You are on page 1of 15

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T atas nikmat dan KaruniaNya hingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan laporan tentang pelatihan AAS di laboratorium instrumen UPI. Adapun tujuan disusunnya laporan yang berjudul "AAS" ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh pembimbing pelatihan dan juga sebagai bentuk pemenuhan nilai dari kompetensi yang belum terpenuhi. Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini, meka kami sangat berharap saran serta kritik yang dapat membangun untuk perbaikannya di masa yang akan datang. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung terciptanya laporan ini.Kami pun mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki segala kekurangan yang ada, dan pembangunan karakter kami untuk menuju yang lebih baik di masa yang akan datang.

Bandung,

Juni 2011

Penyusun.

A. JUDUL PELATIHAN B. PEMBIMBING C. TANGGAL PELATIHAN D. TANGGAL LAPORAN E. TUJUAN PERCOBAN

: Penentuan Kadar Vitamin C dalam Tablet Vitamin dangan Teknik HPLC : Ibu Mimi Dra. Soja S.F.M.Si. : Selasa, 7 Juni 2011 :

1. Dapat memahami cara kerja instrument HPLC untuk analisis kualitatif dan kuantitatif 2. Dapat melakukan preparasi dengan tepat dan akurat, serta dapat mengikuti manual pengoperasian instrument HPLC 3. Dapat menentukan/menghitung kadar vitamin C dalam tablet vitamin F. PRINSIP PERCOBAAN G. DASAR TEORI : :

HPLC adalah salah satu pengembangan kromatografi cair. HPLC didefinisikan sebagai kromatografi cair yang dilakukan dengan memakai fasa diam yang terikat secara kimia pda penyangga halus yang distribusi ukurannya sempit (kolom) dan fasa gerak yang dipaksa mengalir dengan laju alir yang tekendali dengan memakai tekanan tinggi sehingga menghasilkan pemisahan dengan resolusi tinggi dan waqktu yang relativ singkat. Teori kromatografi Kromatografi adalah metode analisis yang memiliki aplikasi luas untuk pemisahan, identifikasi dan penentuan komponen kimia dalam campuran kompleks. Teknik ini berdasarkan pada pemisahan komponen-komponen dalam campuran (zat terlarut) karena perbedaan laju migrasi komponen-komponen yang melalui fasa diam oleh fasa gerak. Faktor-faktor yang terlibat dalam kromatografi antara lain : 1. Faktor kapasitas Faktor kapasitas, k , dari suatu senyawa menunjukkan perilaku retensi senyawa dalam kolom. K = (Kd x Vs)/Vm = (Cs x Vm)/(Cm x Vs) = (tms-tm)/tm = ts/tm Dimana Kd = koefisien distribusi Vs = volume fasa diam Vm = volume fasa gerak ii

Cs = konsentrasi zat terlarut dalam fasa diam Cm = konsentrasi zat terlarut dalam fasa gerak Harga K yang kecil menunjukkan bahwa senyawa tertahan lebih sebentar. Besar k menyiratkan pemisahan yang baik tapi memakan waktu analisis lebih lama dengan peak bordening dan menurunnya sensitivitas. Pemisahan ideal terjadi dengan factor kapasitas antara 1 dan 5. 2. Resolusi Tujuan kromatografi adalah memisahkan komponen-komponen dalam campuran ke dalam band atau puncak-puncak saat mereka bermigrasi melalui kolom. Resolusi, R menyediakan ukuran kuantitatif kemampuan kolom untuk memisahkan dua analit. Pengukuran ini diperoleh dari waktu retensi dan lebar pita yang mudah diperoleh langsung dari kromatogram. R = (tms2-tms1)/((w1+w2)/2) = (2t)/(w1+w2) tms1 dan tms2 = retensi bruto untuk masing-masing puncak 1 dan 2 w1 dan w2 = lebar puncak sepanjang baseline untuk puncak 1 dan 2 Dua puncak yang diakui telah terpisah harus memiliki resolusi setidaknya o,5. Dua puncak terlihat telah terpisah sempurna jika R lebih besar dari 1,5. Resolusi dapat ditingkatkan dengan memperpanjang kolom tapi hal ini juga meningkatkan waktu analisis. 3. Efisiensi kolom Efisiensi kolom biasanya dinyatakan secara matematika dengan istilah plat teori. Sebuah kolom kromatografi dibagi menjadi N plat teori. Sebuah kesetimbangan termodinamik analit-analit antara fasa gerak dan fasa diam terjadi dalam setiap plat. N = L/H dimana L adalah panjang kolom packing (cm) dan H adalah plate height Efisiensi kolom yang buruk menghasilkan band broadening. 4. Selektivitas kolom Selektivitas kolom, adalah ukuran pemisahan relative dua puncak dan didefinisikan sebagai rasio waktu retensi bersih dari dua puncak. = (tms2-tm)/(tms1-tm) 5. Koefisien distribusi atau partisi Koefisien distribusi, Kd mengindikasikan distribusi analit-analit diantara resin dan eluen. Kd didefinisikan sebagai rasio konsentrasi molar solute pada fasa diam dan fasa gerak. iii

Kd = (massa campuran dalam resin (g)x volum resin(mL))/(massa resin kering (g)x volume eluen (mL)) = Cs/Cm Cs dan Cm adalah konsentrasi molar solute dalam fasa diam dan fasa gerak. Factor yang mempengaruhi Band Broadening Berbagai factor mempengaruhi varians puncak. Penting untuk meminimalisis lebar puncak dan efisiensi dapat dimaksimalkan. Perluasan puncak dapat dinyatakan dalam plat ketinggian: H = A + B/ 1) Difusi Eddy Istilah A dalam persamaan di atas disebut difusi eddy. Istilah ini menggambarkan banyaknya jalur yang molekul-molekul solute dapat ikut di dalam packed column. 2) Difusi Longitudinal Molekul dalam pita sampel cenderung untuk berdifusi keluar dari pita ini selama melalui kolom kromatografi. Proses ini dikenal sebagai difusi longitudinal dan merupakan istilah B dari persamaan di atas. 3) Transfer massa Istilah C adalah transfer massa, yang merupakan pertukaran zat terlarut molekul antara fasa diam dan fasa gerak. Oleh karena itu, molekul berbeda menghasilkan jumlah yang bervariasi waktunya di fasa gerak dan diam, yang mengarah pada perluasan band. Walaupun kromatografi gas digunakan secara luas, namun penggunaannya hanya terbatas pada sampel yang panasnya stabil dan mudah menguap. Sampel yang tidak mudah menguap seperti peptida dan karbohidrat, dapat dianalisis dengan gas kromatografi tetapi hanya terbatas penguapan mereka dengan proses derivate kimia yang sesuai. Karena alasan ini, berbagai macam teknik dikembangkan termasuk kromatografi cair. Pada HPLC (High Performance Liquid Chromatography), suatu sampel cair atau sampel padat yang larut dalam pelarut yang sesuai, dibawa melalui kolom kromatografi dengan fasa gerak berupa cairan. Pemisahan ditentukan oleh zat terlarut atau interaksi fasa diam, termasuk adsorpsi cair-padat, partisi cair-cair, pertukaran ion dan eksklusi ukuran dan oleh zat terlarut atau interaksi fasa gerak. Berikut adalah diagram skematik dari HPLC. Bagian-bagian HPLC 1. Kolom dan pelarut iv

Ada dua perbedaan dalam HPLC, yang mana tergantung pada polaritas relatif dari pelarut dan fase diam. Fase normal HPLC Ini secara esensial sama dengan apa yang sudah anda baca tentang kromatografi lapis tipis atau kromatografi kolom. Kolom diisi dengan partikel silika yang sangat kecil dan pelarut non polar misalnya heksan. Sebuah kolom sederhana memiliki diameter internal 4.6 mm (dan mungkin kurang dari nilai ini) dengan panjang 150 sampai 250 mm. Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada silika yang polar dibanding degan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom. Fase balik HPLC Dalam kasus ini, ukuran kolom sama, tetapi silika dimodifikasi menjadi non polar melalui pelekatan rantai-rantai hidrokarbon panjang pada permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Sebagai contoh, pelarut polar digunakan berupa campuran air dan alkohol seperti metanol. Dalam kasus ini, akan terdapat atraksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul polar dalam campuran yang melalui kolom. Atraksi yang terjadi tidak akan sekuat atraksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fase diam) dan molekul-molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu, molekul-molekul polar dalam campuran akan menghabiskan waktunya untuk bergerak bersama dengan pelarut. Senyawa-senyawa non polar dalam campuran akan cenderung membentuk atraksi dengan gugus hidrokarbon karena adanya dispersi gaya van der Waals. Senyawa-senyawa ini juga akan kurang larut dalam pelarut karena membutuhkan pemutusan ikatan hydrogen sebagaimana halnya senyawa-senyawa tersebut berada dalam molekul-molekul air atau metanol misalnya. Oleh karenanya, senyawa-senyawa ini akan menghabiskan waktu dalam larutan dan akan bergerak lambat dalam kolom.Ini berarti bahwa molekul-molekul polar akan bergerak lebih cepat melalui kolom. Fase balik HPLC adalah bentuk yang biasa digunakan dalam HPLC

Diagram alir HPLC

2. Botol larutan Biasanya berisi fasa gerak, misalkan larutan eluen campuran atau eluen murni sesuai kebutuhan analisis. 3. Pompa Injeksi sampel Injeksi sample seluruhnya otomatis dan anda tidak akan mengharapkan bagaimana mengetahui apa yang terjadi pada tingkat dasar. Karena proses ini meliputi tekanan, tidak sama halnya dengan kromatografi gas (jika anda telah mempelajarinya). Waktu retensi Waktu yang dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor disebut sebagai waktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana sampel diinjeksikan sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum dari senyawa itu. Senyawa-senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk beberapa senyawa, waktu retensi akan sangat bervariasi dan bergantung pada:

tekanan yang digunakan (karena itu akan berpengaruh pada laju alir dari pelarut) kondisi dari fase diam (tidak hanya terbuat dari material apa, tetapi juga pada ukuran partikel) komposisi yang tepat dari pelarut temperatur pada kolom

vi

Itu berarti bahwa kondisi harus dikontrol secara hati-hati, jika anda menggunakan waktu retensi sebagai sarana untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa. 4. Detektor Detektor yang digunakan dalam HPLC dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: 1. Detektor spektrofotometrik Detektor spektrofotometri , biasanya dalam daerah ultraviolet, digunakan secara luas. Idealnya, spektrofotometri yang nyata dengan pemilihan panjang gelombang yang sempurna akan memberikan fleksibilitas yang maksimal untuk mendeteksi berbagai macam zat terlarut dengan sensitivitas yang sangat baik, sel sample yang biasa akan digantikan dengan suatu alir untuk melewatkan larutan eluen kolom guna menembus berkas sample dari peralatan tersebut. Spektrofotometer ultraviolet yang modern merupakan salah satu detector yang sangat mahal, sehingga dibutuhkan suatu kompromi. Dibandingkan dengan ribuan dollar yang harus dikeluarkan untuk spektrofotometer yang hanya bahkan tergolong kelas dua saja, maka $2500 atau sekitar itu akan mendapatkan sebuah detector untuk memonitor larutan eluen kolom pada 254 atau 280 nm (harga-harga tahun 1989). Biaya yang lebih rendah mencerminkan penggunaan spektrum garis lampu uap merkuri dan bukan suatu sumber kontinyu dan monokromator, penyaring-penyaring yang sederhana mengisolasi garis yang diinginkan di dalam spektrum merkuri. Pemilihan panjang gelombang yang terbatas itu tampaknya membatasi, tetapi detektor-detektor sederhana ini bekerja dengan baik pada banyak kasus. Contohnya, protein yang menyerap semua pada 280 nm akibat adanya rantai samping asam amino aromatik, dan hampir semua senyawa aromatik termasuk yang banyak diminati di bidang biologi (yakni: purin, pirimidin, nukleosida, nukleotida, dan asam nukleat) dapat dideteksi pada 254 nm. Sensitivitas bervariasi berdasarkan kecocokan antara lain pita absorpsi zat terlarut dan panjang gelombang detektor yang tersedia dan intensitas pita dan panjang jalan yang melewati sel detektor, tetapi sebagai pedoman kasar, detektor ultraviolet akan dapat melihat kuantitas nanogram, bisa kita katakan bahwa susunannya 1000 kali lebih sensitiv daripada detektor indeks bias. Sebagai tambahan, detektor ini relatif tidak sensitif terhadap temperatur. 2. Detektor Fluorometrik Detektor-detektor yang didasarkan pada fluroresens sudah semakin biasa. Jenis yang paling serbaguna mampu menghasilkan eksitasi variable yang terus menerus vii

di sepanjang suatu jangkauan panjang gelombang yang lebar dengan memanfaatkan sebuah sumber kontinyu dan monokromator, biasanya penyaring-penyaring yang sederhana digunakan untuk mentransmisikan emisi pendaran pada foto detektor sambil menahan radiasi eksitasinya. Versi yang lebih murah menggunakan penyaring pada sisi eksitasi maupun sisi emisi dan memanfatkan sumber dengan panjang gelombang eksitasi yang lebih terbatas. Banyak senyawa dapat dideteksi dengan fluoresens, termasuk diantaranya banyak pencemar lingkungan, seperti hidrokarbon aromatik polisiklik, dan yang diminati dalam bidang biologi, seperti vitamin, obat-obatan dan neurotransmitter. Kadang-kadang fasa bergerak melewati suatu reaktor pasca kolom dimana komponen-komponen sample nonfluoresensnya dikonversikan menjadi turunan berpendar. Suatu contoh yang paling terkenal adalah pendeteksian asam-asam amino pada tingkat subnanogram setelah reaksi dengan reagen fluoresamin (fluorescamin). 3. Detektor Elektrokimia Detektor elektrokimia biasanya didasarkan pada daya hantar listrik (konduktometri) dan polarografi. Detektor jenis konduktometri biasanya digunakan untuk mendeteksi solute-solut yang dapat mengalami reaksi redoks baik senyawa organik maupun anorganik. Pada detektor ini, larutan eluen dari kolom memasuki sebuah sel di mana larutan tersebut mengalir di atas permukaan sebuah elektroda yang diberi potensial pada suatu harga, dimana komponen-komponen smpel mengalami reaksi transfer electron. Pendeteksian jenis ini telah digunakan, misalnya untuk neurotransmitter dan metabolisme mereka di dalam ekstra selular dari jaringan otak hewan percobaan, senyawa-senyawa seperti dopamin, norepinefrin, serotonin dan asam homovanilik menghasilkan arus oksidasi pada elektroda karbon mirip yang diberi potensial +0,60 V vs. Sebuah elektroda referensi perak-perak klorida. Elektroda referensi pada umumnya melewati semacam jembatan garam. 4. Desain detector Desain detektor sangat penting. Apabila volumenya mati, termasuk hubungannya dengan kolom, harus sangat kecil, dan larutan harus mengalir dengan lancar melewati alat itu tanpa pencampuran yang turbulen. Pada umumnya, volume detektor hanya sebesar beberapa mikroliter. 5. Pemilihan detektor viii

Ada beberapa jenis detektor yang digunakan, dengan pemilihan yang umumnya didasarkan pada persyaratan sebagai berikut : a. cukup sensitive b. stabilitas dan keterulangan tinggi c. respon linear terhadap solute d. waktu respon pendek sehingga tidak bergantung kecepatan alir e. relibilitas tinggi dan mudah digunakan f. tidak merusak cuplikan. Dari berbagai macam detector yang ada detektor indeks bias merupakan satusatunya detektor pada HPLC yang universal, tetapi kurang sensitiv dan sangat peka tehadap perubahan suhu. Detektor ultraviolet dengan panjang gelombang yang variabel merupakan pilihan yang paling baik bagi sekelompok besar obat-obatan. Dalam hal-hal yang sangat spesifik dapat digunakan detektor-detektor fluorometer dan elektrokimia. 6. Analisis Kuantitatif Detektor yang ideal pada HPLC ialah yang mampu menghasilkan sinyal yang mempunyai korelasi linier dengan konsentrasi komponen sampel. Dengan asumsi seperti tersebut, konsentrasi komponen sampel dapat diturunkan dari intensitas sinyal yang ditunjukkan dalam kromatogram. Dikenal dua cara pengukuran secara kuantitatif, yaitu dengan mengukur peak height dan peak area. Dikenal beberapa metode untuk merubah data peak height atau peak area dari suatu kromatogram menjadi konsentrasi dari komponen sampel yang sesuai, yaitu dengan membuat kurva baku dengan cara-cara external standard, internal standard dan standard addition. Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultraviolet. Karena banyak senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Jika anda menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor pada sisi yang berlawanan, anda akan mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar yang diserap.

ix

Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang melewati melalui berkas pada waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut yang digunakan tidak mengabsorbsi sinar UV. Pelarut menyerapnya! Tetapi berbeda, senyawa-senyawa akan menyerap dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya, metanol, menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang dibawah 190 nm. Jika anda menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, anda sebaiknya menggunakan panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk mencegah pembacaan yang salah dari pelarut. H. ALAT DAN BAHAN Alat 1. Perangkat HPLC 2. Labu ukur 25ml (1 buah ), dan 10ml (6 buah) 3. Neraca analitik terkalibrasi 4. Corong pendek 5. Pipet tetes, spatula 6. Gelas kimia 20ml (2 buah) 7. Gelas ukur 500ml 8. Ultasonik vibrator 9. Botol vial 6 buah 10. 11. 12. 6ml Bahan x Membrane PTFE disposible (13mm, 0.2L) dan Lumping dan alu Pipet seukuran 1ml, 2ml, 3ml, 4ml, 5ml, dan selolusa nitrat (47 mm, 0,45L) :

1. Vitamin C standar 2. Metanol for HPLC 3. Tablet Vitamin 4. Aqua DM 5. Asam Oksalat 0,5 %
6. Kertas saring

I. LANGKAH KERJA 1.

A. Pembuatan fas gerak (pelarut) Hitung jumlah methanol dan aquaides yang diperlukan untuk membuat fasa gerak dan pelarut standar/sampel dengan komposisi methanol : asam oksalat 0,5 % = 27 :73 2. 3. Diskusikan hasil perhitungan dengan pembimbing praktikum Buatlah larutan asam oksalat 0,5 % untuk fsa gerak dan pelarut sesuai keperluan, saringlah asam oksalat dengan membrane selulosa nitrat 4. Saringlah methanol dengan menggunakan PTFE dan didegasing pada alat HPLC sebagai fasa gerak yang dibutuhkan 6. Sebagian dari fasa gerak, buatlah pelarut standard dan sampel dengan perbandingan methanol dan asam oksalat 0,5% denga perbandingan 73 :27 B. Pembuatan Larutan Induk Vitamin C 1. ml 2. 3. Diskusikan praktikum Timbanglah jumlah vitamin C standar yang dibutuhkan hasil perhitungannya dengan pembimbing Hitunglah jumlah vitamin C yang hasrus ditimbang untuk membuat larutan induk vitamin C 1000 ppm pada labu ukur 50 5. Tempatkan methanol dan asam oksalat 0,5% yang telah disaring

xi

4. Larutkan vitamin C yang telah ditimbang dalam gelas kimia 20 ml dengan fasa gerak, selanjutnya pindahkan dalam labu ukur 50 ml (lakukan pekerjaan ini secara kuantitatif) 5. Lakukan pengenceran larutan standar , untuk memperoleh konsentrasi standar vitamin C 200 ppm pada labu ukur 50 ml C. Pembuatan Deret Larutan Standar Vitamin C 1. Hitung volume larutan standar 200 ppm yang diperluakan untuk membuat deret larutan standar dengan konsentrasi 40, 60, 80, 100, dan 120 ppm dalam labu ukur 10 ml 2. Diskusikan hasil perhitungan dengan pembimbing praktikum 3. Buatlah deret larutan standar tersebut dan lakukan pekerjaan ini secara kuantitatif 4. Homogenkan larutan kemudian saringlah semua larutan standar tersebut dengan menggunakn membran PTFE 5. Tempatkan hasil saringan kedalam vial bertutup yang telah diberi label 6. Lakukan degassing selama 5 menit. 7. Larutan standar siap diinjeksikan D. Pengukuran Larutan Sampel Vitamin C 1. Timbang masing masing berat tablet vitamin C IPI 10 buah , hitung berat rata-rata tablet 2. Lakukan penggerusan pada tablet vitamin hingga homogen 3. Ambil 10 mg serbuk tablet vitamin C larutkan dalan 25 ml fasa gerak , saring larutan sampel dengan menggunakan membran PTFE 0,2 L 4. Tamping hasil saringan dalam botol vial bertutup, lakukan degassing selama 5 menit 5. Sampel siap diinjeksikan E. Penyiapan Instrumen HPLC 1. Sementara melakukan preparasi standar dan sampel, hidupkan pelaratan HPLC, lakukan pencucian kolom , kemudian sesuai dengan langkah berikut: 2. Twkan tombol ON pada sakelar listrik xii

3.

Isi botol fasa gerak dengan volume yang memadai dan kosongkan botol penampung

4. Tekan tombol ON pada alat, berturut-turut untuk power, detector dan pompa 5. Lakukan pemograman alat dengan komputer. Ikuti langkahnya sesuai intruksi dalam computer 6. Pilihlah mode (cuci kolom atau analisis sampel ) yang akan digunakan sesuai dengan parameter kondisi instrumen 7. Apabila krometogram telah menunjukan baseline yang mendatar, maka instrument siap digunakan 8. Injeksikan berturut-turut larutan standar (mulai dari konsentrasi terendah) dan terakhir larutan sampel 9. Cetak hasil pengukuran dan catat kondisi percobaannya 10. Setelah selesai digunakan matikan pompa dengan menyoroti tanda pompa dalam komputer 11. Tutup file sesuai petunjuk , lalu matikan komputer 12. Untuk mematikan, tekan tombol OFF pada pompa, detector dan power secara berurutan. Putuskan sambungan listrik. . J. DATA PENGAMATAN Fasa gerak Kolom Panjang gelombang Laju alir Suhu Kolom Volume injeksi : : methanol : asam oksalat (27:73) : RP-18 5m /125 mm/i.d 4.6 mm : 245 nm : 0.75 mL/menit : 300 C : 20 L A. Kondisi instumen HPLC untuk analisis

B. Data untuk pembuatan kurva kalibrasi DATA KURVA KALIBRASI STANDAR VITAMIN C KONSENTRASI AREA RT 40 2672963 1,60 60 4017444 1,60 80 5507633 1,60 100 6443247 1,61 120 8049272 1,61 xiii

NO 1 2 3

DATA SAMPEL JENIS SAMPEL

AREA

IPI
RATA-RATA

C. Grafik hubungan linier (Kurva Kalibrasi)

D. Gambar Pengamatan

xiv

xv

You might also like