You are on page 1of 147

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada sangat dekat dengan
pertemuan empat lempeng tektonik. Hal ini menyebabkan indonesia mendapatkan
ancaman yang cukup tinggi terhadap bencana gempa. Oleh karena itu,
perencanaan bangunan yang mampu menahan beban gempa sangat diperlukan
untuk mencegah atau mengurangi kerusakan bangunan di Indonesia.
Perencanaan bangunan tahan gempa pada umumnya didasarkan pada
analisa struktur elastis yang diberi faktor beban untuk simulasi kondisi ultimit
(batas). Keunggulan dari sistem struktur yang tetap elastis adalah tidak ada satu
bagian struktur pun yang mengalami deformasi permanen. Namun, elemen
struktur yang digunakan akan memerlukan penampang yang jauh lebih besar.
Sehingga dibuat alternatif sistem struktur inelastis. Keunggulan pada sistem
struktur yang direncanakan berperilaku inelastis pada saat terjadi gempa yakni
pada struktur tersebut terdapat bagian tertentu yang akan mengalami plastifikasi
akibat penyerapan energi gempa. Sistem struktur tersebut tentunya akan
mengalami deformasi plastis pada bagian-bagian tertentu namun tetap memiliki
kekakuan yang cukup untuk dapat berdiri (tidak runtuh) sehingga keselamatan
pengguna bangunan saat terjadi gempa dapat terjamin.
Material yang cocok digunakan untuk bangunan tahan gempa adalah
material yang kuat dan kaku. Baja merupakan material yang memiliki kekuatan
dan kekakuan yang cukup tinggi, selain itu baja merupakan material yang lebih
ringan karena dimensi yang dibutuhkan lebih kecil dari pada menggunakan
material beton. Agar bangunan struktur baja menjadi lebih kaku, maka diberikan
pengaku (bresing) pada beberapa bagian dari bangunan tersebut.
Terdapat beberapa macam struktur rangka baja berpengaku yang
digunakan sebagai struktur baja tahan gempa di antaranya adalah Struktur Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK), Struktur Rangka Pemikul Momen Biasa
2
(SRPMB), Struktur Rangka Bresing Konsentrik Khusus (SRBKK), Struktur
Rangka Bresing Konsentrik Biasa (SRBKB), dan Struktur Rangka Bresing
Eksentrik (SRBE). Pada tugas akhir ini digunakan tipe Struktur Rangka Bresing
Konsentrik Khusus (SRBKK) karena memiliki kekakuan yang cukup besar
dibandingkan tipe lainnya.
1.2 Perumusan Masalah
Posisi bresing pada bangunan struktur baja saat ini bisa ditempatkan
dengan beberapa bervariasi. Variasi tersebut tentu akan memberikan perilaku
yang berbeda. Oleh karena itu, penulis bermaksud melakukan analisa struktur baja
dengan perbedaan posisi bresing yaitu penempatan pada ekserior dan interior
sehingga dapat dilihat perbedaan dan perilaku bangunan tersebut terhadap masing-
masing penempatan bresing.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dari analisa atau penelitian pada Tugas Akhir ini
adalah :
1. Melakukan perencanaan struktur baja berpengaku tipe Struktur Rangka
Bresing Konsentrik Khusus (SRBKK) tipe-x dengan beberapa posisi
bresing di bawah beban gempa.
2. Mengkaji perbedaan perilaku masing-masing posisi bresing seperti gaya-
gaya dalam yang bekerja, simpangan antar lantai, daktilitas, serta berat
dari struktur sehingga dapat diketahui penempatan posisi mana yang lebih
ekonomis dan efisien.
Manfaat dari analisa atau penelitian pada Tugas Akhir ini adalah sebagai
bahan pertimbangan dalam merencanakan posisi bresing pada bangunan struktur
baja oleh perencana struktur.
1.4 Batasan Masalah
1
Ruang lingkup analisa atau penelitian pada Tugas Akhir ini dibatasi pada :
1. Gedung yang direncanakan adalah struktur gedung 3D beraturan 10 lantai
simetris dengan dimensi 30 m x 30 m dengan spasi 5 m dan jarak antar
lantai tingkat pertama 4 m dan tingkat selanjutnya 3,5 m.
2. Bresing (pengaku) konstruksi khusus yang digunakan adalah bresing tipe x.
3. Pembebanan struktur berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
Rumah dan Gedung (1987).
4. Gedung direncanakan berada pada wilayah gempa 3 berdasarkan SNI
1726-2003 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Gedung dengan fungsi sebagai gedung perkantoran.
5. Perencanaan elemen struktur berdasarkan SNI 03-1729-2002 tentang Tata
Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
6. Elemen struktur yang direncanakan hanya meliputi bresing, balok dan
kolom.
7. Sambungan dianggap kuat dalam menahan semua gaya-gaya yang bekerja.
8. Analisis dan perhitungan gaya-gaya dalam dilakukan dengan bantuan
program SAP2000.
9. Perilaku yang dibandingkan meliputi gaya-gaya dalam yang bekerja,
simpangan antar lantai, dan berat struktur.
10.Perilaku struktur dianalisis menggunakan pushover analysis dengan
bantuan program SAP2000.
1.5 Sistematika Penulisan
1
Penulisan tugas akhir ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan mengungkapkan latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat, batasan masalah dan juga sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka berisi dasar teori tentang penelitian yang akan
dilakukan dengan mengacu beberapa sumber yang relevan dan
persyaratan yang dibutuhkan untuk membantu penelitian.
BAB III DATA DAN PERHITUNGAN
Data dan perhitungan berisikan tentang data masukan dan langkah-
langkah perhitungan dalam pengerjaan penelitian yang akan dilakukan
dan dilengkapi dengan bagan alir.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisikan tentang hasil dari perhitungan yang telah dilakukan baik
berupa tabel maupun gambar-gambar grafik dan juga pembahasan dari
hasil perhitungan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan tentang pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari
hasil penelitian. Kemudian saran untuk penelitian selanjutnya.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perencanaan Bangunan Tahan Gempa
Konsep perencanaan struktur bangunan bertingkat tinggi harus
memperhitungkan kemampuannya dalam memikul beban-beban yang bekerja
pada struktur tersebut, di antaranya adalah beban gravitasional dan beban lateral.
Beban gravitasi adalah beban mati struktur dan beban hidup, sedangkan yang
termasuk beban lateral adalah beban angin dan beban gempa.
Berdasarkan kondisi negara Indonesia, yang terletak diantara 4 lempeng
benua (merupakan daerah rawan gempa), struktur boleh jadi akan mengalami
pergerakan secara vertikal maupun secara lateral. Namun struktur bangunan pada
umumnya memiliki faktor keamanan yang cukup dalam menahan gaya vertikal
dibandingkan dengan gaya gempa lateral. Gaya gempa lateral langsung bekerja
pada daerah-daerah elemen struktur yang tidak kuat yang dapat menyebabkan
keruntuhan.
Berdasarkan UBC 1997, tujuan desain bangunan tahan gempa adalah
untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa,
dengan tiga kriteria standar sebagai berikut:
1. Ketika terjadi gempa kecil, tidak terjadi kerusakan sama sekali
2. Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural
tetapi bukan merupakan kerusakan struktural
3. Ketika terjadi gempa kuat, diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural
dan nonstruktural, namun kerusakan yang terjadi tidak sampai
menyebabkan bangunan runtuh.
Oleh sebab itu, perencanaan bangunan struktur tahan gempa harus dapat
memperhitungkan dampak dari gaya lateral yang bersifat siklis (bolak-balik) yang
dialami oleh struktur selama terjadinya gempa bumi. Untuk memikul gaya lateral
2
yang dialami oleh bangunan, struktur harus dapat memiliki daktilitas yang
memadai di daerah joint atau elemen struktur tahan gempa seperti bresing atau
dinding geser.
2.2 Sistem Penahan Geser
Tipe-tipe sistem penahan geser untuk bagunan dapat dikategorikan ke
dalam tiga tipe sistem yang umum :
1. Rangka kaku/ rangka pemikul momen (rigid frame/moment resisiting
frame)
2. Rangka bresing (braced frames)
3. Dinding geser (shear walls)
2.2.1 Rangka Pemikul Momen
Rangka pemikul momen sering juga disebut moment resisting frames
terdiri dari lantai atau atap dalam bidang dengan, dan dihubungkan pada kolom
dengan join kaku atau setengah kaku. Kekuatan dan kekakuan pada rangka
berbanding lurus dengan ukuran kolom dan balok, dan berbanding terbalik dengan
tinggi dan jarak antar kolom. Pada keadaan normal, momen resisting frames
menghasilkan bending moment yang significant pada balok, dengan titik infleksi
(titik dengan momen 0) dekat titik tengah dari balok dan kolom.
2.2.2 Rangka Bresing
Rangka bresing biasa disebut juga rangka berpengaku terdiri dari balok
atau kolom ditambah dengan diagonal bracing. Aplikasi dari sistem ini sangat
banyak ditemui pada kayu dan baja tetapi sedikit sekali diterapkan pada bagunan
beton.
Rangka bresing yang banyak digunakan pada saat sekarang ini adalah :
1. Single diagonal bracing
2. Double diagonal bracing
3. K-bracing, vertikal maupun horizontal
4. Lattice bracing
1
5. Knee bracing
6. Eccentric bracing
2.2.3 Dinding Geser
Dinding geser berupa planar, pada umumnya berupa elemen-elemen
vertikal yang panjang dan tipis. Dinding geser pada umumnya memiliki sedikit
penetrasi. Jika dua atau lebih element dinding geser dihubungkan bersama-sama
pada bidang dengan kekakuan relatif, hal ini disebut coupled shear walls. Dinding
geser merupakan bearing wall yang sederhana, sebuah dinding menghubungkan
dua kolom atau lebih.
2.3 Rangka Bresing
Tujuan penggunaan rangka bresing adalah kemampuan struktur untuk
mempertahankan stabilitas akibat beban lateral dan stabilitas struktur secara
keseluruhan. Rangka bresing pada umumnya dianalisa dan didisain dengan
mengabaikan momen kudua pada sistem tersebut (AISC,2005)
Distribusi beban lateral pada bidang bresing, batang-batang bresing harus
dipasang dengan arah gaya lateral yang sejajar dengan bidang bresing, minimal
30% tapi tidak lebih dari 70% gaya horizontal total harus dipikul oleh batang oleh
batang bresing tarik, kecuali jika kuat nominal tekan N
n
untuk setiap batang
bresing lebih besar dari daripada beban terfaktor N
u
(SNI 03-1729-2002).
Tipe-tipe rangka bresing pada umumnya sebagai berikut:
1
(a) Rangka Bresing Konsentrik
(b) Rangka Bresing Eksentrik
Gambar 2.1 Tipe-tipe Bresing (Pengaku)
(Sumber : Bruneau et al, 1985)
2.4 Analisis Seismik
2
2.4.1 Beban Gempa Secara Umum
Beban gempa nominal secara umum yaitu beban gempa yang nilainya
ditentukan oleh 3 hal, yaitu besarnya probabilitas beban itu dilampui dalam kurun
waktu tertentu, oleh tingkat daktilitas struktur yang mengalaminya dan oleh
kekuatan lebih yang terkandung di dalam struktur tersebut. Menurut SNI-1726-
2002 tentang gempa, peluang dilampuinya beban tersebut dalam kurun waktu
umur gedung 50 tahun adalah 10% dan gempa yang menyebabkannya disebut
Gempa Rencana (dengan periode ulang 500 tahun), tingkat daktilitas struktur
gedung dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, sedangkan faktor kuat lebih f
1
untuk struktur gedung secara umum nilainya adalah 1,6. Dengan demikian, beban
gempa nominal adalah beban akibat pengaruh Gempa Rencana yang
menyebabkan terjadinya pelelehan pertama di dalam struktur gedung, kemudian
direduksi dengan faktor kuat lebih f
1
.
2.4.2 Beban Gempa Statik Ekivalen
SNI-1726-2002 menjelaskan bahwa untuk gedung dengan tinggi tidak
lebih dari 40 m, dapat dilakukan analisis statik ekivalen. Akibat beban gempa,
struktur direncanakan untuk dapat menahan suatu beban geser dasar yang bekerja
secara horizontal pada struktur sebesar :
t
v
W
RT
I C
V
dengan beban geser dasar total tidak perlu didesain lebih dari persamaan berikut :
t
a
W
R
I C
V
5 , 2
max

di mana :
V = gaya geser dasar rencana
Cv, Ca = koefisien gempa dasar
R = faktor modifikasi respon
I = faktor keutamaan struktur
(2.1)
(2.2)
1
T = waktu getar alami struktur
Wt = berat total struktur
Untuk keperluan analisis pendahuluan, waktu getar alami struktur dapat
didekati dengan persamaan empiris :
4
3
085 , 0 H T
Nilai periode getar alami struktur dilakukan penyesuaian secara iteratif
menuju nilai T yang konvergen mendekati nilai T Rayleigh. Setelah itu, dilakukan
analisis beban lateral ekivalen pada tiap lantainya.
Periode getar alami struktur memiliki batasan maksimum untuk mencegah
bangunan terlalu bersifat fleksibel. Untuk bangunan rangka baja ditetapkan
batasan periode getar alami maksimum sebagai berikut :
4
3
H T <
dengan

disesuaikan dengan wilayah gempa dan jenis struktur seperti pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.1 Koefisien

yang membatasi waktu getar alami struktur gedung


Wilayah Gempa dan Jenis Struktur
Sedang dan ringan ; rangka baja
Sedang dan ringan ; rangka beton dan RBE
Sedang dan ringan ; bangunan lainnya
Berat ; rangka baja
Berat ; rangka beton dan RBE
Berat ; bangunan lainnya
0,019
0,012
0,068
0,111
0,095
0,063
(Sumber : SNI 03-1726-2003)
(2.3)
(2.4)
1
Tingkat keutamaan (I) struktur dalam kepentingannya saat masa layan disajikan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Faktor keutamaan I untuk berbagai kategori dan bangunan.
Kategori gedung
Faktor Keutamaan
I
1
I
2
I
Gedung umum seperti untuk penghunian,
perniagaan dan perkantoran
1,0 1,0 1,0
Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6
Gedung penting pasca gempa seperti rumah
sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga
listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan
darurat, fasilitas radio dan televisi.
1,4 1,0 1,4
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya
seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan
beracun.
1,6 1,0 1,6
Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5
(Sumber : SNI 03-1726-2003)
Gambar 2.2 Respon spektrum rencana gempa wilayah II
(Sumber : SNI 03-1729-2002)
1
Nilai faktor modifikasi respon (R) ditentukan berdasarkan tipe struktur
yang akan direncanakan. Berikut ini adalah nilai faktor modifikasi respon untuk
berbagai tipe struktur tahan gempa.
Tabel 2.3 Faktor daktilitas maksimum (m), faktor reduksi gempa (Rm)
maksimum, faktor tahanan lebih struktur dan faktor tahanan lebih total
(f) beberapa jenis sistem dan subsistem struktur gedung
Sistem dan subsistem struktur
gedung
Uraian sistem pemikul beban gempa m Rm f
1. Sistem dinding penumpu
(Sistem struktur yang tidak
memiliki rangka ruang pemikul
beban gravitasi secara lengkap.
Dinding penumpu atau sistem
bresing memikul hampir semua
beban gravitasi. Beban lateral
dipikul dinding geser atau
rangka bresing).
1. Dinding geser beton bertulang
2,7 4,5
2,
8
2. Dinding penumpu dengan rangka baja ringan dan
bresing tarik
1,8 2,8
2,
2
3. Rangka bresing di mana bresingnya memikul beban
gravitasi
a.Baja
2,8 4,4
2,
2
b.Beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6)
1,8 2,8
2,
2
2. Sistem rangka gedung
(Sistem struktur yang pada
dasarnya memiliki rangka
ruang pemikul beban gravitasi
secara lengkap. Beban lateral
dipikul dinding geser atau
rangka bresing).
1. Rangka bresing eksentris baja (RBE)
4,3 7,0
2,
8
2. Dinding geser beton bertulang
3,3 5,5
2,
8
3. Rangka bresing biasa
a.Baja
3,6 5,6
2,
2
b.Beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6)
3,6 5,6
2,
2
4. Rangka bresing konsentrik khusus
a.Baja
4,1 6,4
2,
2
5. Dinding geser beton bertulang berangkai daktail
4,0 6,5
2,
8
6. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail
penuh
3,6 6,0
2,
8
7. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail
parsial
3,3
5,5
2,
8
3. Sistem rangka pemikul
momen
(Sistem struktur yang pada
dasarnya memiliki rangka
ruang pemikul beban gravitasi
secara lengkap. Beban lateral
dipikul rangka pemikul momen
terutama melalui mekanisme
lentur)
1. Rangka pemikul momen khusus (SRPMK)
a.Baja
5,2 8,5
2,
8
b.Beton bertulang
5,2 8,5
2,
8
2. Rangka pemikul momen menengah beton
(SRPMM)
3,3 5,5
2,
8
3. Rangka pemikul momen biasa (SRPMB)
a.Baja
2,7 4,5
2,
8
b.Beton bertulang
2,1 3,5
2,
8
4. Rangka batang baja pemikul momen khusus
(SRBPMK)
4,0 6,5
2,
8
4. Sistem ganda
(Terdiri dari: 1) rangka ruang
yang memikul seluruh beban
gravitasi; 2) pemikul beban
lateral berupa dinding geser
1. Dinding geser
a.Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang
5,2 8,5
2,
8
b.Beton bertulang dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,
8
2
atau rangka bresing dengan
rangka pemikul momen.
Rangka pemikul momen harus
direncanakan secara terpisah
mampu memikul
sekurangkurangnya 25% dari
seluruh beban lateral; 3) kedua
sistem harus direncanakan
untuk memikul secara bersama-
sama seluruh beban lateral
dengan memperhatikan
interaksi /sistem ganda)
c. Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang
4,0 6,5
2,
8
2. RBE baja
a.Dengan SRPMK baja
5,2 8,5
2,
8
b.Dengan SRPMB baja
2,6 4,2
2,
8
3. Rangka bresing biasa
a.Baja dengan SRPMK baja
4,0 6,5
2,
8
b.Baja dengan SRPMB baja
2,6 4,2
2,
8
c.Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang
(tidak
untuk Wilayah 5 & 6)
4,0 6,5
2,
8
d.Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang
(tidak
untuk Wilayah 5 & 6)
2,6 4,2
2,
8
4. Rangka bresing konsentrik khusus
a.Baja dengan SRPMK baja
4,6 7,5
2,
8
b.Baja dengan SRPMB baja
2,6 4,2
2,
8
Bersambung ke halaman berikutnya
Sistem dan subsistem struktur
gedung
Uraian sistem pemikul beban gempa m Rm f
5. Sistem struktur gedung
kolom kantilever: (Sistem
struktur yang memanfaatkan
kolom kantilever untuk
memikul beban lateral)
Sistem struktur kolom kantilever
1,4 2,2 2
6. Sistem interaksi dinding
geser dengan rangka
Beton bertulang biasa (tidak untuk Wilayah 3, 4, 5 &
6)
3,4 5,5
2,
8
7. Subsistem tunggal
(Subsistem struktur bidang
yang membentuk struktur
gedung secara keseluruhan)
1. Rangka terbuka baja 5,2 8,5 2,
8
2. Rangka terbuka beton bertulang 5,2 8,5 2,
8
3. Rangka terbuka beton bertulang dengan balok beton
pratekan (bergantung pada indeks baja total)
3,3 5,5 2,
8
4. Dinding geser beton bertulang berangkai daktail
penuh.
4,0 6,5 2,
8
5. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail
parsial
3,3 5,5 2,
8
(Sumber : SNI 03-1726-2002)
Beban geser dasar akibat gempa harus dibagikan sepanjang tinggi gedung
menjadi bebanbeban horizontal terpusat yang bekerja pada masing-masing tingkat
lantai menurut rumusan.
V
h W
h W
F
i i
i i
i

di mana :
Fi = gaya horizontal pada lantai ke-i
(2.5)
2
Wi = berat lantai ke-i
hi = ketinggian sampai tingkat I diukur dari tingkat penjepitan dasar
Untuk analisis beban gempa 3 dimensi, beban gempa dikerjakan sebesar
100% pada arah yang ditinjau ditambah 30% pada arah tegak lurus arah yang
ditinjau dan kebalikannya.
2.4.3 Pusat Massa dan Pusat Kekakuan Bangunan.
Pusat massa lantai tingkat suatu struktur gedung dan pusat rotasi lantai
tingkat suatu struktur gedung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
(a) Rumus untuk menghitung pusat massa (CM)
Rumus yang digunakan untuk menghitung titik pusat massa adalah sebangi
berikut :

n
i
i
n
i
i i
CM
W
X W
X

n
i
i
n
i
i i
CM
W
Y W
Y
Dimana :
W
i
= beban hidup yang bekerja pada lantai.
X
i
= jarak pusat massa ke sumbu x.
Y
i
= jarak pusat massa ke sumbu y.
(b) Rumus untuk menghitung pusat kekakuan (CR)
Rumus yang digunakan untuk menghitung titik pusat kekakuan kolom adalah
sebangi berikut :

n
i
iy
n
i
i iy
CR
K
X K
X
(2.8)
(2.6)
(2.7)
1

n
i
ix
n
i
i ix
CR
K
Y K
Y
Dimana :
K
ix
= kekakuan translasi arah x dari elemen penahan ke-i.
K
iy
= kekakuan translasi arah y dari elemen penahan ke-i.
X
i
= jarak pusat massa ke elemen penahan ke-i searah sumbu x.
Y
i
= jarak pusat massa ke elemen penahan ke-i searah sumbu y.
(c) Rumus untuk menghitung kekakuan struktur
Menurut Purnijanto (2007) besarnya konstanta kekakuan setiap kolom untuk
kolom dengan ujung jepit-jepit adalah :
3
12
h
I E
K
x
x

3
12
h
I E
K
y
y

Dimana :
E = modulus elastisitas bahan kolom (
2
/ cm kg
)
I = momen inersia penamang kolom (
4
cm
)
h = tinggi kolom (cm)
(d) Rumus untuk menghitung momen inersia
Rumus yang digunakan untuk menghitung momen inersia adalah sebangi
berikut :
3
12
1
h b I
(2.9)
(2.10)
(2.11)
(2.13)
1
Dimana :
b = lebar penampang beton bertulang (cm)
h = tinggi kolom (cm)
2.4.4 Letak Eksentrisitas Beban Gempa (SNI 0317262002)
Pusat massa lantai tingkat suatu struktur gedung adalah titik tangkap
resultante beban mati, berikut beban hidup yang sesuai, yang bekerja pada lantai
tingkat itu. Pada perencanaan struktur gedung, pusat massa adalah titik tangkap
beban gempa statik ekuivalen atau gaya gempa dinamik.
Pusat rotasi lantai tingkat suatu struktur gedung adalah suatu titik pada lantai
tingkat itu yang bila suatu beban horisontal bekerja padanya, lantai tingkat
tersebut tidak berotasi, tetapi hanya bertranslasi, sedangkan lantai-lantai tingkat
lainnya yang tidak mengalami beban horisontal semuanya berotasi dan
bertranslasi.
Antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat harus ditinjau suatu
eksentrisitas rencana e
d
. Apabila ukuran horisontal terbesar denah struktur gedung
pada lantai tingkat itu, diukur tegak lurus pada arah pembebanan gempa,
dinyatakan dengan b, maka eksentrisitas rencana e
d
harus ditentukan sebagai
berikut :
untuk 0 < e < 0,3 b :
d
e
= 1,5 e + 0,05 b
Atau
d
e
= e 0,05 b
dan dipilih di antara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan
untuk unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau.
untuk e > 0,3 b :
(2.14)
(2.15)
(2.16)
2
d
e
= 1,33 e + 0,1 b
atau
d
e
= 1,17 e 0,1 b
dan dipilih di antara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan
untuk unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau
Simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung
tidak boleh melampaui
R
03 , 0
kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm.
2.4.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Eksentrisitas pada
Bangunan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan eksentrisitas pada bangunan
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan beban hidup lantai.
2. Bangunan yang tidak simetri.
3. Dimensi kolom dan balok yang tidak sama.
4. Adanya perbedaan antar tingkat bangunan searah vertikal.
2.4.6 Stabilitas Struktur
Beban beban lateral yang bekerja pada suatu struktur gedung, misalnya
beban gempa, akan menimbulkan lendutan arah horizontal. Sehingga untuk
menghindari lendutan yang berlebihan pada struktur gedung yang mengalami
beban lateral maka efek torsional harus diminimalkan, dengan cara memperkecil
eksentrisitas antara pusat masa dan pusat rotasi (Paulay dan Priestly, 1992).
(2.17)
1
Peraturan gempa Indonesia, SNI 03-1726-2002, membatasi besarnya
lendutan arah ke samping (simpangan) struktur gedung dalam 2 istilah, yaitu
kinerja batas layan dan kinerja batas ultimit. Kinerja batas layan struktur gedung
ditentukan oleh simpangan antar-tingkat akibat pengaruh gempa rencana, yaitu
untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan,
di samping untuk mencegah kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan
penghuni. Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan
simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa
Rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan.
Pemenuhan persyaratan kinerja batas layan struktur gedung, dalam segala
hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak
boleh melampaui
R
03 , 0
kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm,
bergantung yang mana yang nilainya terkecil. Sedangkan untuk memenuhi
persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam segala hal simpangan
antar-tingkat yang dihitung tidak boleh melampaui 0,02 kali tinggi tingkat yang
bersangkutan.

V
F
i
z
i
V
V
e
V
y
f V
n

n

m

0
f
2
V
n
V
m
f
1
R V
n

y
R
daktail
elastik
Gambar 2.3 Simpangan yang terjadi pada struktur portal
(Sumber : Dewobroto, 2005)
2.4.7 Analisa Modal
2
Analisa modal atau eigen-value diperlukan untuk mengetahui perilaku
dinamis bangunan sekaligus perioda getar alami. Parameter yang mempengaruhi
pada analisa modal adalah massa dan kekakuan lateral bangunan.
Dalam perencanaan struktur gedung terhadap pengaruh Gempa Rencana,
eksentrisitas rencana (ed) antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat
menurut Pasal 5.4.3 yang tercantum diatas harus ditinjau baik dalam analisis
statik, maupun dalam analisis dinamik tiga dimensi.
Antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat harus ditinjau suatu
eksentrisitas rencana (ed). Jika ukuran horisontal terbesar denah struktur gedung
pada lantai tingkat itu, maka diukur tegak lurus pada arah pembebanan gempa,
dinyatakan dengan b, maka eksentrisitas rencana ed ditentukan sebesar 0,05 b
dalam hal nilai e adalah tidak nol karena massa lantai dan konfigurasi strukturnya
tidak simetri. Jika massa lantai dan konfigurasi strukturnya simetri maka e sama
dengan nol dan dapat dilihat pada contoh gambar dibawah ini.
Gambar 2.4 Penempatan massa dengan eksentrisitas rencana pada struktur simetri
(Sumber : Dewobroto, 2005)
2.4.8 Kombinasi Arah Beban Gempa
Untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana yang sembarang
terhadap struktur bangunan gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah
2
utama yang ditentukan menurut perencanaan struktur bangunan gedung, arah
utama pengaruh Gempa Rencana harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga
memberi pengaruh terbesar terhadap unsur-unsur subsistem dan sistem struktur
bangunan gedung secara keseluruhan harus dianggap efektif 100% dan harus
dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah
tegak lurus pada arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya
30%.
Perencanaan gempa harus memperhatikan arah dari gempa yang terjadi.
Oleh karena itu kita harus meninjau pembebanan gempa dengan dua arah baik
dalam arah-x bangunan dan arah-y bangunan. Beban gempa diperhitungkan
terhadap delapan arah kombinasi dengan arah utama sebesar 100% dan arah tegak
lurusnya sebesar 30%.
Gambar 2.5 Kombinasi arah beban gempa
(Sumber : SNI 03-1726-2002)
2.4.9 Kinerja Struktur Gedung Tahan Gempa
2
Sesuai dengan persyaratan SNI 0317262002, kinerja batas layan struktur
bangunan gedung ditentukan oleh simpangan antar tingkat akibat pengaruh beban
gempa nominal untuk membatasi pelelehan baja dan peretakan beton yang
berlebihan. Untuk memenuhi kinerja batas layan struktur gedung, maka
disyaratkan bahwa simpangan antar tingkat tidak boleh melampaui nilai-nilai di
bawah ini.

,
`

.
|
mm atau
R
30
03 , 0
min
Kinerja batas ultimit suatu bangunan ditentukan oleh simpangan dan
simpangan antar tingkat maksimum struktur bangunan gedung akibat gempa
rencana untuk membatasi terjadinya keruntuhan struktur bangunan gedung.
kinerja batas ultimit disyaratkan pada batasan nilai di bawah ini.
s M
R 7 , 0
di mana R adalah faktor modifikasi respon struktur, dan
s

adalah simpangan
elastis struktur akibat beban gempa nominal.
2.5 Beban dan Kombinasi Pembebanan
Beban kerja pada struktur atau komponen struktur bisa ditetapkan
berdasarkan peraturan pembebanan yang berlaku. Berikut ini adalah beban-beban
yang bekerja pada struktur sebagai bahan perencanaan (SNI 03-1729-2002) :
1. Beban mati adalah beban-beban yang bersifat tetap selama masa layan,
antara lain berat struktur, pipa-pipa, saluran-saluran listrik, AC/heater,
lampu-lampu, penutup lantai/atap, dan plafon.
2. Beban hidup adalah beban-beban yang berubah besar dan lokasinya
selama masa layan, antara lain berat manusia, perabotan, peralatan yang
dapat dipindah-pindah, kendaraan, dan barang-barang lainnya.
(2.18)
(2.19)
1
3. Beban angin adalah tekanan-tekanan yang berasal dari gerakan-gerakan
angin. Umumnya perlu diperhitungkan pada luas bidang tangkap angin
yang relatif luas pada bangunan dengan beban-beban yang relatif ringan.
4. Beban gempa adalah gaya-gaya yang berasal dari gerakan-gerakan tanah
dikombinasi dengan sifat-sifat dinamis struktur karena seringkali
percepatan horizontal tanah lebih besar daripada percepatan vertikal, dan
struktur secara umum lebih sensitif terhadap gerakan horizontal daripada
gerakan vertikal, maka pengaruh gempa horizontal seringkali lebih
menentukan daripada pengaruh gempa vertikal.
Berdasarkan beban-beban tersebut di atas maka struktur baja harus mampu
memikul semua kombinasi pembebanan terfaktor di bawah ini:
1,4D (2.20)
1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) (2.21)
1,2D + 1,6 (La atau H) + (
L
L atau 0,8 W) (2.22)
1,2D + 1,3 W +
L
L + 0,5 (La atau H) (2.23)
1,2D 1,0 E +
L
L (2.24)
0,9D (1,3 W atau 1,0E) (2.25)
Keterangan :
D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen,
termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan
layan tetap;
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk
kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-
lain;
La adalah beban hidup diatap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda
bergerak;
H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air;
2
W adalah beban angin;
E adalah beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03-1726-1989 atau
penggantinya. Dengan,
L
= 0,5 bila L< 5 kPa, dan
L
= 1 bila L 5 kPa.
Secara umum D, L, La, W, E, dan H masing-masing dapat berupa lentur,
geser, aksial, dan torsi. Tahanan setiap komponen struktur harus diperiksa
terhadap semua kombinasi pembebanan tersebut diatas.
2.6 Komponen Struktur Lentur (SNI 0317292002)
Sebuah balok yang memikul beban lentur murni terfaktor, Mu harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi hubungan :
M
u

M
n

Dimana :
M
u
= momen lentur terfaktor (kg-m)

= faktor reduksi
M
n
= kuat nominal dari momen lentur penampang (kg-m)
Tegangan maksimum pada setiap titik untuk komponen lentur dapat dituliskan
sebagai berikut:
x
u
S
M
f
max

Dimana :
f
max
= tegangan maksimum (kg/m
2
)
S
x
= modulus elastisitas penampang (m
3
)
Untuk struktur baja, f
max
tidak boleh melebihi f
y
, sehingga momen yang terjadi juga
tidak boleh lebih dari momen yang menyebabkan penampang mulai mengalami
tegangan leleh (M
y
), persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut :
M
y
= f
y
S
x
(2.26)
(2.27)
(2.28)
2
2.6.1 Batasan momen
1. Momen leleh M
y
adalah momen lentur yang menyebabkan penampang
mulai mengalami tegangan leleh yaitu diambil sama dengan f
y
S dan S
adalah moedulus penampang elastis;
2. Kuat lentur plastis M
p
momen lentur yang menyebabkan seluruh
penampang mengalami teganan leleh harus diambil lebih kecil dari f
y
Z atau
1,5M
y
, dan Z adalah modulus penampang plastis;
3. Momen batas tekuk M
r
diambil sama dengan S(f
y
-f
r
) dan f
r
adalah tegangan
sisa
2.6.2 Kelangsingan penampang
Pengertian penampang kompak, tak kompak dan langsing suatu komponen
struktur yang mengalami lentur, ditentukan oleh kelangsingan elemen-elemen
tekannya.
a. Penampang kompak
Untuk penampang-penampang yang memenuhi
p,
kuat lentur nominal
penampang adalah,
M
n
= M
p
b. Penampang tak-kompak
Untuk penampang yang memenuhi
p
<
r
, kuat lentur nominal penampang
ditentukan sebagai berikut:
p r
p
r p p n
M M M M

) (
c. Penampang langsing
Untuk pelat sayap yang memenuhi
r
kuat lentur nominal penampang adalah,
Mn = Mr (
r
/ )
2
(2.29)
(2.30)
(2.31)
1
2.6.3 Kuat lentur penampang dengan pengaruh tekuk lateral
Faktor pengali momen C
b
ditentukan sebagai berikut:
C B A
b
M M M M
M
C
3 4 3 5 . 2
5 . 12
max
max
+ + +

Dengan M
max
adalah momen maksimum pada bentang yang ditinjau seta M
A
, M
B
dan M
C
adalah masing-masing momen pada bentang, tengah bentang, dan
bentang komponen struktur yang ditinjau.
Tabel 2.4 Momen kritis untuk tekuk
Profil M
cr
Profil-I dan kanal ganda
w y y b
I I
L
E
GJ EI
L
C
2

,
`

.
|
+

Profil kotak pejal atau berongga
y
b
r L
JA
E C
/
2
(Sumber : SNI 0317292002
a. Bentang pendek
Untuk komponen struktur yang memenuhi L L
p
kuat nominal komponen
struktur terhadap momen lentur adalah:
M
n
= M
p
b. Bentang menengah
Untuk komponen struktur yang memenuhi L
p
L L
r
, kuat nominal komponen
struktur terhadap lentur adalah:
p
p r
r
r p r b n
M
L L
L L
M M M C M

+ ] ) ( [
c. Bentang panjang
(2.32)
(2.33)
(2.34)
1
Untuk komponen struktur yang memenuhi Lr L, kuat nominal komponen
struktur terhadap lentur adalah:
M
n
= M
cr
M
p
Tabel 2.5 Bentang untuk pengekangan lateral
Profil L
p
L
r
Profil-I dan
kanal ganda
A
I
r
f
E
r
y
y
y
y

76 , 1
y
w
r y L
L
L
y
I
I
GJ
S
X
EGJA
S
X
f f f
f X
f
X
r
2
2
1
2
2
1
4
2
1 1

,
`

.
|


+ +
]
]
]

Profil kotak pejal


atau berongga
p
y
M
JA
Er 13 , 0
r
y
M
JA
Er 2
(Sumber : SNI 0317292002)
2.7 Komponen Struktur Tekan (SNI 0317292002)
2.7.1 Perencanaan akibat gaya tekan
Suatu komponen struktur yang megalami gaya tekan konsentris akibat
beban terfaktor (N
u
) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;
N
u

n
N
n
Dimana:

n
= faktor reduksi kekuatan
N
n
= kuat tekan nominal komponen struktur (kg)
Keruntuhan batang tekan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu ;
1. Keruntuhan yang diakibatkan tegangan lelehnya dilampui. Hal semacam
ini terjadi pada batang tekan yang pendek (stocky column).
(2.35)
(2.36)
1
2. Keruntuhan yang diakibatkan oleh terjadinya tekuk. Hal semacam ini
terjadi pada batan tekan yang langsing (slender column).
Pada keruntuhan akibat tekuk ini, asalkan tegangan pada seluruh
penampang masih dalam keadaan elastis (belum mencapai
l
), gaya
tekuknya dapat dihitung berdasarkan rumus Euler :
2
2
k
kr
L
EI
P

2.7.2 Faktor panjang tekuk


Nilai faktor panjang tekuk (k
c
) bergantung pada kekangan rotasi dan
translasi pada ujung-ujung komponen struktur. Untuk komponen struktur tak
bergoyang, kekangan translasi ujungnya dianggap tak-hingga, sedangkan untuk
komponen struktur bergoyang, kekangan translasi ujungnya dianggap nol.
Nilai perbandingan kekakuan pada rangka poratal (G) suatu komponen
struktur pada rangka portal dapat ditentukan sebagai berikut:

,
`

.
|

,
`

.
|

b
c
L
I
L
I
G
Faktor panjang tekuk tekuk dapat dicari dengan menggunakan diagram monogram
pada SNI 0317292002.
2.7.3 Kelangsingan batang tekan
Kelangsingan batang tekan bergantung dari jari-jari kelembaban (r) dan
panjang tekuk (L
k
).
Karena batang mempunyai 2 jari-jari kelembaban, umumnya akan
terdapat 2 harga . Kelansingan batang tekan yang menentukan adalah harga
yang terbesar atau dengan jari-jari kelembaban (r) yang terkecil.
(2.37)
(2.38)
2
Batas kelangsingan elemen penampang <
r
dan kelangsingan komponen
struktur tekan.
200 <
r
L
k

2.7.4 Gaya tekuk elastis


Gaya tekuk elastis komponen struktur (N
cr
) ditetapkan sebagai berikut:
2
c
y b
cr
f A
N

Dengan parameter kelangsingan kolom ditetapkan sebagai berikut:


E
f
r
L
y
k
c


Dengan L
k
= K
c
L, dalam hal ini K
c
adalah faktor panjang tekuk dan L adalah
panjang teoritis kolom. Kuat tekan nomial diambil dari nilai yang terkecil dari dua
persamaan berikut:
x
y g
n
f A
N


dan
iy
y g
n
f A
N

Untuk
c
0,25 maka = 1
Untuk 0,25 <
c
< 1,2 maka
c

67 , 0 6 , 1
43 , 1


(2.39)
(2.40)
(2.41)
(2.41)
(2.42)
(2.43)
(2.44)
2
Untuk
c
1,2 maka = 1,25
c
2
2.7.5 Amplifikasi momen
a. Amplifikasi momen untuk struktur tak-bergoyang
Amplifikasi momen dengan gaya aksial tekan terfaktor, amplifikasi
momen dihitung sebagai berikut :
M
u
=
b
M
ntu
Dengan M
ntu
adalah momen lentur terfaktor yang diakibatkan oleh beban-
beban yang tidak menimbulkan goyangan dan
b
adalah faktor
amplifikasi momen untuk komponen struktur tak bergoyang dan dapat
dihitung sebagai berikut:
1
1

,
`

.
|

cr
u
m
b
N
N
c

Faktor c
m
untuk struktur tak bergoyang tanpa beban tranversal dihitung
sebagai berikut :
c
m
= 0,6 -0,4
m
1,0
Dengan
m
adalah perbandingan momen terkecil dan terbesar yang
bekerja di ujung-ujung komponen struktur, diambil positif bila komponen
struktur terlentur dengan kelengkungan yang berbalik tanda dan negatif
untuk kasus sebaliknya.
b. Ampilifikasi momen untuk struktur yang bergoyang
Momen lentur terfaktor (M
u
) dihitung sebagai berikut:
M
u
=
b
M
ntu
+
s
M
ltu
Dengan M
ltu
adalah momen lentur terfaktor yang diakibatkan oleh beban-
beban yang dapat menimbulkan goyangan, dan faktor amplifikasi momen
(
s
) ditetapkan sebagai berikut:
(2.46)
(2.45)
(2.47)
(2.48)
2


,
`

.
|

HL
N
oh
u
s
1
1


atau

,
`

.
|

cr
u
s
N
N
1
1

Keterangan:
N
u
adalah jumlah gaya aksial tekan terfaktor akibat beban gravitasi
untuk seluruh kolom pada satu tingkat yang ditinjau (N)
N
cr
adalah gaya tekuk elastis kritis (N)

oh
adalah simpangan antar lantai pada tingkat yang sedang ditinjau
(mm)
H adalah jumlah gaya horizontal yang menghasilkan
oh
pada tingkat
yang ditinjau (N)
L adalah tinggi tingkat (mm)
2.8 Komponen Struktur yang Mengalami Gaya Tarik Aksial (SNI 03
17292002)
Komponen struktur yang mengalami gaya tarik terfaktor N
u
harus
memenuhi:
N
u
N
n
Dengan N
n
adalah kuat tarik rencana yang besarnya diambil sebagai nilai
terendah diantara dua persamaan berikut:
= 0,9
N
n
= A
g
f
y
(2.49)
(2.50)
(2.51)
(2.52)
1
dan
= 0,75
N
n
= A
e
f
u
Keterangan:
A
g
adalah luas penampang bruto (mm
2
)
A
e
adalah luas penampang efektif (mm
2
)
f
y
adalah tegangan leleh (MPa)
f
u
adalah tegangan tarik putus (MPa)
2.9 Komponen Struktur yang Mengalami Geser
Komponen struktur yang mengalami gaya geser terfaktor V
u
harus
memenuhi:
V
u
V
n
V
n
adalah kuat geser rencana yang besarnya dapat ditentukan dari persamaan
sebagai berikut:
w y n
A f V 6 , 0
Keterangan:
A
w
adalah luas penampang bruto plat badan (mm
2
)
f
y
adalah tegangan leleh (MPa)
2.10 Komponen Struktur yang Mengalami Gaya Kombinasi
Komponen struktur yang mengalami gaya kombinasi adalah penampang
simetris yang mengalami momen lentur dan aksial. Komponen struktur yang
mengalami momen lentur dan gaya aksial harus direncanakan memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
Untuk
2 , 0
n
u
N
N

(2.53)
(2.54)
(2.55)
2
0 , 1
9
8

,
`

.
|
+ +
ny
uy
nx
ux
u
u
M
M
M
M
N
N

Untuk
2 , 0 <
n
u
N
N

0 , 1
2

,
`

.
|
+ +
ny
uy
nx
ux
u
u
M
M
M
M
N
N

Untuk struktur rangka menggunakan bresing, ketentuan yang harus terpenuhi
yaitu:
0 , 1
' '
0 , 1
' '

,
`

.
|
+

,
`

.
|

,
`

.
|
+

,
`

.
|




ny b
uy my
nx b
ux mx
py b
uy
px b
ux
M
M c
M
M c
M
M
M
M
Komponen struktur berpenampang I;
Untuk b
f
/d < 0,5 = 1,0
Untuk 0,5 b
f
/d 1,0
[ ] ) / ln( 2
/
6 , 1
y u
y u
N N
N N

Untuk b
f
/d < 0,3 = 1,0
Untuk 0,3 bf/d 1,0
0 , 1 4 , 0 + +
d
b
N
N
f
y
u

Keterangan:
(2.56)
(2.57)
(2.58)
(2.59)
(2.60)
1
b
f
= adalah lebar sayap (mm)
d = adalah tinggi penampang (mm)

,
`

.
|

,
`

.
|

,
`

.
|

,
`

.
|

]
]
]
]

,
`

.
|

]
]
]
]

,
`

.
|

cry
u
n c
u
ny ny
crx
u
n c
u
nx ny
py
y
u
py py
px
y
u
px px
N
N
N
N
M M
N
N
N
N
M M
M
N
N
M M
M
N
N
M M
1 1 '
1 1 '
1 2 , 1 '
1 2 , 1 '
2

x
dan
iy
merupakan koefisien tekuk yang nilainya ditentukan dari
harga
x
dan
iy.
2.11 Batas-Batas Lendutan
Batas-batas lendutan untuk keadaan kemampuan-layan batas harus sesuai
dengan struktur, fungsi penggunaan, sifat pembebanan, serta elemen-elemen yang
didukung oleh struktur tersebut. Batas lendutan maksimum diberikan dalam tabel
berikut :
Tabel 2.6 Batas lendutan pada baja
Komponen struktur dengan beban tidak terfaktor
Beban
tetap
Beban
sementara
Balok pemikul dinding atau finishing yang getas L/360 -
Balok biasa L/240 -
Kolom dengan analisa orde pertama saja h/500 h/200
Kolom dengan analisa orde kedua h/300 h/200
(Sumber : SNI 0317292002)
2.12 Komponen Sistem Bressing Konsentrik
2
SNI 0317292002 atau Peraturan perencanaan struktur baja untuk
bangunan gedung menjelaskan ada beberapa tipe struktur yang digunakan.
Beberapa di antaranya adalah :
1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB)
2. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
3. Sistem Rangka Bresing Konsentrik Biasa (SRPMB)
4. Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus (SRPMK)
5. Sistem Rangka Bresing Eksentrik (SRBE)
Bressing atau Bracing merupakan elemen struktur penahan gaya lateral.
Elemen ini berupa batang yang dipasang pada portal struktur. Karakteristik dari
elemen ini adalah dominasi aksial yang terjadi ketika gaya lateral terjadi. Di mana
pada saat gempa terjadi, gaya lateral yang diterima oleh struktur akan diteruskan
pada elemen bresing ini sebagai gaya-gaya aksial.
Beberapa tipe bressing konsentrik yang ada, diantaranya adalah tipe
bresing konsentrik biasa (ordinary concentric braced frames) dan tipe konsentrik
khusus (special concentric braced frames). Pada tugas akhir ini, tipe bresing yang
digunakan adalah tipe X-Bressing Konsentrik atau X-CBF.
Bresing yang digunakan harus kuat dalam menahan beban aksial yang
diterimanya. Konsep batang bressing ketika menerima gempa dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 2.6 Mekanisme Deformasi Bressing
2
(Sumber : Bruneau et al, 1985)
2.13 Persyaratan Khusus untuk Sistem Rangka Bresing Konsentrik
Khusus (SRBKK) sesuai SNI 03-1729-2002
SRBKK diharapkan dapat mengalami deformasi inelastis yang cukup
besar akibat beban gempa rencana. SRBKK memiliki tingkat daktilitas yang lebih
tinggi daripada tingkat daktilitas Sistem Rangka Bresing Konsentrik Biasa
(SRBKB) mengingat penurunan tahanannya yang lebih kecil pada saat terjadinya
tekuk pada batang bresing tekan. SRBKK harus memenuhi persyaratan-
persyaratan di bawah ini:
1. Kelangsingan batang bresing harus memenuhi syarat kelangsingan
2. Distribusi Beban Lateral: Pada bidang bresing, batang-batang bresing
harus dipasang dengan arah selang-seling, sedemikian rupa sehingga pada
masing masing arah gaya lateral yang sejajar dengan bidang bresing,
minimal 30% tapi tidak lebih dari 70% gaya horizontal total harus dipikul
oleh batang bresing tarik, kecuali jika tahanan nominal tekan N
n
untuk
setiap bresing lebih besar daripada beban terfaktor N
u
sesuai dengan
kombinasi pembebanan. Bidang bresing adalah suatu bidang yang
mengandung batang-batang bresing atau bidang-bidang paralel yang
mengandung batang-batang bresing dengan jarak antar bidang-bidang
tersebut tidak lebih dari 10% dimensi tapak bangunan tegak lurus bidang
tersebut.
3. Perbandingan Lebar terhadap Tebal: Perbandingan lebar terhadap tebal
penampang batang bresing tekan yang diperkaku ataupun yang tidak
diperkaku harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai batang tekan
dan persyaratanpersyaratan berikut ini:
Batang bresing harus bersifat kompak (yaitu <
p
)
Perbandingan lebar terhadap tebal untuk penampang siku tidak boleh
lebih dari 135 / f y
2.14 Analisis Pushover
Analisis beban dorong statik non linear atau dikenal sebagai analisa
pushover atau analisa dorong statis merupakan prosedur analisis untuk
2
mengetahui perilaku keruntuhan suatu struktur terhadap gempa. Analisa dilakukan
dengan memberikan suatu pola beban lateral statik pada struktur, yang kemudian
secara bertahap ditingkatkan sampai satu target perpindahan lateral dari suatu titik
acuan tercapai (SNI 03-1726-2002).
Analisa pushover menghasilkan kurva pushover, kurva yang
menggambarkan hubungan antara gaya geser dasar (V) versus perpindahan titik
acuan (D).
Gambar 2.7 Contoh kurva kapasitas
(Sumber : Dewobroto, 2005)
Pada proses pushover, struktur didorong sampai mengalami leleh di suatu
lokasi pada struktur terebut. Kurva pushover akan memperlihatkan suatu kondisi
linear sebelum mencapai kondisi leleh dan selanjutnya berperilaku non-linier.
Pada skenario keruntuhan akan terbagi kedalam beberapa step. Step
tersebut ditampilkan setiap terjadi perubahan urutan sendi plastis. Urutan
terjadinya sendi plastis digambarkan pada tiap step dalam bentuk lingkaran kecil
dengan beberapa warna. Setiap warna yang ditampilkan memiliki arti tersendiri.
Gambar dibawah memperlihatkan perilaku terjadinya sendi plastis.
1
Gambar 2.8 Hubungan beban dengan perpindahan pada sendi
(Sumber : Habibullah dan Pyle, 1998)
Titik A ke B menunjukkan sendi masih dalam keadaan elastis. Kemudian
pelelehan pertama muncul saat pembebanan mencapai titik B. Titik B menuju titik
C inilah yang disebut sendi dalam keadaan plastis. Sendi plastis diwakili lagi
kedalam tiga kondisi yaitu :
IO (Immediate Occupancy) artinya dapat dipakai
LS (Life Safety) artinya keselamatan penghuni masih terjamin atau aman
CP (Collapse Prevention) artinya masih terhindar dari keruntuhan atau
keruntuhan masih dapat dicegah
Tujuan analisa pushover adalah memperkirakan gaya maksimum dan
deformasi yang terjadi serta memperoleh informasi bagian mana yang kritis.
Menurut SNI-1726-2002 faktor daktilitas (dari suatu struktur dapat dihitung
dengan persamaan:
=
y
m

Di mana :
m

= besarnya displacement pada saat diambang keruntuhan


y

= besarnya displacement pada saat terjadi leleh pertama


(2.61)
2
Gambar dibawah ini (SNI 1726-2002) menjelaskan hubungan antara
beberapa parameter yang menjadi acuan untuk menentukan besarnya beban
gempa nominal pada suatu struktur.
Gambar 2.9 Parameter pada diagram beban-perpindahan
(Sumber : SNI 03-1726-2002)
Dimana :
V
n
= Gaya geser normal (rencana)
V
y
= Gaya geser leleh (pada leleh pertama)
V
m
= Gaya geser maksimum (diambang keruntuhan)
V
e
= Gaya geser elastik

n
= Perpindaan pada saat Vn

y
= Perpindaan pada saat leleh pertama

m
= Perpindaan maksimum diambang keruntuhan
f
1
= Faktor kuat lebih desain
f
2
= Faktor kuat cadang bahan
f = Faktor kuat cadang struktur
R = Faktor reduksi gempa
= Faktor daktilitas struktur
Parameter-parameter tersebut dapat ditentukan menggunakan analisa
pushover dengan persamaan-persamaan. Akibat variasi perencanaan elemen-
2
elemen struktur menyebabkan terjadinya pembentukan sendi plastis yang tidak
bersamaan (dimana mekanisme jumlah sendi plastis lebih dari satu), maka akan
ada kenaikan base shear sebesar Vm sehingga menghasilkan kuat lebih desain (f
1
)
Pada kenyataannya selalu terjadi kekuatan unsur-unsur yang berlebihan
karena jumlah tulangan atau profil terpasang yang lebih besar dari pada yang
diperlukan, sehingga pada umumnya f
1
> 1,2. Untuk struktur gedung secara
umum, menurut berbagai penelitian nilai f
1
yang representatif ternyata adalah
sekitar f
1
= 1,6 (SNI 1726-2002)
Karena kekuatan bahan yang terpasang pada pelaksanaan umumnya
berlebih, maka kekuatan material aktual lebih besar dari kekuatan material yang
direncanakan. Faktor tersebut disebut faktor kuat lebih bahan.
y
m
V
V
f
2
Faktor amplifikasi gaya gempa menyatakan faktor kuat lebih total yang
selanjutnya disebut sebagai overstrength factor (f). perkalian antara faktor kuat
lebih desain (f1) dengan faktor kuat lebih bahan (f2) menghasilkan faktor kuat
lebih total.
2 1
f f f
Sedangkan rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh gempa
rencana pada struktur elastik penuh dengan beban gempa nominal akibat pengaruh
gempa rencana pada struktur daktail disebut fator reduksi gempa.
1
f R
Gaya geser elastik didapat dengan memasukkan displacement maksimum
kepersamaan kekakuan struktur. Adapun persamaan kekakuan struktur didapat
dari dua buah titik , yaitu titik awal (0,0) dan titik leleh struktur (Vy,
y
).
(2.62)
(2.63)
(2.64)
1
m
y
y
e
V
V

(2.65)
1
BAB III
DATA DAN PERHITUNGAN
3.1 Umum
Bangunan baja bertingkat dengan perbedaan posisi bresing dimodelkan
dan dianalisa secara tiga dimensi. Gaya-gaya dalam struktur didapat dari hasil
analisis menggunakan SAP 2000 yang kemudian dilakukan pengecekan dan
kontrol agar memenuhi persyaratan.
3.2 Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan tiga model struktur. Struktur
pertama merupakan portal terbuka tanpa pengaku yang dijadikan acuan awal.
Kemudian dari struktur pertama ini dipasang bresing pada eksterior yang
kemudian dianalisis sebagai model kedua dann model ketiga dengan perbedaan
posisi bresing pada tengah dan posisi bresing pada sudut, kemudian juga dipasang
bresing pada interior sebagai model ketiga. Untuk selanjutnya model struktur ini
disebut sebagai :
1. Struktur tanpa bresing (Unbraced Structure Frame) disingkat USF.
2. Struktur dengan bresing pada eksterior tengah (Middle Exterior Braced
Structure Frame) disingkat BSF eksterior tengah
3. Struktur dengan bresing pada eksterior sudut (Corner Exterior Braced
Structure Frame) disingkat BSF eksterior tengah
4. Struktur dengan bresing pada interor (Interior braced Structute Frame )
disingkat BSF interior.
Empat model ini kemudian diberikan beban lateral menerus secara statis
(pushover) hingga mengalami kegagalan kemudian barulah dianalisis.
Perencanaan dimensi pada tugas akhir ini terbagi dua yang pertama
perencanaan dimensi yang ditentukan berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalamnya
dan diusahakan agar rasio tegangan tidak lebih besar dari satu. Perencanaan yang
kedua adalah perencanaan dengan dimensi yang sama untuk masing-masing
Mul
ai
Input data :
Denah dan model
struktur, material,
fungsi struktur, daerah
gempa dan kondisi
tanah
Rasio
tegangan
< 1
X
2
elemen pada ketiga model struktur. Perencanaan yang pertama berguna untuk
mendapatkan struktur yang paling ekonomis (ringan) sedangkan perencanaan
kedua sebagai kontrol agar hasil dari analisis bukan hasil yang dikarenakan
perbedaan dimensi, namun memang betul-betul hasil yang didapat karena
perbedaan pemasangan bresing dar perbedaan posisinya.
Secara umum langkah-langkah perhitungan dalam penelitian ini seperti
disajikan pada bagan alir berikut ini :
Penetapan Beban Perhitungan beban
gempa
Analisis menggunakan
SAP 2000
Ya Tidak Rencana dimensi
berdasarkan kebutuhan
gaya-gaya dalam
(dimensi elemen tiap
struktur berbeda)
X
Struktur USF, BSF
Eksterior dan BSF
Interior dengan dimensi
yang sama
Struktur USF, BSF
Eksterior dan BSF
Interior dengan dimensi
sesuai kebutuhan gaya-
gaya dalam
Y
2
Perhitungan beban
gempa
Analisis menggunakan
SAP 2000
Analisis Pushover Substitusi dimensi
elemen dengan dimensi
yang lebih kecil dari
struktur lain dengan
elemen yang sama
besar.
Rencana dimensi
berdasarkan keperluan
penelitian (dimensi
elemen tiap struktur
disamakan
Y
Penempatan posisi
bresing yang paling
efektif (kaku) dan
ekonomis
Sele
sai
2
Gaya geser dasar (V) dan
Simpangan (), faktor
daktilitas () Koofesien
percepatan gempa (Ca)
dan Berat Struktur
Hasil dan Pembahasan
2
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian
3.3 Data Perencanaan
Struktur yang akan dianalisis pada Tugas Akhir ini merupakan stuktur
yang bersifat fiktif atau tidak pernah ada. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
dalam pencapaian tujuan dan perhitungan.
Jenis baja = BJ52
Tegangan leleh baja, Fy = 370 Mpa
Tegangan ultimate baja, Fu = 520 Mpa
Berat jenis baja = 7850 Kg/m
3
Fungsi struktur = Perkantoran
Daerah Gempa = Wilayah II
Kondisi Tanah = Sedang
Dimensi Struktur
1
Struktur baja beraturan 10 lantai 3D dengan dimensi 30 m x 30 m, jarak
spasi 6 m, jarak lantai tingkat pertama 4 m dan jarak lantai selanjutnya
adalah 3,5 m

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 3.2. Dimensi Denah Struktur.
(a) Tanpa bresing (b) Bresing pada eksterior tengah (c) Bresing pada eksterior
sudut (d) Bresing pada interior
2
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3.3. Model struktur 3D dan posisi pengaku.
(a) Tanpa bresing (b) Bresing pada eksterior tengah (c) Bresing pada eksterior
sudut (d) Bresing pada interior
1
3.4 Pembebanan Struktur
3.4.1 Rencana Penempatan Elemen Struktur
Penamaan bidang-bidang serta elemen-elemen struktur diperlukan dalam
mengidentifikasi bagian-bagian struktur yang akan direncanakan. Tujuannya
adalah untuk mempermudah proses perencanaan struktur mulai dari identifikasi
elemen kolom, balok dan bresing hingga bagian detilnya.
Dalam pemodelan ini elemen balok dibagi menjadi dua yaitu balok tepi
(B1) dan balok tengah (B2). Untuk elemen kolom dibagi menjadi tiga yaitu kolom
sudut (K1), kolom tepi (K2) dan kolom tengah (K3). Sedangkan elemen bresing
cukup hanya dengan sati jenis saja. Keseluruhan balok, kolom dan bresing ini
terdistribusi secara meyeluruh ke seluruh tingkat struktur. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat denah struktur dibawah ini.
Gambar 3.4. Denah Balok dan Kolom
3.4.1.1 Dimensi Struktur Berdasarkan Kebutuhan Gaya-gaya Dalam
Dimensi elemen-elemen pada struktur dipilih dengan cara coba-coba
(trial and error) yang sudah dilakukan pada program SAP2000. Dimensi tersebut
dipilih dengan pertimbangan kemampuannya dalam menahan beban yang
1
dibuktikan dengan tampilan rasio tegangan yang mencukupi pada SAP2000.
Dimensi yang akan ditampilkan dibawah ini merupakan dimensi akhir dan sudah
termasuk beban-beban didalamnya termasuk beban gempa.
Tabel 3.1 Dimensi elemen struktur tanpa bresing (USF)
Lantai
K1 (tepi) K2 (tepi) K3 (tengah)
Profil
A
(cm2)
Profil
A
(cm2)
Profil
A
(cm2)
Atap IWF 175X175 51.21 IWF 150X150 40.14 IWF 125X125 30.31
10 IWF 200X200 63.53 IWF 200X200 63.53 IWF 175X175 51.21
9 IWF 200X200 63.53 IWF 250X250 92.18 IWF 250X250 92.18
8 IWF 250X250 92.18 IWF 250X250 92.18 IWF 250X250 92.18
7 IWF 250X250 92.18 IWF 300X300
119.8
0
IWF 300X300 119.80
6 IWF 300X300
119.8
0
IWF 300X300
119.8
0
IWF 350X350 173.90
5 IWF 300X300
119.8
0
IWF 300X300
119.8
0
IWF 350X350 173.90
4 IWF 300X300
119.8
0
IWF 300X300
119.8
0
IWF 350X350 173.90
3 IWF 300X300
119.8
0
IWF 350X350
173.9
0
IWF 400X400 218.70
2 IWF 300X300
119.8
0
IWF 350X350
173.9
0
IWF 400X400 218.70
Lantai
B1 (tepi) B2 (tengah)
Profil
A
(cm2)
Profil
A
(cm2)
Atap IWF 150X150 40.14 IWF 200X200 63.53
10 IWF 175X175 51.21 IWF 200X200 63.53
9 IWF 175X175 51.21 IWF 200X200 63.53
8 IWF 175X175 51.21 IWF 250X250 92.18
7 IWF 175X175 51.21 IWF 250X250 92.18
6 IWF 200X200 63.53 IWF 250X250 92.18
5 IWF 200X200 63.53 IWF 250X250 92.18
4 IWF 200X200 63.53 IWF 250X250 92.18
3 IWF 200X200 63.53 IWF 250X250 92.18
2 IWF 150X150 40.14 IWF 200X200 63.53
1
Tabel 3.2 Dimensi elemen struktur dengan bresing eksterior tengah (BSF eksterior
tengah)
Lantai
K1 (tepi) K2 (tepi) K3 (tengah)
Profil
A
(cm2)
Profil Profil A (cm2) Profil
Atap IWF 175X175 51.21 IWF 150X150 40.14 IWF 125X125 30.31
10 IWF 200X200 63.53 IWF 200X200 63.53 IWF 175X175 51.21
9 IWF 200X200 63.53 IWF 250X250 92.18 IWF 250X250 92.18
8 IWF 250X250 92.18 IWF 250X250 92.18 IWF 250X250 92.18
7 IWF 250X250 92.18 IWF 250X250 92.18 IWF 300X300 119.80
6 IWF 300X300
119.8
0
IWF 300X300
119.8
0
IWF 300X300 119.80
5 IWF 300X300
119.8
0
IWF 300X300
119.8
0
IWF 350X350 173.90
4 IWF 300X300
119.8
0
IWF 300X300
119.8
0
IWF 350X350 173.90
3 IWF 300X300
119.8
0
IWF 350X350
173.9
0
IWF 400X400 218.70
2 IWF 300X300
119.8
0
IWF 350X350
173.9
0
IWF 400X400 218.70
Lantai
B1 (tepi) B2 (tengah) Bresing
Profil
A
(cm2)
Profil Profil A (cm2) Profil
Atap IWF 150X150 40.14 IWF 200X200 63.53 IWF 100X100 21.90
10 IWF 175X175 51.21 IWF 200X200 63.53 IWF 125X125 30.31
9 IWF 175X175 51.21 IWF 200X200 63.53 IWF 125X125 30.31
8 IWF 175X175 51.21 IWF 400X200 84.10 IWF 125X125 30.31
7 IWF 175X175 51.21 IWF 400X200 84.10 IWF 150X150 40.14
6 IWF 175X175 51.21 IWF 400X200 84.10 IWF 150X150 40.14
5 IWF 175X175 51.21 IWF 400X200 84.10 IWF 150X150 40.14
4 IWF 175X175 51.21 IWF 400X200 84.10 IWF 175X175 51.21
3 IWF 175X175 51.21 IWF 400X200 84.10 IWF 175X175 51.21
2 IWF 175X175 51.21 IWF 250X250 92.18 IWF 175X175 51.21
2
Tabel 3.3 Dimensi elemen struktur dengan bresing eksterior sudut (BSF eksterior
sudut)
Lantai
K1 (tepi) K2 (tepi) K3 (tengah)
Profil
A
(cm2)
Profil Profil A (cm2) Profil
Atap IWF 175X175 51,21 IWF 150X150 40,14 IWF 125X125 30,31
10 IWF 200X200 63,53 IWF 200X200 63,53 IWF 175X175 51,21
9 IWF 200X200 63,53 IWF 250X250 92,18 IWF 250X250 92,18
8 IWF 250X250 92,18 IWF 250X250 92,18 IWF 250X250 92,18
7 IWF 250X250 92,18 IWF 250X250 92,18 IWF 300X300 119,80
6 IWF 400X400
218,7
0
IWF 300X300
119,8
0
IWF 300X300 119,80
5 IWF 400X400
218,7
0
IWF 300X300
119,8
0
IWF 350X350 173,90
4 IWF 400X400
218,7
0
IWF 300X300
119,8
0
IWF 350X350 173,90
3 IWF 400X400
218,7
0
IWF 350X350
173,9
0
IWF 400X400 218,70
2 IWF 400X400
218,7
0
IWF 350X350
173,9
0
IWF 400X400 218,70
Lantai
B1 (tepi) B2 (tengah) Bresing
Profil
A
(cm2)
Profil Profil A (cm2) Profil
Atap IWF 150X150 40,14 IWF 200X200 63,53 IWF 125X125 30,31
10 IWF 175X175 51,21 IWF 200X200 63,53 IWF 125X125 30,31
9 IWF 175X175 51,21 IWF 200X200 63,53 IWF 150X150 40,14
8 IWF 175X175 51,21 IWF 200X200 63,53 IWF 150X150 40,14
7 IWF 175X175 51,21 IWF 200X200 63,53 IWF 150X150 40,14
6 IWF 175X175 51,21 IWF 200X200 63,53 IWF 150X150 40,14
5 IWF 175X175 51,21 IWF 200X200 63,53 IWF 150X150 40,14
4 IWF 175X175 51,21 IWF 200X200 63,53 IWF 150X150 40,14
3 IWF 175X175 51,21 IWF 200X200 63,53 IWF 150X150 40,14
2 IWF 175X175 51,21 IWF 250X250 92,18 IWF 175X175 51,21
1
Tabel 3.4 Dimensi elemen struktur dengan bresing interior (BSF interior)
Lantai
K1 (tepi) K2 (tepi) K3 (tengah)
Profil
A
(cm2)
Profil Profil A (cm2) Profil
Atap IWF 175X175 51.21 IWF 150X150 40.14 IWF 125X125 30.31
10 IWF 200X200 63.53 IWF 200X200 63.53 IWF 175X175 51.21
9 IWF 200X200 63.53 IWF 200X200 63.53 IWF 200X200 63.53
8 IWF 250X250 92.18 IWF 250X250 92.18 IWF 250X250 92.18
7 IWF 250X250 92.18 IWF 250X250 92.18 IWF 300X300 119.80
6 IWF 250X250 92.18 IWF 300X300
119.8
0
IWF 300X300 119.80
5 IWF 300X300
119.8
0
IWF 300X300
119.8
0
IWF 350X350 173.90
4 IWF 350X350
173.9
0
IWF 300X300
119.8
0
IWF 350X350 173.90
3 IWF 400X400
218.7
0
IWF 350X350
173.9
0
IWF 400X400 218.70
2 IWF 350X350
173.9
0
IWF 350X350
173.9
0
IWF 400X400 218.70
Lantai
B1 (tepi) B2 (tengah) Bresing
Profil
A
(cm2)
Profil Profil A (cm2) Profil
Atap IWF 150X150 40.14 IWF 200X200 63.53 IWF 125X125 30.31
10 IWF 175X175 51.21 IWF 200X200 63.53 IWF 125X125 30.31
9 IWF 175X175 51.21 IWF 200X200 63.53 IWF 150X150 40.14
8 IWF 175X175 51.21 IWF 200X200 63.53 IWF 175X175 51.21
7 IWF 175X175 51.21 IWF 200X200 63.53 IWF 175X175 51.21
6 IWF 175X175 51.21 IWF 200X200 63.53 IWF 200X200 63.53
5 IWF 175X175 51.21 IWF 200X200 63.53 IWF 200X200 63.53
4 IWF 175X175 51.21 IWF 200X200 63.53 IWF 200X200 63.53
3 IWF 150X150 40.14 IWF 200X200 63.53 IWF 200X200 63.53
2 IWF 150X150 40.14 IWF 200X200 63.53 IWF 250X250 92.18
3.4.1.2 Dimensi Struktur Berdasarkan Keperluan Penelitian
Dimensi pada perencanaan ini diambil berdasarkan dimensi dengan
perencanaan pada kebutuhan, dengan cara mensubstitusi elemen yang lebih kecil
dari pada struktur lainnya dan diganti dengan elemen yang sama besar. Hasil
substitusi dimensi elemen tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
2
Tabel 3.5 Dimensi elemen struktur
Lantai
K1 (tepi) K2 (tepi) K3 (tengah)
Profil
A
(cm2)
Profil Profil A (cm2) Profil
Atap IWF 175X175 51.21 IWF 150X150 40.14 IWF 125X125 30.31
10 IWF 200X200 63.53 IWF 200X200 63.53 IWF 175X175 51.21
9 IWF 200X200 63.53 IWF 250X250 92.18 IWF 250X250 92.18
8 IWF 250X250 92.18 IWF 250X250 92.18 IWF 250X250 92.18
7 IWF 250X250 92.18 IWF 300X300 119.80 IWF 300X300 119.80
6 IWF 300X300
119.8
0
IWF 300X300 119.80 IWF 350X350 173.90
5 IWF 300X300
119.8
0
IWF 300X300 119.80 IWF 350X350 173.90
4 IWF 350X350
173.9
0
IWF 300X300 119.80 IWF 350X350 173.90
3 IWF 400X400
218.7
0
IWF 350X350 173.90 IWF 400X400 218.70
2 IWF 400X400
218.7
0
IWF 350X350 173.90 IWF 400X400 218.70
Lantai
B1 (tepi) B2 (tengah) Bresing
Profil
A
(cm2)
Profil Profil A (cm2) Profil
Atap IWF 150X150 40.14 IWF 200X200 63.53 IWF 125X125 30.31
10 IWF 175X175 51.21 IWF 200X200 63.53 IWF 125X125 30.31
9 IWF 175X175 51.21 IWF 200X200 63.53 IWF 150X150 40.14
8 IWF 175X175 51.21 IWF 250X250 92.18 IWF 175X175 51.21
7 IWF 175X175 51.21 IWF 250X250 92.18 IWF 175X175 51.21
6 IWF 200X200 51.21 IWF 250X250 92.18 IWF 200X200 63.53
5 IWF 200X200 51.21 IWF 250X250 92.18 IWF 200X200 63.53
4 IWF 200X200 51.21 IWF 250X250 92.18 IWF 200X200 63.53
3 IWF 200X200 51.21 IWF 250X250 92.18 IWF 200X200 63.53
2 IWF 200X200 51.21 IWF 300X300 119.80 IWF 250X250 92.18
3.4.2 Data beban
Analisis pembebanan struktur portal menggunakan beban-beban berdasarkan
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG-1983) dengan data-data
sebagai berikut :
a. Tebal water proofing (aspal) = 2 cm
b. Tebal pelat atap = 10 cm
c. Tebal pelat lantai = 12 cm
1
d. Berat sendiri beton bertulang = 2400 kg/m
3
e. Berat spesi = 21 kg/m
2
/cm
f. Berat beban hidup = 100 kg/m
2

g. Berat plafond + eternit = 18,5 kg/m
2
h. Berat keramik = 2400 kg/m
3
i. Berat partisi = 50 kg/m
2
j. Berat dinding pasangan bata merah = 250 kg/m
2
3.4.3 Beban Gravitasi
a. Beban mati
Beban mati (DL) adalah berat dari semua bagian gedung yang bersifat
tetap. Beban mati terdiri dari dua jenis, yaitu berat struktur itu sendiri dan
superimpossed deadload (SiDL). Beban superimpossed adalah beban mati
tambahan yang diletakkan pada struktur, dimana dapat berupa lantai
(ubin/keramik), peralatan mekanik elektrikal, langit-langit, dan sebagainya. Dan
perhitungan yang ditampilkan dibawah ini merupakan SiDL. Perhitungan SiDL
yang dipikul pada gedung tinjauan adalah sebagai berikut :
Untuk Pelat Atap :
- Tebal Pelat = 10 cm
- Tebal water prooving (aspal) = 2 cm
- Bj. Beton = 2400 kg/m
3
- Bj. Aspal = 14 kg/m
2
/cm
- Berat sendiri pelat = Tebal pelat x Bj.beton = 240 kg/m
2
- Berat aspal = Tebal aspal x Bj.aspal = 28 kg/m
2
- Berat plafond + eternit = 18,5 kg/m
2

SiDL = 286,5 kg/m
2
Untuk Pelat Lantai :
- Tebal Pelat = 12 cm
- Tebal spesi = 1 cm
- Tebal keramik = 1 cm
- Bj. Spesi = 21 kg/m
2
/cm
+
2
- Bj. Keramik = 24 kg/m
2
/cm
- Berat sendiri pelat = T.pelat x Bj.beton = 288 kg/m
2
- Berat plafond + eternit = 18,5 kg/m
2

- Berat spesi = T.spesi x Bj. spesi = 21 kg/m
2
- Berat keramik = T.keramik x Bj. keramik = 24 kg/m
2
SiDL = 351,5 kg/m
2
b. Beban Hidup (Live Load)
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai
yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta
peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan
dapat diganti selama masa hidup gedung tersebut, sehingga mengakibatkan
perubahan pembebanan pada lantai dan atap. Perhitungan beban hidup adalah
sebagai berikut :
Untuk Pelat Atap :
Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung
(PPIUG 1983) beban hidup pada atap atau bagian atap serta struktur tudung
(canopy) yang dapat dicapai dan dibebani oleh manusia, harus diambil minimal
sebesar :
Beban hidup atap , qh = 100 kg/m
2
Koefisien reduksi (kr) untuk peninjauan balok dan portal
suatu kantor = 0,60
- Beban hidup atap = kr . q.h = 100 x 0,60
LL = 60 kg/m
2

Untuk Pelat Lantai :
Berdasarkan PPIUG 1983, beban hidup pada lantai kantor adalah :
Beban hidup pelat lantai, qh = 250 kg/m
2
Koefisien reduksi (kr) untuk peninjauan balok dan portal
suatu kantor = 0,60
+
1
Beban hidup atap = kr . qh =
250 x 0,6
LL = 150 kg/m
2

c. Beban Dinding dan Partisi
Beban dinding adalah beban yang terjadi akibat pemasangan dinding suatu
gedung. Pada gedung tinjauan, beban dinding hanya membebani struktur balok
lantai yaitu sebesar :
Atap : 250 kg/m
2
x 1,75 m = 437,5 kg/m
Lantai 3-10 : 250 kg/m
2
x 3,5 m = 875 kg/m
Lantai 2 : 250 kg/m
2
x 3,75 m = 937,5 kg/m
Partisi merupakan salah satu penyekat ruangan yang terbuat dari kayu dan
triplek. Beban partisi yang membebani balok sebesar:
Atap : 50 kg/m
2
x 1,75 m = 87,5 kg/m
Lantai 3-10 : 50 kg/m
2
x 3,5 m = 175 kg/m
Lantai 2 : 50 kg/m
2
x 3,75 m = 187,5 kg/m
3.4.4 Beban Gempa
Struktur yang dimodeling ini direncanakan terletak pada zonasi wilayah
gempa III dengan jenis tanah lunak. Perhitungan pembebanan gempa portal
tinjauan dengan Metode Analisis Statik Ekuivalen yang mengacu mengacu pada
buku standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung
(SNI 03-1726-2002) adalah sebagai berikut :
3.4.4.1 Berat Struktur Berdasarkan Kebutuhan
1. Untuk struktur tanpa bresing
Berat Pelat Atap
Beban mati (DL)
- Pelat = Tebal pelat x Bj Beton x Luas pelat atap
= 0,10 x 2400 x (25 x 25)
= 150.000 kg
- Aspal = Tebal aspal x Bj Aspal x Luas pelat atap
= 0,02 x 14 x (25 x 25)
2
= 175 kg
- Plafond = Berat plafond x Luas pelat atap
= 18,5 x (25 x 25)
= 11.562,5 kg
- Balok = Luas balok x Panjang balok x Bj baja
= [(30,31 x 10
-4
) x 100] + [(30,31 x 10
-4
) x 200] x 7850
= 7138,01 kg
- Kolom = Jumlah kolom x Luas kolom x Bj Baja x Tinggi kolom
= [(4 x (51,21 x 10
-4
)+(16 x (51,21 x 10
-4
)+(16 x (51,21 x 10
-
4
)] x 7850 x 1,75
= 1829,89 kg
- Dinding = tinggi dinding x Berat sendiri dinding x Panjang dinding
= 1,75 x 250 x 300
= 131.250 kg
Berat total beban mati pelat atap (WD)
= 150.000 + 175 + 11.562,5 + 7138,01 + 1829,89 + 131.250
WD = 301.955,39 kg
Beban hidup (LL)
Beban hidup atap , qh = 100
kg/m
2
Koefisien reduksi (kr) untuk peninjauan gempa suatu kantor = 0,3
- Beban hidup atap = kr x qh x L.pelat atap
= 0,3 x 100 x 25 x 25
Total beban hidup pelat atap (WL) = 18.750 kg
Total beban pada pelat atap (W atap )
= WD + WL
= 301.955,39 + 18.750
= 320.705,9 kg
Berat Pelat Lantai (lantai 10)
Beban mati (DL)
- Pelat = Tebal pelat x Bj Beton x Luas pelat atap
= 0,12 x 2400 x (25 x 25)
3
= 180.000 kg
- Aspal = Tebal aspal x Bj Aspal x Luas pelat atap
= 0,02 x 14 x (25 x 25)
= 175 kg
- Plafond = Berat plafond x Luas pelat atap
= 18,5 x (25 x 25)
= 11.562,5 kg
- Balok = Luas balok x Panjang balok x Bj baja
= [(51,21 x 10
-4
) x 100] + [(51,21 x 10
-4
) x 200] x 7850
= 12.059,96 kg
- Kolom = Jumlah kolom x Luas kolom x Bj Baja x Tinggi kolom
= [(4 x (63,53 x 10
-4
)+(16 x (63,53 x 10
-4
)+(16 x (51,21 x 10
-
4
)] x 7850 x 3,5
= 5742,17 kg
- Dinding = Tinggi dinding x Berat sendiri dinding x Panjang dinding
= 3,5 x 250 x 300
= 262.500 kg
Berat total beban mati pelat lantai (WD)
= 180.000 + 175 + 11.562,5 + 12.059,96 + 5742,17 + 262.500
WD = 472.039,63 kg
Beban hidup (LL)
Beban hidup lantai, qh = 250 kg/m
2
Koefisien reduksi (kr) untuk peninjauan gempa suatu kantor = 0,3
- Beban hidup lantai = kr x qh x L.pelat atap
= 0,3 x 250 x 25 x 25
Total beban hidup pelat lantai (WL) = 46.875 kg
Total beban pada pelat lantai (W lantai )
= WD + WL
= 472.039,63 + 46.875
= 533.739,62 kg
Untuk perhitungan lantai 2 9, sama dengan cara perhitungan diatas.
2. Untuk struktur dengan bresing pada eksterior
1
Berat Pelat Atap
Beban mati (DL)
- Pelat = Tebal pelat x Bj Beton x Luas pelat atap
= 0,10 x 2400 x (25 x 25)
= 150.000 kg
- Aspal = Tebal aspal x Bj Aspal x Luas pelat atap
= 0,02 x 14 x (25 x 25)
= 175 kg
- Plafond = Berat plafond x Luas pelat atap
= 18,5 x (25 x 25)
= 11.562,5 kg
- Balok = Luas balok x Panjang balok x Bj baja
= [(30,31 x 10
-4
) x 100] + [(30,31 x 10
-4
) x 200] x 7850
= 7138,01 kg
- Kolom = Jumlah kolom x Luas kolom x Bj Baja x Tinggi kolom
= [(4 x (51,21 x 10
-4
)+(16 x (51,21 x 10
-4
)+(16 x (51,21 x 10
-
4
)] x 7850 x 1,75
= 1829,89 kg
- Bresing = Jumlah bresing x Luas bresing x Bj Baja x Tinggi
bresing
= 16 x (21,9 x 10
-4
) x 7850 x 3,05
= 839 kg
- Dinding = tinggi dinding x Berat sendiri dinding x Panjang dinding
= 1,75 x 250 x 300
= 131.250 kg
Berat total beban mati pelat atap (WD)
= 150.000 + 175 + 11.562,5 + 7138,01 + 1829,89 + 839 +
131.250
WD = 302.794,34 kg

Beban hidup (LL)
1
Beban hidup atap , qh = 100
kg/m
2
Koefisien reduksi (kr) untuk peninjauan gempa suatu kantor = 0,3
- Beban hidup atap = kr x qh x L.pelat atap
= 0,3 x 100 x 25 x 25
Total beban hidup pelat atap (WL) = 18.750 kg
Total beban pada pelat atap (W atap )
= WD + WL
= 302.794,34 + 18.750
= 321.544,34 kg
Berat Pelat Lantai (lantai 10)
Beban mati (DL)
- Pelat = Tebal pelat x Bj Beton x Luas pelat atap
= 0,12 x 2400 x (25 x 25)
= 180.000 kg
- Aspal = Tebal aspal x Bj Aspal x Luas pelat atap
= 0,02 x 14 x (25 x 25)
= 175 kg
- Plafond = Berat plafond x Luas pelat atap
= 18,5 x (25 x 25)
= 11.562,5 kg
- Balok = Luas balok x Panjang balok x Bj baja
= [(51,21 x 10
-4
) x 100] + [(51,21 x 10
-4
) x 200] x 7850
= 12.059,96 kg
- Kolom = Jumlah kolom x Luas kolom x Bj Baja x Tinggi kolom
= [(4 x (63,53 x 10
-4
)+(16 x (63,53 x 10
-4
)+(16 x (51,21 x 10
-
4
)] x 7850 x 3,5
= 5742,17 kg
- Bresing = Jumlah bresing x Luas bresing x Bj Baja x Tinggi bresing
= 16 x (21,9 x 10
-4
) x 7850 x 6,1
= 1678 kg
- Dinding = Tinggi dinding x Berat sendiri dinding x Panjang dinding
2
= 3,5 x 250 x 300
= 262.500 kg
Berat total beban mati pelat lantai (WD)
= 180.000 + 175 + 11.562,5 + 12.059,96 + 5742,17 + 1678 +
262.500
WD = 488.542,51 kg

Beban hidup (LL)
Beban hidup lantai, qh = 250 kg/m
2
Koefisien reduksi (kr) untuk peninjauan gempa suatu kantor = 0,3
- Beban hidup lantai = kr x qh x L.pelat atap
= 0,3 x 250 x 25 x 25
Total beban hidup pelat lantai (WL) = 46.875 kg
Total beban pada pelat lantai (W lantai )
= WD + WL
= 472.039,63 + 46.875
= 488.542,51 kg
Untuk perhitungan lantai 2 9, sama dengan cara perhitungan diatas.
3. Untuk struktur dengan bresing pada eksterior
Berat Pelat Atap
Beban mati (DL)
- Pelat = Tebal pelat x Bj Beton x Luas pelat atap
= 0,10 x 2400 x (25 x 25)
= 150.000 kg
- Aspal = Tebal aspal x Bj Aspal x Luas pelat atap
= 0,02 x 14 x (25 x 25)
= 175 kg
- Plafond = Berat plafond x Luas pelat atap
= 18,5 x (25 x 25)
= 11.562,5 kg
- Balok = Luas balok x Panjang balok x Bj baja
= [(30,31 x 10
-4
) x 100] + [(30,31 x 10
-4
) x 200] x 7850
1
= 7138,01 kg
- Kolom = Jumlah kolom x Luas kolom x Bj Baja x Tinggi kolom
= [(4 x (51,21 x 10
-4
)+(16 x (51,21 x 10
-4
)+(16 x (51,21 x 10
-
4
)] x 7850 x 1,75
= 1829,89 kg
- Bresing = Jumlah bresing x Luas bresing x Bj Baja x Tinggi
bresing
= 16 x (21,9 x 10
-4
) x 7850 x 3,05
= 839 kg
- Dinding = tinggi dinding x Berat sendiri dinding x Panjang dinding
= 1,75 x 250 x 300
= 131.250 kg
Berat total beban mati pelat atap (WD)
= 150.000 + 175 + 11.562,5 + 7138,01 + 1829,89 + 839 +
131.250
WD = 302.794,34 kg
Beban hidup (LL)
Beban hidup atap , qh = 100
kg/m
2
Koefisien reduksi (kr) untuk peninjauan gempa suatu kantor = 0,3
- Beban hidup atap = kr x qh x L.pelat atap
= 0,3 x 100 x 25 x 25
Total beban hidup pelat atap (WL) = 18.750 kg
Total beban pada pelat atap (W atap )
= WD + WL
= 302.794,34 + 18.750
= 321.544,34 kg
Berat Pelat Lantai (lantai 10)
Beban mati (DL)
3
- Pelat = Tebal pelat x Bj Beton x Luas pelat atap
= 0,12 x 2400 x (25 x 25)
= 180.000 kg
- Aspal = Tebal aspal x Bj Aspal x Luas pelat atap
= 0,02 x 14 x (25 x 25)
= 175 kg
- Plafond = Berat plafond x Luas pelat atap
= 18,5 x (25 x 25)
= 11.562,5 kg
- Balok = Luas balok x Panjang balok x Bj baja
= [(51,21 x 10
-4
) x 100] + [(51,21 x 10
-4
) x 200] x 7850
= 12.059,96 kg
- Kolom = Jumlah kolom x Luas kolom x Bj Baja x Tinggi kolom
= [(4 x (63,53 x 10
-4
)+(16 x (63,53 x 10
-4
)+(16 x (51,21 x 10
-
4
)] x 7850 x 3,5
= 5742,17 kg
- Bresing = Jumlah bresing x Luas bresing x Bj Baja x Tinggi bresing
= 16 x (30,31 x 10
-4
) x 7850 x 6,1
= 2322 kg
- Dinding = Tinggi dinding x Berat sendiri dinding x Panjang dinding
= 3,5 x 250 x 300
= 262.500 kg
Berat total beban mati pelat lantai (WD)
= 180.000 + 175 + 11.562,5 + 12.059,96 + 5742,17 + 2322 +
262.500
WD = 489.186,85 kg

Beban hidup (LL)
Beban hidup lantai, qh = 250 kg/m
2
Koefisien reduksi (kr) untuk peninjauan gempa suatu kantor = 0,3
1
- Beban hidup lantai = kr x qh x L.pelat atap
= 0,3 x 250 x 25 x 25
Total beban hidup pelat lantai (WL) = 46.875 kg
Total beban pada pelat lantai (W lantai )
= WD + WL
= 489.186,85 + 46.875
= 536.061,85 kg
Untuk perhitungan lantai 2 9, sama dengan cara perhitungan diatas.
Berat keseluruhan struktur tiap lantai untuk struktur tanpa bresing, dengan
bresing eksterior dan dengan bresing interior dapat dilihat secara lengkap pada
tabel berikut.
Tabel 3.6 Berat bangunan per lantai dan berat total
Tingkat
Berat per Lantai (Kg)
USF
BSF
Eksterior
Tengah
BSF
Eksterior
Sudut
BSF
Interior
Atap 275,442.59 276,281.54 276.603,71 276,603.71
10 442,548.86 444,871.09 444.871,09 444,871.09
9 445,609.36 447,931.59 448.684,72 446,165.81
8 446,370.04 451,475.94 448.999,59 449,847.72
7 452,850.62 453,443.25 450.213,76 451,061.90
6 456,499.52 454,960.97 452.818,39 453,219.98
5 456,499.52 457,339.21 455.196,63 455,901.76
4 456,499.52 458,187.34 455.196,63 456,496.32
3 460,847.16 462,534.99 459.544,27 460,467.32
2 473,933.50 472,553.55 473.640,46 470,920.02
Total
4,367,100.6
8
4,379,579.4
6
4.365.769,2
4
4,365,555.6
5
3.4.4.2 Berat Struktur Berdasarkan Keperluan Penelitian
1
Cara perhitungan berat bangunan berdasarkan keperluan penelitian sama
dengan cara perhitungan berat bangunan berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalam.
Hasil perhitungan tersebut disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 3.7 Berat bangunan per lantai dan berat total
Tingkat
Berat per Lantai (Kg)
USF
BSF
Eksterior
Tengah
BSF
Eksterior
Sudut
BSF
Interior
Atap 275,442.59 276,603.71 276,603.71 276,603.71
10 442,548.86 444,871.09 444,871.09 444,871.09
9 445,609.36 448,684.72 448,684.72 448,684.72
8 446,370.04 454,345.77 454,345.77 454,345.77
7 452,850.62 456,774.12 456,774.12 456,774.12
6 456,499.52 460,399.81 460,399.81 460,399.81
5 456,499.52 460,399.81 460,399.81 460,399.81
4 457,094.08 460,994.37 460,994.37 460,994.37
3 461,934.07 465,834.37 465,834.37 465,834.37
2 475,020.41 481,115.76 481,115.76 481,115.76
Total 4,369,869.06 4,410,023.54 4,410,023.54 4,410,023.54
3.4.5 Waktu Getar Empiris Struktur (T
E
)
Besarnya beban gempa belum diketahui, oleh karena itu maka waktu getar
dari struktur belum dapat ditentukan secara pasti. Untuk perencanaan awal, waktu
getar dari bangunan gedung pada arah X (T
Ex
) dan arah Y (T
Ey
) dihitung dengan
menggunakan rumus empiris :
T
Ex
= T
Ey
= 0,085. H
0,75
(dalam detik)
Pada rumus di atas, H adalah tinggi bangunan (dalam meter). Untuk H =
35,5 m, periode getar dari bangunan adalah :
T
Ex
= T
Ey
= 0,085.(35,5)
0,75
= 1,24 detik
Waktu getar struktur yang didapat dari rumus empiris ini perlu diperiksa
terhadap waktu getar sebenarnya dari struktur yang dihitung dengan rumus
Rayleigh.
1
3.4.6 Faktor Keutamaan Struktur (I)
Menurut SNI Gempa 2002, pengaruh Gempa Rencana harus dikalikan
dengan suatu Faktor Keutamaan (I) menurut persamaan :
I = I
1.
I
2
Dimana I
1
adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang
gempa berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa selama umur
rencana dari gedung. Sedangkan I
2
adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan
umur rencana dari gedung tersebut. Faktor-faktor Keutamaan I
1
, I
2
dan I
ditetapkan menurut Tabel 1 pada lampiran.
Besarnya beban Gempa Rencana yang direncanakan untuk berbagai
kategori bangunan gedung, tergantung pada probabilitas terjadinya keruntuhan
struktur bangunan selama umur rencana yang diharapkan. Karena gedung
perkantoran merupakan bangunan yang memiliki fungsi biasa, serta dengan
asumsi probabilitas terjadinya gempa tersebut selama kurun waktu umur gedung
adalah 10%, maka berlaku I
1
= 1,0. Pada Tugas Akhir ini, bangunan perkantoran
direncanakan mempunyai umur rencana 50 tahun, dengan demikian I
2
= 1. Untuk
bangunan gedung perkantoran dari Tabel 1 pada lampiran didapatkan harga
Faktor Keutamaan I = 1.
3.4.7 Faktor Reduksi Gempa (R)
Faktor reduksi gempa, rasio antara beban gempa maksimum akibat
pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung elastik penuh dan beban gempa
nominal akibat pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung daktail,
bergantung pada faktor daktilitas struktur gedung tersebut; faktor reduksi gempa
representatif struktur gedung tidak beraturan.
R disebut Faktor Reduksi Gempa yang besarnya dapat ditentukan
menurut persamaan :
1,6 R = f
1
R
m
3
Pada persamaan di atas, f
1
adalah Faktor Kuat Lebih Beban dan Bahan
yang terkandung di dalam sistem struktur, dan (mu) adalah Faktor Daktilitas
Struktur bangunan gedung. Faktor Daktilitas Struktur adalah perbandingan/rasio
antara simpangan maksimum dari struktur gedung akibat pengaruh Gempa
Rencana pada saat mencapai kondisinya di ambang keruntuhan, dengan
simpangan struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan yang pertama pada
elemen struktur. R
m
adalah Faktor Reduksi Gempa yang maksimum yang dapat
dikerahkan oleh sistem struktur yang bersangkutan. Pada Tabel 2 (lampiran)
dicantumkan nilai R untuk berbagai nilai yang bersangkutan, dengan ketentuan
bahwa nilai dan R tidak dapat melampaui nilai maksimumnya.
Nilai Faktor Daktilitas Struktur ( ) di dalam perencanaan struktur
bangunan gedung dapat dipilih menurut kebutuhan, tetapi harganya tidak boleh
diambil lebih besar dari nilai Faktor Daktilitas Maksimum
m
yang dapat
dikerahkan oleh masing-masing sistem atau subsistem struktur gedung. Pada
Tabel 3 di lampiran ditetapkan nilai
m
dari beberapa jenis sistem dan subsistem
struktur gedung, berikut Faktor Reduksi Maksimum R
m
yang bersangkutan.
Struktur yang direncanakan pada Tugas Akhir ini direncanakan sebagai
Sistem Rangka Pemikul Momen untuk sturktur tanpa bresing, dan Sistem Rangka
Bresing Konsentrik Khusus untuk yang menggunakan bresing. Dari Tabel 3
(Lampiran), untuk Sistem Rangka Pemikul Momen dari baja harga Faktor
Daktilitas Maksimum
m
= 2,7 dan Faktor Reduksi Gempa Maksimum R
m
=
4,5. Sedangkan untuk Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus didapat harga
Faktor Daktilitas Maksimum
m
= 4,1 dan Faktor Reduksi Gempa Maksimum
R
m
= 6,4.
3.4.8 Faktor Respon Gempa (C)
Setelah dihitung waktu getar dari struktur bangunan pada arah-X (Tx)
dan arah-Y (Ty), maka harga dari Faktor Respon Gempa C dapat ditentukan dari
Diagram Spektrum Respon Gempa Rencana (Lampiran Gambar 1).
Untuk Wilayah Gempa 2 dan jenis tanah di bawah bangunan merupakan
tanah sedang, maka untuk waktu getar T
Ex
= T
Ey
= 1,24 detik, dari Diagram
Spektrum Respon Gempa Rencana didapatkan harga C adalah :
3
C = 0,23/T = 0,23/1,24 = 0,19
3.4.9 Beban Geser Dasar Nominal Akibat Gempa
Beban geser dasar nominal horisontal akibat gempa yang bekerja pada
struktur bangunan gedung, dapat ditentukan dari rumus :
V =
t
W
R
C .I
Dengan menggunakan rumus diatas, didapatkan beban geser dasar dalam arah-X
(V
x
) dan arah-Y (V
y
) adalah :
Perencanaan berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalam
- Untuk struktur tanpa bresing
V
x
= V
y
=
68 , 100 . 367 . 4
4,5
1 0,19

= 180.558,67 kg
- Untuk struktur dengan bresing eksterior tengah
V
x
= V
y
=
24 4.365.769,
6,4
1 0,19

= 126.916,61 kg
- Untuk struktur dengan bresing eksterior sudut
V
x
= V
y
=
46 4.375.579,
6,4
1 0,19

= 127.318,08 kg
- Untuk struktur dengan bresing interior
V
x
= V
y
=
65 , 555 . 365 . 4
6,4
1 0,19

= 129.910,40 kg
Perencanaan berdasarkan keperluan penelitian
- Untuk struktur tanpa bresing
2
V
x
= V
y
=
06 , 869 . 369 . 4
4,5
1 0,19

= 180.67312 kg
- Untuk struktur dengan bresing eksterior tengah
V
x
= V
y
=
54 , 023 . 410 . 4
6,4
1 0,19

= 128.203,12 kg
- Untuk struktur dengan bresing eksterior sudut
V
x
= V
y
=
54 4.410.023,
6,4
1 0,19

= 128.203,12 kg
- Untuk struktur dengan bresing interior
V
x
= V
y
=
54 , 023 . 410 . 4
6,4
1 0,19

= 128.203,12 kg
Beban Geser Dasar Nominal (V) harus didistribusikan di sepanjang
tinggi struktur bangunan gedung menjadi beban-beban gempa statik ekuivalen
yang bekerja pada pusat massa lantai-lantai tingkat. Besarnya beban statik
ekuivalen F
i
pada lantai tingkat ke-i dari bangunan dihitung dengan rumus :
F
i
=
V
n
1 i
i
z
i
W
i
z Wi

Dimana W
i
adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang
sesuai (direduksi), z
i
adalah ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf
penjepitan lateral struktur bangunan, dan n adalah nomor lantai tingkat paling
atas.
Jika perbandingan antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya
dalam arah pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1V harus
dianggap sebagai beban horizontal terpusat yang bekerja pada pusat massa lantai
1
tingkat paling atas, sedangkan 0,9V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi
struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen.
Pada arah-X, lebar dari bangunan adalah B = 25 m, dan tinggi dari
bangunan H = 35,5 m. Karena perbandingan antara tinggi dan lebar dari bangunan
: H/B = 35,5/25= 1,42 < 3, maka seluruh beban gempa V
x
, distribusikan menjadi
beban-beban terpusat yang bekerja di setiap lantai tingkat di sepanjang tinggi
bangunan.
Pada arah-Y, lebar dari bangunan : B = 25 m, dan tinggi dari bangunan :
H = 35,5 m. Karena perbandingan antara tinggi dan lebar bangunan : H/B =
35,5/25 = 1,42 < 3, maka seluruh beban gempa V
y
didistribusikan menjadi beban-
beban terpusat yang bekerja di setiap lantai di sepanjang tinggi bangunan. Tabel-
tabel dibawah ini menunjukkan distribusi beban gempa untuk tiap tipe struktur
berdasarkan kebutuhan dan berdasarkan keperluan penelitian.
Struktur b erdasarkan k ebutuhan gaya-gaya dalam
Tabel 3.8 Distribusi beban gempa perlantai struktur tanpa bresing
Tingkat Hi (m) Wi (kg) Wi*Hi V (kg) Fi (t)
2 4 473,933.50 1,895,734.01 180,558.67 22.05
3 3.5 460,847.16 1,612,965.07 180,558.67 18.76
4 3.5 456,499.52 1,597,748.32 180,558.67 18.59
5 3.5 456,499.52 1,597,748.32 180,558.67 18.59
6 3.5 456,499.52 1,597,748.32 180,558.67 18.59
7 3.5 452,850.62 1,584,977.17 180,558.67 18.44
8 3.5 446,370.04 1,562,295.13 180,558.67 18.17
9 3.5 445,609.36 1,559,632.74 180,558.67 18.14
10 3.5 442,548.86 1,548,921.01 180,558.67 18.02
atap 3.5 275,442.59 964,049.06 180,558.67 11.21
35.5 4,367,100.68 15,521,819.14 180.56
1
Tabel 3.9 Distribusi beban gempa perlantai struktur dengan bresing eksterior
tengah
Tingkat Hi (m) Wi (kg) Wi*Hi V (kg) Fi (t)
2 4 472,553.55 1,890,214.19 127,318.08 15.50
3 3.5 462,534.99 1,618,872.46 127,318.08 13.28
4 3.5 458,187.34 1,603,655.71 127,318.08 13.15
5 3.5 457,339.21 1,600,687.22 127,318.08 13.13
6 3.5 454,960.97 1,592,363.39 127,318.08 13.06
7 3.5 453,443.25 1,587,051.38 127,318.08 13.02
8 3.5 451,475.94 1,580,165.79 127,318.08 12.96
9 3.5 447,931.59 1,567,760.55 127,318.08 12.86
10 3.5 444,871.09 1,557,048.82 127,318.08 12.77
atap 3.5 276,281.54 966,985.37 127,318.08 7.93
35.5 4,379,579.46 15,564,804.88
127.6
7
Tabel 3.10 Distribusi beban gempa perlantai struktur dengan bresing eksterior
sudut
Tingkat Hi (m) Wi (kg) Wi*Hi V (kg) Fi (t)
2 4 473.640,46 1.894.561,84 126.916,61 15,49
3 3,5 459.544,27 1.608.404,95 126.916,61 13,15
4 3,5 455.196,63 1.593.188,19 126.916,61 13,03
5 3,5 455.196,63 1.593.188,19 126.916,61 13,03
6 3,5 452.818,39 1.584.864,37 126.916,61 12,96
7 3,5 450.213,76 1.575.748,16 126.916,61 12,88
8 3,5 448.999,59 1.571.498,55 126.916,61 12,85
9 3,5 448.684,72 1.570.396,53 126.916,61 12,84
10 3,5 444.871,09 1.557.048,82 126.916,61 12,73
atap 3,5 276.603,71 968.112,97 126.916,61 7,92
35,5 4.365.769,24 15.517.012,55
126,8
8
Tabel 3.11 Distribusi beban gempa perlantai struktur dengan bresing interior
1
Tingkat Hi Wi Wi*Hi V Fi (t)
2 4 470,920.02 1,883,680.08 126,910.40 15.40
3 3.5 460,467.32 1,611,635.63 126,910.40 13.18
4 3.5 456,496.32 1,597,737.13 126,910.40 13.06
5 3.5 455,901.76 1,595,656.17 126,910.40 13.05
6 3.5 453,219.98 1,586,269.94 126,910.40 12.97
7 3.5 451,061.90 1,578,716.65 126,910.40 12.91
8 3.5 449,847.72 1,574,467.03 126,910.40 12.87
9 3.5 446,165.81 1,561,580.35 126,910.40 12.77
10 3.5 444,871.09 1,557,048.82 126,910.40 12.73
atap 3.5 276,603.71 968,112.97 126,910.40 7.92
35.5
4,365,555.6
5
15,514,904.77 126.85
Struktur Berdasarkan Ke perluan Penelitian
Tabel 3.10 Distribusi beban gempa perlantai struktur tanpa bresing
Tingkat Hi (m) Wi (kg) Wi*Hi V (kg) Fi (t)
2 4 475,020.41 1,900,081.66 180,673.12 22.10
3 3.5 461,934.07 1,616,769.26 180,673.12 18.81
4 3.5 457,094.08 1,599,829.27 180,673.12 18.61
5 3.5 456,499.52 1,597,748.32 180,673.12 18.59
6 3.5 456,499.52 1,597,748.32 180,673.12 18.59
7 3.5 452,850.62 1,584,977.17 180,673.12 18.44
8 3.5 446,370.04 1,562,295.13 180,673.12 18.17
9 3.5 445,609.36 1,559,632.74 180,673.12 18.14
10 3.5 442,548.86 1,548,921.01 180,673.12 18.02
atap 3.5 275,442.59 964,049.06 180,673.12 11.21
35.5
4,369,869.0
6
15,532,051.93 180.67
1
Tabel 3.11 Distribusi beban gempa perlantai struktur dengan bresing eksterior
tengah
Tingkat Hi (m) Wi (kg) Wi*Hi V (kg) Fi (t)
2 4 481,115.76 1,924,463.03 128,203.12 15.88
3 3.5 465,834.37 1,630,420.29 128,203.12 13.46
4 3.5 460,994.37 1,613,480.30 128,203.12 13.32
5 3.5 460,399.81 1,611,399.35 128,203.12 13.30
6 3.5 460,399.81 1,611,399.35 128,203.12 13.30
7 3.5 456,774.12 1,598,709.44 128,203.12 13.20
8 3.5 454,345.77 1,590,210.21 128,203.12 13.13
9 3.5 448,684.72 1,570,396.53 128,203.12 12.96
10 3.5 444,871.09 1,557,048.82 128,203.12 12.85
atap 3.5 276,603.71 968,112.97 128,203.12 7.99
35.5
4,410,023.5
4
15,675,640.27 129.39
Tabel 3.11 Distribusi beban gempa perlantai struktur dengan bresing eksterior
sudut
Tingkat Hi (m) Wi (kg) Wi*Hi V (kg) Fi (t)
2 4 481,115.76 1,924,463.03 128,203.12 15.88
3 3.5 465,834.37 1,630,420.29 128,203.12 13.46
4 3.5 460,994.37 1,613,480.30 128,203.12 13.32
5 3.5 460,399.81 1,611,399.35 128,203.12 13.30
6 3.5 460,399.81 1,611,399.35 128,203.12 13.30
7 3.5 456,774.12 1,598,709.44 128,203.12 13.20
8 3.5 454,345.77 1,590,210.21 128,203.12 13.13
9 3.5 448,684.72 1,570,396.53 128,203.12 12.96
10 3.5 444,871.09 1,557,048.82 128,203.12 12.85
atap 3.5 276,603.71 968,112.97 128,203.12 7.99
35.5
4,410,023.5
4
15,675,640.27 129.39
Tabel 3.12 Distribusi beban gempa perlantai struktur dengan bresing interior
Tingkat Hi Wi Wi*Hi V Fi (t)
1
2 4 481,115.76 1,924,463.03 128,203.12 15.88
3 3.5 465,834.37 1,630,420.29 128,203.12 13.46
4 3.5 460,994.37 1,613,480.30 128,203.12 13.32
5 3.5 460,399.81 1,611,399.35 128,203.12 13.30
6 3.5 460,399.81 1,611,399.35 128,203.12 13.30
7 3.5 456,774.12 1,598,709.44 128,203.12 13.20
8 3.5 454,345.77 1,590,210.21 128,203.12 13.13
9 3.5 448,684.72 1,570,396.53 128,203.12 12.96
10 3.5 444,871.09 1,557,048.82 128,203.12 12.85
atap 3.5 276,603.71 968,112.97 128,203.12 7.99
35.5
4,410,023.5
4
15,675,640.27 129.39
Distribusi beban nominal statik ekuivalen, diperlihatkan pada Gambar
3.6. Beban-beban gempa yang didapat dari hasil perhitungan pada Tabel 3.5
hingga Tabel 3.7, selanjutnya digunakan untuk menghitung waktu getar dari
struktur.
3.4.10 Kombinasi Pembebanan
Beban dan kombinasi beban yang digunakan adalah yang telah diatur
pada sub bab 2.5 laporan ini, kecuali bila ditentukan secara khusus seperti struktur
baja. E
h
adalah pengaruh dari komponen horizontal gaya gempa yang ditetapkan
untuk suatu struktur bangunan. Bila dipersyaratkan dalam standar ini maka
pengaruh komponen horizontal gaya gempa yang dikalikan suatu faktor
amplifikasi,
0
E
h
, harus digunakan sebagai ganti dari E
h
seperti dalam kombinasi
beban di bawah ini. Faktor amplifikasi
0
atau faktor kuat cadang struktur
diberikan pada Tabel 15.2-1.
Kombinasi beban dengan memperhatikan faktor kuat cadang struktur,
0
, adalah:
1,2 D +
L
L +
0
E
h
0,9 D -
0
E
h
dengan
L
= 0,5 bila L< 5 kPa dan
L
= 1 bila L 5 kPa.
Keterangan:
D adalah pengaruh beban mati yang disebabkan oleh berat elemen struktur dan
beban tetap pada struktur
L adalah pengaruh beban hidup akibat pengguna gedung dan peralatan bergerak
3
E
h
adalah pengaruh dari komponen horizontal gaya gempa

0
adalah faktor kuat cadang struktur (lihat Tabel 15.2-1)
Dari Tabel 4 pada lampiran, maka didapat nilai
0
sebesar 2,8 untuk
struktur no bresing (Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa) dan
0
sebesar 2,2
untuk struktur dengan bresing (Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus).
kombinasi pembebanan yang digunakan menjadi :
Untuk struktur tanpa bresing
1,4 DL
1,2 DL + 1,6 LL
1,2 DL + 0,5 LL + 2,8E
0,9 DL 2,8E
Untuk struktur dengan bresing
1,4 DL
1,2 DL + 1,6 LL
1,2 DL + 0,5 LL + 2,2E
0,9 DL 2,2E
Perencanaan gempa harus memperhatikan arah dari gempa yang
terjadi. Oleh karena itu kita harus meninjau pembebanan gempa dengan dua
arah baik dalam arah-x bangunan dan arah-y bangunan. Beban gempa
diperhitungkan terhadap delapan arah kombinasi dengan arah utama sebesar 100%
dan arah tegak lurusnya sebesar 30%. Untuk memenuhi ini beban gempa (E)
dirubah menjadi 0,3 Ex dan 1,0 Ey atau 1,0 Ex dan 0,3 Ey. Sehingga kombinasi
pembebanan akhir menjadi :
Untuk struktur tanpa bresing
1,4 DL
1,2 DL + 1,6 LL
1,2 DL + 0,5 LL + 2,8 (0,3Ex + 1,0 Ey)
1,2 DL + 0,5 LL + 2,8 (0,3Ex - 1,0 Ey)
1,2 DL + 0,5 LL + 2,8 (-0,3Ex + 1,0 Ey)
1,2 DL + 0,5 LL + 2,8 (-0,3Ex - 1,0 Ey)
1,2 DL + 0,5 LL + 2,8 (1,0 Ex + 0,3 Ey)
3
1,2 DL + 0,5 LL + 2,8 (1,0 Ex - 0,3 Ey)
1,2 DL + 0,5 LL + 2,8 (-1,0 Ex + 0,3 Ey)
1,2 DL + 0,5 LL + 2,8 (-1,0 Ex - 0,3 Ey)
0,9 DL 2,8 (0,3Ex + 1,0 Ey)
0,9 DL 2,8 (0,3Ex - 1,0 Ey)
0,9 DL 2,8 (-0,3Ex + 1,0 Ey)
0,9 DL 2,8 (-0,3Ex - 1,0 Ey)
0,9 DL 2,8 (1,0 Ex + 0,3 Ey)
0,9 DL 2,8 (1,0 Ex - 0,3 Ey)
0,9 DL 2,8 (-1,0 Ex + 0,3 Ey)
0,9 DL 2,8 (-1,0 Ex - 0,3 Ey)
Untuk struktur dengan bresing
1,4 DL
1,2 DL + 1,6 LL
1,2 DL + 0,5 LL + 2,2 (0,3Ex + 1,0 Ey)
1,2 DL + 0,5 LL + 2,2 (0,3Ex - 1,0 Ey)
1,2 DL + 0,5 LL + 2,2 (-0,3Ex + 1,0 Ey)
1,2 DL + 0,5 LL + 2,2 (-0,3Ex - 1,0 Ey)
1,2 DL + 0,5 LL + 2,2 (1,0 Ex + 0,3 Ey)
1,2 DL + 0,5 LL + 2,2 (1,0 Ex - 0,3 Ey)
1,2 DL + 0,5 LL + 2,2 (-1,0 Ex + 0,3 Ey)
1,2 DL + 0,5 LL + 2,2 (-1,0 Ex - 0,3 Ey)
0,9 DL 2,2 (0,3Ex + 1,0 Ey)
0,9 DL 2,2 (0,3Ex - 1,0 Ey)
0,9 DL 2,2 (-0,3Ex + 1,0 Ey)
0,9 DL 2,2 (-0,3Ex - 1,0 Ey)
0,9 DL 2,2 (1,0 Ex + 0,3 Ey)
0,9 DL 2,2 (1,0 Ex - 0,3 Ey)
0,9 DL 2,2 (-1,0 Ex + 0,3 Ey)
0,9 DL 2,2 (-1,0 Ex - 0,3 Ey)
3.4.11 Eksentrisitas Rencana
1
Beban gempa pada tugas akhir ini merupakan beban horizontal yang
direpresentasikan sebagai beban statik ekivalen yang diaplikasikan pada bagian
pusat massa struktur pada tiap-tiap lantai dengan eksentrisitas dari pusat massa
gedung sesuai ketentuan SNI 03-1726-2003 sebagai berikut :
Untuk 0 < e < 0,3 b
e
d
= 1,5 e + 0,05 b atau e
d
= -0,05 b
Struktur gedung pada tugas akhir ini sebenarnya tidak memiliki
eksentrisitas terhadap gaya lateral (e=0) karena gedung berbentuk simetris
segiempat dengan gaya lateral diaplikasikan pada pusat massa. Namun, dalam
kondisi sebenarnya pusat massa gedung terutama pada masa layan tidak akan
tepat di tengah-tengah. Hal ini disebabkan konsentrasi beban hidup akan berbeda-
beda pada tiap lantainya sehingga resultan pusat massa akan sangat bervariasi.
Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan eksentrisitas desain minimum dengan e
mendekati nol. Maka, dengan e
d
= 0,05 b sehingga e
d
= 0,05x25 = 1,25 m dari
pusat massa gedung (tengah-tengah).
Gambar 3.5 Eksentrisitas rencana
Beban gempa diatas didefinisikan kedalam SAP2000 dalam bentuk seperti
gambar dibawah ini :
2

Dimana, 4(0,5P+1,5P+2,5P) = V
x
x e

=
=
=
1
Dimana, 4(0,5P+1,5P+2,5P) = V
y
x e
Gambar 3.6 Distribusi beban gempa dan pusat gempa
3.4.12 Simpangan Struktur
Beban gempa yang bekerja disepanjang tinggi bangunan membuat
struktur mengalami simpangan kearah horizontal. Besarnya simpangan horizontal
perlu dihitung untuk menentukan waktu getar alami fundamental sebenarnya dari
struktur. Besarnya simpangan horizontal dari struktur ini dapat diketahui dari hasil
analisis SAP2000.
Batasan simpangan yang telah diatur di SNI 03-1726-2003 untuk waktu
getar lebih besar dari 0,7 detik adalah sebesar 2% dari tinggi tingkat yang ditinjau.
Tabel dibawah ini menampilkan simpangan maksimum pertingkat semua struktur.
Simpanga n struktur berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalam
=
1
Tabel 3.13 Batasan simpangan struktur tanpa bresing
Lantai
Tinggi
per
Tingkat
Simpangan
per
Tingkat
Simpangan
Kumulatif
Simpangan
per Tingkat
Izin
Simpangan
Kumulatif
Izin
Rasio
Simpangan
Rasio
Simpangan
Izin layan
Rasio
Simpangan
Izin layan
minimal
Status
Text (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Text Text Text Text
2 400 1,78 1,78 8,00 8,00 0,00 2,67 3,00 Ok..!
3 350 2,98 4,76 7,00 15,00 1,67 2,33 3,00 Ok..!
4 350 3,47 8,23 7,00 22,00 1,16 2,33 3,00 Ok..!
5 350 3,39 11,62 7,00 29,00 0,98 2,33 3,00 Ok..!
6 350 3,47 15,09 7,00 36,00 1,02 2,33 3,00 Ok..!
7 350 2,98 18,07 7,00 43,00 0,86 2,33 3,00 Ok..!
8 350 2,92 20,99 7,00 50,00 0,98 2,33 3,00 Ok..!
9 350 2,62 23,61 7,00 57,00 0,90 2,33 3,00 Ok..!
10 350 3,34 26,95 7,00 64,00 1,27 2,33 3,00 Ok..!
Atap 350 3,03 29,98 7,00 71,00 0,91 2,33 3,00 Ok..!
Tabel 3.14 Batasan simpangan struktur dengan bresing eksterior tengah
Lantai
Tinggi
per
Tingkat
Simpangan
per
Tingkat
Simpangan
Kumulatif
Simpangan
per Tingkat
Izin
Simpangan
Kumulatif
Izin
Rasio
Simpangan
Rasio
Simpangan
Izin layan
Rasio
Simpangan
Izin layan
minimal
Status
Text (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Text Text Text Text
2 400 0,84 0,84 8,00 8,00 0,00 2,67 3,00 Ok..!
3 350 1,11 1,95 7,00 15,00 1,31 2,33 3,00 Ok..!
4 350 1,10 3,05 7,00 22,00 0,99 2,33 3,00 Ok..!
5 350 0,93 3,98 7,00 29,00 0,85 2,33 3,00 Ok..!
6 350 0,91 4,89 7,00 36,00 0,97 2,33 3,00 Ok..!
7 350 0,79 5,68 7,00 43,00 0,87 2,33 3,00 Ok..!
8 350 0,81 6,49 7,00 50,00 1,03 2,33 3,00 Ok..!
9 350 0,84 7,33 7,00 57,00 1,03 2,33 3,00 Ok..!
10 350 1,22 8,55 7,00 64,00 1,46 2,33 3,00 Ok..!
Atap 350 1,15 9,71 7,00 71,00 0,94 2,33 3,00 Ok..!
Tabel 3.14 Batasan simpangan struktur dengan bresing eksterior sudut
1
Lantai
Tinggi
per
Tingkat
Simpangan
per
Tingkat
Simpangan
Kumulatif
Simpangan
per Tingkat
Izin
Simpangan
Kumulatif
Izin
Rasio
Simpangan
Rasio
Simpangan
Izin layan
Rasio
Simpangan
Izin layan
minimal
Status
Text (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Text Text Text Text
2 400 0,81 0,81 8,00 8,00 0,00 2,67 3,00 Ok..!
3 350 1,44 2,25 7,00 15,00 1,77 2,33 3,00 Ok..!
4 350 1,85 4,10 7,00 22,00 1,29 2,33 3,00 Ok..!
5 350 1,83 5,93 7,00 29,00 0,99 2,33 3,00 Ok..!
6 350 1,74 7,67 7,00 36,00 0,95 2,33 3,00 Ok..!
7 350 1,47 9,14 7,00 43,00 0,85 2,33 3,00 Ok..!
8 350 1,28 10,42 7,00 50,00 0,87 2,33 3,00 Ok..!
9 350 0,95 11,36 7,00 57,00 0,74 2,33 3,00 Ok..!
10 350 0,94 12,30 7,00 64,00 0,99 2,33 3,00 Ok..!
Atap 350 0,84 13,15 7,00 71,00 0,90 2,33 3,00 Ok..!
Tabel 3.15 Batasan simpangan struktur dengan bresing interior
Lantai
Tinggi
per
Tingkat
Simpangan
per
Tingkat
Simpangan
Kumulatif
Simpangan
per Tingkat
Izin
Simpangan
Kumulatif
Izin
Rasio
Simpangan
Rasio
Simpangan
Izin layan
Rasio
Simpangan
Izin layan
minimal
Status
Text (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Text Text Text Text
2 400 0,85 0,85 8,00 8,00 0,00 2,67 3,00 Ok..!
3 350 1,35 2,20 7,00 15,00 1,59 2,33 3,00 Ok..!
4 350 1,53 3,73 7,00 22,00 1,13 2,33 3,00 Ok..!
5 350 1,48 5,21 7,00 29,00 0,97 2,33 3,00 Ok..!
6 350 1,38 6,59 7,00 36,00 0,93 2,33 3,00 Ok..!
7 350 1,22 7,81 7,00 43,00 0,88 2,33 3,00 Ok..!
8 350 1,12 8,93 7,00 50,00 0,92 2,33 3,00 Ok..!
9 350 1,09 10,02 7,00 57,00 0,97 2,33 3,00 Ok..!
10 350 0,91 10,93 7,00 64,00 0,83 2,33 3,00 Ok..!
Atap 350 0,97 11,90 7,00 71,00 1,07 2,33 3,00 Ok..!
Simpangan Struktur Berdasarkan Ke perluan Penelitian
Tabel 3.16 Batasan simpangan struktur tanpa bresing
1
Lantai
Tinggi
per
Tingkat
Simpangan
per
Tingkat
Simpangan
Kumulatif
Simpangan
per Tingkat
Izin
Simpangan
Kumulatif
Izin
Rasio
Simpangan
Rasio
Simpangan
Izin layan
Rasio
Simpangan
Izin layan
minimal
Status
Text (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Text Text Text Text
2 400 1,77 1,77 8,00 8,00 0,00 2,67 3,00 Ok..!
3 350 2,97 4,74 7,00 15,00 1,68 2,33 3,00 Ok..!
4 350 3,44 8,18 7,00 22,00 1,16 2,33 3,00 Ok..!
5 350 3,38 11,56 7,00 29,00 0,98 2,33 3,00 Ok..!
6 350 3,46 15,02 7,00 36,00 1,02 2,33 3,00 Ok..!
7 350 2,97 17,99 7,00 43,00 0,86 2,33 3,00 Ok..!
8 350 2,93 20,92 7,00 50,00 0,99 2,33 3,00 Ok..!
9 350 2,63 23,55 7,00 57,00 0,90 2,33 3,00 Ok..!
10 350 3,35 26,90 7,00 64,00 1,27 2,33 3,00 Ok..!
Atap 350 3,00 29,90 7,00 71,00 0,90 2,33 3,00 Ok..!
Tabel 3.17 Batasan simpangan struktur dengan bresing eksterior tengah
Lantai
Tinggi
per
Tingkat
Simpangan
per
Tingkat
Simpangan
Kumulatif
Simpangan
per Tingkat
Izin
Simpangan
Kumulatif
Izin
Rasio
Simpangan
Rasio
Simpangan
Izin layan
Rasio
Simpangan
Izin layan
minimal
Status
Text (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Text Text Text Text
2 400 0,64 0,64 8,00 8,00 0,00 2,67 3,00 Ok..!
3 350 1,00 1,65 7,00 15,00 1,56 2,33 3,00 Ok..!
4 350 1,23 2,88 7,00 22,00 1,23 2,33 3,00 Ok..!
5 350 1,17 4,05 7,00 29,00 0,95 2,33 3,00 Ok..!
6 350 1,04 5,08 7,00 36,00 0,89 2,33 3,00 Ok..!
7 350 1,00 6,09 7,00 43,00 0,97 2,33 3,00 Ok..!
8 350 1,04 7,13 7,00 50,00 1,04 2,33 3,00 Ok..!
9 350 1,01 8,14 7,00 57,00 0,97 2,33 3,00 Ok..!
10 350 1,31 9,45 7,00 64,00 1,29 2,33 3,00 Ok..!
Atap 350 1,18 10,63 7,00 71,00 0,91 2,33 3,00 Ok..!
Tabel 3.17 Batasan simpangan struktur dengan bresing eksterior sudut
Lantai
Tinggi
per
Tingkat
Simpangan
per
Tingkat
Simpangan
Kumulatif
Simpangan
per Tingkat
Izin
Simpangan
Kumulatif
Izin
Rasio
Simpangan
Rasio
Simpangan
Izin layan
Rasio
Simpangan
Izin layan
minimal
Status
1
Text (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Text Text Text Text
2 400 0,64 0,64 8,00 8,00 0,00 2,67 3,00 Ok..!
3 350 0,98 1,62 7,00 15,00 1,54 2,33 3,00 Ok..!
4 350 1,20 2,82 7,00 22,00 1,23 2,33 3,00 Ok..!
5 350 1,14 3,96 7,00 29,00 0,95 2,33 3,00 Ok..!
6 350 1,01 4,97 7,00 36,00 0,89 2,33 3,00 Ok..!
7 350 0,99 5,96 7,00 43,00 0,98 2,33 3,00 Ok..!
8 350 1,02 6,98 7,00 50,00 1,03 2,33 3,00 Ok..!
9 350 1,00 7,97 7,00 57,00 0,98 2,33 3,00 Ok..!
10 350 1,30 9,27 7,00 64,00 1,30 2,33 3,00 Ok..!
Atap 350 1,18 10,45 7,00 71,00 0,91 2,33 3,00 Ok..!
Tabel 3.18 Batasan simpangan struktur dengan bresing interior
Lantai
Tinggi
per
Tingkat
Simpangan
per
Tingkat
Simpangan
Kumulatif
Simpangan
per Tingkat
Izin
Simpangan
Kumulatif
Izin
Rasio
Simpangan
Rasio
Simpangan
Izin layan
Rasio
Simpangan
Izin layan
minimal
Status
Text (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Text Text Text Text
2 400 0,70 0,70 8,00 8,00 0,00 2,67 3,00 Ok..!
3 350 1,05 1,75 7,00 15,00 1,50 2,33 3,00 Ok..!
4 350 1,26 3,01 7,00 22,00 1,20 2,33 3,00 Ok..!
5 350 1,18 4,19 7,00 29,00 0,94 2,33 3,00 Ok..!
6 350 1,07 5,26 7,00 36,00 0,91 2,33 3,00 Ok..!
7 350 1,07 6,33 7,00 43,00 1,00 2,33 3,00 Ok..!
8 350 1,14 7,47 7,00 50,00 1,07 2,33 3,00 Ok..!
9 350 1,15 8,62 7,00 57,00 1,01 2,33 3,00 Ok..!
10 350 1,47 10,09 7,00 64,00 1,28 2,33 3,00 Ok..!
Atap 350 1,40 11,49 7,00 71,00 0,95 2,33 3,00 Ok..!
3.4.13 Waktu Getar Alami Fundamental Struktur
Setelah distribusi beban gempa pada bangunan gedung diketahui, maka
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap waktu getar sebenarnya dari struktur
dengan menggunakan Rumus Rayleigh. Waktu getar sebenarnya untuk setiap arah
dari bangunan, dihitung berdasarkan besarnya simpangan horisontal yang terjadi
pada struktur bangunan akibat gaya gempa horisontal. Simpangan horizontal dari
struktur bangunan dapat dihitung berdasarkan analisis struktur secara manual, atau
dengan menggunakan program komputer. Waktu getar alami fundamental T dari
struktur gedung beraturan dalam arah masing-masing sumbu utama dapat
ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut :
2
T
R
= 6,3

n
1 i
i
d
i
F g
1
2
i
d
i
W
n
i
Dimana W
i
adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang
sesuai (direduksi), F
i
adalah beban gempa statik ekuivalen pada lantai tingkat ke-i,
d
i
adalah simpangan horisontal lantai tingkat ke-i dinyatakan dalam mm, g adalah
percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9810 mm/det
2
, dan n adalah nomor
lantai tingkat paling atas.
Waktu getar alami struktur T yang dihitung dengan rumus empiris (T
E
)
untuk penentuan Faktor Respons Gempa C,

nilainya tidak boleh menyimpang
lebih dari 20% dari nilai waktu getar alami fundamental dari struktur yang
dihitung dengan rumus Rayleigh (T
R
). Jika antara nilai T
E
dan T
R
berbeda lebih
dari 20%, maka perlu dilakukan analisis ulang.

Perhitungan waktu getar alami fundamental dari struktur (T
R
) lebih
jelasnya dapat dilihat dibawah ini :
Perencanaan Berdasarkan Kebutuhan Gaya-gaya Dalam
A. Struktur Tanpa Bresing
1
Tabel 3.19 Perhitungan waktu getar alami awal struktur tanpa bresing pada
perencanaan berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalam
Tingkat Wi (ton)
Fi
(ton)
di (cm) di
2
Wi*di
2
Fi*di
2
473,93 22,05 2,36 5,57 2.639,62 52,04
3
460,85 18,76 6,31 39,82 18.349,14 118,39
4
456,50 18,59 10,90 118,81 54.236,71 202,59
5
456,50 18,59 15,40 237,16 108.263,43 286,22
6
456,50 18,59 20,01 400,40 182.782,45 371,90
7
452,85 18,44 23,96 574,08 259.973,21 441,76
8
446,37 18,17 27,84 775,07 345.966,06 505,95
9
445,61 18,14 31,32 980,94 437.117,11 568,22
10
442,55 18,02 35,75 1.278,06 565.605,10 644,14
Atap
275,44 11,21 39,73 1.578,47 434.778,66 445,55

4.367,10 2.409.711,49 3.636,77


detik 64 , 1
(3.636,77) 9810.
49 2.409.711,
. 3 , 6 T
5 , 0
R

,
`

.
|

Karena waktu getar alami fundamental (T


R
= 2,0 detik) yang dihitung
dengan Rumus Rayleigh lebih besar dari waktu getar struktur bangunan yang
didapat dengan rumus empiris (T
E
= 1,24 detik) dengan selisih yang lebih dari
20%, maka perlu dilakukan perhitungan ulang untuk penentuan distribusi beban
gempa pada struktur portal tinjauan.
Untuk perhitungan yang kedua ini, waktu getar dari struktur bangunan
dapat diperkirakan dengan mengambil nilai 1,64 detik (waktu getar alami
fundamental). Dari Diagram Spektrum, untuk kondisi tanah sedang didapatkan
Faktor Respon Gempa C = 0,23/T = 0,23/1,64 = 0,14. Dengan Faktor Respon
Gempa C = 0,115, besarnya beban geser dasar nominal horizontal akibat gempa
yang bekerja pada struktur bangunan gedung adalah :
V
x
= V
y
=
68 , 100 . 367 . 4
4,5
1 0,14
W
R
CI
t

= 136.325,81 kg
Beban geser dasar nominal V = 136.325,81 kg ini kemudian
didistribusikan di sepanjang tinggi struktur bangunan gedung menjadi beban-
1
beban gempa statik ekuivalen, kemudian dilakukan prosedur perhitungan yang
sama seperti pada perhitungan yang pertama. Perhitungan kedua untuk untuk
mendapatkan waktu getar alami fundamental dari struktur diperlihatkan pada
tabel dibawah.
Tabel 3.20 Distribusi beban gempa struktur tanpa bresing pada perencanaan
berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalam
Tingkat Hi Wi Wi*Hi V Fi (t)
2 4 473.933,50 1.895.734,01 136.325,81 16,65
3 3,5 460.847,16 1.612.965,07 136.325,81 14,17
4 3,5 456.499,52 1.597.748,32 136.325,81 14,03
5 3,5 456.499,52 1.597.748,32 136.325,81 14,03
6 3,5 456.499,52 1.597.748,32 136.325,81 14,03
7 3,5 452.850,62 1.584.977,17 136.325,81 13,92
8 3,5 446.370,04 1.562.295,13 136.325,81 13,72
9 3,5 445.609,36 1.559.632,74 136.325,81 13,70
10 3,5 442.548,86 1.548.921,01 136.325,81 13,60
Atap 3,5 275.442,59 964.049,06 136.325,81 8,47
35,5 4.367.100,68 15.521.819,14 136,33
Tabel 3.21 Perhitungan waktu getar alami akhir struktur tanpa bresing pada
perencanaan berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalam
Tingkat Wi (kg) Fi (t) di di
2
Wi*di
2
Fi*di
2 473.933,50
16,6
5 1,78 3,17 1.501,61 29,64
3 460.847,16
14,1
7 4,76 22,66 10.441,69 67,43
4 456.499,52
14,0
3 8,23 67,73 30.920,04 115,49
5 456.499,52
14,0
3 11,62 135,02 61.638,57 163,06
6 456.499,52
14,0
3 15,09 227,71 103.948,64 211,75
7 452.850,62
13,9
2 18,07 326,52 147.867,00 251,55
8 446.370,04
13,7
2 20,99 440,58 196.661,76 288,01
9 445.609,36
13,7
0 23,61 557,43 248.396,96 323,41
10 442.548,86
13,6
0 26,95 726,30 321.424,34 366,63
Atap 275.442,59 8,47 29,98 898,80 247.567,91 253,84

4.367.100,6
8
1.370.368,5
2 2.070,81
1
detik 64 , 1
(2.070,81) 9810.
52 1.370.368,
. 3 , 6 T
5 , 0
Rx

,
`

.
|

Dari hasil perhitungan pada langkah kedua ini di dapatkan waktu getar
alami (T
R
= 1,64 detik). Karena waktu getar alami struktur yang didapat dari
perhitungan pada langkah kedua ini sama dengan nilai dari waktu getar alami
struktur yang didapat dari perhitungan pada langkah pertama (T
R
= 1,64 detik),
maka waktu getar alami fundamental dari struktur bangunan gedung perkantoran
dan distribusi beban gempa perhitungan kedua inilah yang digunakan dalam
menganalisis portal akibat beban gempa. Untuk perhitungan waktu getar alami
struktur menggunakan bresing pada posisi eksterior maupun interior, dapat
ditentukan dengan cara yang sama seperti diatas.
B. Struktur dengan Bresing Eksterior Tengah
Tabel 3.22 Perhitungan waktu getar alami awal struktur dengan bresing
eksterior pada perencanaan berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalam
Tingkat Wi (kg) Fi (t) di di
2
Wi*di
2
Fi*di
2 472.553,55 15,50 1,07 1,14 541,03 16,59
3 462.534,99 13,28 2,47 6,10 2.821,88 32,80
4 458.187,34 13,15 3,86 14,90 6.826,81 50,77
5 457.339,21 13,13 5,04 25,40 11.617,15 66,17
6 454.960,97 13,06 6,19 38,32 17.432,33 80,85
7 453.443,25 13,02 7,19 51,70 23.441,25 93,60
8 451.475,94 12,96 8,22 67,57 30.505,51 106,54
9 447.931,59 12,86 9,28 86,12 38.575,15 119,34
10 444.871,09 12,77 10,83 117,29 52.178,44 138,32
Atap 276.281,54 7,93 12,29 151,04 41.730,70 97,48
4.379.579,46 225.670,23 802,46
detik 07 , 1
(802,46) 9810.
225.670,23
. 3 , 6 T
5 , 0
R

,
`

.
|

Te = 1,24 , Rasio = T
R
/ T
e
=

1,07/1,24 = 0,86
selisih memenuhi 20% T
e
Sehingga nilai waktu getar sebesar 1,07 dapat digunakan.
1
C. Struktur dengan Bresing Eksterior Sudut
Tabel 3.22 Perhitungan waktu getar alami awal struktur dengan bresing
eksterior tengah pada perencanaan berdasarkan kebutuhan gaya-gaya
dalam
Tingkat Wi (kg) Fi (t) di di
2
Wi*di
2
Fi*di
2 473.640,46 15,49 1,03 1,06 502,49 15,96
3 459.544,27 13,15 2,85 8,12 3.732,65 37,48
4 455.196,63 13,03 5,19 26,94 12.261,22 67,61
5 455.196,63 13,03 7,51 56,40 25.673,14 97,83
6 452.818,39 12,96 9,71 94,28 42.693,57 125,83
7 450.213,76 12,88 11,57 133,86 60.267,82 149,07
8 448.999,59 12,85 13,19 173,98 78.115,20 169,49
9 448.684,72 12,84 14,39 207,07 92.910,09 184,78
10 444.871,09 12,73 15,58 242,74 107.986,41 198,36
Atap 276.603,71 7,92 16,65 277,22 76.680,77 131,80
4.365.769,24 500.823,35 1.178,20
detik 31 , 1
(802,46) 9810.
225.670,23
. 3 , 6 T
5 , 0
R

,
`

.
|

Te = 1,24 , Rasio = T
R
/ T
e
=

1,31/1,24 = 1,06
selisih memenuhi 20% T
e
Sehingga nilai waktu getar sebesar 1,31 dapat digunakan.
D. Struktur dengan Bresing Interior
Tabel 3.25 Perhitungan waktu getar alami awal struktur dengan bresing interior
sudut pada perencanaan berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalam
Tingkat Wi (kg) Fi (t) di di
2
Wi*di
2
Fi*di
2 470.920,02 15,40 0,66 0,44 205,13 10,16
3 460.467,32 13,18 1,71 2,92 1.346,45 22,53
4 456.496,32 13,06 2,91 8,47 3.865,66 38,01
5 455.901,76 13,05 4,06 16,48 7.514,90 52,97
6 453.219,98 12,97 5,14 26,42 11.973,89 66,66
7 451.061,90 12,91 6,09 37,09 16.729,03 78,61
8 449.847,72 12,87 6,97 48,58 21.854,01 89,73
9 446.165,81 12,77 7,82 61,15 27.284,11 99,84
10 444.871,09 12,73 8,53 72,76 32.369,22 108,59
1
Atap 276.603,71 7,92 9,28 86,12 23.820,67 73,46

4.365.555,6
5 146.963,07 640,58
detik 96 , 0
(640,58) 9810.
146.963,07
. 3 , 6 T
5 , 0
R

,
`

.
|

, Te = 1,24, Rasio = T
R
/ T
e
=

0,96/1,24
= 0,78
< 0,8 atau 20% T
e Sehingga diperoleh koefisien gempa dasar baru (C)
untuk struktur dengan bresing pada interior diperoleh C = 0,23/T = 0,23/0,96 =
0,239 dan, V
x
= V
y
=
65 , 555 . 365 . 4
6,4
1 0,239
W
R
CI
t

= 162.840,72 kg
Tabel 3.26 Distribusi beban gempa struktur dengan bresing interior pada
perencanaan berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalam
Tingkat Hi Wi Wi*Hi V Fi (t)
2 4 470.920,02 1.883.680,08 162.840,72 19,76
3 3,5 460.467,32 1.611.635,63 162.840,72 16,91
4 3,5 456.496,32 1.597.737,13 162.840,72 16,76
5 3,5 455.901,76 1.595.656,17 162.840,72 16,74
6 3,5 453.219,98 1.586.269,94 162.840,72 16,64
7 3,5 451.061,90 1.578.716,65 162.840,72 16,56
8 3,5 449.847,72 1.574.467,03 162.840,72 16,52
9 3,5 446.165,81 1.561.580,35 162.840,72 16,38
10 3,5 444.871,09 1.557.048,82 162.840,72 16,34
Atap 3,5 276.603,71 968.112,97 162.840,72 10,16
35,5 4.365.555,65 15.514.904,77 162,77
Tabel 3.27 Perhitungan waktu getar alami akhir struktur dengan bresing interior
pada perencanaan berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalam
Tingkat Wi (kg) Fi (t) di di
2
Wi*di
2
Fi*di
2 470.920,02 19,76 0,85 0,7225 340,24 16,80
3 460.467,32 16,91 2,20 4,84 2.228,66 37,20
4 456.496,32 16,76 3,73 13,9129 6.351,19 62,52
5 455.901,76 16,74 5,21 27,1441 12.375,04 87,22
6 453.219,98 16,64 6,59 43,4281 19.682,48 109,67
7 451.061,90 16,56 7,81 60,9961 27.513,02 129,35
8 449.847,72 16,52 8,93 79,7449 35.873,06 147,50
1
9 446.165,81 16,38 10,02 100,4004 44.795,23 164,15
10 444.871,09 16,34 10,93 119,4649 53.146,48 178,54
Atap 276.603,71 10,16 11,90 141,61 39.169,85 120,86

4.365.555,6
5 241.475,25 1.053,82
detik 96 , 0
(1.053,82) 9810.
241.475,25
. 3 , 6 T
5 , 0
R

,
`

.
|

Te = 0,96
Rasio = T
R
/ T
e
=

0,96/0,96 = 1
Perencanaan Berdasarkan Keperluan Penelitian
A. Struktur Tanpa Bresing
Tabel 3.28 P erhitungan waktu getar alami awal tanpa bresing pada
perencanaan berdasarkan keperluan penelitian
Tingkat Wi (ton)
Fi
(ton)
di (cm) di
2
Wi*di
2
Fi*di
2
475,02 22,10 2,34 5,48 2.601,02 51,72
3
461,93 18,81 6,24 38,94 17.986,60 117,35
4
457,09 18,61 10,79 116,42 53.216,77 200,80
5
456,50 18,59 15,23 231,95 105.886,39 283,06
6
456,50 18,59 19,80 392,04 178.966,07 367,99
7
452,85 18,44 23,72 562,64 254.791,15 437,32
8
446,37 18,17 27,58 760,66 339.534,22 501,21
9
445,61 18,14 31,04 963,48 429.336,41 563,13
10
442,55 18,02 35,45 1.256,70 556.152,26 638,72
Atap
275,44 11,21 39,42 1.553,94 428.020,27 442,06

4.369,87 2.366.491,16 3.603,36


detik 63 , 1
(3.603,36) 9810.
16 2.366.491,
. 3 , 6 T
5 , 0
R

,
`

.
|

Te = 1,24, Rasio = T
R
/ T
e
=

1,63/1,24 = 1,32
> 1,2 atau 20% T
e, Sehingga
diperoleh koefisien gempa dasar baru (C) untuk struktur struktur tanpa bresing
diperoleh C = 0,23/T = 0,23/1,63 = 0,141 dan,
1
V
x
= V
y
=
06 , 859 . 369 . 4
4,5
1 0,1141
W
R
CI
t

= 137.018,55 kg
Tabel 3.29 Distribusi beban gempa struktur tanpa bresing pada perencanaan
berdasarkan keperluan penelitian
Tingkat Hi Wi Wi*Hi V Fi (t)
2 475.020,41 1.900.081,66 137.018,55 16,76 475.020,41
3 461.934,07 1.616.769,26 137.018,55 14,26 461.934,07
4 457.094,08 1.599.829,27 137.018,55 14,11 457.094,08
5 456.499,52 1.597.748,32 137.018,55 14,09 456.499,52
6 456.499,52 1.597.748,32 137.018,55 14,09 456.499,52
7 452.850,62 1.584.977,17 137.018,55 13,98 452.850,62
8 446.370,04 1.562.295,13 137.018,55 13,78 446.370,04
9 445.609,36 1.559.632,74 137.018,55 13,76 445.609,36
10 442.548,86 1.548.921,01 137.018,55 13,66 442.548,86
Atap 275.442,59 964.049,06 137.018,55 8,50 275.442,59

4.369.869,
06
15.532.051,9
3 137,02
4.369.869,
06
Tabel 3.30 Perhitungan waktu getar alami akhir struktur tanpa bresing pada
perencanaan berdasarkan keperluan penelitian
Tingkat Wi (kg) Fi (t) di di
2
Wi*di
2
Fi*di
2 475.020,41 16,76 1,77 3,13 1.488,19 29,67
3 461.934,07 14,26 4,74 22,47 10.378,55 67,60
4 457.094,08 14,11 8,18 66,91 30.585,26 115,45
5 456.499,52 14,09 11,56 133,63 61.003,67 162,94
6 456.499,52 14,09 15,02 225,60 102.986,47 211,70
7 452.850,62 13,98 17,99 323,64 146.560,62 251,54
8 446.370,04 13,78 20,92 437,65 195.352,24 288,32
9 445.609,36 13,76 23,55 554,60 247.136,06 324,01
10 442.548,86 13,66 26,90 723,61 320.232,78 367,56
Atap 275.442,59 8,50 29,90 894,01 246.248,43 254,29

4.369.869,0
6
1.361.972,2
8 2.073,08
1
detik 63 , 1
(2.073,08) 9810.
28 1.361.972,
. 3 , 6 T
5 , 0
R

,
`

.
|

Te = 1,63
Rasio = T
R
/ T
e
=

1,63/1,63 = 1
B. Struktur dengan Bresing Eksterior Tengah
Tabel 3.31 Perhitungan waktu getar alami awal struktur dengan bresing
eksterior tengah pada perencanaan berdasarkan keperluan penelitian
Tingkat Wi (kg) Fi (t) di di
2
Wi*di
2
Fi*di
2 481.115,76
15,8
8 0,79 0,62 300,26 12,55
3 465.834,37
13,4
6 2,02 4,08 1.900,79 27,18
4 460.994,37
13,3
2 3,53 12,46 5.744,40 47,01
5 460.399,81
13,3
0 4,96 24,60 11.326,57 65,97
6 460.399,81
13,3
0 6,23 38,81 17.869,45 82,86
7 456.774,12
13,2
0 7,46 55,65 25.420,21 98,44
8 454.345,77
13,1
3 8,74 76,39 34.706,38 114,72
9 448.684,72
12,9
6 9,98 99,60 44.689,18 129,36
10 444.871,09
12,8
5 11,58 134,10 59.655,61 148,83
Atap 276.603,71 7,99 13,03 169,78 46.962,03 104,12
4.410.023,54 248.574,89 831,05
detik 10 , 1
(831,05) 9810.
248.574,89
. 3 , 6 T
5 , 0
R

,
`

.
|

Te = 1,10/1,24 = 0,89
> 0,8 atau 20% T
e
Sehingga diperoleh nilai waktu getar sebesar 1,10 detik
C. Struktur dengan Bresing Eksterior Sudut
1
Tabel 3.31 Perhitungan waktu getar alami awal struktur dengan bresing
eksterior sudut pada perencanaan berdasarkan keperluan penelitian
Tingkat Wi (kg) Fi (t) di di
2
Wi*di
2
Fi*di
2 481.115,76
15,8
8 0,78 0,61 292,71 12,39
3 465.834,37
13,4
6 1,98 3,92 1.826,26 26,65
4 460.994,37
13,3
2 3,45 11,90 5.486,99 45,95
5 460.399,81
13,3
0 4,85 23,52 10.829,75 64,51
6 460.399,81
13,3
0 6,09 37,09 17.075,35 81,00
7 456.774,12
13,2
0 7,30 53,29 24.341,49 96,33
8 454.345,77
13,1
3 8,55 73,10 33.213,81 112,23
9 448.684,72
12,9
6 9,77 95,45 42.828,26 126,64
10 444.871,09
12,8
5 11,36 129,05 57.410,44 146,00
Atap 276.603,71 7,99 12,81 164,10 45.389,59 102,36
4.410.023,54 238.694,65 814,05
detik 09 , 1
(831,05) 9810.
248.574,89
. 3 , 6 T
5 , 0
R

,
`

.
|

Te = 1,09/1,24 = 0,88
> 0,8 atau 20% T
e
Sehingga diperoleh nilai waktu getar sebesar 1,09 detik
D. Struktur dengan Bresing Interior
Tabel 3.34 Perhitungan waktu getar alami awal struktur dengan bresing interior
pada perencanaan berdasarkan keperluan penelitian
Tingkat Wi (kg) Fi (t) di di
2
Wi*di
2
Fi*di
2 481.115,76 15,88 0,48 0,23 110,85 7,62
3 465.834,37 13,46 1,20 1,44 670,80 16,15
4 460.994,37 13,32 2,07 4,28 1.975,31 27,57
5 460.399,81 13,30 2,87 8,24 3.792,27 38,17
6 460.399,81 13,30 3,61 13,03 5.999,98 48,02
7 456.774,12 13,20 4,34 18,84 8.603,61 57,27
8 454.345,77 13,13 5,12 26,21 11.910,40 67,20
9 448.684,72 12,96 5,92 35,05 15.724,78 76,74
10 444.871,09 12,85 6,93 48,02 21.364,89 89,06
1
Atap 276.603,71 7,99 7,88 62,09 17.175,54 62,97

4.410.023,5
4 87.328,44 490,77
detik 85 , 0
(490,77) 9810.
87.328,44
. 3 , 6 T
5 , 0
R

,
`

.
|

, Te = 1,24 , Rasio = T
R
/ T
e
=

0,85 /
1,24 = 0,69
< 0,8 atau 20% T
e Sehingga diperoleh koefisien gempa dasar baru (C)
untuk struktur dengan bresing pada interior diperoleh C = 0,23/T = 0,23/0,85 =
0,271 dan, V
x
= V
y
=
54 , 023 . 410 . 4
6,4
1 0,271
W
R
CI
t

= 186.786,43 kg
Tabel 3.35 Distribusi beban gempa struktur dengan bresing interior pada
perencanaan berdasarkan keperluan penelitian
Tingkat Hi Wi Wi*Hi V Fi (t)
2 4 481.115,76 1.924.463,03 186.786,43 23,14
3 3,5 465.834,37 1.630.420,29 186.786,43 19,61
4 3,5 460.994,37 1.613.480,30 186.786,43 19,40
5 3,5 460.399,81 1.611.399,35 186.786,43 19,38
6 3,5 460.399,81 1.611.399,35 186.786,43 19,38
7 3,5 456.774,12 1.598.709,44 186.786,43 19,23
8 3,5 454.345,77 1.590.210,21 186.786,43 19,12
9 3,5 448.684,72 1.570.396,53 186.786,43 18,89
10 3,5 444.871,09 1.557.048,82 186.786,43 18,72
Atap 3,5 276.603,71 968.112,97 186.786,43 11,64
35,5 4.410.023,54 15.675.640,27 188,51
Tabel 3.36 Perhitungan waktu getar alami akhir struktur dengan bresing interior
pada perencanaan berdasarkan keperluan penelitian
1
Tingkat Wi (kg) Fi (t) di di
2
Wi*di
2
Fi*di
2 481.115,76 23,14 0,70 0,49 235,75 16,20
3 465.834,37 19,61 1,75 3,0625 1.426,62 34,31
4 460.994,37 19,40 3,01 9,0601 4.176,66 58,40
5 460.399,81 19,38 4,19 17,5561 8.082,83 81,20
6 460.399,81 19,38 5,26 27,6676 12.738,16 101,93
7 456.774,12 19,23 6,33 40,0689 18.302,44 121,70
8 454.345,77 19,12 7,47 55,8009 25.352,90 142,85
9 448.684,72 18,89 8,62 74,3044 33.339,25 162,79
10 444.871,09 18,72 10,09 101,8081 45.291,48 188,93
Atap 276.603,71 11,64 11,49 132,0201 36.517,25 133,77

4.410.023,5
4 185.463,32 1.042,09
detik 85 , 0
(1.042,09) 9810.
185.463,32
. 3 , 6 T
5 , 0
R

,
`

.
|

Te = 0,85
Rasio = T
R
/ T
e
=

0,85/0,85 = 1
3.4.14 Pembatasan Waktu Getar Alami Struktur
Pemakaian struktur bangunan gedung yang terlalu fleksibel sebaiknya
dihindari dengan membatasi nilai waktu getar fundamentalnya. Pembatasan waktu
getar fundamental dari suatu struktur gedung dimaksudkan untuk :
a. Mencegah pengaruh P-Delta yang berlebihan
b. Mencegah simpangan antar-tingkat yang berlebihan pada taraf pembebanan
gempa yang menyebabkan pelelehan pertama, yaitu untuk menjamin
kenyamanan penghunian dan membatasi kemungkinan terjadinya kerusakan
struktur akibat pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, maupun
kerusakan non-struktural.
c. Mencegah simpangan antar-tingkat yang berlebihan pada taraf pembebanan
gempa maksimum, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya
keruntuhan struktur yang menelan korban jiwa manusia;
d. Mencegah kekuatan (kapasitas) struktur terpasang yang terlalu rendah,
mengingat struktur gedung dengan waktu getar fundamental yang panjang
2
menyerap beban gempa yang rendah (terlihat dari Diagram Spektrum
Respons), sehingga gaya internal yang terjadi di dalam unsur-unsur struktur
menghasilkan kekuatan terpasang yang rendah.
Menurut SNI Gempa 2002, pembatasan waktu getar alami fundamental
dari struktur bangunan gedung tergantung dari banyaknya jumlah tingkat (n) serta
koefisien untuk Wilayah Gempa dimana struktur bangunan gedung tersebut
didirikan. Pembatasan waktu getar alami fundamental (T) dari struktur bangunan
gedung ditentukan sebagai berikut :
T < n (4.11)
Dimana koefisien ditetapkan menurut Tabel 5 pada lampiran. Untuk
gedung perkantoran sepuluh lantai (n=10) yang terletak di Wilayah Gempa 2
( =0,18), waktu getar alami fundamental maksimum dari struktur yang diijinkan
adalah : T = n = 0,18 x 10 = 1,8 detik.
Waktu getar alami fundamental dari struktur berdasarkan kebutuhan yang
didapat dari perhitungan dengan rumus Rayleigh adalah :
T
R
= 1,64 detik (Struktur tanpa bresing) < T = 1,8 detik
T
R
= 1,07 detik (Struktur dengan bresing eksterior tengah) < T = 1,8 detik
T
R
= 1,06 detik (Struktur dengan bresing eksterior sudut) < T = 1,8 detik
T
R
= 0,96 detik (Struktur dengan bresing interior) < T = 1,8 detik
Sedangkan waktu getar alami fundamental dari struktur berdasarkan
keperluan penelitian adalah :
T
R
= 1,63 detik (Struktur tanpa bresing) < T = 1,8 detik
T
R
= 1,10 detik (Struktur dengan bresing eksterior) < T = 1,8 detik
T
R
= 1,09 detik (Struktur dengan bresing eksterior sudut) < T = 1,8 detik
T
R
= 0,85 detik (Struktur dengan bresing interior) < T = 1,8 detik
Hasil ini memperlihatkan seluruh struktur memenuhi persyaratan waktu
getar fundamental.
3.5 Analisis Elemen Struktur
2
Analisis elemen struktur yang dilakukan disini adalah untuk mengecek
rasio kapasitas. Struktur yang elemennya dianalisis cukup struktur yang
dimensinya direncanakan berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalam. Gaya-gaya
dalam yang digunakan untuk analisis dibawah ini dapat dilihat pada lampiran.
Sebagai contoh perhitungan diambil analisis elemen struktur pada sturktur rangka
baja dengan bresing eksterior, karena struktur ini memiliki elemen bresing, balok
dan kolom. Sehingga semua elemen dapat diberikan contoh perhitungan
3.5.1 Elemen Balok
Balok-balok direncanakan untuk menahan gaya-gaya momen dan geser.
Pengelompokan balok-balok didasarkan pada kebutuhan tahanan gaya momen dan
geser
Untuk contoh perhitungan diambil balok tepi (B2) pada tingkat 5
struktur. Profil yang digunakan adalah IWF 200x200 dengan data sebagai berikut:
A = 30,31 cm
2
r = 10 mm Z
y
= 75,05 cm
3
d = 125 mm E
s
= 200.000 Mpa G = 80.000 Mpa
b
f
= 125 mm L = 5000 mm h
e
= 87 mm
t
w
= 6,5 mm I
x
= 847 cm
4
J = 72.193 mm
4
t
f
= 9 mm I
y
= 293 cm
4
I
w
= 5.544,29 cm
6
F
y
= 240 Mpa S
x
= 136 cm
3
r
x
= 7,5 cm
F
u
= 370 Mpa S
y
= 47 cm
3
r
y
= 4,38 cm
F
r
= 69 Mpa Z
x
= 149,10 cm
3
1) Kuat Rencana Lentur
Cek kelangsingan penampang
Pelat Sayap
94 , 6
9 * 2
125
2

f
f
f
t
b

Sedangkan,
71 , 8
240
135 135

y
p
f

p f
<
1
Pelat Badan
38 , 13
5 , 6
87

w
e
w
t
h

Sedangkan,
44 , 108
240
1680 1680

y
p
f

p w
<
Maka, penampang adalah kompak. Sehingga M
n
= M
p
11 , 785 . 35 10 , 149 240 x Z F M M
x y p n
KNmm
Rasio kapasitas,
1 8 , 0
11 , 785 . 35 9 , 0
784 . 130
<
x M
M
n
ux

(rasio terpenuhi)
Kuat lentur nominal penampang dengan pengaruh tekuk lateral
Untuk elemen balok kuat lentur nominal penampang dengan pengaruh tekuk
lateral cukup ditinjau tekuk lateral arah x saja (kebawah) karena kuat lentur balok
lebih mendominasi untuk menahan beban gravitasi.
68 , 2687
240
000 . 200
5 , 7 76 , 1 76 , 1 x
f
E
r L
y
y p
mm
2
2
1
1 1
L
L
y r
F X
F
X
r L + +
]
]
]

Dengan,
48 , 547 . 30
2
10 31 , 30 193 . 72 000 . 80 000 . 200
10 136 2
2
3
1

x x x x
x
EGJA
S
X
x

1
8
2
3
2
2
10 19 , 4
293
29 , 544 . 5
193 . 72 000 . 80
10 136
4 4

,
`

.
|

,
`

.
|
x
x
x
I
I
GJ
S
X
y
w x
Mpa F F F
r y L
171 69 240
Sehingga,
17 , 7858 171 10 19 , 4 1 1
171
48 , 547 . 30
38 , 4
2 8
+ +
]
]
]


x x L
r
mm
Karena,
- L < Lp termasuk Bentang Pendek
- Lp < L < Lr termasuk Bentang Menengah
- L > Lr termasuk Bentang Panjang
Maka balok tengah (B2) pada tingkat lima ini tergolong Bentang Menengah
sehingga :
( )
( )
( )
]
]
]
]

+
p r
r
r p r b n
L L
L L
M M M C M
Faktor pengali momen (C
b
)
3 , 2
3 4 3 5 , 2
5 , 12
max
max
<
+ + +

c b A
b
M M M M
M
C
dengan Mmax adalah momen maksimum pada bentang yang ditinjau serta MA, MB,
dan MC adalah masing-masing momen pada 1/4 bentang, tengah bentang, dan 3/4
bentang komponen struktur yang ditinjau.
1
C
b

c b A
M M M M
M
3 4 3 5 , 2
5 , 12
max
max
+ + +

( )
( ) ( ) ( ) ( ) 596 . 24 3 25 , 297 . 20 4 9 , 497 . 19 3 41 , 308 . 37 5 , 2
41 , 308 . 37 5 , 12
x x x x
x
+ + +

3 , 2 52 , 1 <
, maka diambil C
b
= 1,52
M
r
256 . 23 136 171 x S F
x L
KNmm
11 , 785 . 35 10 , 149 240 x Z F M
x y p
KNmm
Sehingga
( )
( )
( )
]
]
]
]

+
p r
r
r p r b n
L L
L L
M M M C M
3
( )
( )
( )
09 , 887 . 45
68 , 2687 17 , 7858
5000 17 , 7858
256 . 23 11 , 785 . 35 256 . 23 52 , 1
]
]
]

+
KNmm
Rasio kapasitas,
1 9 , 0
09 , 887 . 45 9 , 0
784 . 130
<
x M
M
n
ux

(rasio terpenuhi)
2) Kuat Rencana Geser
Cek kelangsingan penampang
38 , 13
5 , 6
87

w
e
w
t
h

( ) ( )
0 , 5
87
5000
5
5
5
5
2 2
+ +
h
a
k
n
02 , 71
240
200000 5
10 , 1 10 , 1
x
F
E k
y
n
Dengan
y
n
w
e
F
E k
t
h
10 , 1 <
maka kapasitas geser nominal adalah :
117 10 31 , 30 240 6 , 0 6 , 0
3


x x x A F V
w y n
KN
Sehingga,
1 3 , 0
117 9 , 0
44 , 30
<
x V
V
n
u

(rasio terpenuhi)
3) Interaksi Lentur Geser
1
375 , 1 625 , 0 +
n
u
n
ux
V
V
M
M

( ) 375 , 1 3 , 0 625 , 0 8 , 0 + x
, memenuhi syarat kombinasi lentur dan geser
3.5.2 Elemen Kolom
Kolom-kolom direncanakan untuk menahan gaya-gaya momen, geser dan
aksial tekan. Pengelompokan kolom-kolom didasarkan pada kebutuhan tahanan
gaya momen, geser dan normal. Untuk contoh perhitungan diambil kolom tengah
(K3) pada tingkat 5 struktur. Profil yang digunakan adalah IWF 300x300 dengan
data sebagai berikut:
A = 40,2 cm
2
r = 11 mm Z
y
= 143,27 cm
3
d = 175 mm E
s
= 200.000 Mpa G = 80.000 Mpa
b
f
= 175 mm L = 3500 mm h
e
= 131 mm
t
w
= 7,5 mm I
x
= 2880 cm
4
J = 179.893 mm
4
t
f
= 11 mm I
y
= 984 cm
4
I
w
= 42.216,06 cm
6
F
y
= 240 Mpa S
x
= 330 cm
3
r
x
= 7,5 cm
F
u
= 370 Mpa S
y
= 112 cm
3
r
y
= 4,38 cm
F
r
= 69 Mpa Z
x
= 359,59 cm
3
1) Kuat Rencana Aksial
1
Menghitung nilai kondisi ujung arah x
21 , 4
591 , 275
843
591 , 275
843
638 , 147
1900
638 , 147
1900
,

,
`

.
|
+

,
`

.
|
+

,
`

.
|

,
`

.
|

b
c
A
L
I
L
I
x G
21 , 4
591 , 275
843
591 , 275
843
638 , 147
1900
638 , 147
1900
,

,
`

.
|
+

,
`

.
|
+

,
`

.
|

,
`

.
|

b
c
B
L
I
L
I
x G
Dari nomogram untuk portal tidak bergoyang diperoleh k
c,x
= 0,95
Menghitung nilai kondisi ujung arah y
19 , 4
591 , 196
238
638 , 147
748
638 , 147
748
,

,
`

.
|

,
`

.
|
+

,
`

.
|

,
`

.
|

b
c
A
L
I
L
I
y G
1
19 , 4
591 , 196
238
638 , 147
748
638 , 147
748
,

,
`

.
|

,
`

.
|
+

,
`

.
|

,
`

.
|

b
c
B
L
I
L
I
y G
Dari nomogram untuk portal tidak bergoyang diperoleh k
c,y
= 0.92
33 , 44
000 . 200
240
5 , 7 .
3500 95 , 0
.
.

x
E
f
r
L k
y
x
x
x
52 , 73
000 . 200
240
38 , 4 .
3500 92 , 0
.
.

x
E
f
r
L k
y
y
y
y
Karena
y
adalah terbesar = 73,52 ; maka, arah y menentukann tekuk. Sehingga,
81 , 0
240
000 . 200
52 , 73
1 1

y
y c
F
E
Karena 0,25 <
c
< 1,2 maka ;
8 , 1
) 81 , 0 ( 67 , 0 6 , 1
43 , 1
67 , 0 6 , 1
43 , 1


06 . 535
8 , 1
240
2 , 40

y
g cr g n
f
A f A N
KN
Sehingga
Rasio kapasitas,
1 1 , 0
9 , 0
65 , 48
<
n
u
N
N

(rasio terpenuhi)
= 0,85 (tekan)
= 0,9 (tarik)
3
2) Kuat Rencana Lentur
Cek kelangsingan penampang
Pelat Sayap
94 , 6
9 * 2
125
2

f
f
f
t
b

Sedangkan,
71 , 8
240
135 135

y
p
f

p f
<
Pelat Badan
38 , 13
5 , 6
87

w
e
w
t
h

Sedangkan,
44 , 108
240
1680 1680

y
p
f

p w
<
Maka, penampang adalah kompak. Sehingga M
n
= M
p
11 , 785 . 35 10 , 149 240 x Z F M M
x y p n
KNmm
Rasio kapasitas,
1 8 , 0
11 , 785 . 35 9 , 0
784 . 130
<
x M
M
n
ux

(rasio terpenuhi)
Kuat lentur nominal penampang dengan pengaruh tekuk lateral
Arah x
68 , 2687
240
000 . 200
5 , 7 76 , 1 76 , 1 x
f
E
r L
y
y p
mm
2
2
1
1 1
L
L
y r
F X
F
X
r L + +
]
]
]

Dengan,
1
48 , 547 . 30
2
10 31 , 30 193 . 72 000 . 80 000 . 200
10 136 2
2
3
1

x x x x
x
EGJA
S
X
x

8
2
3
2
2
10 19 , 4
293
29 , 544 . 5
193 . 72 000 . 80
10 136
4 4

,
`

.
|

,
`

.
|
x
x
x
I
I
GJ
S
X
y
w x
Mpa F F F
r y L
171 69 240
Sehingga,
17 , 7858 171 10 19 , 4 1 1
171
48 , 547 . 30
38 , 4
2 8
+ +
]
]
]


x x L
r
mm
Karena,
- L < Lp termasuk Bentang Pendek
- Lp < L < Lr termasuk Bentang Menengah
- L > Lr termasuk Bentang Panjang
Maka balok tengah (B2) pada tingkat lima ini tergolong Bentang Menengah
sehingga :
( )
( )
( )
]
]
]
]

+
p r
r
r p r b n
L L
L L
M M M C M
Faktor pengali momen (C
b
)
3 , 2
3 4 3 5 , 2
5 , 12
max
max
<
+ + +

c b A
b
M M M M
M
C
dengan Mmax adalah momen maksimum pada bentang yang ditinjau serta MA, MB,
dan MC adalah masing-masing momen pada 1/4 bentang, tengah bentang, dan 3/4
bentang komponen struktur yang ditinjau.
1
C
b

c b A
M M M M
M
3 4 3 5 , 2
5 , 12
max
max
+ + +

( )
( ) ( ) ( ) ( ) 596 . 24 3 25 , 297 . 20 4 9 , 497 . 19 3 41 , 308 . 37 5 , 2
41 , 308 . 37 5 , 12
x x x x
x
+ + +

3 , 2 52 , 1 <
, maka diambil C
b
= 1,52
M
r
256 . 23 136 171 x S F
x L
KNmm
11 , 785 . 35 10 , 149 240 x Z F M
x y p
KNmm
Sehingga
( )
( )
( )
]
]
]
]

+
p r
r
r p r b n
L L
L L
M M M C M
3
( )
( )
( )
09 , 887 . 45
68 , 2687 17 , 7858
5000 17 , 7858
256 . 23 11 , 785 . 35 256 . 23 52 , 1
]
]
]

+
KNmm
Rasio kapasitas,
1 9 , 0
09 , 887 . 45 9 , 0
784 . 130
<
x M
M
n
ux

(rasio terpenuhi)
Arah y
68 , 2687
240
000 . 200
5 , 7 76 , 1 76 , 1 x
f
E
r L
y
y p
mm
2
2
1
1 1
L
L
y r
F X
F
X
r L + +
]
]
]

Dengan,
48 , 547 . 30
2
10 31 , 30 193 . 72 000 . 80 000 . 200
10 136 2
2
3
1

x x x x
x
EGJA
S
X
y

8
2
3
2
2
10 19 , 4
293
29 , 544 . 5
193 . 72 000 . 80
10 136
4 4

,
`

.
|

,
`

.
|
x
x
x
I
I
GJ
S
X
y
w
y
Mpa F F F
r y L
171 69 240
Sehingga,
17 , 7858 171 10 19 , 4 1 1
171
48 , 547 . 30
38 , 4
2 8
+ +
]
]
]


x x L
r
mm
Karena,
- L < Lp termasuk Bentang Pendek
3
- Lp < L < Lr termasuk Bentang Menengah
- L > Lr termasuk Bentang Panjang
Maka balok tengah (B2) pada tingkat lima ini tergolong Bentang Menengah
sehingga :
( )
( )
( )
]
]
]
]

+
p r
r
r p r b n
L L
L L
M M M C M
Faktor pengali momen (C
b
)
3 , 2
3 4 3 5 , 2
5 , 12
max
max
<
+ + +

c b A
b
M M M M
M
C
dengan Mmax adalah momen maksimum pada bentang yang ditinjau serta MA, MB,
dan MC adalah masing-masing momen pada 1/4 bentang, tengah bentang, dan 3/4
bentang komponen struktur yang ditinjau.
C
b

c b A
M M M M
M
3 4 3 5 , 2
5 , 12
max
max
+ + +

( )
( ) ( ) ( ) ( ) 596 . 24 3 25 , 297 . 20 4 9 , 497 . 19 3 41 , 308 . 37 5 , 2
41 , 308 . 37 5 , 12
x x x x
x
+ + +

3
3 , 2 52 , 1 <
, maka diambil C
b
= 1,52
M
r
256 . 23 136 171 x S F
x L
KNmm
11 , 785 . 35 10 , 149 240 x Z F M
x y p
KNmm
Sehingga
( )
( )
( )
]
]
]
]

+
p r
r
r p r b n
L L
L L
M M M C M
( )
( )
( )
09 , 887 . 45
68 , 2687 17 , 7858
5000 17 , 7858
256 . 23 11 , 785 . 35 256 . 23 52 , 1
]
]
]

+
KNmm
Rasio kapasitas,
1 9 , 0
09 , 887 . 45 9 , 0
784 . 130
<
x M
M
n
ux

(rasio terpenuhi)
3) Interaksi Aksial-Lentur
Karena
1 , 0
n
u
N
N

< 0,2 maka;


1
2

,
`

.
|
+ +
ny b
uy
nx b
ux
n
u
M
M
M
M
N
N

= 0,85 (tekan)
= 0,9 (tarik)
3
1 35 , 0
385 . 34 9 , 0
69 , 395 . 28
05 , 302 . 86 9 , 0
53 , 928 . 24
06 , 535 9 , 0 2
65 , 48
<
,
`

.
|
+ +
x x x x
(syarat terpenuhi)
4) Kuat Rencana Geser
Cek kelangsingan penampang
38 , 13
5 , 6
87

w
e
w
t
h

( ) ( )
0 , 5
87
5000
5
5
5
5
2 2
+ +
h
a
k
n
02 , 71
240
200000 5
10 , 1 10 , 1
x
F
E k
y
n
Dengan
y
n
w
e
F
E k
t
h
10 , 1 <
maka kapasitas geser nominal adalah :
117 10 31 , 30 240 6 , 0 6 , 0
3


x x x A F V
w y n
KN
Sehingga,
1 3 , 0
117 9 , 0
44 , 30
<
x V
V
n
u

(rasio terpenuhi)
5) Interaksi Lentur Geser
375 , 1 625 , 0 +
n
u
n
ux
V
V
M
M

3
( ) 375 , 1 3 , 0 625 , 0 8 , 0 + x
, memenuhi syarat kombinasi lentur dan geser
3.5.3 Elemen Bresing
Bresing pada struktur ini didominasi oleh gaya aksial karena tidak
direncanakan memikul momen yang besar agar perilakunya sesuai dengan leleh
pada sambungan. Bresing yang didesain didasarkan pada besaran gaya normal
yang dipikul olehnya. Analisis struktur bresing dilakukan pada salah satu bidang
perimeter gedung yang memikul beban paling besar sehingga untuk keempat sisi
perimeter didesain berdasarkan salah satu bidang perimeter gedung yang memikul
beban paling besar sehingga untuk keempat sisi perimeter didesain berdasarkan
salah satu perimeter bresing.
Untuk contoh perhitungan diambil bresing pada tingkat 5 struktur. Profil
yang digunakan adalah IWF 150x150 dengan data sebagai berikut:
A = 30,31 cm
2
r = 10 mm Z
y
= 75,05 cm
3
d = 125 mm E
s
= 200.000 Mpa G = 80.000 Mpa
b
f
= 125 mm L = 5000 mm h
e
= 87 mm
t
w
= 6,5 mm I
x
= 847 cm
4
J = 72.193 mm
4
t
f
= 9 mm I
y
= 293 cm
4
I
w
= 5.544,29 cm
6
F
y
= 240 Mpa S
x
= 136 cm
3
r
x
= 7,5 cm
F
u
= 370 Mpa S
y
= 47 cm
3
r
y
= 4,38 cm
F
r
= 69 Mpa Z
x
= 149,10 cm
3
Elemen bresing bekerja seperti struktur rangka. Sehingga perencanaan hanya
dihitung untuk kuat aksial saja.
Cek kelangsingan penampang
Pelat Sayap
3
94 , 6
9 * 2
125
2

f
f
f
t
b

Sedangkan,
71 , 8
240
135 135

y
p
f

p f
<
Pelat Badan
38 , 13
5 , 6
87

w
e
w
t
h

Sedangkan,
44 , 108
240
665 665

y
p
f

p w
<
Persyaratan kelangsingan batang bresing
Perletakan bresing diangggap sendi-sendi. Sehingga k
c
= 1
y
c
F
r
L k 625 . 2

240
625 . 2
8 , 43
3052 1

x
4 , 169 68 , 69
syarat kelangsingan terpenuhi
Cek terhadap tekuk arah x
69 , 40
75
3052

x
kx
x
r
L

Cek terhadap tekuk arah y


68 , 69
8 , 43
3052

y
ky
y
r
L

x y
>
maka arah y menentukan tekuk, sehingga
1
81 , 0
240
000 . 200
68 , 69
1 1

y
y c
F
E
Karena 0,25 <
c
< 1,2 maka ;
8 , 1
) 81 , 0 ( 67 , 0 6 , 1
43 , 1
67 , 0 6 , 1
43 , 1


06 . 535
8 , 1
240
2 , 40

y
g cr g n
f
A f A N
KN
Sehingga
Rasio kapasitas,
1 1 , 0
9 , 0
65 , 48
<
n
u
N
N

(rasio terpenuhi)
3.6 Analisis Pushover
Untuk melihat batas kekuatan struktur rangka yang dibahas pada tugas
akhir ini dilakukan analisis pushover dengan menaikkan beban gempa secara
bertahap hingga struktur mengalami kegagalan atau mencapai melewati batas
perpindahan maksimal tergantung kepada tipe analisis yang kita pilih. Fasilitas
analisis pushover yang disediakan oleh program SAP2000 merupakan tipe analisis
pushover dengan deformasi terkontrol (displacement control), artinya beban
dorong akan diberikan terus menerus hingga simpangan yang ditargetkan tercapai
atau struktur mengalami kegagalan. Besarnya simpangan maksimal ditentukan
berdasarkan SNI 1729-2002 untuk bangunan dengan ketinggian dibawah 40 meter
simpangan maksimum sebesar 2% dari tinggi total bangunan. Sehingga
simpangan maksimal yang diinput adalah sebesar 0,71 m . Data dan definisi beban
pushover yang diinput kedalam SAP2000 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
= 0,85 (tekan)
= 0,9 (tarik)
1
Gambar 3.7 Definisi Beban Pushover
Analisis pushover akan menghasilkan kurva kapasitas. Yaitu kurva yang
menggambarkan hubungan antara beban lateral dengan perpindahan atau
simpangan. Selain itu analisis pushover juga dapat memperlihatkan skenario
keruntuhan yang akan terjadi. Sehingga dapat dilihat urutan terjadinya sendi
plastis dan frame yang mengalami lelah terlebih dahulu.
3.6.1 Formasi Sendi Plastis
Skenario keruntuhan terlihat saat struktur diberikan beban dorong statis
nonlinier secara terus menerus. Saat struktrur diberikan beban dorong statis pada
suatu ketika akan muncul sendi plastis yang diwakili bulatan-bulatan berwarna
pada frame sebagai tanda kelelehan struktur sedang terjadi. Bulatan-bulatan ini
mewakili terjadinya sendi plastis pada frame. Seiring meningkatnya beban dorong
maka semakin banyak pula sendi plastis yang terbentuk. Urutan terjadinya sendi
plastis digambarkan pada tiap tahap dalam bentuk lingkaran kecil dengan
beberapa warna. Setiap warna yang ditampilkan memiliki arti tersendiri. Gambar
dibawah memperlihatkan perilaku terjadinya sendi plastis.
1
Gambar 3.8 Urutan sendi plastis
Titik A ke B menunjukkan sendi masih dalam keadaan elastis. Kemudian
pelelehan pertama muncul saat pembebanan mencapai titik B. Titik B menuju titik
C inilah yang disebut sendi dalam keadaan plastis. Sendi plastis diwakili lagi
kedalam tiga kondisi yaitu :
IO (Immediate Occupancy) artinya segera dapat dipakai
LS (Life Safety) artinya keselamatan penghuni masih terjamin atau aman
CP (Collapse Prevention) artinya masih terhindar dari keruntuhan atau
keruntuhan masih dapat dicegah
Gambar dibawah ini merupakan penjelasan terhadap warna-warna yang
tampil sebagai sendi plastis pada SAP2000.
Gambar 3.9 Arti warna sendi plastis pada SAP2000
Formasi sendi plastis yang ditampilkan pada laporan tugas akhir ini adalah
formasi sendi plastis pada saat kelelehan pertama, saat simpangan maksimum
tercapai dan pada saat struktur runtuh. Formasi sendi plastis umumnya terjadi
pada setiap as struktur yang sejajar dengan arah beban dorong. Pada gambar
dibawah ini ditampilkan salah satu formasi sendi plastis sebagai perwakilan
sedangkan untuk melihat formasi sendi plastis pada seluruh as atau portal dapat
dilihat pada lampiran.
1
Gambar 3.10 Formasi Sendi Plastis
3.6.2 Simpangan Kumulatif Struktur (Structure Displacement)
Simpangan struktur didapat dari hasil analisis SAP2000. Simpangan yang
akan dibahas pada tugas akhir ini adalah simpangan yang terjadi pada saat gempa
rencana, simpangan pada saat kelelehan pertama terjadi dan simpangan
maksimum yang diijinkan. Simpangan-simpangan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 3.10 hingga Tabel 3.13 dibawah ini.
1
Tabel 3.37 Simpangan akibat gempa rencana
Tingka
t
Perencanaan Berdasarkan Kebutuhan
Struktur
Perencanaan Berdasarkan Keperluan
Penelitian (cm)
USF
BSF
Eksterior
Tengah
BSF
Eksterio
r Sudut
BSF
Interio
r
USF
BSF
Eksterio
r
Tengah
BSF
Eksterio
r Sudut
BSF
Interio
r
1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2 0,48 0,41 0,4 0,29 0,52 0,32 0,35 0,24
3 1,18 0,92 1,19 0,73 1,36 0,78 0,85 0,57
4 1,99 1,39 2,09 1,20 2,13 1,31 1,43 0,92
5 2,76 1,78 2,95 1,61 2,95 1,78 1,95 1,23
6 3,44 2,13 3,72 1,95 3,67 2,16 2,37 1,48
7 4,05 2,41 4,33 2,22 4,32 2,46 2,75 1,69
8 4,60 2,68 4,81 2,46 4,91 2,79 3,09 1,92
9 5,05 2,93 5,13 2,63 5,39 3,04 3,38 2,12
10 5,54 3,24 5,39 2,77 5,92 3,31 3,69 2,34
Atap 5,95 3,46 5,54 2,86 6,36 3,53 3,94 2,48
Simpangan akibat gempa rencana yang diperlihatkan tabel diatas
merupakan simpangan yang didapat dari hasil analisis pushover yang dilakukan
pada SAP2000, bukan simpangan yang terjadi akibat berbagai kombinasi beban
seperti yang dilakukan pada perencanaan.
Tabel 3.38 Simpangan saat leleh pertama
Tingkat
Perencanaan Berdasarkan Kebutuhan
Struktur
Perencanaan Berdasarkan Keperluan
Penelitian (cm)
USF
BSF
Eksterior
Tengah
BSF
Eksterio
r Sudut
BSF
Interior
USF
BSF
Eksterio
r Tengah
BSF
Eksterio
r Sudut
BSF
Interior
1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2 3,19 1,66 1,08 1,74 3,19 3,00 2,66 1,29
3 7,74 3,74 2,87 4,18 7,74 7,26 6,47 3,04
4 13,13 5,67 5,05 6,92 13,13 12,25 10,9 4,94
5 18,21 7,24 7,12 9,24 18,21 16,64 14,82 6,56
6 22,66 8,66 8,97 11,21 22,66 20,21 18,06 7,93
7 26,66 9,83 10,44 12,78 26,66 23,24 20,89 9,06
8 30,30 10,92 11,6 14,10 30,30 26,07 23,48 10,25
9 33,23 11,90 12,37 15,14 33,23 28,37 25,64 11,34
10 36,55 13,17 12,99 15,96 36,55 30,96 28,08 12,52
Atap 39,36 14,17 13,41 16,59 39,36 32,95 29,93 13,39
Tabel 3.39 Simpangan maksimal
1
Tingkat
Perencanaan Berdasarkan Kebutuhan
Struktur
Perencanaan Berdasarkan Keperluan
Penelitian (cm)
USF
BSF
Eksterior
Tengah
BSF
Eksterio
r Sudut
BSF
Interior
USF
BSF
Eksterio
r Tengah
BSF
Eksterio
r Sudut
BSF
Interior
1 0,00 0,00 0 0,00 0 0 0 0
2 5,69 12,24 5,41 7,89 3,19 3,00 2,66 1,29
3 14,93 26,08 15,08 19,55 4,55 4,26 3,81 1,75
4 26,53 38,70 27,58 32,62 5,39 4,99 4,43 1,90
5 37,47 47,72 40,03 44,02 5,08 4,39 3,92 1,62
6 46,14 53,60 50,57 52,78 4,45 3,57 3,24 1,37
7 52,74 57,39 58,03 58,71 4,00 3,03 2,83 1,13
8 58,07 60,80 63,21 63,09 3,64 2,83 2,59 1,19
9 62,24 63,74 66,48 66,43 2,93 2,30 2,16 1,09
10 66,96 67,78 69,13 69,00 3,32 2,59 2,44 1,18
Atap 70,97 70,97 70,98 70,97 2,81 1,99 1,85 0,87
3.6.3 Simpangan Antar Tingkat (Inter-strory Displacement)
Simpangan antar tingkat (inter-story drift) juga dicantumkan berdasarkan
analisis pushover dari SAP2000. Simpangan antar tingkat yang akan dibahas di
tugas akhir ini adalah simpangan yang terjadi pada saat gempa rencana,
simpangan pada saat kelelehan pertama terjadi dan simpangan maksimum yang
diijinkan. Simpangan-simpangan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 3.40 Simpangan antar tingkat akibat gempa rencana
Tingkat
Perencanaan Berdasarkan Kebutuhan
Struktur
Perencanaan Berdasarkan Keperluan
Penelitian (cm)
USF
BSF
Eksterior
Tengah
BSF
Eksterio
r Sudut
BSF
Interior
USF
BSF
Eksterio
r Tengah
BSF
Eksterio
r Sudut
BSF
Interior
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0,48 0,41 0,40 0,29 0,52 0,32 0,35 0,24
3 0,70 0,51 0,79 0,44 0,84 0,46 0,50 0,33
4 0,81 0,47 0,90 0,47 0,77 0,53 0,58 0,35
5 0,77 0,39 0,86 0,41 0,82 0,47 0,52 0,31
6 0,68 0,35 0,77 0,34 0,72 0,38 0,42 0,25
7 0,61 0,28 0,61 0,27 0,65 0,30 0,38 0,21
8 0,55 0,27 0,48 0,24 0,59 0,33 0,34 0,23
9 0,45 0,25 0,32 0,17 0,48 0,25 0,29 0,20
10 0,49 0,31 0,26 0,14 0,53 0,27 0,31 0,22
Atap 0,41 0,22 0,15 0,09 0,44 0,22 0,25 0,14
Sama seperti simpangan kumulatif, Simpangan antar tingkat akibat gempa
rencana yang diperlihatkan tabel diatas merupakan simpangan yang didapat dari
1
hasil analisis pushover yang dilakukan pada SAP2000, bukan simpangan yang
terjadi akibat berbagai kombinasi beban seperti yang dilakukan pada perencanaan.
Tabel 3.41 Simpangan antar tingkat saat leleh pertama
Tingkat
Perencanaan Berdasarkan Kebutuhan
Struktur
Perencanaan Berdasarkan Keperluan
Penelitian (cm)
USF
BSF
Eksterior
Tengah
BSF
Eksterio
r Sudut
BSF
Interior
USF
BSF
Eksterio
r Tengah
BSF
Eksterio
r Sudut
BSF
Interior
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 3,19 1,66 1,08 1,74 3,19 3,00 2,66 1,29
3 4,55 2,08 1,79 2,44 4,55 4,26 3,81 1,75
4 5,39 1,93 2,18 2,74 5,39 4,99 4,43 1,90
5 5,08 1,57 2,07 2,32 5,08 4,39 3,92 1,62
6 4,45 1,42 1,85 1,97 4,45 3,57 3,24 1,37
7 4,00 1,17 1,47 1,57 4,00 3,03 2,83 1,13
8 3,64 1,09 1,16 1,32 3,64 2,83 2,59 1,19
9 2,93 0,98 0,77 1,04 2,93 2,30 2,16 1,09
10 3,32 1,27 0,62 0,82 3,32 2,59 2,44 1,18
Atap 2,81 1,00 0,42 0,63 2,81 1,99 1,85 0,87
Tabel 3.42 Simpangan antar tingkat maksimal.
Tingkat
Perencanaan Berdasarkan Kebutuhan
Struktur
Perencanaan Berdasarkan Keperluan
Penelitian (cm)
USF
BSF
Eksterior
Tengah
BSF
Eksterio
r Sudut
BSF
Interior
USF
BSF
Eksterio
r Tengah
BSF
Eksterio
r Sudut
BSF
Interior
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 5,69 12,24 5,41 7,89 5,69 7,63 7,41 9,04
3 9,24 13,84 9,67 11,66 9,24 10,81 10,57 11,85
4 11,60 12,62 12,50 13,07 11,60 12,39 12,14 12,71
5 10,94 9,02 12,45 11,40 10,94 10,39 10,29 10,07
6 8,67 5,88 10,54 8,76 8,67 7,43 7,47 6,94
7 6,60 3,79 7,46 5,93 6,60 5,42 5,71 4,87
8 5,33 3,41 5,18 4,38 5,33 4,86 4,94 4,44
9 4,17 2,94 3,27 3,34 4,17 4,00 4,13 3,82
10 4,72 4,04 2,65 2,57 4,72 4,53 4,70 4,13
Atap 4,01 3,19 1,85 1,97 4,01 3,51 3,61 3,10
3.6.4 Parameter Gempa Aktual
2
Parameter-parameter perencanaan yang ditentukan pada saat perencanaan,
merupakan parameter-parameter yang tidak akan sama hasilnya dengan keadaan
sebenarnya. Hal ini dikarenakan akibat variasi perencanaan elemen-elemen
struktur tersebut. Pada saat struktur menerima beban hingga mencapai kondisi
leleh ataupun struktur telah mencapai simpangan maksimumnya, sendi plastis
tidak akan terjadi bersamaan pada seluruh bagian struktur. Tetapi akan ada bagian
yang lebih dahulu mengalami plastis, sehingga mempengaruhi besarnya
parameter-parameter yang direncanakan tadi.
Untuk mendapatkan parameter yang sebenarnya (aktual) dapat dilakukan
dengan cara menganalisis dan melakukan perhitungan berdasarkan kurva
kapasitas yang dihasilkan oleh analisis pushover. Kurva kapasitas untuk seluruh
model pada tugas akhir ini, dapat dilihat dibawah.
Tabel 3.43 Gaya geser dasar dan perpindahan USF
Perencanaan Berdasarkan Kebutuhan Gaya-
gaya Dalam
Vn (kg) 136.325,81 n (cm) 5,95
Vy (kg) 728.135,60 y (cm) 39,36
Vm (kg) 1.051.525,40 m (cm) 71,00
Perencanaan Berdasarkan Keperluan
Penelitian
Vn (kg) 137.018,55 n (cm) 6,36
Vy (kg) 753.220,30 y (cm) 39,57
Vm (kg) 1.081.355,90 m (cm) 71,00
Tabel 3.44 Gaya geser dasar dan perpindahan BSF pada eksterior tengah
Perencanaan Berdasarkan Kebutuhan Gaya-
gaya Dalam
1
Vn (kg) 127.318,08 n (cm) 3,46
Vy (kg) 443.220,30 y (cm) 14,17
Vm (kg) 1.708.474,60 m (cm) 71,00
Perencanaan Berdasarkan Keperluan
Penelitian
Vn (kg) 128.203,12 n (cm) 3,50
Vy (kg) 1.074.576,30 y (cm) 32,95
Vm (kg) 1.980.678,00 m (cm) 71,00
Tabel 3.44 Gaya geser dasar dan perpindahan BSF pada eksterior sudut
Perencanaan Berdasarkan Kebutuhan Gaya-
gaya Dalam
Vn (kg) 126.916,61 n (cm) 5,54
Vy (kg) 317.966,10 y (cm) 13,41
Vm (kg) 1.357.288,10 m (cm) 71,00
Perencanaan Berdasarkan Keperluan
Penelitian
Vn (kg) 128.203,12 n (cm) 3,94
Vy (kg) 1.025.084,80 y (cm) 29,93
Vm (kg) 2.050.169,50 m (cm) 71,00
Tabel 3.45 Gaya geser dasar dan perpindahan BSF pada interior
Perencanaan Berdasarkan Kebutuhan Gaya-
gaya Dalam
V
n
(kg) 162.840,72 n (cm) 2,86
V
y
(kg) 705.084,80 y (cm) 16,59
V
m
(kg)
1.905.084,80 m (cm) 71,00
Perencanaan Berdasarkan Keperluan
Penelitian
V
n
(kg) 186.786,43 n (cm) 2,48
V
y
(kg) 732.067,90 y (cm) 13,39
V
m
(kg)
2.318.983,00 m (cm) 70,97
Data-data diatas didapat dari hasil pencatatan grafik analisis pushover
yang diberikan oleh profram SAP2000. Vn adalah gaya geser dasar rencana atau
beban gempa rencana dan
n
adalah simpangan. Saat beban dorong diberikan terus
menerus pada struktur maka suatu ketika terjjadi sendi plastis untuk yang pertama
kali pada salah satu atau beberapa elemen. Pada saat ini kemudian dicatat besar
simpangannya (
y
) dan gaya geser dasarnya (V
y
). Kemudian beban ditambah terus
2
hingga tercapai simpangan maksimum izinnya atau terjadi keruntuhan yang
ditandai dengan turun drastisnya garis grafik pada SAP2000. Untuk semua
struktur yang diuji pada tugas akhir ini, struktur tidak mencapai keruntuhan.
Namun analisis pushover terhenti dikarenakan simpangan struktur telah mencapai
simpangan maksimumnya. Simpangan yang diukur pada data diatas merupakan
simpangan total (kumulatif) yang terjadi pada atap (roof displacement).
Berdasarkan data yang dihasilkan dari analisa statik non linier, dilakukan
pengolahan data untuk menentukan parameter-parameter aktual lainnya. Sebagai
contoh perhitungan diambil struktur USF perencanaan berdasarkan kebutuhan.
Untuk hasil perhitungan lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.19 hingga Tabel 3.21.
a. Gaya geser
- Gaya geser normal
81 , 325 . 136
n
V
Kg
- Gaya geser leleh
60 , 135 . 728
y
V
Kg
- Gaya geser maksimum
40 , 525 . 051 . 1
m
V
Kg
b. Perpindahan normal
95 , 5
n

Cm
c. Perpindahan saat leleh
36 , 39
y

Cm
d. Perpindahan maksimal
00 , 71
m

Cm
e. Daktilitas
3
80 , 1
36 , 39
00 , 71

y
m

f. Faktor kuat cadang bahan


53 , 6
81 , 325 . 136
6 , 135 . 728
1

n
y
V
V
f
>>> digunakan f
1
= 1,6 (SNI 1729-2002)
g. Faktor kuat cadang bahan
44 , 1
24 , 135 . 728
4 , 525 . 051 . 1
2

y
m
V
V
f
h. Faktor kuat cadang struktur
31 , 2 44 , 1 6 , 1
2 1
x f f f
i. Faktor modifikasi respon gempa
88 , 2 6 , 1 8 , 1
1
x f R
1
Tabel 3.46 Parameter gempa aktual non linier
Perencanaan Berdasarkan Kebutuhan Gaya-gaya Dalam
Parameter Aktual Non-linier
USF BSF Eksterior Tengah BSF Eksterior Sudut BSF Interior
Vn = 136.325,81 Kg Vn = 127.318,08 Kg Vn = 126.916,61 Kg Vn = 162.840,72 Kg
Vy = 728.135,60 Kg Vy = 443.220,30 Kg Vy = 317.966,10 Kg Vy = 705.084,80 Kg
Vm = 1.051.525,40 Kg Vm = 1.708.474,60 Kg Vm = 1.357.288,10 Kg Vm = 1.905.084,80 Kg
n = 5,95 Cm n = 3,46 Cm n = 5,54 Cm n = 2,86 Cm
y = 39,36 Cm y = 14,17 Cm y = 13,41 Cm y = 16,59 Cm
m = 70,97 Cm m = 70,97 Cm m = 70,97 Cm m = 70,97 Cm
Ve = 1.312.901,00 Kg Ve = 2.219.854,95 Kg Ve = 1.682.778,08 Kg Ve = 3.016.266,92 Kg
= 1,80
tex
t
= 5,01
tex
t
= 5,29
tex
t
= 4,28
tex
t
f1 = 1,60
tex
t
f1 = 1,60
tex
t
f1 = 1,60
tex
t
f1 = 1,60
tex
t
f2 = 1,44
tex
t
f2 = 3,85
tex
t
f2 = 4,27
tex
t
f2 = 2,70
tex
t
f = 2,31
tex
t
f = 6,17
tex
t
f = 6,83
tex
t
f = 4,32
tex
t
R = 2,88
tex
t
R = 8,01
tex
t
R = 8,47
tex
t
R = 6,84
tex
t
Perencanaan Berdasarkan Keperluan Penelitian
Parameter Aktual Non-linier
USF BSF Eksterior Tengah BSF Eksterior Sudut BSF Interior
Vn = 137.018,55 Kg Vn = 128.203,12 Kg Vn = 128.203,12 Kg Vn = 186.786,43 Kg
Vy = 753.220,30 Kg Vy = 1.074.576,30 Kg Vy = 1.025.084,80 Kg Vy = 732.067,90 Kg
Vm = 1.081.355,90 Kg Vm = 1.980.678,00 Kg Vm = 2.050.169,50 Kg Vm = 2.318.983,00 Kg
n = 6,36 Cm n = 3,50 Cm n = 3,94 Cm n = 2,48 Cm
y = 39,57 Cm y = 32,95 Cm y = 29,93 Cm y = 13,39 Cm
1
m = 70,97 Cm m = 70,97 Cm m = 70,97 Cm m = 70,97 Cm
Ve = 1.350.923,55 Kg Ve = 2.314.497,12 Kg Ve = 2.430.680,53 Kg Ve = 3.880.123,89 Kg
= 1,79
tex
t
= 2,15
tex
t
= 2,37
tex
t
= 5,30
tex
t
f1 = 1,60
tex
t
f1 = 1,60
tex
t
f1 = 1,60
tex
t
f1 = 1,60
tex
t
f2 = 1,44
tex
t
f2 = 1,84
tex
t
f2 = 2,00
tex
t
f2 = 3,17
tex
t
f = 2,30
tex
t
f = 2,95
tex
t
f = 3,20
tex
t
f = 5,07
tex
t
R = 2,87
tex
t
R = 3,45
tex
t
R = 3,79
tex
t
R = 8,48
tex
t
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kapasitas Struktur
Kapasitas struktur atau kemampu layanan struktur digambarkan kedalam
kurva kapasitas hasil analisis beban dorong statis non-linier (pushover). Kurva
kapasitas menunjukkan hubungan antara gaya gempa dasar dengan simpangan
yang terjadi. Gaya gempa diberikan kepada struktur secara statis terus menerus
hingga struktur runtuh atau mencapai simpangan maksimal yang diizinkan.
Simpangan yang dicatat adalah simpangan pada puncak struktur (roof
displacement). Kurva kapasitas gabungan dapat melihat perbandingan gaya gempa
dan simpangan yang mampu dicapai oleh seluruh struktur dalam tugas akhir ini.
Gambar 4.1 Kurva kapasitas USF
Gambar 4.2 Kurva kapasitas BSF pada Eksterior Tengah
n y m
Vn
Vy
Vm
n y m
Vn
Vy
Vm
n y m
Vn
Vy
Vm
n y m
Vn
Vy
Vm
1
Gambar 4.3 Kurva kapasitas BSF pada Eksterior Sudut
Gambar 4.4 Kurva kapasitas BSF pada Interior
Gambar 4.5 Kurva kapasitas gabungan struktur yang direncanakan berdasarkan
kebutuhan gaya-gaya dalam
Tabel 4.1 Rekapitulasi gaya gempa dan simpangan struktur yang direncanakan
berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalam
Parameter
Gaya gempa dan simpangan Rasio terhadap USF
USF
BSF
Eksterior
Tengah
BSF
Eksterior
Sudut
BSF Interior USF
BSF
Eksterior
Tengah
BSF
Eksterior
Sudut
BSF
Interior
Vn (kg) 136.325,81 127.318,08 126.916,61 162.840,72 1,00 0,93 0,93 1,19
Vy (kg) 728.135,60 443.220,30 317.966,10 705.084,80 1,00 0,61 0,44 0,97
Vm (kg) 1.051.525,40
1.708.474,6
0
1.357.288,10
1.905.084,8
0
1,00 1,62 1,29 1,81
n (cm) 5,95 3,46 5,54 2,86 1,00 0,58 0,93 0,48
y (cm) 39,36 14,17 13,41 16,59 1,00 0,36 0,34 0,42
m (cm) 71,00 71,00 71,00 71,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Kurva kapasitas dan tabel rekapitulasi diatas menunjukkan besar gaya
gempa dan simpangan struktur pada saat gempa rencana, leleh dan mencapai
simpangan maksimum. Pada kolom sebelah kanan tabel memperlihatkan rasio
nilai-nilai gaya gempa dan simpangan terhadap nilai-nilai gaya dan simpangan
struktur tanpa bresing (USF).
Gambar 4.6 Kurva kapasitas gabungan struktur yang direncanakan berdasarkan
keperluan penelitian
Tabel 4.2 Rekapitulasi gaya gempa dan simpangan struktur yang direncanakan
berdasarkan keperluan penelitian
Parameter Gaya gempa dan simpangan Rasio terhadap USF
n y m
Vn
Vy
Vm
n y m
Vn
Vy
Vm
n y m
Vn
Vy
Vm
n y m
Vn
Vy
Vm
1
USF
BSF
Eksterior
Tengah
BSF
Eksterior
Sudut
BSF Interior USF
BSF
Eksterior
Tengah
BSF
Eksterior
Sudut
BSF
Interior
Vn (kg) 137.018,55 128.203,12 128.203,12 186.786,43 1,00 0,94 0,94 1,36
Vy (kg) 753.220,30
1.074.576,3
0
1.025.084,80 732.067,90 1,00 1,43 1,36 0,97
Vm (kg) 1.081.355,90
1.980.678,0
0
2.050.169,50
2.318.983,0
0
1,00 1,83 1,90 2,14
n (cm) 6,36 3,50 3,94 2,48 1,00 0,55 0,62 0,39
y (cm) 39,57 32,95 29,93 13,39 1,00 0,83 0,76 0,34
m (cm) 71,00 71,00 71,00 71,00 1,00 1,00 1,00 1,00
4.1.1 Gaya Gempa Nominal Rencana (V
n
) dan Simpangan (
n
)
Nilai gempa nominal rencana didapat pada saat perencanaan awal.
Kemudian dicatat simpangannya pada saat struktur menerima beban dorong statik
non-linier (pushover). Perbandingan nilai gempa nominal rencana beserta
simpangannya untuk ketiga model struktur dapat dilihat pada diagram dibawah
ini.

Gambar 4.7 Diagram gempa nominal rencana dan simpangan struktur yang
direncanakan berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalam
Pada saat perencanaan dari awal, besar gaya gempa nominal rencana (V
n
)
hampir sama. Walaupun gaya gempa rencana (V
n
) struktur dengan bresing interior
(BSF Interior) lebih besar dari pada struktur lainnya yaitu sebesar 162.840,72 kg.
Hal ini dikarenakan gaya gempa nominal rencana ditentukan berdasarkan nilai
pebandingan percepatan puncak batuan dasar (C) dengan faktor keutamaan (f)
yang dibagi dengan nilai faktor reduksi gempa (R) dikalikan berat bangunan.
Dengan R=4,5 untuk struktur USF dan R=6,4 untuk struktur BSF membuat nilai
gaya gempa nominal rencana USF menjadi lebih besar, sedangkan gaya gempa
nominal (V
n
) rencana untuk BSF hanya mencapai kira-kira 90% dari gaya gempa
nominal rencana (V
n
) USF. Yaitu sebesar 127.318,08 kg untuk BSF eksterior
tengah, 126.916,61 kg untuk BSF eksterior sudut dan 136.325,81 kg untuk USF.
Simpangan yang dihasilkan pada saat gempa nominal rencana (
n
) akibat
beban dorong statis non-linier (pushover) antara keempat model struktrur cukup
2
jauh walaupun dengan besar gempa rencana yang hampir sama. Simpangan
terbesar dialami oleh struktur tanpa bresing (USF) yaitu sebesar 5,95 cm
kemudian diikuti oleh struktur dengan bresing eksterior sudut (BSF eksterior
sudut) sebesar 5,54 cm kemudian struktur dengan bresing eksterior tengah (BSF
eksterior tengah) sebesar 3,46 cm dan struktur dengan bresing interior (BSF
interior) sebesar 2,86 cm. Menurut besar rasio terhadap simpangan struktur tanpa
bresing, simpangan struktur dengan bresing memiliki simpangan sekitar 50-60%
dari simpangan struktur tanpa bresing. Hal ini membuktikan penggunaan bresing
dapat mengurangi besar deformasi struktur. Sedangkan jika dibandingkan
simpangan antara struktur bresing pada eksterior tengah dengan struktur bresing
pada interior tidak memiliki nilai yang terpaut jauh. Struktur bresing pada interior
mengalami deformasi 10% lebih kecil daripada struktur bresing pada interior.
Untuk simpangan struktur dengan bresing pada eksterior sudut memiliki nominal
yang hampir sama besar dengan struktur tanpa bresing. Hal ini dikarenakan
perencanaan dimensi pada struktur dengan bresing eksterior sudut kurang bagus.
Pembahasan diatas merupakan pembahasan hasil kurva kapasitas untuk
struktur yang direncanakan berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalam struktur itu
sendiri. Yaitu perencanaan dimana dimensi yang digunakan merupakan dimensi
yang diusahakan sebisanya menghasilkan rasio tegangan kecil dari 1,0 pada
elemen yang mengalami gaya dalam paling besar dan kebutuhan lainnya. Pada
perencanaan berdasarkan kebutuhan gaya-gaya dalam ini hasil yang didapat bisa
saja dikarenakan variasi dimensi dari keempat struktur tersebut. Sehingga perlu
analisis yang sama dengan menghilangkan variasi tersebut atau dengan dimensi
pada tiap elemen keempat struktur sama.
Gambar 4.8 Diagram gempa nominal rencana dan simpangan struktur yang
direncanakan berdasarkan keperluan penelitian
Untuk struktur yang direncanakan berdasarkan keperluan penelitian
dimana dimensi tiap section sama, gaya gempa nominal rencana (V
n
) untuk tiap
struktur cenderung sama besar. Terlihat pada Gambar 4.8 diatas dan Tabel 4.2,
besar gaya gempa rencana nominal (V
n
) hampir sama. Sedangkan untuk
3
simpangan (
n
) memperlihatkan kecenderungan dengan perbedaan yang cukup
signifikan. Simpangan struktur tanpa menggunakan bresing (USF) mengalami
simpangan hingga 6,36 cm pada gempa rencana. Disusul oleh struktur dengan
bresing pada eksterior (BSF eksterior) sudut dengan simpangan sebesar 3,94 cm
atau sekitar 62% simpangan struktur tanpa bresing. Kemudian diikuti simpangan
struktur dengan bresing eksterior tengah dengan simpangan sebesar 3,5 cm atau
sekitar 55% simpangan tanpa bresing. Untuk struktur dengan bresing pada interior
(BSF interior) mengalami deformasi yang paling kecil. Yaitu sebesar 2,48 cm atau
sekitar 40% simpangan struktur tanpa bresing. Dari hasil ini dapat disimpulkan,
penggunanan bresing dengan tetap mempertahankan dimensi sebelum dan
sesudah pemasangan bresing (dimensi tiap section sama) dapat mengurangi besar
deformasi struktur sekitar 60% hingga 45%, dan pemasangan bresing pada interior
struktur dapat memberikan deformasi yang paling kecil.
4.1.2 Gaya Geser Dasar Kondisi Leleh (V
y
) dan Simpangan Saat Leleh
Pertama (
y
)
Gaya gempa leleh (V
y
) merupakan besar gaya dasar yang didapat saat
struktur mengalami kelelehan pertama pada saat menerima beban dorong statik
non-linier (pushover). Kelelehan ditandai dengan terjadinya sendi plastis pada
sebuah atau beberapa elemen struktrur, baik itu balok, kolom maupun bresing.
Struktur yang menerima beban melebihi gaya gempa leleh (V
y
) akan terdeformasi
secara plastis. Untuk nilai gaya gempa leleh dan simpangan struktur yang
direncanakan berdasarkan kebutuhannya, dapat dilihat pada kurva kapasitas
(Gambar 4.5) dan Tabel 4.1. Sedangkan untuk melihat perbandingan diantara
keempat tipe struktur dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.9 Diagram gaya geser dasar saat leleh dan simpangan leleh struktur
yang direncanakan berdasarkan kebutuhan
Diagram diatas memperlihatkan untuk gaya geser dasar (V
y
) pada saat
struktur mengalami kelelehan pertama, dengan variasi dimensi berdasarkan
perencanaan berdasarkan kebutuhan menunjukkan kecenderungan yang tidak
wajar. Yaitu gaya geser dasar saat leleh (V
y
) struktur dengan bresing pada
4
eksterior (BSF eksterior) hanya sebesar 443.220,3 kg untuk posisi tengah dan
317.966,10 kg untuk posisi sudut. Hal ini memperlihatkan ada batang atau elemen
dari struktur dengan bresing eksterior (BSF eksterior) yang mengalami kelelehan
terlalu cepat diakibatkan variasi perencanaan dimensi yang tidak sama dengan
struktur lainnya. Sehingga gaya geser dasar leleh (V
y
) struktur tersebut menjadi
rendah. Sedangkan gaya geser dasar (V
y
) untuk struktur dengan bresing pada
interior dengan nilai 705.084,40 kg berada sedikit lebih rendah dari gaya geser
dasar leleh (V
y
) struktur tanpa bresing (USF) dengan nilai 753.220,30 kg. Hasil ini
perlu di cross check dengan perencanaan struktur berdasarkan keperluan
penelitian dimana dimensi yang digunakan untuk tiap section struktur adalah
sama.
Simpangan pada saat kelelehan pertama (
y
) menunjukkan struktur tanpa
bresing (USF) memiliki deformasi yang paling besar yaitu sebesar 39,36 cm
berbeda jauh dengan struktur dengan bresing (BSF) yang hanya sebesar 14,17 cm
untuk bresing pada eksterior tengah, 13,41 cm untuk bresing eksterior sudut dan
16,59 cm untuk bresing pada interior. Hal ini menunjukkan struktur dengan
bresing pada eksterior (BSF eksterior) memang mengalami kelelehan yang
mendadak pada satu atau beberapa batang yang didesain paling lemah diantara
batang lainnya, karena struktur tersebut mengalami deformasi yang hampir sama
besar dengan deformasi struktur dengan bresing pada interior (BSF interior)
namun dengan gaya geser dasar leleh yang jauh lebih kecil.
Gambar 4.10 Diagram gaya geser dasar saat leleh dan simpangan leleh struktur
yang direncanakan berdasarkan keperluan penelitian
Gambar 4.10 diatas menunjukkan gaya geser leleh (V
y
) dan simpangan
leleh (
y
) struktur yang direncanakan dengan dimensi yang sama untuk elemen
keempat model struktur. Perbedaan terletak berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu
pada penggunaan bresing dan posisinya.
Struktur bresing pada eksterior (BSF eksterior) yang tadinya memiliki
gaya geser dasar leleh (V
y
) paling kecil pada perencanaan pertama, sekarang
tampil dengan gaya geser dasar leleh (V
y
) yang paling besar yaitu dengan nilai
5
1.074.576,3 kg untuk ektserior tengah dan 1.025.084,80 kg untuk eksterior sudut.
Sedangkan untuk struktur tanpa bresing (USF) dan struktur dengan bresing pada
interior (BSF interior) memiliki gaya geser dasar leleh yang relatif sama besar
yaitu 753.220, 3 kg dan 732.067,9 kg. Hal ini mengindikasikan struktur dengan
bresing pada interior (BSF interior) mengalami leleh paling cepat diantara ketiga
struktur lainnya.
Untuk simpangan pada saat leleh, struktur tanpa bresing (USF) memiliki
nilai yang paling besar yaitu 39,57 cm. Untuk struktur dengan bresing, posisi
bresing pada eksterior mencapai simpangan yang lebih besar dari pada posisi
bresing pada interior. Perbedaan diantara cukup besar yaitu 32,95 cm untuk posisi
bresing eksterior tengah, 29,93 cm untuk posisi bresing eksterior sudut dan hanya
13,39 untuk posisi bresing interior. Simpangan struktur dengan posisi bresing
pada eksterior lebih dua kali lipat simpangan struktur dengan posisi bresing pada
interior.
Walaupun gaya geser dasar leleh (V
y
) struktur dengan bresing pada
eksterior lebih besar dari pada gaya geser dasar leleh (V
y
) struktur dengan bresing
pada interior, namun simpangan struktur bresing pada eksterior lebih dekat
menuju simpangan maksimal izin yaitu 71 cm. Sedangkan simpangan pada
kondisi leleh struktur bresing pada interior masih cukup jauh untuk mencapai
simpangan izin maksimum. Hal ini menunjukkan untuk mencapai kondisi leleh
pertama, struktur dengan bresing pada eksterior butuh gaya gempa yang lebih
besar dari pada struktur dengan bresing pada interior. Namun pada saat kondisi
leleh itu terjadi struktur dengan posisi bresing pada interior masih memiliki
cadangan kekuatan yang lebih besar dari pada struktur dengan posisi bresing
eksterior.
4.1.3 Gaya Geser Dasar Maksimum (V
m
) dan Simpangan Maksimum (
m
)
Analisa beban dorong statik non-linier yang digunakan pada tugas akhir
ini merupakan analisa yang dilakukan pembebanan dorong secara terus menerus
pada struktur hingga struktur mencapai simpangan maksimum yang sudah
ditentukan atau runtuh sebelum mencapai simpangan tersebut (controll
displacement). Untuk struktur yang dimodelkan pada tugas akhir ini, seluruh
6
struktur telah mencapai simpangan maksimum yang diizinkan yaitu sebesar 71 cm
sebelum struktur mencapai kondisi keruntuhan total (ultimate). Walaupun struktur
belum mengalami keruntuhan total, namun SNI-1726-2002 membatasi simpangan
tersebut sebagai indikator masih terselamatkannya penghuni, kenyamanan dan
terhindar dari kemungkinan keruntuhan total. Sehingga pada saat simpangan
mencapai simpangan izin maka simpangan tersebut dicatat sebagai simpangan
maksimum (
m
) dan gaya geser dasar yang diterima sebagai gaya geser dasar
maksimal (V
m
).
Gambar 4.11 Diagram gaya geser dasar maksimum dan simpangan maksimum
struktur yang direncanakan berdasarkan kebutuhan
Gambar 4.12 Diagram gaya geser dasar maksimum dan simpangan maksimum
struktur yang direncanakan berdasarkan keperluan penelitian
Gambar 4.11 dan 4.12 menunjukkan kecenderungan yang sama antara
struktur yang direncanakan berdasarkan kebutuhannya dan struktur yang
direncanakan dengan dimensi yang sama pada section antar tipe struktur. Struktur
tanpa bresing mencapai simpangan maksimalnya dengan gaya geser dasar sebesar
1.051.525,4 kg dan 1.081.355,9 kg untuk setiap perencanaan. Struktur dengan
posisi bresing pada interior mampu menerima gaya geser dasar paling besar
diantara struktur lainnya. Struktur ini mampu menahan gaya geser dasar mencapai
hingga dua kali lipat atau 200% dari gaya geser dasar struktur tanpa bresing
sebelum mencapai simpangan maksimal izin. Sedangkan struktur dengan bresing
pada eksterior mampu menahan gaya geser sedikit lebih kecil yaitu sekitar 160-
180% dari gaya geser dasar struktur tanpa bresing.
Hal diatas menunjukkan, struktur dengan bresing pada interior lebih kaku
dari pada struktur dengan posisi bresing pada eksterior.
4.2 Daktilitas Struktur dan Taraf Kinerja Struktur
Daktilitas struktur adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk
mengalami simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-
1
balik akibat beban gempa di atas beban gempa yang menyebabkan terjadinya
pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup,
sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam
kondisi di ambang keruntuhan. Pada struktur, daktilitas ini diwakili dengan faktor
daktilitas (). Semakin besar faktor daktilitas struktur, maka semakin daktail pula
struktur tersebut.
Faktor daktilitas dan faktor reduksi gempa dijadikan sebagai parameter
penentu taraf kinerja struktur gedung (SNI-1726-2002). Taraf kinerja ini terbagi
kedalam tiga kategori yaitu elastis, daktail parsial dan daktail penuh. Indikator
taraf kinerja tersebut diperlihatkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.3 Parameter daktilitas struktur gedung
Taraf Kinerja
Struktur
Faktor Daktilitas () Faktor Reduksi Gempa (R)
Elastik Penuh 1,0 1,6
Daktail Parsial 1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
2,4
3,2
4,0
4,8
5,6
6,4
7,2
8,0
Daktail Penuh 5,3 8,5
Hasil analisis pushover yang telah dilakukan pada tugas akhir ini, mampu
memberikan parameter gempa aktual setelah dilakukan beberapa perhitungan.
Dari perhitungan yang telah dilakukan bab 3, didapat faktor daktilitas struktur dan
faktor reduksi gempa sebagai berikut :
Tabel 4.4 Rekapitulasi faktor daktilitas dan faktor reduksi gempa
Perencanaan Berdasarkan Keperluan Penelitian
USF
Taraf
Kinerja
BSF Eksterior
Tengah
Taraf
Kinerja
BSF
Eksterior
Sudut
Taraf
Kinerja
BSF Interior
Taraf
Kinerja
= 1,80
Daktail
Parsial
= 5,01
Daktail
Parsial
=
5,2
9 Daktail
Parsial
= 4,28
Daktail
Parsial
R = 2,88 R = 8,01 R =
8,4
7
R = 6,84
Perencanaan Berdasarkan Keperluan Penelitian
USF
Taraf
Kinerja
BSF Eksterior
Tengah
Taraf
Kinerja
BSF
Eksterior
Sudut
Taraf
Kinerja
BSF Interior
Taraf
Kinerja
= 1,79 Daktail
Parsial
= 2,15 Daktail
Parsial
= 2,3
7
Daktail
Parsial
= 5,30 Daktail
Penuh
1
R = 2,87 R = 3,45 R =
3,7
9
R = 8,48
Menurut tabel di atas taraf kinerja struktur yang dihasilkan oleh ketiga
struktur adalah daktail parsial, kecuali BSF interior dengan pada perencanaan
dengan dimensi yang sama bertaraf daktail penuh. Daktail parsial adalah
keadaan dimana struktur masih dalam keadaan berdiri dan mampu berdeformasi
bolak balik sebelum keruntuhan. Sedangkan daktail penuh sama dengan dengan
daktail parsial hanya saja struktur dengan taraf kinerja daktail penuh mampu
memberikan simpangan bolak balik pada beban yang lebih besar.
Faktor daktilitas () dan faktor reduksi gempa (R) berbanding lurus
dengan ratio simpangan pada saat leleh pertama (
y
) dengan simpangan
maksimum (
m
). faktor daktilitas tidak memperhitungkan besarnya gaya lateral
global yang diterima struktur. Namun, hanya memperhitungkan simpangan saat
leleh pertama dan simpangan maksimum. Keseluruhan struktur yang diuji pada
tugas akhir ini memiliki nilai simpangan maksimum yang sama besar yaitu 71 cm
hanya saja simpangan pada saat leleh saja yang berbeda. Simpangan leleh terbesar
diperlihatkan pada struktur tanpa bresing, kemudian diikuti struktur dengan
bresing pada eksterior dan terakhir struktur dengan bresing pada interior.
Berdasarkan hal ini dapat diketahui, struktur dengan faktor daktilitas dan faktor
reduksi gempa yang besar memiliki jarak simpangan leleh dengan simpangan
maksimum yang besar, sehingga memberikan gaya geser dasar maksimum yang
lebih besar pula.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari daktilitas struktur dan taraf kinerja
struktur ini adalah, struktur bresing dengan posisi pada interior memiliki kekuatan
yang lebih besar dari pada struktur bresing dengan posisi pada eksterior dan
struktur tanpa menggunakan bresing. Selain itu setelah terjadi kelelehan, struktur
dengan bresing pada interior mampu berdeformasi lebih besar sebelum
keruntuhan dari pada dua struktur lainnya sehingga struktur ini merupakan
struktur yang paling aman setelah mengalami leleh.
4.3 Simpangan Struktur
4.3.1 Simpangan Kumulatif Pertingkat
2
Simpangan kumulatif pertingkat (story displacement) merupakan
simpangan total yang dicatat pada setiap tingkatnya. Simpangan ini perlu dibahas
untuk melihat perbandingan pola deformasi ketiga model struktur.
Simpanga yang ditinjau merupakan simpangan pada saat terjadi gempa
rencana nominal, saat terjadi kelelehan pertama dan simpangan pada kondisi
maksimum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.13 hingga 4.15

Gambar 4.13 Simpangan kumulatif pertingkat saat gempa rencana
Pada saat mulai dilakukan pemberian beban dorong statik pada struktur
yaitu sebesar gempa rencana nominal (V
n
), dari grafik diatas memperlihatkan
struktur dengan bresing pada interior memberikan nilai deformasi yang paling
kecil. Hal ini sudah menunjukkan bahwa struktur dengan bresing pada interior
lebih kaku dari pada kedua struktur lainnya.

Gambar 4.14 Simpangan kumulatif pertingkat saat leleh
Kemudian setelah beban dorong dinaikkan secara terus menerus hingga
mencapai kondisi leleh, untuk perencanaan yang dimensi elemen-elemennya
ditentukan sesuai kebutuhannya struktur dengan bresing pada posisi eksterior
mengalami deformasi yang paling kecil. Hal ini dikarenakan besarnya gaya leleh
pada struktur dengan bresing eksterior juga kecil (Gambar 4.8 dan Gambar 4.9),
atau struktur tersebut leleh lebih cepat. Kelelehan yang lebih cepat ini
kemungkinan dikarenakan efek variasi perencanaan dimensi yang ditentukan
serendah mungkin mendekati kebutuhannya, sehingga terdapat elemen yang
paling lemah mengalami leleh. Pada struktur yang direncanakan dengan dimensi
yang sama untuk tiap elemen-elemen keempat struktur, kembali struktur dengan
bresing pada interior berdeformasi yang paling kecil.

Gambar 4.15 Simpangan kumulatif pertingkat maksimum
2
Setelah mencapai simpangan maksimum yang diizinkan, besarnya
deformasi ketiga struktur cenderung sama. Dikarenakan nilai deformasi dibatasi
sebesar 71 cm. Namun, walaupun deformasi yang terlihat hampir sama nilai gaya
geser dasar yang ditanggung struktur berbeda-beda. Nilai paling kecil dimiliki
oleh struktur tanpa bresing, kemudian struktur dengan bresing pada eksterior dan
yang paling besar adalah nilai gaya geser dasar struktur dengan bresing pada
interior. Sehingga dapat disimpulkan penempatan bresing yang paling baik adalah
penempatan pada interior untuk struktur pada tugas akhir ini.
4.3.2 Simpangan Antar Tingkat
Simpangan antar tingkat (inter-story displacement) merupakan besarnya
perpindahan yang diukur antar antara dua lantai pada setiap tingkat.
Kecenderungan simpangan antar tingkat dapat dilihat pada Gambar 4.16 hingga
4.18.

Gambar 4.16 Simpangan antar tingkat pada gempa rencana
Gambar 4.17 Simpangan antar tingkat saat kelelehan pertama

Gambar 4.18 Simpangan antar tingkat maksimum
Simpangan antar tingkat yang diperlihatkan Gambar 4.16 hingga 4.18
memberikan gambaran deformasi paling besar terjadi diantara lantai 2 hingga
lantai 5. Sehingga dapat disimpulkan daerah-daerah ini merupakan daerah-daerah
yang mengalami plastis terlebih dahulu. Deformasi paling besar terjadi pada
tingkat 4, yang ditandai dengan puncak kurva.
4.4 Formasi Sendi Plastis
Urutan terjadinya sendi plastis yang diharapkan adalah urutan yang
membuat pola keruntuhan balok lemah kolom kuat. Dimana balok gagal terlebih
dahulu sehingga kehancuran total struktur secara tiba-tiba saat gempa dapat
dihindari. Pola keruntuhan ini dapat digambarkan oleh urutan sendi plastis.
2
Urutan terjadinya sendi plastis yang dapat dilihat pada gambar dibawah
ini dapat diketahuidari warna sendi plastis tersebut (B, IO, LS,CP, D dan E).
Elemen akan dikatakan gagal apabila sendi plastis telah mencapai D dan dimana
B adalah saat sendi plastis pertama terbentuk, sedangkan IO, LS dan CP
merupakan taraf kinerja sendi plastis tersebut.
Gambar 4.19 dan 4.20 menunjukkan urutan sendi plastis hanya pada
struktur yang dimensi direncanakan sama untuk tiap sectio ketiga struktur.
Struktur yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan tidak ditampilkan karena
memiki pola formasi yang cenderung sama. Portal yang dipilih untuk ditampilkan
dibawah ini adalah portal yang mengalami sandi plastis paling banyak dari pada
portal lainnya. Untuk melihat keseluruhan portal dapat dlihat pada lampiran.
USF
1
BSF Eksterior Tengah
BSF Eksterior Sudut
1
BSF Interior
Gambar 4.19 Formasi sendi plastis saat kelelehan pertama.
Gambar diatas menunjukkan sendi plastis yang pertama kali terjadi. Pada
saat terbentuk sendi plastis inilah gaya geser dasar dicatat sebagai gaya geser
dasar leleh. Pada struktur tanpa bresing (USF), sendi plastis terjadi pertama kali
pada balok-balok lantai 3 dan 4. Hal ini sesuai dengan pola keruntuhan yaitu
balok lebih lemah dari pada kolom. Sedangkan pada struktur menggunakan
bresing (BSF) baik pada posisi eksterior maupun interior kedua-duanya
memperlihat sendi plastis yang sama, yaitu pada bresing lantai 2. Hal ini
menunjukkan bresing bekerja sebagai mana fungsinya yaitu sebagai pengaku
sehingga dapat menghindari kegagalan elemen utama yaitu balok dan kolom.
Selain itu terlihat bresing menjadi pengganti penyerap gaya-gaya lateral gempa
sehingga balok menjadi terhindar dari sendi plastis.
Sendi plastis yang banyak terjadi dari ketiga struktur yaitu pada lantai 2,3
dan 4 menjelaskan kenapa deformasi struktur lebih besar di daerah tersebut
(Gambar 4.19 hingga 4.20). Hasil perencanaan dimensi memberikan elemen yang
paling lemah terletak pada daerah tersebut. Dengan diketahuinya hal ini,
3
perencana dapat memberikan perhatian khusus pada daerah-daerah tersebut
seperti stabilitas dan detailnya.
BSF Eksterior Tengah
USF
1
BSF Eksterior Sudut
BSF Interior
Gambar 4.20 Formasi sendi plastis saat simpangan izin maksimum tercapai.
1
Saat simpangan izin maksimum tercapai, pada struktur tanpa bresing
(USF) sendi plastis terjadi lebih dari separuh jumlah balok total. Walaupun begitu,
sendi plastis yang terjadi hanya sampai pada taraf IO (Immediate Occupancy)
artinya baru saja melewati titik elastis (lihat Gambar 3.11). Sehingga dapat
disimpulkan struktur tanpa bresing masih cenderung bersifat elastis (daktail
parsial) karena simpangan izin maksimum sudah tercapai sebelum sendi plastis
mencapai titik kritis aman atau LS (Life Safety).
Untuk struktur dengan bresing pada eksterior (BSF eksterior), terdapat
beberapa balok yang mulai mengalami sendi plastis. Sendi plastis yang terjadi
pada balok baru mencapai taraf IO (Immediate Occupancy), sehingga masih bisa
dikatakan dalam kategori aman. Sedangkan bresing sudah banyak yang
mengalami kegagalan atau melewati titik CP (Collapse Prevention). Untuk sendi
plastis pada struktur dengan bresing interior (BSF interior) cenderung sama
dengan struktur dengan bresing eksterior, hanya saja sendi plastis pada balok dan
bresing yang gagal lebih banyak. Jika mengingat kedua struktur ini direncanakan
dengan dimensi yang sama dan ditinjau pada simpangan yang sama, dapat
disimpulkan posisi bresing pada interior lebih efektif menyerap beban gempa dari
pada posisi bresing pada eksterior.
4.6 Berat Bangunan
Berat bangunan yang dibahas disini adalah berat bangunan pada struktur
yang dimensinya direncanakan sesuai dengan kebutuhannya. Karena struktur yang
direncanakan dengan dimensi yang sama tentu memiliki berat bangunan yang
sama. Berat bangunan dapat digunakan sebagai pertimbangan memilih tipe
struktur dan mengetahui struktur tipe mana yang lebih ekonomis.
Tabel 4.6 Berat total struktur
Jenis Berat Total
Struktur Struktur (Kg)
USF 4.367.100,68
BSF Eksterior Tengah 4.379.579,46
BSF Eksterior Sudut 4.365.769,24
BSF Interior 4.365.555,65

2
Gambar 4.21 Berat total struktur
Tabel 4.6 dan Gambar 4.21 memperlihatkan berat total struktur
cenderung sama, namun struktur yang paling berat adalah struktur dengan bresing
pada eksterior tengah (BSF eksterior) yaitu sebesar 4.379.579,46 kg kemudian
yang terberat kedua adalah struktur tanpa bresing (USF) yaitu sebesar 4.367.100,8
kg dan struktur yang paling ringan diantara lainnya adalah struktur dengan bresing
pada interior (BSF interior) yaitu sebesar 4.365.555,65 kg dan struktur dengan
bresing eksterior sudut sebesar 4.365.769,24 kg.
1
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa beban dorong statis nonlinier yang telah dilakukan
pada struktur dengan model pada tugas akhir ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Posisi bresing konsentrik khusus yang memberikan kekakuan dan gaya
geser dasar paling besar adalah penempatan pada daerah interior struktur.
2. Posisi bresing konsentrik khusus pada interior mengalami leleh lebih cepat
daripada posisi eksterior tengah maupun eksterior sudut. Namun, posisi
bresing pada interior memiliki cadangan kekuatan lebih banyak sebelum
mencapai simpangan maksimum izin.
3. Sendi plastis pada struktur tanpa bresing dominan terjadi pada elemen
balok, sedangkan pada struktur yang menggunakan bresing khususnya
bresing konsentrik khusus dominan terjadi pada elemen bresing. Hal ini
dikarenakan gaya lateral yang diterima struktur diserap oleh elemen
bresing.
4. Pada gempa rencana dan gempa yang menyebabkan kondisi leleh, struktur
dengan posisi bresing eksterior dapat mengurangi deformasi berturut-turut
hingga 55% dan 83% dari besar deformasi struktur tanpa bresing.
Sedangkan dengan posisi bresing pada interior dapat mengurangi
deformasi berturut-turut hingga 39% dan 34% dari besar deformasi
struktur tanpa bresing.
5. Deformasi pada struktur dengan bresing pada posisi interior lebih kecil
dari pada struktur dengan bresing pada posisi eksterior.
6. Menurut berat total struktur, struktur dengan bresing pada posisi interior
lebih ekonomis dari pada bresing pada posisi eksterior.
3
5.2 Saran
Saran penulis untuk rekan-rekan pembaca dari hasil laporan tugas akhir
ini adalah :
1. Perlu dilakukan analisis dinamik nonlinier untuk melihat pengaruh rotasi
daktilitas dan simpangan struktur.
2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan jenis bresing yang berbeda dan
jumlah tingkat yang berbeda.
3. Struktur yang dianalisis pada tugas akhir ini merupakan struktur simetris
dan seragam, oleh karena itu analisis dengan struktur yang tidak simetris
dan tidak seragam perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat.
4. Program yang digunakan dalam analisis tugas akhir ini menggunakan
program SAP2000 yang merupakan program analisis struktur bersifat
umum. Akan lebih baik lagi jika analisis menggunakan program yang
khusus untuk gedung seperti ETABS.
5. Gunakan komputer dengan prosesor dan memori yang cukup tinggi dalam
melakukan analisis pushover pada program SAP2000. Karena proses
analisis tersebut menggunakan memori komputer yang cukup besar.
1
DAFTAR PUSTAKA
AISC., 2002. Seismic Provisions For Structure Steel Buildings. Chicago : AISC
Committee On Specifications.
AISC., 2005. Design and behavior for steel structure. Chicago : AISC Committee
On Specifications.
Badan Standarisasi Nasional (BSN)., 2003. SNI 03-1726-2003 : Standar
Perencanan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung. Bandung :
BSN
Badan Standarisasi Nasional (BSN)., 2003. SNI 03-1729-2003 : Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung. Bandung : BSN
Bruneau, M., Uang, C., Whittaker, A., 1986. Ductile Design of Steel Structures.
New York : Mc Graw Hill Companies.
Dewobroto, W., 2005. Evaluasi Kinerja Bangunan Baja Tahan Gempa dengan
SAP 2000. Jurnal Teknik Sipil, Vol 3 No.1, Universitas Pelita Harapan, Jakarta.
Habibullah, A., Pyle, S., 1998. Practical Three Dimensional Nonlinier Static
Pushover Analysis. Magazine Structure Publisher.
Salmon, Charles, G., dan Johnson, E., 1992. Struktur Baja Desain dan Perilaku.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

You might also like