You are on page 1of 22

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI

( BPH )
DI S U S U N

OLEH

KELOMPOK

IV

ILHAM TAMAMUL HABIBAH SAFITRI AION

PROGRAM D III KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN Dr. RUSDI MEDAN 2011

KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuknya kami dapat menyusun makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan gangguan BPH ( benigna prostat hipertropi) Makalah ini di susun sebagai tugas kelompok selain itu agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang BPH ( benigna prostat hipertropi) yang kami sajikan dari berbagai sumber. Dalam penyusunan kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan baik isi makalh maupun tekhnik tekhnik maupun penyusunannya. Namun berkat bantuan serta bimbingan makalah ini dapat di selesaikan. Pada ke sempatan ini penulis tidak lupa mengucpkan terima kasih kepada ibu Elis Anggeria, SKEP,Ns yang telah membimbing kami sehingga kami mengerti bagai mana cara menyusun makalah ini . Semoga makalah ini memberikan wawasan yang lebih luas dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan,

mai 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................. BAB I PENDAHULUAN............................................................ 1.1 Latar Belakang............................................................... 1.2 Tujuan............................................................................ 1.2.1 Tujuan Umum................................... 1.2.2 Tujuan Khusus...................................

halaman i ii 1 1 2 2 2 4 4 4 4 6 7 7 8 8 9 13 13 15 16 17 17 17 18

BAB II LANDASAN PUTAKA........................................... . 2.1 Definisi............................................................................... 2.2 Etiologi............................................................................ 2.3 Anatomi Fisiologi............................................................ 2.4 Patofisiologi.................................................................... 2.5 Tanda Dan Gejala........................................................... 2.6 Komplikasi...................................................................... 2.7 Pemeriksaan diagnostik.................................................. 2.8 Penatalaksanaan.............................................................. BAB III LAPORAN KASUS............................................................ 3.1 Pengkajian........................................................................ 3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................... 3.3 Analisa data...................................................................... 3.4 Rencana asuhan keperawatan.......................................... BAB IV PENUTUP........................................................................... 4.1 kesimpilan........................................................................ 4.2 Saran ............................................................................... 4.3 Daftar pustaka..................................................................

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah hiperplasia kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah. Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuknya kami dapat menyusun makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan gangguan BPH ( benigna prostat hipertropi) Makalah ini di susun sebagai tugas kelompok selain itu agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang BPH ( benigna prostat hipertropi) yang kami sajikan dari berbagai sumber. Dalam penyusunan kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan baik isi makalh maupun tekhnik tekhnik maupun penyusunannya. Namun berkat bantuan serta bimbingan makalah ini dapat di selesaikan. Pada ke sempatan ini penulis tidak lupa mengucpkan terima kasih kepada ibu Elis Anggeria, SKEP,Ns yang telah membimbing kami sehingga kami mengerti bagai mana cara menyusun makalah ini . Semoga makalah ini memberikan wawasan yang lebih luas dan bermanfaat bagi kita semua. 1

Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat persis di inferior dari kandung kencing. Prostat normal beratnya + 20 gr, didalamnya berjalan uretra posterior + 2,5 cm.

Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum puboprostatikum dan sebelah inferior oleh diafragma urogenitale. Pada prostat bagian posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir pada verumontanum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dari spingter uretra eksterna

Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensio urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) beserta keluarganya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan BPH secara komprehensif .

2. Tujuan khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien BPH

b. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien BPH

c. Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul pada klien BPH

d. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien BPH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika.

B. Etiologi Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya Benigne Prostat Hypertropi yaitu testis dan usia lanjut. Ada beberapa teori mengemukakan mengapa kelenjar periurethral dapat mengalami hiperplasia, yaitu : - Teori Sel Stem (Isaacs 1984) Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel mati, keadaan ini disebut steady state. Pada jaringan prostat terdapat sel stem yang dapat berproliferasi lebih cepat, sehingga terjadi hiperplasia kelenjar periurethral. - Teori MC Neal (1978) Menurut MC. Neal, pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya sebelah proksimal dari spincter eksterna pada kedua sisi veromontatum di zona periurethral.

C. Anatomi Fisiologi Kelenjar prostat adalah suatu jaringan fibromuskular dan kelenjar grandular yang melingkari urethra bagian proksimal yang terdiri dari kelnjar majemuk, saluran-saluran dan otot polos terletak di bawah kandung kemih dan melekat pada dinding kandung kemih dengan ukuran panjang : 3-4 cm dan lebar : 4,4 cm, tebal : 2,6 cm dan sebesar biji kenari, pembesaran pada prostat akan membendung uretra dan dapat menyebabkan 4

retensi urine, kelenjar prostat terdiri dari lobus posterior lateral, anterior dan lobus medial, kelenjar prostat berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang ada uretra dan vagina. Serta menambah cairan alkalis pada cairan seminalis. mulai dari oripisium uretra interna di dalam vesika urineria sampai orifisium uretra eksterna. Pada penis panjangnya 17,5 20 cm yang terdiri dari: 1. Uretra prostatika Merupakan saluran terlebar panjangnya 3 cm, berjalan hampir vertikulum melalui glandula prostat, mulai dari basis sampai ke apeks dan lebih dekat ke permukaan antarior. Bentuk cairan seperti kumparan yang bagian tenggahnya lebih luas dan mangkin kebawah mangkin dangakal bergabung dengan pres membran. 2. Uretra pras membranasea Merupakan saluran yang paling pendek dan paling dangakal, berjalan mengarah kebawah dan kedepan di antara apeks glandula prostat dan bulbus uretra. 3. Uretra pres kavernosus Merupakan saluran terpanjang dari uretra dan terdapat di dalam korpus kavernosus uretra, panjangnya kira- kira 15 cm, mulai dari pres membranosus sampai ke oripisisum dari diafragma urogenitalis. Pras kavernosus ini dangkal sesuai dengan korpus penis 6 mm dan berdilatasi kebelakang. Bagian depan berdilatasi di dalam gland penis yang akan membentuk fossa navikularis uretra.

Uretra pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan di silang oleh duktus deferens dan di kelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urineria pada sudut leteral dari trigonum vesika. Sewaktu menembus vesika urineria, dining atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada waktu vesika urineria penuh akan membentuk katup (valvula) dan mencegah pengambilan urine dari vesika urineria.

Ureter pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika dan berjalan ke bagian medial dan kedepan bagian lateralis serviks uteri bagian atas, vagina untuk mencapai fundus vesika urineria. Ureter di dampingi oleh arteri uterina sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan ligamentum. Ureter mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri.

D. Patofisiologi Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat. Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase

kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

E. Tanda dan Gejala


y y

Hilangnya kekuatan pancaran saat miksi (bak tidak lampias). Ini di sebabkan karena adanya tonjolan yaitu sakula dan diverkal. Kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih. Dan apabila membran mukosa vesika urineria dalam keadaan kosong berlipat lipat, lipatan ini akan menghilang apabila vesica urinaria tensi penuh. Rasa nyeri saat memulai miksi , mengakibatakan serat detrustor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrustor kedalam mukosa buli- buli akan terlihat sebagai balok- balok yang tampai (trabekulasi). Adanya urine yang bercampur darah (hematuri).

F. Komplikasi
y y y y y y

Aterosclerosis Infark jantung Impoten Haemoragik post operasi Fistula Striktur pasca operasi & inconentia urine

G. Pemeriksaan Diagnosis 1. Laboratorium Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.

2. Radiologis Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997). 3. Prostatektomi Retro Pubis Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat. 4. Prostatektomi Parineal Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum

H. Penatalaksanaan 1. Non Operatif o Pembesaran hormon estrogen & progesteron o Massase prostat, anjurkan sering masturbasi o Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek o Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan o Pemasangan kateter. 2. Operatif Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml o TUR (Trans Uretral Resection) o STP (Suprobic Transersal Prostatectomy) o Retropubic Extravesical Prostatectomy) o Prostatectomy Perineal

BAB III LAPORAN KASUS

IDENTITAS Nama Umur Agama PekerjaaN Alamat Tanggal masuk Ruang rawat No CM

: Tn.Amat Rosidi : 63 Tahun : Islam : Tani : Banjaran Lor 3/7 Plodongan Sukoharjo Wonosobo : 19 Agustus 2009 pukul 08.30 WIB : Bougenvile : 44 00 92

I. ANAMNESA Keluhan utama : Susah BAK sejak 1 bulan yll. >> Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak 1 bulan yang lalu OS merasakan susah buang air kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus disertai dengan mengedan. Kemudian OS memeriksakan diri ke dokter dan dipasang kateter. Jika kateter dilepas, OS susah BAK. OS tidak merasakan pusing, mual, muntah, BAB (+) normal, BAK melalui kateter, kadang-kadang batuk. >> Riwayat Penyakit Dahulu : Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejadian serupa seperti sekarang.tidak ada riwayat kencing keluar batu. II.Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : baik Kesadaran : Compos Mentis Vital Sign : T : 130/80 mmHg S : 36 9 0C N : 76 x/menit R : 24 x/menit Status Generalis Pemeriksaan Kepala Bentuk kepala : mesocephal, simetris Pemeriksaan mata Palpebra : edema (-/-) Konjungtiva : anemis (-/-) Sklera : ikterik (-/-) Pemeriksaan telinga : otore (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan (-/-) Pemeriksaan hidung : deformitas (-/-), rhinorrhea (-/-) Pemeriksaan mulut : bibir kering (-), faring hiperemis (-)

Pemeriksaan Leher Kelenjar tiroid : tidak membesar Kelanjar limf : tidak membesar, nyeri tekan (-) JVP : JVP R-0 cmHg Pemeriksaan dada Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat Palpasi : ictus cordis teraba Perkusi : batas jantung Atas : SIC II linea midclavicularis sin Kanan : SIC VI linea parasternalis dext Kiri : SIC VI linea axillaris anterior sin Auskultas : BJ S1>S2 reguler, mur-mur (-) Pemeriksaan Paru Inspeksi : gerak simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-) Palpasi : fremitus taktil kanan = kiri Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru Auskultasi : SD vesikuler, ST (-/-) Pemeriksaan Abdomen Inspeksi : distensi (-), pelebaran vena (-) Auskultasi : peristaltik (+) normal Palpasi : nyeri tekan suprapubic (-), massa (-) Perkusi : timpani, nyeri ketok kostovertebral (-) Pemeriksaan Ekstremitas Superior : deformitas (-), jari tabuh (-), udem (-/-) Inferior : deformitas (-), sianosis (-), udem (-/-) Pemeriksaan dalam : sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjolbenjol. III.Diagnosis kerja Pembesaran prostat jinak (BPH) DD : karsinoma prostat IV. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah rutin, kimia darah Sel darah putih :8,32 (5,00-10,00) Sel darah merah : 3,92 (4,50-5,50) Trombosit : 300 (150-400) Hb : 11,1 (14,0-17,4) Hct : 33,53 (45,00-52,00) GDS : 113 (<150) Urea : 21,2 (20-40) Kreatinin : 0,8 (0,5-1,2) SGOT : 19 (5-40)

SGPT :25 (5-35) Albumin : 5,05 (3,7-5,2) Pemeriksaan Radiologi Foto thorax tanggal 15 Juli 2009 Cor : kesan tak membesar Pulmo : corakan bronchovasculer kasar Diafragma dbn, sinus Dx & Sn dbn Kesan : Cor: tak membesar, Pulmo: aspek tenang Foto BNO tanggal 17 Juli 2009 Jumlah udara dalam usus: meningkat, faecal material (++) Dilatasi usus (-) Contour Ren Dx & Sn dbn Tak tampak gambar seperti urolith opaque pada cavum pelvis dan cavum abdomen Vertebrae: Spur (-) Kesan: tak tampak gambar urolith opaque pada daerah traktus urinarius, peningkatan udara usus USG prostat tanggal 17 Juli 2009 Hepar : dbn Lien : dbn Ren Dx : besar normal, PCS melebar, batu (-) Ren Sin :besar normal, PCS tak melebar, batu (-) VU : dinding irregular, endapan (+), batu (-) Prostat : membesar, permukaan rata, klasifikasi (-), uk 4,73x3,63x4,72 cm Kesan : Pembesaran kelenjar prostat, Cystitis Subyektif : pasien mengeluh susah BAK karena harus mengedan, masih terasa penuh setelah BAK, menetes di akhir BAK, dan jadi sering BAK. Saat ini sedang pakai kateter, jika dilepas maka BAK semakin susah. Obyektif : KU: baik, CM TD : 130/80 mmHg RR : 24 x/menit Nadi : 78 x/menit Suhu : 370 C Status Generalis 1.Kepala Bentuk : mesocephal, simetris, udem muka (-), deformitas (-) 2.Pemeriksaan mata Palpebra : edema (-/-) Konjungtiva : anemis (-/-) Sclera : ikterik (-/-) 3.Pemeriksaan telinga : otore (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan (-/-) 4.Pemeriksaan hidung : nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-), rinorhea (-/-) 5.Pemeriksaan mulut : faring hiperemis (-) 6.Pemeriksaan leher Kelenjar tiroid : tidak membesar Kelenjar limfonodi : tidak membesar, nyeri tekan (-)

JVP : JVP R-0 cmHg 7.Pemeriksaan toraks Paru paru -Inspeksi : gerak nafas simetris ka/ki, tidak ada retraksi, tidak ada ketinggalan gerak -Palpasi : fremitus taktil kanan = kiri -Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru -Auskultasi : SD vesikuler, ST (-/-) Jantung - Inspeksi : ictus cordis tidak tampak - Palpasi : ictus cordis tidak teraba - Perkusi : Batas jantung Atas : SIC II linea midclavicularis sinistra Kanan : SIC VI linea parasternalis dextra Kiri : SIC VI linea axillaris anterior sinistra -Auskultasi : BJ S1>S2 reguler, murmur (-), gallop (-) 8.Pemeriksaan abdomen -Inspeksi : distensi (-), pelebaran vena (-) -Auskultasi : peristaltik (+) normal -Palpasi : nyeri tekan (-) -Perkusi : timpani, pekak hepar (-) 9.Pemeriksaan ekstrimitas Superior : deformitas (-), jari tabuh (-), udem (-/-) Inferior : deformitas (-), udem (-/-) Assesment : BPH Planning : persiapan operasi (prostatektomi) Subyektif : pusing (-), mual (-), muntah (-), flatus (+), BAB (+), batuk (+) BAK via cateter Onyektif : KU: baik, CM TD : 130/80 mmHg RR : 24 x/menit Nadi : 76 x/menit Suhu : 36,90 C Assesment : BPH Planning : pro Operasi hari ini Telah dilakukan prostatektomi oleh dr. Dimyati Ahmad, Sp.B Terapi post operasi: - Asering/ D5/ NaCl 25 tpm - Ecotrixon 1x1 gr - Lactor 2x1 amp - Ranitidine 2x1 amp - Kalnex 3x1 amp - Traksi pertahankan - Pasien boleh coba minum - Drip cateter dengan NaCl tetesan cepat

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Benigna Prostat Hipertropi (BPH)

A. Pengkajian 1. Data subyektif : o Pasien mengeluh sakit pada luka insisi. o Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual. o Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan. o Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa. 2. Data Obyektif : o Terdapat luka insisi o Takikardi o Gelisah o Tekanan darah meningkat o Ekspresi wajah ketakutan o Terpasang kateter

B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter 2. Kurang pengetahuan : tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahanDiagnosa Keperawatan No Diagnosa 1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan spasme otot spicter. Tujuan Intervensi Setelah dilakukan - Kaji nyeri , perubahan selama 3-5 hari perhatikan lokasi (0pasien mampu 10) mempertahankan derajat - Monitor dan catat kenyamanan secara adekuat, dan secara verbal adanya rasa nyeri , Pasien mengungkap nyeri lokasi derasi dan faktor pencetus serta berkurang. penghilang nyeri. - Observasi tandatanda non verbal nyeri (gelisa, kening mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi. - Beri ompres hangat

pada abdomen terutama perut bagian bawah. - Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok) 2. Kurangnya pengetahuan tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi. Setelah dilakukan perawatan 3-5 hari klien tidak mampu mempertahankan pengetahuannya tentang penyakit. - Berikan informasi / pengetahuan tentang penyakit. - Anjurkan pasie untuk meningkatkan pengetahuannya tentang penyakit. -Jelaskan alasan dilakukannya terapi / pengobatan. - Berikan pengalaman yang meningkatkan otonomi pasien. - Monitor pernyataan pasien tentang penyakit. - Sediakan informasi tentang kondisi klien. - Kaji nyeri secara komprehensif. - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri yang mengaggu pola tidur klien. Kurangi faktor presipitasi nyeri. - Atur posisi senyaman mungkin.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri ditandai dengan efek pembedahan.

Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari klien mammpu mempertahankan nyeri, dan melaporkan pola tidur nya pada petugas.

ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI 1. DS : pasien merasa tidak Adanya spasme otot spincter nyaman DO: pasien merasa Pembesaran pada prostat gelisa Gangguan pada prostat 2. DS: pasien mengatakan DO: kurang pengetahuan tentang peyakit Kurangnya informsi tentang peyakit Kurangmya pengalaman pasien tentang penyakit Nyeri/ efek pembedahan Adanya tonjolan mukosa Adanya fase kompensasi

MASALAH Gangguan rasa nyaman

Kurangnya penyakit

3.

DS: pasien mengatakan nyeri pada ureter

Gangguan pola tidur

Rencana Asuhan Keperawatan Nama : Tn. A Umur : 63 thn Jenis Kelamin : laki laki Diagnosa DATA Perencanaan Keperawatan Tujuan Intervensi DS: - Gagguan rasa - Mengatasi - Kaji pola Pasien nyaman b/d rasa gelisa tidur pada mengatakan ada spasme pasien merasa otot spincter tidak d/d pasien -atur posisi nyaman merasa tidak pasien DO: nyaman senyaman Pasien mungkin merasa -laporkan pada gelisa docter jika nyeri meningkat -observasi tanda verbal - beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah -anjurkan pasien untuk menghindari stimulasi -lakukakan perawatan asepetik traupetik - Kaji pengetahuan pasien pasien -anjurkan pasien

Implementasi -mengkaji pola tidur pada pasien -mengatur posisi pasien senyaman mungkin -melaporkan pada dokter jika nyeri meningkat mengobservasi tanda verbal -memberi ompres hangat pada abdomen terutama pada perut bagian bawah -menganjurkan pasien untuk menghindari stimulasi -melakikan perawatan asepetik traupetik

Evaluasi S: pasien mengataknan merasa tidak nyaman O: pasien mengatakan gelisa A: Gangguan rasa nyaman belum teratasi P: mengatur posisi pasien senyaman mungkin

DS: Pasien mengatakan kurang mengetahi

-Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya b/d kurangnya

- Mengatasi rasa cemas

-mengkaji pengetahuan pasien -menganjurkan pasien

S: pasien mengatakn kurang pengetahuan tentang

tentang penyakit DO: Pasien merasa cemas tentang penyakitnya

informasi tentang penyakit d/d pasien merasa cemas

meningkatkn pengetahuan -berikan pengalaman yang meningkatkn otonomi pasien -sediakan informasi tentang kondisi pasien -berikan informasi / pengetahuan tentang penyakit -monitor penyataan pasien tentang penyakit

meningkatkan pengetahuan -memberikan pengalaman yang meningkatkan otonomi pasien

DS: Pasien mengatakan nyeri pada ureter DO: Pasien tampak meringis kesakitan

-gangguan pola tidur b/d nyeri/efek pembedahan d/d pasien tampak meringis kesakitan

-Mengurangi rasa skit

-Kaji skala nyeri - Alihkan perhatian pasien ke hal yang menyenangkan -Atur posisi senyaman mungkin -berikan analgetik untuk mengurangi nyeri yang menganggu pola tidur pasien -kurangi faktor presipitasi nyeri

penyakit O: pasien merasa cemas tentang penyakitnya A: kurangnya pengetahuan tentang -menyediakan penyakit informasi belum teratasi tentang kondisi P: mengkaji pasien pengetahuan pasien tentang -memberikan penyakit informasi / pengetahuan tentang penyakit -memonitor pernyataan pasien tentang penyakit -Mengkaji S: pasien skala nyeri mengataknan -mengalihkan nyeri pada perhatian ureter pasien ke hal O: pasien yang tampak menyenangkan meringis -mengatur kesakitan posisi A: gangguan senyaman pola tidur mungkin belum teratasi -memberikan P: kaji skala analgetik nyeri dan untuk mengalihkan mengurangi pengetahuan nyeri ke hal yang menganggu menyenangkan pola tidur pasien -mengurangi faktor presipitasi nyeri

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien gagguan sistem Benigna Prostat Hipertropi adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, di sebabkan karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika.tanda dijelaskan adalah hilangnya kekuatan pancaran saat miksi.

4.2 Saran Diagnosa BPH ( benigna prostat hipertropi ) pada kasus ini di tegakkan bedasarkan anamnase secara klinis dan pemeriksan fisik pasien. Pada anamnase yang di lakukan bawha pasien mengeluh pada nyeri yang terus menerus ketika BAK , hal ini sesuai dengan gejala BPH yaitu pembesaran jinak kelenjar prostat.

Daftar Pustaka Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo. Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.

You might also like