You are on page 1of 16

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa (1)

Penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husen Al-Atsariyyah

Tanpa disadari, banyak keseharian kita yang dikelilingi hal-hal yang bertentangan dengan syariat. Salah satunya adalah dipajangnya gambar atau patung makhluk bernyawa di rumah kita. Foto keluarga hingga tokoh atau artis idola telah menjadi sesuatu yang sangat lazim dijumpai di rumahrumah kaum muslimin. Bagaimana kita menimbang masalah ini dengan kacamata syariat? Di rumah kita mungkin masih banyak bentuk/gambar makhluk hidup, baik gambar dua dimensi ataupun tiga dimensi berupa patung, relief, dan semisalnya. Gambar-gambar itu seolah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan kita, karena di mana-mana kita senantiasa menjumpainya. Di dinding rumah ada kalender bergambar fotomodel dengan pose seronok. Di tempat yang sama, ada lukisan foto keluarga. Di atas buffet, ada foto si kecil yang tertawa ceria. Di ruang tamu ada patung pahatan dari Bali. Sedikit ke ruang tengah ada ukiran Jepara berbentuk burung-burung. Lebih jauh ke ruang keluarga ada lukisan bergambar manusia ataupun hewan. Begitu pula di kamar, di dapur bahkan di teras rumah, atau jauh di halaman ada patung dua ekor singa besar di kanan dan kiri pintu gerbang menyambut kehadiran anggota keluarga ataupun tamu yang hendak masuk rumah, seolah-olah merupakan patung selamat datang atau bahkan diyakini sebagai penjaga rumah dari marabahaya. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Belum lagi koleksi album foto keluarga, handai taulan, teman dan sahabat bertumpuk di meja tamu. 1 Belum terhitung koran, majalah , tabloid yang penuh dengan gambar dan lukisan dari yang sopan sampai yang paling tidak bermoral. Ini baru cerita di rumah kita, di rumah saudara, dan tetangga kita. Belum di tempat-tempat lain seperti di sekolah, di kantor, di toko, di perpustakaan, di pasar, di kampus, dan sebagainya. Benar-benar musibah yang melanda secara merata, wallahu al-mustaan. Saudariku muslimah Kenapa kita katakan tersebarnya gambar tersebut sebagai musibah? Karena di sana terdapat pelanggaran terhadap aturan Allah Subhanahu wa Taala dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam, menyimpang dan berpaling dari hukum yang diturunkan dari langit. Untuk lebih memperjelas permasalahan ini, kami nukilkan secara ringkas (dan bersambung) beberapa pembahasan berikut dalil yang disebutkan Asy-Syaikh Al-Muhaddits Abu Abdurrahman Muqbil bin Hadi Al-Wadii rahimahullahu dalam kitabnya yang sangat berharga Hukmu Tashwir Dzawatil Arwah yang bisa kita maknakan dalam bahasa kita Hukum Gambar/Menggambar Makhluk Yang Memiliki Ruh. Sebelumnya perlu kita ketahui bahwa yang dimaksud gambar bernyawa/mempunyai ruh di sini adalah gambar manusia dan hewan. Adapun gambar pohon dan benda-benda mati lainnya tidaklah terlarang dan tidak masuk dalam ancaman yang disebutkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

Perintah Menghapus Gambar Makhluk yang Bernyawa


Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata kepada Abul Hayyaj Al-Asadi: Maukah aku mengutus-mu dengan apa yang Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengutusku? (Beliau mengatakan padaku):


Janganlah engkau membiarkan gambar kecuali engkau hapus dan tidak pula kubur yang 2 ditinggikan kecuali engkau ratakan. Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata: Ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melihat ada gambar-gambar di dalam Kabah, beliau tidak mau masuk ke dalamnya sampai beliau memerintahkan agar gambar tersebut dihapus. Dan beliau melihat gambar Nabi Ibrahim dan Ismail alaihimassalam di mana di tangan keduanya ada azlam (batang anak panah yang digunakan oleh orang-orang jahiliyyah untuk mengundi guna menentukan perkara/urusan mereka). Beliau bersabda:

!
Semoga Allah memerangi mereka! Demi Allah, keduanya sama sekali tidak pernah mengundi 3 nasib dengan azlam. Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam masuk kota Makkah pada hari Fathu Makkah, beliau dapatkan di sekitar Kabah ada 360 patung/ berhala, maka mulailah beliau menusuk patungpatung tersebut dengan kayu yang ada di tangan beliau seraya berkata:

,
Telah datang al-haq (kebenaran) dan musnahlah kebatilan. Telah datang al-haq dan kebatilan itu 4 tidak akan tampak dan tidak akan kembali.

Larangan Membuat Gambar


Jabir radhiallahu anhu berkata:


Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melarang mengambil gambar (makhluk hidup) dan 5 memasukkannya ke dalam rumah dan melarang untuk membuat yang seperti itu.

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam Melaknat Pembuat/Pelukis Gambar Makhluk yang Bernyawa
Aun bin Abi Juhaifah mengabarkan dari ayahnya bahwa ayahnya berkata:

. ,
Sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melarang dari harga darah, harga anjing , dan dari penghasilan budak perempuan (yang disuruh berzina). Beliau melaknat wanita yang membuat tato dan wanita yang minta ditato, demikian juga pemakan riba dan orang yang mengurusi riba. 7 Sebagaimana beliau melaknat tukang gambar.
6

Gambar Bisa Disembah oleh Pengagungnya


Aisyah radhiallahu anha mengabarkan: Ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sedang sakit, 8 sebagian istri-istri beliau ada yang bercerita tentang sebuah gereja bernama Mariyah yang pernah mereka lihat di negeri Habasyah. Mereka menyebutkan keindahan gereja tersebut dan gambargambar yang ada di dalamnya. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pun mengangkat kepalanya seraya berkata:

, ,
Mereka itu, bila ada seorang shalih di kalangan mereka yang meninggal dunia, mereka membangun masjid/rumah ibadah di atas kuburannya. Kemudian mereka membuat gambar8 gambar itu di dalam rumah ibadah tersebut. Mereka itulah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah.

Semua Pembuat/Pelukis Gambar Makhluk Bernyawa Tempatnya di Neraka


Seseorang pernah datang menemui Ibnu Abbas radhiallahu anhuma. Orang itu berkata: Aku bekerja membuat gambar-gambar ini, aku mencari penghasilan dengannya. Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata: Mendekatlah denganku. Orang itupun mendekati Ibnu Abbas radhiallahu anhuma. Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata: Mendekat lagi. Orang itu lebih mendekat hingga Ibnu Abbas radhiallahu anhuma dapat meletakkan tangannya di atas kepala orang tersebut, lalu berkata: Aku akan beritakan kepadamu dengan hadits yang pernah aku dengar dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Aku mendengar beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


Semua tukang gambar itu di neraka. Allah memberi jiwa/ruh kepada setiap gambar (makhluk hidup) yang pernah ia gambar (ketika di dunia). Maka gambar-gambar tersebut akan menyiksanya di neraka Jahannam.

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata kepada orang tersebut: Jika kamu memang terpaksa melakukan hal itu (bekerja sebagai tukang gambar) maka buatlah gambar pohon dan benda-benda 9 yang tidak memiliki jiwa/ruh.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda:

,
Siapa yang membuat sebuah gambar (makhluk hidup) di dunia, ia akan dibebani untuk meniupkan ruh kepada gambar tersebut pada hari kiamat, padahal ia tidak bisa meniupkannya.10 Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu menerangkan bahwa pembuat gambar makhluk hidup mendapatkan cercaan yang keras dengan diberi ancaman berupa hukuman yang ia tidak akan sanggup memikulnya, karena mustahil baginya untuk meniupkan ruh pada gambar-gambar yang dibuatnya. Ancaman yang seperti ini lebih mengena untuk mencegah dan menghalangi orang dari berbuat demikian serta menghentikan pelakunya agar tidak terus melakukan perbuatan tersebut. Adapun orang yang membuat gambar makhluk bernyawa karena menghalalkan perbuatan tersebut maka ia akan kekal di dalam azab. (Fathul Bari, 10/484) Wallahu taala alam bish-shawab.

Footnote:
1 Faedah: Asy-Syaikh Abdurrahman Al-Adni berkata: Masalah: membeli majalah dan koran yang di dalamnya ada gambar (makhluk hidup). Dalam hal ini ada dua jenis: Pertama, majalah dan koran pornografi, di mana gambar di dalamnya merupakan hal inti (yang diinginkan), yang bertujuan untuk membuat fitnah; Kedua, majalah dan koran yang berisi berita harian biasa dan berita politik. Jenis yang pertama, tidak boleh memperjualbelikannya dan ini merupakan keharaman yang nyata. Adapun jenis kedua, Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dan Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahumallah mengatakan tidak mengapa membeli majalah dan koran yang seperti ini, dan gambar di sini bukanlah hal yang diinginkan ketika membelinya. (Lihat Syarhul Buyu war Riba min Kitab AdDarari hal. 21, ed) 2 HR. Muslim no. 2240, kitab Al-Jana`iz, bab Al-Amr bi Taswiyatil Qabr 3 HR. Al-Bukhari no. 3352, kitab Ahaditsul Anbiya, bab Qaulullahi taala: Wattakhadzallahu Ibrahima Khalila 4 HR. Al-Bukhari no. 4287, kitab Al-Maghazi, bab Aina Rakazan Nabiyyu Shallallahu alaihi wa sallam Ar-Rayah Yaumal Fathi dan Muslim no. 4601, kitab Al-Jihad was Sair, bab Izalatul Ashnam min Haulil Kabah 5 HR. At-Tirmidzi no. 1749, kitab Al-Libas An Rasulillah Shallallahu alaihi wa sallam, bab Ma Ja`a fish Shurah. Dihasankan Asy-Syaikh Muqbil dalam Hukmu Tashwir, hal. 17

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

6 Larangan memperjualbelikan darah dan anjing. 7 HR. Al-Bukhari no. 2238, kitab Al-Buyu, bab Tsamanul Kalb 8 Yakni Ummu Salamah dan Ummu Habibah radhiallahu anhuma yang pernah berhijrah ke Habasyah. 8 HR. Al-Bukhari no. 1341, kitab Al-Jana`iz, bab Binaul Masajid alal Qabr dan Muslim no. 1181, kitab Al-Masajid wa Mawadhiush Shalah, bab An-Nahyu an Binail Masajid alal Qabr wat Tikhadzish Shuwar 9 HR. Muslim no. 5506, kitab Al-Libas waz Zinah, bab Tahrimu Tashwiri Shuratil Hayawan 10 HR. Al-Bukhari no. 5963, kitab Al-Libas, bab Man Shawwara Shurawan Kullifa Yaumal Qiyamah An Yunfakhu fihar Ruh dan Muslim no. 5507, kitab Al-Libas waz Zinah, bab Tahrimu Tashwiri Shuratil Hayawan

Sumber: http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=343

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa (2)


Penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husen Al-Atsariyyah

Dalam edisi lalu telah disebutkan sejumlah dalil yang menujukkan keharaman gambar makhluk bernyawa yakni manusia dan hewan. Berikut kelanjutannya. Dalam edisi yang lalu kita telah mengetahui beberapa dalil yang menunjukkan larangan menggambar makhluk hidup, dalam hal ini gambar manusia dan hewan, baik dua dimensi maupun tiga dimensi. Serta tidak bolehnya menyimpan gambar-gambar tersebut karena syariat justru memerintahkan agar gambar-gambar itu dihapus/dihilangkan. Dan sebenarnya cukuplah laknat dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam beserta ancaman neraka untuk menghentikan para pembuat gambar makhluk hidup, pelukis, pemahat dan pematung dari perbuatan mereka. Kalaupun terpaksa tetap pada profesi/pekerjaannya, mereka harus menghindari membuat gambar/patung/pahatan makhluk bernyawa. Ketika seorang pembuat gambar berkata kepada Ibnu Abbas radhiallahu anhuma: Aku bekerja membuat gambar-gambar ini, aku mencari penghasilan dengannya. Maka Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata kepadanya: Mendekatlah kepadaku. Orang itupun mendekati Ibnu Abbas. Ibnu Abbas berkata lagi: Mendekat lagi. Orang itu lebih mendekat hingga Ibnu Abbas dapat meletakkan tangannya di atas kepala orang tersebut, lalu berkata: Aku akan beritakan kepadamu dengan hadits yang pernah aku dengar dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Aku mendengar beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
1

,
Semua tukang gambar (makhluk bernyawa) itu di neraka. Allah memberi jiwa/ruh kepada setiap gambar (makhluk hidup) yang pernah ia gambar (ketika di dunia), maka gambar-gambar tersebut akan menyiksanya di neraka Jahannam. Kemudian, setelah menyampaikan hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam Ibnu Abbas radhiallahu anhuma menasehatkan: Jika kamu memang terpaksa melakukan hal itu (bekerja sebagai tukang gambar), maka buatlah gambar pohon dan benda-benda yang tidak memiliki 2 jiwa/ruh. Dalil berikut ini lebih mempertegas lagi haramnya gambar makhluk bernyawa: Aisyah radhiallahu anha berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam datang dari safar (bepergian jauh) 3 sementara saat itu aku telah menutupi sahwah ku dengan qiram (kain tipis berwarna-warni) yang berlukis/bergambar. Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melihatnya, beliau menyentakkannya hingga terlepas dari tempatnya seraya berkata:


Manusia yang paling keras siksaan yang diterimanya pada hari kiamat nanti adalah mereka yang menandingi (membuat sesuatu yang menyerupai) ciptaan Allah.

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

Kata Aisyah: Maka kami pun memotong-motong qiram tersebut untuk dijadikan satu atau dua 4 bantal. Dalam riwayat berikut disebutkan bentuk gambar itu, seperti yang diberitakan Aisyah radhiallahu anha:

, ,
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam datang dari safar sementara aku menutupi pintuku dengan durnuk (tabir dari kain tebal berbulu, seperti permadani yang dipasang di dinding, -pent.), yang terdapat gambar kuda-kuda yang memiliki sayap. Maka beliau memerintahkan aku untuk 5 mencabut tabir tersebut, maka akupun melepasnya. Masih hadits Aisyah radhiallahu anha, ia mengabarkan pernah membeli namruqah bergambar makhluk bernyawa. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berdiri di depan pintu dan tidak mau masuk ke dalam rumah. Aisyah pun berkata: Aku bertaubat kepada Allah, apa dosaku? Nabi berkata: Untuk apa namruqah ini? Aku menjawab: Untuk engkau duduk di atasnya dan bersandar dengannya. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
6

, : ,
Sesungguhnya pembuat gambar-gambar ini akan diazab pada hari kiamat, dikatakan kepada mereka: Hidupkanlah apa yang kalian ciptakan, dan sungguh para malaikat tidak akan masuk ke 7 rumah yang di dalamnya ada gambar. Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu menyebutkan bahwa Al-Imam Al-Bukhari 8 rahimahullahu dalam Shahih-nya mengisyaratkan, kedua hadits di atas tidaklah saling bertentangan bahkan satu dengan lainnya bisa dikumpulkan. Karena bolehnya memanfaatkan bahan 9 yang bergambar (makhluk bernyawa) untuk diinjak atau diduduki tidak berarti boleh duduk di atas gambar. Maka bisa jadi yang dijadikan bantal oleh Aisyah radhiallahu anha adalah pada bagian qiram yang tidak ada gambarnya. Atau gambar makhluk hidup pada qiram tersebut telah terpotong kepalanya atau terpotong pada bagian tengah gambar sehingga tidak lagi berbentuk makhluk hidup, maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pun tidak mengingkari apa yang dilakukan Aisyah radhiallahu anha. (Fathul Bari, 10/479) Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu berkata: Dalil-dalil ini menunjukkan haramnya seluruh gambar makhluk bernyawa, baik yang memiliki bayangan (tiga dimensi) atau tidak memiliki bayangan (dua dimensi). Hadits qiram menunjukkan haramnya gambar makhluk hidup yang tidak memiliki bayangan. Demikian pula perintah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk menghapus gambargambar yang ada di dinding Kabah, maka gambar-gambar tersebut dihapus dengan menggunakan kain perca dan air.

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

Beliau rahimahullahu juga berkata: Lebih utama bila rumah dibersihkan dari gambar-gambar yang dihinakan sekalipun (seperti gambar yang ada di keset, yang diinjak-injak oleh kaki-kaki manusia) agar malaikat tidak tercegah/tertahan untuk masuk ke dalam rumah. Dan juga Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan agar gambar-gambar yang ada pada namruqah dipotong, dan bisa jadi gambar-gambar yang ada pada hamparan itu telah terpotong gambarnya sehingga bentuknya menjadi seperti pohon. (Hukmu Tashwir, hal. 31) Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Jibril datang menemuiku, beliau berkata: Sesungguhnya aku semalam mendatangimu, namun tidak ada yang mencegahku untuk masuk ke rumah yang engkau berada di dalamnya melainkan karena di pintu rumah itu ada patung laki-laki, dan di dalam rumah itu ada qiram bergambar yang digunakan sebagai penutup, di samping itu pula di rumah tersebut ada seekor anjing. Maka perintahkanlah kepada seseorang agar kepala patung yang ada di pintu rumah itu dipotong sehingga bentuknya seperti pohon, perintahkan pula agar kain penutup itu dipotong-potong untuk dijadikan dua bantal yang bisa dibuat pijakan, dan juga perintahkan agar anjing itu dikeluarkan. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun melaksanakan instruksi Jibril tersebut. (HR. At-Tirmidzi no. 2806, kitab AlLibas an Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, bab Ma Ja`a Annal Malaikah la Tadkhulu Baitan fihi Shurah wa la Kalb, dihasankan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami`ush Shahih, 4/319) Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata: Gambar itu dikatakan hidup bila memiliki kepala. Maka jika kepalanya dipotong tidak lagi teranggap gambar hidup. Riwayat mauquf ini dibawakan Al-Baihaqi rahimahullahu dalam Sunan-nya (7/270) dan isnadnya shahih sampai Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, kata Asy-Syaikh Muqbil 11 rahimahullahu. (Hukmu Tashwir, hal. 55)
10

Gambar Makhluk Hidup untuk Kepentingan Belajar Mengajar


Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu berkata: Pendapat yang membolehkan gambar untuk kepentingan pengajaran tidaklah ada dalilnya. Bahkan hadits tentang dilaknatnya tukang gambar yang telah lewat penyebutannya sudah meliputi hal ini. Dan juga bila hal ini dibolehkan akan menumbuhkan sikap meremehkan perbuatan maksiat tashwir (membuat gambar) di jiwa para pelajar. Sehingga mereka akan meniru perbuatan tersebut yang berakibat mereka bersiap-siap menghadapi laknat Allah bila mereka belum baligh dan mereka dilaknat bila sudah baligh. Mereka akan menolong perbuatan maksiat bahkan akan membelanya. Bila demikian, di manakah rasa tanggung jawab (para pendidik)? Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda:


Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya.
12


Tidak ada seorangpun yang dijadikan sebagai pemimpin oleh Allah namun dia tidak memimpin rakyatnya tersebut dengan penuh nasihat (tidak mengemban amanah dengan baik malah berkhianat kepada rakyatnya, -pent.) melainkan sebagai ganjarannya dia tidak akan mendapatkan 13 (mencium) wanginya surga.

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sungguh sangat memperhatikan pendidikan anak-anak dengan tarbiyyah diniyyah (pendidikan agama). Beliau pernah bersabda:


Setiap anak itu dilahirkan di atas fithrah, maka kedua ibu bapaknyalah yang menjadikannya 14 Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Beliau juga bersabda dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkannya dari Rabbnya:


(Allah berfirman:) sesungguhnya Aku menciptakan hamba-Ku dalam keadaan hanif 16 membawa pergi/ mengalihkan mereka (dari kelurusannya).
15

lalu setan

Dengan demikian haram bagi guru/pendidik dan bagi pemerintah/penguasa untuk memberi kesempatan dan kemungkinan bagi para pelajar untuk menggambar (makhluk hidup). (Hukmu Tashwir, hal. 34-35) Wallahu taala alam bish-shawab.

Footnote:
1 Sebagaimana kami nyatakan dalam edisi yang lalu, tulisan ini kami susun dengan menukil secara ringkas dari kitab Hukmu Tashwir Dzawatil Arwah karya Asy-Syaikh Al-Muhaddits negeri Yaman, Muqbil bin Hadi Al-Wadii rahimahullahu, pada beberapa tempat dari pembahasan beliau, yakni tidak secara keseluruhan. Karena maksud kami adalah menyampaikan secara ringkas untuk pembaca yang budiman. Wabillahi at-taufiq. 2 HR. Muslim no. 5506, kitab Al-Libas waz Zinah, bab Tahrimu Tashwiri Shuratil Hayawan 3 Ada beberapa makna yang disebutkan tentang Sahwah. Namun yang lebih tepat, wallahu alam, sahwah yang dimaukan Aisyah dalam haditsnya adalah rumah kecil yang posisinya melandai ke tanah dan tiangnya tinggi seperti almari kecil tempat menyimpan barang-barang. Di atas pintu rumah kecil inilah Aisyah menggantungkan tirainya. Demikian penjelasan Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu dalam Fathul Bari (10/475) 4 HR. Al-Bukhari no. 5954, kitab Al-Libas, bab Ma Wuthia minat Tashawir dan Muslim no. 5494, kitab Al-Libas waz Zinah, bab Tahrimu Tashwiri Shuratil Hayawan . Disebutkan pula dalam Ash-Shahihain bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjadikan bantal tersebut sebagai alas duduk beliau di rumah atau sebagai sandaran 5 HR. Al-Bukhari no. 5955 dan Muslim no. 5489, dalam kitab dan bab yang sama dengan di atas.

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

6 Namruqah adalah bantal-bantal yang dijejer berdekatan satu dengan lainnya atau bantal yang digunakan untuk duduk. (Fathul Bari, 10/478) 7 HR. Al-Bukhari no. 5957, kitab Al-Libas, bab Man Karihal Quud alash Shuwar dan Muslim no. 5499. 8 Yaitu hadits yang menyebutkan bahwa Aisyah radhiallahu anha memotong-motong qiramnya menjadi satu atau dua bantal dan hadits yang menyebutkan pengingkaran Nabi Shallallahu alaihi wa sallam terhadap perbuatan Aisyah radhiallahu anha yang membeli namruqah (bantal-bantal) untuk tempat duduk beliau. Hadits pertama menunjukkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mau menggunakan bantal yang dibuat dari potongan-potongan kain bergambar sedangkan hadits kedua menunjukkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sama sekali tidak mau menggunakan bantal-bantal yang dibeli Aisyah radhiallahu anha karena ada gambar padanya. 9 Seperti dijadikan bantal duduk atau keset/lap kaki. 10 Ucapan, perbuatan atau penetapan (taqrir) dari shahabat 11 Adapun hadits yang marfu (sampai kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam) dengan lafadz seperti ini tidak ada yang shahih, bahkan dhaif jiddan (lemah sekali) (Hukmu Tashwir, hal. 54) 12 HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar radhiallahu anhu 13 HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Maqil bin Yasar radhiallahu anhu 14 HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu 15 Lurus hanya tunduk kepada Allah, tidak cenderung kepada syirik dan maksiat lainnya. 16 HR. Muslim dari Iyadh bin Himar Al-Mujasyii

Sumber: Majalah Asy Syariah, Vol. II/No. 22/1427H/2006 Rubrik: Mutiara Kata, hal. 90-92. Dicopy dari ttp://www.asysyariah.com/print.php?id_online=343

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

10

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa (3)


Penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husen Al-Atsariyyah

Tema gambar, lukisan, atau patung makhluk bernyawa memang salah satu permasalahan yang membutuhkan pembahasan yang panjang. Edisi kali ini pun masih menyinggung hal tersebut. Ini dilakukan agar permasalahan menjadi lebih jelas dan tidak menumbuhkan keraguan di hati anda, pembaca. Saudariku, dalam edisi yang lalu kita telah mengetahui larangan menggambar makhluk bernyawa dan menyimpannya. Pembahasan edisi inipun masih menyinggung tentang gambar makhluk bernyawa sehingga diharapkan permasalahan menjadi lebih gamblang lagi. Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata: Teman-teman kami (dari madzhab Syafiiyyah, pent.) dan selain mereka berkata: Menggambar makhluk yang bernyawa haram dengan sebenarbenarnya keharaman, termasuk dosa besar, karena diancam dengan ancaman yang keras sebagaimana tersebut dalam hadits-hadits. Baik orang yang membuat gambar itu bertujuan merendahkannya ataupun selainnya, perbuatannya tetap saja dihukumi haram, apapun keadaannya. Karena perbuatan demikian menandingi ciptaan Allah Subhanahu wa Taala. Baik gambar itu dibuat pada kain/baju, hamparan/permadani, dirham atau dinar, uang, bejana, tembok/dinding, dan selainnya. Adapun menggambar pohon, pelana unta dan selainnya yang tidak mengandung gambar makhluk bernyawa, tidaklah diharamkan. Ini hukum gambar itu sendiri. Adapun mengambil gambar makhluk bernyawa untuk digantung di dinding, pada pakaian yang dikenakan, atau pada sorban dan semisalnya yang tidak terhitung direndahkan (bukan untuk diinjak-injak atau diduduki misalnya, pent.) maka hukumnya haram. Bila gambar itu ada pada hamparan yang diinjak, pada bantalan dan 1 semisalnya yang direndahkan maka tidaklah haram. Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu melanjutkan: Tidak ada perbedaan dalam hal ini antara gambar yang memiliki bayangan dengan yang tidak memiliki bayangan (dua atau tiga dimensi, pent.). Demikianlah kesimpulan madzhab kami dalam masalah ini. Jumhur ulama dari kalangan shahabat, tabiin dan orang-orang setelah mereka juga berpendapat yang semakna dengan ini. Pendapat ini dipegangi Ats-Tsauri, Malik, Abu Hanifah, dan selain mereka. Az-Zuhri rahimahullahu menyatakan bahwa larangan menggambar ini umum, demikian pula penggunaannya, baik gambar itu berupa cap/stempel/lukisan pada baju/kain ataupun bukan stempel. Baik gambar itu di dinding, kain, pada hamparan yang direndahkan (misal: permadani, red.), ataupun yang tidak direndahkan, sebagai pengamalan dzahir hadits, terlebih lagi hadits namruqah yang disebutkan Al-Imam Muslim. Ini pendapat yang kuat, kata Al-Imam An-Nawawi. (Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 14/307-308) Dalam masalah gambar yang berupa stempel/lukisan pada kain, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu menguatkan pendapat yang menyatakan jika gambar tersebut utuh dan jelas bentuknya maka haram. Namun jika gambar itu dipotong kepalanya, atau terpisah-pisah bagian 2 tubuhnya maka boleh. (Fathul Bari, 10/480)

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

11

Malaikat Tidak Masuk ke dalam Rumah yang Ada Gambar Makhluk Hidupnya
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


Malaikat tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya ada anjing dan gambar-gambar.
3

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata: Ulama berkata: Faktor penyebab terhalangnya mereka (para malaikat) untuk masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat gambar adalah karena membuat dan menyimpan gambar merupakan perbuatan maksiat, perbuatan keji, dan menandingi ciptaan Allah Subhanahu wa Taala serta di antara gambar itu ada yang diibadahi selain ibadah kepada Allah Subhanahu wa Taala. Adapun sebab tercegahnya para malaikat itu untuk masuk rumah yang di dalamnya terdapat anjing karena anjing itu banyak memakan benda-benda yang najis. Dan juga di antara anjing itu ada yang dinamakan setan sebagaimana disebutkan dalam 4 hadits. Sementara malaikat adalah lawan setan. Di samping itu, anjing memiliki aroma tidak sedap sedangkan malaikat tidak menyukai bau yang busuk, dan ada larangan dalam syariat ini untuk 5 memelihara anjing . Maka orang yang memelihara anjing di dalam rumahnya diberikan hukuman dengan diharamkannya para malaikat untuk masuk ke dalam rumahnya. Juga terhalang dari mendapatkan shalawat dan istighfar para malaikat, berikut keberkahannya dan penolakannya dari gangguan setan. Malaikat yang tidak masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar ini adalah malaikat yang berkeliling menyampaikan rahmah, barakah, dan mendoakan istighfar. Adapun malaikat hafazhah tetap masuk ke dalam semua rumah dan tidak pernah meninggalkan anak Adam dalam segala keadaan. Karena mereka diperintahkan untuk menghitung amalan anak Adam dan mencatatnya. Al-Khaththabi berkata: Para malaikat itu hanyalah tidak masuk ke dalam rumah yang ada anjing atau gambar yang memang diharamkan. Adapun yang tidak diharamkan seperti anjing pemburu, anjing yang ditugasi menjaga sawah ladang dan hewan ternak, atau gambar yang dihinakan/direndahkan yang ada di hamparan, bantal dan selainnya (yang diinjak/diduduki), maka tidaklah mencegah masuknya para malaikat. Al-Qadhi mengisyaratkan semisal apa yang dikatakan Al-Khaththabi. Namun yang dzahir, ini meliputi seluruh anjing dan seluruh gambar makhluk hidup. Para malaikat tercegah untuk masuk karenanya, disebabkan hadits-hadits yang ada dalam masalah ini mutlak (tidak disebutkan adanya pengecualian atau pengkhususan, -pent.) Dan juga anjing kecil yang pernah ada di dalam rumah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tersembunyi di bawah tempat tidur. Ini merupakan udzur/alasan yang besar tentunya, karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak mengetahuinya. Namun ternyata tetap mencegah malaikat Jibril alaihissalam untuk masuk ke rumah beliau. Seandainya udzur/alasan adanya gambar dan anjing bisa diterima sehingga tidak mencegah masuknya para malaikat, niscaya malaikat Jibril pun tidak tercegah untuk masuk, wallahu alam. (Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 14/309-310)

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

12

Mainan Anak-anak
Dikecualikan dari larangan mengambil gambar ini adalah mainan anak-anak/boneka yang terbuat 6 dari bulu/wol dan kain, kata Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu , dengan dalil berikut ini: Ar-Rubayyi bintu Muawwidz radhiallahu anha berkata: Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengirim utusan pada pagi hari Asyura` (10 Muharram) ke kampung-kampung Anshar untuk mengumumkan:


Siapa yang berpagi hari (di hari ini) dalam keadaan berbuka (tidak puasa) maka hendaklah ia sempurnakan sisa harinya (dengan berpuasa) dan siapa yang berpagi hari dalam keadaan puasa maka hendaklah ia terus puasa. Ar-Rubayyi berkata:


Kami pun puasa pada hari Asyura` tersebut dan melatih anak-anak kami untuk puasa. Kami membuatkan untuk mereka mainan anak-anakan (boneka) dari bulu/wol. Bila salah seorang dari mereka menangis minta makan, kami memberikan mainan tersebut kepadanya, demikian sampai 7 saatnya berbuka puasa. Aisyah radhiallahu anha berkisah:

: . . :
Ia biasa bermain boneka anak perempuan di sisi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Ia berkata: Teman-teman kecilku biasa datang untuk bermain bersamaku. Namun bila Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam datang, mereka sembunyi (karena segan dan malu kepada beliau) 8 dan beliau pun menggiring mereka kepadaku. Al-Qadhi Iyadh berkata: Dalam hadits ini menunjukkan bolehnya bermain boneka/anak-anakan. Beliau juga mengatakan: Boneka/anak-anakan dikhususkan dari pelarangan yang ada dalam hadits ini, dan juga karena ingin memberikan pendidikan dini kepada wanita dalam mengatur perkara diri mereka, rumah, dan anak-anak mereka (kelak). (Al-Minhaj, 15/200) Demikian saudariku, penjelasan yang dapat kami bawakan untukmu sebagai nasehat bagimu berkaitan dengan gambar makhluk bernyawa. Wallahu taala alam bish-shawab.

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

13

Footnote:
1 Nampaknya An-Nawawi membolehkan membiarkan gambar tanpa dipotong asalkan tidak dipajang, yakni dihinakan seperti pada karpet dan sejenisnya (ed). Menurut penulis, tentunya setelah gambarnya tidak lagi utuh tapi dipotong-potong. Lihat pembahasan masalah ini dalam edisi yang lalu ketika Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu mendudukkan dua hadits Aisyah radhiallahu anha yang seakan bertentangan. 2 Namun bila masih ada kepalanya, maka tetap tidak boleh, karena Ibnu Abbas mengatakan: Gambar itu dikatakan hidup bila memiliki kepala Lihat edisi 22, halaman 94. (ed) 3 HR. Al-Bukhari no. 5949 kitab Al-Libas, bab At-Tashawir dan Muslim no. 5481, 5482 kitab AlLibas, bab Tahrim Tashwir Shurah Al-Hayawan 4 Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:


Anjing hitam itu setan. (HR. Muslim no. 1137, kitab Ash-Shalah, bab Qadru Ma Yasturul Mushalli) 5 Kecuali anjing pemburu dan anjing yang dilatih untuk tugas khusus. 6 Dalam kitabnya Hukmu Tashwir Dzawatil Arwah, hal. 59 7 HR. Al-Bukhari no. 1960 kitab Ash-Shaum, bab Shaumush Shibyan dan Muslim no. 2664 kitab Ash-Shiyam, bab Man Akala fi `Asyura` Falyakuffa Baqiyyata Yaumihi 8 HR. Muslim no. 6237 kitab Fadha`ilush Shahabah, bab Fi Fadhli `Aisyah radhiallahu anhu

Sumber: Majalah Asy Syariah, Vol. II/No. 23/1427H/2006 Rubrik: Mutiara Kata, hal. 90-92. Dicopy dari http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=343)

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

14

KEHARAMAN SENI LUKIS, SENI PAHAT, PATUNG DAN MONUMEN


Oleh: Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah wal Ifta, Saudi Arabia Dewan Tetap Arab Saudi untuk riset-riset Ilmiyah dan Fatwa

Pertanyaan Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah wal Ifta ditanya : 1. Apakah keharman seni (lukis dan seni pahat) bersifat mutlak atau hanya untuk waktu tertentu? 2. Apa pandangan Islam terhadap pembuatan patung untuk berbagai macam tujuan? 3. Apa pandangan Islam terhadap monumen dan tugu-tugu peringatan bagi tentara atau pahlawan tidak dikenal? 4. Apa pandangan Islam terhadap karya lukis klasik dan seni abstrak? 5. Apa pandangan/sikap para pelaku seni (dalam hal ini pelukis dan pemahat) terhadap haditshadits yang mengharamkan hal itu? Jawaban 1. Seni pahat atau seni lukis terhadap makhluk bernyawa hukumnya haram dan keharamannya adalah bersifat mutlak sepanjang masa kecuali bila itu dirasakan benar-benar penting seperti gambar atau photo untuk surat izin perjalanan, kartu tanda pengenal, paspor, kartu tanda pengenal dalam pekerjaan dan sebagainya yang digunakan untuk menghindari terjadinya penipuan identitas atau menjaga keamanan diri kita, maka dalam hal-hal ini terdapat pengecualian 2. Mendirikan patung untuk berbagai macam tujuan adalah haram, baik untuk dijadikan sebagai monumen peringatan bagi seorang raja, panglima perang, pemimpim sautu kaum, tokoh-tokoh pembaharuan, atau tokoh-tokoh yang menjadi simbol kecerdasan dan kegagahan seperti patung Abi Al-Haul ataupun untuk tujuan lainnya, karena keumuman hadits shahih yang menjelaskan tentang pelarangan hal-hal demikian, dan karena patung-patung dan gambar-gambar tersebut merupakan pemicu atau sarana bagi kemusyrikan sebagaimana yang terjadi pada kaum Nuh. Mendirikan tugu-tugu atau menumen peringatan orang-orang terkenal dari kalangan pemimpin atau orang-orang yang ikut andil dalam membangun negara, baik dari kalangan ilmuwan, ahli ekonomi, politikus, juga mendirikan tugu peringatan bagi tentara atau pahlawan tidak dikenal merupakan perbuatan kaum jahiliyah dan merupakan perbuatan yang sangat berlebihan (melamaui batas). Maka dari itu, seringkali kita melihat orang-orang mengadakan upacara atau pesta peringatan disekitar tugu-tugu tersebut yang digelar pada waktu-waktu tertentu dengan meletakkan karangan bunga sebagai tanda penghormatan kepada mereka. Perbuatan yang demikian sama saja dengan pemujaan berhala yang dilakukan pada masa-masa awal (jahiliyah) dan merupakan sarana menuju kesyirikan terbesar dan penentangan terhadap Allah. Maka kita wajib menghindari diri dari taklid yang demikian dengan menjaga kemurnian tauhid, mencegah pemborosan dari hal-hal yang tidak bermanfaat, dan menjauhkan diri dari perbuatan orang-orang kafir dengan tidak mengikuti mereka dalam kebiasaan dan taklid yang tidak ada kebaikan di dalamnya, bahkan menyeret kepada kesesatan.

3.

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

15

4.

Lingkup keharaman dalam masalah gambar atau lukisan adalah lukisan atau gambar makhluk bernyawa, baik gambar yang dipahat berupa patung maupun gambar yang dilukis di atas dinding, kanvas, kertas ataupun di atas kain tenun, baik yang dilukis dengan pinsil, pena ataupun alat tulis lainnya, baik lukisan dengan obyek nyata atau lukisan yang mengandalkan imajinasi, besar maupun kecil. Maka obyek pelarangan di sini adalah segala jenis gambar makhluk bernyawa meskipun obyek penggambarannya berdasarkan imajinasi, seperti lukisan yang menggambarkan orang-orang terdahulu pada masa Firaun, atau lukisan para pemimpin perang salib, dan seperti lukisan yang menggambarkan Isa dan Bunda Maria yang dipampang di gereja-gereja serta gambar-gambar lainnya. Ini disebabkan keumuman nash yang menjelaskan tentang hal itu, juga dikarenakan pada hal yang demikian terdapat persamaan atau penyerupaan dari makhluk Allah, dan juga karena ia membawa kepada kesyirikan

5.

Sebagian dari mereka bersikap mengingkarinya, tetapi hadits-hadits dengan sangat tegas menyebutkan keharamannya sehingga tidak ada keraguan di dalamnya. Mereka yang begelut dan berkecimpung di bidang seni lukis dan pahat berdalih bahwa ada pengecualian terhadap hal itu sesuai dengan perkembangan zaman, namun mereka tidak akan pernah mendapatkan alasan yang tepat karena hadits-hadits tersebut bersifat umum dan sangat jelas pelarangannya. Mereka mencoba mencari pembenaran (legalitas) atas tindakan yang mereka lakukan dengan mencaricari alasan (rukhsah). Pada kenyataannya, mereka berkecimpung di bidang itu tidak lain hanya untuk mengekspresikan seni keindahan, menyalurkan hobi, mengaktuliasasikan daya khayal yang mereka miliki yang kemudian bermuara kepada keinginan mereka untuk menjadikan karya seni sebagai mata pencaharian dan lapangan pekerjaan atau alasan-alasan lain yang tidak mungkin mendapatkan pengecualian (rukhsah) atas keharaman yang ditunjukkan oleh nash dan tidak mungkin pula dapat menghindar dari eksistensinya sebagai sesuatu yang menyeret kepada dosa terbesar (syirik).

[Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah wal Ifta (1/478, 479)]

Dari Abdullah Bin Masud Radhiallahuanhu Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya orang yang paling keras siksanya kelak pada hari kiamat adalah para perupa (penggambar, pematung/pemahat makhluk bernyawa) (HR Al Bukhari, Fathul Bari : 10/382) Dari Abu Hurairah Radhiallahuanhu bahwasanya Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam beliau bersabda: Allah Tabaroka wataala berfirman : siapakah yang lebih zhalim dari pada orang yang menciptakan (sesuatu) seperti ciptaanKu. Maka hendaknya mereka menciptakan sebutir biji atau menciptakan seekor semut kecil (HR Al Bukhari, Fathul Bari : 10/385)

Hukum Gambar Makhluk Bernyawa

16

You might also like