You are on page 1of 20

TAKID TARBAWI UNTUK PARA MURABBI Oleh: Syeikh Jumah Amin Abdul Aziz Naib Mursyid Am Ikhwanul Muslimin

Saya sangat senang bertemu dengan ikhwah di negara yang bagus ini untuk pertama kalinya. Dengan izin Allah hari ini di sini saya bersama kalian. Allah menjadikan pertemuan ini kebahagiaan bagi saya karena kalian adalah penerus dakwah yang penuh berkah ini dari sisi alamiyahnya dan dengan kesatuan pemahaman yang utuh. Ada titipan dari Mursyid Am untuk kalian. Beliau menyampaikan salam dengan penuh kebahagiaan dan kebanggaan terhadap kalian. Walaupun kami tidak mengerti bahasa kalian, namun hati punya bahasa lain saat bertemu. Tangan berjabat dan segenap perasaan cinta memenuhi hati saat bertemu. Saya memohon kepada Allah swt. agar melanggengkan rasa cinta ini dan menyatukan kita dalam cinta kepadaNya. Pemahaman Yang Jelas Saya sangat menjaga dan mentakid kebersamaan ikhwah dalam satu fikrah dan harakah. Kita semua bertemu dalam cinta kepada Allah, bersatu dalam dakwah. Di sini pemahaman perlu mendapat perhatian, perlu kita perdalam, dan agar jelas bagi kita bagai terangnya matahari di siang bolong. Al-Fahmu sebagaimana yang kalian ketahui dan sebagaimana yang dijelaskan oleh AlBanna sebanyak 20 dasar (ushul isyrin) bisa bertambah, tapi tidak berkurang. Jika jelas persepsinya, benarlah gerakannya. Al-Banna berkata, dakwah ini perlu pemahaman yang detail. Beliau adalah pribadi berpengaruh dan pembangun. Saya bersama kalian dalam persepsi pertama, sebagaimana dijelaskan oleh Roghib Asfahani bahwa tugas kita adalah memakmurkan alam, menjadi khalifah di muka bumi, dan beribadah kepada Allah dengan manhaj dan syariahNya. Tiga perkara itu harus jelas, karena itu merupakan tujuan pencintaan manusia. Agar jalannya jelas, dan amal kalian adalah untuk merealisasikan tiga hal itu. Tugas ini dinamakan Alquran sebagai amanah.


Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (Al-Ahzab:72)

Dari ayat ini kita tahu bahwa mihwar pertama seorang hamba adalah merealisasikan ketakwaan dalam dirinya. Hal ini harus menjadi perhatian setiap murabbi. Jika benar di sini, benar pula akhirnya. Jika salah, maka akan salah dan tersesat. Setelah takwa, husnul khuluq. Baiat antar kalian dan Allah dibangun di atas akhlak, hubungan antara kalian dengan Allah.


Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (At-Taubah:111) Maka berbahagialah dengan baiat kalian. Siapakah mereka yang mendapat kemenangan ini?


Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang berpuasa, yang ruku, yang sujud, yang menyuruh berbuat maruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah; dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. (AtTaubah:112) Mereka yang memiliki delapan sifat di ayat itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Dan, itulah jatidiri kita. Perang Identitas Ayat itu membawa berita gembira ini bagi kita bahwa masa depan adalah milik manusia yang membawa risalah. Sebab, tarbiyah dengan metode dan sarana-sarananya adalah solusi perubahan. Tarbiyah adalah asas perubahan. Apalagi kita tahu betul bahwa hakikat pertikaian antara kita dan musuh kita sebenarnya bukan perang antar negara. Tapi, perang jatidiri dan

identitas. Musuh-musuh kita tahu benar jika jatidiri kita mucul, maka kita akan menang. Dan itu yang kita lakukan: mentarbiyah dan memperbaiki umat. Oleh karena itu, musuh-musuh kita berusaha agar jatidiri kita itu tidak muncul. Saya tegaskan tentang hal ini agar murabbi tahu tugas pentingnya. Umat akan bangkit bersama kalian ketika kalian mampu mengendalikan kenikmatan dunia dengan akhlak. Akhlak jika hilang, umat akan hilang. Al-Quran bercerita tentang kisah para nabi, mulai dari Nabi Nuh a.s. hingga Nabi Muhammad saw. Telah banyak umat dibinasakan oleh Allah swt. Lihat surat At-Thalaq dan hadits Nabi tentang ghutsa. Umat bagaikan buih ketika terkena wahan. Tahukah kalian arti hubud dunya dan karahiyatul maut di hadits itu? Meninggalkan jihad! Jika kita cinta dunia, kita akan tinggalkan jihad, lalu kita jadi buih lautan: umat tanpa kepribadian, tanpa jatidiri, tanpa akhlak. Jadi, hakikat perang antara al-haq dan al-bathil bagi orang yang berpikir adalah perang identitas, perang jatidiri. Musuh-musuh kalian tidak menginginkan ada sekelompok orang yang memiliki jatidiri seperti dalam Surat Al-Ahzab ayat 23.


Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya). (Al-Ahzab:23) Saya sampaikan ini agar murabbi tahu tugas dan perannya bagi alam semesta. Jadi, tugasnya bukan sekadar mennyelenggarakan liqa usrah lalu selesai. Tugas dan peran kalian ini perkara yang lebih agung dari itu semua. Itulah tugas kita dalam tarbiyah. Lihat tiga ayat di awal surah Al-Ahzab. Di situ Allah berbicara kepada kalian tentang manhaj gerakan kalian.

)( () )(
Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah

Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan bertawakkallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (Al-Ahzab:1-3) Allah menegaskan tentang jatidiri kalian: kepribadian takwa, istiqamah, jangan mengikuti hawa nafsu. Itulah kepribadian unggul, kepribadian yang mengikuti apa yang diturunkan Allah. Konsep yang jelas tentang kepribadian unggul, harakah yang penuh indhibath, dan tawakal. Itulah langkah pertama seorang murabbi dalam berdakwah. Sebab, semua itu akan memberi pengaruh, bahkan terhadap perang itu sendiri. Perhatikan ketegaran Gaza. Penduduknya tidak punya senjata sebagaimana musuh. Tapi, apa yg terjadi? Kota ini tegar. Para murabbi di sana melakukan pembauran kepibadian rabbani yang mereka miliki kepada penduduk. Ada pertemuan di Kongres Amerika Serikat. Mereka membicarakan Ikhwan di Mesir dan Arab. Mereka mewaspadai naiknya Ikhwan dan warna kepribadiannya di pentas nasional dan internasional. Mereka katakan, harus ada upaya memasukkan Ikhwanul Muslimin ke dalam (stigma) kekerasan. Maka, mereka membuat makar dengan menggunakan istilah dengan makna tertentu untuk mempengaruhi masyarakat (stigmatisasi). Misalnya, menyebut orang taat dengan istilah mutasaddid (ekstremis). Mereka tidak menghendaki agama ini teguh di muka bumi. Ketahuilah oleh kalian, risalah Islam adalah risalah tarbiyah sebelum tasyri; sebelum tanzhim. Ash-shilaah qabla al-Ishlaah, al-qudwah qabla al-dawah, at-taliif qabla al-takliif. Agar risalah ini terealisasi, kalian harus berinteraksi kepada umat dengan hati dan jiwa. Bukan jasad. Agar hati umat ini bergantung hanya kepada Allah. Hati yang jika diberi nikmat, bersyukur. Jika diuji, sabar. Jika berdosa, istighfar.


Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Allah lah mereka bertawakkal. (Al-Anfal:2) Mereka itulah orang-orang yang benar dalam takwa. Mereka berinterakasi dengan manusia dengan jiwanya yang sempurna. Tentu mereka akan berjaya. Kalau kalian mengikuti hawa nafsu, pasti hancur. Wa qad khaaba man dassaahaa. Maka merugilah orang-orang yang mengotori jiwanya. Kalian harus mengerahkan upaya agar sampai kepada hati yang taat kepada Allah. Kalian gerakkan. Jika hati bersih, tidak mengenal dunia dan tidak bergantung kepada dunia. Jika hati tersambung kepada Allah, kalian akan mengatakan bahwa kehidupan ini begitu panjang. Sebab, hati kalian bergantung hanya kepada ridha Allah dan ingin segera bertemu denganNya. Ada seorang sahabat diberi ghanimah oleh Rasulullah saw.. Ia berkata, Aku tidak membaiat engkau untuk ini, ya Rasulullah. Padahal, ghanimah itu adalah haknya. Lalu untuk apa ia berjihad? Agar terkena anak panah dari sini ke sini. Sahabat ini menunjuk

beberapa bagian tubuhnya. Kata Rasulullah saw., Kalau kamu jujur kepada Allah, Dia akan membenarkanmu. Setelah itu, sahabat itu meninggal dengan kondisi seperti yang diinginkannya. Saat jasadnya diperlihatkan, Rasulullah bertanya, Diakah itu? Ya, Rasulullah. Rasulullah saw. bersabda, Ia jujur kepada Allah, maka Allah membenarkannya. Hati seperti yang dimiliki sahabat itu, tidak akan merasakan beratnya beban. Bahkan, selalu bersegera menuju kebaikan. Risalah Islam adalah risalah tarbiyah yang berinteraksi dengan jiwa dan hati. Hati yang seperti itulah yang nanti akan berbicara saat seorang murabbi berinteraksi dengan binaanya. Kalian harus banyak sujud. Mata kalian berair, menangis di hadapan Allah. Jika hati kalian dekat dengan Allah, semua yang sulit menjadi mudah. Pikiran kalian akan dibimbing Allah. Jika kalian duduk di hadapan Allah, Allah akan beri cahaya dan menunjukkan jalan kalian. Ini saya sampaikan agar murabbi menyadari kedudukannya. Saat Ibrahim berdoa,


Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Al-Baqarah:129) Ayat ini berbeda susunannya dengan pengabulan doa itu sendiri.


Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Al-Jumuah:2) Allah swt. menunjukkan bahwa susunan tersebut adalah sesuatu yang rabbani dan penting. Allah swt. menginginkan Rasulullah saw. merasakan urutan itu: membacakan ayat (tilawah), membersihkan hati (tazkiyah), lalu mengajarkan kitab dan hikmah. Jika suatu jamaah melaksanakan manhaj tarbiyah ala Nabi Muhammad saw. itu, maka akan kuat. Renungkan oleh kalian! Al-Quran turun pertama kali dengan lafaz tabriyyah.

)( )( )(

() )(
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam; Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-Alaq:1-5) Suatu bacaan yang membangun dan mentarbiyah; yang menambah keimanan, mengajarkan rambu-rambuNya agar kalian berjalan dengan petunjuk dan kejelasan. Lalu turun perintah di surah Al-Muzzammil agar kalian menjalin kedekatan dengan Allah. Setelah kalian melakukan persiapan yang bersifat manusiawi dan kedekatan dengan Allah, yang tadinya kalian berhadapan dengan musuh, kini musuh-musuh kalian akan menghadapi dengan Allah langsung. Kalian tidak membunuh mereka, tapi Allah yang membunuh mereka.


Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Al-Anfal:17) Setelah kepribadian rabbani terbentuk, mulailah bergerak. Allah menurunkan surat AlMudatstsir. Imam Al-Banna berkata,


Jadilah kalian ahli ibadah sebelum memimpin. Niscaya dengan ibadah, kalian akan sampai pada kepemimpinan terbaik. Kata-kata beliau berasal dari cahaya Allah. Dalam Risalah Ila Ayyi Syain Nadun-nas bagian Min Aina Nabda, beliau menulis, Kekuatan jiwa untuk membangun umat: keinginan kuat, komitmen, pengorbanan, pemahaman. Seperti itulah saya belajar di madrasah Al-Banna sejak kecil. Dan dengan izin Allah, saya menjadi ahli ibadah, lalu saya bisa tsabat walaupun ditangkap dan dipenjara. Saya bertahan. Kata-kata Imam Al-Banna jangan dibaca, tapi dipelajari. Karena dalam risalah-risalahnya, beliau menjelaskan pemahaman (al-fahmu) dan pandangan (at-tashawur). Beliau berbicara

tentang rukun baiat yang penting. Walaupun itu bernuansa personal, tapi ada sifat jamaah, sebab jamaah ada karena ada pribadi-pribadi. Ini saya sampaikan agar kalian, para murabbi, memahami tugas yang harus kalian laksanakan. Jamaah mengumpulkan orang-orang yang beribadah kepada Allah dan yang memiliki alkhlak. Jamaah mengantarkan mereka kepada surga. Kita harus bangga bergabung dalam jamaah ini, yang mengantarkan kita kepada keridhaan Allah dan kemenangan yang lain yang kita sukai. Tarbiyah Agenda Prioritas Alhamdulillah, ketika kami keluar dari penjara, yang kami jadikan agenda prioritas (aulawiyat) adalah tarbiyah. Karena tarbiyahlah yang mampu membangun kesadaran tukang sihir Firaun dari kekafiran menjadi beriman, lalu mau dan mampu melakukan pengorbanan untuk kebenaran. Itulah kesuksesan seorang murabbi: ketika dia dan madhunya bisa berkomitmen terhadap dakwah dan jamaah. Karena itu, penting bagi kalian agar merasakan pentingnya tarbiyah. Sebab, sebuah jamaah yang tidak menjadikan tarbiyah di depan matanya, bisa jadi akan berubah menjadi partai politik yang penuh intrik, dan berorientasi pada kekuasaan saja. Agar baik, ulama membuat ukuran jamaah yang lengkap, baik pemahaman dan harakahnya (penerapannya), yaitu nilainilai aqidah dan fikrah harus diperhatikan. Dalam hal Al-Fahmu, kalian harus punya pemahaman atas empat hal ini: 1) Konsepsi tentang adalah (adil dan objektif), tidak melenceng atau condong pada sesuatu yang bathil; 2) Konsepsi tentang syumul tashawwur dan tidak juzi; 3) Konsepsi tentang asas fikrah dan aqidah, serta dari mana titik tolaknya: apakah hasil pemikiran manusia atau wahyu rabbani; 4) Konsepsi tentang cara pandangan terhadap manusia dan alam semesta. Sementara dalam hal keanggota jamaah, kalian harus melihat adha (anggota) secara keseluruhan. Bukan individu tertentu. Sejauh mana akhlak mereka? Apakah takwin akalnya beres? Dalam diskusi dan dialog, sejauh mana aplikasi dari apa yang mereka dakwahkan? Bisa jadi, ada qiyadah lalu kelakuannya tidak benar, maka ini bisa merusak citra dakwah. Bagaimana sikap jamaah atau anggotanya terhadap orang lain, atau bagaimana pandangan orang lain terhadap mereka? Apakah mereka dikenal baik dan jujur? Ingatlah, Rasulullah saw. diberi gelar Al-Amin selama 40 tahun oleh masyarakat jahiliyah Quraisy sebelum Rasulullah menyampaikan kepada mereka bahwa beliau ditugaskan oleh Allah swt. sebagai nabi dan rasul. Maka, mustahil setelah diangkat menjadi nabi dan rasul tidak amin lagi. Kejujuran, konsistensi, dan hubungan baik dengan masyarakat, semua itu menegaskan kebaikan sebuah jamaah. Kalian juga harus bisa menjawab apakah dakwah ini dakwah yang tsabit, tidak hanya terbatas di waktu tertentu saja? Apakah nilai-nilai dakwah kalian abadi, tidak mati seiring wafatnya kalian? Apakah dalam dakwah kalian mengedepankan hujjah dan tidak memaksa? Apakah setelah menjelaskan lalu memberi kebebasan?

Itulah poin-poin penting. Seorang murabbi wajib mengecek apakah manhaj yang diikuti adalah manhaj yang baik, tidak mengikuti hawa nafsu, tapi mengikuti syariat? Juga harus dimastikan tidak ada kelemahan fatal pada dirinya dan diri mutarabbinya yang bisa merusak shaf atau jamaah secara umum. Kalau ada, segera didiskusikan dengan pihak yang berwenang sehingga dapat segera diselesaikan. Cek juga struktur tanzhim, apakah shafnya rabbani dan mengorbit di sekitar qiyadah secara solid dan tidak banyak debat dalam masalah cabang? Dengan begitu perpecahan dapat dihindari. Alhamdulillah, jamaah kita masih terjaga. Sementara jamaah lain tidak mampu mengatasi masalaah ini, karena tidak memperhatikan apa yang telah saya sebutkan tadi. Para murabbi harus punya visi yang jelas, di atas apa dan untuk apa ia mentarbiyah. Kalian sebagai murabbi harus yakin dengan kejelasan visi. Perhatikan ikatan ukhuwah. Karena, syariah tidak akan tegak tanpa ukhuwwah karena itu, ikatan ukhuwah saya namakan rukun syariah dalam buku saya . Masyarakat Islam yang tidak merealiasikan ukhuwaah tidak akan bisa menerapkan syariah dengan benar. Ukhuwah menenangkan hati dan mengkokohkan kedudukan. Abdullah bin Umar berkata, Jika saya lakukan semua bentuk ibadah tanpa henti, tapi tidak mencintai saudara seiman, tak ada manfaat dari ibadah saya itu. Ibnu Taimiyah menyebut ukhuwah sebagai bagian dari akad dalam Islam. Bahkan, dalam hadits tujuh golongan yang dinaungi Allah di Padang Mahsyar salah satunya adalah dua orang bersaudara karena Allah. Dan, usrah dibuat untuk merealisasikan rukun ukhuwah. Dimana di dalam usrah masingmasing ikhwah menjadi cermin bagi yang lain. Karena, sebaik-baik orang adalah ketika kalian melihatnya ia meningatkan kalian kepada Allah. Usrah bukan untuk mencapai ilmu. Karena, kalau kita baca buku di rumah berjam-jam, ilmu yang kita peroleh lebih banyak daripada yang kita dapat di tatsqif usrah. Imam Al-Banna menjelaskan tujuan jamaah di dalam Risalah Muktamar Khamis.

:
Kita ingin mentarbiyah generasi rabbani dengan shibghah Allah, lalu dengan shibghah Allah itu mereka memberi pengaruh positif kepada masyarakat. Mengubah perilaku-perilaku rusak masyarakat dan membentuk mereka menjadi para penolong-penolong (anshar) dakwah. Ada orang yang di dalam pikirannya hanya politik praktis saja, tanpa memperhatikan ukhuwah. Tentu bukan untuk itu kita berdakwah. Sebab, dengan menerapkan ukhuwahlah, kita bisa melewati rintangan dan merealisasikan tujuan. Bagi kita, pemerintahan hanyalah sarana, hanya tujuan antara saja. Sebab, tamkin dari Allah tujuannya adalah untuk ibadah.

(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat maruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Al-Hajj: 41) Saya selalu menegaskan bahwa betapa beratnya tugas murabbi itu. Tapi, akan ringan jika ikhlas. Seorang murabbi harus punya merasakan masuliyyah seolah-olah hanya dialah satusatunya penanggung jawab tugas itu. Perasaan itu seperti yang Allah sebutkan di dalam surat Al-Kahfi.


Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, Sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran). (Al-Kahfi:6) Murabbi harus selalu berpikir bagaimana mewujudkan apa-apa yang telah saya sebutkan di atas. Tapi ingatlah, Imam Banna pernah berkata, Allah tidak akan menghisab hasil kerja kalian. Tapi, Dia menghisab usaha dan cara kalian beramal. Ketahuilah bahwa setelah semua usaha optimal, Allah lah yang tahu di mana Dia meletakkan risalah-Nya.


Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (As-Syura:13) Iqamatuddin tidak melalui revolusi. Tapi, melalui pembentukan jil (generasi) Islami, lalu pembentukan opini umum. Kami tidak pernah menentang kekuasaan, tapi kami tidak menyetujui cara pencapaiannya yang tidak benar, sebab kita punya manhaj dan tarbiyah. Evaluasi Kadar Keimanan Kader Murabbi selalu berusaha mengokohkan iman yang ada di dalam jamaah. Seperti itulah yang dilakukan Abu Bakar. Ia selalu memeriksa pasukan dengan mengecek keimanan mereka. Sejauh mana ketaatan mereka kepada Allah. Karena, saat kalian dan musuh sama-sama

maksiat, maka kemenangan bagi yang lebih kuat persenjataannya dan lebih banyak jumlahnya. Karena itu, Umar bin Khaththab berkata, Yang paling aku takuti adalah dosa kalian daripada musuh kalian. Begitu juga Abdullah bin Rawahah. Ia berkata, Amal shalih lah yang akan mengalahkan musuh kalian. Dengan mental seperti inilah mereka tsabat dan menang. Karena itu, hal ini harus menjadi perhatian setiap murabbi. Ikhlas adalah kata kunci mewujudkan keberhasilan. Kalau Allah sudah cinta, semua menjadi gampang. Perhatikan juga kekuatan ikatan tanzhim ( ) setelah kekuatan iman

. Urutan ini penting. Kekuatan tanzhim asasnya bukan manjemen dan aturan, tetapi ukhuwah, tsiqah kepada qiyadah, dan thaah.
Murabbi harus merasa sebagai penjaga dakwah ( ,) menghargai semua lawaih (aturan, AD/ART) jamaah. Istilah mursyid, naib, masul, qism dan lain-lain, itu hanyalah untuk pembagian kerja. Bukan kemuliaan. Semua orang sama bagaikan gerigi sisir. Bisa jadi ada orang yang kusut masai jika ia bersumpah dengan nama Allah, Allah swt. mengabulkan sumpahnya. Semua kita akan dihisab dan mendapat catatan amal masing-masing. Baik atau buruknya kubur kita, kita lah yang menyiapkannya. Pesan Kepada Murabbi Dewasa ini kita hidup di masyarakat materialisitis. Tentu ini tantangan yang tidak mudah untuk tetap menjaga orientasi dakwah kita. Dan itulah tugas murabbi. Mereka penjaga dakwah. Yang menjaga fikrah jamaah ini agar tidak salah, keliru, dan menyimpang. Kalian para murabbi harus menjaga uslub dakwah dengan hikmah dan mauizah hasanah. Kalian menjaga jamaah agar tidak lemah. Kalian mewarisi semangat sampaikan dariku, walau satu ayat yang diwasiatkan Rasulullah saw. Jadi, tugas kalian, para murabbi, adalah mewariskan dakwah ini dengan segala tsabatnya kepada generasi sesudah kalian. Dan ingatlah, nasihat wajib bagi yang menasihati dan tidak wajib bagi yang dinasihati. Jangan sampai kalian merahasiakan nasihat yang kalian berikan kepada orang lain. Titik tolak kita dalam tarbiyah adalah ibadah. Bukan budaya. Pemahaman terhadap la ilaha illallah hadharah kita adalah hadharah hari akhir. Hadharah kita adalah ketika kalian bertemu dengan Tuhan kalian. Semua gerakan kita harus untuk beribadah kepada Allah. Harus kalian bedakan antara tajammu (kerumunan) dan jamaah (perkumpulan). Jamaah adalah salah satu tsawabit kita. Kita tidak bisa mentarbiyah dengan baik tanpa usrah. Ini adalah tsawabit. kelemahan naqib tidak membuat kita melemahkan jamaah. Kita harus kuatkan naqib. Tarbiyah imaniyah adalah wahana dimana kita mentarbiyah kita. Ada banyak tarbiyah, model, kegiatan: ada siyasiyyah, ijtimaiyah, istishadiyah. Tapi, yang utama adalah tarbiyah imaniyah. Inilah titik tolak kita. Rasulullah saw. bersabda, atas diri kalian, isteri kalian punya hak, jasad kalian punya hak. Masing-masing punya hak. Hendaknya kalian memenuhi hak-hak tersebut secara proposional. Tidak berlebihan dan tidak mengurangi. Harus tawazun. Tidak hanya fokus pada sisi tertentu saja. Bahkan, tidak boleh berkutat pada diri sendiri. Harus bergaul dengan orang lain. Itu tugas kalian: bergaul dengan masyarakat dengan akhlak mulia kalian. Jangan berkumpul hanya dengan sesama ikhwah saja. Saat pemilu di Mesir, semua kader mengetuk pintu rumah masyarakat. Sehingga disebut tahun ketuk pintu.

Berdakwah juga bukan hanya kepada sesama muslim, bahkan ashalah dakwah adalah kepada non-muslimin. Rasulullah saw. pun bergaul dengan orang-orang musyrik. Ikhwah punya program kursus bahasa Arab untuk orang asing non-muslim. Kita berdakwah kepada nonmuslim agar syubuhat tentang Islam dapat kita hilangkan. Kami katakan kepada mereka, Dengarlah dari kami, jangan dengar tentang kami (dari orang lain). Itulah keterbukaan yang kami lakukan kepada semua komponen masyarakat. Hasilnya, Rafiq Habid, seorang Kristen Koptik membela dan membantu ikhwah di Mesir. Karena jasanya, ia kini diangkat jadi Ketua Dua di Partai Kebebasan dan Keadilan yang kami dirikan. Landasan kita dalam keterbukaan dan kebebasan adalah perkataan Imam Al-Banna, kam minnaa wa laisuu fiinaa wa kam fiinaa wa laisuu minna, berapa banyak orang bersama kita tapi mereka bukan bagian dari kita, dan berapa banyak orang bagian dari kita tapi mereka tidak bersama kita. Saya katakan bahwa definisi tarbiyah adalah menyampaikan sesuatu menuju pada kesempurnaan, dan memindahkan generasi lama menuju generasi selanjutnya. Dengan demikian ada kesinambungan dalam tarbiyah. Dan ingatlah, tarbiyah dengan kekuatan dan kekerasan tidak memberikan pengaruh. Kita melakukan dengan kelembutan. Seorang murabbi harus mampu menggerakkan akal dan jasadnya untuk dapat mengubah dirinya secara akhlaqi. Ingat, dalam tarbiyah kalian menyampaikan ajaran akhlaq dan adab. Tapi, para murabbi juga harus menyampaikan tabiyah secara gamblang, bahwa ada tanggung jawab individual. Oleh karena itu sebagai murabbi, kalian harus dapat menumbuhkan tanggung jawab kepada setiap madhu kalian dengan wasail wijdaniyah dan memberi arahan pelaksanaan kewajiban menuju kecintaan menunaikan kewajiban. Yang terakhir, manfaatkan waktu semaksimal mungkin karena waktu merupakan kesempatan yang sangat berharga. Kami ingin seorang murabbi memiliki perasaan izzah bahwa ia sedang melaksanaan sunnah nabi. Itulah yang membedakan antara tabriyah menurut Ikhwanul Muslimin dan jamaah lainnya. Tarbiyah pada jamaah lainnya hanya mengedepankan tranformasi ilmu, sementara jamaah Ikhwanul Muslimin memperhatikan perbaikan individu, baik secara perilaku, akhlak, dan ruhi. Jadi, point penting yang harus kalian garis bawahi adalah tarbiyah menurut jamaah kita adalah membentuk orang, tidak hanya menjadi sosok yang shalih, namun juga menjadi sosok yang muslih. http://www.al-ikhwan.net/takid-tarbawi-untuk-para-murabbi-4373/ Pesanku Kepada Para Murabbi Risalah Mursyid DR. Jumah Amin Abdul Aziz

Wakil Mursyid Am Ikhwanul Muslimin Semoga bisa kita pahami, selanjutnya bisa kita realisasikan. Kita tidak ingin bahasan ini hanya ada dalam tataran ucapan. Kita takut firman Allah:


Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?


Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan (Ash Shaff, 61 : 2 3) Ketahuilah, kita hidup dibayangi makar jahat dan perdebatan yang berkepanjangan. Musuhmusuh Islam melancarkan itu untuk menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Kita masuk ke dalam peperangan yang dipenuhi dengan berbagai macam strategi. Kita tidak akan pernah mampu melawan makar mereka, kecuali dengan meminta kepada Allah dengan mengatakan, Ya Allah, aku mengadukan kelemahanku kepada-Mu. Coba kita renungkan kembali ucapan Bani Israil kepada Nabi Musa a.s. ini:


Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul. (Q.S. Asy Syuara, 26 : 61) Nabi Musa a.s. dengan penuh tsiqah dan yakin akan pertolongan Allah (ats-tsiqatul muthlaq billah) berkata kepada kaumnya:


Musa menjawab, Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. (Asy Syuara, 26 : 62) Dan yang terjadi selanjutnya adalah:


Lalu Kami wahyukan kepada Musa: Pukullah lautan itu dengan tongkatmu. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar


Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain.

Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya


Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman


Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha (Penyayang (Asy Syuara, 26 : 63 68 Lihatlah sikap seorang mukmin ketika datang ancaman dari berbagai penjuru. Tidak seharusnya seperti umat Nabi Musa. Umat Nabi Musa sepertinya terhinggapi amnesia. Mereka melupakan janji Allah. Bahkan bersikap seolah apa-apa yang dijanjikan Allah hanya tipuan. Berbeda dengan mereka yang tertarbiyah dalam keimanan dan mempunyai tanggung jawab risalah, saat melihat musuh di hadapan, mereka akan berkata, Inilah yang Allah dan rasulNya janjikan. Jadi tarbiyah bukan sekedar tsaqafah, tapi mempersiapkan diri untuk menahan makar dari barat dan timur. Lihatlah keteguhan Rasulullah saw. saat menghadapi berbagai tipu daya kafir Quraisy. Demi Allah, jika mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, agar aku menghentikan dakwah ini, niscaya tidak akan pernah menggoyahkanku, sampai Allah memenangkan dakwah ini atau aku hancur bersamanya. Sekali lagi, itulah tarbiyah. Untuk menghadapi makar musuh sangat diperlukan ketegaran, sebagaimana kisah mantan tukang sihir yang hendak dihukum Firaun.


Kemudian Musa melemparkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu


Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud kepada Allah


Mereka berkata: Kami beriman kepada Tuhan semesta alam

yaitu: Tuhan Musa dan Harun


Firaun berkata: Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui (akibat perbuatanmu); sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu .semuanya


Mereka berkata: Tidak ada kemudaratan (bagi kami); sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami


Sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah . orang-orang yang pertama-tama beriman (As-Syuara: 45-51) Tarbiyah juga memberikan nilai yang dalam. Ketika nilai-nilai rabbaniyah telah menshibghah, maka apa pun yang terjadi, kalian tidak akan terpengaruh. Bahkan, semisal ancaman penghilangan nyawa sekalipun seperti yang diterima mantan ahli sihir Firaun. Seperti itulah tarbiyah membentuk rijal. Tentu saja untuk sampai pada rijal yang shiddiq ada ujian. Iman mereka itu teruji dengan ujian.


Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Bilakah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat (Al Baqarah, 2 : 214) Ada tiga hal manfaat ujian dan tarbiyah dengan kesulitan, antara lain: 1. Untuk menyeleksi yang baik dari yang buruk (Ali imran, 3 : 179)

Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar (Ali Imran, 3 : 179) Ujian datang untuk menyeleksi kualitas orang-orang yang beriman dan menghasilkan kepemipinan yang tangguh. 2. Untuk memilih orang-orang beriman dan menghinakan orang-orang kafir


Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir (Ali Imran, 3 : 141) 3. Allah memilih para syuhada


Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang lalim (Ali Imran, 3 : 140) Yang memilih adalah Allah, bukan kalian. Ingaklah oleh kalian kisah Khalid bin Walid ketika di ambang kematian padahal bekas luka dari medan perang menghiasi sekujur tubuhnya. Ia mati normal. Di tempat tidurnya sendiri. Saya mati seperti unta, celakalah orang-orang penakut. Seorang mukmin sejati tidak takut mati, karena kematian akan dating kapan pun di mana pun. Ketika Sayyid Qutb dieksekusi, kami shalat, salah seorang akh yang suaranya merdu membaca surat Ghafir (Mumin).

. . .
Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka? (Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui, padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun? Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku (beriman) kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apa pun

baik di dunia maupun di akhirat. Dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka. Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Al Mumin/Ghafir, 40 : 41 44) Ketika kami dengar beliau akan dieksekusi, mata air meleleh, sedih, tangis. Semoga beliau termasuk orang-orang shalih. Saya bertanya, kalau beliau tidak mati di tiang gantungan, apakah beliau juga akan mati? Tentu. Karena, ajal sudah habis. Lalu apa arti syahadah? Artinya, Allah mengganti dari kematian yang wajar untuk mengangkat derajatnya. Selain itu ada yang harus diperhatikan oleh murabbi, yaitu: 1. Manhajus Sadid (manhaj yang benar) Hendaknya bekerja sesuai dengan manhaj secara kontinu, tanpa lelah. Bahkan, ketika bekerja ia merasa kurang dan tidak merasa sudah baik, maka ia selalu merasa perlu untuk menyempurnakan pekerjaannya. 2. Nafasnya Panjang Karena perang itu lama, perlu sabar. Kesabaran yang bagus, yang tidak ada kesedihan, yang membuat kalian ridha. Sungguh menakjubkan urusan orang beriman. Setiap urusan dianggap baik dan itu tidak akan ada kecuali dalam diri orang beriman. Jika mendapat kenikmatan, ia bersyukur dan itu adalah lebih baik baginya. Jika mendapat kesulitan, ia bersabar dan itu adalah lebih baik baginya. (HR Muslim) Sabar memberikan nafas panjang. Setelah sabar, membekali diri dengan pemahaman agama, pemahaman politik, pemahaman agama. Pemahaman perlu indhibat, perlu harakah. Tahu kapan harus bergerak. Seseorang harus mempunyai ilmu untuk mengetahui rahasia hidup, harus punya ilmu untuk mengetahui posisi masyarakat. Itulah kepribadian yang sempurna. Oleh karena itu Allah berfirman kepada Rasulullah saw., Ia mengajarkan Kitab dan Hikmah Walaupun ada yang menafsirkan hikmah adalah sunnah, kita ikuti pendapat lain bahwa hikmah adalah hikmah ilmu. Ketahuilah oleh kalian sifat-sifat umum murabbi, yaitu: 1. Ikhlas dalam amal Semua gerakannya untuk Allah. Saya tidak tahu apakan saya sampaikan ini kepada kalian atau yang lain, hadits riwayat Abu Daud, bahwa Rasulullah saw. setiap kali keluar toilet baca istighfar. Kenapa? Karena, di toilet beliau terhalangi untuk dzikir kepada Allah. Begitulah seharusnya seorang murabbi, selalu berzikir kepada Allah. Semua aktivitas hidupnya lillahi taala. 2. Benar dalam manhaj dan percaya benar dalam mengikuti manhaj

Para ulama merasa yakin bahwa mereka berada dalam manhaj yang benar. Manhaj ini bersambung sampai kepada manhaj Rasulullah. Begitu juga kita dalam dakwah ini. Kalian tidak ikut kepada manusia, namun fikrahnya. Kita menghargai orang, bukan mengkultuskan. Beda antara taqdir dan taqdis. Kalau kita berkomitmen, itu artinya berkomitmen kepada manhaj karena manhaj itu benar. Itu seua harus jelas bagi murabbi. Sebab, kalau jelas bagai matahari di siang bolong, murabbi bisa mentransfernya kepada orang lain. Ia punya hujjah yang kuat untuk disampaikan, bahkan kepada orang yang mendebat dan bertanya kepadanya. 3. Melek akan kondisi masyarakat Kita hidup di masyarakat yang plural. Ada petani, pedagang, pegawai negeri, pegawai swasta, buruh, dan lain-lain. Karena itu, seorang murabbi harus memahami kondisi masyarakat. Surat Al-Kahfi ayat 19 mengingatkan kita tentang arti bersabar, yaitu sampai memahami kondisi masyarakat. Jangan terburu-buru. Jangan emosi. 4. Mengetahui kondisi manusia dan berhubungan dengan mereka Mencari ilmu, pelajari masyarakat, tidak tergesa-gesa. Itu kata kunci dalam dakwah. Dalam risalahnya, Imam Al Banna mengatakan, Barangsiapa ingin memetik hasil sebelum masa panen, hendaknya cari jalan lain, bukan jalan Ikhwan. Umar berkata:


Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kekerasan orang fajir dan kelemahan orang yang bertakwa Hendaknya murabbi meninggalkan hal-hal berikut ini: 1. Emosi jauh dari sentimen pribadi. Cinta dan benci karena Allah, bukan karena sentimen pribadi. 2. Jauh dari tindakan emosional. Keras suaranya seolah ia komandan perang saat berdebat dengan orang lain. Kalau kalian emosional begini, bagaimana mereka akan mendengar kalian. 3. Senantiasa waspada dengan kondisi. Berhati-hati untuk meninggalkan realita yang dihadapinya. Kami pernah hendak memberangkatkan pemuda ke Afghanistan. Maka, yang pertama yang harus mereka pelajari adalah Fiqih Hanafi karena masyarakat di sana bermazhab Hanafi. Saya pernah diundang ke suatu daerah dan saat itu saya tidak memakai peci. Ketika hendak shalat seseorang membuka pecinya lalu mengatakan, kalau tidak keberatan pakailah ini. Saya ucapkan jazakallah, lalu bertanya kepadanya, kenapa kamu beri saya peci, namun kamu sendiri shalat dengan telanjang kepala? Imam Al-Banna mengatakan, Setiap pertanyaan yang tidak ada tendensi amalnya, maka melakukannya adalah pembebanan yang dilarang agama. Sifat ini sangat penting. Jika telah memenuhi sifat ini, maka kalian akan berpikir pada yang lebih detail dan mendalam. Inilah

tarbiyah yang membentuk ideology. Tarbiyah aqlul muslim. Seorang muslim harus menyusun terlebih dahulu akalnya pada tingkat rabbani. Jika seorang ikhwah bersikap keras akan berakibat fatal, maka seharus dia tidak mengucapkan satu patah kata pun. Lihatlah apa yang dicontohkan seorang sahabat yang ingin menyampaikan saran kepada Rasulullah saw. Dia bertanya terlebih dahulu, apakah ini wahyu yang diturunkan Allah atau sekedar inisiatif dari Rasulullah saw. Nabi saw. mengatakan, itu inisiatif dirinya. Maka, sahabat itu menyampaikan idenya. Seorang qiyadah pun tidak boleh memotong pendapat yang dilontarkan kepadanya karena itu akan memutus ide yang akan disampaikan. Jika hal itu dilakukan, akan melemahkan konsep tarbiyah. Imam mazhab pernah mengatakan, pendapat saya mungkin benar tapi bisa jadi keliru; dan pendapat lain mungkin keliru tapi bisa jadi benar. Kalian sebagai murabbi harus senantiasa memasang telinga untuk mendengar, menyiapkan dada yang lapang, dan wajah yang penuh senyum. Begitulah Nabi kalian, Muhammad saw. Beliau senantiasa berwajah senyum, kecuali jika melihat ada penyimpangan yang berhubungan dengan syariat. Beliau paling dahulu marah melalui perubahan wajahnya. Seorang murabbi harus senantiasa memberikan dirinya dalam sikap tsiqah. Jangan mencoba mengurangi keyakinannya. Sisi lain yang kita bahas adalah senantiasa bersikap tawadhu, senantiasa mendengar, syura, menghormati pemikiran madhu sekalipun dalam memberikan kritik atau masukan. Senantiasa berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat, sehingga mereka dapat memberikan ide. Karena, dengan demikian kalian sedang mentarbiyah mereka tentang syura dan menyatukan pemahaman serta sikap mereka. Seperti yang kita pahami sebagaimana Rasulullah saw. menyatukan perbedaan pendapat antara Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Saya katakan tidak dipungkiri bahwa dengan kalian berpartisipasi, akan memberikan rasa gembira pada mereka. Karena itu, jangan menghukumi mereka, jangan merendahkan, dan jangan memotong pembicaraan mereka. Saya ingin menutup pembicaraan dengan beberapa point penting: 1. Langkah awal yang penting adalah musyarakah wijdaniyah, bahwa kalian memiliki peran di tengah masyarakat. Karena masyair wijdaniyah dapat menjadikan akal menerima alasan seperti kisah Nabi Sulaiman yang sedang melakukan inspeksi dan tidak mendapatkan Burung Hud-Hud. Ketika Nabi Sulaiman kehilangan Burung Hud-Hud, maka yang dilakukan adalah menggunakan musyarakah wijdaniyah. 2. Memberikan perasaan untuk senantiasa berada dalam pembicaraan atau dialog, dan meninggalkan debat yang tiada guna. Ingalah sabda Rasulullah ini: Aku adalah pemimpin seseorang yang meninggalkan debat meskipun dia benar. 3. Memberikan perasaan penerimaan pada pandangan dan keputusan muassasi karena ini akan memberikan pengaruh pada kekuatan jamaah.

Pada kesempatan ini pula saya ingin mengingatkan kembali 10 Wasiat Imam Al-Banna: 1. Bangunlah segera untuk melakukan sholat apabila mendengar adzan walau bagaimanapun keadaannya. 2. Baca, telaah, dan dengarkan Al-Quran atau dzikirlah kepada Allah; dan janganlah engkau menghambur-hamburkan waktumu dalam masalah yang tidak ada manfaatnya. 3. Bersungguh-sungguhlah untuk bisa berbicara dalam bahasa Arab dengan fasih. 4. Jangan memperbanyak perdebatan, sebab hal itu tidak akan mendatangkan kebaikan. 5. Jangan banyak tertawa, sebab hati yang tenang dan tentram adalah yang selalu berkomunikasi dengan Allah (dzikir). 6. Jangan bergurau karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguhsungguh dan terus-menerus. 7. Jangan mengeraskan suara di atas suara yang diperlukan pendengar, karena hal ini akan mengganggu dan menyakiti orang yag mendengarkan. 8. Jauhilah dari membicarakan kejelekan orang lain atau melukainya dalam bentuk apapun, dan jangan berbicara kecuali yang baik. 9. Bertaaruflah dengan saudaramu yang kalian temui walaupun dia tidak meminta, sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan taawun (kerja sama). 10. Pekerjaan rumah kita sebenarnya lebih bertumpuk dari pada waktu yang tersedia, maka manfaatkanlah waktu; dan apabila kalian mempunyai sesuatu keperluan, maka sederhanakanlah dan percepatlah untuk diselesaikan. Selanjutnya, wasiat saya kepada kalian: jagalah ukhuwah, jagalah uhkhuwah karena dengan itulah kita dapat tsabat dan memiliki kekuatan. Hal inilah yang senantiasa diwasiatkan dan disampaikan pada hadits tsulasa. Dakwah akan kokoh dengan ukhuwah dan keteguhan kita pada manhaj. Karena itu, hal terpenting setelah keimanan yang harus kalian perhatikan adalah ukhuwah. Terakhir saya mengundang kalian untuk berkunjung ke Mesir. Setelah Allah membuka Mesir dengan revolusi di awal tahun ini, setiap hari orang-orang berdatangan kepada kami dan ini membuat musuh-musuh bertambah takut. Saya tutup muhadharah ini dengan doa rabithah:


Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul atas dasar kecintaan apdaMu, bertemu atas dasar ketaatan padaMu, bersatu dalam rangka menyeru di jalanMu, dan berjanji setia untuk membela syariatMu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, Ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalan-jalannya, dan penuhilah ia dengan cahayaMu yang tidak pernah padam, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepadaMu, dan matikanlah ia dalam keadaan syahid di jalanMu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Dan

semoga shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kami, Muhammad, kepada keluarganya, dan kepada semua sahabatnya.

You might also like