masih dihadapi oleh pengusaha dalam pemasaran produk gula aren, antara lain: a. Kurangnya akses terhadap informasi pasar, terutama tentang harga, sehingga pengrajin sangat tergantung pada harga yang diberikan oleh pengumpul (posisi tawar pengrajin rendah). b. Masyarakat masih kurang mengenal produk gula aren semut sebagai subtitusi gula pasir tebu. Hal ini menyebabkan gula aren semut lebih dikenal untuk keperluaan industri daripada untuk konsumsi. Padahal, peluang pasar untuk memenuhi kebutuhan pemanis pada pasar konsumsi relatif besar. BAB V. ASPEK KEUANGAN

5.1. Pemilihan Pola Usaha Analisis keuangan ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pengusaha maupun pemerhati usaha gula aren terhadap nilai tambah yang dihasilkan dalam kegiatan usaha ini. Pengusaha dipacu untuk mampu mengembalikan kredit yang diberikan oleh bank dalam jangka waktu yang wajar (3 tahun). Model kelayakan usaha ini merupakan pengembangan usaha gula aren yang telah berjalan dan untuk menumbuhkan kemandirian usaha serta upaya repliaksi usaha di wilayah lain. Pola pembiayaan yang dianalisis adalah usaha gula aren skala industri kecil. Industri yang menjadi contoh adalah usaha gula aren yang dimiliki oleh kelompok tani di desa Hariang, kecamatan Sobang, kabupaten Lebak. Produk utama yang dihasilkan adalah gula aren semut dengan kadar air 3% dan produk sampingan adalah gula aren cetak yang berasal dari gula aren semut yang tidak lolos pad a saat pengayakan. Kapasitas produksi per bulan adalah 12.500kg gula aren semut dan 1.250kg gula aren cetak. 5.2. Asumsi dan Parameter Teknis Asumsi dan parameter untuk analisis keuangan gula aren menjelaskan gambaran umum variabel-variabel yang digunakan dalam perhitungan analisis keuangan. Asumsi tersebut diambil berdasarkan survei lapangan yang dilakukan terhadap industri terkait. Periode proyek adalah lima tahun dimana tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai sekarang (present value) adalah tahun ketika biaya investasi awal dikeluarkan. Dengan menggunakan mesin/peralatan dan jumlah tenaga kerja seperti yang tercantum dalam tabel asumsi, seorang pengusaha setiap bulan mampu memproduksi 12.500 kg gula aren semut dan 1.250 kg gula aren cetak dengan angka rendemen sebesar 92%. Harga gula aren semut rata-rata di pasar lokal sebesar Rp 8.000,- per kg, dan gula aren cetak Rp. 6000,- per kg. Hari kerja selama setahun sebanyak diasumsikan 300 hari (25 hari per bulan). Asumsi dan parameter untuk analisis keuangan gula aren dapat dilihat pada tabel 5.1. Selengkapnya dapat dilihat lampiran 1.

5.3. Komponen dan Struktur Biaya 5.3.1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi secara garis besar terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu: biaya perizinan, sewa tanah dan bangunan, peralatan produksi, peralatan lain, dan kendaraan carry. Biaya perijinan meliputi SIUP, SITU, ijin usaha industri dan wajib daftar perusahaan yang masa berlakunya 5 tahun, sementara untuk ijin Depkes dan NPWP yang berlaku selamanya. Jumlah biaya perijinan total mencapai Rp. 1.750.000,-. Sewa tanah dan bangunan dibayarkan sekaligus selama masa proyek yaitu 5 tahun, karenanya setiap tahun harus dikeluarkan biaya amortisasi untuk komponen sewa tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun ke nol adalah Rp. 259.200.000,-. Komponen biaya investasi berurutan dari yang terbesar adalah sewa tanah dan bangunan yaitu 46,3% dari total biaya investasi pada awal usaha, kemudian diikuti biaya kendaraan carry yaitu sebesar 27%, peralatan produksi yaitu sebesar 25,7% dan sisanya 1% adalah untuk investasi pembelian peralatan lain dan perijinan. Kebutuhan biaya investasi dapat dilihat pada tabel 5.2. Sedangkan, rincian biaya investasi dapat dilihat pada lampiran 2.

5.3.2. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku, bahan pendukung, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, serta biaya administrasi dan umum. Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari untuk produksi gula aren. Jumlah hari kerja dalam setahun adalah 300 hari (asumsi yang digunakan adalah 25 hari kerja per bulan dan 12 bulan kerja dalam setahun). Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai Rp.1.107.017.500,-. Komponen biaya operasional berurutan dari yang terbesar yaitu biaya bahan baku menyerap sebesar 81,3% dari total biaya operasional per tahun, diikuti biaya overhead pabrik yaitu sebesar 13,2% dan 5,5% sisanya adalah biaya bahan pendukung, pemasaran, tenaga kerja serta administrasi dan umum. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Tenaga kerja tetap terdiri dari seorang pimpinan dengan bayaran Rp. 2.000.000,- per bulan, 2 orang tenaga administrasi gaji masing-masing Rp. 800.000,- per bulan. Sedangkan tenaga kerja tidak tetap adalah 3 orang yang masing-masing dibayar dengan upah sebesar Rp. 30.000,- per hari. Jumlah biaya operasional untuk usaha gula aren disajikan pada tabel 5.3. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Besarnya dana modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali siklus produksi. Usaha produksi gula aren mempunyai siklus produksi (dari pembuatan sampai memperoleh penerimaan dari penjualan) kurang lebih selama 25 hari atau 1 bulan. Sehingga kebutuhan dana modal kerja adalah:

Dengan demikian total kebutuhan biaya untuk modal awal usaha gula aren sebesar Rp. 351.451.458,- yang terdiri dari biaya investasi sebesar Rp. 259.200.000,- dan modal kerja awal untuk 1 siklus produksi gula aren (1 bulan/25 hari) yaitu sebesar Rp. 92.251.458,-. Kebutuhan dana investasi maupun modal kerja tidak harus dipenuhi sendiri. Salah satu sumber dana yang dapat dimanfaatkan adalah dana kredit dari perbankan. Diproyeksikan sebesar Rp.210.000.000,- kebutuhan biaya tersebut diperoleh dari kredit bank dan sisanya dari modal sendiri. Kredit bank tersebut dialokasikan untuk biaya investasi sebesar Rp.150.000.000,- dan biaya modal kerja yaitu: Rp 60.000.000,-. Jangka waktu kredit untuk investasi adalah tiga tahun, sedangkan untuk modal kerja satu tahun. Tingkat suku bunga diberlakukan sama sesuai dengan bunga pasar/komersial yaitu 18 % per tahun tanpa masa tenggang. Sistem perhitungan bunga secara efektif menurun. Kebutuhan dana usaha gula aren selengkapnya dapat ditampilkan pada tabel 5.4 dan lampiran 4.

Selanjutnya, pada lampiran 5 menunjukkan kumulatif angsuran (angsuran pokok dan bunga). Pembayaran angsuran baik untuk kredit investasi maupun kredit modal kerja dilakukan setiap tahun.

5.5. Produksi Dan Pendapatan Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, maka kapasitas produksi usaha gula aren selama satu tahun adalah 150.000kg gula aren semut dan 15.000kg untuk gula aren cetak. Harga jual gula aren semut rata-rata sebesar Rp. 8.000,-/kg, sedangkan untuk gula aren cetak Rp. 6.000,-/kg. Dengan demikian, pendapatan yang dihasilkan dari produksi gula aren semut adalah Rp. 1.200.000.000,-. dan gula aren cetak sebesar Rp. 90.000.000,- atau totalnya (kotor) mencapai Rp 1.290.000.000 per tahun. Perhitungan produksi dan pendapatan dapat dilihat pada tabel 5.5 atau lampiran 6.

5.6. Proyeksi Laba Rugi dan Break Event Point Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan merupakan bagian penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Tabel pada 5.6. di bawah ini menunjukkan keuntungan (surplus) selama periode proyek.

Perhitungan proyeksi laba rugi (lampiran 7) menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha saja, telah menghasilkan keuntungan sebesar Rp 93.812.250,-. Laba ini meningkat pada tahun berikutnya karena makin berkurangnya beban angsuran bunga dan mencapai puncaknya ketika kredit lunas setalah tahun ke tiga. Laba rata-rata selama periode proyek mencapai Rp 107.273.250,- per tahun dengan profit margin rata-rata per tahun sebesar 8,32%.

Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan gula aren, maka diperoleh BEP rata-rata selama 5 tahun untuk usaha ini adalah sebesar Rp. 840.680.710,- . Nilai ini sama dengan jumlah BEP rata-rata produksi sebesar 97.754 kg gula aren semut dan 9.775 kg gula aren cetak tiap tahunnya. 5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan produk gula aren semut dan gula aren cetak selama satu tahun, dimana asumsi kapasitas usaha berpengaruh pada besarnya volume produksi yang akan menentukan nilai total penjualan, sehingga arus masuk menjadi optimal. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya modal kerja, biaya operasional termasuk angsuran pokok, angsuran bunga.dan pajak penghasilan. Untuk penghitungan kelayakan rencana investasi dapat menggunakan beberapa metode, diantaranya adalah penilaian B/C ratio, Net B/C ratio, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Pay Back Period (PBP). Sebuah usaha berdasarkan kriteria investasi di atas dikatakan layak jika B/C ratio atau Net B/C ratio > 1, NPV > 0 dan IRR > discount rate. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha gula aren ini menguntungkan karena pada discount factor 18% per tahun net B/C ratio sebesar 1,49 (> 1) dan NPV sebesar Rp. 171.023.442,- (> 0). Dengan nilai IRR 37,75% (> discount rate) artinya proyek ini masih layak dilakukan sampai pada tingkat suku bunga sebesar 37,75% per tahun. Perhitungan kelayakan ditampilkan pada table 5.7. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 Pada tabel 5.7 juga dapat diketahui bahwa jangka waktu pengembalian seluruh biaya investasi/PBP (usaha) adalah 2 tahun 11 bulan. Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari periode proyek yaitu 5 tahun. Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa usaha gula aren Layak dan Menguntungkan.

5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Dalam suatu analisis kelayakan suatu proyek, biaya produksi dan pendapatan biasanya akan dijadikan patokan dalam mengukur kelayakan usaha karena kedua hal tersebut merupakan komponen inti dalam suatu kegiatan usaha, terlebih lagi bahwa komponen biaya produksi dan pendapatan juga didasarkan pada asumsi dan proyeksi sehingga memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi. Untuk mengurangi resiko ini maka diperlukan analisis sensitivitas yang digunakan untuk menguji tingkat sensitivitas proyek/usaha terhadap perubahan harga input maupun output. Dalam pola pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu: 1. Skenario I Pendapatan proyek mengalami penurunan sedangkan biaya investasi dan biaya operasional dianggap tetap. Penurunan pendapatan bisa diakibatkan oleh penurunan harga gula aren, jumlah permintaan yang menurun ataupun jumlah produksi yang menurun. 2. Skenario II Biaya operasional mengalami kenaikan sedangkan biaya investasi dan penerimaan proyek investasi tetap. Kenaikan biaya operasional bisa terjadi karena kenaikan harga input untuk operasional seperti bahan baku, peralatan operasional, dll. 3. Skenario III Skenario ini merupakan gabungan dari skenario I dan skenario II yaitu diasumsikan penerimaan proyek mengalami penurunan dan biaya operasional mengalami kenaikan, sedangkan biaya investasi tetap. Hasil analisis sensitivitas disajikan secara lengkap dalam lampiran 9 11. Pada skenario I, dengan penurunan pendapatan usaha sebesar 6%, usaha gula aren ini masih layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 18%) sebagai berikut: net B/C sebesar 1,12 (> 1), NPV sebesar Rp. 35.062.924,- (> 0), nilai IRR 23,01% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 5 (< periode proyek). Saat pendapatan usaha turun sebesar 7%, usaha gula aren ini sudah tidak layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 18%) sebagai berikut: NPV Rp1.194.644,-, nilai IRR 18,17% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 11 bulan (< periode proyek), tetapi net B/C sebesar 1,00 (= 1) sehingga tidak layak untuk diusahakan.

Pada skenario II, dengan kenaikan biaya operasional sebesar 7%, usaha gula aren ini masih layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 18%) sebagai berikut: net B/C sebesar 1,12 (> 1), NPV sebesar Rp. 36.374.413,- (> 0), nilai IRR 23,21% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 5 bulan (< periode proyek). Ketika kenaikan biaya operasional mencapai 9% maka usaha ini sudah tidak layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 18%) sebagai berikut: net B/C sebesar 0,92 (< 1), NPV negatif, dan nilai IRR 14,42% (< discount rate). Selain itu PBP (usaha) lebih besar dari periode proyek yaitu 5 tahun.

Pada skenario III, pada saat terjadi penurunan pendapatan sekaligus kenaikan biaya operasional masing-masing sebesar 3%, usaha gula aren ini masih layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 18%) sebagai berikut: net B/C sebesar 1,18 (> 1), NPV sebesar Rp. 51.991.231,- (> 0), nilai IRR 25,41% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 2 bulan (< periode proyek)

Hasil analisis sensitivitas di atas menunjukkan bahwa proyek ini lebih sensitif terhadap penurunan pendapatan dibandingkan kenaikan biaya operasional. Dengan memperhatikan kriteria jangka waktu pengembalian investasi (pay back period usaha), proyek ini sensitif pada penurunan pendapatan sebesar 6%, artinya jika penurunan pendapatan lebih besar dari 6% tiap tahunnya proyek ini menjadi tidak layak/merugi. Sedangkan jika dilihat dari perubahan biaya operasional, proyek ini sensitif pada kenaikan biaya operasional sebesar 7% dengan asumsi biaya investasi dan pendapatan tetap. Artinya jika kenaikan biaya operasional lebih besar dari 7% tiap tahun, proyek ini menjadi tidak layak/merugi. Analisis sensitivitas gabungan menunjukkan bahwa proyek ini sensitif pada kondisi terjadi penurunan pendapatan sekaligus kenaikan biaya operasional masing-masing sebesar 3%. BAB VI. ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial Dampak ekonomi dan sosial dari kegiatan produksi gula aren antara lain sebagai berikut: a) Menyediakan lapangan kerja bagi penduduk di sekitar sentra produksi gula aren. b) Meningkatkan nilai tambah yang dihasilkan dan diperoleh pengrajin dan pengusaha gula aren. c) Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan potensi daerah penghasil gula aren. d) Meningkatkan devisa negara melalui ekspor produk gula aren ke luar negeri. e) Mendorong adanya penelitian dan pengembangan teknologi produksi gula aren secara berkesinambungan. 6.2. Dampak Lingkungan Usaha produksi gula aren tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, bahkan menciptakan manfaat bagi lingkungan karena: a) Tidak ada limbah berbahaya yang dihasilkan oleh industri gula aren. b) Perakaran pohon aren sangatlah dalam, sehingga membantu mengangkat unsur hara dari tanah yang dalam ke permukaan yang berakibat pada semakin suburnya tanah disekitarnya.

Itulah sebabnya di sekitar pohon aren, para pengrajin dapat melakukan kegiatan bercocok tanam secara tumpang sari untuk menambah penghasilan. BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan a. Industri kecil gula aren dilakukan secara kelompok oleh masyarakat pengrajin di desa Hariang, kecamatan Sobang, kabupaten Lebak merupakan sumber pendapatan keluarga bagi masyarakat. b. Permintaan dan penawaran gula aren di pasar sangat fluktuatif. Permintaan sangat tinggi pada saat menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Sedangkan penawaran bergantung pada curah hujan. Saat musim kemarau, air nira yang dihasilkan sangat sedikit sehingga gula aren yang diproduksi jumlahnya kecil, dan sebaliknya di saat musim penghujan. c. Daerah yang memiliki banyak pohon aren umumnya menjadi lokasi sentra produksi gula aren baik gula aren cetak maupun gula aren semut. Hal ini karena setelah diambil, nira hasil sadapan harus segera diolah. Mengingat daya tahan nira aren setelah disadap hanya 3 jam sebelum menjadi asam akibat proses fermentasi. d. Terkait dengan replikasi usaha di wilayah lain, sepanjang tersedia bahan baku pohon aren maka usaha gula aren dapat dilakukan. Ini mengingat, usaha gula aren relatif tidak membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus, peralatan yang digunakan sederhana dan hanya membutuhkan modal kecil atau tidak sama sekali jika masyarakat mempunyai bahan bakunya sendiri. e. Berdasarkan analisis kelayakan finansial terhadap usaha produksi gula aren pada tingkat discount rate 15%, diperoleh NPV sebesar Rp. 184.993.036,- (> 0), net B/C ratio sebesar 1,53 (> 1) dan nilai IRR 35,25% (> discount rate). Hasil perhitungan kelayakan usaha tersebut menunjukkan bahwa usaha pengolahan gula aren ini layak dilaksanakan. f. Analisis sensitivitas terhadap perubahan penerimaan menunjukkan bahwa proyek ini sensitif terhadap penurunan pendapatan di atas 7% dan kenaikan biaya operasional di atas 8%. Analisis sensitivitas terhadap perubahan pendapatan sekaligus kenaikan biaya operasional menunjukkan bahwa proyek ini sensitif terhadap penurunan pendapatan sekaligus kenaikan biaya operasional masing-masing sebesar 3% 7.2. Saran a. Investasi peralatan dibutuhkan baik untuk peningkatan kapasitas produksi maupun untuk perbaikan kualitas produk gula aren. Hal ini mengingat peluang pasar domestik maupun ekspor masih sangat terbuka dan sejauh ini belum optimal mampu dimanfaatkan oleh pelaku usaha gula aren. b. Pembiayaan dari lembaga keuangan formal (bank) sangat dibutuhkan untuk pengadaan alatalat baik untuk perbaikan mesin maupun pembeliaan mesin baru. Guna memotivasi pelaku usaha untuk mengakses kredit dari perbankan maka perlu ada skim pembiayaan yang dapat mengakomodir siklus produksi dan nature of business gula aren.

c. Untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu produk yang dihasilkan, maka pengusaha perlu lebih memperdalam pengetahuan mengenai teknik produksi, teknologi, dan informasi mengenai produksi gula aren yang efektif dan higienis. d. Untuk meningkatkan produksi, perlu diadakan pembudidayaan bibit gula aren secara intensif untuk menggantikan pohon aren yang sudah tidak produktif lagi. Selain itu perlu adanya transfer teknologi pengolahan gula aren cetak dan semut melalui pelatihan dan penyuluhan secara berkala dan pengenalan teknologi tepat guna sehingga lebih efisien. e. Untuk memperbaiki pola pemasaran, pengusaha sebaiknya mendapat pelatihan mengenai strategi pemasaran yang baik untuk meningkatkan penjualan produknya dan mendapatkan harga yang baik. DAFTAR PUSTAKA Sumber: Neraca Bahan Makanan, BPS (199996-1999); dan Neraca Bahan Makanan, Deptan (2000-2002). Clive Gray, Pengantar Evaluasi Proyek, Gramedia Pustaka Utama, 2007. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kab. Lebak, Profil Potensi Komoditi Gula Aren. Lebak: 2005. Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis: Manajemen, Metode, dan Kasus, Gramedia Pustaka Utama, 1997. Rachman, Benny, dkk, Kajian Sosial Ekonomi Gula Aren, Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten, Serang: 2005.

Aren
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Enau

Enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) adalah palma yang terpenting setelah kelapa (nyiur) karena merupakan tanaman serba guna. Tumbuhan ini dikenal dengan pelbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatra dan Semenanjung Malaya); kawung, taren (Sd.); akol, akel, akere, inru, indu (bahasa-bahasa di Sulawesi); moka, moke, tuwa, tuwak (di Nusa Tenggara), dan lain-lain. [1] Bangsa Belanda mengenalnya sebagai arenpalm atau zuikerpalm dan bangsa Jerman menyebutnya zuckerpalme. Dalam bahasa Inggris disebut sugar palm atau Gomuti palm. Aren adalah tumbuhan yang dilindungi oleh undang-undang. Pemerian/Deskripsi

Pohon enau Situgede, Bogor, Jawa Barat Palma yang besar dan tinggi, dapat mencapai 25 m. Berdiameter hingga 65 cm, batang pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk, injuk, juk atau duk. Ijuk sebenarnya adalah bagian dari pelepah daun yang menyelubungi batang. Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjang hingga 5 m dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun seperti pita bergelombang, hingga 7 x 145 cm, berwarna hijau gelap di atas dan keputih-putihan oleh karena lapisan lilin di sisi bawahnya. Berumah satu, bunga-bunga jantan terpisah dari bunga-bunga betina dalam tongkol yang berbeda yang muncul di ketiak daun; panjang tongkol hingga 2,5 m. Buah buni bentuk bulat peluru, dengan diameter sekitar 4 cm, beruang tiga dan berbiji tiga, [2] tersusun dalam untaian seperti rantai. Setiap tandan mempunyai 10 tangkai atau lebih, dan setiap tangkai memiliki lebih kurang 50 butir buah berwarna hijau sampai coklat kekuningan. Buah ini tidak dapat dimakan langsung karena getahnya sangat gatal. Kegunaan Pohon enau menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya populer sebagai tanaman yang serbaguna, terutama sebagai penghasil gula. Nira dan gula

Tongkol bunga jantan (kanan) dan yang disadap niranya (sebelah kiri) Gula aren diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai mekar dan menghamburkan serbuk sari yang berwarna kuning. Tandan ini mula-mula dimemarkan dengan memukul-mukulnya selama beberapa hari, hingga keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan di ujungnya digantungkan tahang bambu untuk menampung cairan yang menetes. Cairan manis yang diperoleh dinamai nira (alias legen atau saguer), berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka tahang yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya sehari dua kali pengambilan, yakni pagi dan sore. Setelah dikumpulkan, nira segera dimasak hingga mengental dan menjadi gula cair. Selanjutnya, ke dalam gula cair ini dapat dibubuhkan bahan pengeras (misalnya campuran getah nangka dengan beberapa bahan lain) agar gula membeku dan dapat dicetak menjadi gula aren bongkahan (gula gandu). Atau, ke dalam gula cair ditambahkan bahan pemisah seperti minyak kelapa, agar terbentuk gula aren bubuk (kristal) yang disebut juga sebagai gula semut. Di banyak daerah di Indonesia, nira juga biasa difermentasi menjadi semacam minuman beralkohol yang disebut tuak atau di daerah timur juga disebut saguer. Tuak ini diperoleh dengan membubuhkan satu atau beberapa macam kulit kayu atau akar-akaran (misalnya kulit kayu nirih (Xylocarpus) atau sejenis manggis hutan (Garcinia)) ke dalam nira dan membiarkannya satu sampai beberapa malam agar berproses. Bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak yang dihasilkan dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit. Dengan membubuhkan bahan yang lain, atau dengan membiarkan begitu saja selama beberapa hari, nira dapat berfermentasi menjadi cuka. Cuka dari aren ini kini tidak lagi populer, terdesak oleh cuka buatan pabrik. Nira mentah (segar) bersifat pencahar (laksativa), sehingga kerap digunakan sebagai obat urus-urus. Nira segar juga baik sebagai bahan campuran (pengembang) dalam pembuatan roti.[1]

Kolang-kaling

Buah aren dan kolang-kaling Buah aren (dinamai beluluk, caruluk dan lain-lain) memiliki 2 atau 3 butir inti biji (endosperma) yang berwarna putih tersalut batok tipis yang keras. Buah yang muda intinya masih lunak dan agak bening. Buah muda dibakar atau direbus untuk mengeluarkan intinya, dan kemudian inti-inti biji itu direndam dalam air kapur beberapa hari untuk menghilangkan getahnya yang gatal dan beracun.[1]. Cara lainnya, buah muda dikukus selama tiga jam dan setelah dikupas, inti bijinya dipukul gepeng dan kemudian direndam dalam air selama 10-20 hari. Inti biji yang telah diolah itu, diperdagangkan di pasar sebagai buah atep (buah atap) atau kolang-kaling. Kolang-kaling disukai sebagai campuran es, manisan atau dimasak sebagai kolak. Teristimewa sebagai hidangan berbuka puasa di bulan Ramadhan. Produk lain Sebagaimana nipah dan rumbia, daun pohon enau juga biasa digunakan sebagai bahan atap rumah rakyat. Pucuk daunnya yang masih kuncup (janur) juga dipergunakan sebagai daun rokok, yang dikenal pasar sebagai daun kawung. Lembar-lembar daunnya di Jawa Barat biasa digunakan sebagai pembungkus barang dagangan, misalnya gula aren atau buah durian. Lembar-lembar daun ini pun kerap dipintal menjadi tali, sementara dari lidinya dihasilkan barang anyaman sederhana dan sapu lidi. Seperti halnya daun, ijuk dari pohon enau pun dipintal menjadi tali. Meski agak kaku, tali ijuk ini cukup kuat, awet dan tahan digunakan di air laut. Ijuk dapat pula digunakan sebagai bahan atap rumah, pembuat sikat dan sapu ijuk. Dari pelepah dan tangkai daunnya, setelah diolah, dihasilkan serat yang kuat dan tahan lama untuk dijadikan benang, tali pancing dan senar gitar Batak. Batangnya mengayu di sebelah luar dan agak lunak berserabut di bagian dalam atau empulurnya. Kayunya yang keras ini dipergunakan sebagai papan, kasau atau dibuat menjadi tongkat. Empulur atau gumbarnya dapat ditumbuk dan diolah untuk menghasilkan sagu, meski kualitasnya masih kalah oleh sagu rumbia. Batang yang dibelah memanjang dan dibuang empulurnya digunakan sebagai talang atau saluran air. Dari akar dihasilkan serat untuk bahan anyaman, tali pancing atau cambuk.[1] Ekologi dan penyebaran

Pohon enau mudah tumbuh. Memiliki asal-usul dari wilayah Asia tropis, enau diketahui menyebar alami mulai dari India timur di sebelah barat, hingga sejauh Malaysia, Indonesia, dan Filipina di sebelah timur. Di Indonesia, enau tumbuh liar atau ditanam, sampai ketinggian 1.400 m dpl.. [2] Biasanya banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing sungai. Meskipun getahnya amat gatal, buah enau yang masak banyak disukai hewan. Musang luwak diketahui sebagai salah satu hewan yang menyukai buah enau ini, dan secara tidak langsung berfungsi sebagai hewan pemencar biji enau. Di Bangka, pada masa lalu orang-orang Tionghoa memasang perangkap di bawah pohon enau yang tengah berbuah, untuk menangkap rombongan babi hutan yang berpesta buah enau yang berjatuhan. [1] Perbanyakan Enau atau aren dapat dikembang biakkan secara generatif yaitu melalui bijinya. Agar diperoleh keturunan yang baik, benih sebaiknya diambil dari pohon induk yang memiliki kriteria sebagai berikut :
y

Batang pohon harus besar dengan pelepah daun merunduk dan rimbun. Sampai saat ini dikenal dua macam tanaman aren yaitu Aren Genjah yang memiliki batang agak kecil dan pendek dengan produksi nira antara 10 15 liter/tandan/hari, dan Aren Dalam yang memiliki batang besar dan tinggi dengan produksi nira 20 30 liter/tandan/hari. Untuk kepentingan produksi nira dan turunannya, dianjurkan untuk menggunakan varietas Dalam sebagai pohon induknya. Pohon terpilih harus memiliki produktivitas yang tinggi. Perlu diketahui bahwa tidak semua pohon aren dan tidak semua mayang (tandan bunga) jantan yang keluar (9 11 mayang) menghasilkan nira. Hal ini sangat dipengaruh oleh proses fisiologi tanaman. Calon pohon induk perlu diperiksa produktivitasnya dengan menyadap nira dari mayangjantan pertama atau kedua; jika hasilnya banyak maka pohon itu pantas dijadikan pohon induk. Kemudian pohon induk ini tidak lagi disadap niranya, agar kualitas benih yang dihasilkan tetap baik.

Selanjutnya tahapan penyediaan bibit tanaman aren adalah sebagai berikut:


1. Pengumpulan buah Buah yang digunakan sebagai sumber benih harus matang, sehat yang ditandai dengan kulit buah yang berwarna kuning kecoklatan, tidak terserang hama dan penyakit dengan diameter buah 4 cm. Sebaiknya buah yang diambil adalah yang terletak di bagian luar rakila. Buah aren ini dapat disimpan selama 2 minggu pada karung plastik atau dus untuk memudahkan pemisahan biji (benih) dari kulit. 2. Pengambilan biji dari buah Pengambilan biji dari dalam buah aren harus menggunakan sarung tangankarena buah aren mengandung asam oksalat yang akan menimbulkan rasa gatal apabila kena kulit. Cara lain, yaitu dengan memeram buah-buah aren yang telah dikumpulkan sampai kulit buah menjadi busuk sehingga biji terpisah dengan sendirinya dari daging buah. Dengan cara ini, biji dapat diambil dengan mudah dan kulit buah aren tidak gatal lagi. 3. Perkecambahan Benih disemaikan dalam tempat persemaian dengan media campuran pasir dan serbuk gergaji dengan perbandingan 2:1. Untuk mempercepat perkecambahan, tempurungbiji dapat digosok dengan kertas pasir (ampelas) di bagian punggungnya, tempat keluar apokol, selebar kira-kira 3 mm kemudian biji direndam dalam air agar air meresap ke dalam endosperm sampai jenuh, lalu disemaikan. Benih disiram setiap hari untuk mempertahankan kelembaban yang tinggi sekitar 80%.

Anakan (semai) pohon aren


4. Pembibitan Semai aren yaitu setelah terbentuk apokol yang telah mencapai panjang 3 5 cm dipindahkan ke tempat pembibitan atau ke dalam kantong plastik (polibag) yang berdiameter 25 cm, yang telah diisi bagiannya dengan tanah-tanah lapisan atas yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:2. Bibit bibit yang telah dipindahkan ini memerlukan penyiraman dan naungan agar terhindar dari cahaya matahari secara langsung. Bibit aren dapat dipindahkan (ditanam) ke lapangan setelah berumur 6-8 bulan sejak daun pertama terbentuk.

Rujukan 1 ^ a b c d e Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 447-455. 2 ^ a b Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 139. Phang Wien Ho et al. A Guide to the Botanic Gardens Jungle. Pusat Sains Singapura (1983). ISBN 9971-88-010-5. Pranala luar Kew Palms Checklist: Arenga pinnata Germplasm Resources Information Network: Arenga pinnata Global Compendium of Weeds: Arenga pinnata Fairchild Tropical Botanic Garden: herbarium specimen PACSOA: Arenga pinnata (ms) Gula aren.

AREN (Arenga pinnata)


Sumber: http://x-jungle.blogspot.com/2008/05/aren-arenga-pinnata.html Aren (Arenga pinnata) termasuk suku Arecaceae (pinang-pinangan), merupakan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae). Tanaman aren bisa dijumpai mulai dari pantai barat India, sampai ke sebelah selatan Cina dan kepulauan Guam. Habitat aren juga banyak terdapat di Filipina, Malaysia, Dataran Assam di India, Laos, Kamboja, Vietnam, Birma (Myanmar), Srilanka, dan Thailand (Lutony, 1993). Di Indonesia, tanaman aren banyak terdapat dan tersebar di seluruh wilayah nusantara, khususnya di daerah-daerah perbukitan yang lembab.

Daun tanaman aren pada tanaman bibit (sampai umur 3 tahun), bentuk daunnya belum menyirip (berbentuk kipas). Sedangkan daun tanaman aren yang sudah dewasa dan tua bersirip ganjil. Perakaran pohon aren menyebar dan cukup dalam, sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegah erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20 %. Buah aren terbentuk setelah terjadi penyerbukan dengan perantaraan angina atau serangga. Buah aren berbentuk bulat, berdiameter 4-5 cm, di dalamnya berisi biji 3 buah. Bagian dari buah aren terdiri dari:
y y y

Kulit luar, halus berwarna hijau pada waktu masih muda, dan menjadi kuning setelah tua (masak). Daging buah, berwarna putih kekuning-kuningan. Kulit biji, berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda, dan berwarna hitan yang keras setelah buah masak. Endosperm, berbentuk lonjong agak pipih berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu buah masih muda; dan berwarna putih, padat atau agak keras pada waktu buah sudah masak. Daging buah aren yang masih muda mengandung lendir yang sangat gatal jika mengenai kulit, karena lendir ini mengandung asam oksalat (H2C2O4). Tiap untaian buah panjangnya mencapai 1,5-1,8 m, dan tiap tongkol (tandan buah) terdapat 40-50 untaian buah. Tiap tandan terdapat banyak buah, beratnya mencapai 1-2,5 kuintal. Buah yang setengah masak dapat dibuat kolang kaling. Pada satu pohon aren sering didapati 2-5 tandan buah yang tumbuhnya agak serempak.

Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung), berkapur, berpasir. Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlallu tinggi (pH tanah terlalu asam). Semua bagian pohon aren dapat diambil manfaatnya, mulai dari bagian-bagian fisik pohon maupun dari hasil-hasil produksinya. Hampir semua bagian fisik pohon ini dapat dimanfaatkan, misalnya : akar (untuk obat tradisional dan peralatan), batang (untuk berbagai macam peralatan dan bangunan), daun muda atau janur (untuk pembungkus atau pengganti kertas rokok yang disebut dengan kawung). Hasil produksinya juga dapat dimanfaatkan, misalnya : buah aren muda (untuk pembuat kolang-kaling sebagi bahan pelengkap minuman atau makanan), air nira (untuk bahan pembuatan gula merah atau cuka), pati atau tepung dalam batang (untuk bahan pembuatan berbagai macam makanan atau minuman). Pada prinsipnya, pengembangan tanaman aren di negara kita itu sangat prospektif. Disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri atas produk-produk yang berasal dari tanaman aren, dapat juga meningkatkan pendapatan petani dari usahatani tanaman aren, dan dapat pula untuk melestarikan sumberdaya alam serta lingkungan hidup. Di Indonesia tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 m di atas permukaan laut. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800 m, tanaman aren tetap dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan.

Di samping itu, banyaknya curah hujan juga sangat berpengaruh pada tumbuhnya tanaman ini. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun , yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun. Faktor lingkungan tumbuhnya juga berpengaruh. Daerah-daerah perbukitan yang lembab, dimana di sekelilingnya banyak tumbuh berbagai tanaman keras, tanaman aren dapat tumbuh dengan subur. Dengan demikian dengan demikian tanaman ini tidak membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang hari. Penyadapan nira Nira dihasilkan pohon aren. Nira dihasilkan dari penyadapan tandan bunga jantan. Untaianuntaian bunga jantan lebih pendek dari untaian-untaian bunga betina. Jika untaian buang jantan panjangnya hanya sekitar 50 cm saja, maka untaian bunga betina panjangnya dapat mencapai 175 cm. Persiapan penyadapan merupakan kegiatan yang sangat penting agar dapat memperoleh nira yang cukup banyak dan lama penyadapannya dapat lebih lama. Kegiatan ini terdiri dari pembersihan tandan. Bunga dan memukul-mukul tandan. Pekerjaan ini memang harus dilakukan dengan sabar agar dapat diperoleh hasil yang memuaskan. Pembersihan tandan dilakukan jika bunga jantan belum pecah kulitnya, yaitu dengan membersihkan ijuk yang ada di sekitar tandan dan sekaligus membuang (menghilangkan) dua pelepah daun yang berada di atas dan di bawah tandan bunga. Pembersihan ini dilakukan agar lebih mudah melakikan penyadapan. Setelah di sekeliling tandan bersi, kemudian tandan diayun-ayunkan dan di pukul-pukul agar dapat memperlancar keluarnya nira melalui pembuluh kapiler (pembuluh phloem). Pemukulan dilakukan dengan kayu secara ringan (tidak terlalu keras). Dan tandan jangan sampai terluka. Pengayunan dan pemukulan tersebut dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu dengan selang waktu dua hari. Untuk melihat apakah bunga jantan yang sudah di ayun dan dipukul itu sudah atau belum menghasilkan nira, maka tandan ditoreh (dilukai).jika torehan belum mengeluarkan cairan, maka tongkol perlu diayun-ayunkan dan dipukul-pukul lagi. Jika torehan sudah mengeluarkan cairan, maka sudah siap disadap niranya. Kemudian potonglah tandan bunga tepat pada torehan tersebut dengan sabit atau parang yang tajam. Setelah tandan di potong, kemudian taruhlah sebuah bumbung bambu yang khusus dibuat untuk menampung nira di bawah tandan yang dipotong, atau ujung tandan yang sudah di potong masuk sedikit dalam mulut bumbung. Agar kedudukan bumbung tersebut kuat, maka bumbung harus diikat dengan batang pohon aren atau pangkal tandan. Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam 24 jam). Penyadapan pada sore hari, nira yang tertampung diambil pada pagi hari, dan penyadapan pagi hari niranya diambil pada sore hari. Setiap mengganti bumbung, tandan tempat keluarnya nira harus diiris tipis agar saluran atau pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapt keluar secara lancar. Setiap tandan bunga jantan dapat disadap selama 3-4 bulan, yaitu sampai tandannya habis atau mengering. Sumber: Ir. Hatta Sunanto, BSc, Ms . 1993. Aren

Budidaya dan multigunanya, Kanisius, Yogyakarta

Aren / Enau
Sumber: http://www.kehati.or.id/

Spesies : Arenga pinnata (Wurmb) Merrill Nama Inggris : Sugar palm, Aren palm, Gomuti palm. Nama Indonesia : aren, enau Nama Lokal : Aren (Jawa), enau, kawung (Sunda) Deskripsi : Palem pohon yang tidak bercabang-cabang dan tunggal, mati setelah berbunga, bisa mencapai 20 m.dengan diameter 30-65 cm. Batang ditutupi oleh bekas pangkal tangkai daun dan serat-serat panjang berwarna hitam keabu-abuan. Daun menyirip dengan panjang 6- 10 m, tangkai daun 1-1,5 m dengan pelepah daun pada pangkalnya. Perbungaan berumah satu, tumbuh di antara ketiak daun, merunduk kadang-kadang lebih dari 2 m panjangnya, bunga betina ada di ujung dan bunga jantan tumbuh di bagian bawah batangnya. Buahnya seperti buah batu, bulat sampai bulat telur dengan panjang 5-8 cm, berdaging, terdiri dari 2 3 biji, hitam. Distribusi/Penyebaran : Tumbuh di Asia Tenggara sampai Papua bagian timur, Jepang (P. Ryukyu), Vietnam (Annam) dan Himalaya Timur. Habitat : Sangat baik tumbuh di daerah hangat dengan sinar matahari penuh dan suplai air yang melimpah pada tanah subur. Dapat tumbuh dari pantai 1400 m dpl. Tumbuh liar di hutan primer atau sekunder, banyak dijumpai di sekitar perkampungan.

Perbanyakan : Sudah banyak ditanam di pekarangan, kebun skala kecil sampai besar. Perkebunan aren banyak terdapat di Indonesia terutama di daerah Tasikmalaya, Jawa Tengah, Jawa Timur, sebagian di Kalimantan Timur. Perbanyakan bisa dengan biji atau anakan (seedling) yang dijumpai di bawah pohon induk Manfaat tumbuhan : Semua bagian tumbuhan palem dapat dimanfaatkan untuk banyak produk. Batang mengandung teras pati yang lunak dengan banyak serabut kasar dan berkayu; pati dapat diekstrak dari empulur batang. Produk makanan yang berasal dari pati biasanya untuk membuat makanan khusus seperti `bakso` (Indonesia), dan tempoyak yang dibuat dari palem kumbang (Rynchophorus ferrugineus) yang dibusukkan pada batang-batang yang jatuh dan dapat dimakan secara segar, digoreng atau dikukus. Produk utama lainnya yang berasal dari sadapan tangkai perbungaan adalah sari beraroma manis:nira (bentuk segar) dan toddy (bentuk fermentasi), cuka dihasilkan dari fermentasi yang terus menerus, alkohol dapat disuling dari anggur palem dan khamir yang dibuat dari residu yang disimpan selama fermentasi. Pohon aren dapat menghasilkan gula aren. Gula aren dipakai sebagai bahan pembantu untuk menimbulkan warna, memperkuat ketahanan warna dari pewarna alami. Selain itu gula aren dicampur dengan air dan kapur dipergunakan untuk nyareni. Gula aren juga dipakai untuk memberi warna coklat makanan. Daun-daun muda yang tetap berwarna putih, dimakan seperti kubis.`Kolang kaling` (Indonesia) dibuat dengan memasak endosperma putih dari biji-biji yang belum masak dengan gula. Serabut yang dikumpulkan dari akar, empulur batang, tangkai daun dan disekeliling batang (panjang dan berwarna hitam-kelabu=`ijuk`, Indonesia), dapat digunakan untuk berbagai keperluan misalnya: tali pada kapal, pelindung kayu dalam tanah dan dalam air laut, keranjang, konstruksi atap, untuk mengikat, sikat, sapu, jaring ikan, perangkap dan tikar. Bulu keras dan kuat diantara serabutserabut tipis dekat pangkal daun digunakan sebagai pena, anak panah, suluh, bahan bakar bahan-bahan yang berbau. Sedangkan akar-akar yang tumbuh dari pangkal batang kadangkadang dijadikan papan berserabut untuk pembudidayaan anggrek. Pinak daun digunakan untuk membuat keranjang basket, tangkai daun untuk sapu dan tusuk sate, sedangkan yang masih muda bisa dimakan. Tangkai daun yang besar dapat digunakan sebagai kayu bakar, tongkat dan alat-alat musik.Kayu berwarna hitam dan kuning yang berasal dari batangnya digunakan untuk ubin, peralatan rumah tangga, alat-lat pegangan dan sebagai kayu bakar yang bernilai tinggi. Akar mudanya untuk mengobati batu ginjal, sedangkan yang tua untuk sakit gigi, gula untuk pencahar dan daging yang ada diantara pelepah daun untuk mempercepat pemulihan luka bakar. Di daerah-daerah tertentu gula pohon palem dibayarkan sebagai mas kawin. Sinonim : Arenga saccharifera Labill. Sumber Prosea : 9: Plants yielding non-seed carbohydrates p.53-59 (author(s): Smits, WTM) Kategori : Pewarna alami

Arenga pinnata

Sumber: http://www.worldagroforestry.org/ Species identity;


Taxonomy

Current name: Arenga pinnata Authority: (Wurmb.) Merr. Family: Arecaceae Synonym(s) Arenga saccharifera Labill. Common names (English) : arenga palm, sugar palm (German) : Zuckerpalme (Indonesian) : ejow, gomuti, kaong Botanic description Arenga pinnata is a solitary, unarmed, pleonanthic, monoecious feather palm. The bole is solitary, unbranched and usually reaches a height of 15-20 m, with a diameter of about 30-40 cm. Leaves pinnate, ascending, up to 8.5 m long. Leaflets dark green above and whitish beneath, giving the trees a dirty greenish appearance. The leaf sheaths cover the stem; their margins are fibrous with black hairs. Young leaf sheaths are usually covered on their lower surfaces with an abundance of soft, mosslike white hairs. The first inflorescence arises from a node near the top meristem. Inflorescences appear in descending order from the uppermost leaf axil and continue for about 2 years until the palm is exhausted and dies. Each node bears only one inflorescence. Fruits are yellow when mature, about 5 cm in diameter, with 2-3 seeds each. Ecology and distribution History of cultivation Although the origin of A. pinnata is not known with certainty, it may be from the region of Minahassa in North Sulawesi, Indonesia, in view of the great abundance of this palm at all sites. As early as 1821 it was reported that 439 450 sugar palms were harvested for ijuk (black fibres), yielding as much as 300 000 ropes from a single factory during one month. At that time the sea water-resistant fibres were the main product, as in the extensive sugar palm plantings in Malacca in the 19th century. Its great versatility makes it one of the oldest cultivated plants, and it was probably a source of plant sugar long before sugarcane was cultivated for that purpose. Among the Minahassa, for example, legends about the use of the toddy date back to the time of Toar and Lumimuut, who were the first human beings on earth, according to their traditional belief. Natural Habitat

Native to southeast Asia, occurring in tropical rainforest and dry forest. Usually it grows close to human settlements where anthropic propagation plays a major role. Otherwise it prefers secondary forest at the border of primary rainforests. Geographic distribution Native : Bangladesh, Brunei, Cambodia, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Papua New Guinea, Philippines, Singapore, Sri Lanka, Thailand, Vietnam Biophysical limits Altitude: 0-1 400 m Reproductive Biology This monoecious palm first flowers when around 10-12 years old; however, sometimes it flowers as early as 5-6 years. Maturity is indicated by simultaneous appearance of 2 short leaves at the top of the stem. The average flowering period of an untapped tree is 4-6 years. Propagation and management Propagation methods The best method of producing planting stock is through nursery-raised seedlings from selected seeds. Seeds should be scratched near the germination spot until the brown, inner seed-coat layer becomes visible, then soaked in water overnight. An alternative is a pretreatment in water of around 30 deg. C for 24 hours. The seeds should then be seeded in a clean medium with good aeration, planted with the germination spot downward and covered with a 1-cm layer of sand. The sand should be kept moist at all times. Within 2-3 weeks about 80% of the seeds will have germinated and can be transplanted to any type of container. Direct sowing is possible but seedlings take a long time to establish well and may grow at irregular distances. Untreated seeds freely dispersed show 10-20% germination after 6 months. A. pinnata can also be propagated through suckers. Tree Management Depending on altitude and temperature and to a lesser degree on factors such as soil fertility, climate and competing vegetation, the palms will stay in the rosette stage for 3.5-6 years, and then grow to full size in another 3-9 years. Usually after 5-6 years, the fibres can be collected for the first time and after that, every 2 years. When the palm begins flowering, tapping for the sweet sap can start, but farmers usually wait for the first male flowers. The sap is usually tapped only from male inflorescence stalks, because female inflorescences are said to produce sap of inferior quality, and the more fibrous stalk of the females requires extra effort to prepare. Usually, the closer to the ground the male inflorescence arises, the less sap it produces. One inflorescence can produce about 5 litres of sap a day. An inflorescence of sugar palm can be tapped for 1-2 months, and 2-4 inflorescences may be tapped at a time. Since sago, the starchy layer on the inner part of the trunk, is obtained only by cutting trees, it is usually the last product obtained; trees are usually cut for sago when they are more than 30 years old. As the heavy shade and the dense root system of the sugar palm limit its combination with other crop plants, it is best planted on steeper slopes, easily eroding lands,

or in single or double rows near the boundaries of fields, where it contributes to soil stabilization without taking up considerable land area. Germplasm Management Behaviour of seed in storage is recalcitrant; the seed is short-lived, and only 25% survive for 3 months in open storage. Functional uses Products Food: A. pinnata is a popular plant because of its year-round food production, especially in the dry season when other food is scarce. Its most important product is sweet sap, called saguer, which is used as a drink and as the raw material for sugar production. Fruits contain 6.8% moisture, 7.9% ash, 16.2% crude fibre, 10% crude protein and 1.5% fat. Trees more than 15 years old produce, which people in some parts of Indonesia use like rice as a staple food. A sago-like flour can be ground from the trunk pith and used for cakes, noodles and other dishes. A product typically made from A. pinnata in West Java is kolang kaling, the cooked endosperm of young sugar palm fruits. One infructescence yields about 4 500 endosperms. It is used for a cocktail and local refreshment known as kolak. The stem is a form of sago, which is converted into sugar when the palm first begins to flower. Palm cabbage is eaten raw as a salad or cooked. Apiculture: The flowers are a good source of nectar for honey production. Fuel: Old woody leaf bases as well as the long leaves, can be used for fuel. The hairs found on the base of the leaf sheaths are very good tinder for igniting fire. Fibre: The leaf sheath is a source of a tough, black fibre (gomuti or yonot fibre). It is used chiefly for a durable rope tolerant of both fresh and salt water and of fire; it is used for marine work, thatching and brushes. The split petioles are used for basketry and a form of marquetry. The youngest leaves are sometimes used as cigarette paper. Timber: The very hard outer part of the trunk is used for barrels, flooring and furniture. Posts for pepper vines, boards, tool handles and musical instruments like drums are all made from the wood of A. pinnata. Alcohol: A simple distillation process applied to the fermented sugar sap produces tuak, a beverage containing over 30% alcohol. Poison: The roots of A. pinnata are a useful insect repellent. Medicine: Roots provide medicinal products, such as a tea decoction used to cure bladder trouble. Other products: The pith of the leaf rachis is an ideal shape for use as a drinking cup. Services Erosion control: Root up to 3 m deep and 10 m wide contribute to soil stabilization. Intercropping: Although sugar palm grows very well among larger trees when there is sufficient overhead light, very few plants thrive under it. Coffee and pineapple survive under these palms but hardly yield. The tree has a relatively short life span, which must be considered when promoting it as a species for agroforestry or any programme directed towards its propagation. The life span, however, fits well into the practiced rotation cycles of shifting cultivation in Indonesia, which are usually between 12 and 15 years in traditional systems. Pests and diseases

A. pinnata is rarely attacked by pests or diseases. Bibliography Boland DJ, Brophy JJ, House APN. 1991. Eucalyptus leaf oils, use, chemistry, distillation and marketing. ACIAR/CSIRO. INKATA Press. Melbourne. Hong TD, Linington S, Ellis RH. 1996. Seed storage behaviour: a compendium. Handbooks for Genebanks: No. 4. IPGRI. Mogea J, Seibert B, Smits W. 1991. Multipurpose palms: the sugar palm (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.). Agroforestry Systems. 13:111-129. Perry LM. 1980. Medicinal plants of East and South East Asia : attributed properties and uses. MIT Press. South East Asia. Wickens GE (ed.). 1995. Non-wood forest products 5; Edible nuts. FAO, Rome. Withington D et al. (eds.). 1988. Arenga pinnata: a palm of agroforestry. In: Multipurpose trees species for small-farm use: proceedings. Winrock International/ IDRC.

Aren: Pohon Kehidupan?


Sumber: http://triagrosukses.blogspot.com/ Pohon Aren sudah lama terkenal dengan banyaknya jenis produk yang dihasilkannya, termasuk berbagai jenis obat seperti misalnya akar yang bisa dijadikan obat sakit gigi atau obat untuk menghancurkan batu ginjal. Ada bagian Aren yang dapat dijadikan obat luka bakar dan secara umum nira aren sejak dulu dianggap sebagai minuman berkhasiat, di India dan di berbagai daerah di Indonesia . Namun sekarang ini mulai muncul aspek dari gula Aren yang belum banyak dikenal masyarakat luas. Dari hasil penelitian Yayasan Masarang yang dilakukan oleh Dr.Ir. Willie Smits dan Dr.Ir. Julius Pontoh terungkap efek gula Aren yang luar biasa terhadap kesehatan manusia. Kami telah menganalisa lebih dari 1000 kasus kematian di Tomohon dan coba melihat apa penggunaan gula Aren atau gula putih berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap harapan hidup masyarakat Tomohon. Dan ternyata hasilnya di luar dugaan kami demikian yang disampaikan Dr.Ir. Willie Smits, yang juga ketua Yayasan Masarang dan dosen FMIPA UKIT dan UNSRAT. Memang adanya efek kesehatan dari zat yang terdapat di dalam gula Aren sudah lama diketahui, seperti Vitamin B1, B2, B3, B12, C, serta berbagai jenis asam amino yang penting bagi tubuh seperti leucine, isoleucine, histidine dan lain-lain, dan bahkan gula Aren mengandung inositol dan zat bioaktif lainnya. Tapi baru sekarang kami bisa menunjukkan dengan angka betapa besar efek tersebut. Hal ini diungkapkan Dr.Ir. Julius Pontoh, yang meraih S3nya di Canada di bidang gula, dan saat ini sebagai dosen UNSRAT serta tenaga ahli pabrik gula aren Masarang. Pertama kami masih ragu apakah data kami akurat, tapi setelah dianalisa dengan berbagai cara semua hasil ternyata sangat konsisten dengan hasil penelitian dari literatur ilmiah internasional. Misalnya tikus putih betina yang diberi gula merah hidup 10 bulan lebih lama dibandingkan tikus yang diberi gula putih, yaitu dari 19 bulan menjadi 29 bulan. Tapi tikus jantan rata-rata hanya menambah umur 4.5 bulan. Ternyata hasil yang sama ditemukan jika dibandingkan data laki-laki dan perempuan yang hanya menggunakan gula aren dan yang

menggunakan gula putih. Ternyata perempuan yang menggunakan gula aren hidup rata-rata 11 tahun lebih lama, sedangkan laki-laki tidak sampai begitu lama. Dan secara konsisten juga dari data kami terbukti bahwa secara umum wanita menjadi sedikit lebih tua daripada lakilaki dan efek ini konstan untuk pengguna gula putih maupun gula aren seperti nampak dari grafik ini kata pak Willie, panggilan akrab para petani Aren yang juga ayah dari tiga orang anak. Orang tinggi ini dulunya berkewarganegaraan Belanda dan sudah lama menjadi orang Indonesia terkenal suka berkeliling kebun petani dan bergurau dalam bahasa Toumbulu dengan masyarakat. Pak Willie ternyata sudah lebih dari 25 tahun mendalami penelitian mengenai segala aspek pohon Aren dan katanya pertama-tama tertarik dengan aren karena mas kawin yang digunakannya dulu dibayar dengan pemberian pohon Aren. Produk gula semut Aren sudah diekspor ke Eropa dan diperkirakan pemasarannya akan meningkat sangat tajam dengan adanya penemuan mengenai efek gula Aren terhadap kesehatan manusia. Saat ini kami sudah kembangkan gula Aren yang kadar bioaktifnya lebih tinggi lagi dengan suatu teknik baru yang masih sedang dipatenkan. Apalagi dalam beberapa minggu ini sudah akan beroperasi mesin baru yang dapat menghasilkan jenis gula semut yang lebih baik ini dalam jumlah besar. Demikian yang ditambah oleh Dr. Pontoh. Yayasan Masarang sudah menindaklanjuti hasil penelitian mengakjubkan ini dengan persiapan suatu program pengumpulan data kesehatan dari para lansia di Tomohon. Menurut Dr. Levie Golioth, Kepala Puskesmas Tomohon Timur, kondisi orang di Tomohon umumnya sangat sehat, dan sebagian bisa dijelaskan karena masih sekitar 70% masyarakat berprofesi petani. Memang kelihatan dari data penelitian bahwa petani di Tomohon rata-rata mencapai umur 5 tahun lebih tua daripada orang yang bukan petani. Berarti gaya hidup berpengaruh terhadap harapan hidup, namun efek gula Aren tetap sangat besar jika dilihat khususnya pada kelompok petani yang menggunakan gula Aren dibandingkan gula putih. Sekarang ini kami akan bekerjasama dengan Yayasan Masarang dengan melibatkan berbagai dokter di Tomohon untuk memberi pemeriksaan kesehatan secara cuma-cuma kepada banyak para lansia di Tomohon sambil mempelajari hubungan antara kesehatan dan umur mereka dengan kebiasaan penggunaan gula mereka demikian Dr. Levie.

LIMA PRODUK ANDALAN DARI AREN


Sumber: http://foragri.blogsome.com/lima-produk-andalan-dari-aren/

Aren alias enau (Arenga pinnata) merupakan tanaman asli Indonesia yang penyebarannya mulai dari pantai barat India, Cina bagian selatan sampai ke kepulauan Guam di lautan Pasifik. Dia mampu tumbuh di kawasan dengan ketinggian mulai dari 0 m sd. 1.400 m. dpl. Ada lima produk utama yang dihasilkan tanaman aren. Pertama, bunga jantannya yang disadap akan menghasilkan nira untuk bahan gula merah (palm sugar, brown sugar). Dulu nira aren juga dibuat tuak dan saguer, minuman beralkohol. Di Manado, tuak yang disuling (didestilasi) akan menghasilkan cap tikus minuman yang lebih keras dari tuak. Kedua, buah mudanya (kolang-kaling), adalah menu istimewa untuk kolak saat berbuka puasa. Kolangkaling juga biasa digunakan untuk minuman ronde serta manisan. Karena langkanya kolang-kaling, pada bulan puasa produk ini sering dipalsukan dengan nata de coco yang dicetak (dibentuk) mirip dengan kolang-kaling. Ketiga, ijuknya merupakan bahan tali, atap rumah serta filter resapan air pada bangunan modern. Kelebihan ijuk sebagai filter adalah tidak bisa lapuk. Keempat, batang aren (bagian luarnya) merupakan kayu keras (ruyung) yang juga tahan lapuk. Karenanya, ruyung lazim digunakan sebagai jembatan. Kerangka jembatan biasanya kayu johar (Cassia siamea) yang juga tahan lapuk, lalu ditutup dengan bilah-bilah ruyung. Kayu aren juga sangat populer sebagai tangkai cangkul (joran) dan alu (penumbuk padi dan hasil pertanian lainnya). Kelima, aren juga menghasilkan tepung sagu dari empelur batang menjelang tanaman berbunga. Dan justru produk inilah yang menjadi penyebab terkikisnya tanaman aren. Sebab sebelum tanaman menghasilkan biji untuk perkembangbiakan, sudah terlebih dahulu ditebang. Penebangan aren untuk diambil tepungnya, meningkat tajam intensitasnya pada zaman Jepang (1942 1945), serta sekitar tahun 1960 1966. Pada tahun-tahun tersebut Indonesia mengalami krisis pangan. Karenanya, tepung aren memiliki nilai ekonomis tinggi. Terjadilah penebangan aren secara besar-besaran. Tepung aren bisa untuk bubur, dodol, kue tradisional (jongkong), pengganti nasi beras (ongol -ongol), kerupuk dan soun. Ketika terjadi krisis pangan tersebut, tepung aren dijual di pasar-pasar traisional maupun warung-warung kecil di

pedesaan. Tepung aren dijual dalam bentuk bulatan (bola) sebesar kepalan tangan. Pada tahun-tahun tersebut, hampir semua tanaman sumber karbohidrat termanfaatkan. Aren menjadi alternatif utama karena dari satu batang tanaman dapat dihasilkan tepung sampai ratusan kg. Rendemen aren bisa lebih tinggi dari sagu karena proses penggilingan dan penepungannya dilakukan di pabrik. Pengangkutan dari lokasi penebangan ke jalan raya terdekat dilakukan dengan memotong batang sepanjang 1 m. memberinya pasak kayu sebagai poros di ke dua sisi, lalu menariknya (menggelindingkannya) dengan bantuan bambu. Setiba di jalan yang bisa dilalui truk, batang-batang aren itu dinaikkan untuk diangkut ke lokasi penggilingan. Proses penggilingan umbut aren dan pelarutan hasil gilingan dengan air dan pengendapannya, sama dengan proses penepungan sagu. Sebenarnya selain lima produk utama tadi, tulang daun aren juga menghasilkan lidi kasar yang bisa digunakan untuk sapu, keranjang serta berbagai keperluan. Daun mudanya (kaung), sampai sekarang masih dimanfaatkan sebagai penggulung rokok di Jawa Barat. Dulu, ketika korek api modern belum diproduksi massal seperti sekarang, bulu-bulu halus dan tebal pada pelepah mudanya (kawul), merupakan bahan pembuat api. Caranya, baja dan batu api (titikan), saling dipukulkan hingga menghasilkan percikan api. Percikan tersebut diarahkan ke kawul yang akan segera terbakar. Kawul lalu ditiup-tiup hingga menghasilkan nyala api. Dulu, ketika populasi aren masih sangat banyak, sebenarnya masyarakat juga sudah memanfaatkan tepung batang aren. Hanya saja, penebangan dilakukan sangat selektif untuk tujuan penjarangan. Karenanya, populasi tanaman di alam tetap banyak, hingga terjadi keseimbangan antara tanaman yang ditebang serta mati tua, dengan tanaman muda yang tumbuh secara alami. Penyusutan populasi tanaman aren di alam, sebenarnya juga disebabkan oleh pemanfaatan biji kolang-kaling. Karena nilai ekonomisnya tinggi, maka satu tandan buah aren akan dipotong semua untuk diambil kolang-kalingnya. Pengambilan kolang-kaling dilakukan pada saat buah aren masih sangat muda. Seperti halnya pada pengambilan kelapa maupun siwalan (lontar) muda. Akibatnya tidak akan pernah ada buah yang menjadi tua untuk regenerasi. Sebelum zaman Jepang, ketika populasi aren masih banyak, pengambilan kolang-kaling muda pasti masih menyisakan tandan-tandan yang akan dibiarkan menjadi tua. Setelah masak, buah kolang-kaling akan menjadi santapan musang. Musang sangat senang akan buah kolang-kaling yang berwarna kuning ini. Meskipun kulit dan daging buah ini mengandung kristal oksalat yang akan menimbulkan rasa gatal luar biasa pada kulit manusia. Di dalam lambung dan usus musang, biji kolang-kaling terfermentasi dengan sempurna dan akan tetap utuh sampai menjadi fases. Kotoran musang dengan biji kolang-kaling tua ini akan tersebar ke mana-mana lalu tumbuh menjadi individu tanaman baru. Begitulah cara aren berkembangbiak. Hingga orang tua-tua selalu mengajarkan bahwa musanglah yang telah menanam aren. Selain karena kolang-kaling yang habis dipetik muda, musang sebagai alat fermentasi serta penyebar biji pun, populasinya juga menyusut tajam bahkan di beberapa tempat sudah punah. Akibatnya, regenerasi aren juga terhambat atau terhenti sama sekali. Balai Penelitian Kelapa (Balitka) dan Dinas Pertanian Jawa Barat, pernah mencoba meneliti kemungkinan untuk menyemai biji aren secara massal lalu menyebarkan tanaman hasil semaian ini ke masyarakat untuk penghijauan. Ini merupakan satu-satunya cara mengembalikan populasi aren yang sekarang ini telah menyusut tajam dan nyaris punah. Sebagai penghasil gula merah, aren memiliki potensi yang jauh lebih tinggi dari kelapa maupun lontar. Pertama, karena secara keseluruhan, hasil nira dari pohon aren, lebih tinggi dari kelapa dan lontar. Kedua, volume nira dari satu bunga aren yang bisa mencapai 10 liter dalam 24 jam, juga lebih tinggi dibanding kelapa dan lontar yang hanya sekitar 3 liter per 24

jam. Penyadapan nira aren juga lebih mudah karena yang diiris adalah tangkai bunganya. Sementara pada kelapa dan lontar yang diiris adalah malai bunganya (manggar). Makin tahun, pohon kelapa dan lontar akan tumbuh makin tinggi. Hingga penyadapan akan makin susah. Tanaman aren, setelah mencapai ketinggian tertentu akan berhenti tumbuh (tidak lagi bertambah tinggi). Pada saat itulah bunga betina akan keluar dari pangkal pelepah tertinggi, disusul oleh bunga jantan pada pelepah di bawahnya. Bunga betina akan menjadi buah (kolang-kaling) dan bunga jantan bisa disadap untuk menghasilkan nira sebelum terlanjur mekar. Selanjutnya, bunga jantan ini akan keluar secara terus-menerus sepanjang tahun, pada ruas-ruas bekas pelepah di bawahnya. Hingga pada akhir hayatnya, tanaman aren akan mengeluarkan bunga jantan pada ruas bekas pelepah paling bawah yang tingginya satu sampai dua meter dari permukaan tanah. Selanjutnya tanaman akan mati. Aren seperti halnya gebang, adalah palem tunggal yang periode hidupnya terbatas. Beda dengan kelapa dan lontar yang akan tumbuh terus, hampir tanpa batas. Juga beda dengan sagu dan nipah yang merupakan palem berumpun dan berkembangbiak dengan anakan. Karena ketinggiannya terbatas, penyadapan aren jauh lebih mudah, tetapi dengan hasil nira yang lebih banyak dari kelapa maupun lontar. Setelah mati pun, aren masih menghasilkan kayu yang kualitasnya tidak ada duanya. Meskipun volume kayu aren ini sangat kecil. Sebab dari sekitar 50 cm diameter batang aren, bagian pinggir yang keras itu hanyalah setebal 5 sd. 7 cm. Pada bagian pangkal batang, ketebalan ruyung ini bisa mencapai lebih dari 10 cm. Kualitas ruyung bagian pangkal batang juga lebih bagus, lebih padat dan keras. Makin ke atas, ketebalan ruyung makin berkurang. Pada bagian paling ujung, ketebalan ruyung hanya sekitar 3 sd. 4 cm, dengan kualitas yang lebih rendah. Kayu aren mirip dengan kayu kelapa, terdiri dari serat-serat dengan diameter 2 mm. yang satu sama lain terekat dengan sangat kuat. Rekatan serat-serat ruyung yang berasal dari bagian pangkal batang, sangat kuat dan rapat. Makin ke atas, rekatan ruyung ini makin longgar. Warna serat ruyung adalah hitam, hingga untuk bahan meubel pun sebenarnya memiliki keindahan yang luarbiasa. Kayu aren memiliki kelas keawetan dan kekuatan setara dengan kayu ulin. Sayangnya, dari satu batang aren, volume ruyungnya sangat sedikit. Sebab bagian tengah batang yang sekitar 80% dari volume totalnya, merupakan gabus dengan serat-serat kasar yang kosong. Pada waktu batang aren belum berbunga, bagian gabus ini penuh dengan pati. Pati inilah yang oleh tanaman akan diubah menjadi gula dan dikeluarkan secara bertahap dalam bentuk nira aren. Hasil aren yang tidak ada duanya adalah ijuk. Produk ini merupakan khas hasil tanaman aren. Ijuk adalah serat pada pangkal pelepah daun yang terjalin melingkari batang. Ijuk berguna untuk melindungi bagian pucuk tanaman yang masih sangat muda. Serat ijuk berwarna hitam dan tidak bisa lapuk. Tali ijuk memiliki kekhasan karena bisa mengikat erat bambu utuh. Tali-tali lain, misalnya tali dari serat sabut kelapa, serat kulit kayu, serat rami atau serat sintetis (plastik) tidak pernah bisa mengikat bambu utuh. Hingga bangunan-bangunan kuno yang terbuat dari bambu, pasti menggunakan tali ijuk. Serat aren ini juga digunakan sebagai atap rumah. Model atap tumah minangkabau asli, selalu beratapkan ijuk. Demikian pula halnya dengan perumahan Badui Dalam. Pada bangunan-bangunan modern, ijuk berfungsi sebagai filter pada sumur resapan. Termasuk lapangan-lapangan golf selalu memanfaatkan ijuk untuk menyaring endapan lumpur agar tidak hanyut (larut) bersama dengan aliran air. Meskipun bisa tumbuh baik mulai dari ketinggian 0 m. sd. 1.500 m. dpl; aren baru akan tumbuh optimal di dataran menengah, mulai dari 200 m. sampai dengan dataran tinggi 1.000 m. dpl.

Terutama aren cocok untuk ditanam di lereng-lereng terjal serta jurang-jurang yang curam. Hingga tanaman ini, bersamaan dengan bambu, sangat cocok untuk penghijauan di pegunungan di Jawa. Kalau bambu dan juga aren ini dimanfaatkan, maka masyarakat bisa memperoleh pendapatan dari nira, ijuk, tepung, kolang-kaling dan ruyung, sementara kawasan tersebut akan selamat dari bencana tanah longsor. (R) ***

Pengembangan Aren Yayasan Masarang


Sumber: http://www.masarang.net/aren-a.htm
y y y y y y y y y

Pengembangan Aren untuk menangani kemiskinan, lapangan kerja, lingkungan hidup, energi, substitusi gula dan masalah sosial Tumbuh di mana saja di Indonesia , dari permukaan laut sampai 2000 meter dapl dan di berbagai jenis tanah Tidak ada hama atau penyakit yang berarti dan manfaatnya 60 jenis produk dari Aren dikenal luas Tumbuh secara alami di lahan kritis, tahan api dan mencegah erosi dengan akar yang dalam dan rapat Produk utama : Energi Produk2 utama berasal dari fotosintesa: Gula, Ethanol, Kayu, Ijuk, Sagu Artinya jika Aren telah tumbuh tidak lagi butuh pupuk dan produksi justru naik Indonesia tahun 2005 impor 1.8 Juta ton gula dan mengimpor banyak minyak Sambil menyelesaikan dua masalah ini Aren mampu menciptakan banyak sekali lapangan kerja melalui energi surya ini

Jadi kenapa Yayasan Masarang mengembangkan pabrik gula Aren?:


y y y y y

Untuk mengurangi kemiskinan Untuk menciptakan jutaan lapangan kerja Untuk pelestarian lingkungan hidup Untuk substitusi impor gula Untuk mengurangi impor minyak

Jadi kenapa belum dipakai?


y y y y y y y

Gula Aren belum ada standar2 resmi Belum pernah diproses menjadi gula kristal Pohon tersebar di mana2 di kebun rakyat Pasaran lokal hasil aren terbatas Teknik penyadapan maupun sumber benih sangat menentukan hasilnya Teknologi pembibitan masih baru Bibit unggul hanya di SULUT dan SUMUT

Jusuf Kalla: Teknologi Tinggi Kurangi Jumlah SDM


Kunjungi Industri Pati Aren

Sumber: http://www2.kompas.com/Rabu, 28 Mei 2003 Klaten, Kompas Penggantian teknologi tradisional menjadi teknologi tinggi dengan mesin akan mengurangi jumlah sumber daya manusia serta perannya dalam usaha kecil dan menengah (UKM). Salah satu pemecahannya, UKM harus tetap memakai teknologi yang ada, sehingga bisa menyerap SDM lebih banyak. Demikian diungkapkan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Jusuf Kalla, Selasa (27/5), saat berkunjung ke Koperasi Industri Pati Aren Yakin Maju di Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten. Persoalannya, kalau mereka dikasih teknologi lebih baik dengan ditambah modal tinggi, apakah dengan ongkos baru itu harga bisa tetap? Kalau dikasih teknologi lebih tinggi, pasti akan mengurangi tenaga kerja manusia, kata Jusuf Kalla. Salah satu pemecahan permasalahan teknologi ini, lanjut Menko Kesra, dengan menambah peralatan mesin pengering modern bila musim hujan tiba. Selama ini proses pengeringan tepung pati aren masih mengandalkan sinar matahari. Kalla juga mengkhawatirkan bila menggunakan teknologi, berbagai macam produksi aren yang diolah menjadi tepung pati aren (tepung hunkwee), mi soun, dan pati basah akan menjadi mahal harganya dan tidak laku. Selain itu, tenaga kerja yang dibayar Rp 10.000 per hari juga akan dipecat dan malah menimbulkan pengangguran. Meskipun begitu, lanjutnya, perbankan hendaknya berperan membantu permodalan UKM agar bisa mengembangkan usahanya dengan mempertahankan teknologi yang ada. Perbankan harus terjun ke bawah. Perbankan sekarang ini harus lebih memperhatikan usaha kecil seperti ini dan jalannya teknologi tetap seperti ini, katanya lagi. Lurah Daleman Madi Hartono mengungkapkan, selama ini yang menjadi kendala anggota koperasi yang berjumlah 22 orang itu adalah terbatasnya permodalan, belum adanya mesin

untuk penghancur batang aren dan belum adanya jaringan telekomunikasi. Ini menyulitkan perajin untuk memasarkan hasil produknya. Harga mesin penghancur batang aren sangat mahal, yaitu sekitar Rp 1,5 miliar. (sie)
Aren dan Prabowo

Prabowo Akan Buka Empat Juta Hektare Aren


Sumber: http://www.antara.co.id/arc/2009/3/10/prabowo-akan-buka-empat-juta-hektarearen/; 10/03/09 16:53 Jakarta (ANTARA News) Calon presiden (Capres) dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto di Jakarta, Selasa, meluncurkan delapan program aksi untuk memakmuran rakyat, termasuk membuka dua juta hektare lahan sawah baru dan empat juta hektare lahan aren. Delapan program aksi yang diluncurkan meliputi penjadwalan pembayaran utang luar negeri, menyelamatkan kekayaan negara untuk memberantas kemiskinan, melaksanakan ekonomi kerakyatan sesuai Pasal 33 UUD 1945, pemberdayaan pedesaan, memperkuat sektor usaha kecil dan memandirikan pengelolaan dan pemanfaatan energi dan sumber daya alam. Pembukaan lahan sawah baru dan lahan untuk pohon aren itu merupakan bagian dari program ekonomi kerakyatan. Menurut Prabowo, apabila satu hektare lahan sawah baru menyerap enam tenaga kerja, maka 12 hektare lahan sawah akan menyerap 12 juta orang. Begitu juga apabila untuk membuka satu hektare lahan aren membutuhkan enam tenaga kerja, maka untuk 4 hektare lahan aren akan mampu menyerap 24 juta tenaga kerja. Hal ini akan sangat penting untuk menyerap tenaga kerja serta memberdayakan petani. Lahan sawah diarahkan untuk meningkatkan produksi beras nasional, sedangkan pohon aren akan sangat penting untuk kebutuhan ethanol yang bisa diolah menjadi bahan bakar. Kebutuhan aren di dunia akan terus meningkat sering dengan meningkatnya diversifikasi bahan bakar. Pembukaan lahan aren sedang digencarkan Brazil, Kolombia dan Tanzania. Di negara-negara tersebut, aren akan menjadi bahan baku utama bahan bakar. Karena itu, jutaan hektare lahan aren sedang dibuka. Bibitnya darimana? Dari Minahasa (Sulawesi Utara). Ironis kalau Indonesia mengabaikan perlunya mengembangkan pohon aren, katanya. Prabowo mengemukakan, selama 10 tahun terakhir, kemandirian bangsa cenderung menurun. Sektor pertanian yang semestinya menjadi andalan, justru dipinggirkan sehingga berbagai produk pertanian tidak bisa menghasilkan untuk kepentingan masyarakat maupun negara.

Indonesia hanya mampu mengandalkan ekspor produk mentah dan tidak mampu menghasilkan produk olahan. Indonesia sebenarnya produsen coklat dan karet terbesar di dunia. Tetapi pabrik coklat terbesar justru di Singapura dan Malaysia. Begitu juga kita kita punya pabrik pengolah karet sehingga harus mengimpor ban kendaraan, kata Prabowo yang pada saat itu memperkenalkan tim ahlinya, termasuk mantan Dirut Pertamina Widya Purnama dan mantan staf ahli menteri pertanian Dr Rahmat Pambudi. Prabowo mengemukakan, turunnya kemandirian bangsa selama 10 tahun terakhir menyebabkan tidak adanya akumulasi kekayaan nasional. Sebaliknya, justru terjadi aliran kekayaan ke luar negeri. Hal itu mengindikasikan bahwa sebenarnya tidak tercapai kesejahteraan, katanya. Terjadinya aliran kekayaan ke luar negeri juga akibat tidak adanya kewajiban bagi perusahaan-perusahaan asing yang mengelola sumber daya alam nasional untuk menyetorkan keuntungan kepada negara. Padahal perusahaan-perusahaan itu menggunakan infrastruktur, listrik dan membayar tenaga kerja sesuai Upah Minimum Regional (UMR) yang murah. Kalau begini, siapapun yang memimpin tidak akan mampu menyejahterakan masyarakat, katanya yang menambahkan, jika terpilih menjadi presiden maka perubahan sistem ekonomi dari kapitalis dan liberal akan dikembalikan sesuai Pasal 33 UUD 1945. Dia menyatakan, tidak anti kapitalis apalagi dirinya dan juga kakaknya Hasim Djojohadikoesoemo juga pengusaha nasional. Tetapi mengembalikan sistem ekonomi sesuai konstitusi menjadi tanggungjawab dan tekad untuk segera diwujudkan. (*)

Prabowo Subianto: Swasembada Energi dengan Pohon Aren


Sumber: RABU, 11 MARET 2009, 14:02 WIB Prabowo Subianto saat acara ulang tahun partai Gerindra (VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis); Indonesia tidak perlu lagi mengimpor 900 ribu barel bahan bakar tiap tahun. VIVAnews Prabowo Subianto melihat peluang emas dari budidaya pohon aren. Pasalnya, selain sektor pangan, Prabowo juga akan concern pada swasembada energi terbarukan, seperti pohon aren. Dia mengatakan, pohon aren bisa menghasilkan kolang-kaling, gula aren, sagu, dan tuak. Terpenting pohon aren bisa menghasilkan etanol, kata calon presiden yang diusung partai Gerindra itu. Prabowo mengatakan itu dalam diskusi Peran Pengusaha Nasional Menghadapi Krisis Global Dalam Merebut Pasar Lokal yang diselenggarakan Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) di Hotel Gran Melia Jakarta, Rabu 11 Maret 2009.

Etanol dikenal bisa mensubstitusi minyak tanah dan bahan bakar. Prabowo memperkirakan satu hektar lahan pohon aren bisa menghasilkan 20 ton etanol per tahun. Padahal kita punya 59 juta hektar lahan hutan yang rusak. Kalau bisa ditanami aren diselingi tanaman lain, bisa swasembada energi, katanya. Dengan adanya swasembada energi, Prabowo mengatakan, Indonesia tidak perlu lagi mengimpor 900 ribu barel bahan bakar tiap tahun. Karena, hanya dengan 4 juta hektar pohon aren dapat menghasilkan 80 juta ton etanol tiap tahun. Dengan asumsi satu ton bisa menghasilkan 6 barel, maka 480 juta barel dihasilkan dalam setahun. Prabowo menjelaskan, dengan adanya swasembada energi, Indonesia tidak perlu lagi impor bahan bakar, bahkan bisa ekspor. Dengan asumsi 1 hektar bisa dikerjakan 6 orang, jika ada 4 juta hektar akan mempekerjakan 24 juta orang, katanya. VIVAnews

Prabowo: Indonesia Bisa Swasembada Etanol dari Aren


Oleh: *henri, 11-02-2009 ; http://www.medanbisnisonline.com/2009/ MedanBisnis Panyabungan Ketua Umum DPP Partai Gerindra H Probowo Subianto menyatakan, petani di Indonesia akan selalu berada di posisi lemah dan tak mampu bangkit jika kebijakan negara tak diubah secara radikal. Sektor pertanian merupakan hal yang sangat dahsyat bagi peningkatan ekonomi masyarakat dan negara jika dikelola dengan baik serta ada keberpihakan yang maksimal pada sektor ini, kata Prabowo di hadapan para ulama dan ribuan santri di Pondok Pesantren Mustafawiyah Purba Baru, Mandailing Natal, Senin (9/2). Sebagai contoh kata Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu, aren. Aren mengandung etanol yang bisa menggantikan posisi solar sebagai bahan bakar. Satu hektar pohon aren menghasilkan 20 ton etanol. Bila luas tanaman aren mencapai 4 juta hektar saja, Indonesia akan mampu menghasilkan 560 juta barrel etanol. Bila sebagian dari sekitar 58 juta hektar hutan rusak di Indonesia ditanami pohon aren, maka Indonesia akan menjadi negara pengekspor etanol. Orang Eropa dan Afrika sudah datang ke Indonesia mencari bibit aren. Kalau sempat negara lain mengembangkan tanaman aren di negara mereka, kita akan gigit jari. Jangan negara lain menjual hasil aren kepada kita. Swasembada aren sama dengan swasembada energi. Itu bisa, ujarnya. Itu kata Prabowo hanya salah satu contoh bila potensi alam dikelola dengan serius. Indonesia katanya merupakan negara yang kaya sumber daya alam. Seperti mukjizat dari Tuhan. Saya

sudah bertemu dengan banyak pemimpin negara-negara di berbagai dunia, meraka berdecak kagum menyaksikan kekayaan alam kita. Tapi rakyatnya tetap miskin, sebut Prabowo Keterpurukan petani selama ini, kata Prabowo akibat sistem yang salah. Sistem kapitalis dan neoliberal harus diganti dengan sistem ekonomi kerakyatan. Neoribelaisme itu jangan dipertahankan lagi. Kita harus kembali ke ekonomi kerakyatan, katanya. Pada sistem ekonomi kerakyatan ini serta kebijakan-kebijakan negara nantinya, para petani harus berada pada posisi ujung tombak. Pemerintah tak boleh malu-malu untuk menjalankan sitem ekonomi kerakyatan. Bila panen tiba, harga pertanian akan turun, saat musim tanam tiba pupuk jadi langka. Serahkan kepada petani, jangan kepada pasar, ujar Prabowo.

Potensi Pengembangan Pohon Aren Di Indonesia (solusi permasalahan kemandirian energi dan lingkungan)
Sumber: http://perubahanuntukrakyat.com/2009/03/11/potensi-pengembangan-pohon-arendi-indonesia-solusi-permasalahan-kemandirian-energi-dan-lingkungan/ Program bagi-bagi uang yang digagas pemerintah sekarang tidak akan menyelesaikan masalah. Habis uang, kemiskinan tetap akan ada. Di sisi lain kita punya hutan yang menjadi paru-paru dunia, yang harus kita selamatkan. Untuk mengatasi tantangan tersebut, kami menawarkan gagasan pengembangan budi daya aren di Indonesia. Pohon Aren ini adalah sumber energi yang sangat menjanjikan. Aren ini dapat menghasilkan bermacam produk, yang ujungnya dapat dijadikan bahan bakar, etanol. Hebatnya, Pohon ini akan lebih bagus pertumbuhannya jika ditanam diantara pohon-pohon yang lain. Selain itu juga aren ini bisa menahan erosi, menambah subur tanah, mengendapkan air lebih banyak, dan menghasilkan bio etanol. Aren merupakan tanaman yang sudah lama dimanfaatkan oleh penduduk Indonesia dengan produk utama berupa gula merah. Aren memiliki berbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatra dan (Semenanjung Malaya); kawung, taren (Sd.); akol, akel, akere, inru, indu (bahasa-bahasa di Sulawesi); moka, moke, tuwa, tuwak (di Nusa Tenggara), dan lain-lain. Aren dapat tumbuh di daerah tropis dengan baik, namun hingga saat ini pengembangan potensi Aren di Indonesia masih sangat minim, hal ini ditunjukkan dengan minimnya teknologi pengolahan Aren, minimnya lahan Aren, produk turunan yang belum berkembang dan belum banyaknya pengelolaan Aren secara Industri di Indonesia. Nira aren di beberapa daerah selain sebagai bahan pemanis, melalui proses fermentasi, Nira diubah menjadi minuman beralkohol yang dikenal dengan nama tuak. Alkohol yang dihasilkan secara ilmiah dikenal dengan nama Etanol (Bioetanol), Nira dapat diubah menjadi bioetanol dengan bantuan fermentasi oleh bakteri ragi (Saccharomyces cereviseae) dimana kandungan gula (sukrosa) pada nira dikonversi menjadi glukosa kemudian menjadi etanol.

Nira Aren memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan baku bioetanol lainnya seperti singkong dan jagung (tanaman penghasil pati) dikarenakan tahap yang dilakukan cukup satu tahap saja yaitu tahap fermentasi, sedangkan bioetanol yang berasal dari tumbuhan berpati memerlukan tahap hidrolisis ringan (sakarifikasi) untuk merubah polimer pati menjadi gula sederhana. Aren memiliki kelebihan dibandingkan dengan tebu, dimana pohon aren lebih produktif menghasilkan nira dibandingkan dengan tebu dimana produktivitasnya bisa 4-8 kali dibandingkan tebu dan rendemen gulanya 12%, sedangkan tebu rata-rata hanya 7% . Rata-rata produksi nira aren ialah sebesar 10 liter nira/hari/pohon bahkan pada masa suburnya untuk beberapa jenis pohon Aren (Aren Genjah) satu pohon perhari dapat menghasilkan nira aren sebesar 40 liter, dengan kalkulasi sederhana jika dalam satu hektar dapat tumbuh 200 pohon Aren dan tiap harinya disadap 100 pohon maka dalam satu hari dapat menghasilkan nira aren sebesar 1000 liter/ha/hari dengan rule of thumb konversi glukosa menjadi ethanol sebesar 0,51 g ethanol/g glukosa maka dalam satu hari bioethanol perhektar yang dapat diperoleh ialah 500 liter/hari. Dari segi penumbuhan tanaman aren tidak tidak membutuhkan pupuk untuk tumbuh sehingga Aren dapat bebas dari pestisida dan lebih ramah lingkungan, selain itu Aren dapat ditanam di daerah lereng atau perbukitan serta tahan penyakit sehingga dibandingkan dengan Tebu pengelolaan Aren jauh lebih mudah. Tanaman aren juga lebih efektif jika ditanam secara tumpang sari. Dengan metode penanaman tersebut, petani aren juga dapat menikmati penghasilan tambahan dari tanaman tumpang sari lainnya. Tumpang sari juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan konservasi terhadap berbagai jenis tumbuhan di hutan Indonesia. Bahan Bakar Nabati yang dihasilkan aren seperti kita ketahui merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan, hal ini disebabkan emisi yang dikeluarkan khususnya emisi karbon sangatlah rendah, sehingga secara langsung dapat menjaga lingkungan sekitar pengguna bahan bakar dan secara tidak langsung dapat mengurangi efek dari pemanasan global (Perubahan iklim). Selain itu pohon Aren merupakan pohon berdaun hijau, sehingga dengan menanam Aren, kita ikut serta dalam menumbuhkan paru-paru dunia dan mengurangi atau mencegah pemanasan global akibat emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas di bumi melalui proses fotosintesis. Dengan kondisi lingkungan yang semakin baik, kita dapat menyediakan masa depan lebih baik bagi anak-anak kita. Pengembangan aren juga dapat menimbulkan multiplier effect dalam hal penyerapan tenaga kerja. Satu hektare perkebunan aren akan menyerap tenaga kerja sebanyak 6 orang. Jika kita membuka 4 juta Hektare perkebunan aren, maka kita dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi 24 juta orang. Belum lagi jika jumlah tersebut ditambah dengan tenaga kerja yang dibutuhkan pada industri pengolahan hingga ke pemasaran. Dengan terbukanya lapangan kerja, para ayah akan mampu menafkahi keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya.

Ini Dia Konsep Prabowonomics


Heri Susanto, Jumat, 13 Maret 2009, 14:15 WIB

Sumber: http://bisnis.vivanews.com/print_detail/printing/40377ini_dia_konsep_prabowonomics VIVAnews Konsep pemikiran pembangunan ekonomi yang diusung Prabowo Subianto menarik perhatian sejumlah kalangan. Bahkan, kalangan ekonom UI mengkritik tajam konsep Prabowonomics yang menargetkan pertumbuhan ekonomi 10 persen per tahun. Saya rasa itu terlalu ambisius. Sangat ambisius. Dia (Prabowo) tidak mengerti permasalahan, kata ekonom UI, M Ikhsan di Jakarta, Jumat, 14 Maret 2009. Dia juga tak sepakat Indonesia dianggap bakal seperti Rwanda. Menurut Ikhsan, Indonesia tergolong 15 negara yang bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen selama lebih 30 tahun. Lantas, bagaimana sesungguhnya konsep Prabowonomics dan cara mencapainya? Dalam bukunya Membangun Kembali Indonesia Raya Haluan Baru Menuju Kemakmuran. yang diluncurkan Kamis, 13 Maret 2009, Prabowo mengungkapkan konsep dan strategi yang akan dijalankannya. Buku itu berisi tujuh bab. Pertama, pendahuluan. Kedua, landasan pemikiran. Ketiga, kondisi. Keempat, permasalahan dan tantangan utama. Kelima, kebijakan dasar. Keenam, strategi pembangunan nasional. Ketujuh, program prioritas. Soal kebijakan dasar mencakup tiga bagian penting, yakni kebijakan dorongan atau terobosan besar, kebijakan optimalisasi sumber daya dan kebijakan menekan kebocoran. Kebijakan terobosan besar yang dilakukan adalah mencari inovasi pembiayaan untuk meningkatkan investasi pembangunan. Caranya, penjadwalan utang luar negeri dan penyertaan modal pemerintah baik melalui dana APBN atau Bank Indonesia melalui BUMN untuk program prioritas, serta kewajiban pemakaian bahan bakar nabati di atas 10 persen. Kebijakan optimalisasi sumber daya dengan cara mengerahkan seluruh sumber daya yang ada, baik lahan, laut, sumber alam, mineral, modal dan jumlah penduduk yang besar. Kebijakan moneter dan fiskal diarahkan untuk mendukung sektor pertanian dalam arti luas. Kebijakan menekan kebocoran dan inefisiensi ekonomi. Misalnya, dengan menekan kebocoran penerimaan devisa ekspor dengan cara kewajiban mencatatkan dan kewajiban menyimpan devisa di perbankan domestik. Strategi pembangunan nasional mencakup strategi pokok, utama dan pendukung yang menjadi satu kesatuan utama. Strategi pokok mencakup upaya mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi, berkesinambungan dan keadilan. Indonesia perlu pertumbuhan minimal 10 persen per tahun agar bisa naik kelas menjadi negara dengan pendapatan US$ 3.706 per kapita. Strategi utama yang akan ditempuh adalah membangun kedaulatan pangan dan energi nasional, mengembangkan industri nasional yang unggul, memberdayakan BUMN sebagai motor utama pembangunan, membangun ekonomi kerakyatan yang berdasarkan nasionalisme dan berbasis sumber daya, akselerasi pembangunan desa, percepatan pembangunan infrastruktur dan membangun kembali kedaulatan sumber daya alam nasional.

Di sini, BUMN yang memiliki aset Rp 1.500 triliun bisa dioptimalkan sebagai motor ekonomi. Kedaulatan energi dilakukan dengan mengembangkan bioeneri atau Ethanol berbasis singkong. Soal kedaulatan sumber daya alam, masih banyak sumber daya yang bisa diredistribusi untuk dikerjakan oleh rakyat. Selain itu, Prabowo juga menyiapkan program prioritas. Program pangan prioritas adalah peningkatan lahan sawah baru 2 juta hektare, penambahan lahan jagung satu juga hektare, pembangunan pabrik pupuk urea, pembangunan pabrik baru pupuk NPK, peningkatan pasokan bahan baku gas untuk pabrik pupuk, serta percepatan perbaikan infrastruktur pertanian dan pedesaan. Program energi proritas adalah akselerasi produksi bioethanol dari singkong, pengembangan perkebunan aren untuk produksi bioethanol, akselerasi pembangunan pabrik bioethanol dari singkong, pembangunan pembangkit listrik tenaga geothermal, serta pembangunan kilang minyah mentah. Sedangkan, program prioritas pengembangan industri unggul dan bernilai tambah adalah pengembangan penyulingan dan pengolahan tembaga, nikel dan alumunium serta membangun industri hilir berbasis pangan dan energi. www.vivanews.com
Aren dan SBY

Presiden Resmikan Pabrik Gula Aren


Sumber: http://www.presidensby.info/ Minggu, 14 Januari 2007

Presiden SBY didampingi Ibu Ani saat meresmikan pabrik gula aren Masarang di Tomohon Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, Minggu (14/1) pagi. (foto: abror/presidensby.info) Manado: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan Pabrik Gula Aren Masarang, Stasiun TV 5 dimensi, Depot Logistik Pulau Miangas dan Depot Logistik Pulau Marore di Pabrik Gula Aren Masarang Kelurahan Tondangow, Kecamatan Tomohon Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, Minggu (14/1) pagi.

Saya mendukung pengembangan industri dan perkebunan Aren untuk dijadikan salah satu andalan bukan hanya di Sulawesi Utara, tapi di seluruh tanah air, kata Presiden SBY dalam sambutannya. Selain Ibu Ani Bambang Yudhoyono, Presiden juga didampingi Menko Kesra Aburizal Bakrie, Mentan Anton Apriyantono, Mendagri M.Maruf dan Jubir Kepresidenan Andi A. Mallarangeng. Kata Presiden, salah satu persoalan yang dialami masyarakat Indonesia yang hidup di pulaupulau terdepan adalah komunikasi, transportasi, ketersediaan bahan pangan dan ketersediaan BBM. Dibangunnya unit depot logistik ni agar saudara-saudara kita memiliki ketahanan pangan manakala dating iklim yang tidak bersahabat, tambahnya. Dalam Sidang Kabinet Paripurna saya telah memutuskan bahwa tahun 2007 kedepan kita memobilisasi semua potensi yang ada. Dengan kepemimpinan para pimpinan daerah, Gubernur, Bupati, Walikota saya harap -betul melakukan langkah-langkah nyata meningkatkan program pangan, lanjut Presiden. Usai memberikan sambutan, Presiden dan Ibu Ani meninjau Pabrik Gula Aren Masarang. Di tengah peninjauan Presiden mencicipi makanan yang diolah dengan menggunakan bahan gula aren. Waduh rasanya uenak sekali, kata Presiden disambut gelak tawa hadirin. (osa)

Dialog Dengan Petani Aren di Tomohon Selatan


Sumber: http://www.presidensby.info/ Minggu, 14 Januari 2007

Presiden SBY didampingi Ibu Ani saat berada di pabrik gula aren Masarang di Tomohon Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, Minggu (14/1) pagi. (foto: abror/presidensby.info Manado: Tiada yang lebih membanggakan sebagai seorang yang sedang mengemban amanah memimpin bangsa dan negara ini, ketika bertemu langsung dengan rakyat dan petani dalam suasana yang penuh dengan semangat. Hal tersebut dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada acara Dialog dengan Petani Gula Aren di Pabrik Gula Aren Masarang di Kelurahan Tondangow, Kecamatan Tomohon Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, Minggu (14/1) pagi. Dialog yang dipandu Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang berlangsung dalam suasana yang akrab. Meskipun hujan lebat mengguyur tempat acara, tidak menggoyahkan semangat dari sekitar 2 ribu petani gula aren untuk berdialog dengan Presiden SBY. Presiden SBY minta kepada para petani untuk terus bersyukur karena di dunia ini ada 8 juta manusia yang tiap malam sulit tidur karena kelaparan dan miskin. Saudara patut bersyukur karena di Indonesia masih ada saudara-saudara kita juga yang masih menganggur, sedang saudara mempunyai pekerjaan. Saya berharap, apa yang telah dikerjakan para petani ini benar-benar ditekuni dan dijalankan dengan baik. Saya yakin, kesejahteraan saudara akan berkembang lebih baik lagi, ujar Presiden disambut tepuk tangan hadiri, Salah seorang peserta dialog bertanya, mengapa Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) yang hampir sebagian besar diisi oleh anak para petani aren tidak mendapatkan subsidi pendidikan seperti sekolah-sekolah lainnya yang berada di bawah Departemen Pendidikan. Setelah saya berdiskusi dengan Menteri Pertanian, maka saya memutuskan bahwa akan ada bantuan biaya sekolah untuk SPMA. Semua sekolah sama, semua pendidikan sama. Oleh karena itu SPMA juga mendapatkan fasilitas yang sama seperti sekolah-sekolah yang ada di bawah Departemen Pendidikan. Selesai dialog, Presiden dan rombongan langsung menuju Desa Kakas Kasen, Kecamatan Tomohon Utara untuk melakukan dialog dengan para petani bunga. (osa)

Pidato Presiden pada Peresmian Pabrik Gula Masarang


TRANSKRIPSI SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK GULA MASARANG TOMOHON, MANADO-SULAWESI UTARA 14 JANUARI 2007 Sumber: http://www.presidenri.go.id/ Yang saya hormati Saudara Menko Kesra dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Bapak Bungaran Saragih, Mantan Menteri Pertanian Republik Indonesia, Yang Mulia Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Ibu Konsul Jenderal Filipina untuk Manado, Yang saya hormati Saudara Gubernur Sulawesi Utara, beserta para pimpinan dan para pejabat yang bertugas di Sulawesi Utara, baik dari unsur Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, maupun TNI dan Polri, Saudara Walikota Tomohon dan para pimpinan yang bertugas di Tomohon, Saudara Dr. Willy Smith, Pimpinan Yayasan Masarang, Yang saya cintai dan saya muliakan para pemuka agama, para tokoh masyarakat, para tokoh adat, para cendikiawan dan para usahawan, Hadirin sekalian yang saya hormati. Selamat siang, Salam sejahtera untuk kita semua, Assalamualaikum warrahmatullahi wabarrakatuh, Kita bersyukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hari ini, di tempat yang indah, dan berhawa sejuk ini diiringi oleh rintik-rintik hujan, kita menyatukan langkah, membulatkan tekad dan melakukan langkah-langkah nyata untuk memajukan kesejahteraan saudara-saudara kita, utamanya yang ada Tomohon dan di Sulawesi Utara. Dan sesungguhnya untuk seluruh bangsa Indonesia yang kita cintai. Hujan adalah berkah. Kalau kita membulatkan tekad hari ini, di tengah suasana rintik hujan, berarti Tuhan meridhoi cita-cita kita, niat kita, kebulatan tekad kita untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat, terutama melalui bidang pertanian, khususnya pengembangan aren yang sebentar lagi akan kita resmikan pembukaan pabriknya. Atas nama pemerintah dan bangsa Indonesia, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Pertama tentunya kepada Yayasan Masarang, Walikota Tomohon, Gubernur Sulawesi Utara, Menteri Pertanian dan semua pihak yang benar-benar telah menyemangati, ikut berkontribusi dalam pembangunan pabrik aren pertama di Indonesia, dan dikatakan tadi, bahkan pabrik aren modern di tingkat dunia. Hari ini salah satu pejuang pertanian kita, Pak Bungaran Saragih mendapatkan penghargaan. Sesungguhnya terima kasih dan penghargaan ini bukan hanya patut diberikan oleh Yayasan Masarang atau Kota Tomohon, atau Provinsi Sulawesi Utara. Tapi Pak Bungaran, saya, rakyat Indonesia, pemerintah juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya. Teruslah berkontribusi. Saya tahu, waktu Pak Bungaran menjadi Menteri juga tidak pernah berhenti untuk melakukan inovasi-inovasi dan saya berharap bantulah Pak Anton yang sekarang juga terus berjuang untuk memajukan dunia pertanian di negeri kita. Hadirin sekalian yang saya hormati, Sepanjang jalan, meskipun hujan saya bertatap muka, saling bertabur senyum dengan anakanak, dengan saudara-saudara kita yang ada di Sulawesi Utara dari Manado ke Tomohon. Rasanya tentram, saya makin optimis kalau melihat putra-putri bangsa seperti ini dengan wajah ceria, dengan muka yang menggambarkan semangat, disertai dengan apa yang dilaporkan Gubernur Sulawesi Utara tadi di Bandara, maupun yang tadi disampaikan, saya optimis, saya yakin dengan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, Sulawesi Utara tahun ini dan tahun-tahun mendatang akan lebih maju, sehingga kesejahteraan rakyat akan lebih dapat ditingkatkan. Negara kita mengalami krisis, 8, 9 tahun yang lalu. Akibat krisis, kita mengalami persoalan besar, persoalan fundamental yang dampaknya kita rasakan bertahun-tahun setelah krisis itu. Tiga masalah fundamental yang sering saya sebutkan adalah, karena krisis dan karena pembangunan sebelum krisis juga masih tengah berlangsung dan belum rampung, maka kemiskinan membengkak, pengangguran membengkak, hutang eksternal pemerintah juga membengkak. Tahun-tahun setelah krisis, kita semua, Pemerintah Republik Indonesia dan semua jajaran pemerintah di seluruh tanah air berusaha keras untuk memulihkan diri dari krisis. Dari tahun ke tahun terjadi perbaikan, meskipun karena dampak krisis sungguh dahsyat dan dalam selalu ada dinamika pasang surut dalam upaya bangsa membangun kembali negerinya pasca krisis. Tetapi yang jelas, langkah kita terus bergerak maju. Upaya untuk mengurangi hutang pemerintah kita lakukan, agar hutang itu tidak membebani negeri kita, tidak memberatkan anak cucu kita dan masa depan kita. Demikian juga upaya untuk mengurangi pengangguran atau menciptakan lapangan pekerjaan, sekaligus mengurangi kemiskinan kita lakukan terusmenerus di seluruh tanah air. Saya yakin, kalau kita konsisten, kita lebih gigih, kita lebih bersatu melangkah bersama untuk mengatasi masalah itu, maka hari esok selalu akan lebih baik dari hari ini. Mari kita wujudkan sasanti itu dan marilah kita rapatkan barisan untuk mengurangi kemiskinan menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan daya beli rakyat kita dan membangun kembali ekonomi di Indonesia yang kita cintai ini.

Tahun 2007 ini, kita bertekad setelah kita mengarungi dan melampaui tahun-tahun yang berat tahun 2004 akhir, 2005, 2006 karena bencana, karena tingginya harga minyak di dunia dan faktor-faktor eksternal lain yang memukul ekonomi kita, meskipun Alhamdulillah kita bisa mengelolanya. Tetapi 2007 ke depan, saya mengajak seluruh rakyat Indonesia, utamanya para pemimpin perusahaan di seluruh tanah air untuk lebih gigih lagi, untuk bekerja lebih keras lagi melakukan lima hal. Pertama, langkah nyata mengurangi kemiskinan. Kedua, langkah nyata mengurangi pengangguran. Ketiga, langkah nyata meningkatkan pendidikan masyarakat, agar mereka kelak mendapatkan pekerjaan yang memadai dan pahit. Yang keempat, langkah nyata untuk memajukan kesehatan masyarakat, agar dengan badan yang sehat mereka juga bisa menempuh profesi yang diharapkan. Yang kelima, langkah nyata menghidupkan sektor riil, dunia usaha, usaha kecil dan menengah, termasuk koperasi di seluruh tanah air, agar dengan demikian sekali lagi lapangan kerja dapat diciptakan. Dan kalau ada lapangan kerja, ada penghasilan. Dan kalau ada penghasilan, berapapun kecilnya penghasilan itu, bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya secara minimal. Ini lima sasaran utama, yang mari kita kerjakan bersama-sama di seluruh tanah air dengan kepemimpinan, dengan kegigihan, dengan tauladan dari para pemimpin di seluruh Indonesia. Saudara-saudara, Disamping lima prioritas tadi, saya ingin menyampaikan bahwa ada tiga komoditas penting yang harus terus-menerus kita bangun dan kembangkan, agar tiga komoditas itu memiliki kecukupan, memiliki ketahanan, karena tiga komoditas itu sangat diperlukan oleh kehidupan umat manusia, sangat dibutuhkan oleh saudara-saudara kita di seluruh tanah air. Apa tiga komoditas itu? Pertama adalah pangan. Tidak mungkin ada kehidupan tanpa pangan. Yang kedua, energi. Sama, setelah ada pangan, kita memerlukan energi, menggerakan semua sendi kehidupan, termasuk industri dan lain-lain. Dan yang ketiga, jangan lupakan air bersih. Seolah-olah air kita melimpah padahal tidak. Banyak tempat di negeri ini, banyak di antara kita, saudara-saudara kita di daerah-daerah yang tandus, sudah 60 tahun lebih merdeka belum bisa menikmati air bersih. Oleh karena itu, pangan, energi, dan air bersih yang dalam bahasa Inggris sering saya sebut fuel, food and energy and water, atau drinking water betul-betul menjadi program kita untuk membangunnya, menambahnya, meningkatkannya, agar memiliki ketahanan sufficiency and sustainability dari semuanya itu. Caranya bagaimana? Mari kita hidupkan pertanian kita dan semua langkah-langkah, agar dari tahun ke tahun dihadapkan dengan peningkatan kebutuhan atas pangan, energi dan air, dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk di negeri kita ini selalu ada kecukupan dari tiga komoditas itu. Oleh karena itu, beberapa hari yang lalu dalam Sidang Kabinet Paripurna telah saya putuskan, bahwa tahun 2007 ke depan, kita mobilisasi semua potensi yang ada, kita menyatukan energi di seluruh tanah air dengan kepemimpinan para pemimpin daerah, Gubernur, Bupati dan Walikota untuk betul-betul melakukan langkah-langkah nyata, meningkatkan produksi pangan, meningkatkan supply energi dan kemudian meningkatkan ketersediaan air bersih. Pangan yang paling utama adalah beras atau padi. Sudah saya canangkan dan sudah saya putuskan kemarin di Departemen Pertanian, ketika kita mengundang semua pihak, termasuk para Gubernur yang memiliki potensi untuk meningkatkan produksi pangannya. Tahun 2007

ini, kita lakukan upaya sungguh-sungguh untuk menambah jumlah produksi, minimal 2 juta ton beras. Kita memproduksi sekitar 54 juta ton. Kita ingin menambah lagi sekitar minimal 2 juta ton, agar demikian terdapat kecukupan. Kita ingin produksi beras kita cukup, harganya terjangkau oleh rakyat Indonesia, harganya juga sudah melindungi petani. Namun demikian, setiap saat kita memerlukan beras itu ada. Ini tujuan, yang lain adalah sarananya untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, daripada kita terus berdebat tentang apakah tepat impor atau tidak impor, berapa sesungguhnya stok yang kita miliki, operasi pasar itu seperti apa implementasinya? Mari kita bekerja bersungguh-sungguh menambah jumlah produksi padi dan beras kita di seluruh tanah air. Itu yang paling benar dan saya bersama-sama Saudara akan mempelopori itu. Disamping beras, kita ingin kecukupan gula, kita ingin kecukupan kedelai. Satu saat kita harus lebih mencukupi kebutuhan kita sendiri, jagung, daging, telur, ikan dan lain-lain. Mari betul-betul kita sangat perduli dan mengembangkan semuanya itu sejalan dengan revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan yang telah saya canangkan pada tahun 2005 yang lalu. Saya melihat perkembangan yang mulai positif, tapi belum cukup. Mari kita lipat gandakan upaya kita, agar semua itu dapat kita tingkatkan. Dalam konteks peningkatan produksi pangan itulah, saya berikan penghargaan yang tinggi atas prakarsa untuk mendayagunakan, membudidayakan aren sebagai, menjadi gula, gula aren, gula kristal yang di satu sisi menambah supply kita,menambah nilai ekspor kita, menambah devisa kita, menghidupkan ekonomi lokal dan yang lebih penting menciptakan lapangan pekerjaan yang dengan lapangan pekerjaan, saudara-saudara kita di daerah yang memungkinkan untuk melaksanakan. [Baik saya teruskan. Konslet kemungkinan apa namanya kabelnya itu kalau kena air, rawan itu dikeringkan dengan lap, kemudian ditutup dengan payung supaya air tidak masuk. Ini termasuk Keppres ini, Inpres, Instruksi Presiden mengamankan kabel, supaya tidak kena air, tidak konslet. Baik saya teruskan, mereka akan bekerja secara fungsional. Saya teruskan dengan demikian, terima kasih sekali saya] Mudah-mudahan daerah yang lain sudah sampaikan kepada para Gubernur, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara banyak sekali tanaman atau perkebunan aren, cuma penggunaan belum sangat efisien, belum seproduktif ini dan belum memiliki nilai tambah yang tinggi. Mari dengan teknologi, dengan manajemen, dengan inovasi, semuanya kita galakan sehingga tahun ini andalan baru, penambahan komuditas gula yang baru, sekaligus lapangan dan devisa kita. Kemudian energi, saya juga titip para pimpinan, mari kita tingkatkan pengembangan energi yang terbarukan, terutama sekali saya ingin biofuel mengapa? Kalau biofuel kita kembangkan, terutama jarak pagar dengan teknologi yang murah, dengan biaya yang murah, dengan mesin-mesin sederhana yang kita bisa bikin sendiri, kelompok-kelompok rumah tangga, kelompok-kelompok penduduk, komunitas itu bisa mengganti minyak tanah dari minyak yang diproduksi oleh jarak pagar. Kalau itu terjadi, subsidi minyak tanah yang sangat tinggi selama ini bisa kita kurangi. Kalau subsidinya kita kurangi, kita tambahkan lagi untuk biaya pengentasan kemiskinan. Tahun 2007 ini, 51 trilyun rupiah kita alokasikan untuk membantu saudara-saudara kita yang miskin. Sudah meningkat tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Andaikata kita

menghemat energi kerosene, kita bisa mengurangi subsidi untuk kerosene dengan biofuel, bioenergi, jarak pagar, niscaya lebih banyak lagi uang yang akan kita gunakan untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan pendidikan, meningkatkan kesehatan dan lain-lain disamping membuka lapangan pekerjaan dan menggerakan ekonomi lokal. Listrik saya juga tahu merupakan kebutuhan dasar, tahun 2007 ke depan akan kita tingkatkan, dengan demikian, makin banyak kebutuhan akan listrik yang dapat kita penuhi di negeri kita. Dengan semuanya itu, Saudara-saudara, saya pesan agar apa yang telah dikembangkan di Tomohon ini, pabrik Aren ini, perkebunan aren ini betul-betul dikelola dengan baik, ajak, libatkan masyarakat sebanyak mungkin, dapatkan nilai tambah. Kalau itu untuk komoditas ekspor, kelola ekspor itu dengan baik untuk kepentingan ekonomi kita. Dengan demikian, ini merupakan simpul baru dalam pengembangan ekonomi, pengembangan dunia usaha dan pengembangan ekonomi kita secara nasional. Kita ingin simpul-simpul yang lain di seluruh tanah air, aren dan lain-lainnya. Saya meminta kepada seluruh pihak, baik itu pemerintah daerah, dunia usaha di sini juga hadir para pimpinan Kamar Dagang dan Industri dan juga Perguruan Tinggi, Lembagalembaga Penelitian dan Pengembangan satukan tekadnya, satukan kemampuannya, agar kita punya inovasi untuk mengembangkan produk-produk kita. Kebijakan akan kita dorong, memberikan ruang untuk itu, financial capital, dunia usaha tolong dikontribusikan. Kemudian perguruan tinggi yang melaksanakan research and development, lakukan dengan gigih, agar semuanya itu sekaligus membuka lapangan kerja, membuka simpul ekonomi baru untuk kita gunakan suatu saat kepentingan kita, kepentingan ekonomi nasional yang bersama-sama akan kita kembangkan. Saya menyambut baik, saya mendukung, saya mendorong pengembangan industri aren, perkebunan aren untuk dijadikan salah satu andalan, bukan hanya di Sulawesi Utara, tapi di seluruh tanah air. Yang kedua, hari ini saya juga diminta untuk meresmikan penggunaan Depo Logistik yang ada di Pulau Marore dan Pulau Miangas. Beberapa saat yang lalu di Pulau Natuna, pulau terluar kita di laut China Selatan, saya telah mencanangkan dan mengeluarkan kebijakan untuk membangun pulau-pulau terdepan. Saya gunakan istilah pulau terdepan, bukan pulau terluar, baik dari segi politik, dari segi keamanan, dari segi sosial, maupun dari segi ekonomi. Salah satu persoalan yang dihadapi oleh saudara-saudara kita yang hidup di pulau-pulau terdepan itu semacam di Merauke dan Miangas adalah komunikasi, transportasi, ketersediaan bahan pangan, ketersediaan BBM energi dan lain-lain. Oleh karena itulah, saya memberikan penghargaan kepada Saudara Gubernur, Saudara Pangdam dan semua yang saya tahu selama ini berjuang keras untuk membangun jembatan dalam arti luas, agar saudara-saudara kita di tempat terpencil itu, di pulau-pulau terdepan itu memiliki ketahanan, manakala terjadi datangnya iklim yang tidak bersahabat. Dengan membangun depo makanan, andaikata ada gelombang besar seperti kita alami sekarang ini, mereka memiliki kecukupan. Dan saya minta Saudara Menko Kesra dan para Menteri terkait lakukan hal yang sama di pulau-pulau yang lain, pulau-pulau terdepan, agar mereka memiliki ketahanan yang cukup, terutama pangan, energi dan kebutuhan sehari-hari mereka. Mudah-mudahan dengan dibangunnya depo logistik di kedua tempat itu, saudarasaudara kita tidak terlalu was-was, apabila ada keterlambatan transportasi, terutama transportasi laut karena cuaca. Dengan demikian, ada kecukupan meskipun teruslah dikelola untuk mengembangkan kemampuan lokal, ketahanan lokal, terutama sekali pangan, energi dan air yang saya sebutkan tadi.

Yang terakhir saya juga diminta untuk meresmikan Televisi 5 Dimensi Tomohon. Beberapa saat yang lalu saya berbicara di hari ulang tahun Antara, minggu lalu saya berbicara dengan para Pemimpin Media Massa dan Pemimpin Redaksi yang ada di Jakarta. Semuanya hadir waktu itu, saya berpesan, marilah kita tidak menjadi bangsa yang merugi, karena bangsa kita oleh dunia dinilai sebagai tempat yang berisiko tinggi. Terus terang kalau Saudara melihat CNN, BBC, CNBC dan televisi-televisi asing, mereka tentu hanya menayangkan negeri kita 10 sampai 15 detik, 1 sampai 2 menit. Memang begitu, mereka menayangkan kegiatan manusia sedunia. Yang ditayangkan adalah berita-berita yang sensasional, banjir, tsunami, unjuk rasa disertai dengan pembakaran-pembakaran, kasus korupsi yang luar biasa, dan hal-hal seperti itu. Memang begitu berita yang marketable, berita dari negara-negara manapun, dan itu penggalan-penggalan snapshot. Saya khawatir, kalau hanya itu yang ditangkap oleh masyarakat global, melihat Indonesia yang terus-menerus tidak aman, Indonesia yang terus- menerus rusuh, Indonesia yang penuh dengan lautan korupsi, Indonesia yang semuanya tidak aman, dan sebagainya dan sebagainya. Saya berharap, Media Massa negeri kita, Media Cetak dan Media Elektronik memberikan gambaran yang lebih utuh. Saya tidak bermaksud untuk membatasi liputan media massa kita, baik cetak maupun elektronik. Karena begini, kita ini memang harus terbuka dan jujur. Kalau ada sesuatu yang belum berhasil, katakan belum berhasil. Sesuatu yang pemerintah daerah dan Pemerintah Pusat masih belum bisa mewujudkan katakan Pemerintah Pusat dan Daerah belum bisa mewujudkan. Sesuatu perkembangan yang berarti entah ekonomi, entah politik, entah hokum, katakan bahwa itu belum berarti, supaya memacu semangat, supaya semua berjuang lebih keras lagi, siapa yang lalai bisa mendapatkan sanksi. Tetapi jangan disembunyikan kalau ada jerih payah dari saudara-saudara kita, apakah seorang Bupati, Walikota, Gubernur yang berbuat kebaikan. Apabila ada kemajuan di sana, sini, di tengah upaya kita untuk memajukan negeri ini. Beritakan sesuatu yang berimbang, balance news, beritakan sesuatu secara akurat dan lakukan self censoring, hal-hal yang tidak layak di sampaikan membikin rusuh, membikin gaduh, membikin tidak stabil, membikin negara ini akhirnya tidak bisa kemana-mana jalan di tempat, pandai-pandailah menyaring. Pemerintah tidak akan membredel, melarang, membatasi karena keniscayaan demokrasi, tapi demokrasi tidak berarti berbuat apa saja, tidak perduli apakah rakyatnya akan jalan di tempat, apakah pembangunan tidak bisa maju lagi dan lain-lain. Ini masalah akal sehat dan masalah hati nurani. Saya ingin kita benar-benar bisa melakukan kehidupan bernegara ini dengan baik. Kepada teman-teman media, terima kasih selama ini telah mengawal reformasi, telah mengawal demokrasi, telah menunjukan siapa-siapa yang lalai di dalam mengemban tugas. Harapan saya untuk sebuah keadilan, untuk sebuah fairness, beritakan juga berita-berita yang mengembirakan yang bangsa ini patut bersyukur, yang bangsa ini patut bangga dan dunia lain tidak menganggap remeh, menganggap jelek bangsa dan negara kita. Telling the truth, benar katakan benar, salah katakan salah, gagal beritakan gagal, berhasil boleh dikatakan berhasil. Dengan demikian kita akan tidak merugi dalam hubungan global kita, kita tidak kalah bersaing dengan negara-negara lain yang barangkali karena pemberitaannya sedemikian rupa, tidak seluruh dunia melihat kita sendiri. Kalau itu media asing kita tidak bisa berbuat apa-apa, tidak ada ikatan emosinya. Tapi kita sendiri saya kira sadar, bangsa ini harus membangun, harus memastikan diri, maka kita buat gambaran yang

utuh, the true picture of Indonesia. Semuanya yang plus, yang minus. Pemerintah juga begitu plus, minus. Pak Gubernur jajaran Provinsi Sulawesi Utara plus, minus, Bupati Tomohon, Bupati Minahasa plus, minus. Kita semua di waktu yang lalu juga demikian. Marilah kita jujur, adil melihat sejarah, agar kita menjadi bangsa yang besar dan bangsa yang menjemput masa depannya untuk kebaikan kita semua. Itulah pesan saya mengiringi akan diresmikannya TV 5 Dimensi yang ada di Tomohon ini. Hadirin sekalian, Demikianlah yang dapat saya sampaikan dan dengan memohon ridho Tuhan yang Maha Kuasa, saya resmikan Pengoperasian Pabrik Aren Masarang, Peresmian Depo Logistik di Pulau Marore dan Miangas dan beroperasinya TV 5 Dimensi Tomohon. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan bimbingan, petunjuk dan lindungan-Nya kepada kita sekalian. Wassalamualaikum warrahmatulahi wabarrakatuh. ***** Biro Pers dan Media, Rumah Tangga Kepresidenan Redaksi | Syarat & Kondisi | Peta Situs | Kontak 2006-2009 Situs Web Resmi Presiden Republik Indonesia Yudhoyono. Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dr. H. Susilo Bambang

DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PARA PETANI AREN TOMOHON-MANADO


TRANSKRIPSI DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PARA PETANI AREN TOMOHON-MANADO, SULAWESI UTARA 14 JANUARI 2007 Sumber: http://www.presidenri.go.id/ Sdr. Vince Tulung, Koordinator Umum Petani Aren Terima kasih atas kesempatan. Nama saya Vince Tulung. Pekerjaan saya petani dan jabatan saya di petani adalah Koordinator Umum Petani Aren kota Tomohon. Salam sejahtera bagi kita sekalian, Yang terhormat Bapak Presiden Republik Indonesia beserta Ibu, Yang terhormat Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara beserta Ibu dan seluruh rombongan yang hadir pada kesempatan yang berbahagia ini. Pertama-tama kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya oleh perkenanannya kita boleh menyaksikan Bapak Presiden berada di tempat ini bersama-sama dengan kita petani aren Sulawesi Utara dan khususnya petani aren Kota Tomohon. Atas nama petani aren menyampaikan banyak terima kasih atas kehadiran dan perhatian Bapak Presiden terhadap kami petani aren yang ada di Kota Tomohon.

Dapat kami gambarkan kepada Bapak, bahwa dengan adanya Pabrik Gula Aren di Kota Tomohon sangat membantu kami petani aren, diantaranya pendapatan petani terasa meningkat. Selain kami mendapatkan tambahan dari penjualan nira aren, dapat pula kami melakukan pekerjaan lain selaku penyadap atau pengheb. Karena penyadapan nira ini hanya dilakukan di waktu pagi dan sore hari, sehingga waktu antara itu, dapat kita gunakan untuk pekerjaan lain di bidang pertanian. Dengan difasilitasinya kami petani aren bekerjasama dengan Yayasan Masarang selaku pengelola pabrik gula, kami merasa wawasan kami lebih bertambah jadi bukan sekedar penyadap. Untuk itu patut kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Gubernur Sulawesi Utara yang telah memfasilitasi kerjasama ini. Kami sampaikan juga bahwa sesuai informasi, bahwa pengembangan pabrik ini telah diprogramkan oleh pemerintah menjadi program nasional. Sehingga kami berharap di tahuntahun mendatang rekan-rekan kami petani aren yang ada di sekitar Tomohon, Minahasa Selatan, Minahasa Induk, Minahasa Utara dan Bolaan Mongondou dapat bergabung atau merasakan tambahan pendapatan seperti apa yang kami rasakan di Kota Tomohon ini. Dapat kami sampaikan pula, bahwa yang sudah merasakan langsung dari dampak pabrik yang ada di Kota Tomohon ini adalah berjumlah 3.500 anggota petani aren di Kota Tomohon, yang terbagi di 35 desa dan kelurahan dan tiap desa memiliki satu koordinator dan terbagi dalam 350 kelompok petani aren yang ada di Desa dan Kelurahan Tomohon, yang adalah menjadi binaan Yayasan Masarang. Kami yakin di tahun-tahun mendatang akan kami lebih banyak lagi. Bahkan harapan kami akan terbentuk jalinan kerjasama dengan petani petani yang ada di Provinsi lain. Dapat kami tambahkan pula, bahwa Direktur pabrik gula aren yang ada di lokasi pengelolaan gula aren Yayasan Masarang adalah dipilih secara demokrasi oleh anggota petani. Harapan kami kepada pihak pemerintah maupun pihak swasta untuk dapat membantu kami petani aren dalam rangka penelitian dan pengembangan aren ke depan. Karena dengan aren dapat menyerap tenaga kerja. Dengan aren dapat mensejahterakan masyarakat, dengan aren kita dapat melestarikan lingkungan, dan dengan aren pula kita dapat mendapatkan devisa negara . Untuk itu, kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Presiden Republik Indonesia dan semua yang sudah berperan di dalamnya. Inilah ungkapan saya selaku koordinator petani aren yang ada Kota Tomohon. Terima kasih. Gubernur Sulawesi Utara Tadi Bapak kita memberikan ungkapan, sekarang ada yang bertanya langsung? Silakan. Sdr. Desius Rogahang, Kepala SPMA Tomohon Terima kasih kesempatan yang diberikan. Salam sejahtera bagi kita semua, Assalamualaikum warrahmatullahi wabarrakatuh, Nama saya Desius Rogahang, saya jabatan sekarang ini adalah Kepala Sekolah Pertanian Menengah Atas, SPMA Tomohon. Dimana anak-anak petani aren banyak yang bersekolah di sekolah itu. Pertanyaan kami, karena sekolah ini di bawah pengelolaan Departemen Pertanian, saya ketemu memang dengan Pak Menteri Pertanian, Pak Anton Apriantono, di waktu pembukaan Laboratorium Lapan di Malang. Jadi pertanyaan saya, yaitu sekolah pertanian itu tidak pernah mendapat bantuan khusus murid BKN, yang dapat BKN hanya sekolah-sekolah di bawah Diknas.

Di Indonesia ada 99 SPMA, sementara sekolah kita tidak pernah mendapatkan hal itu, padahal petani-petani aren ini mengharapkan kalau boleh anak-anak mereka dididik di sekolah kita. Dan kita sudah punya tekad bahwa salah satu kompetensi tamatan Sekolah Pertanian Pembangunan Tomohon adalah pintar menyadap aren, salah satu kompetensi. Oleh sebab itu, kami mohon bukan cuma sekedar pinter waktu Pak Bungaran datang, saya sudah sempat bicara juga dengan Pak Bungaran tiga tahun lalu, waktu itu saya minta traktor, waktu itu, tapi nggak direalisasi sampai sekarang. Jadi sekarang saya tidak tahu siapa yang mau ditanya ini kepada siapa. Karena kalau membantu sekolah kami itu sekaligus membantu petani-petani yang ada di Kota Tomohon . Saya kira demikian. Terima kasih. Presiden Republik Indonesia Saudara-saudara saya boleh berdiri ya, Para petani aren yang saya cintai dan saya banggakan, Shalom, Assalamuaikum warrahmatulahi wabarrakatuh, Tiada yang lebih bangga sebagai seorang yang sedang mengemban amanah, memimpin bangsa dan negara ini, ketika bertemu dengan rakyat, bertemu dengan petani dalam suasana yang penuh dengan semangat untuk membangun hari esok yang lebih baik. Saya merasa berbahagia hari ini, saya senang, saya optimis, bahwa negara kita menuju ke arah yang lebih baik, pertanian kita akan makin maju dan perkebunan, serta industri gula aren yang ada di tempat ini akan berkembang lebih baik lagi. Semuanya ini sesungguhnya terpulang kepada kita semua. Apakah kita mensyukuri anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa untuk digunakan dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan kita, kepentingan manusia, kepentingan masyarakat, kepentingan negara. Kita para petani harus terus bersyukur, karena di dunia, dunia tempat kita hidup ini, ada 8 juta manusia yang tiap malam sulit tidur karena mereka lapar, karena mereka dalam suasana kemiskinan. Saudara patut bersyukur, karena di Indonesia masih ada saudara-saudara kita yang masih menganggur, yang kami semua, Pemerintah sedang mengusahakan, agar mereka mendapatkan lapangan pekerjaan. Dengan penuh syukur itulah, saya berharap apa yang para petani lakukan sekarang, pekerjaan sekarang ini benar-benar ditekuni, benar-benar dijalankan dengan baik, karena saya yakin kesejahteraan Saudara, masa depan Saudara akan berkembang lebih baik lagi. Saya sudah mendapat penjelasan sangat mendalam tentang usaha gula aren ini. Dampaknya yang sangat positif bagi semua, termasuk petani, masyarakat dan daerah Tomohon, maupun Sulawesi Utara. Saya juga sudah mendapatkan penjelasan di Jakarta, di tempat ini, prospek dari pengembangan lebih lanjut dari pabrik gula aren pertama di Indonesia, pertama di dunia yang menggunakan manajemen teknologi yang modern seperti ini. Saudara bisa bertepuk tangan, karena Tuhan telah memberikan anugerah yang luar biasa besarnya. Yang penting adalah pelihara suasana yang penuh dengan kedamaian, persatuan dan kebersamaan ini. Jaga suasana yang baik, saling sayang-menyayangi, saling tolongmenolong. Pimpinan menyayangi bawahannya, pimpinan Masarang menyayangi petaninya, petaninya menghormati pimpinannya, karena dengan kebersamaan, dengan persatuan, dengan persaudaraan pastilah masa depan dari industri ini akan lebih baik. Kalau industrinya tumbuh dan berkembang, produksinya makin meningkat, ekspornya makin besar, yang sejahtera, yang mendapatkan nilai lebih akhirnya petani-petani, saudara-saudara semua.

Pertama pesan saya, jagalah persaudaraan, kedamaian, kekompakan, sayang-menyayangi di antara saudara, semua penting, semua memiliki peran yang menentukan, semua satu persatu dari saudara. Yang kedua, saya juga meminta Pemerintah Daerah, Pak Gubernur, Pak Walikota, semua jajaran Kepolisian, jajaran TNI menciptakan daerah ini betul-betul daerah yang stabil, daerah yang aman, daerah yang tertib, daerah bebas dari kejahatan, agar kehidupan petani dan pertanian ini benar-benar dapat berkembang lebih baik lagi. Jangan ada, ketika pahlawanpahlawan ini bekerja untuk negerinya, untuk saudaranya, untuk masyarakatnya, ada yang mengganggu-mengganggu. Jauhkan itu semuanya, sehingga Indonesia makin tumbuh menjadi negara, yang memang disamping aman, dan damai, tapi juga adil dan sejahtera, adil bagi semuanya, sejahtera bagi semuanya. Saudara-saudara, Sekolah Pertanian Menengah Atas atau Lembaga Sekolah Pendidikan Pertanian sangat, sangat penting. Alhamdulillah karena saya mendapat amanah dari rakyat, saya berkeliling Indonesia 2 tahun 3 bulan ini, banyak sekali tempat-tempat yang saya kunjungi di seluruh tanah air, di Kabupaten di desa, di pegunungan, persawahan, perkebunan, pertanian. Saya bertemu, berdialog dengan para petani untuk bersama-sama mengatasi masalah, bersamasama membangun pertanian itu dan saya senang yang saya kunjungi ada optimisme, ada harapan, bahwa mereka makin mendapatkan tingkat kesejahteraan asalkan sabar, ulet, tekun manajemennya baik permodalannya ada dan dikelola secara bertanggung jawab. Petani sangat penting, pertanian sangat penting. Saya juga berkesempatan keliling banyak negara di dunia ini. Saya melihat petani-petani di negara lain, di Asia Tenggara, di Cina, di Jepang, di Eropa, di Amerika mereka juga menjalankan profesinya dengan bangga. Karena petani memberikan sesuatu yang tidak bisa, tidak ada dalam kehidupan manusia, utamanya pangan atau makanan, tanpa itu tidak mungkin ada kehidupan. Oleh karena itu, petani sesungguhnya adalah pahlawan-pahlawan kemanusiaan, pahlawan-pahlawan pembangunan yang mestinya harus merasa bangga. Kalau merasa bangga, benar. Kalau putra-putri para petani di didik lebih lanjut lagi, mengikuti pendidikan, menambah pengetahuan, menambah teknologinya, agar pertanian di negeri ini makin ke depan makin maju. Oleh karena itu, saya setuju, saya berbisik dengan Menteri Pertanian tadi beliau dengan sangat semangat akan memenuhi permintaan Saudara, memberikan bantuan kepada Sekolah Menengah Pertanian di tanah air kita. Traktor mesti diberikan. Saya dengan Pak Bungaran Saragih dulu juga berjuang bersama-sama untuk memajukan. Beliau sekarang di luar pemerintahan, saya di dalam pemerintahan, tapi tekad kita sama. Oleh karena itu, kalau traktor belum sempat diberikan dulu Insya Allah akan segera diberikan. Jadi saya ingin bukan hanya di depan Saudara, sejalan dengan peningkatan pendidikan, kualitas pendidikan, ketrampilan Saudara-saudara yang penting, ketrampilan bercocok tanam, ketrampilan mengolah tanaman, pembibitannya, teknologinya, produktivitasnya, efisiensinya menghadapi hama, pendistribusi dan sebagainya harus terampil, harus profesional, caranya sekolah yang baik, pendidikan yang baik. Itulah kita terus-menerus membantu agar kualitas pendidikan dapat berjalan dengan lebih baik lagi. Kemudian saya dalam penjelasan tadi mendapatkan briefing yang sangat lengkap. Saya ingin kisah sukses ini juga ditiru oleh saudara-saudara yang lain. Permintaan pasar global dari Jepang misalnya atau dari Eropa, itu masih terbuka. Oleh karena itu, tingkatkan produksi dari

gula aren di tempat ini. Saya tadi mencicipi, enak sekali rasanya. Saya makan cucur, wajik yang disuguhkan tadi, enak sekali rasanya. Saya takut malah betah tinggal 1-2 jam disini, karena melihat makanan-makanan itu. Artinya banyak inovasi banyak kreativitas yang dapat dikembangkan, ramah lingkungan, untuk pakan ternak, untuk siklus energi, tidak perlu memboroskan BBM, apa yang ada dan seterusnya, dan seterusnya. Ini suatu konsep yang brillian, yang jenius, yang luar biasa. Kalau luar biasa jangan sombong, tetapi mari kita syukuri dan kita terus sukseskan akan terus berlanjut ke waktu yang akan datang. Di luar Sulawesi masih ada juga tempat-tempat aren, tapi biasanya belum dikelola dengan baik, nilai tambahnya belum tinggi. Ini ada Menteri Pertanian, ada Menko Kesra dan lain, Mendagri tolong diberitahu berinovasilah saudara-saudara kita di tempat yang lain untuk juga bisa meningkatkan kesejahteraannya. Yang jelas permintaan masih tinggi sekali, Indonesia melipat gandakan produksinya pun belum mencukupi apa yang dibutuhkan oleh negaranegara pengimpor dari gula aren ini. Jadi pesan saya, teruslah bekerja dengan baik, Saudara-saudara. Kalau ada permasalahan cari solusinya dengan baik, saling hormat-menghormati, saling percaya-mempercayai, satu untuk semua, semua untuk satu. Sebab kalau ada cara-cara menyelesaikan masalah yang tidak baik, yang rugi semuanya. Saya tidak ingin industri di negeri ini, usaha-usaha di Indonesia ini, perusahaan-perusahaan di tanah air kita, karena tidak kompak, tidak bersatu, tidak saling bekerja sama akhirnya terganggu. Kalau terganggu, industrinya tidak berkembang, kalau tidak berkembang, akhirnya bisa tidak tumbuh, menimbulkan PHK dan lain-lain. Kita bertekad, Saudara mesti bertekad, justru perusahaan ini makin ke depan makin baik, berkembang lebih baik, sehingga semuanya bisa mendapatkan peningkatan kesejahteraan yang lebih baik lagi. Itulah yang saya sampaikan Saudara-sauadara menjawab komentar, pandangan, permintaan dari Saudara kita tadi. Terima kasih. Mari kita bangun sektor pertanian di negeri ini, mari kita majukan petani-petani kita, mari kita cetak petani-petani baru yang lebih berpendidikan, anak-anak kita semua dan mari kita tingkatkan kesejahteraan petani. Sekian. Terima kasih. Petani aren III Salam sejahtera bagi kita sekalian, Bapak Presiden beserta Ibu yang saya hormati. Pada kesempatan ini, saya mau menginformasikan kepada Bapak Presiden dimana pada tahun 1985 terbentuklah kelompok tani aren yang terletak di desa waktu itu, desa Matadi, Kecamatan Tomohon, jadi ini belum kota pada tahun 1985. Dimana nama kelompok taninya yaitu Kelompok Tani Roktakel. Kebetulan ketua kelompok tani waktu itu masih hidup Bapak Watu Langkau, saya perkenalkan. Selamat sore Bapak. Dari situlah awal terbentuknya kelompok tani aren hingga dia berkembang menjadi Yayasan Masarang. Karena, kenapa? dengan melihat potensi aren yang begitu baik. Sedangkan untuk pengembangan tanaman aren itu sendiri belum kita kembangkan, maka timbullah atau termotivasilah kita sebagai penyuluh untuk mengembangkan tanaman aren ini. Dan kenyataan inilah yang terjadi setelah kita membuat Yayasan Masarang. Inilah petani-petani aren dan kelompok-kelompok petani aren, serta pengrajin-pengrajin aren yang ada di Sulawesi Utara.

Dan pada kesempatan ini juga, saya menginformasikan kepada Bapak Presiden, saya berterima kasih kepada PT PLN Sulutenggo di bawah Pimpinan General Manager Bapak Sigit Prakosa yang dimana peduli terhadap pengembangan dan pelestarian sumber daya alam lewat tanaman aren sehingga ia menyiapkan lahan untuk pengembangan aren seluas 250 hektar di daerah Das Tondano dan Lahendong. Untuk itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih pada perusahaan PLN yang peduli terhadap lingkungan hidup dan pengembangan aren untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau petani yang ada di Sulawesi Utara dan bisa lebih luas untuk pengembangan di seluruh Indonesia. Dan pada kesempatan ini, saya memohonkan kiranya perusahaan-perusahaan pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta supaya tetap perduli untuk pengembangan sumber daya alam ini lewat penanaman tanaman aren ini, agar supaya masyarakat juga, dengan demikian ekonominya lebih meningkat dan pelestarian sumber daya alam tetap terjaga. Terima kasih. Sdr. Freddy Katalo, Petani Aren asal Rurukan Nama saya Freddy Katal asal dari Rurukan. Jadi saya, sebenarnya saya membanggakan kepada Pak Willy. Pak Willy, bolehkah berdiri? Bapak inilah menjadi motivasi kami dalam kelompok tani aren. Terima kasih. Sebenarnya kami bangga kepada Beliau ini, karena salah satu yang Beliau terapkan bahwa mekanisme manajemen yang kami tunggu selama ini ternyata inilah yang paling tepat, tidak dirugikan, semua adil. Itu satu kebanggan kami selaku petani aren inilah manajemen yang paling tepat. Dan harapan kepada Pemerintah, contohnya Pak Presiden, sekarang ada suatu gerakan, gerakan menanam pohon untuk Kota Tomohon, kalau bisa arahkan aren, programnya aren, larena adakan gerakan yang namanya kegiatan-kegiatan nasional itu. Kalau bisa untuk Kota Tomohon ditambah supaya gerakan dari masyarakat, bahkan dari Yayasan dan bahkan pemerintah itu bisa terangkat. Itulah terjadilah kota Tomohon adalah kota aren seperti yang diharapkan oleh Bapak Willy. Dan janji Bapak Willy suatu saat Bapak Presiden akan hadir, ternyata bukan bohong ya Pak. Itulah satu keyakinan kami, bahwa pasti ini adalah suatu gerakan yang selalu diwanti oleh Pak Willy, ini adalah untuk kamu sebagai masyarakat utama. Jadi harapan saya, pertanyaan saya, kalau bisa dana untuk Kota Tomohon ditambah, satu agar gerakan nasional kalau bisa itu untuk again itu adalah menanam aren. Itu salah satu pendorong, kami dan bahkan juga kalau boleh sistemnya adalah dalam penyemaian dan segala macam itu diberikan kepada masyarakat supaya itu bisa terjamin pelaksanaannya. Sdr. Dian Tio, Kelurahan Kalapara Dua Nama saya Dian Tio dari kelurahan Kalapara Dua. Bapak Presiden yang kami hormati. Seperti kita ketahui Pabrik Gula Aren Masarang ini selain menghasilkan gula sebagai produk utama, juga ada produk-produk sampingan, seperti etanol, kecap bahkan meubel atau souvenir dari pohon yang sudah tidak produktif lagi. Untuk membuat nilai jual ini menjadi tinggi maka perlu ada sertifikasi atau pengakuan. Oleh karena itu, harapan kami sebagai petani yang juga terlibat dari proses ini, agar supaya dalam rangka sertifikasi atau dalam rangka untuk mendapatkan pengakuan untuk produk-produk ini, agar supaya dibantu Pemerintah dalam hal kemudahan pengurusan sertifikasi ataupun administrasi lainnya. Terima kasih. Bupati Bolaang Mongondou Terima kasih. Dengan seijin Gubernur Provinsi Sulawesi Utara, saya tidak akan bertanya,

tidak akan memberikan masukan, tetapi barangkali akan menindaklanjuti berupa jawaban dengan pengarahan Bapak Presiden Negara Republik Indonesia tentang 3 sektor yang baru disampaikan. Tahun 2007, ada tiga sektor, yaitu pangan, energi dan air. Assalamualaikum warrahmatullahi wabarrakatuh, Shalom, shalom, Salam sejahtera bagi kita semua, Bapak Presiden yang sangat kami cintai, kasihi dan banggakan, bersama Ibu Ani yang anggun. Langsung saja Pak Presiden. Bahwa tadi kami bincang-bincang Pak Presiden pada saat Bapak memberikan penjelasan pada kami semua. Bupati milik rakyat dan bertanggungjawab kepada rakyat. Kami dipilih oleh rakyat, tentunya Insya Allah akan berbuat semaksimal mungkin dan terbaik untuk rakyat. Kami, Pak Presiden sepakat karena pada setiap rapat kerja dengan Gubernur, Pak Gubernur tidak henti-hentinya senantiasa selalu menyampaikan, kalian para Bupati harus kerja keras dan manfaatkan komoditi di wilayah masing-masing. Oleh sebab itu Pak Presiden, khusus saya di Bolaang Mongondou syukur Alhamdulillah Pak Presiden yang berjumlah rakyat saya 409 ribu jiwa sekian menyampaikan titipan salam kepada Pak Presiden, terima kasih daerah kami luas wilayahnya 54,4 % dari luar wilayah Sulawesi Utara berkat daripada ridho dan restu Pak Presiden, upaya back up dari Gubernur Provinsi Sulawesi Utara dan Pak Mendagri maka daerah kami baru-baru dengan ampress Pak Presiden dimekarkan dua wilayah, yaitu Kota-kota Mobagu dan Bolaan Mongondou Utara. Kami sepakat Pak, Bolaan Mongondou dengan maskot lumbung beras, Minahasa bersatu dengan holtikultura, begitu Pak Bupati. Tomohon dengan bunga dan lain-lain. Insya Allah Pak, dengan ikhlas untuk mendukung program karena program Pak Presiden demi kesejahteraan rakyat negara Republik Indonesia. Kami akan akses dengan seijin Gebernur, Mendagri dan Pak Presiden melalui APBD terakses di bidang dinas badan bagian masingmasing daerah kami. Terima kasih. Sukses untuk Bapak Presiden bersama Ibu Ani seluruh daripada jajaran Menteri dan khusus Sulawesi Utara. Terima kasih. Torang sama basudara, baku baku bae, baku baku sayang, moto tompiaan, moto tabian, moto taroban, syukur Bapak Presiden. Presiden Republik Indonesia Terima kasih. Tepuk tangan dulu semuanya yang meriah. Baik saya juga menaruh rasa hormat dan penghargaan kepada yang berjasa, berbuat memajukan komunitas petani aren, disebut-sebut tadi bapak Watu Langkau dan tentunya Bapak Willy Smith dan lain-lain barangkali yang tidak bisa disebut satu persatu. Kita berterima kasih dan berikan tepuk tangan atas pengorbanan dan inovasinya. Saudara-saudara, Tahun lalu saya sudah menginstruksikan satu Gerakan Indonesia Menanam. Justru sekarang saatnya untuk melaksanakan instruksi saya, Instruksi Presiden di seluruh tanah air untuk menanam. Mengapa? Bangsa kita, kita sering lalai. Setelah memotong pohon, setelah memotong hutan lupa untuk menanamnya kembali. Akibatnya apa? Banjir. Akibatnya apa? Tanah longsor. Akibatnya apa? Terjadilah korban jiwa dan harta benda. Ini harus dihentikan. Memotong pohon ada aturannya, dengan cara yang benar, di tempat yang benar untuk tujuan yang benar. Kalau tidak itu kejahatan dan kalau kejahatan harus ditindak setegas -tegasnya,

jangan ada yang berkongkalikong dengan kejahatan menggunduli hutan, illegal logging. Kalau ada pejabat, petugas yang justru terlibat, berkerja sama dengan penggundul hutan hukumannya harus lebih berat. Sekarang, mari berlomba-lomba menanam sekarang juga jangan tunggu-tunggu. Menanam pohon-pohonan, baik kalau pohon yang ditanam itu sekaligus mendatangkan keuntungan semacam tadi, menanam pohon aren. Banyak tempattempat yang bisa digunakan untuk menanam pohon aren ini dan apa yang telah dilakukan oleh kita semua, oleh para Gubernur, Bupati, Walikota lanjutkan. Masyarakat saya minta mendukung, menanam ini untuk penyelamatan lingkungan kita, mencegah bencana banjir, mendatangkan hasil ekonomi dan pertanian. Bencana alam atau bencana pada hakekatnya disebabkan dua hal. Pertama di luar kemampuan manusia untuk mencegahnya, yaitu gempa bumi. Karena pergerakan bumi dalam porosnya, pergerakan bumi mengitari matahari terjadilah proses keseimbangan. Gempa bumi, Tsunami, Letusan Gunung Berapi, Topan atau Typhoon, itu semua peristiwa alam, bisa dijelaskan secara ilmiah dengan pendekatan keilmuan dari keimanan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Tidak ada manusia di bumi ini yang bisa mencegah gempa bumi ataupun letusan gunung berapi. Tetapi ada jenis bencana yang terjadi karena kelalaian kita, semacam yang saya sebutkan tadi menggunduli hutan seenaknya akhirnya terjadilah banjir. Ini kesalahan manusia yang harus segera dihentikan. Penggundulan hutan, perusakan semuanya. Air menjadi sulit lingkungan berubah rusak akhirnya terjadilah sekali lagi, bencana yang disebabkan oleh buatan manusia. Mari kita jernih melihat persoalan ini dari yang masih dalam jangkauan kita mari kita selamatkan bumi ini, Indonesia kita, daerah kita dengan cara antara lain melakukan penanaman besar-besaran di negeri ini. Yang kedua pangan tadi. Saya setuju. Penduduk Indonesia terus bertambah, kebutuhan pangan juga terus bertambah, meskipun pertanian kita dari masa ke masa juga meningkat, tetapi seringkali kebutuhan itu, permintaan atas pangan itu berkembang lebih cepat. Adakalanya juga karena cuaca, karena musim, kemarau yang panjang, Elnino dan lain-lain mengakibatkan mundurnya hasil panen. Dan berbagai faktor, akibatnya banyak negara, banyak bangsa yang tidak aman ketersediaan pangannya, yang tidak cukup sehingga negaranegara itu harus mengimpor, bukan hanya Indonesia yang terjadi selama ini, adakalanya kita mengimpor dalam jumlah-jumlah tertentu, tapi negara bangsa lain juga begitu sebagian karena tidak cukup. Oleh karena itu, jawabannya adalah karena Indonesia memiliki lahan pertanian yang luas. Wilayah kita sangat mungkin untuk dikembangkan pertanian yang lebih produktif lagi, mari mulai sekarang kita tingkatkan produksi hasil pertanian kita, utamanya beras, jagung, kedelai, tebu atau gula, peternakan daging, telor, perikanan dan lain-lain. Mari sekarang. Saya mendengarkan presentasi Gubernur untuk meningkatkan semuanya itu, tolong Saudara dukung, mari kita dukung, saya juga akan mendukung upaya-upaya Gubernur di seluruh Indonesia untuk meningkatkan ketahanan pangan. Tahun ini, tahun 2007, kita ingin meningkatkan lagi produksi padi atau beras kita bagi kita sebanyak 2 juta ton beras. Kalau itu dapat kita tingkatkan, Insya Allah akan terpenuhi kecukupan kebutuhan pangan di negeri kita. Saya minta semua melaksanakan jangan hanya pandai menuding-menuding, menyalah-menyalahkan, tapi tidak bekerja, justru kita yang bekerja siang dan malam dianggap tidak bekerja. Mari Saudara-saudara lakukan semuanya ini, para pers di seluruh tanah air tolong dilihat para pemimpin di negara kita mana pemimpin pemimpin di seluruh Indonesia yang lalai yang tidak bersemangat menambah produksi padi dan produksi pangan, ingatkan. Bahwa rakyat menunggu jerih payah mereka, menunggu

kepemimpinan mereka, menunggu, kerja keras mereka agar cukup kebutuhan pangan di negeri ini. Ini harus menjadi tekad semua, bukan hanya tekad Presiden, bukan hanya tekad Menteri Pertanian, bukan hanya tekad Gubernur, tekad kita semua. Sekarang sudah terbuka, sudah bisa dilihat dimanapun di negeri kita ini, media massa cetak dan elektronik bekerja 24 jam sehari. Tolong lihat bersama-sama di negeri tercinta ini, siapa yang sungguh bekerja untuk rakyatnya, meningkatkan kesejahteraannya, meningkatkan pangannya, meningkatkan lapangan pekerjaannya dan lain-lain, dan siapa yang tidak. Ajak yang berpangku tangan itu, ajak yang hanya berkomentar itu untuk bersama-sama melakukan tugas-tugas ini demi kita sendiri, demi rakyat Indonesia, demi masa depan bangsa dan negara kita. Selamat berjuang para petani. Saya sangat bangga pada Saudara-saudara majulah terus. Sampaikan salam saya untuk istri, untuk anak-anak semoga mereka semua mendapat berkat Tuhan Yang Maha Kuasa dan mendapatkan masa depan yang lebih baik. Sekian. Terima kasih ***** Biro Pers dan Media, Rumah Tangga Kepresidenan

Pohon Seho(Enau) dan manfaatnya


Penulis: Frans J. Rindorindo Sumber: http://minaesa.tripod.com/khasminahasa.htm Pohong seho(Enau) di Minahasa masih belum dibudidayakan kendati banyak manfaatnya, antara lain : A). GOMUTU. membaluti seluruh batang pohong seho. Gomutu dapat di olah menjadi: 1. Sapu lantai. 2. Tali Gomutu. 3. Lidi Gomutu untuk mengusir roh halus/setan. B). MAFAFA. (yang masih muda dan belum terurai). 1. Diolah untuk Parundak biasanya dipergunakan pada acara khusus antara lain pesta kawin,dipasang melengkung di depan pintu masuk halaman rumah atau di depan pintu masuk halaman gereja atau Pintu batas memasuki desa. 2. Daun mafafa yang tua dibikin sapu lidi, diikat sebesar ruas tangan. 3. Lidi-lidi seho dapat di potong-potong seukuran 10 cm untuk anak pemula sekolah guna membantu kemudahan pelajaran tambah-tambahan atau kurang-kurangan. C). MAYANG SEHO. Diolah sedemikian rupa hingga menghasilkan:

1. 2. 3. 4.

Saguer. Gula Batu. Cuka. Cap tikus.

D). Mayang Batu. (Yang Tua). Mayang Batu adalah mayang seho dan bukan untuk mayang saguer. Mayang batu dapat diolah menjadi buah kolang-kaling yang rasanya kenyal-kenyil kalau di makan dan biasanya buah kolang-kaling bisa didapati di Jakarta atau Pulau Jawa umumnya, atau di Thailand. E). Isi Batang seho menghasilkan > Sagu Aren. Yang sangat menarik adalah mayang seho karena orang Minahasa penggemar minum SAGUER. Rasa Saguer dapat diatur oleh petifarnya sehingga menghasilkan rasa manis, manis-manis asang dan rasa asang gurih. Saguer manis, bagi seorang ibu yang baru melahirkan dapat meminumnya karena menambah ASI. Masing-masing pohon seho mempunyai > Beda Rasa. Ada yang rasa durian, rasa solobar. Kecairan saguer juga ada perbedaan yaitu kental, kental-kental cair dan cair. Beking saguer tidaklah gampang-gampangan. Sejenak melihat orang mengolah saguer kelihatannya gampang. Padahal janganlah pandang enteng, sebab bisa-bisa bukang aer saguer yang takumpul di alat penadah tapi bisa-bisa cuma Ofu(Lebah) sasaja yang ada didalam alat penadah (gatah). Gatah adalah alat penadah saguer yang terbuat dari buluh/bambu. Untuk menanggulangi agar ofu nyandak maso di gatah maka permukaan gatah harus dibalut dengan gomutu serapih mungkin agar ofu nyandak bisa tamaso ke gatah (musti extra ketat dan ketelitian membalut permukaan gatah dan pelepah batang mayang). Tapi pada akhir-akhir ini petifar saguer tidak lagi menggunakan gatah dari buluh melainkan dari galon plastik. Saguer yang ditadah dengan galon plastik maka saguer akan berbeda rasa (Rasa kurang enak) Saguer yang enak adalah saguer yang di tadah dengan buluh atau bambu. Cara membuat rasa saguer yang keras hendaknya memasukkan buah batu kedalam gatah penampung saguer. Bikin saguer manis hendaknya gatah selalu dibersihkan dari bekas gatah saguer tampungan sebelumnya. Apalagi kalu mo beking gula batu, maka betul-betul dicuci bersih-bersih itu gatah agar hasil saguer sangat-sangat manis. Nah.. jadi berbicara bagaimana beking saguer maka perlu extra kesabaran, teliti, cermat, jeli atau sangat hati-hati memperhatikan kebutuhan rasa yang di kehendaki penggemar/peminum saguer. Saguer murni bisa langsung diolah/di suling hingga jadi cap tikus. Atau saguer-saguer yang nggak habis dijual dapat di simpan atau dikumpul dalam tampayang.

Saguer yang lama tersimpan akan berubah menjadi Cuka murni. Dan lebih lama tersimpan maka selain menmjadi Cuka maka dapat disuling/bakar dan berakhir menguap dan uap tetesan yang ditampung itulah yang disebut atau jadi Cap tikus. SAGUER GULA BATU. (RASA MANIS SEKALI). Saguer Manis di masak di belangang goreng(kuali) besar dan di di jaga atau diatur nyala apinya hingga saguer manis terus berproses dan berproses hingga jadilah gula batu. Saatsaat saguer berproses mendekati atau menjurus berubah menjadi gula maka pengelola semakin extra hati-hati menjaga kestabilan panas api. Sebab bila lalai mengatur kestabilan api maka akan menguap keluar tu gula yang hampir menjadi gula. Kalau proses mendekati jadi gula dan akan menguap keluar belanga, maka dapat di lumpuhkan dengan menabur buah balacae yang sudah di haluskan. Buak balacae ini harus selalu tersedia di saat membikin gula batu. Pengalaman beking gula batu adalah pengalaman waktu di penyingkiran masa Permesta. Sedangkan pengalaman batifar saguer saat saya angkat remaja (Nyong-nyong) gara-gara ortu suka ngedumel mengingatkan kalu somo kaweng katanya sebagaui anak laki-laki musti terlebih dahulu harus tahu batifar. (Sekedar bagi pengalaman dan bagaimana bung Berce J.P)

JUTAAN DOLAR HARTA KARUN TERSIMPAN DI DALAM POHON AREN ATAU ENAU ALIAS BAGOT
Oleh: HLT. GULTOM, Wakil ketua DPD-HKTI SU Sumber: http://arengasugar.multiply.com/journal/item/21 Lissoy 4 x imumma tuak mi sombu tagas ! Ombus-ombus las Taboni gula sako, ate ! Itak gurgur + gula merah holpu, tabo ! Rujak ulek + gula jawa pedes, manis ! Onde-onde harus + gula aren ..awas muncrat ! Surta inang tali polang inang ..awas ijuknya tajam! Kolang-kalong + gula sakka = kolak ..buka puasa .ah! Masih banyak lagi dari pohon aren SERBA-SERBI (LEGENDA) AREN Di dalam masyarakat Batak Toba, aren/enau disebut Bagot. Konon kata yang empunya cerita, pohon Bagot ini diyakini sebagai jelmaan dari seorang putri cantik jelita (gadis) yang tibatiba hilang lenyap ditelan bumi ketika menolak kehendak ayahnya untuk dinikahkan dengan seorang lelaki yang dipilih sang ayah. Nira Bagot ditafsirkan sebagai air mata sang putrid, ijuknya sebagai rambut, dan daun sebagai iganya. Bagot dalam bahasa Batak berarti payudara, sumber ASI.

Ketika seseorang hendak memulai menyadap nira, pekerjaan diawali dengan memukul-mukul tandan bunga jantan. Disaat inilah penyadap membaca mantera sambil memukul tandan, di Sipirok malah dengan siulan kecil nyaring dan di Tanah Karo dengan nyanyian, maksudnya memohon restu dari si dara Bagot agar meneteskan air matanya (nira) melimpah. Percaya atau tidak? Seseorang bekas perantau, coba-coba menentang arus, tanpa mantera dan siulan, langsung mulai, hasilnya.air mata putri Bagot hanya setetes-setetes saja (Barlett, 1919). Rumah-rumah adat di Toba masih banyak rumah adat yang memakai ijuk sebagai atapnya dengan motif payudara di depan rumah (bagot ni huma). Di desa Cigalontang, Tasik Malaya, nira yang disadap dari aren melulu dijual untuk minuman istimewa disebut Legen. Di daerah ini dijuluki minuman para dewa. Di Sipirok, pohon arennya pintar, dapat dijadikan alat penentu musim. Apabila produksi nira yang disadap tiba-tiba menurun, itu pertanda akan terjadi musim kering. Sebaliknya bila produksi nira tiba-tiba melimpah, pertanda akan musim hujan, percaya atau tidak? Yang pasti itu fakta. TANAMAN SERBA GUNA SERBA EKONOMIS Nyaris hampir semua bagian dari pohon aren dapat dimanfaatkan. Aren atau enau (Arenga pinnata. Merr), salah satu dari sekian jenis palma, tersebar diseluruh kepulauan nusantara, dari dataran rendah hingga ketinggian 1400 m di atas permukaan laut. Tanaman yang berasal dari Assam (India) dan Burma ini, tumbuh subur di lembah lereng pegunungan, di sepanjang aliran sungai hingga di ketinggian pegunungan, dihampir semua jenis tanah, cendrung tumbuh liar, tidak menuntut pemeliharaan dan perawatan. Bankan nyaris tidak dipelihara dan dirawat sebab masih belum dibudidayakan Bagian-bagian dari sebatang pohon aren yang dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomi yang paling terkenal adalah Nira berasal dari tandan bunga jantan yang disadap/dideres. Nira dapat diolah menjadi alcohol (tuak, dan lain-lain), cuka dan gula aren. Menyusul buah aren (halto = Bahasa Batok) diolah menjadi kolang-kaling, bahan baku untuk berbagai panganan dan industri. Menyusul ijuk untuk bahan baku sapu, brush, industri tali, pelapis kabel bawah tanah atau air, atap rumah, penyaringan air dan lain-lain. Daun dapat dibuat atap rumah, lidi untuk sapu, dan lain-lain. Batang dapat diolah menjadi bahan baku industri alat-alat pertenunan tradisional maupun meubel dan hiasan. Di bagian tengahnya diolah jadi sagu, bahan baku makanan ternak, dan lain-lain. Pelepah daun untuk kayu bakar. Berikut ini adalah bagian-bagian dari pohon aren yang dapat digarap (eksploitasi) potensial menghasilkan uang. 1. Tandan bunga jantan Tandan bunga jantan keluar dari ketiak daun aren. Bunga yang masih kuncup (belum mekar) kira-kira umur kurang 1 tahun setelah keluar dari ketiak daun, disadap agar keluar cairan getah bening (sap) lalu ditampung dengan bumbun terbuat dari bambu. Cairan bening inilah yang disebut Nira. Rasanya manis, karena mengandung zat gula (saccharine). Itu sebabnya namanya aren dulu disebut Arenga Saccarifera, Labill. Selengkapnya Nira mengandung 8085% air, 15% karbohidrat, 0,3% protein, 0,02% lemak, dan 0,24% abu. Bila diberi Raru (sejenis kulit kayu Waru) akan menjadi cairan yang mengandung alcohol (di tanah Batak disebut tuak, sejenis minuman tradisional yang memabukkan). Kalau difermentasi akan

menjadi cuka (Vinegar). Jika vinegar didestilasi akan menghasilkan alcohol murni (kandeungan alkoholnya 95%). Nira dan tuak minuman favorit di berbagai daerah di Indonesia. Di Tapanuli Utara, tuak suatu minuman khas, terkenal di pakter tuak dengan TAMBUL (makanan pendamping) daging B1, B2, plus jengkol atau petaisabaaas, ate lae! Itupun belum lengkap. Setelah mandorguk (menenggak) tuak, mulai panas, .bergemalah lagu ciptaan Nahun Situmorang yang telah popular di manca negara: Lissoisirupma, dorguk ma, ingkon rumar doiiiiiiiiiah, sombu tagas, ate lae PARMITU! Itu sebabnya di Tapanuli Utara produksi gula sakka (gula aren) tidak banyak karena Nira lebih banyak dibuat tuak. Apalagi populasi pohon arennya pun turut pula menyusut. Dibanding dengan Tapanuli Selatan, peminum tuak (disini disebut cuka) tidak banyak di Tapanuli Utara. Populasi aren pun jauh lebih banyak di Tapanuli Selatan, sehingga Tapanuli Selatan menjadi sentra produksi gula aren terbesar di Sumatra Utara. Di Tapanuli Tengah (wilayah pak DR. GM. Panggabean) meskipun aren banyak juga, tetapi Nira kelapa lebih popular dari pada Nira aren . dan produksi Nira kelapa jauh lebih rendah dari aren, 10 tanda buah jantan kelapa banding 1 tandan aren. Dari Nira kelapa diolah gula semut. 2. Buah aren Dari buah muda pohon aren (umur 1-1,5 tahun) diolah dengan sederhana, diperoleh biji buah, berwarna bening, putih keperak-perakan, bentuk lonjong yang kita kenal sebagai KOLANGKALING (disingkat KOLING). Di Indonesia koling ini banyak sekali digunakan sebagai campuran kolak (buka puasa), cendol, manisan hingga bahan baku industri buah kaleng (heavy syrup). Produsen terbesar koling adalah Tapanuli Selatan. Pembuatannya dikerjakan oleh petani dan keluarga. Di Tapanuli Utara, karena lebih banyak tandan buah/ bunga yang disadap untuk Nira, maka jumlah buahpun tinggal sedikit sekali. Koling dari Tapanuli Selatan sudah menjelajah ke daerah-daerah hingga ke Jawa. 3. Ijuk Sepanjang (tinggi) batang pohon aren nyaris seluruhnya diselimuti ijuk, mulai dari serat yang paling halus hingga serat ijuk yang paling kasar. Penggunaan ijuk sebagai sapu rumah, tali dan brus belakangan ini telah digusur oleh industri plastik, namun penggunaan ijuk malah lebih tinggi. Jerman dan Jepang sudah mengimport ijuk sebagai bahan baku untuk pembungkus kabel bawah tanah dan bawah air karena ijuk sangat kuat, tidak mudah rusak/ busuk. Bahkan konon ceritanya lapangan bola kaki yang bermutu harus dilapisi ijuk agar air tidak menggenangi tanah jadi becek. Begitu juga dengan konstruksi jalan raya berkualitas juga menggunakan ijuk. Ini berarti akan menghasilkan dolar, kan! 4. Daun dan Lidi Aren Daun muda dijadikan orang di desa sebagai pembalut rokok, janur hiasan bahkan dapat dikonsumsi sebagai salads (T. Chairun Nisa Haris, 1994). Daun tua dijadikan atap rumah (dangau) dan pembungkus gula aren. Lidi diolah dari daun dijadikan sapu lidi, tusuk sate dan anyaman. Semuanya bernilai ekonomis.

5. Batang Aren Batang aren dewasa dapat mencapai ketinggian lebih 15 meter, bagian batang paling luar bila dikikis tampak seperti kayu warna hitam-coklat, padat dan sangat keras. Itu sebabnya batang aren dibuat jembatan atau lantai kandang babi. Air tidak terserap, tetapi seakan-akan tergelincir. Jadi walau terendam lama tidak mudah busuk. Tidak dimakan rayap, oleh karena sifat ini kayu batang aren dibuat untuk alat-alat pertenunan kain tradisional. Ada yang menggunakan untuk perabotan dan bahan bangunan rumah dan alat-alat lainnya. Di bagian tengah batang mengandung bahan karbohidrat yaitu sagu. Di jawa Barat sagu ini disebut TAPIOKA AREN digunakan sebagai bahan baku membuat MIHUN dan SOHUN. Dari satu batang pohon aren dewasa dapat dihasilkan 50-100kg sagu. Produksi maksimum sagu adalah pada saat aren mulai disadap dan akan menurun sampai batas minimun saat aren siap disadap (T. Chairun Nisa, op.cit). Berikut ini adalah gambaran (deskripsi) khusus potensi ekonomi dari aren. RIBUAN POHON AREN MELIMPAH DALAM POHON AREN. Enak aje elu bilang ribuan dolar ! Nggak percaya ?? Ayo buktikan ! Ah, si Thomas kau, bah Mari gue buktikan ! 1. NIRA ALKOHOL a. Proses Produksi Nira Kata Nira sebenarnya NERA, sebab bila dibalik (baca dari balakang) baru pas AREN, bukan ARIN. Itulan kata Mbah Khakungdi Kebumen sono. Setuju atau not, yang pasti rasanya tetap manis, ya Mbah !! Cairan (cap) yang menetes dari sayatan tipis tandan bunga jantan aren yang telah cukup umur, 5-7 tahun, itulah Nira. Di sebuah pohon aren dapat muncul 2-4 tandan bunga jantan, dan akan muncul beberapa lagi sejalan dengan semakin tingginya pohon. Oleh sebab itu, dapat disadap 2-3 tandan untuk mengambil Nira. Bila tidak disadap, tandanakan mekar dan mengeluarkan buah (halto, Batak). Buah inilah diolah jadi kolang-kaling. Sewaktu tandan masih kuncup, mulai diproses, mula-mula dipukul dengan kayu bulat (jangan lupa bersenandung atau bersiul agar Niranya banyak). Tujuan memukul untuk melonggarkan pembuluh tapis (dari mana cairan mengalir). Pemukulan (dibal-bal, Batak) mula-mula 3x sehari. Sekarang siap disadap (diagat, Batak) pisau tajap harus tajam sekali. Ujung tandan bunga disayat tipis, lalu di bawah tandan diikat sebuah tabung atau disebut garung (poting, Batak) terbuat dari bamboo besar, panjang 1,5-2 meter. Kedalam tabung itulah cairan atau Nira menetes. Garung atau poting harus bersih betul. Bila tidak, Nira terkontaminasi, bias berubah jadi asam, dan tidak diolah jadi gula. Penyadapan dilakukan 2x sehari, pagi jam, 6.00 7.00 sekaligus diganti garungnya, garung berisi Nira diturunkan dan langsung di bawah ke dapur

pemasakan. Jam, 16.00 17.00, garung yang dipasang pagi tadi diambil, diganti dengan garung baru. Ini diambil besok pagi jam, 6.00 7.00 pagi. Setiap ganti garung, ujung tandan bunga disayat setipis mungkin sebab lamanya penyadapan tergantung pada tebal/tipisnya sayatan. Jika disayat tebal, makin cepat habis tandan. Bila tandan sudah habis tersayat, tamatlah Nira. Harus diganti dengan tandan bunga yang baru. Untunglah setiap tahun ada 2-4 tandan baru yang muncul siap untuk disadap, hingga 5 kg per kepingnya. Umumnya berbentuk bulat. Nah, siap diuangkan! Berapa harganya ? Saabar, dong ! b. Produksi dan Nilai Ekonomi Gula Aren Berapa rendemennya ? Bervariasi. Sebab konsentrasi zat gula (saccarida) dalam Nira tidak sama dari daerah ke daerah. Masih perlu diteliti factor penyebabnya. Untuk beberapa daerah di Sumatra Utara tercatat Sibolangit, Deli serdang untuk 1 kg gula merah 6-8 liter Nira; Raya Simalungun dibutuhkan 10-11 liter Nira; di Sialagundi dibutuhka 8-10 liter Nira, agar perhitungan tidak rumit mari diasumsi saja rata-rata untuk 1 kg gula aren dibutuhkan 10 liter Nira. Jadi rendemennya 10 Nira : 1 kg gula. Di muka telah diperhitungkan dari 1 pohon aren dengan 3 tandan sadap memproduksi 900 liter Nira per bulan. Apabila semua Nira ini diolah jadi gula aren maka dihasilkan 90 kg gula aren/ pohon/ tahun. Jika 100 pohon = 90 ton. Bila harga pasar (sebelum puasa) Rp. 6.500/ kg , maka duitnya Rp. 585 juta saza!! = US $ 65.000.- itu baru 100 pohon, bila 1000 pohon ? Mari kita Tanya BRI (Bapak Rakyat Itu). Dang sadia ate, lasian ! Bukti ke 3 !! Sekarang pilih mana ? Produksi Nira saja, atau gula aren saja ? Atau setengah Nira setengah gula ? Pilih mana kita ? Soalnya Nira tak bias diekspor, gula bakal bias, terserah ABANG JAMPANG sajalah. Awak ini apalah Holan Karejo Tani Ideal (HKTI) saja, ate pak Ir. Soekirman ? Olo, I do (ai du) bah ! Kapan kita omongi di TV? Nah, sekarang sudah ketahuan KEPITING DI BALIK BATU PARMITU. Sudah berapa ribu dolarnya ya ? Mau bukti lagi ! AYO, MARI KERJAKAN, JANGAN NGOMONG DOANG. Jika produksinya sudah cukup besar dan kontinyu, pasi nanti ibu RINI SUWANDI, MBA (MEMPERINDAG) mau menjualnya ke luar negri (ekspor). Benarkan bu Manis! Tentu dong, naaaahh, dolarr lagi. Kalau makin banyak dolar berkeliaran di Taput pasti anggota masyarakat akan kecipratan. Tiga ratus dolar saja per bulan..daaag kemiskinan; PARMITU sudah bosan miskin ! DAN TAK MAU LAGI MISKIN. I ma nian tutu da laero ma dollar tu silindung na uli. Horas jala gabe.bukti lagi ? 2. Kolang-kaling Siapa yang masih belum kenal atau belum pernah makan kolang-kaling? Kalau ada diantara pembaca, aduh kasihan anak mama. Pesan cendol atau kolak, ada disana. Kolang -kaling disingkat KOLING adalah biji dari buah aren yang masih muda, diproses keluar dari buahyang kulitnya sangat keras bila tua. Buah aren hanya dihasilkan oleh tandan bunga yang tidak disadap. Kalau sudah disadap tidak akan pernah berbuah. Sebuah tandan bunga yang keluar dari ketiak daun mula-mula tunggal (satu) saja. Setelah tumbuh 20-30 cm, muncul cabang-cabang seperti jari-jari (seperti tentakel ikan cumi-cumi besar). Jumlah jari-jari itu bervariasi hingga dua puluhan. Panjang jari-jari ada yang 2 meter. Disepanjang jari-jari inilah tumbuh buah aren, tersusun rapi dan rapat sehingga pada satu jari

saja bisa sampai 40-50 buah. Bayangkan bila satu tandan ada 10-20 jari dengan masingmasing 40-50 buah, berapa jumlah buah dalam satu tandan? Satu tandan dapat ratusan kilo beratnya. Buah muda warnanya hijau, yang dewasa mulai hijau tua berubah kuning dan akhirnya coklat kemerah-merahan jika sudah tua. Saat ini daging buah jadi lembek, rasanya agak manis (kata penyadap). Itulah daya tarik buah maka dimakan oleh musang, babi hutan dan binatang hutan lainnya. Biji yang berkulit (cangkang) keras itupun turut dimakan binatang. Saat buang hajat, biji turut keluar dan tumbuh ditempat itu. Inilah cara perbanyakan aren. Yang diolah jadi koling yaitu buah yang masih muda. Buah aren bila luka akan mengeluarkan cairan getah bening, sifatnya sangat gatal, dapat merusak kulit badan kita. Itu sebabnya orang batak menyebut buah ini HALTO. Biji yang disebar oleh binatang tadi akan berkecambah dalam 3 4 buah lebih, bahkan 6 bulan. Hal ini dikarenakan cangkang biji yang keras dan tebal membuat masa istirahat (dormancy) lama sekali. Inilah kendala utama masyarakat tidak berminat mengecambahkannya. Lebih baik cari saja yang sudah dikecambahkan binatang. Namun anehnya, si anak aren yang dicabut pindahkan itu tidak sudi ditanam manusia, lalu mati. Akhirnya usaha memperbanyak tanaman aren dengan cara tersebut dihentikan. Inilah cerita singkat buah Halto yang diolah menjadi koling. a. Proses Pengolahan Koling Ada dua cara pengolahan koling: 1) Cara membakar Tandan, jari-jari beserta buah Halto yang ada diangkat diatas tungku bakar yang sudah disiapkan sebelumnya. Akibat pembakaran kulit buahmelepuh, terkelupas tinggal biji (endosperm). Biji-biji dicuci bersih lalu direndam didalam ember plastik dalam larutan air kapur. Fungsi larutan kapur selain mengendapkan kotoran juga menggumpalkan kembali bijibiji yang sempat babak belur oleh api yang membakar. Setelah direndam 2-3 hari terlihat bijibiji putih bening keperak-perakan mengapung. Cara ini sudah ditinggalkan karena kurang ekonomis dan banyak biji cacat, sekarang lebih banyak memakai cara kedua. 2) Cara merebus Tandan, jari-jari bersama buah Halto langsung dimasukkan kedalam tong yang telah jarangkan di atas tungku. Lalu direbus hingga airnya mendidih hingga Halto lunak kulit luar dan daging buahnya. Matikan api, tunggu sebentar sampai dingin, air rebus dibuang lalu dengan pisau tajam buah Halto dipotong dari tandan. Buah dipotong tiga bagian lalu biji (endosperm) dikeluarkan. Biji yang berwarna putih bening keperak-perakan dimasukkan kedalam ember plastik yang telah diisi dengan larutan air kapur lamanya 1-3 hari (tergantung konsentrasi larutan). Jangan direndam dalam ember seng/alumunium, sebab akan terjadi reaksi membuat koling berubah warnanya jadi kebiru-biruan. Biji-biji yang telah direndam dikeluarkan lalu dipukul pelan-pelan dengan kayu bulat berlapis plastik agar biji-biji Halto atau kolang-kaling (koling) agak gepeng, jadi lonjong (oval) gepeng atau ceper. Disiram dengan air yang benar-benar bersih lalu dimasukkan kedalam kantong plastik tebal bening dengan volume 12,5-25 kg. Koling siap jual. Ke dalam kantong plastik diisi air bersih, penuh dan dibiarkan 3-4 malam. Setiap harinya air ditambah agar kolingnya tetap terendam.

b. Produksi dan Nilai Ekonomi Koling Tidak tersedia data berapa produksi koling. Memang data produksi ini nyaris tidak mungkin disajikan karena tidak semua daerah mengolah koling. Koling tidak selalu diproduksi dalam jumlah yang sama besarnya. Volume produksi terbesar dibuat pada hari-hari besar tertentu saja seperti pada bulan Ramadhan, dimana permintaan pasar meningkat hingga 3-4 kali. Koling menjadi bahan campuran kolak pembuka puasa. Permintaan sehari-harinya untuk campuran es cendol dan sejenisnya, bahan baku koling manisan dan belakangan ada permintaan industri pengalengan (canning) yang dicampur dengan cairan gula pekat (syrup kental). Khabarnya, sudah pula diekspor. Benarkah itu bu Rini? Kalau benar, tambah lagi devisa (dolar) kita, ya! Boa tudu do I, lae parmitu? Untuk analisis ekonomi koling kita pakai data hasil penelitian mahasiswa Fakultas pertanian USU + US XII dari 3 daerah yaitu Deli serdang, Tapanuli selatan dan Simalungun yang kami olah. Dari 1 ton Halto (buah aren) yang diproses dengan cara merebus diperoleh rata-rata 800 kg koling (tidak termaksud berat tandan). Jadi rendemen buah aren (halto) sekitar 75 85 %. Dari satu pohon aren (setelah umur 6 7 tahun), yang dikhususkan untuk menghasilkan buah (tidak disadap untuk Nira), tahun pertama dapat memproduksi 1 ton Halto dan akanmerangkak naik setiap tahun menjadi 1,2 ton, 1,5 ton, 2 ton hingga 3 ton per tahun. Usia produksi antara 10 sampai 17 tahun. Biro Pusat Statistik (BPS) mendata sebanyak 10,784 pohon aren produktif di Taput (belum 2 kabupaten). Misalkan saja di Taput ada 5000 pohon dan Tobasa 5,784 pohon. Bila per pohon diproduksi 2 ton Halto/tahun maka total produksi Halto 10.000 ton. Dari sini dihasilkan 8000 ton (80 % rendemen) halto alias 8.000.000 kg koling dikali Rp 3,750/kg (ini harga sebelum puasa, waktu puasa mencapai Rp. 4.500/kg). Lalu berapa duit?? Sadia mai, Eda (berapa itu, mbak!), Cuma 30.000.000.000.- Skai dolarna, Turang (berapa dolar, mbak!), hanya US$ 3.333,33 (kurs Rp.9.000/dolar). Otik do have (hape), sikitnya?! Bila 1/3 saja yang mengolah koling? US$ 1.111,11/tahun. Kalau kita tanam aren disepanjang jalan ke Salip kasih, dan di areal Dolok Siatas Barita, berapa pohon banyaknya? Mari kita Tanya pak Bupati Drs.R.E.NAINGGOLAN, MM, yang lagi-lagi TRENDI sekarang. Berapa pula dolar yang akan beredar di Taput? Berapa PAD yang tambah. Dan..jadilah hutan Bagot terluas di dunia. Dapatkah ini menjadi daya pikat Agrowisata?? Pasti, dengan oleholeh pulang kolang-kaling, Nira, gula sakka, sapu ijuk dan lain-lain. Maka berdirilah kioskios suvenir di sepanjang jalan Siatas Barita. Ini bakal menyedot sejumlah tenaga kerja dan menjadi lapangan kerja menarik bagi masyarakat Silindung dan semakin TARBARITALAH ke manca negara, ate boru Tobing..eh.silap, boru ni siopat pusoran !? Sossoknya itu teman seperut, D. Gultom, MA, di pariwisata? Olo ma nian tutu da amang, olo ma.. gabe jala horas. Nah, yang menjadi pertanyaan siapa sponsor atau pelopor?. Bagaimana dengan ketua DPP-HKTI SU Pak Ir. Siswono? Atau ketua DPD- HKTI SU Pak Prof. MPL Tobing? Atau Pak Bupati Drs.R.E. Nainggolan, MM sajalah! MARI, KERJAKAN!! TUHAN AKAN MENOLONG !! 3 Ijuk

Mungkin sudah ada orang di Indonesia yang tidak kenal dengan ijuk sebab di zaman serba plastik ini, sapu dan tali plastik sudah menyingkirkan sapu dan tali ijuk dari kehidupan masyarakat hingga kepelosok desa. Jadi nggak usah heran, ya mas Patawi Bowie. Asal jangan dengan S.H. (Sian Hitaan) yang bilang: Ai tak kukenal ijuk, bah. Sega marusakna, ate Tulang. Suarsairlah nanti umpasa: ijuk di para-para dst. BISA TARMALI TONDI OMPU MULAJADI NA BOLON! Ijuk aren dijumpai hampir diseluruh batangnya, mulai dari bawah hingga ke puncak. Dapat diambil setiap waktu tanpa mengganggu tanaman. Warna ijuk hitam, lurus, kaku, keras mulai dengan ukuran yang sehalus benang jahit hingga benang 100 atau lebih. Di depan telah diutarakan bahwa ijukpun multi guna. Sebelum plastik merajai dunia, ijuk menjadi bahan baku sapu rumah, tali (polang, Batak), bahan lapis saringan air, dan lain-lain. Dalam 6 tahun terakhir banyak diminta olah Jerman dan Jepang yang digunakan sebagai bahan pelapis kabel bawah tanah dan air. BPS (1990) mendata, ekspor ijuk dalam 4 tahun terakhir menunjukkan kenaikan jumlah maupun nilai dalarnya. Tahun 1986 : 500.360 kg dengan nilai US$ 887.967; Tahun 1986 sudah menjadi 693.437 kg ijuk dengan nilai US$ 957.879. Mungkin tahun 2002 ini sudah lebih besar lagi. Berapa ya, bu Rini? Masalahnya, ijuk yang dipesan oleh importir itu harus berukuran panjang tertentu dengan diameter tertentu pula. Inilah tantangannya, Jawabannya, dari pakar-pakar teknologi dan pemuiaan tanaman. Hal ini sangat penting agar serat-serat ijuk kita dapat lebih banyak, lebih panjang dan lebih tebal. Bagaimana Pak S.M.Hutagaol (Sekjen DPD- HKTI SU), sudah dihitung berapa semua jumlah dolar yang diperoleh dari Nira, gula aren , koling dan ijuk kita.Belum??? Ooo pak Gaol alis Mentrans sedang mengkhayal, ni ye? Mau mendirikan pabrik pintal tali ijuk, ya! Di mana? Di Belgi ehBalige ya? Baguslah itu pak, agar maporus pogosi (kemiskinan lenyap). Lalu apalagi yang kita bahas? Daun aren? Lidi? Batang dengan sagunya? Atau kayu kerasnya? Betul sekali pak Gaol. Cuma dari hasil penelitian kami belum cukup banyak, sehingga samplenya belum dapat memenuhi syarat sebuah panelitian. Mungkin kesempatan lain akan kita teliti. Lagi pula daun dan lidi, batang + sagu masih belum go internasional. Mungkin satu lagi yang penting dari pohon aren yang perlu kita rekomendasikan. Apa itu ? Sebagai tanaman penghutanan kembali (reboisasi) dan rehabilitasi. AREN UNTUK TANAH LONGSOR DAN GUNDUL a. Kendala Dan Hambatan Hal pertama sebagai kunci dari apa yang didiskusikan selanjutnya ialah MEMBUDAYAKAN TANAMAN AREN.Kesulitan utama adalah pada perkecambahan benih aren. Aren diperbanyak dengan biji (generatif) yang selama ini dilakukan oleh binatang-binatang hutan sepertibabi hutan, musang dan lain-lain. Buah aren (halto) yang masak, daging buahnya dimakan oleh binatang itu (bersama bijinya) lalu buang hajat, bijinya turut numpang, jatuh ketempat tertentu. Apabila tempat jatuhnya itu kondusif maka berkecambahlah biji ini. Berapa lama, ya? Ah, Cuma 4-6 bulan, aje. Masya segitu lama? Panen padi parmitu sudah siap sebulan lalu.Nggak maulah! Nah inilah kendala utama untuk membudidayakan aren. Jangan terus menyerah. Ingatlah! Kelapa sawit yang terhampar luas itu, dulu kecambahnyapun diimpor oleh PTP dari luar. Sekarang, berapa banyak kecambah sawit yang anda butuhkan? Silahkan pesan ke Balai Penelitian Marihat Siantar atau ke PT. Perkebunan LONSUM atau SOCFINDO. Hargapun relatif murah. Biji aren tidak jauh beda

dari biji sawit. Cangkangnya sangat keras dan tebal. Iu sebabnya masa tidurnya (dormancy) lama sekali. Tetapi dengan perlakuan tertentu masa tidur itu dapat diperpendek (seperti kelapa sawit). Alm. Ir. A.Rachman Rangkuti mantan ketua DPP- HKTI, mantan anggota DPR-MPR, mantan Project Leader P3RSU Labuhan batu, alumni Fakultas Pertanian USU, telah berhasil mengecambahkan biji aren seperti sawit di Labuhan batu (?) Namun begitu beliau pindah ke Jakarta, kelanjutan cerita kecambah aren pun ikut pula pindah. Tetapi bantuan B.P. Marihat pasti mau membantu, Ibu Prof. DR. Ir. T. Chairun nisa juga siap! Ya, bu baik! Kendala utama kedua ialah pohon aren baru akan memberikan hasilnya setelah 6 7 tahun. Masuk SD Tanam Aren, tamat SD baru panen, Siapa mau? Apalagi bagi mereka yang sudah usia kepala ENAM, seperti penulis, Pak Prof. Tobing, pak Siswono dan pak Hutagaol, mungkin nggak sempat lagi menikmatinya. Eh, eh, jangan mendahului Tuhan lah!! Abang Jampang aja sudah kepala delapan, masih mau tanam aren, asal ada kecambahnya dan diberi petunjuk agrobisnisnya. Lagi pula, tambah si Parmitu, bila usia yang menjadi alasan, itu EGOIS !! Hanya memikirkan diri sendiri. Lupa sudah pepatah Harimau mai meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading , Parmitu mati meninggalkan Nira/Tuak, Abang Jampang mati meninggalkan ..ijuk (jambang + kumis). Nah, pas bukan. Kita mati meninggalkan aren untuk anak, cucu, nini, nono, itulah harta karun untuk generasi penerus kita. Oke ?!! b. Tanaman Rehabilitasi dan Reboisasi Peranan aren sebagai tanaman reboisasi dan rehabilitasi, mungkin lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil-hasil yang dapat diambil dari pohon aren. Apalagi mangingat kepulauan Indonesia yang banyak pegunungannya, tanah-tanah tandus yang luas, pegunungan gundul akibat perkosaan hutan semuanya dilanda erosi. Untuk itulah banyak pakar kehutanan merekomendasi aren sebagai salah satu pilihan utama. Alm. A. R. Rangkuti telah merencanakan untuk menghijaukan kawasan Danau Toba dengan pohon aren. Sumitro (1991) bahkan merekomendasi aren sebagai system pertanian kehutanan (agroforestry) yang bisamenambah pendapatan petani di sekitarnya maupun penyedotan tenaga kerjadi desa yang relatif melimpah itu. Apa dasar atau alasan merekomendasikannya? Sebab aren mempunyai sejumlah kelebihan. Aren dapat tumbuh subur dihampir permukaan laut; mau ditanah datar, miring atau curam.Mengapa? pohon aren memiliki akar-akar yang rapat/ padat dan dapat menembus tanah sedalam 3 meter lebih, sehingga batangnya yang dapat mencapai ketinggian 15 meter lebih itu berdiri kokoh tegak meskipun tiupan angin cukup kencang. Bila sudah tumbuh, aren tadak memerlukan pemeliharaan dan perawatan yang intensif. Tinggal tunggu waktu panen saja. Bagaimana mas Patawi Bowie (anggota DPRD, Pengurus DPD-HKTI SU), berapa km panjangnya tanggul Sei Ular, Sei Wampu, Sei Besilam, dan lain-lain, kita tanami aren yok! Nggak usah kelapa sawit, nanti untuk ninja saja itu. Kalau aren tidak mudah dicuri. Hutang, pak! Berapa ribu pohan aren pak? Berikan rakyat disepanjang sungai itu yang mengerjakan dengan system bagi hasil dengan Pemkab! Setuju! Kalau tidak, biar aku garap nanti dengan pak Hutagaol dan pak Soekirman. Rasanya cocok juga ditanggul Sei Sigeaon, mulai dari Sipoholon, terus kebatu Hopit di kaki gunung Martimbang. Berapa puluh km itu? Berapa ribu pohon aren! Khusus dari Sipoholon hingga kota Tarutung ditata sedemikian rupa, di bawah dibuka caf-caf jual Nira, cendol, kolak kolang-kaling, setidaknya pada hari Rabu dan Sabtu (Onan). Bagaimana pak Bupati? Halo bere Ir.Tumbur Napitupulu, ai pernahnya kau gagasi ini dengan teman-teman yang ada disini. Olo Tulang, bilang dong!! Jalan Tarutung ke Sipirok

berliku-liku dan curam, rawan longsor (erosi). Mengapa tidak kita cegah erosinya dengan pohon aren, mulai dari makam Raja P. Panggabean, Ayahanda Alm.Jend.Besar Maraden Panggabean hingga keperbatasan Sipirok? Halo, Pak Prof. DR. Amudi Pasaribu (boru ni Pansurna pitu) masih toap (sangguo) amang? Akupun mau juga bah. Saying tulangku (Raja Mangatur Panggabean) sudah jumolo (meninggal) setahun silam. Maaf, hampir lupa dengan pak G.M.Panggabean juga masih bertalian dengan Pansur Napitu, kan? Ayo Lae! Halo, Pangaribuan! Dolok saut itu sudah gundul, ya, yang tumbuh disana makam-makam. Ayo kita tanam aren ya, agar penghuni makam-makam itu merasa sejuk dinaungi apalai pada musim kering. Tentu mereka akan senang dan akhirnya seperti kata petuah omputa sijolo-jolo tubu: sahat-sahat ni solu ma sahat tu bortean, molo ris hita on manuan bagot, ris ma sude pomparata na tatadingkan dapotang tading-tading na arga jala sahat ma hita on luhut tu Panggabean. Ima tutuuuuuuu.olo ma nian tutu da inang, alo ma nian tutu.rap ta indahan ma. Horaaaaaaaaas. PENUTUP Tulisan yang mengandalkan hasil-hasil penelitian dari mahasiswa Fakultas USU, US XII dan UNH serta sumber kepustakaan (satu diantaranya PH.D. rekan penulis, ibu Prof. DR. Ir. T. Chairun Nisa Haris, staf dosen/ guru besar Fakultas pertanian USU). Tulisan semi ilmiah ini dibuat dengan gaya spesifik agar lebih menggairahkan para pembaca agar tertarik dengan aren sebagai tanaman ekonomis serba guna. Kalau ada yang beranggapan bahwa penulisnya berangan angan, boleh-boleh saja. Bukankah Jules Verne yang melukis gambar-gambar pesawat dan roket ruang angkasa 2 abad lalu dituding sebagai pengkhayal sinting? Tetapi di abad XX, apa yang dikhayalkannya itu sudah jadi kenyataan. Orang sudah kebulan dengan pesawat ruang angkasa. Roket telah menjelajahi ke Venus ! Fakta! Kiranya si Putri Bagot dapat menjelmakannya menjadi Fakta! Horas tondi madingin, pir ma tondi matogu !

AREN Berpotensi dan Bernilai Ekonomis


Menuju Kubar, Kukar dan Samarida Bebas Banjir Oleh : Jeinner J Rawung Sumber: http://kebunaren.blogspot.com/2008/12/aren-berpotensi-dan-bernilai-ekonomis.html Sederhananya, banjir dicegah, belajar anak usia sekolah di sepanjang jalur Mahakam tidak terganggu. Tujuan mengkualitaskan Sumber Daya Manusia (SDM) mudah tercapai. Belum lagi, indikasi ekonomis yang mengikuti jika upaya seperti yang diharapkan dilakukan. Masyarakat punya sumber pendapatan, pabrik pembuatan gula dan sebagainya dibangun, warga dapat lapangan pekerjaan, ya ujung-ujungnya SDM di Kaltim berdaya. Jujur saja, penulis sangat mengapresiasi usaha kampanye budidaya Aren oleh Direktur Borneo Orangutan Survival (BOS) Willie Smith dan Anggota DPRD Kukar Saiful Aduar. Dalam beberapa pemberitaan Kaltim Post, Orang asing seperti Willie (pengelola Samboja Lestari) mau mati-matian memperjuangkan gerakan budidaya Aren. Begitu pula Saiful serta

beberapa kolega di DPRD Kukar sangat peduli dan lebih memilih berguru dan mengunjungi sentra budidaya Aren di Minahasa Sulawesi Utara (Kolom Pro Kutai Kertanegara, dalam Kaltim Post, Sabtu, 7/7). Dari berbagai riset termasuk hasil studi kunjungan, anggota DPRD Kukar mengkomunikasikan kelebihan pohon Aren yang secara nyata mendukung pencapaian program Gerbang Dayaku II. Saiful menuturkan, bahwa tanaman Aren bernilai ekonomis tinggi dan berpotensi dikembangkan di Kukar. Pernyataan itu tepat. Hampir semua bagian pohon Aren bisa dimanfaatkan. Selain untuk dikonsumsi (seperti nira dan buah), produk pohon Aren dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak (batangnya) untuk atap rumah (daunnya) sampai perlengkapan rumah tangga lainnya. Di Minahasa, kisaran harga Gula Aren (gula merah) yang diproduksi Pabrik Gula Aren pertama dan terbesar di Indonesia serta diekspor ke berbagai negara itu, sudah mencapai Rp. 96 Ribu Rupiah per kilogram (bandingkan dengan Karet yang hanya Rp 6 Ribu Rupiah). Belum lagi, jika nira Aren difermentasi, akan menghasilkan ethanol. Ethanol digunakan berbagai negara maju sebagai bahan bakar kendaraan bermotor pengganti bensin. Dengan membudidayakan Aren, terbuka juga lapangan pekerjaan, baik petani Aren itu sendiri, dan karyawan (jika telah dibangun pabrik Aren). Hebatnya lagi, mengkonsumsi gula Aren dapat memperpanjang angka harapan hidup sampai 12 Tahun. Selanjutnya, tanaman Aren itu mudah dibudidayakan di tanah Kalimantan. Sebagai contoh, masyarakat adat Dayak di Hulu Mahakam, sangat akrab dan familir dengan Pohon Aren. Observasi Penulis dan Tim LBP2SDM, banyak warga Kampung Sakaq Tada, Kampung Gemuruh dan Kampung Sakaq Lotoq di Kubar menjadi petani Aren. Produksi Gula Aren para petani Aren di tiga Desa itu, dikenal luas berkualitas baik, meskipun pengolahannya masih secara tradisional. Aren sebagai Pelestari Alam dan Pencegah Banjir Sekali lagi, belajar dari banyak penelitian, Pohon Aren punya banyak keunggulan dan manfaat. Pohon Aren sangat efektif dan dapat diandalkan mencegah banjir maupun tanah longsor. Berikut hasil riset yang terus dipublikasikan Tokoh Adat Minahasa Vence Sumual (pimpinan Permesta yang dahulunya memperjuangkan Otonomi Daerah, yang secara tidak langsung terbukti saat ini), di berbagai daerah : 1. Pohon Aren memiliki kemampuan menahan terlama dan terbanyak volume air hujan di atas pohon, saat hujan (setiap batang pelepah daun bisa menahan 1-2 liter selama beberapa jam, pada umur 5-7 tahun memiliki pelepah dari pangkal batang sampai ke ujung pohon) sehingga memberikan waktu yang panjang untuk tanah di bawah pohon untuk dapat menyerap lebih banyak air, dan dengan sendirinya akan menyimpan air tanah yang paling banyak (penelitian sementara para profesor dan para peneliti geologist, Pohon Aren bisa menyimpan / menyerap 200 liter air 10 galon minyak atau galon Aqua). Tak dipungkiri, ini berperan mencegah banjir. 2. Bukan hanya menahan air, Pohon Aren sangat efektif menahan tanah. Ini karena Pohon Aren sangat dalam menancap di tanah (padahal untuk menanamnya gampang, dilempar saja bibit, apalagi di daerah tebing). Di Minahasa telah terbukti, sewaktu banjir dan tanah longsor melanda wilayah itu akhir Tahun 2000 lalu. Lokasinya teramati di Kecamatan Motoling Minahasa Selatan. Ada satu tebing di sebelah jalan, semuanya longsor, kecuali bagian tebing

yang ada rumpun Pohon Aren. Jelas bahwa Pohon Aren kuat dan tegar menahan banjir dan tanah longsor. 3. Dengan sifatnya yang banyak menyimpan air, jelas dapat menyuburkan pohon atau tanaman lain yang ada di bawahnya atau disekitarnya. Jadi Pohon Aren dapat dijadikan tanaman perintis pada lahan gundul. Pohon Aren akan tetap tumbuh dan memberikan nilai ekonomis, meskipun nantinya telah tertutup dengan pohon lain yang tumbuhnya menyusul. Karena, Pohon Aren memiliki batas ketingian dan akan selalu tumbuh dan mati setelah mencapai umur ketinggian tertentu. Penutup Dahlan Iskan (dalam, Kaltim Post, Senin, 2/7) tertarik membahas lompatan ekonomi Tiongkok (Cina) yang cepat dan spektakuler. Penilaiannya Dahlan Iskan itu adalah : apa yang dibicarakan (diprogramkan pemerintah Cina), langsung diputuskan, dibangun (dilaksanakan) dan jadi (berhasil). Namun, Penulis dan LBP2SDM mampu hanya sebatas mewacanakan. Nanti, setelah bersama adikuat mengidentifikasi bahwa masalah banjir itu diakibatkan oleh gundulnya hutan Kalimantan (kayunya sudah habis), berikut memprediksi bahwa jika tak acuh malah akan lebih fatal akibatnya. Sebaliknya input Penanaman Pohon Aren ternyata mampu mencegah banjir. Maka, untuk soal pengambilan keputusan (Decition), sudah ada di tangan kita selaku masyarakat, lebih-lebih Pemerintah terkait (Pemprov, Pemkab-Pemkot). Setelah diputuskan banjir harus dicegah, umpamanya, dengan gerakan penanaman sejuta Pohon Aren, maka harus segera dieksekusi. Jangan malah terus terlambat, menyengsarakan dan memuakkan, begitu.*** *) Penulis adalah Direktur LBP2SDM dan Deputi Perencanaan Brigade Manguni Kalimantan

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH PRODUK TANAMAN AREN MELALUI PRODUKSI BIOETANOL BERBASIS INDUSTRI RAKYAT
Oleh : Johan Arnold Mononutu (Disajikan dalam Workshop Budidaya dan Pemanfaatan Aren untuk Bahan Pangan dan Energi 6 Desember 2007) LATAR BELAKANG Menipisnya ketersediaan sumber daya alam khususnya sumber daya minyak bumi (BBM) yang tidak terbarukan, memaksa masyarakat dunia untuk mencari alternatif pengganti minyak bumi yang lebih ramah lingkungan. Berbagai penelitian para ahli, baik dliuar negeri maupun didalam negeri, menyimpulkan bahwa terdapat berbagai jenis tanaman didunia sebagai bahan bakar nabati (BBN) yang terbarukan.

Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman yang dapat yang dapat dibuat (deversifikasi) sebagai sumber bahan bakar nabati, seperti tanaman singkong, jagung, tebu, dan aren. Secara hakiki, kelebihan dari bahan bakar nabati adalah bahwa struktur harganya bisa ditentukan didalam negeri tergantung dari biaya produksinya, berbeda dengan BBM yang harus melalui suatu kesepakatan dengan negara-negara lain penghasil minyak (OPEC). Dilain pihak, salah-satu penyebab (penyumbang tersebar) pemanasan global yang terjadi saat ini adalah asap (CO2) yang dihasilkan oleh aktifitas pabrikasi, penggunaan kendaraan bermotor, dan produksi rumah tangga yang menggunakan BBM. Pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) berupa bioetanol merupakan alternatif unggulan karena selain pertimbangan faktor harga yang dapat lebih murah, juga dapat mengurangi produksi CO2 sebagai precurator pemanasan global serta dapat mengurangi biaya perawatan mesin. Indonesia sebagai salah-satu negara produsen minyak dunia berada pada situasi dilematis. Disatu sisi, sebagai negara penghasil minyak semestinya menikmati melambungnya harga minyak dunia, namun hal itu tidak terjadi karena untuk konsumsi dalam negeri Indonesia terpaksa harus mengimpor minyak bumi yang harganya melambung tadi. Oleh karena itu pemerintah Indonesia harus selalu mensubsidi penggunaan bahan bakar dalam negeri agar tidak membebani rakyat. Pada sisi lain, ketika harga minyak bumi turun, pendapatan pemerintah Indonesia menjadi berkurang sehingga sangat mempengaruhi alokasi dana untuk pembiayaan pembangunan. Dari uraian diatas dapatlah dibayangkan betapa penting dan strategisnya penggunaan bahan bakar alternatif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. TANAMAN AREN DI SULAWESI UTARA

Sebagaimana dikemukanan, Indonesia mempunyai beberapa pilihan dalam upaya untuk memanfaatkan (dan memassalkan) berbagai jenis tanaman po tensial sebagai sumber bahan bakar nabati. Tanpa bermaksud mengurangi arti penting jenis tanaman lainnya yang saat ini telah dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar, dalam paparan ini akan difokuskan pada pemanfaatan pohon aren (Arenga pinata) sebagai bahan baku produksi bioetanol. Tanaman aren (Arenga pinata) di Sulawesi Utara, yang dikenal dengan nama pohon seho, merupakan tanaman yang tumbuh liar di daerah pegunungan dengan populasi mencapai kisaran 2 (dua) juta pohon dan telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Sulawesi Utara sebagai sumber mata pencaharian melalui produksi minuman saguer (sejenis tuak) dan captikus (alkohol kadar tinggi) ataupun yang diolah menjadi gula merah atau gula aren. Proses penyadapan saguer persis sama dengan proses dalam proses penyadapan gula kelapa di Jawa. Di Sulawesi Utara proses tersebut disebut batifar . Produk captikus serta gula aren merupakan produk lanjutan dari bahan baku saguer, hanya bedanya gula aren melalui proses pemasakan, adapun captikus dihasilkan melalui proses penyulingan (destilasi) dengan menggunakan alat tradisional yang sangat sederhana. Dengan kata lain, produk captikus ataupun gula aren merupakan kegiatan home industry yang telah berlangsung secara turuntemurun berabad-abad lamanya. Keunggulan lain dari tanaman aren sebagai penghasil bioetanol dapat dilihat dari tabel pembanding berikut ini;

Dari penjabaran diatas, tanaman aren di Sulawesi Utara sangatlah layak dan signifikan untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar nabati dengan pertimbangan; 1. Pada saat ini telah tersedia (walaupun tumbuh secara liar) sebanyak +/- 2 (dua) juta pohon aren di berbagai kabupaten di Sulawesi Utara. 2. Adanya ketersediaan tenaga kerja terampil. 3. Proses penyulingan (destilasi), meski terbilang sederhana, telah dikenal masyarakat Sulawesi Utara sehingga sentuhan teknologi terapan (tepat-guna) merupakan solusi terhadap faktor produktifitas. 4. Masih tersedia ribuan hektar lahan tidur yang jika diperlukan dapat dimanfaatkan. 5. Diversifikasi produk saguer dan captikus menjadi bioetanol dapat menunjang ketahanan sosial ekonomi masyakarat Sulawesi Utara.

Sejalan dengan pertimbangan pertimbangan tersebut, pada sisi yang lain telah pula berkembang kesadaran ditengah masyarakat Sulawesi Utara bahwa keberadaan captikus sebagai minuman berkadar alkohol tinggi mempunyai beberapa dampak buruk, yaitu; 1. Tidak ada mekanisme kontrol terhadap produksi minuman ber-alkohol 2. Produksi captikus oleh rakyat (petani/penyadap) tidak memberikan kontribusi terhadap pendapatan (pajak) pemerintah daerah 3. Kebiasaan menkonsumsi captikus yang banyak dilakukan oleh generasi muda (usia produktif) berpengaruh buruk terhadap kesehatan dan peningkatan kerawanan sosial. BIOETANOL DARI TANAMAN AREN

Berdasarkan uraian dan pemikiran yang telah dikemukan sebelumnya, maka pada tanggal 21 September 2007, Bupati Minahasa Selatan telah meresmikan Proyek Percontohan Saguer Menjadi Bioetanol yang berlokasi di desa Kotamenara, Kecamatan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan, Propinsi Sulawesi Utara, sebagai hasil kerja-sama kami dengan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan. Sebagai ilustrasi, dari serangkaian uji-coba (uji-produksi) intensif yang telah dilakukan sejak bulan Maret 2007 hingga berjalannya Proyek Percontohon Produksi Bioetanol dari Saguer, diperoleh fakta bahwa baik saguer maupun captikus yang berasal dari tanaman aren dapat menghasilkan bioetanol 90% hingga 95% pada proses destilasi pertama dan pada proses destilasi yang kedua dengan disertai penggunaan zeolit mampu menghasilkan bioetanol 99,6% (fuel grade) Sejak berjalannya Proyek Percontohan Saguer Menjadi Etanol tersebut kami telah mengembangkan, memperkenalkan, dan menggunakan alat destilasi (penyulingan) dengan

teknologi terapan (tepat guna) dengan bimbingan dari BBPT, dalam hal ini Balai Besar Teknologi Pati Bidang Teknologi Etanol dan Derivatif. Pengembangan teknologi terapan alat produksi bioetanol tanaman aren yang kami lakukan bertujuan, antara-lain untuk: 1. menciptakan alat produksi bioetanol yang lebih efisien dan efektif, sehingga dapat mempertinggi kualitas dan kuantitas produksi 2. menciptakan alat produksi yang mudah untuk dioperasikan sehingga mempercepat proses alih-teknologi (friendly used) 3. menciptakan alat produksi berbiaya murah sehingga mempermudah pemassalan alat produksi (mass product) 4. menciptakan alat produksi yang memiliki masa pakai relatif lama (best value for money) 5. menciptakan alat produksi yang ramah lingkungan (environmentally friendly) sehingga proses produksi tidak mengganggu keseimbangan dan kelestarikan lingkungan hidup. PERBERDAYAAN EKONOMI KERAKYATAN Proses produksi Bioetanol dari tanaman aren (saguer) dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang mensinergikan tiga stake-holder utama, yaitu : 1. Petani/Pemilik lahan sebagai produsen bioetanol tingkat pertama. 2. Pengusaha sebagai penyedia alat produksi dan pembeli bioetanol. 3. Pemerintah sebagai fasilitator dan regulator. Implementasi dari produksi Bioetanol dilakukan dengan mengupayakan peningkatan pendapatan serta taraf hidup petani serta penyadap/-pengolah aren. Kebijakan ini diambil karena selama ini para petani dan penyadap/pengolah aren terperangkap dalam belenggu perijonan yang dilakukan oleh para tengkulak yang hanya berorientasi mencari nilai keuntungan sebesar-besarnya tanpa menghiraukan nasib petani. Oleh karena itu, percontohan produksi bioetanol dari saguer akan mengkondisikan suatu patokan harga jual produksi bioetanol yang lebih menguntungkan petani/penyadap aren, untuk selanjutnya diperkuat oleh suatu bentuk kontrak kerja (win-win solution). Kontrak kerja ini dapat berfungsi ganda karena disamping dapat berfungsi sebagai sarana untuk menjamin pasokan produksi, juga dapat digunakan sebagai alat agunan kredit konsumsi berbunga rendah yang dapat dimanfaatkan oleh petani/-penyadap aren yang tergabung dalam Proyek Percontohan Produksi Bioetanol dari Saguer. Dengan bantuan pengelolaan dari pengusaha dan pemerintah, para petani yang yang tergabung dalam Proyek Percontohan Produksi Etanol akan difasilitasi melalui koperasi yang akan menyalurkan pinjaman kredit berbunga rendah dan penyediaan berbagai kebutuhan pokok. Melalui pembentukan koperasi diharapkan peran pembinaan oleh pemerintah dapat berjalan secara lebih terarah (tepat-sasaran) sehingga target untuk meningkatkan kualitas taraf-hidup petani/penyadap aren dipedesaan dapat terkondisikan dengan baik. Dengan sistem yang kami berlakukan dalam usaha peningkatan pemanfaatan tanaman aren menjadi bioetanol maka usaha usaha peningkatan pemberdayaan masyarakat akan sangat terkait dengan pola pembangunan daerah yang dikonsentrasikan pada masyarakat petani dipedesaan.

Khusus untuk Proyek Percontohan Produksi Etanol Dari Saguer di Desa Kotamenara, Kecamatan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan, akan dikembangkan sistem produksi menggunakan listrik dalam proses destilasi saguer menjadi bioetanol. Sumber tenaga listrik akan diperoleh dari pembangkit listrik mini-hydro dengan memanfaatkan aliran air-terjun yang berada didesa Kotamenara. Diintegrasikannya pembangkit listrik mini-hydro dimaksudkan untuk: 1. 2. 3. 4. mempermudah pengendalian suhu (temperatur) pada proses produksi meningkatkan faktor keamanan dalam proses produksi menciptakan proses produksi ramah lingkungan memenuhi kebutuhan listrik dikawasan produksi dan depo penampungan hasil produksi, mengingat hingga kini Propinsi Sulawesi Utara masih sangat kekurangan daya pasokan listrik yang berakibat diberlakukannya pemadaman listrik secara rutin-berkala 5. sarana penunjang akselarasi perekonomian masyarakat setempat 6. memperkuat identifikasi sebagai desa mandiri energi 7. dalam pengertian lebih luas, merupakan suatu bentuk perwujudan dari Corporate Social Responsibility (CSR). TANTANGAN DAN HAMBATAN Semenjak digulirkannya Proyek Percontohan Saguer Menjadi Etanol didesa Kotamenara, Kecamatan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan di Propinsi Sulawesi Utara, sasaran strategis proses produksi Bioetanol dari saguer dengan menggunakan teknologi terapan (tepat-guna) yang diperkuat oleh suatu kontrak kerja produksi-distribusi telah memperoleh berbagai tanggapan positif sekaligus harapan dari para petani/penyadap aren didesa-desa lain yang juga dikenal sebagai sentra penghasil saguer dan captikus diwilayah Kabupaten Minahasa Selatan, Propinsi Sulawesi Utara. Sementara itu, akibat keterbatasan permodalan untuk pengembangan aktifitas usaha produksi, maka jumlah petani/penyadap aren yang dapat diikut-sertakan masih sangat terbatas yaitu hanya sebanyak 10% (sepuluh prosen) atau 40 (empat puluh) orang dari jumlah petani/penyadap aren yang terdapat di Desa Kotamenara. Pada saat ini, dengan kapasitas produksi per-alat destilasi skala rumahan (per-kelompok terdiri dari 2 petani/penyadap aren) mencapai 5 (lima) liter per-jam dengan kualitas 90% bioetanol dengan masa operasi 10 (sepuluh) jam per-hari, maka hasil produksi per-hari dari 10 (sepuluh) alat destilasi yang dioperasikan hanya mencapai 500 limaratus) liter atau 13 ton per-bulan untuk 26 hari kerja. Usaha dan upaya kami sejauh ini masih mengandalkan pada permodalan sendiri tanpa dukungan pihak bank dan atau bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah melalui berbagai program yang tersedia bagi pelaku usaha, khususnya usaha produksi bioetanol sebagai bahan substitusi bahan bakar automotif maupun bagi usaha indistri lainnya yang dapat digunakan sebagai pengganti minyak tanah. Guna meningkatkan skala ekonomi dan produktifitas usaha, maka dibutuhkan dukungan permodalan melalui fasilitas pinjaman lunak atau kredit perbankan, khususnya untuk mendanai ; a) pemassalan pembuatan alat destilasi etanol untuk petani/penyadap aren, b) biaya pembelian hasil, c) penyediaan fasilitas penampungan dan penyimpanan hasil produksi,

dan d) pengembangan fasilitas pabrik untuk proses produksi akhir (pemurnian kadar bioetanol). SIMPULAN DAN PENUTUP 1. Tanaman Aren (Arenga pinata) sangat layak untuk dikembangkan menjadi salah-satu tanaman alternatif penghasil Bahan Bakar Nabati (BBN) Bioetanol. 2. Peran-aktif pemerintah, baik pusat maupun daerah, sangat diharapkan untuk melakukan suatu terobosan sehingga tanaman aren dapat dijadikan salah -satu prioritas program budi-daya. 3. Kalangan usaha kecil-menengah atau investor lokal (umumnya memiliki kendala keterbatasan permodalan) yang akan berusaha dalam produksi dan distribusi bioetanol dari tanaman aren perlu mendapatkan perhatian dan dukungan kebijakan dari pemerintah serta pihak perbankan, baik ditingkat pusat maupun daerah. 4. Proyek Percontohan Produksi Bioetanol Dari Saguer didesa Kotamenara, Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan, Propinsi Sulawesi Utara, juga merupakan suatu proyek percontohan menuju Desa Mandiri Energi yang dikemas dalam bentuk Marketing Integrated Sistem sebagai upaya dan usaha mengoptimalkan sumber-daya alam (natural resources) dan sumber-daya manusia (human resources) guna pendayagunaan yang lebih bernilai-tambah. 5. Proses produksi bioetanol dari tanaman aren dengan pendekatan yang kami terapkan, secara nyata memposisikan petani/penyadap aren sebagai elemen stategis sehingga berpotensi meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat petani dipedesaan. 6. Sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam penghematan bahan bakar automotif secra nasional, yang akan diberlakukan pada awal tahun 2008 maka sangat diperlukan political will yang serius dari pemerintah yang segera dapat dijabarkan dengan political action oleh pemerintah daerah Sulewesi Utara dimulai dengan memproduksi bio-etanol pada tahap pertama tahun 2008 dengan 10% (sepuluh prosen) dari 2 juta pohon yang jika dikonversi menjadi bioetanol akan berjumlah 200 ribu pohon dikali 1,2 liter etanol per-hari per pohon atau sama dengan 240.000 liter bioetanol yang dapat ditampung oleh Pertamina dan PLN, yang minimum dapat menutupi kubutuhan penggunaan bahan bakar di Sulawesi Utara. Dan seterusnya dapat diikuti untuk memproduksi bioetanol sesuai dengan bahan baku tanaman aren yang tersedia di Sulawesi Utara, di lima kabupaten Sulawesi Utara untuk membantu kebutuhan masyarakat dan pemerintah, khususnya diwilayah Indonesia bagian timur. Jakarta, 06 Desember 2007

TANAMAN AREN SEMAKIN NGETREN


Oleh : Kunarso * Sumber: http://plasnut.blogspot.com/ Tanaman aren (Arenga pinata) adalah termasuk plasma nutfah tanaman perkebunan yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat karena memiliki banyak kegunaan. Hampir semua bagian tanaman aren ini berguna, baik untuk pangan, bahan baku industri maupun energi

terbarukan. Aren juga memiliki kemampuan fungsi hidrologi yang tinggi sehingga sangat cocok untuk tanaman konservasi. Belakangan ini pamor aren semakin ngetren seiring dengan Revolusi Aren terkait dengan pemanfaatan niranya untuk bahan bio-etanol. Tanaman aren bisa menjadi tanaman konservasi. Hal ini ditunjukkan bahwa aren banyak dijumpai di lokasi yang berbukit dan rawan bencana alam, tanah longsor dan banjir. Pohon aren juga bisa menghambat erosi. Selain itu dengan sistem agrofprestry, tanaman aren juga banyak dimanfaatkan untuk daerah aliran sungai (DAS).Di Kalimantan Timur tanaman ini banyak dijumpai di lereng gunung, lembah dan aliran sungai. Tak heran di beberapa daerah yang banyak arennya masih ditemui air yang jernih dan awet (melimpah di musim hujan dan kemarau). Wim Tangkilisan dalam tulisannya berjudul Global warning dan Revolusi Aren mengungkapkan bahwa dari pohon aren, manusia bisa mengambil ijuk, daun untuk atap rumah, batang dan pelepah untuk bahan bangunan, buah muda untuk kolang-kaling yang membuat nikmat kolak, dan cairan manis (nira) segar yang langsung bisa diteguk. Dari cairan manis berwarna putih ini, penduduk juga membuat minuman keras lewat proses penyulingan. Penduduk di sejumlah wilayah Indonesia timur menyebut minuman yang sudah disuling ini dengan sebutan tuak. Di Manado, minuman keras dari nira ini populer dengan nama cap tikus.Kini, hasil penelitian terbaru menunjukkan dahsyatnya manfaat pohon aren atau sugar palm dalam bahasa Inggris. Ternyata, nira mampu menghasilkan biofuel dengan tingkat produktivitas empat kali crude palm oil (CPO) atau minyak sawit. Beda dengan pohon kelapa sawit yang egoistik dalam arti tidak bisa hidup berdampingan dengan pohon lain, aren bisa bertumbuh subur di tengah pepohonan lain dan semak-semak. Jika untuk menanam sawit, pemilik lahan harus membabat semua pohoh lain, lahan untuk aren tidak perlu didahului dengan membabat hutan. Aren adalah jenis pohon yang ramah lingkungan.Dengan akarnya sedalam enam-delapan meter, pohon aren sangat efektif menarik dan menahan air. Aren bisa tumbuh di dataran, lereng bukit, dan gunung hingga ketinggian 1.400 meter dari permukaan laut.Aren juga biasa tumbuh dengan subur di tengah hutan. Di kawasan aren di Sulawesi Utara yang dibudidayakan pengusaha nasional Hashim Djojohadikusumo, sejumlah hewan yang lima tahun silam sempat hilang, kini kembali ada. Hutan aren menjadi habitat babi hutan dan rusa. Jika sebelumnya tanah tandus, tidak ada air, kini di sejumlah tempat muncul mata air, kata Hashim.Tidak seperti singkong dan tebu yang dipanen tiga-empat bulan sekali, aren dapat dipanen sepanjang tahun. Satu pohon aren bisa menghasilkan nira sebanyak 20 liter per hari dan 10% di antaranya bisa diproses menjadi etanol.Usia panen aren enam-delapan tahun. Tapi, sangat produktif. Setiap satu hektare, kata Kepala Bagian Jasa Iptek Puslit kimia LIPI Dr Hery Haeruddin, bisa ditanami 75-100 pohon. Dengan demikian, setiap hektare bisa menghasilkan 1.000 liter nira dan 100 liter etanol per hari. Dari semua bahan baku Bahan Bakar Nabati (BBN), aren (Arenga Pinnata) merupakan yang paling potensial untuk dijadikan BBM alternatif itu. Produktivitasnya mengalahkan semua biomassa lainnya. Hal itu diungkapkan Direktur Teknologi Pengembangan Sumber Energi Nabati untuk Substitusi BBM Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Unggul Priyanto, dalam seminar di Hotel Gran Puri, Jl Sam Ratulangie, Manado (30/7/2007). Aren itu bisa memproduksi bioethanol 40 ribu liter per hektar setiap tahun, ungkap Unggul yang juga Ketua Panitia Ekspedisi BBN 2007.Nira yang dihasilkan Aren mengalahkan jumlah bioethanol yang dihasilkan ubi, kentang, tetes tebu, jagung, sagu dan lain-lain.

Bahkan jika dibandingkan dengan biomassa penghasil biodiesel untuk pengganti solar, aren tetap paling produktif. Singkatnya, kini tanaman aren semakin ngetren. *) Ir. Kunarso, MP. Kepala UPTD-P2BP Disbun Provinsi Kalimantan Timur, Sekretaris Pokja Bidang Perkebunan Komda Plasma Nutfhah Provinsi Kalimantan Timur. 14-12-2008

Aren, Tanaman Keren di Area Samboja Lestari


Oleh : Nanang Qosim (Koordinator Comdev BOS Samboja Lestari) Sumber: Kahiyu, Volume II No. 2 Januari 2007, www.orangutan.or.id.

Aren, (Arenga Pinnata) adalah salah satu tanaman jenis palem yang dikenal oleh masyarakat lokal sebagai penghasil air nira yang bisa dijadikan gula merah. Kebanyakan orang lokal menyebutnya Enau, yang dalam bahasa latinnya dikenal dengan nama Arenga pinata. Tanaman ini ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia yang bersuhu lembab berkisar antara 27-28C. Pertumbuhan tanaman aren terbilang lama, karena membutuhkan waktu yang agak lama mulai dari semai sampai siap tanam, bahkan berproduksi. Namun begitu, perawatan aren tidaklah sulit dan mahal, karena hanya dengan suhu dan keadaan lingkungan yang baik dan sesuai, aren akan tumbuh dengan subur dan berproduksi dengan baik. Waktu yang baik untuk menanam aren adalah saat musim akhir kemarau memasuki musim penghujan, karena pada musim tersebut, suhu bisa dikatakan rendah. Aren bisa dikatakan siap panen pada usia 10-15 tahun. Pada usia itu aren biasanya berbunga dan siap untuk dipanen. Bunga yang muncul dari sela-sela pelepah daun menjuntai ke bawah siap diolah untuk siap dipanen niranya dan dijadikan minuman segar atau dibuat gula merah. Ditinjau dari fungsi dan kegunaannya, tanaman aren mulai dari bunga, buah dan bagian pohon lainnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Dengan cara menyadap niranya kita bisa membuat minuman segar berupa saguer (kita kenal dengan tuak). Buahnya yang masih muda dapat diolah menjadi makanan kaleng (kolang-kaling). Sedangkan ijuk, lidi dan daunnya bisa digunakan untuk bahan material rumah tangga. Hasil sadapan, selain untuk tuak dan dibuat gula merah, sebagian masyarakat meyakini bisa dijadikan campuran obat trdisional. Sebagian penduduk memanfaatkan batangnya diolah menjadi sagu untuk makanan pokok mereka. Selanjutnya dengan teknologi yang cukup maju tanaman aren bisa menjadi bahan dasar penghasil gula kristal dan alternatif bahan bakar. Dengan dicanangkannya tanaman Aren sebagai salah satu tanaman yang masuk dalam program Nasional Pemerintahan RI untuk dikembangkan, setelah tanaman sawit dan tanaman Jarak Pagar, Yayasan BOS sebagai salah satu lembaga konservasi ikut mendukung sepenuhnya pencanangan pengembangan tanaman aren tersebut. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya semaian biji tanaman aren dipersemaian yang dikelola oleh Yayasan BOS-Samboja Lestari, Kalimantan Timur. Saat ini terdapat lebih dari 20.000 bibit aren. Selain bibit baru yang ada di persemaian, BOS-Samboja Lestari sejak tahun 2002 juga telah mengembangkan tanaman aren di areal perbatasan kawasan rehabilitasi lahan BOS-Samboja Lestari, dengan jumlah aren yang telah tertanam mencapai puluhan ribu bibit.

Tujuan budidaya tanaman aren di areal rehabilitasi lahan, khususnya di areal perbatasan lebih diperuntukkan sebagai tanaman pembatas antar zonasi-zonasi yang ada di dalam areal rehabilitasi lahan BOS-Samboja Lestari yang luasnya hampir mencapai 2.000 hektar. Proses penanaman aren di persemaian dimulai dengan pencarian biji dan bibit cabutan. Untuk pencarian biji dan bibit lokal, biasanya didapat dari desa Saka Kanan Km.29, Balikpapan, Kalimantan Timur. Selain itu terkadang bibit juga dipesan dari luar daerah dalam jumlah yang besar. Untuk bibit lokal, biasanya didapat dengan keadaan masih terbungkus kulit buah. Oleh sebab itu kulit buah harus dibuang terlebih dahulu. Kemudian biji diambil dan dibersihkan, dilanjutkan dengan di bekam, atau dilembabkan. Pembekaman biasanya dilakukan dengan cara, biji aren yang sudah bersih dimasukkan kedalam kantung plastik yang kedap air dan udara sampai tumbuh kecambah. Untuk itu dibutuhkan waktu kira-kira satu bulan. Setelah berkecambah, bibit siap dipindah ke dalam polibag. Media yang paling bagus untuk tanaman ini adalah top soil (tanah bagian atas yang gembur) dicampur dengan pupuk organik berupa kotoran ternak. Untuk perawatannya, cukup dengan penyiangan rumput di sekitar tanaman saja. Hama pada tumbuhan aren sangat jarang ditemukan, dan biasanya aren tidak tumbuh lebih dikarenakan keadaan lingkungan yang tidak baik, selebihnya aren akan bisa tumbuh dengan subur. Aren akan tumbuh daun jika akar yang berkembang dalam polybag sudah mencapai dasar kedalaman tertentu. Kira-kira usia 1 bulan, akan muncul daun pertama. Daun pertama ini berupa daun yang masih kuncup, setelah itu akan terbentuk daun kedua di usia 3 bulan. Daun pada usia ini berbentuk seperti kipas dan belum memiliki batang tetap. Setelah berusia lima atau enam bulan, baru akan muncul daun tiga dan sudah memiliki batang. Usia siap tanam untuk tanaman aren berkisar antara 1 atau 1 tahun, dengan tinggi tanaman sekitar 30 cm. Aren sudah memiliki batang tetap, dan pada daunnya juga sudah terbentuk lidi. Pada usia tersebut biasanya aren sudah siap untuk ditanam di lokasi tanam. Sedangkan waktu yang diperlukan tanaman aren untuk bisa tumbuh besar dan berproduksi berkisar kurang lebih 10 tahun dengan kondisi lingkungan dan cuaca yang baik serta didukung oleh perawatan yang baik pula.

Sumber Benih Dan Teknologi Pembibitan Aren


Oleh: Ronny B. Maliangkay, Balitka Sumber: http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/ Pendahuluan Tanaman aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman dari suku Palmae yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama terdapat di 14 propinsi, seperti : Papua, Maluku, Maluku Utara, Sumatera Utara, Sumatera

Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan Selatan dan Nangroe Aceh Darussalam. Total luas areal di 14 propinsi sekitar 70.000 ha. Pengelolaan dan pembudidayaan tanaman aren perlu dilakukan mengingat tanaman aren memiliki keunggulan dalam mencegah erosi, terutama pada daerah-daerah yang terjal, karena akar tanaman aren dapat mencapai kurang lebih enam meter pada ke dalam tanah. Nira aren juga berpeluang untuk diolah menjadi salah satu alternatif biofuel, yaitu untuk diolah menjadi etanol. Aren juga memiliki nilai ekonomis jika diusahakan secara serius, karena seluruh bagian dari tanaman ini baik batang, daun, buah, mayang, ijuk yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan kehidupan manusia. Aren ternyata dapat menghasilkan 60 jenis produk bernilai ekonomi dan beberapa produk berpotensi untuk diekspor, bahkan aren berperan sebagai penyuplai energi dan untuk pelestarian lingkungan hidup. Pemanfaatan tanaman aren di Indonesia sudah berlangsung lama, namun agak lambat perkembangannya menjadi komoditi agribisnis karena sebagian tanaman aren yang dihasilkan adalah tumbuh secara alamiah atau belum dibudidayakan. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembudidayaan tanaman aren yang sangat penting adalah sumber benih dan teknologi pembibitan aren. Sumber Benih Tanaman aren dapat dikembangkan secara generatif yaitu melalui biji dari pohon induk yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Batang pohon harus besar dengan pelepah daun merunduk dan rimbun Sampai saat ini tanaman aren yang tumbuh dilapangan dikategorikan dalam 2 aksesi yaitu Aren Genjah (pohon agak kecil dan pendek) dengan produksi nira antara 10 -15 liter/tandan/hari, dan Aren Dalam (pohon besar dan tinggi) dengan produksi nira 20 30 liter/tandan/hari. Untuk pohon induk dianjurkan adalah aksesi Dalam. Oleh karena itu hal yang harus diperhatikan dalam m emilih dan menentukan pohon induk sebagai sumber benih yaitu pohon yang sudah berbunga baik sistem pembungaan betina maupun sistem pembungaan jantan dan sedang disadap niranya. Hal ini penting karena tanaman aren dikenal sebagai tanaman hapaksantik yaitu fase reproduktifnya membatasi pertumbuhan batang dengan daya tahan hidup mencapai 3 tahun. 2. Pohon terpilih harus memiliki produktifitas yang tinggi Untuk mengetahui bahwa pohon induk yang telah dipilih sebagai sumber benih dari mayang betina dengan memiliki produktifitas nira yang tinggi antara 20 30 liter/mayang/hari, maka perlu dilakukan penyadapan nira dari mayang jantan pertama atau kedua. Sebab tidak semua mayang jantan yang keluar (9 11 mayang) dan tidak semua pohon mengeluarkan nira. Hal ini sangat dipengaruhi oleh proses fisiologi tanaman. Apabila yang disadap mayang jantan pertama atau kedua produksi niranya banyak maka pohon tersebut adalah produktif untuk pohon induk sebagai sumber benih. Pohon yang

terpilih sebagi sumber benih dengan produksi nira yang banyak maka tidak dianjurkan untuk proses penyadapan untuk tandan-tandan selanjutnya secara berturut-turut. Bila pohon induk dilakukan penyadapan terus menerus (dipaksa) maka akan menghasilkan buah yang kelihatannya utuh tetapi bijinya berkerut bahkan kempes sehingga bila ditanam menghasilkan pohon aren yang tidak baik. Teknologi Pembibitan Tahapan penyediaan benih tanaman aren dilakukan sebagai berikut : 1. Seleksi buah Buah yang digunakan sebagai sumber benih harus matang, sehat yang ditandai dengan kulit buah yang berwarna kuning kecoklatan, tidak terserang hama dan penyakit dengan diameter buah 4 cm. Sebaiknya buah yang diambil adalah yang terletak dibagian luar rakila. Buah aren ini dapat disimpan selama 2 minggu pada karung plastik atau dus untuk memudahkan pemisahan biji (benih) dari kulit. 2. Pengambilan biji dari buah Pengambilan biji dari dalam buah aren harus menggunakan sarung tangan karena buah aren mengandung asam oksalat yang akan menimbulkan rasa gatal apabila kena kulit. Cara lain, yaitu dengan memeram buah-buah aren yang telah dikumpulkan sampai kulit buah menjadi busuk sehingga biji telah terpisah dari daging buah. Dengan cara ini, biji dapat diambil dengan mudah dan pada kondisi ini kulit buah aren tidak gatal lagi. 3. Perkecambahan Benih disemaikan dalam tempat pesemaian misalnya kotak plastik dengan media campuran pasir + serbuk gergaji (2:1). Cara untuk perkecambahan yaitu biji digosok dengan kertas pasir bagian punggungnya, tempat keluar apokol, selebar kira-kira 3 mm kemudian biji direndam dalam air agar air meresap ke dalam endosperm sampai jenuh, lalu disemaikan. Benih disiram setiap hari untukmempertahankan kelembaban yang tinggi sekitar 80%. 4. Pembibitan Kecambah aren yaitu setelah terbentuk apokol yang telah mencapai panjang 3 5 cm dipindahkan ke tempat pembibitan atau dalam polybag yang berdiameter 25 cm. Media yang digunakan untuk pembibitan dalam kantong plastik (polibag) adalah tanah-tanah lapisan atas yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:2, dan diisi bagian kantong polibag. Bibit yang telah ditanam memerlukan penyiraman dan naungan agar terhindar dari cahaya matahari secara langsung. Bibit aren dapat dipindahkan ke lapangan (ditanam) setelah berumur 6-8 bulan sejak daun pertama terbentuk. Penutup Tanaman aren selain memiliki nilai ekonomi tinggi, juga sebagai tanaman penahan erosi. Nira aren juga berpeluang untuk diolah menjadi etanol sebagai sumber energi. Pengembangan tanaman aren ke depan, harus diusahakan dalam bentuk agribisnis aren. Sehingga salah satu komponen produksi yang mutlak diperhatikan dan dikelola dengan baik

ke depan, yaitu budidaya aren, termasuk penyediaan benih bermutu dan pembibitan aren sebagai bahan tanaman. Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain, Manado

Teknik Budidaya dan rehabilitasi Tanaman Aren


Oleh: Maliangkay Ronny Bernhard Sumber: http://docs.google.com/jurnal.pdii.lipi.go.id/

Gula aren laris manis


Oleh Sepudin Zuhri (Kontributor Bisnis Indonesia) Sumber: http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/laporan-khusus/1id73516.html, 14 Oktober 2008

Tak banyak yang mengenal pohon aren atau enau. Padahal, pohon yang banyak tersebar di seluruh wilayah Nusantara ini memiliki banyak manfaat, termasuk sebagai pen ghasil gula. Pohon aren banyak tumbuh di Kendal, Sumedang, Sukabumi, Tasikmalaya, Rangkasbitung, Lebak, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, hingga Papua. Gula aren diperoleh dari sari gula atau yang sering disebut sebagai nira, yaitu tangkai bunga jantan yang dapat disadap ketika tanaman aren berumur lima tahun dengan puncak produksi pada umur 15-20 tahun. Nira diolah menjadi gula dalam bentuk padat, bubuk dan cair, atau dapat pula diolah lebih lanjut menjadi cuka dan alkohol. Gula aren berbeda dengan gula biasa. Dibandingkan dengan gula pasir, gula dari pohon enau ini dapat digunakan untuk semua keperluan, mulai dari pemanis minuman, dan bumbu masakan. Makanan pempek khas Palembang yang enak konon karena menggunakan gula aren sebagai pilihan salah satu pemanisnya. Kelebihan lainnya, gula yang terbuat dari nira ini tidak mengandung bahan kimia dan bisa menjadi obat. Kandungan kalorinya dan glisenik indeknya yang rendah membuat gula aren tidak berbahaya bagi penderita diabetes. Ini tampaknya cocok dengan gaya hidup sehat yang semakin populer. Masyarakatnya juga makin selektif mengkonsumsi makanan. Boleh jadi, meski saat ini masih kalah populer dengan gula pasir, gula aren makin banyak dicari pembeli.

Gula aren produk organik, ujar Indrawanto, pemilik CV Diva Maju Bersama. Indrawanto merupakan pengusaha gula aren yang sukses merintis bisnisnya sejak 2005. Diva Maju Bersama mengolah nira menjadi gula aren semut (kristal) dan gula aren cair di Tangerang, Banten. Indrawanto menerima pasokan aren dari para petani setempat untuk diolah menjadi gula dengan kemasan sachet, ukuran 0,5 kg dan 25 kg. Pelanggannya tidak hanya di Banten dan Jakarta, tetapi sudah meluar ke daerah lain di Sumatra, dan Kalimantan. Harga aren lebih mahal 30% dibandingkan gula pasir. Tapi, menurut Indrawanto, hal tersebut tidak menjadi masalah karena ada nilai tambah yang ditawarkan produk gula nira ini. Tak hanya Diva, Koperasi Serba Usaha (KSU) Sukajaya juga menjadi pemain gula aren yang terbilang sukses. Koperasi yang berbasis di Lebak, Banten, ini sudah menangani bisnis gula aren sejak berdiri pada 1999. Berdasarkan riset Burhanuddin bertajuk Prospek Pengembangan Usaha Koperasi dalam Produksi Gula Aren, tiga tahun lalu KSU Sukajaya sudah menangani bisnis gula aren hingga 50 ton per bulan. Penjualan di pasar regional (Jabotabek) dilakukan melalui pasar modern seperti Giant, Hypermarket, Sogo Supermarket, dan Kem Chicks. Potensi permintaan pasar domestik masih terbuka lebar. Permintaan gula aren ditaksir mencapai 120 per bulan, dan pada musim tertentu seperti bulan puasa dan Lebaran, bisa mencapai 180 ton. Potensi permintaan gula aren makin besar, mengingat industri makanan dan minuman terus bertumbuh. Gula aren bisa menjadi substitusi gula rafinasi bahan baku yang selama ini masih diiimpor. Masalahnya, memang ada pada harga yang belum komptetitif. Meski pasar dalam negeri belum tergarap secara maksimal, KSU Sukajaya melakukan terobosan pasar ekspor ke Jerman bekerja sama dengan GTZ melalui sistem bagi hasil. Harga jual ekspor mencapai US$2 per kg, sedangkan harga pokok produksi ditaksir US$1. Untuk menangkap peluang lebih besar, SKU Sukajaya telah mengusahakan penambahan lima sentra budidaya tanaman aren seluas 3 ha, agar petani sebelumnya hanya menyadap tiga pohon per hari bertambah menjadi 20 pohon. Koperasi ini juga melakukan mekanisasi produksi, untuk menjamin keberlangsungan produksi, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas yang standard pasar. Ryuji Nishi, konsultan bisnis gula aren, mengungkapkan peluang produk pangan dari Indonesia di Jepang terbuka. Gula aren yang diminati tidak mengandung bahan kimia dan berasal dari tanaman organik. Untuk mengembangkan ekspor gula aren ke Jepang perlu mencari mitra di Jepang, seperti produsen makanan khas Jepang, produsen gula pasta atau pemilik kedai kopi. Harga jenis gula aren di Jepang sebulan terakhir, seperti dikutip www.divafood.indonetwork.co.id, palm sugar Y735 per 200 gram, apple sugar Y1000-2000 per kg, brown sugar Y240 per 0,5 kg, crystal sugar JPY160 per 0,5 kg, gula pasta Y 500 per 0,5 kg. Pemasok gula aren di Jepang saat ini didominasi Thailand yang menguasai pasar 49%, Australia 39%, dan Afrika Selatan 12%. Bila saja, potensi gula aren ini dikembangkan, Indonesia tentu bakal meraup devisa lebih besar lagi. (redaksi@bisnis.co.id)

Mengolah Gula Aren dengan Bantuan Panas Bumi

Laporan wartawan Siwi Nurbiajanti; Senin, 23 Februari 2009 Sumber: http://www.kompas.com/ PANAS BUMI, saat ini menjadi salah satu energi alternatif yang terus dikembangkan di Indonesia. Energi tersebut merupakan energi terbarukan dan berkelanjut an, serta ramah lingkungan. Panas bumi di Indonesia berada dalam jalur vulkanik yang tersebar mulai dari Aceh hingga Sulawesi Utara. Sejak lebih dari 20 tahun yang lalu, energi panas bumi di Indonesia telah dikembangkan untuk menghasilkan energi listrik. Daerah-daerah yang berada dalam wilayah kerja pengusahaan PT Pertamina Geothermal Energy meliputi Sibayak di Sumatera Utara, Sungai Penuh di Jambi, Lumut Balai di Sumatera Selatan, Hululais di Bengkulu, Kotamobagu dan Lahendong di Sulawesi Utara, Kamojan g di Jawa Barat, serta Ulubelu di Lampung. Dalam perkembangannya, saat ini energi panas bumi tidak hanya dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik, tetapi juga untuk pengolahan pada industri makanan. Hal tersebut seperti dilakukan di wilayah Lahendon g. Energi panas bumi dari wilayah tersebut juga dimanfaatkan untuk mengolah gula aren di Pabrik Gula Aren Masarang, Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Unit pengolahan gula aren Masarang mulai dibangun sejak tahun 2004. Ketua Yayasan Masarang, Willie Smith, Ju mat (20/2) mengatakan, panas bumi digunakan untuk semua proses pengolahan gula aren. Uap dari energi panas bumi diperoleh secara cuma-cuma dari PT Pertamina Geothermal Energy. Menurut dia, pemanfaatan energi panas bumi untuk mengolah gula aren, sangat mem bantu peningkatan pendapatan sekitar 6.285 petani aren di wilayah tersebut. Pasalnya, aren merupakan salah satu tanaman yang tumbuh secara produktif di wilayah Tomohon. Selain itu, pemanfaatan panas bumi juga ikut membantu mencegah terjadinya kerusakan al am, akibat pengambilan kayu di hutan secara liar. Smith mengatakan, sebelum berdiri pabrik gula aren, petani aren memasak sendiri nira yang mereka dapatkan. Rata-rata setiap petani membutuhkan 30 kilogram kayu bakar untuk memasak nira segar. Apabila terdap at 3.500 petani yang memasak nira, dibutuhkan sekitar 50.000 meter kubik kayu per tahun, atau setara dengan 200.000 pohon sedang per tahun. Otomatis mereka mengambil dari hutan, sehingga akan menimbulkan kerusakan lingkungan, katanya. Selain itu, siste m pengolahan nira aren secara tradisional juga memiliki beberapa kelemahan. Pengolahan tersebut tidak memiliki standar kebersihan, menggunakan produk campuran dengan kadar bervariasi, serta tidak memiliki standar kualitas dan standar bungkus. Dengan meng gunakan panas bumi, berbagai kelemahan tersebut dapat dihindarkan. Saat ini, produk gula aren dari pabrik gula Masarang diekspor ke Eropa dengan harga sekitar Rp 110.000 per kilogram. Harga tersebut jauh lebih tinggi dari harga gula arean di pasar lokal, yang hanya sekitar Rp 28.000 per kilogram. Besarnya manfaat panas bumi pada industri pengolahan gula aren juga diakui Direktur Pabrik Gula Aren Masarang, Erwin Tanauma. Saat ini, pabrik gula tersebut mampu memproduksi

sekitar 25.000 liter nira per hari, d engan jumlah tenaga kerja 35 orang. Volume gula aren yang dihasilkan dari nira sebanyak itu mencapai sekitar tiga ton per hari. Menurut dia, petani menyerahkan nira ke pabrik melalui koordinator kelompok tani. Perusahaan membeli nira tersebut seharga Rp 1.000 per liter. Koordinator petani aren Desa Gayawung, Tomohon, Roli Muningka mengatakan, rata-rata setiap petani mampu menghasilkan sekitar 50 hingga 300 liter nira per hari. Dengan menjual melalui pabrik, penghasilan mereka jauh lebih besar bila diban dingkan harus memasak sendiri nira tersebut. Pasalnya, harga nira di pasar tradisional sangat murah, hanya sekitar Rp 5.000 per kilogram. Kalau dimasak sendiri, pendapatannya hanya separuh dari kalau dijual di pabrik, katanya. Koordinator petani Desa taratara, Tomohon, Daniel Rawung mengatakan, penghasilan petani yang menjual nira ke pabrik mencapai dua kali lipat bila dibandingkan petani yang memasak sendiri nira mereka. Meskipun demikian, hingga saat ini, masih terdapat beberapa petani yang memilih memasak nira sendiri. Mereka terkendala jarak untuk menyetorkan nira ke pabrik. Para petani tersebut menyadap nira pada pukul 06.00 hingga 09.00. Kami menginginkan agar nira sampai ke pabrik pada pukul 08.00, sementara ada petani yang jarak rumahnya jauh, katanya. Manajer Enjinering Pertamina Geothermal Energy Area Lahendong, Wawan Darmawan mengatakan, pemanfaatan panas bumi secara gratis untuk pengolahan gula aren merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan atau company s ocial responsibility (CSR). Dengan upaya tersebut, hasil yang diperoleh lebih besar bila dibandingkan dalam bentuk bantuan uang. Selain untuk pengolahan gula aren, saat ini panas bumi juga mulai dikembangkan untuk pengeringan kopra, cengkeh, dan vanili.

AREN EMAS UNTUK KESEJAHTERAAN


Syaefurrahman Al-banjary Sumber: http://www.facebook.com/

Sekarang saatnya saya sampaikan rahasia menjadi milyader dalam waktu lima atau enam tahun. Ini adalah bisnis pertanian jangka panjang yang fokusnya adalah menanam aren. Ya menanam aren untuk kesejahteraan. Mengapa aren? inilah rahasianya.

Aren ( arenga pinnata) sesungguhnya adalah pohon emas yang jika dibudidayakan secara benar akan mengubah nasib bangsa Indonesia. Aren akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani dengan berbagai produk yang dihasilkan mulai dari gula hingga bioethanol. Aren juga mampu menjadi alternative energi di masa depan.

Menurut perhitungan ahli aren dari Nunukan, satu hektar kebun aren dapat ditanam 200 pohon. Katakanlah yang produksi 100 pohon saja, dan satu pohon meneteskan minimal 15 liter nira, maka dihasilkan 1500 liter nira perhari atau Rp3 juta perhari, atau 90 juta perbulan atau Rp 1 milyar lebih pertahun pada tahun keenam. Begitu seterusnya sampai masa produksi aren hingga sekitar usia 15 atau 20 tahun. Dengan demikian aren sangat menjanjikan untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Sekarang tidak perlu berhektar-hektar. Mulai saja dari yang kecil, katakanlah 20 pohon setiap orang. Dalam waktu lima atau enam tahun, ada 10 pohon yang produksi 150 liter perhari maka dapat dihasilkan 300 ribu perhari dari jual nira Rp 2000 perliter. Kalau dibuat gula dapat menghasilkan 39 kg, kalau sekilogram gula dijual Rp 6.000 maka dapat duit Rp 234.000. Di pasaran, gula aren ada yang sudah mencapai Rp 9.000, sehingga 39 kg dapat terjual Rp 351.000. Ini penghasilan perhari dari 10 pohon aren! Bibit aren Menanam pohon Aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus (HattaSunanto, 1982) sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, berlumur dan berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya tinggi (pH tanah terlalu asam). Aren dapat tumbuh pada ketinggian 9 1.400 meter di atas permukaan laut. Namun yang paling baik pertumbuhannya pada ketinggian 500 800 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun atau pada iklim sedang dan basah Batang pohon Aren yang baik harus besar dengan pelepah daun merunduk dan rimbun Sampai saat ini tanaman Aren yang tumbuh dilapangan dikategorikan dalam 2 aksesi yaitu Aren Genjah (pohon agak kecil dan pendek) dengan produksi nira antara 10 -15 liter/tandan/hari, dan Aren Dalam (pohon besar dan tinggi) dengan produksi nira 20 30 liter/tandan/hari. Untuk pohon induk dianjurkan adalah aksesi Dalam. Isyarat Sunan Bonang Revolusi aren menjadi emas merahnya rakyat, sesungguhnya telah diisyaratkan oleh Sunan Bonang, salah seorang Walisongo yang hidup pada tahun 1465 1525 M di Tuban Jawa Timur. Dalam sebuah legenda, Sunan Bonang hendak dirampok oleh Lokajaya (belakangan berubah menjadi Sunan Kalijaga). Sunan Bonang hanya berkata ambil saja itu emas bergelantungan sambil menunjuk buah kolang kaling yang bersinar warna keemasan.

Selama ini tidak ada orang yang mampu menafsirkan apa makna emas dari kol ng-kaling a aren itu. Selama ini pohon aren hanya diambil kolang-kalingnya pada bulan ramadhan. Ijuknya untuk tali dan atap rumah, batangnya untuk dibuat tepung, dsb. Baru setelah lima ratus tahun berlalu, para ahli mampu menguak misteri emas kolang kaling aren ini, yakni dari kandungan nira aren itu. Itulah sebabnya, Ketua Umum HKTI Prabowo Subianto, akan segera mengembangkan bioetanol dalam skala industri, untuk mengatasi krisis energi yang 18 tahun lagi minyak bumi kita akan habis. Selaku Capres beberapa waktu lalu, Prabowo juga berjanji akan membuka 4 juta hektar kebun aren untuk mengatasi energi, dan yang juga akan menyerap tenaga kerja 24 juta orang. GERTAK 2015 Persoalannya sekarang adalah sosialisasi soal emas merahnya aren masih terbatas sehingga belum mampu menggerakkan petani ataupun pemilik tanah untuk menanam aren. Kedua, masih jarang petani yang membudidayakan bibit sehingga untuk melakukan revolusi aren tidak dapat cepat. Kalaupun ada yang membudidayakan bibit, harganya sangat mahal. Satu benih kualitas aren dalam harganya Rp10 ribu (produksi nira mencapai 20 hingga 40 liter/hari/pohon), sedangkan aren genjah hanya Rp3,500 (produksi nira maksimal 15 liter perhari/pohon). Ketiga, dukungan pemerintah juga kurang sehingga gerakan menanam aren mengalami hambatan. Atas dasar inilah, ada sebuah LSM bernama Komunitas Masyarakat Desa Mandiri (KMDM) sebagai lembaga swadaya masyarakat yang berpusat di Jakarta dan memiliki cabang di Banjarnegara, Kebumen dan Purbalingga, bermaksud menggerakkan warga menanam Aren. Satu desa, minimal ada 40 orang warga menanam Aren di kebunnya, masing-masing menanam sebanyak 20 pohon. Target utama gerakan ini adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat petani aren. Petani akan mendapatkan nilai tambah aren untuk kesejahteraan setidaknya setiap bulan akan menghasilakan tambahan pendapatan Rp5 juta hingga Rp 9 juta perbulan dari 10 20 pohon aren. Inilah yang dinamakan sebagai Gerakan Tanam Aren Untuk Kesejahteraan (Gertak 2015), yakni sebuah ikhtiar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa pada tahun 2015, bersamaan dengan target MDGs yang berusaha mengakhiri setengah kemiskinan dunia pada tahun 2015. Tak perlu khawatir Jadi untuk kekhawatiran seperti dikatakan Sonik Jatmiko dari Purwokerto, program agribisnis jangka panjang sering ditinggalkan pengurusnya, tidak akan terjadi di sini. Mengapa? Karena ide dasarnya dari masyarakat sendiri. Masyarakat yang perlu meningkat kesejahteraannya, sehingga mereka mau menanam untuk anak cucunya sendiri. Kalaupun tidak ada pabrik gula atau pabrik bio etanol didirikan, mereka secara tradisional dapat membuat gula aren. Kalau tidak bisa, ribuan orang seberang siap membeli nira aren segar untuk dibuat tuak. Saya sudah ngobrol dengan pak Simamora yang tinggal di Depok. Katanya, dia sudah menanam ratusan

pohon aren di Jonggol. Satu pohon tiap hari disadap dan dijual niranya sebagai tuak. Dia bahkan berani membeli pohon aren untuk disadap niranya Rp1 juta sebulan per pohon. Luaaaar biasa bukan? MARI BERGABUNG BERSAMA GERTAK 2015, KALAU TIDAK KITA YANG AKAN DIGERTAK OLEH BANGSA LAIN! Pohon aren yang siap disadap niranya menjadi emas

Global Warming dan Revolusi Aren


Oleh Pemimpin Umum SP Wim Tangkilisan Sumber: Suara Pembarua, http://202.169.46.231/News/2008/11/07/Utama/ut05.htm

Penurunan harga minyak mentah tidak boleh mengendurkan gerakan diversifikasi energi. Upaya melepaskan ketergantungan manusia terhadap konsumsi energi bahan bakar minyak (BBM) atau energi fosil harus terus dilakukan. Selain sumber energi ber- bahan bakar fosil sudah menipis, konsumsi BBM membuat bumi makin panas dan perubahan iklim tidak lagi berjalan normal. Dalam 157 tahun terakhir, demikian laporan Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC), suhu permukaan bumi meningkat 0,05 derajat Celcius per dekade. Perlahan tapi pasti, suhu bumi terus meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas manusia dalam mengkonsumsi BBM. Dalam 25 tahun terakhir, kenaikan suhu bumi mencapai 0,18 derajat Celcius. Hari-hari ini, suhu udara begitu menyengat. Di Jakarta, suhu udara berkisar 30-34 derajat Celcius, sedangkan di Surabaya suhu melonjak hingga 37 derajat Celcius. Suhu udara yang amat panas mendorong pemakaian air conditioner (AC) di rumah, perkantoran, dan mobil. Sedangkan, semakin besar penggunaan AC semakin besar pula dampaknya terhadap pemanasan global.

Kenaikan suhu bumi menyebabkan es di kutub mencair, gletser menurun dan hilang, permukaan laut naik, climate change terjadi secara ekstrem dan sulit diprediksi, banjir menerjang berbagai wilayah, berbagai jenis badai datang silih berganti, sejumlah jenis tanaman dan hewan musnah, keanekaragaman hayati menurun, hasil pertanian menurun, dan berebagai jenis penyakit mengintai manusia. Daerah gletser atau salju abadi di Puncak Carstensz tahun 1995 berkurang hingga 70%. Padahal, inilah satu-satunya gletser di negeri tropis. Di belahan dunia dengan empat musim, global warming menyebabkan jumlah hari dengan suhu beku berkurang, sedangkan musim panas akan lebih kering dan musim dingin akan menjadi lebih lembab. Intensitas badai tropis semakin tinggi. Angin puting beliung akan semakin sering. Para ahli memperkirakan, jika konsumsi energi fosil terus bertambah atau minimal tidak menurun, suhu udara pada tahun 2100 akan meningkat 5,8 derajat Celcius. Pada tahun itu, permukaan laut akan naik 19 inci. Sebagian daratan akan hilang dan ribuan pulau kecil bakal tersapu. Di Indonesia, seluruh wilayah pantai utaara Jawa akan lenyap. Jumlah pulau di Indonesia yang saat ini lebih dari 17.000 akan hilang separuhnya. Untuk menyelamatkan bumi dan kehidupan, penggunaan energi fosil (minyak bumi dan batubara) harus dikurangi dan digantikan dengan energi nabati atau biofuel. Saat ini, sekitar 36% bahan bakar fosil yang menjadi sumber emisi karbondioksida berasal dari pembangkit listrik dan kilang minyak, 27% dari transportasi, 21% industri, dan 15% dari rumah tangga. Walau harga BBM diturunkan, gerakan untuk meningkatkan konsumsi biofuel tidak boleh kendor. Pemerintah harus segera memiliki rencana yang matang dan konprehensif tentang industri biofuel, bahan baku biofuel, pemasaran, dan konsumsi biofuel. Ketika harga minyak mentah melambung hingga menembus US$ 100 per barel, pemerintah mengumumkan pemakaian biofuel. Sejumlah bahan baku bahan bakar nabati (BBN) itu pun disebutkan, antara lain jarak, CPO, singkong, dan jagung. Mendengar itu, masyarakat NTT misalnya, langsung menanam jarak, jenis tanaman umur pendek yang pernah populer pada masa penjajahan Jepang. Waktu itu, sebagian lahan kering di NTT ditanami jarak untuk BBN. Tapi, beda dengan pemerintahan Jepang yang jelas program dan koordinasinya, bijih jarak yang ditanami rakyat NTT akhirnya dibuang ke laut karena tidak ada pembeli. Jarak sudah berbuah ketika pabrik pengolahan biofuel untuk mengolah bijih jarak belum ada. Global Warming Pemanasan global (global warming) adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi akibat meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Pemanasan diikuti perubahan iklim (climate change) yang acap sangat ekstrem. Perubahan iklim ditandai curah hujan yang berlebihan hingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan pada periode lain, perubahan iklim membuat musim kemarau menjadi sangat kering. Dalam sepuluh tahun terakhir, banjir telah menghilangkan jutaan nyawa manusia dan meluluhlantakkan harta harta benda bernilai triliunan rupiah. Sementara kemarau panjang yang ditandai kenaikan suhu udara menyebabkan sebagian tanaman dan hewan musnah.

Akhir-akhir ini, kata efek rumah kaca, pemanasan global, dan perubahan iklim menghiasi pemberitaan media massa. Ini merupakan cerminan tanggung jawab media massa terhadap bumi dan lingkungan hidup manusia. Bumi dan isinya bukan hanya milik generasi sekarang, melainkan juga milik anak cucu. Milik umat manusia sepanjang masa. Karena itu, bumi harus dijaga dan kelestarian lingkungan harus menjadi komitmen. Bumi fana ini dikelilingi atmosfer dan pada lapisan atmosfer terdapat selimut gas. Bumi dan lapisan yang menutupnya bagaikan sebuah gelas kaca. Panas bumi yang memasuki bumi dengan menembus gelas kaca itu berupa radiasi gelombang pendek. Sebagian cahaya matahari diserap bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke angkasa sebagai radiasi gelombang panjang. Panas yang dipantulkan bumi ke angkasa menyentuh permukaan gelas kaca dan terperangkap di bumi. Gelas kaca memang berfungsi menahan panas. Tanpa proses itu, bumi akan teramat dingin. Namun, petaka terjadi manakala panas yang terperangkap di gelas kaca menjadi terlalu banyak dan konsentrasinya terus meningkat. Panas matahari yang tidak dapat dipantulkan kembali oleh bumi ke angkasa akan meningkat pula, sehingga bumi pun menjadi kian panas. Proses inilah yang disebut efek rumah kaca dan efek rumah kaca menyebabkan global warming. Selanjutnya, efek global warming menyebabkan climate change, dan perubahan iklim menimbulkan berbagai masalah bagi lingkungan, makhluk hidup, dan manusia. Jika masih dalam kadar tertentu, efek rumah kaca sesungguhnya bermanfaat bagi makhluk hidup. Tapi, dengan meningkatnya industrialisasi, transportasi, dan berbagai aktivitas manusia yang menggunakan BBM dan energi listrik berbasis fosil, konsentrasi gas rumah kaca menjadi berlebihan. Bumi makin panas. Salah satu jenis gas rumah kaca yang memberikan kontribusi paling besar terhadap emisi gas rumah kaca adalah karbondioksida. Sebagian besar karbondioksida disumbangkan oleh pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batubara) di sektor industri, pembangkit listrik, transportasi, dan pembakaran hutan. Pembangkit listrik tenaga batubara adalah penghasil terbesar karbondioksida. Pembangkit listrik tenaga batubara membuang energi dua kali lipat dari energi yang dihasilkan. Setiap 1.000 megawatt energi yang dihasilkan pembangkit listrik bertenaga batubara akan membuang emisi 5,6 juta ton karbondioksida per tahun. Peringkat kedua adalah penggunaan BBM oleh kendaraan bermotor. Kendaraan yang mengkonsumsi 7,8 liter premium per 100 km akan mengemisi 3 ton karbondioksida. Jika di Jakarta terdapat 3,6 juta sepeda motor dan 2,3 juta mobil, berapa emisi karbondioksida ke udara? Kontribusi negara maju terhadap pemanasan global jauh lebih besar dibanding negara berkembang. Berbagai penelitian menunjukkan, emisi karbondioksida negara maju 25 kali lebih besar dari negara berkembang. Dari semua negara maju, AS, Kanada, Jerman, Inggris, dan Jepang merupakan kontributor karbondioksida terbesar. AS menyumbang 720 juta ton gas rumah kaca atau 25% dari total emisi karbondioksida dunia. Emisi gas rumah kaca pembangkit listrik di AS jauh lebih besar dari total emisi 146

negara berkembang. Itu sebabnya, AS dan negara maju lainnya menjadi targat utama Protokol Kyoto. Fakta ini sekaligus memperlihatkan ketidakadilan yang membuat hati kita pedih. Apa dosa negara-negara kecil di Samudera Pacifik jika pemanasan global menenenggelamkan pulaupulau mereka yang kecil itu, padahal konsumsi energi fosil mereka begitu minim, tiada artinya? Revolusi Aren Meski fakta membuktikan bahwa negara maju memberikan kontribusi paling besar terhadap pemanasan global, upaya mengurangi emisi karbondioksida harus dimulai dengan serius dan sistematis mulai saat ini. Pemerintah harus memberikan perhatian lebih pada isu lingkungan dengan memimpin rakyat untuk hemat energi, tidak membuang sampah di sembarang tempat, menanam pohon, tidak membabat hutan, menghemat pemakaian air, mendorong produksi BBN, dan menggalakkan konsumsi BBN atau biofuel. Salah satu bahan baku BBN paling hebat pemberian Yang Maha Kuasa yang selama ini kurang disadari manfaatnya adalah pohon aren atau enau (arenga pinnata). Pohon aren adalah jenis pohon kelompok palma yang mampu memberikan multimanfaat kepada manusia. Dari pohon dengan sekitar 25 meter dan berdiameter 63 centimeter, manusia bisa mengambil ijuk, daun untuk atap rumah, batang dan pelepah untuk bahan bangunan, buah muda untuk kolang-kaling yang membuat nikmat kolak, dan cairan manis (nira) segar yang langsung bisa diteguk. Dari cairan manis berwarna putih ini, penduduk juga membuat minuman keras lewat proses penyulingan. Penduduk di sejumlah wilayah Indonesia timur menyebut minuman yang sudah disuling ini dengan sebutan tuak. Di Manado, minuman keras dari nira ini populer dengan nama cap tikus. Kini, hasil penelitian terbaru menunjukkan dahsyatnya manfaat pohon aren atau sugar palm dalam bahasa Inggris. Ternyata, nira mampu menghasilkan biofuel dengan tingkat produktivitas empat kali crude palm oil (CPO) atau minyak sawit. Beda dengan pohon kelapa sawit yang egoistik dalam arti tidak bisa hidup berdampingan dengan pohon lain, aren bisa bertumbuh subur di tengah pepohonan lain dan semak-semak. Jika untuk menanam sawit, pemilik lahan harus membabat semua pohoh lain, lahan untuk aren tidak perlu didahului dengan membabat hutan. Aren adalah jenis pohon yang ramah lingkungan. Dengan akarnya sedalam enam-delapan meter, pohon aren sangat efektif menarik dan menahan air. Aren bisa tumbuh di dataran, lereng bukit, dan gunung hingga ketinggian 1.400 meter dari permukaan laut. Hutan di mana ada aren biasanya subur. Di kawasan aren di Sulawesi Utara yang dibudidayakan pengusaha nasional Hashim Djojohadikusumo, sejumlah hewan yang lima tahun silam yang sempat hilang, kini kembali ada. Hutan aren menjadi habitat babi hutan dan rusa. Jika sebelumnya tanah tandus, tidak ada air, kini di sejumlah tempat muncul mata air, kata Hashim. Tidak seperti singkong dan tebu yang dipanen tiga-empat bulan sekali, aren dapat dipanen sepanjang tahun. Satu pohon aren bisa menghasilkan 20 liter per hari dan 10% di antaranya bisa diproses menjadi etanol.

Usia panen aren enam-delapan tahun. Tapi, sangat produktif. Setiap satu hektare, kata Kepala Bagian Jasa Iptek Puslit kimia LIPI Dr Hery Haeruddin, bisa ditanami 75-100 pohon. Dengan demikian, setiap hektare bisa menghasilkan 1.000 liter nira dan 100 liter etanol per hari. Sebutlah Indonesia memiliki lahan tandus sekitar 25 juta hektare, yang tersebar di berbagai wilayah. Jika satu hektare menyerap empat orang, maka untuk menggarap total lahan aren dibutuhkan 100 juta tenaga kerja. Jika perkebunan aren dikembangkan, tak akan ada lagi penganggur di Indonesia! Lebih dari itu, tanaman aren akan menciptakan mata air baru. Indonesia yang kini krisis air akan kelimpahan air bersih. Dengan hutan yang lebat, emisi karbondioksida akan menurun drastis. Dengan penggunaan biofuel atau BBN berbahan baku aren, kita menggunakan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Mulailah menanam aren sebagai sebuah gerakan atau revolusi. Hanya dengan cara itu, kita tidak perlu menangisi migas dan batubara yang sudah menipis. Sebaliknya, dengan revolusi aren, Indonesia menjadi eksportir biofuel dan bahan pangan. Lewat revolusi aren, kita bukan saja luput dari kutukan anak cucu karena tamak menggunakan kekayaan alam, melainkan menjadi berkat bagi mereka.*

Bioetanol: Jarak Menjauh, Aren Dijajaki


Oleh : Yuni IKAWATI Sumber: http://www2.kompas.com/; Senin, 14 Januari 2008 Berkurangnya cadangan minyak bumi ditambah tingkat kebutuhan dan harganya yang terus menanjak kian mendorong upaya pemanfaatan berbagai sumber energi alternatif, termasuk bahan bakar nabati, sejak tahun 2005. Tebu, jagung, singkong, hingga jarak pagar pun telah diuji coba. Namun, semua terhambat pengembangannya oleh faktor ekonomis dan budidaya. Kini mulai dijajaki alternatif lain, yaitu aren (Arenga pinnata Merr), yang memiliki tingkat produktivitas tertinggi dibandingkan dengan yang lain. Tanaman jenis bijian, pati, atau umbi yang mengandung kadar gula memang berpotensi dijadikan etanol. Namun, umumnya dimanfaatkan untuk pangan sehingga terjadi tarikmenarik kepentingan. Kini, tarikan ke arah pemanfaatan sebagai bahan baku energi begitu kuat. Sebanyak 63 persen produksi etanol di dunia digunakan untuk bahan bakar. Selebihnya untuk industri, farmasi, dan minuman keras. Produksi etanol dunia untuk bahan bakar naik dari 19 miliar liter (lt) pada tahun 2001 menjadi 31 miliar lt pada 2006. Produksi total dari 40 miliar lt pada 2004 menjadi lebih dari 65 miliar lt pada 2010. Negara-negara yang banyak mengembangkannya yaitu Brasil, Amerika Serikat, dan Kanada (Benua Amerika), Jerman (Eropa), dan Australia. Brasil telah menggunakan sejak tahun 1930. Asia selama ini banyak memproduksi etanol untuk minuman dan industri turunan

alkohol. Baru beberapa tahun terakhir mengarah ke pengembangan bahan bakar minyak (BBM). Jepang, misalnya, tahun 2005 mengintroduksi penjualan etanol sebagai bahan bakar otomotif. Sedangkan India telah mewajibkan penggunaan 5 persen etanol pada BBM di seluruh negeri. Pemerintah Thailand mulai merintis penggunaan bahan bakar etanol sejak tahun 2000 dan mendorong produksi etanol dengan memberikan insentif pajak bagi industri berupa pembebasan pajak dan bea masuk. Bioetanol di Indonesia Pada cetak biru Pengelolaan Energi Nasional, pemanfaatan bioetanol dan biodiesel ditetapkan 2 persen (tahun 2010) dan 5 persen (2025). Produksi bioetanol di Indonesia, berdasarkan data dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2002), sekitar 180 juta liter dengan etanol berkadar 95-97 persen. Penelitian tentang etanol telah dirintis oleh Balai Besar Teknologi Pati Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dengan mengembangkan produksi bioetanol dari bahan baku berpati atau ubi kayu atau singkong. Tahun 1982 dibangun pabrik percontohan di Lampung berkapasitas 8.000 liter per hari. Hari Purwanto, Asisten Deputi Program Tekno Ekonomi Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) mengungkapkan, pengembangan aren sebagai bahan bakar mulai dijajaki, karena pemanfaatannya sebagai bahan pangan dan minuman tergolong terbatas, yaitu sebagai gula merah dan minuman keras, kolang-kaling dan soun. Aren termasuk keluarga palma. Tanaman ini tersebar di hampir seluruh wilayah Nusantara, di 24 provinsi dengan areal hampir 60.000 hektar (ha). Dari areal seluas itu, antara lain, dihasilkan 49.000 lebih ton gula merah. Di beberapa daerah, aren ditanam sebagai tanaman pinggiran atau tanaman sela di antara tanaman pepohonan lainnya. Aren bisa menjadi sumber bioenergi penting karena produktivitasnya sangat tinggi. Potensi etanol dari aren mencapai 20.160 liter/ha/tahunpaling besar di antara semua sumber yang saat ini dikembangkan singkong, sorgum, ubi jalar, sagu, tebu, dan nipah. Demikian dikatakan Kepala Bidang Program Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing KNRT Sjaeful Irwan. Untuk memenuhi kebutuhan etanol 4 juta kiloliter diperlukan aren sekitar 200.000 ha atau dari 31,2 juta pohon. Jumlah ini hanya perlu 20 persen dari kebutuhan lahan untuk menanam singkong yang menghasilkan etanol dalam jumlah yang sama. Tanaman ini menghasilkan biomas di atas tanah dan dalam tanah yang sangat besar, yaitu hingga 2 ton per pohon, sehingga dapat berperan penting dalam mengikat CO2. Aren merupakan tanaman serbaguna. Hampir semua bagiannya bernilai ekonomi dan tidak butuh pemeliharaan intensif sehingga cocok bagi petani miskin di lahan marginal. Setelah selesai masa produktifnya, kayunya dapat diolah menjadi mebel dan kerajinan tangan dengan tekstur khas, serta bahan bakar untuk mengolah nira. Produksi bioetanol aren

Menurut Syaeful, uji coba pembuatan aren menjadi bioetanol akan dilakukan di Balai Besar Teknologi Pati BPPT di Lampung Tengah tahun ini. Untuk membuat prototipe industri etanol kadar 95 persen berkapasitas 6.800 lt-7.300 lt butuh biaya Rp 100 juta lebih. Break event point dicapai dalam 3 tahun. Dalam penggunaannya kini pada kendaraan berbahan bakar bensin, bioetanol dicampur premium dikenal pula gasohol dengan perbandingan 10:90. Kualitas etanol yang digunakan tergolong fuel grade ethanol (FGE) yang kadar etanolnya 99 persen. Keuntungan lain dari bioetanol adalah nilai oktannya lebih tinggi dari bensin sehingga dapat menggantikan fungsi bahan aditif seperti methyl tertiary buthyl ether (MTBE) dan tetra ethyl lead (TEL). Belakangan ini, kedua aditif tersebut dipilih untuk menggantikan timbal pada bensin.

You might also like