You are on page 1of 67

Hukum Qunut dalam Shalat

Witir & Qunut Nazilah


http://subhan-nurdin.blogspot.com

Pengertian qunut ialah berdiri lama dalam shalat, karena keutamaan


qunut dalam berdiri sebelum ruku disebutkan dalam hadits riwayat
muslim.

Hadits2 shahih menjelaskan Rasulullah SAW pernah melakukan qunut


nazilah dalam semua shalatnya selama sebulan kemudian
meninggalkannya setelah turun ayat al-Quran yg melarang hal itu
(QS. Ali Imran : 128).

Qunut dalam shalat witir berdasarkan hadits Ubay bin Kaab: Bahwa
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melakukan qunut dalam shalat
witir sebelum ruku maknanya dikembalikan kepada qunut dalam arti
berdiri lama membaca al-Quran setelah al-Fatihah dengan ayat yg
panjang, karena dilakukan sebelum ruku. Adapun hadits2 tentang
Nabi SAW qunut witir setelah ruku (dalam itidal) semuanya dlaif.

Doa yg diklaim sebagai doa qunut witir adalah dari Hasan Bin Ali,
padahal dalam hadits tersebut tidak disebutkan dibaca pada shalat
witir atau qunut, sebagaimana penjelasan dalam At-Talkhish:







:


.










Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban memberi peringatan bahwa kalimat
FI QUNUTIL WITR adalah riwayat afrad Abu Ishaq dari Buraid Bin Abi
Maryam, kemudian diikutI oleh anaknya Yunus dan Israil demikian ia
mengatakan. Diriwayatkan pula oleh Syubah seorang yg hafal lebih
dari 200 hadits seperti riwayat Abi Ishaq dan anaknya namun tidak
menyebutkan dalam Qunut dan tidak juga Witir, ia hanya berkata:
Adalah beliau mengajarkan kepada kami doa ini.
-

Maka, qunut dalam shalat witir dengan doa ALLOHUMMAHDINA...


setelah ruku tidak berdasarkan hadits2 yg shahih. Abu Qilabah Al

Asyja'i berkata; "Aku pernah bertanya kepada ayahku, "Wahai ayah,


sesungguhnya engkau pernah shalat di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali di Kufah ini sekitar selama lima

tahun, maka apakah mereka membaca qunut?" ia menjawab, "Wahai anakku, itu
adalah perkara baru." (HR. At-Tirmidzi)
Wallahu Alam

BAHAN2 KAJIAN:

(IX) QUNUT WITIR


Ahli2 agama berselisih paham tentang membaca qunut dalam sembahyang
witir.
1. Abu Hanifah dan sebahagian orang2 Asy-Syafii menyukai kita
membaca qunut di sembahyang witir, baik di bulan Ramadlan, maupun
di bulan-bulan lainnya.
2. Sebagian para ulama menyukai kita berqunut dalam sembahyang witir
di nishfu yang kedua dari bulan Ramadlan.
3. Kata Malik: Disukai kita berqunut di sembahyang witir di sepuluh
bulan Ramadlan saja.
4. Al-Hasan menyuruh kita berqunut di sembahyang witir di sepanjang
tahun, terkecuali nishfu pertama di bulan Ramadlan.
5. Kata Thawus : berqunut di sembahyang witir, BIDAH.
6. Kata Pentahqiq: Oleh karena tak ada sesuatu hadits yang shahih
dalam masalah berqunut ini, maka kami berpendapat bahwa : Lebih
utama lah kita tiada mengerjakan qunut itu di sembahyang witir.
Kemudian, hendaklah dimaklumi, bahwa qunut yang diperselisihi
ialah : Qunut yang dikerjakan sesudah rukuyakni qunut dalam itidal.
Adapun memanjangkan doa dalam berdiri sebelum ruku, maka hal ini
disepakati kebagusan dan keutamaannya.
(Pedoman Puasa, M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Bulan Bintang 1954:88-89)
=============
Qunut dalam Tarawih

Soal : Bagaimana hukumnya dalam agama, baca doa qunut pada


pertengahan shalat sunnat tarawih di bulan Ramadlan?
Jawab: Yang terkenal pada sisi tiap-tiap ahli Hadiets, bahwa Nabi itu ada
melakukan doa qunut pada shalat fardlu saja. (footnete: Perkara qunut itu
sudah diterangkan dengan panjang lebar di kitab Soal Jawab I : 129-137)
Inilah menurut keterangan hadits-hadits yang shahieh.
Adapun hadits-hadits yang menerangkan, bahwa Nabi SAW itu melakukan
doa qunut pada shalat witir atau yang menerangkan beliau itu pernah
mengajar cucunya yang bernama Hasan, membaca doa qunut pada shalat
yang tersebut itu, semuanya tidak shah.
Adapun hal bacaan qunut sebagaimana yang tuan katakan itu bidah belaka,
tak pernah dijalankan oleh Nabi SAW atau shahabat-shahabatnya, dan tidak
diakui kebaikannya oleh ulama-ulama ahlul hadiets.
Maka dari itu, barang siapa yang berani mengatakan kebaikannya, atau
utamanya atau sunnahnya maka saya mengharap supaya sudi memberi
keterangannya dari hadits yang terang. Nanti kalau shah tentu saya terima
dengan hormat. Md. Mm. (Soal Jawab, A. Hassan II: 445)

(3538 / 5) - ( )


: ) ( -3538



.
:
: :
- -

.
:
: :


. - -

DALIL-DALIL YANG MENUNJUKKAN TIDAK DISYARIATKAN QUNUT


SHUBUH KECUALI QUNUT NAZILAH
http://subhan-nurdin.blogspot.com/2010/05/hukum-qunut-basmalah-dlm-shalat.html



.
.

{ 198 : 1 }
Ertinya : Ibnu Hibban, Al-Khathib dan Ibnu Khuzaimah telah meriwayatkan dari Anas,
bahwa Nabi SAW tidak qunut pada solat shubuh kecuali mendoakan keselamatan satu
kaum atau mendoakan kecelakaan untuk mereka. Ini adalah lafadz ( riwayat ) Ibnu
Hibban.

.








{ 387 : 2 }
Ertinya : Hadits Abu Hurairah, menurut riwayat Ibnu Hibban dengan lafadz
Adalah

SAW

tidak qunut, kecuali jika mendoakan keselamatan atau

kecelakaan seseorang .
( Nailul Authar 2 :
387 )




.






{ 387 }
Ertinya : Dari Anas : Sesungguhnya Nabi

SAW

pernah qunut selama sebulan

ketika terbunuhnya Al-Qura ( para penghafal Quran ), maka aku tidak pernah
melihat Nabi
.

SAW

sangat bersedih daripada kesedihan dari peristiwa tersebut

( H.R Al-Bukhari, Nailul Authar 2 :


) 387




4

.


}

Ertinya : Dalam satu lafadz ( riwayat ) : Nabi SAW qunut selama sebulan, berdoa untuk
) kecelakaan kampung-kampung di Arab, kemudian Nabi SAW meninggalkannya ( qunut
.
) ( H.R Ahmad dan Muslim

"

"






"
"

} : 3

{ 505

BANTAHAN :

Menurut Imam An-Nawawi, bahwa jawaban/bantahan terhadap hadits Anas dan Abi
Hurairah tentang pernyataan Tsumma Tarakahu ( kemudian Nabi SAW meninggalkan
qunut ), yang dimaksudkan adalah meninggalkan doa qunut untuk mereka yang kafir,
serta meninggalkan kutukan terhadap mereka, bukan bererti meninggalkan semua
qunut atau meninggalkan qunut shubuh. Dan tawil ini pasti/benar sekali, kerana hadits
Anas yang menyatakan Nabi SAW tidak henti-hentinya qunut sampai meninggal dunia
adalah hadits shahih lagi sharih ( jelas ).
( Al-Majmu 3 : 505 )



:



.



.





{ 70 : 1 }
JAWABAN ( atas bantahan ) :

Tidak demikian halnya, kerana hadits tersebut telah dinyatakan dhaif bukan oleh seorang
ahli hadits, sebab pada hadits tersebut ada rawi yang bernama Abu Jafar Ar-Razi, yang
dia itu dhaif, sebagaimana penjelasan berikut ini :








:




.





{ 185 : 1 }
Ertinya : menurut Imam Ahmad dan Daruquthni hadits yang senada dengan hadits itu
( terdapat ) dari jalan lain, ia menambah : Adapun pada waktu ( solat ) shubuh, Nabi
SAW sentiasa berqunut sampai beliau wafat .
( Subulus Salam 1 : 185 )









."




" :




."
."


" :
" :




"




":



Keterangan : Hadits tersebut dhaif, kerana pada sanadnya terdapat nama Jafar Ar-Razi.
Berkata Abdullah Bin Ahmad tentang dirinya ( Jafar ) : Tidak Kuat , dan berkata Ali
Al-Madani : Dia itu Mukhthalit ( bercampur ingatannya ) , dan berkata pula Abu
Jurah : Dia telah banyak tertuduh dusta , dan berkata pula Amr Bin Ali Al-Falas :
Dia jujur, namun hafalannya buruk .
( Nailul Authar 2 : 386 )

{ 199 : 1 }
.


Ertinya : Dalam sanad Hadits (di atas ) terdapat nama Abu Jafar Ar-Razi, dia seorang
yang lemah dan haditsnya tidak dapat dipakai hujjah, kerana tidak masuk akal seandainya
Rasulullah SAW melakukan qunut solat shubuh sepanjang hidupnya, lalu para khalifah
setelah Nabi SAW meninggalkan qunut, bahkan Anas sendiri tidak melaksanakan qunut
pada waktu shubuh, sebagaimana riwayat shahih darinya.
Seandainya keshahihan hadits itu dapat diterima, maka selayaknya pengertian qunut di
sana diertikan bahwasanya Nabi SAW memanjangkan berdiri setelah ruku untuk berdoa,
serta memuji, hingga Nabi SAW wafat. Maka ini pula salah satu dari pengertian qunut dan
memang inilah yang sesuai sebagaimana ( dimaksud ) dalam hadits ini.
( Fiqh Sunnah 1 : 199 )

Menurut qaidah : Tuduhan jarh ( cacat ) harus didahulukan/diutamakan daripada


anggapan adil / jujur .

( Menurut Ibnu qayyim ) : Andaikata hadits itu shahih ( tetap ), tidak dapat dijadikan dalil
keberadaan qunut tertentu ( shubuh ).
( Zaadul Maad 1 : 170 )



}
. "


" :


{ 389 : 2

Ertinya : Dari Abi Hurairah : Sesungguhnya Nabi SAW, apabila hendak mendoakan
( kecelakaan ) seseorang atau mendoakan ( keselamatan ), beliau berqunut setelah ruku,
kadang-kadang beliau berdoa setelah mengucapkan Sami Allah Liman Hamidah
Rabbana Lakal Hamdu. Ya Allah !, Selamatkanlah Walid Bin walid, salamah Bin
Hisham dan Iyyas Bin Abi Rabi, juga orang-orang mukmin yang lemah. Ya Allah!,
kuatkanlah tekananMu / siksaanMu terhadap orang-orang Mudhar, timpakanlah kepada
mereka bencana kelaparan sebagaimana ( dulu pernah ) terjadi di zaman Yusuf . Ia
( perawi ) berkata : Nabi SAW suka menjaharkan doa tersebut, dan kadang ( Nabi SAW )
berdoa disebahgian solatnya, iaitu pada solat shubuh. Ya Allah!, kutuklah si Fulan, yakni
penghuni/penduduk dua kampung Arab, sehingga Allah menurunkan ayat : Bukan
tanggung jawabmu urusan mereka itu .
( H.R. Ahmad dan Al-Bukhari; Nailul Authar 2 :
389 )


6





:

}
{
Ertinya : Dari Abi Hurairah, ia berkata : Sungguh aku akan mendekatkan/menjelaskan
solat Rasulullah SAW. Maka Abi Hurairah qunut pada rakaat akhir solat Dhuhur dan Isya,
serta dalam solat shubuh, setelah beliau mengucapkan Sami Allahu Liman Hamidah.
Kemudian beliau berdoa untuk keselamatan orang-orang mukmin dan mengutuk orangorang kafir.
( Muttafaqun
alaih )





:


7




:


.

Ertinya : Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Rasulullah SAW pernah berqunut selama sebulan
terus menerus dalam solat Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Shuhuh, pada akhir setiap
solat, setelah beliau membaca Sami Allahu Liman Hamidah di rakaat yang akhir. Beliau
mendoakan mereka, iaitu atas penghuni kampung Bani Sulaim, Rilin, Dzakwaan dan
Ushayah, serta diiringi Amiin oleh orang-orang di belakangnya .
( H.R Abu Dawud dan Ahmad )
Ia menambah bahwa Nabi SAW mengirimkan utusan kepada mereka untuk mengajak
mereka masuk Islam, namun mereka membunuh utusan-utusan itu.


.







{ 390 : 2

- Menurut Ikrimah, kejadian ini adalah permulaan adanya qunut. ( N.Authar 2 : 390 )

{ 305 : 3

Menurut Asy-Syaukani, bahwa yang benar ialah pendapat orang yang menyatakan
bahwa qunut itu khusus ( dilakukan ) manakala terjadi Nazilah ( bencana /
malapetaka ), dan dalam hal itu selayaknya tidak dikhususkan dalam solat-solat tertentu
saja. ( Fathur Rabbani 3 : 305 )








............


.




KESIMPULAN :

1. Qunut shubuh dengan doa Allahummah Dini Fiiman Hadaita ( dan seterusnya )
itu, tidak disyariatkan, kerana hadits-haditsnya dhaif, tidak dapat dijadikan hujjah.




2

:


.


2. Melihat adanya Qaidah : Manakala para ulama ragu-ragu menetapkan antara
sunnah dengan bidah, maka lebih baik ditinggalkan.



3






.


3. Berdasarkan Qaidah : Meninggalkan yang diragukan kesunnahannya, lebih baik
daripada mengamalkan yang dikhuatirkan terjatuh kepada bidah.

Maksudnya : Apabila para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan sesuatu antara
sunnat dengan bidah, maka lebih baik ditinggalkan, Seperti halnya dalam qunut shubuh,
sebahgian ulama menetapkan sunnat, sementara sebahgian ulama lainnya menetapkan
bidah, maka dalam hal ini, lebih baik qunut tersebut ditinggalkan. Andaikan qunut itu
sunnat, ia tidak berdosa hanya tidak mendapat pahala ( saja ), akan tetapi andai qunut itu
bidah, maka tentu akan mendapat dosa dengan melakukannya.


.






4

4. Juga ( qunut ) itu tidak diamalkan oleh orang-orang Makkah serta Madinah sampai di
zaman kita sekarang ini.

5. Disyariatkan qunut nazilah apabila terjadi malapetaka dan bencana terhadap ummat
Islam, serta hendaklah ditinggalkan apabila bencana itu telah hilang, dan
( pelaksanaannya ) tidak dikhususkannya dalam solat shubuh saja.



6. Juga disyariatkan Thulul Qiyaam ( lama berdiri ) dengan bacaan surah-surah Al-Quran
yang panjang dalam solat shubuh, serta itu pun salah satu yang dimaksud dengan qunut.



7






.




7. Untuk doa qunut Nazilah, tidak ada doa khusus, tetapi Nabi
tuntutan keadaan serta suasana ( kondisi ).

SAW

berdoa sesuai dengan







.


: 2

}
{ 409

Makna Qunut : Doa yang khusyu, Ibadah taat, melaksanakan ibadah, mengakui
kewajiban ibadah, diam dalam solat, dan lama berdiri, demikian pula melaksanakan
ketaatan. Yang beruntung adalah yang mendapatkannya.
) ( Fathul Bari 2 : 409

#########################

Selasa, 26 Juli 2005 21:39:38 WIB



) : ( ) (
) ( , :
) ( ) (
.
) ( )
( : ) ( :
, , ,
, , , ,
. ,
: ,

. ) : ( .
: . . :
) (
: : ,

)
. (

Sumber: Tirmidzi
Tema: Tidak berqunut

No. Hadist: 368 | Sumber: Tirmidzi | Kitab: Shalat
Bab: Tidak berqunut
0 Komentar












Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani' berkata; telah menceritakan kepada
kami Yazid bin Harun dari Abu Qilabah Al Asyja'i ia berkata; "Aku pernah bertanya
kepada ayahku, "Wahai ayah, sesungguhnya engkau pernah shalat di belakang
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali di Kufah ini
sekitar selama lima tahun, maka apakah mereka membaca qunut?" ia menjawab, "Wahai
anakku, itu adalah perkara baru." Abu Isa berkata; "Hadits ini derajatnya hasan shahih.
Dan hadits ini diamalkan oleh banyak ulama. Sufyan Ats Tsauri berkata; "Jika
seseorang melakukan qunut dalam shalat subuh maka itu baik, jika tidak maka itu juga
baik." Dan Sufyan Ats Tsauri memilih untuk tidak melakukan qunut. Demikian juga Ibnu
Al Mubarak, ia tidak melakukan qunut dalam shalat subuh." Abu Isa berkata; "Abu
Malik Al Asyja'i namanya adalah Sa'd bin Thariq bin Asyyam. Telah menceritakan
kepada kami Shalih bin Abdullah berkata; telah menceritakan kepada kami Abu
Awanah dari Abu Malik Al Asyja'i seperti makna hadits tersebut dengan sanad ini."

Makna Qunut, Makna Nazilah, Qunut Pada


Pertengahan Ramadhan Dan Akhir Ramadhan
SEMUA HADITS TENTANG QUNUT SHUBUH TERUS-MENERUS ADALAH LEMAH
(176 / 2) -
. " " : ) - 431
( 252 / 1 ) . 108 . (
" :
: ) (
: . " . . .
) ( ) : ( 499 / 3 ) ( )
- - : : ( 94



.
:
) (
:
. " . : " " )
- 1 / 66 " : ( 6962 ) (
) (
) (
(243 / 1) -
) ( " :
:
" : . .
"
: : : " :
" . . :

" " " "
" "
" : . .
. . "
:

" :
) (
"

: -
-


" :
"


"
" ) 263
(





) (
( 2 ) " :
:
:


"
: :




:

(425 / 3) -
( )
1425



.

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bagian Kelima dari Enam Tulisan 5/6

MAKNA QUNUT
Qunut): Secara bahasa memiliki banyak makna [1], di antaranya )
Kata

:adalah
:Berdiri lama, berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam .1



.




"Artinya : Seutama-utama shalat yaitu yang lama berdirinya
HSR. Ahmad (III/302, 391), Muslim (no. 756), at-Tirmidzi (no. 387), dari
(Shahabat Jabir, Ibnu Majah (no. 1421) dan al-Baihaqi (III/8
[Diam.[2 .2
:Selalu taat, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala .3
Artinya : Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah"
orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabb[nya?... [Az-Zumar: 9
:Dan firman Allah Subhanahu wa Taala

Artinya : Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara


kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh
(ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabb-nya dan Kitab-kitab-Nya,
[dan dia adalah termasuk orang-orang yang ta'at. [At-Tahrim: 12
.Tunduk menghinakan diri kepada Allah .4
Artinya : Dan kepunyaan-Nya lah siapa saja yang ada di langit dan di bumi.
[Semuanya hanya kepada-Nya tunduk. [Ar- Rum: 26
.Doa, sebagaimana yang dikenal saat ini, yaitu doa qunut .5
.Khusyu .6
[Tasbih[3 .7

MAKNA NAZILAH
.Kata (an Nazilah) artinya: Musibah, bencana, malapetaka
Jadi, qunut Nazilah yaitu qunut untuk mendoakan kebaikan (kemenangan)
bagi kaum Muslimin dan mendoakan kecelakaan (kebinasaan) bagi kaum
.Kafir atau Musyrik yang menjadi musuh Islam
Qunut Nazilah ini hukumnya sunnat dan adanya di lima waktu shalat wajib;
Shubuh, Zhuhur, Ashar, Magh-rib dan Isya. Tempatnya doa qunut ialah
waktu berdiri sesudah ruku di rakaat yang akhir. Adapun hadits yang
menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam qunut sebelum ruku
maksudnya: Lama berdiri dalam membaca ayat, sebagaimana disebutkan
:dalam hadits





".Artinya : Seutama-utama shalat yaitu yang lama berdirinya"
(Lihat Zaadul Maaad (I/235
BEBERAPA MASALAH PENTING BERKENAAN DENGAN QUNUT
Bacaan doa qunut yang biasa dipakai sebagian kaum Muslimin yang .1
:berbunyi








(

)







.

Artinya : Ya Allah berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah
Engkau beri petunjuk, berilah aku perlindungan (dari penyakit dan apa yang
tidak disukai) sebagaimana orang yang pernah Engkau lindungi, sayangilah
aku sebagaimana orang yang telah Engkau sayangi. Berikanlah berkah
terhadap apa-apa yang telah Engkau berikan kepadaku, jauhkanlah aku dari
kejelekan apa yang Engkau telah takdirkan, sesungguhnya Engkau yang
menjatuhkan hukum, dan tidak ada orang yang memberikan hukuman
kepada-Mu. Sesungguhnya orang yang Engkau bela tidak akan terhina, dan
tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Mahasuci Engkau, wahai Rabb
.kami Yang Mahatinggi
Sebenarnya lafazh doa ini adalah lafazh doa untuk qunut witir, sebagaimana
.yang telah diriwayatkan dari al-Hasan bin Ali radhiyallahu anhuma
HR. Abu Dawud (no. 1425), at-Tirmidzi (no. 464), Ibnu Majah (no. 1178), an(Nasa-i (III/248), Ahmad (I/199, 200) dan al-Baihaqi (II/209, 497-498
Sedang doa yang ada di dalam kurung menurut ri-wayat al-Baihaqi. Hadits
ini diriwayatkan dari Shahabat Hasan bin Ali radhiyallahu anhuma:
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepadaku beberapa
kalimat yang aku baca dalam shalat witir
Lihat Shahiih at-Tirmidzi (I/144), Shahih Ibni Majah (I/194), Irwaa-ul Ghalil,
oleh Syaikh al-Albani (II/172) dan Shahiih Kitaab al-Adzkaar (I/176-177, no.
155/125). Hadits shahih. Lihat kepada kitab saya yang berjudul: Doa dan
Wirid Mengobati Guna-guna dan Sihir Menu-rut al-Quran dan as-Sunnah hal.
193-194, cet. IV
Doa qunut Witir dilakukan sebelum ruku pada rakaat terakhir dari shalat
Witir, dengan dasar hadits Ubay bin Kaab: Bahwa Rasulullah Shallallahu
[alaihi wa sallam melakukan qunut dalam shalat witir sebelum ruku.[4
Hukum qunut Witir ini adalah sunnah, disyariatkan melakukan qunut Witir
sepanjang tahun sebelum ruku, sebagaimana hadits Hasan bin Ali
Radhiyallahu anhuma, dan riwayat ini shahih dari Abdullah bin Masud dan
Abdullah bin Umar radhiyallahu anhum, bahkan diriwayatkan dari Jumhur
Shahabat, sebagaimana yang diri-wayatkan dari Ibrahim, dari Alqamah:
Sesungguhnya Ibnu Masud dan para Shahabat Nabi Shallallahu alaihi wa
[sallam (melakukan) qunut dalam shalat witir sebelum ruku. [5
Dari Ibrahim an Nakhai, ia berkata: Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu
tidak pernah qunut Shubuh sepanjang tahun dan ia qunut Witir setiap malam

[se-belum ruku. [6
.Abu Bakar Ibnu Abi Syaibah berkata: Ini adalah atsar yang kami pegang
[Ishaq bin Rahawaih memilih qunut (Witir) dilaksana-kan sepanjang tahun. [7
QUNUT PADA PERTENGAHAN RAMADHAN SAMPAI AKHIR RAMADHAN
Disyariatkan juga qunut pada pertengahan Ramadhan sampai akhir
.Ramadhan, berdasarkan riwayat Sahabat dan Tabiin
Dari Amr bin Hasan, bahwasanya Umar radhiyallahu anhu menyuruh Ubay
radiyallahu anhu mengimami shalat (Tarawih) pada bulan Ramadhan, dan
beliau menyuruh Ubay radhiyallahu anhu untuk melakukan qunut pada
[pertengahan Ramadhan yang dimulai pada malam 16 Ramadhan.[8
Mamar berkata: Sesungguhnya aku melaksanakan qunut Witir sepanjang
tahun, kecuali pada awal Ramadhan sampai dengan pertengahan (aku tidak
qunut), demikian juga dilakukan oleh al-Hasan al-Bashri, ia menyebutkan dari
[Qatadah dan lain-lain.[9
[Demikian juga dari Ibnu Sirin.[10
Syaikh al-Albani berkata: Boleh juga doa qunut sesudah ruku dan ditambah
dengan (doa) melaknat orang-orang kafir, lalu shalawat kepada Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam dan mendoakan kebaikan untuk kaum Musli-min
pada pertengahan bulan Ramadhan, karena terdapat dalil dari para Shahabat
radhiyallahu anhum di zaman Umar radhiyallahu anhu. Terdapat
keterangan di akhir hadits tentang Tarawihnya para Shahabat radhiyallahu
anhum, Abdurrahman bin Abdul Qari berkata: Mereka (para Shahabat)
melaknat orang-orang kafir pada (shalat Witir) mulai pertengahan Ramadhan





.












Artinya : Ya Allah, perangilah orang-orang kafir yang mencegah manusia
dari jalan-Mu, yang mendustakan Rasul-Rasul-Mu dan tidak beriman kepada
janji-Mu. (Ya Allah) perselisihkanlah, hancurkanlah persatuan mereka,
timpakanlah rasa takut dalam hati mereka, timpakanlah kehinaan dan siksa.Mu atas mereka. (Ya Allah) Ilah Yang Haq
Kemudian membaca shalawat kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,
mendoakan kebaikan bagi kaum Musli-min, kemudian memohon ampun bagi
.kaum Mukminin
:Setelah itu membaca


















.







Artinya : Ya Allah, hanya kepada-Mu kami beribadah, untuk-Mu kami"
melakukan shalat dan sujud, kepadamu kami berusaha dan bersegera, kami
mengharapkan rahmat-Mu, kami takut siksaan-Mu. Sesungguhnya siksaan.Mu akan menimpa orang-orang yang memusuhi-Mu
[Kemudian takbir, lalu melakukan sujud.[11
:Atau setelah membaca
...




:Kemudian membaca























.






Artinya : Ya Allah, kepada-Mu kami beribadah, untuk-Mu kami melakukan"
shalat dan sujud, kepada-Mu kami berusaha dan bersegera (melakukan
ibadah). Kami mengharapkan rahmat-Mu, kami takut kepada siksaan-Mu.
Sesungguh-nya siksaan-Mu akan menimpa pada orang-orang kafir. Ya Allah,
kami minta pertolongan dan memohon ampun kepada-Mu, kami memuji
kebaikan-Mu, kami tidak ingkar kepada-Mu, kami beriman kepadaMu, kami
tunduk kepada-Mu dan meninggalkan orang-orang yang kufur kepada-Mu.
[[12
[Doa di akhir shalat witir [13



.





Artinya : Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari"
kemarahan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari ancaman-Mu. Aku tidak
mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah
[sebagai-mana yang Engkau sanjungkan pada Diri-Mu sendiri [14
.



















Artinya : Mahasuci Allah Raja Yang Mahasuci, Mahasuci Allah Raja Yang"
Mahasuci, Mahasuci Allah Raja Yang Mahasuci. (Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam mengangkat suara dan memanjangkannya pada ucapan yang

[ketiga.)" [15
Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, ]
Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober
[2004M
_______
Footnote
.(Lihat Muqaddimah Fathul Baari hal.176 dalam pasal-( .[1]
:Dalilnya adalah hadits Zaid bin Arqam .[2]
Artinya : Dari Zaid bin Arqam, dia berkata: Ada seseorang di antara kami"
berbicara dengan orang di sampingnya ketika shalat, maka turunlah (firman
Allah Taala): Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'. [AlBaqarah: 238] Beliau memerintahkan kami untuk diam dan dilarang untuk
berbicara. [Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari no. 4534, Muslim no.539, at[.Tirmidzi 405 & 2986, Abu Dawud no.949, an-Nasaa-i III/18
Semua makna ini telah dikenal dalam bahasa Arab, sebagaimana tertera .[3]
dalam kitab-kitab kamus Bahasa Arab, seperti Lisanul Arab XI/313-314,
Mujamul Wasith hal.761 dan yang lainnya
HR. Abu Dawud no. 1427, Ibnu Majah no. 1182, sanad hadits ini shahih .[4]
[lihat Irwaa-ul ghaliil I/167 hadits no.426 dan Shahih Sunan Abi Dawud no.
[1266
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (II/302 atau II/202 no. 12), di-katakan .[5]
oleh al-Hafizh dalam ad-Diraayah: Sanadnya hasan. Syaikh al-Albani
.(berkata: Sanadnya jayyid, menurut syarat Muslim. (Irwaa-ul ghaliil II/166
.HR. Ibnu Abi Syaibah II/305-306 atau II/205 cet. Darul Fikr .[6]
Mukhtashar Qiyamul Lail hal. 125, lihat juga at-Tarjih Fii Masaa-ilith .[7]
Thaharah Wash Shalah oleh DR.Muhammad bin Umar Bazmul hal. 362-385,
.cet. Daarul Hijrah th. 1423 H/2003 M
.Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah II/205 no.10 .[8]
.Mushannaf Abdirrazzaq III/120 dengan sanad yang shahih .[9]
.Mushannaf Abdirrazzaq III/120 dengan sanad yang shahih .[10]
.HR. Ibnu Khuzaiimah II/155-156 no.1100 sanadnya shahih .[11]
HR. Al-Baihaqi dalam Sunanul Kubra sanadnya menurut pendapat al- .[12]
Baihaqi shahih (II/211). Syaikh al-Albani dalam Irwaa-ul Ghaliil II/170 berkata:
Sanadnya shahih dan mauquf pada Umar radhiyallahu anhu. Lihat Shahih
.Kitab al-Adzkar I/179
Ali bin Abi Thalib berkata: Nabi shallallahu alaihi wa sallam mem-baca .[13]
:di akhir witirnya








Artinya : Yang dimaksud akhir witir bisa dibaca sebelum salam atau sesudah"
.salam

Lihat Qiyaamur Ramadhaan hal. 32 oleh syaikh al-Albani


HR. Abu Dawud no.1427, at-Tirmidzi no.3566, Ibnu Majah no.1179, an- .[14]
Nasaa-i III/249 dan Ahmad I/98,118,150. Lihat Shahih at-Tirmidzi III/180,
Shahih Ibni Majah I/194, Irwaa-ul ghaliil II/175 dan Shahih Kitab al-Adzkar
I/255-256 no.246, 184
Abu Dawud no.1430, an-Nasaa-i III/245 dan Ahmad V/123, Ibnu Hibban .[15]
no.677, al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah IV/98 no.972 dan Ibnus Sunni no.
706 dan hadits ini shahih. (Lihat Shahih Kitab al-Adzkaar I/255 dan Zaadul
(.Maaad I/337

Banyak makna qunut akan tetapi yang dimaksudkan disini adalah doa secara
umum atau dengan dzikir-dzikir yang sudah dikenal. [Taudhihul Ahkam,
Abdurrahman Ali Bassam, 2/82]
Doa Pertama

.




[




Ya Allah! Berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri
petunjuk, berilah aku perlindungan (dari penyakit dan apa yang tidak disukai)
sebagaimana orang yang telah Engkau lindungi, sayangilah aku sebagaimana
orang yang telah Engkau sayangi. Berilah berkah apa yang Engkau berikan
kepadaku, jauhkan aku dari kejelekan apa yang Engkau takdirkan,
sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan qadha, dan tidak ada orang yang
memberikan hukuman kepadaMu. Sesungguhnya orang yang Engkau bela tidak
akan terhina, dan orang yang Engkau musuhi tidak akan mulia. Maha Suci
Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau.

[HR. Ashabus Sunan yang empat, Ahmad, Darimi, Al Hakim, dan Baihaqi.
Kalimat yang didalam kurung lafadz Baihaqi. Lihat Shahih Tirmidzi 1/144
dan Shahih Ibnu Majah 1/194 serta Irwaul Ghalil 2/172]
Keterangan: Kita meminta hidayah (hidayah petunjuk yaitu berupa ilmu, hidayah
taufik berupa amal, meminta keselamatan dunia dan akhirat/agama). Adapun
keselamatan agama adalah selamat dari penyakit hati yang berkisar pada nafsu
dan kerancuan berpikir sedangkan keselamatan dunia adalah keselamatan dari
penyakit badan. Watawallani fiiman tawallaita artinya permintaan pertolongan
dan kedekatan kepada Allah. Berkahilah pada apa yang telah Engkau berikan
yakni permintaan keberkahan pada semua kenikmatan yang Allah berikan
kepada kita berupa anak, harta, kehormatan, ilmu, dan sebagainya. Dengan
berkah sesuatu yang sedikit jadi banyak, berapa banyak manusia mampu
berbuat banyak dalam waktu yang singkat, berapa banyak manusia memiliki
sedikit harta akan tetapi penuh dengan kenikmatan dan sebaliknya orang yang
hilang berkahnya tidak dapat menikmati hartanya walaupun banyak. Permintaan
menjauhkan dari takdir yang tidak kita sukai, tidak ada yang dapat menghakimi
Allah, tidak ada yang dapat menang menghadapi Allah bagi orang yang
memusuhi-Nya akan tetapi kehinaan itu terkadang dialami muslimin (penolong
Allah) pada sebagian keadaan dan tidak selamanya dalam rangka maslahat
kaum muslimin. Tabarakta Rabbana yakni Allah yang menurunkan barakah.
Wa taalaita yakni Allah Maha Tinggi dzat dan mulia sifat-Nya. (Syarah Al-Mumti
4/30-45)
Doa Kedua

Ya, Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kerelaanMu dari


kemarahanMu, dan dengan keselamatanMu dari siksaMu. Aku berlindung
kepadaMu dari ancamanMu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan
sanjungan kepa-daMu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan
kepada diriMu sendiri.
[HR. Ashabus Sunan yang empat, Ahmad dan lihat Shahih Tirmidzi 3/180
dan Shahih Ibnu Majah 1/194 serta Irwaul Ghalil 2/175]

Keterangan: Kita berlindung dari sesuatu dengan perantara lawan sifat Allah
seperti berlindung dari kemurkaan dengan perantara keridhaan Allah, berlindung
dengan keselamatan-Nya dari malapetaka agama atau dunia. Lawan dari
keselamatan adalah siksaan sementara siksaan timbul dari dosa-dosa sehingga
bila kita berlindung melalui keselamatan-Nya dari siksa-Nya berarti kita
berlindung dari dosa-dosa hingga Dia menyelamatkan kita dari dosa-dosa
apakah dengan karunia-Nya ataupun karena taubat kita. (Syarah Al-Mumti 4/4950)
Doa Ketiga















.
Ya Allah! KepadaMu kami menyembah. UntukMu kami melakukan shalat dan
sujud.KepadaMu kami ber-usaha dan melayani. Kami mengharapkan rahmatMu,
kami takut pada siksaanMu. Sesungguhnya siksaanMu akan menimpa pada
orang-orang kafir. Ya, Allah! Kami minta pertolongan dan minta ampun
kepadaMu, kami memuji kebaikanMu, kami tidak ingkar kepada-Mu, kami
beriman kepadaMu, kami tunduk padaMu dan berpisah pada orang yang kufur
kepadaMu.
[HR. Baihaqi dalam Sunan Al Qubra dan dishahihkannya. Syaikh Al AlBani
mengatakan dalam Al Irwaul Ghalil 2/170 sanad ini shahih dan hadits ini
mauquf (ucapan Umar). Lihat Kasyful Qana, Al Bahuti 1/419 dan Al
Qawanin Al Fiqhiyah, Ibnu Juza 1/49-pent]

Disadur dari Doa dan Dzikir Pilihan Menurut Tuntunan Sunnah Rasulullah
Shalallahu alaihi wasallam dan Keterangannya Sad bin Ali Wahb AlQohthoni
Maktabah Ar Risalah Penerjemah: Ahmad Hamdani Ibnu Muslim

Assalamualaikum Warohmatullah Wabarokatuh


Mohon maaf ana mau tanya.
1. Apakah semuanya langsung dibaca dalam satu waktu
( doa 1 ~ 3 ) ato pilih salah satu juga syah?
2. Dan bagaimana mengenai waktu Qunut sendiri apakah
sebelum rukuk atau setelah rukuk ?
Baarakallaahu fiikum
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Waalaikumussalam Warohmatullohi Wabarokatuh,
1. Doanya dipilih salah satu
2. Doa qunut dalam witir dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruku,
walaupun yang terbaik dilaksanakan sebelum ruku.[Hadits Ubay bin
Ka'ab:"bahwasanya Rasulullah shallallaahu 'alayhi wasallam qunut dalam
shalat witir sebelum ruku'. HR Abu Dawud no 1427, Ibnu Majah no 1182,
sanad hadits shahih (lihat 'Irwaul Ghalil 1/167 hadits no 426 dan Shahih
Sunan Abi Dawud no 1266). Dan sebagaimana hadits Hasan bin Ali
radiyallaahu 'anhuma, dan ini riwayat yg shahih dari 'Abdullah bin Mas'ud
dan 'Abdullah bin Umar radiyallaahu 'anhuma, bahkan diriwayatkan dari
jumhur Sahabat, sebagaimana diriwayatkan Ibrahim alQamah:"Sesungguhnya Ibnu Mas'ud dan para Sahabat Nabi shallallaahu
'alayhi wasallam qunut dalam shalat witir sebelum ruku'."
Simak diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/302 atau 2/202 no 12,
dikatakan oleh al-hafizh dalam "Addirayah" sanadnya hasan. Syaikh Albani
berkata sanadnya jayyid menurut syarat Muslim (Irwaa'ul Ghalil 2/166).
Juga Syaikh al-Albani rahimahullah berkata : "Boleh juga doa qunut
sesudah ruku' dan ditambah dengan melaknat orang2 kafir, lalu shalawat
kepada Nabi shallalaahu 'alayhi wasallam dan mendoakan kebaikan untuk
kaum muslimin, pada pertengahan Ramadhan, karena ada dalil dari para
Shahabat radiyallaahu 'anhuma di zaman Umar radiyallaahu 'anhu. Simak
Qiyamu Ramadhan hal.31-32]
Wallahu alam. Wafiik barokalloh
Tanya:
Apa hukum membaca doa qunut setiap malam ketika (shalat sunnah) witir?

Jawab:
Tidak masalah mengenai hal ini. Doa qunut (witir) adalah sesuatu yang disunnahkan.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun biasa membaca qunut tersebut. Beliau pun pernah
mengajari (cucu beliau) Al Hasan beberapa kalimat qunut untuk shalat witir. Ini termasuk
hal yang disunnahkan. Jika engkau merutinkan membacanya setiap malamnya,
maka itu tidak mengapa. Begitu pula jika engkau meninggalkannya suatu waktu
sehingga orang-orang tidak menyangkanya wajib, maka itu juga tidak mengapa. Jika
imam meninggalkan membaca doa qunut suatu waktu dengan tujuan untuk mengajarkan
manusia bahwa hal ini tidak wajib, maka itu juga tidak mengapa. Nabi shallallahu alaihi
wa sallam ketika mengajarkan doa qunut pada cucunya Al Hasan, beliau tidak
mengatakan padanya: Bacalah doa qunut tersebut pada sebagian waktu saja.
Sehingga hal ini menunjukkan bahwa membaca qunut witir terus menerus adalah
sesuatu yang dibolehkan.
]][Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, Fatawa Nur alad Darb, 2/1062[1
Catatan: Dari sini kita melihat bahwa do'a qunut witir itu boleh dibaca setiap saat (setiap
malam), tidak khusus hanya di bulan Ramadhan, tidak khusus pula setelah 15 Ramadhan.
Do'a qunut witir silakan baca di sini.
Adapun untuk pembahasan qunut shubuh silakan baca di sini.

Muhammad Abduh Tuasikal


) 315 / 1) -


.
. .
.
.
.
. .
.

.
.
.
.
. .


. .

(169 / 3) -


(


)


}
:












{

}




.


















(
)

(
{
)






{.



}

)
}
(





(




)


".

{





(170 / 3) -

{ .




: }







:


"
:
"














:

} :



{ .





.


:












"



"





{




:






}




:









{






:



".
"











}


{ :









) 171 / 3) -

















:


} .






.




{




: }






}:
























}.






.
(485 / 1) -





}:
- ( 43 ) - 372 - 372








:








{
} :







{.
}
{


{ }:
}

} :

)(1
)(2
|
)(3
| |
)(4
| | |
)(5

|
|
|
|

)(6
|
)(7
| |
)(8
| | |
)(9
| | | | | | | | |
: ] : )(10
]
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
] : ] : )(10
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
: ] 18 : )(10
]
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
: ] : )(10
]
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
] : ] : )(10
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
] : ] : )(10
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
] : ] : )(10
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
: ] : )(10
]
|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

)(6
|
)(7
| |
)(8
| | |
)(9
| | | | | | | | |
: ] : )(10
]
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
: ] : )(10
]
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
: ] : )(10
]
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
] : ] : )(10
| | | | | | | | |
] : ] : )(10
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
] : ] : )(10
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
: ] : )(10
]
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

)(9
| |
] : ] : )(10
|

|
|
|
|
|
|

|
|
|
|
|
|

|
|
|
|
|
|

|
|
|
|
|
|

)(5
)(6
|
)(7
| |
)(8
| | |
)(9
| | | | | | | | |
: ] : )(10
]
|
)(2
| |
)(3
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
: ] : )(9
]
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
] : ] : )(9
| | | | | | | |
] : ] : )(9
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
: ] : )(9
]
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
] : ] : )(9
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
: ] : )(9
]
| | | | | | | |
: ] : )(9
]
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
] : ] : )(9
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
|
|
|
|

: ] : )(9
:

| | | | | | | |
] : )(9
]
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8

: ] : )(9
:

| | | | |
]

| | | | | | | |
]

| | | | | | | |
] : )(9
]
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8

] : ] : )(9

|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

)(6
)(7
|
)(8
| | | | | | | |
] : ] : )(9
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
] : ] : )(9
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
] : ] : )(9
| | | | | | | |
] : ] : )(9
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
: ] : )(9
]
| | | | | | | |
: ] : )(9
]
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
: ] : )(9
]
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
|
|

| | | | | | | |
] : )(9
]
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8

| | | | | | | |
] : )(9
]
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8

| | |
] : ] : )(9
)(5
|
)(6
| |
)(7
| | |
)(8
| | | | | | | |
: ] : )(9
]
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
: ] : )(9
]
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
] : ] : )(9
| | | | | | | |
] : ] : )(9
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
] : ] : )(9
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
|

|
|
|
|
|

|
|
|
|
|

|
|
|
|
|

|
|
|
|
|

| | | | | | | |
] : )(9
]
| |
)(3
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8

: ] : )(9
:

| | | |
]

| | | | | | | |
] : )(9
]
|
)(2
| |
)(3
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
)(10
| | | | | | | | | |
)(11

: ] : )(12

)(10
)(11
| |
: ] : )(12

|
|

|
|

|
|

|
|

|
|

|
|

|
|

|
|

|
|

|
|

|
|

|
|

| | | |
]
| | | |
| | | |

)(10
)(11
| |
: ] : )(12

| |
]
| |
| |

| | | | | | | | |
]
|
)(2
| |
)(3
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
)(10
| | | | | | | | | |
)(11

] : ] : )(12

)(7
)(8

|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

)(9
|
)(10
| |
)(11
| | | |
: ] : )(12

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

)(6
|
)(7
| |
)(8
| | |
)(9
| | | |
)(10
| | | | |
)(11
| | | | | |
: ] : )(12

|
|
|
|
|
|

|
|
|
|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

| | |
]
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |
| | |

| | | | |
]
|
)(2
| |
)(3
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
)(10

: ] : )(11

|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
]
|
|
|

|
]
|
|
|

)(8
)(9
|
)(10
| | |
: ] : )(11

)(8
)(9
|
)(10
| | | | | | | | | |
: ] : )(11
]
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
)(10
| | | | | | | | | |
: ] : )(11
]
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
)(10
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

] : ] : )(11
] : ] : )(11

|
|
|
|
|
|

|
|
|
|
|
|

|
|
|
|
|
|

|
|
|
|
|
|

|
|
|
|
|
|

)(6
|
)(7
| |
)(8
| | |
)(9
| | | |
)(10
| | | | | | | | | |
: ](11) :
]
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
)(10
| | | | | | | | | |
] : ] : )(11
| | | | | | | | | |
] : ] : )(11
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
)(10
| | | | | | | | | |
] : ] : )(11
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
)(10
| | | | | | | | | |
] : ] : )(11
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
)(10
| | | | | | | | | |
] : ] : )(11
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
)(10
| | | | | | | | | |
] : ] : )(11
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7

)(8
|
)(9
| |
)(10
| | |
] : ] : )(11
| | |
] : ] : )(11

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|
|
|
|
|

)(2
)(3
|
)(4
| |
)(5
| | |
)(6
| | | |
)(7
| | | | | | |
: ] : )(8
]
| | | | | | |
: ] : )(8
]
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
: ] : )(8
]
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
|
|
|
|
|

)(5
|
)(6
| |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
: ] : )(8
]
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
: ] : )(8
]
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
: ] : )(8
]
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | |
)(5
|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

)(6
|
)(7
| | | | | | |
: ] : )(8
]
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
: ] : )(8
]
| | | | | | |
: ] : )(8
]
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
: ] : )(8
]
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
: ] : )(8
]
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
: ] : )(8
]
| | | | | | |
: ] : )(8
]
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
: ] : )(8
]
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
|
)(2
| |
)(3
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
: ] : )(6
]
|
)(2
| |
)(3
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
|
|

|
|

|
|

|
|

|
|

)(7
|
)(8
| |
)(9
| | |
)(10
| | | | |
: ] : )(11
|
|
|
|

: ] : )(11

|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

| | | | |
]

)(8
|
)(9
| |
)(10
| | |
: ] : )(11

|
|
|

|
|
|

| | | | |
]
| | | | |
| | | | |
| | | | |

| |
]

: ] : )(11

| |
]

] : ] : )(11

|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

|
|
|
|

)(8
)(9
|
)(10
| | | | | | | | | |
: ] : )(11
]
| | | | | | | | | |
: ] : )(11
]
|
)(2
| |
)(3
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
: ] : )(6
]
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
] : ] : )(6
|
)(2
| |
)(3
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
| | | | | | |
] : ] : )(8
|
)(2
| |
)(3
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
|
|

|
] : ] : )(7
)(5
|
)(6
| | | | | |
] : ] : )(7
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
] : ] : )(7
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
: ] : )(7
]
| | | | | |
: ] : )(7
]
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
: ] : )(7
]
|
)(2
| |
)(3
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
] : ] : )(8
|
)(2
| |
)(3
| | |
)(4
| | | |
)(5
| | | | |
)(6
| | | | | |
)(7
| | | | | | |
)(8
| | | | | | | |
)(9
| | | | | | | | |
)(10
| | | | | | | | | |
)(11
| | | | | | | | | | |
)(12
| | | | | | | | | | | |
: ] : )(13
]
| | | | | | | | |
)(10
| | | | | | | | | |
)(11
| | | | | | | | | | |
)(12
| | | | | | | | | | | |
: ] : )(13
]
|
)(2
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

|
|
|

)(3
|
)(4
| |
)(5
| | | |
] : ] : )(6
)(2
|
)(3
| |
)(4
| | |
)(5
| | | |
)(6
| | | | |
)(7
| | | | | |
)(8
| | | | | | |
: ] : )(9
|
|
|

|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
]

| 1

|
] [ ] [ ] [ ] [
673 :



) (





" :





:











".










QUNUT DALAM SHALAT WITIR


Penulis: AL Ustadz Zuhair Syarif

Imam Malik berpendapat bahwa qunut witir dilaksanakan hanya pada

pertengahan atau setengah akhir bulan Ramadhan. Hal ini juga dinyatakan
oleh Az-Zuhri, Imam Malik dan Imam Ahmad dengan membawakan dalil
:riwayat Abu Dawud
Umar Ibnul Khatab radliyallahu `anhu mengumpulkan (manusia) kepada Ubai
bin Ka`ab dan dia shalat bersama mereka pada malam ke 20. Dia tidak qunut
kecuali pada pertengahan akhir bulan Ramadlan. (HR. Abu Dawud dalam
(Sunannya 2/65
:Berikutnya adalah hadits Anas radliyallahu `anhu
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam qunut pada setengah akhir bulan
.... Ramadlan
:Akan tetapi dalil yang mereka bawakan ini dlaif dari beberapa sisi
Pertama, pada sanad riwayat dari Umar ada inqitha' (putus sanad) yakni AlHasan dari Umar, sedang Al-Hasan tidak bertemu Umar. Kedua, pada sanad
riwayat dari Anas yang meriwayatkan dari beliau adalah Abul Atikah. Dia dlaif
sebagaimana kata Ibnul Qayim Al-Jauziyahdi dalam Aunul Ma'bud: "Abu
Atikah dlaif." Juga kata Al-Baihaqi: "Tidak shahih sanadnya (lihat halaman ini
pada rujuk Imam Malik dalam syarah Az-Zarqani terhadap Al-Muwatha' 1/216
dan rujuk Imam Ahmad dalam Masail Ibnu Hani 1/100 no. 500. Demikian pula
keterangan Syaikh Masyhur Hasan Salman dan beliau berkata: "Benar, qunut
witir pada pertengahan akhir Ramadlan mempunyai keadaan yang khusus
yang diterangkan oleh atsar yang terdapat dalam Shahih Ibnu Khuzaimah
2/155-156 dengan sanad yang shahih. Akan tetapi qunut witir tidak
dikhususkan dan terbatas pada waktu ini, tetapi ia syariatkan di seluruh
tahun (Al-Qaulul Mubin hal 133-134). Demikian juga yang dinyatakan oleh
Sayid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah 1/165 dan lain-lain. Oleh karena itu Syaikh
.Masyhur memasukkan pendapat di atas sebagai kesalahan
:Mengenai tempat qunut, ada beberapa pendapat yaitu
Pertama, sesudah ruku`, sebagaimana pendapat Imam As-Syafi'i dan Ahmad
Kedua, sebelum ruku` menurut pendapat Imam Malik Ketiga, boleh sesudah
ruku` dan sebelum ruku, menurut salah satu pendapat Imam Malik. (lihat Al(Istidzkar 6/201
Dalam ikhtilaf semacam ini, maka kita kembalikan kepada nash yang shahih
yaitu hadits dari Ubai bin Ka`ab radliyallahu `anhu, dia berkata: Rasulullah
shallallahu `alaihi wa sallam qunut pada rakaat witir dan meletakkannya
sebelum ruku`." (HR. Ibnu Abi Syaibah 12/41/1, Abu Dawud, An-Nasa'i di
dalam Sunan Al-Kubra 218/1-2, Ahmad, At-Thabrani, Al-Baihaqi dan Ibnu
.(Asakir dengan sanad yang shahih. Demikian penilaian Syaikh Albani
.Hadits shahih ini mendukung pendapat yang kedua

Syaikh Masyhur berkata: "Qunut witir diletakkan sebelum ruku` sedangkan


qunut nazilah sesudah ruku`. Kecuali apabila terjadi nazilah (kegentingan) di
kalangan kaum muslimin sebagaimana pada atsar yang diriwayatkan Ibnu
(Khuzaimah (Al-Qaulul Mubin hal. 134
Kemudian tatacaranya adalah sebagaimana yang telah dikatakan oleh Sayid
Sabiq: "Apabila qunut setelah ruku`, dengan mengangkat tangan dan takbir
setelah selesai qunut. Yang demikian diriwayatkan dari sebagian shahabat.
Sebagian ulama menyunahkannya dan sebagian lain tidak." (Fiqhus Sunnah
(1/166
Adapun masalah mengusapkan kedua tangan ke muka setelah qunut Imam
Al-Baihaqi mengatakan: "Lebih utama tidak dilakukan dan cukup dengan apa
yang dilaksanakan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, yakni
".mengangkat tangan tanpa mengusapkannya ke muka
Al-`Izz bin Abdis Salam berkata: "Tidaklah mengusapkan kedua tangan ke
.(muka setelah doa qunut kecuali orang bodoh/jahil." (Al-Fatawa hal. 47
Oleh karena itu Syaikh Masyhur memasukkannya ke dalam kesalahan dalam
shalat di dalam kitab beliau Al-Qaulul Mubin fi Akhta'il Mushalin (keterangan
.yang jelas tentang kesalahan orang-orang yang shalat) hal 133

Dikutip dari majalah Salafy Edisi XXII/1418/1997, penulis asli ustadz Zuhair)
(Syarif, judul asli "Sholat Tarawih", hal 22-32

Petunjuk tentang Qunut Witir Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam


Penulis: Abul 'Abbaas Musa ibn John Richardson
Judul Pelajaran : Penjelasan tentang do'a qunut yang dilakukan dalam sholat
Witir, dari perspektif hadits dan perspektif fiqih
Disampaikan oleh Shaykh Muhammad Bin Umar bin Salim Bazmul saat )
(mengajar di Universitas Umm al-Quraa, Saudi Arabia
: Pelajaran terbagi menjadi dua bagian utama
Bagian Pertama: Riwayat-riwayat yang diperbincangkan kesahihannya
Bagian Kedua : Masalah yang berhubungan dengan do'a qunut yang
dilakukan dalam sholat Witir

Penyusun mengumpulkan seluruh riwayat yang shahih dari Nabi (Shallallahu


'alaihi wasallam) dan pernyataan para sahabatnya yang berhubungan
.dengan qunut dalam sholat witir
Kemudian beliau mengumpulkan yang termasuk dalam kategori sahih, agar
supaya membedakan antara (riwayat) orang-orang yang tak dapat diterima
dan yang bisa diterima, dalam rangka memusatkan pada prinsip dasar dalam
pelajaran tersebut yang layak diambil, yang didasarkan semata-mata pada
.masalah yang berkenaan dengan doa qunut dalam sholat Witir
Beliau juga mengumpulkan dari madzhab fiqih terkenal yang telah yang
.menjelaskan tentangnya, termasuk madzhab Dhahiriyyah
Penyusun kemudian kembali dan meneliti masalah tersebut satu-persatu,
memilah sesuai dengan riwayat yang sahih, menggunakan manhaj para
.Ulama meneliti,berargumentasi, dan mengambil kesimpulan
:Sebagian dari kesimpulan dalam studi (beliau) sebagai berikut
Bahwa doa qunut dalam sholat witir (di bulan Ramadhan, red) .1
diperbolehkan dilakukan semua sepanjang tahun. [Ishaq bin Rahawaih
memilih qunut (witir) dilaksanakan sepanjang tahun, simak Mukhtasar
Qiyamullail 125, lihat juga kitab at-Tarjih fii Masaailil Thaharah was Shalah
oleh DR. Muhammad bin 'Umar Bazmul hal 362-385. Dan kata
Ma'mar:"Sesungguhnya aku qunut witir sepanjang tahun kecuali awal
Ramadhan sampai dengan pertengahan saya tidak qunut, demikian juga
dikalukan oleh Hasan al-Bahsri, ia menyebutkan dari Qatadah dan lainnya.
Lihat Mushannaf 'Abdurrazzaq 3/120 dengan sanad yang shahih. Serta Dari
Ibrahim an-Nakha'i telah berkata 'Abdullah:"ia tidak pernah qunut Shubuh
sepanjang tahun dan ia qunut witir setiap malam sebelum ruku'." Kata Abu
Bakar Ibnu Abi Syaibah:"Ini atsar yang kami pegang. HR Ibnu Abi Syaibah
."[2/305-306 atau 2/205
Termasuk sunnah Nabi ( Shallallahu 'alaihi wasallam) yakni kadang-kadang .2
.melaksanakannya dan kadang-kadang meninggalkannya
Menyambung (di atas), yakni setiap malam yang telah ditetapkan adalah .3
separuh malam terakhir dari bulan Ramadhan, yakni dimulai dengan malam
yang yang keenambelas.[Dari 'Amr dari Hasan, bahwasanya 'Umar
radiyallaahu 'anhu menyuruh Ubay radiyallaahu 'anhu mengimami shalat
tarawih pd bulan Ramadhan, dan beliau menyuruh Ubay radiyallaahu 'anhu
untuk melakukan qunut pada pertengahan Ramadhan mulai malam 16
[Ramadhan. HR Ibnu Abi Syaibah 2/205 no.10

Qunut (semestinya) ditinggalkan saat separuh pertama dari bulan .4


Ramadhaan, terlebih jika sholat tersebut dilakukan berjamaah dengan orang.orang, sebab hal ini menyimpang dari Sunnah, dan tidak dikenal luas
Diperbolehkan melakukan doa qunut pada (malam) pertama dan kedua .5
.dari separoh bulan Ramadhaan
Do'a qunut dalam witir dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruku', .6
walaupun yang terbaik dilaksanakan sebelum ruku'.[Hadits Ubay bin
Ka'ab:"bahwasanya Rasulullah shallallaahu 'alayhi wasallam qunut dalam
shalat witir sebelum ruku'. HR Abu Dawud no 1427, Ibnu Majah no 1182,
sanad hadits shahih (lihat 'Irwaul Ghalil 1/167 hadits no 426 dan Shahih
Sunan Abi Dawud no 1266). Dan sebagaimana hadits Hasan bin Ali
radiyallaahu 'anhuma, dan ini riwayat yg shahih dari 'Abdullah bin Mas'ud
dan 'Abdullah bin Umar radiyallaahu 'anhuma, bahkan diriwayatkan dari
jumhur Sahabat, sebagaimana diriwayatkan Ibrahim alQamah:"Sesungguhnya Ibnu Mas'ud dan para Sahabat Nabi shallallaahu
'alayhi wasallam qunut dalam shalat witir sebelum ruku'."Simak Diriwayatkan
olsyaieh Ibnu Abi Syaibah 2/302 atau 2/202 no 12, dikatakan oleh al-hafizh
dalam "Addirayah" sanadnya hasan. Syaikh Albani berkata sanadnya jayyid
menurut syarat Muslim (Irwaa'ul Ghalil 2/166). Juga Syaikh al-Albani
rahimahullah berkata : "Boleh juga doa qunut sesudah ruku' dan ditambah
dengan melaknat orang2 kafir, lalu shalawat kepada Nabi shallalaahu 'alayhi
wasallam dan mendoakan kebaikan untuk kaum muslimin, pada pertengahan
Ramadhan, karena ada dalil dari para Shahabat radiyallaahu 'anhuma di
[zaman Umar radiyallaahu 'anhu. Simak Qiyamu Ramadhan hal.31-32
Termasuk menyimpang dari Sunnah yakni bertakbir (Allahu akbar) .7
.'sebelum dan sesudah qunut, ketika (memilih) berdoa qunut sebelum ruku
Termasuk Sunnah adalah bahwa imam mengeraskan suaranya saat .8
."berdo'a qunut, dan para jama'ahnya mengucapkan "amiin
Termasuk Sunnah, untuk tidak memanjangkan do'a qunut, dan yang .9
terbaik adalah mencukupkan diri untuk merujuk pada apa yang telah yang
diberitakan Nabi (Shallallahu 'alaihi wasallam), sehingga dia hanya
.diperbolehkan untuk memperpanjang sesuai pernyataan yang telah tetap
Tidak ada ketetapan yang mengharuskan orang-orang untuk berdo'a .10
qunut dengan cara tertentu, tidak bebas melakukan apapun, sebab cara yang
.terbaik adalah yang telah shahih riwayatnya
Merupakan Sunnah bagi imam orang-orang untuk tidak berdo'a qunut .11

pada separuh pertama bulan Ramadhaan, (akan tetapi) melakukan qunut


tersebut pada separuh terakhir, serta memohon (dalam qunut) untuk
.membinasakan kaum kafir pada doa qunutnya
Diperbolehkan mengangkat tangan pada do'a qunut, atau membiarkan .12
tangan tetap di samping (seperti posisi sebelumnya/tidak mengangkat
tangan), atau mengangkat tangan di awal qunut dan menurunkan tangan di
.akhir qunut, semua cara ini diperbolehkan
Tidak diizinkan untuk menyeka/menyapu wajah dengan tangan setelah .13
.qunut
Diperbolehkan mengucapkan shalawat kepada Nabi (Shallallahu 'alaihi .14
.wasallam) di (dalam) do'a qunut
Abdullaah ibn Masud dan Ubay ibn Kab (semoga Allah meridloi .15
keduanya) yang telah meriwayatkan banyak tentang do'a qunut di (dalam)
.sholat witir
Sholat yang paling menyerupai sholat witir adalah paling adalah Maghrib, .16
.sebab sholat Maghrib adalah witir di sore [/siang] hari
Apa saja yang dikerjakan dalam qunut nazilah (yang dilakukan dalam .17
sholat wajib) juga dapat dikerjakan dalam doa qunut dalam sholat witir. Hal
ini sesuai dengan prinsip bahwa sesuatu yang disahkan dalam amalan wajib
adalah juga disahkan untuk amalan sunnah, kecuali jika disana ada dalil
.khusus yang melarangnya
Dan beliau berharap kiranya dapat membantu menghidupkan kembali
manhaj Ulama' di (dalam) meneliti, mengumpulkan dalil-dalil, menerimanya
dan menolaknya dalil dalam kaitan dengan kesahihannya, dan kemudian
.membuat kesimpulan yang berdasar padanya
Semoga Allaah mengabulkan doa penyusun, sera memberikan bimbingan,
.dan keteguhan
Dari abstrak pelajaran yang disampaikan Syaikh Muhammad Bazmul pada]
[Universitas Umm al-Quraa, Saudi Arabia
? Masalah yang keempat: Apakah posisi tangan diangkat dalam doa qunut
: Berikut hukum yang ditetapkan dalam doa qunut
;Yakni seseorang mengangkat tangannya (1

keterangan ust Abu Hamzah Yusuf : Dzahir perkataan Ahlul ilmi (tentang]
kaifiyat mengangkat tangan) : bahwasanya kedua tangan digandengkan
seperti orang yang sedang memohon, meminta dari orang lain agar
memberikannya sesuatu. Adapun dibentangkan dan saling berjauhan antara
kedua tangan , maka aku tidak mengetahui ada asalnya dalam Sunnah tidak
pula dari perkataan ulama
;Yakni seseorang membiarkan tangannya berada disampingnya (2
Yakni seseorang mengangkat tangannya di awal qunut dan menurunkan (3
.tangannya di akhir qunut
:(Dalil (yang berkenaan dengan poin di atas
Nabi (Shallallaahu alaihi wasallam) menaikkan tangannya yang (1
digunakan untuk berdoa qunut an-nazilah, yakni memohon (kepada Allah,
red) untuk membinasakan kaum (kafir). [Sahihh: Ahmad 3/137, al-Mu'jam asSaghir, dan al-Baihaqi didalam Dalaa'il an-Nubuwwah dan As-Sunan Al.[(Kubraa. Lihat juga: Irwaa' Al-Ghalil ( 2/181
.Dan 'Abdullaah ibn Mas'ud dahulu mengangkat tangannya saat qunut
Az-Zuhri meriwayatkan, mengacu pada perbuatan Shahabat Nabi : (2
"."Mereka dahulu tidak menaikkan tangannya dalam Witir di bulan Ramadhan
Az-Zuhri meriwayatkan bahwa Ibn Mas'ud dahulu mengangkat tangannya (3
.di(dalam) Witir, dan setelah itu membiarkan tangannya di sampingnya
Musa Abul-'Abbaas Musa ibn John Richardson ('Aziziyyah, Makkah, Saudi
Arabia) menyatakan : bahwa tindakan Ibn Mas'ud sesuai disini, sebab beliau
adalah sahabat Nabi dan perbuatan ini adalah tauqifi, dibatasi oleh dalil,
maka beliau tidak akan melakukan berbagai hal didalam shalat menurut
pendapatnya sendiri, melainkan beliau mempelajari hal tersebut dari Nabi
.(Shallallaahu alaihi wasallam). Dan Allah Taala mengetahui yang terbaik
Masalah yang keenam: Apakah doa qunut dan ucapan Amiin" para
?makmum/jamaah dilaksanakan dengan suara keras
[Ringkasan]
Mengingat tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa mereka dulu
(sahabat) mengucapkan "Amiin" di belakang imam mereka sepanjang qunut
witr, maka dapat diambil dalil melihat perbuatan Sahabat pada qunut annaazilah (doa untuk memohon perlawanan atas orang-orang (musuh, red)
yang dilakukan pada sholat yang wajib), karena ucapan mereka "Amiin" di
belakang Imam dalam sholat adalah amalan (yang) dilaksanakan dalam

sholat wajib. Hal ini telah tetap dalilnya dilakukan dalam sholat Maghrib,
yang mana [sholat Magrib ini merupakan, red] witir yang wajib, dengan
begitu diperbolehkan juga untuk melakukannya didalam sholat yang tidak
: wajib, berdasarkan pada prinsip yang disebutkan dalam kaidah berikut
Apa saja yang telah ditetapkan untuk qunut nazilah (yang dilakukan pada ...
sholat yang wajib) adalah juga dapat diamalkan dalam qunut pada sholat
witir. Hal ini didukung oleh bahwa amalan apapun yang disyariatkan dalam
amalan wajib adalah juga disyariatkan dalam amalan sunnah, kecuali jika
.disana ada dalil khusus yang melarang hal tersebut
Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits hasan dalam Musnad Ahmad (1)
(2746), Abu Dawud (1443), Ibn Khuzaimah (618), al-Haakim (1/225), alBayhaqi dalam as-Sunan al-Kubraa (2/200). Dan telah disepakati oleh al.(Haakim, Ibn Khuzaimah, dan al-Albaani (Irwaa' al-Ghalil:2/163
[Datang dari sahabat Ibnu Abbas radliyallahu anhu]
.Dan Allah Taala mengetahui yang terbaik



Diterjemahkan dari http://www.salafitalk.net/st/viewmessages.cfm?)
(Forum=24&Topic=4048, tulisan Abul-'Abbaas Musa ibn John Richardson

Bacaan Qunut Dalam Sholat


Sudah menjadi satu kebiasaan di kebanyakan masjid yang ada di tanah air kita ketika shalat Shubuh
berjamaah, imam selalu membaca doa qunut setelah rukuk pada rakaat terakhir dengan
bacaanAllohummahdinaa fiiman hadait dst. kemudian diaminkan oleh para makmum di
belakangnya.Doa tersebut kebanyakan telah dihafal oleh kalangan awam, lebih-lebih mereka yang
dianggap pandai dalam urusan agama. Hal ini dikarenakan doa qunut ini tidak pernah mereka tinggalkan.
Atau, mereka menganggap itu merupakan sunnah rawatib (sunnah yang selayaknya dilaksanakan terus)
dalam shalat Shubuh. Atau bahkan yang lebih ekstrem, menganggap bahwa qunut Shubuh merupakan
suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan, sehingga tidak jarang kita jumpai seorang makmurn yang
sedang shalat dengan seorang imam yang tidak dikenalnya, kemudian tatkala irnarnnya tidak membaca
qunut dan langsung sujud setelah itidal, maka dia (si makmum) segera membatalkan shalatnya dan
mengulangi shalatnya, atau kalau tidak demikian maka dia terus mengikuti imamnya sampai salam
kernudian mengulangi shalat Shubuhnya karena dia menganggap shalat Shubuhnya tidak sah tanpa
qunut.
Terjadinya hal tersebut tidak lain karena faktor ketidaktahuan mereka dalarn masalah ini, atau memang
mereka tidak mau tahu lantaran mereka telah terjerat oleh perangkap taqlid buta, atau fanatik madzhab,
atau sebab lainnya.
Untuk mengetahui bagairnana yang benar, kita harus kembalikan kepada Alloh dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui semua khilaf di antara manusia. Untuk itu, pada edisi kali ini penulis akan mengulas dengan
singkat permasalahan qunut dalam shalat baik qunut shalat Shubuh, qunut Witir, atau yang lainnya.
Mudah-mudahan Alloh Taala memudahkannya.

1 Qunut Dalam Shalat Subuh


Termasuk kebiasaan kebanyakan orang, mereka terus-menerus melakukan qunut di setiap shalat Shubuh
saja, sedangkan dalam shalat yang lain mereka tidak melakukannya.
Dalil mereka:
1.

Mereka berpegang dengan hadits:Dari Anas beliau berkata:

Rasulullah, senantiasa berqunut dalam shalat Shubuhnya sampai meninggal dunia.

Takhrij Hadits:
Hadits ini dikeluarkan oleh Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf 3/110,Ibnu Abi Syaibah dalam alMushannaf 2/312, Imam Ahmad dalam al-Musnad 3/162, ad-Daruquthni dalam as-Sunan 2/39, alBaihaqi dalam as-Sunan al-Kubra 2/201, dan ath-Thahawi dalam Syarh Maani al-Atsar 1/248.
Di dalam hadits ini ada seorang perawi lemah yang bernama Abu Jafar ar Razi yang telah dikritik oleh
para pakar hadits:
Ahmad bin Hanbal mengatakan tentangnya: Dia bukan perawi yang kuat.
Ibnul Madini berkata: Dia adalah perawi yang mencampur hadits (salah dalam meriwayatkan hadits).
Abu Zurah berkata: Dia sering salah (dalam meriwayatkan hadits).
Ibnu Hibban berkata: Dia sering bersendirian dengan riwayat-riwayat yang mungkar, meriwayatkan hadits-hadits dari para perawi
yang masyhur (keterpercayaannya) .2

Ibnul Qayyim mengatakan:


Abu Jafar telah dilemahkan oleh Imam Ahmad dan lainnya.3

Syaikh al-Albani dalam Silsilah adh-Dhaifah hadits no. 1238, beliau mengatakan: Hadits ini mungkar.
Dengan sebab perawi yang disebutkan di atas.
2.

Ada hadits lain yang semakna dengan hadits pertama yang dijadikan sandaran pengkhususan
qunut secara terus-menerus dalam shalat Shubuh, dan dianggap sebagai penguat hadits yang
pertama, yaitu:Dari Anas beliau berkata:

Rasulullah melakukan qunut, begitu juga Abu Bakr, Umar, dan Utsman.4
Takhrij Hadits:
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Baihaqi (dalam as-Sunan al-Kubra 2/201) dan
oleh Daruquthni (dalam as-Sunan 2/166).
Dalam hadits ini ada dua orang perawi yang bernama Ismail bin Muslim al-Makki dan Amr bin Ubaid,
yang keduanya telah dikritik oleh para pakar hadits, di antaranya:
Imam Baihaqi mengatakan:
Kami tidak menjadikan Ismail dan Amr sebagai hujjah (dalam periwayatan hadits).5
Al-Kharib dalam al-Kifayah (hal. 372) mengatakan: Dia (Ismail) adalah perawi yang ditinggalkan haditsnya.

Syaikh al-Albani mengatakan:


Demikian juga Imam Nasai mengatakannya (Ismail adalah perawi yang ditinggalkan haditsnya) dan telah ditinggalkan oleh para
pakar hadits. Adapun Amr bin Ubaid, maka dia telah dituduh dusta ditambah lagi dia seorang Mutazilah. Kemudian (hadits ini
diriwayatkan oleh) al-Hasan al-Bashri, walaupun dia seorang yang tinggi derajatnya tetapi dia memalsukan hadits dengan cara
ananah: yaitu dengan mengatakan dari, andaikan sanadnya shahih sampai kepada beliau (al Hasan al Bashri) maka tetap
hadits itu tidak bisa dijadikan sebagai hujjah karena telah diriwayatkan oleh dua perawi yang ditinggalkan haditsnya.6

Kesimpulan tentang hadits qunut shubuh secara terus-menerus:Dari hadits-hadits yang telah kami
paparkan semuanya tidak bisa dipakai sebagai hujjah untuk melegalisasi qunut Shubuh secara terusmenerus. Adapun sebagian ulama yang menghasankan hadits di atas dengan sebab banyaknya jalan
riwayat hadits tersebut, maka tidak dapat diterima karena semuanya tidak dapat saling menguatkan
dengan sebab sangat lemahnya dan bisa dikatakan mungkar karena menyelisihi hadits yang shahih dari
Anas sendiri yang telah mengingkari adanya qunut Shubuh secara terus-menerus (sebagaimana akan
kami jelaskan nanti).
1.1 Hukum Qunut Shubuh Secara Terus Menerus

Hadits yang disebutkan di atas tidak bisa dijadikan sandaran sebagai dalil qunut dalam shalat Shubuh
secara terus-menerus karena kelemahannya. Oleh karenanya, banyak ulama yang telah mengomentari
qunut Shubuh ini, di antaranya;
1.

Thariq bin Asyyam seorang sahabat yang mengikuti shalat berjamaah di belakang Rasulullah,
Abu Bakr, Umar, Utsman, dan Ali bin Abu Thalib beliau mengatakan qunut Shubuh adalah bidah
sebagaimana dalam hadits berikut ini:

Dari Sad bin Thariq al-Asyjai berkata: Aku berkata kepada bapakku (1hariq): Wahai bapakku, sungguh engkau telah mengikuti
shalat berjamaah bersama dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar, Utsman, dan Ali bin Abu Thalib, apakah mereka semua
melakukan qunut pada shalat Shubuh? Dia menjawab: Wahai anakku itu adalah bidah.7

2.

Imam Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan para ulama yang semisalnya berdalil dengan hadits di atas
(hadits Sad) bahwa qunut ratib (terus-menerus) dalam shalat Shubuh tidak dibolehkan.8

3.

Imam Ahmad mengatakan:

Tidak ada qunut dalam shalat Shubuh kecuali bila terjadi musibah (Nazilah) yang menimpa kaum muslimin.9

4.

Al-Mubarakfuri mengatakan (ketika mengomentari hadits-hadits tentang qunut):

Qunut itu adalah qunut Nazilah, dan tidak pernah ada hadits shahih menerangkan adanya qunut dalam shalat kecuali qunut
Nazilah.10

Maka dapat kita simpulkan hukum qunut dalam shalat Shubuh secara terus-menerus adalah bidah, yang
tidak pernah dilakukan oleh Nabi kita dan para sahabatnya; selayaknya bagi setiap muslim untuk
meninggalkannya. Namun sangat disayangkan banyak di kalangan kaum muslimin meninggalkan haditshadits yang shahih tentang qunut Nazilah, kemudian mengamalkan hadits yang lemah bahkan mungkar
tentang qunut shalat Shubuh secara terus-menerus.11
Kalaupun Shahih, Hadits Itu Bukan Dalil Untuk Terus-Menerus Qunut Shubuh
Andaikan kita mengatakan hadits itu shahih, itu pun tidak dapat dijadikan sebagai dalil dikarenakan
beberapa hal:
1.

Perkataan (qunut pada shalat Shubuh) dalam hadits Anas di atas mengandung beberapa
kemungkinan makna, bisa bermakna tunduk patuh, khusyuk, thumaninah, dan terus-menerus
taat. Perhatikan beberapa makna ayat ini :
1.

Kepunyaan-Nyalah siapa saja yang di langit dan di bumi, semuanya tunduk patuh hanya
kepada-Nya. (QS. ar-Rum [30]: 26).

2.

Dan barangsiapa di antara kalian (istri-istri Nabi) terus-menerus taat kepada Alloh dan
Rasul-Nya dan mengerjakan amalan shalih, ma.ka Kami memberikan kepadanya pahala
dua kali lipat. (QS. al-Ahzab[33]:31)

3.

Dan berdirilah (dalam shalatmu) dalam keadaan khusyuk. (QS. al-Baqarah[2]:238)

Dari keterangan beberapa makna qunut di atas, kita ketahui bahwa (seandainya benar/shahih hadits Anas
di atas), maka yang dimaksud oleh Anas adalah doa ketika itidal yang disyariatkan, bukan doa qunut
yang mereka maksudkan karena dalam Itidal harus khusyuk, thumaninah, dan tenang, dan tidak ada
keterangan khusus makna qunut dalam hadits Anas itu adalah ucapan Allohumahdinaa fiiman hadait
dst. serta karena Anas tidak mengatakan bahwa Rasulullah senantiasa mengucapkan doa khusus qunut
Shubuh yang berbunyi Allohumahdinaa fiiman hadait dst. Maka dari mana mereka mengkhususkan
qunut ketika shalat Shubuh dengan doa itu?

2.

Dalam hadits yang shahih Anas pernah meriwayatkan hadits yang menjelaskan bahwa Nabi
melaksanakan qunut pada shalat Shubuh dan Maghrib serta tidak mengkhususkan qunut dalam
shalat Shubuh. Demikian juga yang diriwayatkan oleh al-Bara bin Azib.12 Sehingga kita dapat
mengatakan bahwa yang shahih: Nabi tidak mengkhususkan qunut dalam shalat Shubuh saja,
bahkan beliau qunut pada shalat Shubuh dan Maghrib.

3.

Qunut yang dimaksud oleh Anas adalah qunut Nazilah (doa supaya diselamatkan dari suatu
musibah). Oleh karena itu, Anas sendiri pernah meriwayatkan hadits Nabi dengan mengatakan:

Rasulullah melakukan qunut (mendoakan kehancuran) atas suatu kaum di antara kaum-kaum Arab selama sebulan, kemudian
beliau tinggalkan (qunut tersebut).13

4.

Bahwasanya Anas sendiri meriwayatkan bahwa bukan kebiasaan Nabi beserta para sahabatnya
melakukan qunut dalam shalat, akan tetapi permulaan adanya doa qunut adalah ketika Nabi
mendoakan (kehancuran) atas Ril dan Dzakwan sebagaimana dalam hadits yang dikeluarkan
oteh Imam Bukhari dan Muslim:
1. Dan Anas berkata: Rasulullah pernah mengutus tujuh puluh orang laki-laki yang
dikenal sebagai al-Qurra (para pembaca al-Quran) dalam sebuah keperluan. Kemudian
tatkala sampai di sumur Maunah, mereka dihadang oleh penduduk dua kampung dari
bani Sulaim, bani Ril, dan bani Dzakwan, maka mereka mengatakan: Demi Alloh kami
tidak bermaksud kepada kalian, kami hanya ingin lewat karena sebuah keperluan
Rasulullah. Kemudian mereka membunuh mereka (utusan Rasulullah tersebut). Maka
Rasulullah mendoakan kehancuran mereka dalam shalat Shubuh selama sebulan, dan
itulah permulaan (adanya) Qunut kami, dan dulu kami tidak membaca doa qunut.14

Hadits di atas menunjukkan bahwa bukan termasuk petunjuk Nabi terus-menerus melaksanakan qunut,
bahkan qunut Nabi hanya sebatas kebutuhan saja, tatkala musibah itu berlalu maka Nabi berhenti dari
qunutnya. Dan oleh karena itu, tatkala Rasulullah berdoa qunut Nazilah dalam shalat Isya selama satu
bulan untuk keselamatan beberapa kaum muslimin yang hendak datang kepada beliau, lalu suatu ketika
beliau berhenti dari qunutnya, kemudian Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah akan hal itu, maka
Rasulullah bersabda:
Tidak tahukah engkau bahwa mereka (yang kita doakan) telah datang?15

Maka inilah qunutnya Rasulullah, beliau tidak berqunut kecuali ada musibah yang menghadang kaum
muslimin (Nazilah), dan dilakukan sebatas kebutuhan, kemudian beliau tinggalkan.
Catatan Kaki
2
Lihat Mizanul Itidal 3/320, Tahdzibut Tahdzib 12/57, dan Silsilah al-Ahadits adh-Dhaifah wal
Maudhuah no. 1328.
3
Lihat Zadul Maad 1/276.
4
HR. Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra 2/201, dan Daruquthnidalam as-Sunan 2/166.
5
Lihat Silsilah al-Ahadits adh-Dhaifah 3/385; kemudian Syaikh al-Albani berkomentar tentang
Ismail al-Makki bahwa dia seorang yang haditsnya lemah.

6
Lihat footnote no. 4.
7
HR. Tirmidzi 1292, Ibnu Majah 1/393, Nasai 3/203-204; dishahihkan oleh al-Albani
dalam Irwa al-Ghalil hadits no. 435.
8
Lihat Subulus Salam 1/387 dalam penjelasan hadits Sad di atas.
9
Lihat Tuhfatul Ahwadzi 2/434
10
Taudhih al-Ahkam 2/83.
11
Lihat al-Qaul al-Mubin fi Akhtha al-Mushallin hal. 130)
12
HR. Muslim 1/470, Ahmad dalam al-Musnad4/2~/5, Tirmidzi dalam al-Jami 401, Abu Dawud
1441, dan lainnya,
13
HR. Muslim 304, Ahmad dalam al-Musnad 3/191, Abu Dawud1445, Nasai 2/203, dan lainnya.
14
HR. Bukhari 1002, Muslim 297.
15
HR. Bukhari 804, Muslim 294.
Telah jadi permasalahan klasik tentang perbedebatan qunut di dalam shalat, baik shalat shubuh, witr, dan
shalat-shalat lain. Namun yang jadi permasalahan pokok ialah qunut dalam shalat shubuh, bahkan dalam
konteks keislaman Indonesia, hal ini merupakan salah satu tema besar yang menjadi alasan perpecahan
sebagian kelompok. Berangkat dari fenomena inilah penulis merasa tertarik untuk membahas tema ini
dalam kajian Nasikh-Mansukh fi al-Hadits.

1.1 Hadits-hadits pendukung adanya Qunut dalam shalat al-Fajr (Shubuh)

Bukhari no. 946 (CD. ROM Mausuah)

Muslim no. 1083 (CD. ROM Mausuah)

Muslim no. 1093 (CD. ROM Mausuah)

1.2 Hadis-hadis yang kontradiktif

2.1 Penarapan metode

2.1.1 Qunut telah dinasakh

Dalam pembahasan ini terdapat banyak pendapat, pendapat yang pertama menyatakan bahwasannya
Hadis yang meniadakan qunut ini adalah hadits yang menasakh hadits-hadits yang pertama. Karena
datangnya setelah Hadis-hadis yang menyatakan bahwasannya Rasulullah qunut dalam shalat shubuh dan
maghrib. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Abi Bakr Ahmad bin Muhammad bin Hani al-Atsram dalam
kitabnya Nasikh al-Hadits wa Mansukhuhu. Beliau juga memperkuat pendapatnya dengan pernyataan :
Rasulullah hanya Qunut ketika mendoakan suatu kaum, dan tidak melaksanakannya secara kontinyu.

Dan Hadits terakhir yang dijadikan argumen:

Jadi lafadz Tarakahu disini menjadikan kekuatan adanya penasakhan, karena secara literal, lafadz
tersebut bermakna kemudian Rasulullah meninggalkan Qunut tersebut.
Beliau menambahkan dengan hujjah amal al-Aimmah (Khulafa al-Rasyidin), Abu Bakar melaksanakan
Qunut ketika mendoakan ahl al-riddah, Umar ketika mendoakan ahl al-faris, dan Ali pada saat terjadi

peperangan, dengan kata lain para Khulafa al-Rasyidin tidak melaksanakannya secara mudawamah
(hanya qunut Nazilah saja).

Tidak hanya itu, beliau juga melakukan upaya pentarjihan, yaitu dengan menyandingkan hadits terkahir
dengan hadits dlaif yang diriwayatkan anas bin Malik dalam musnad Ahmad no. 3/162:

Pengarang kitab tersebut adalah penganut madzhab Imam Hanbal, seperti yang telah kita ketahui bahwa
Imam Hanbal tidak mengkategorikan Qunut sebagai sunnah dalam Shalat. Jadi sangatlah wajar jika hasil
dari ijtihadnya qunut telah dinasakh (Mansukh).
2.1.2 Qunut telah menasakh ketiadaannya.

Pendapat yang kedua dikemukakan oleh Abu Hafsh Umar bin Ahmad bin Utsman bin Syahin dalam
karyanya Nasikh al-Hadits wa Mansukhuhu. Kitab ini memliki kesamaan nama dengan kitab karya Ibn alAtsram pada point sebelumnya.


Secara eksplisit Hadits ini menyatakan bahwasannya Qunut dalam Shalat al-Fajr (Shubuh) telah dilarang
oleh Rasulullah saw. Namun Ibn Syahin berpendapat Hadits ini telah dihapus (Mansukh) dengan Hadits
yang datang dari Anas ibn Malik :

Menurut beliau (Ibn Syahin), Hadits yang melarang Qunut dalam shalat Shubuh adalah Hadits Gharib, dan
juga tidak diketahuinya rawi yang bernama Anbatsah. Sedangkan Hadits yang diriwayatkan oleh Anas
tersebut menasakh hadits yang pertama dan juga hadits-hadits lain yang sependapat. Beliau juga berpijak
pada Amal Ahl al-Madinah yang melaksanakan Qunut secara Mudawamah. Dari Amal ahl al-Madinah ini
beliau menyimpulkan bahwa Hadits terakhir yang dapat menasakh, karena Hadits itulah yang digunakan
oleh ahl al-Madinah. Untuk lebih menguatkan argumennya, beliau juga menambahkan pendapat dari Ibn
Abi Dzab :

Qunut ialah perintah yang berlaku di negara ini (Madinah) sejak Islam itu ada. Untuk menghindari
kasalahan penterjemahan, berikut teks aslinya :

) (

Pendapat yang selaras juga dikemukakan oleh Abu al-Zanad, Ibn Harmaz, dan juga Sufyan al-Tsauri.
Dalam keterangannya, beliau juga menambahkan, Madzhab Imam Malikdalam hal ini sebagai Ulama

Madinahjuga menyatakan bahwa Qunut hukumnya sunnah, namun perbedaannya dengan Al-Syafii,
Imam Malik melaksanakannya sebelum Ruku.

Catatan: Dalam kitab ini, hadits yang menasakh ialah hadits yang dianggap dlaif oleh al-Atsram dalam
kitabnya Nasikh al-Hadits wa Mansukhuhu di atas. Namun disini penulis menawarkan sebuah hadits lain
yang terdapat dalam sunan al-Tirmidzi yang juga disertai pendapat beberapa Ulama untuk jadi bahan
pertimbangan :



2.1.3 Analisis Imam Al-Syafii

Dalam pembahasan ini, penulis mencoba menghadirkan pendapat yang berbeda dari keduanya, yakni
pendapat Imam al-Syafii dalam kitabnya Ikhtilaf al-Hadits.
Dalam awal pembahasannya, beliau menghadirkan Hadits yang membahas tentang Qunut yang
dilaksanakan pada perang Ahl Bir Maunah. Perang tersebut berlangsung selama lima belas malam (hari),
dan ada juga pendapat yang menyatakan satu bulan. Dan selama itu pula Rasulullah melaksanakan Qunut
dalam setiap Shalat. Dan setelah perang itu usai, Rasulullah meninggalkannya. Menurut Imam al-Syafii,
Rasulullah meninggalkan Qunut selain shalat shubuh, dan tetap menjalankannya pada waktu shubuh.


Syahr dalam hadits tersebut ialah masa perang Ahl Bir Maunah, membaca doa Qunut dalam setiap
shalatnya, kemudian meninggalkannya (Tarakahu) dalam empat shalat lainnya selain shalat shubuh.
Adapun hukum Qunut selain shalat shubuh menurut Imam Al-Syafii ialah Mubah, seperti halnya membaca
bacaan doa-doa dalam shalat. Status Hadits yang mengandung lafadz Tarakahu tersebut bukanlah sebagai
Nasikh. Tapi lebih tepatnya Imam Syafii berpendapat, metode yang dapat diambil ialah al-Jamu wa alTaufiq.










Menurut Syafii, hadits-hadits yang menyatakan adanya Qunut ialah pasca perang Ahl Bir Maunah, karena
sebelumnya Nabi saw tidak pernah membaca doa Qunut. Dan hadits di atas sebagai penguat
bahwasannya Rasulullah masih memabaca Qunut dalam shalat shubuh pasca perang tersebut.
3. Simpulan dan penutup

Dari uraian ringkas di atas, dapat kita ketahui banyaknya perbedaan pendapat tentang hadits Qunut ini.
Tidak hanya mengenai matan Hadits itu sendiri, tapi juga mengenai perbedaan pendapat ketika
menempatkan hadits-hadits tersebut, mana yang Nasikh dan mana yang Mansukh. Dan juga adanya
pebedaan pendapat mengenai penerapan metode, ada yang menganggapnya sebagai kajian nasikh
mansukh, ada yang rajih-marjuh, dan juga ada yang al-Jamu wa al-Taufiq. Semuanya sama-sama

menggunakan argumen yang kuat. Jadi, sudah seyogyanya kita sebagai pengkaji hadits untuk membaca
lebih cerdas lagi perbedaan-perbedaan tersebut. Sangat ironis sekali jika diantara kita masih saling
memperdebatkan siapakah yang paling benar antara yang memakai qunut dan yang tidak. Namun sebagai
pemula, tentu analisis yang disajikan penulis kurang begitu tajam, sehingga membutuhkan banyak koreksi
dari pembaca. Semoga bermanfaat untuk Islam Indonesia, Amin.

Qunut Nazilah Dalil & Sejarah


ibnubahri
Jan 10, '10, 1:43 PM
Definisi "Qunut":
Sebelum kita bincangkan dengan lebih lanjut, ada baiknya kita mengetahui
terlebih dahulu apa yang dimaksudkan dengan "Qunut".
Dari segi bahasa, "Qunut" mempunyai banyak makna. Antaranya ialah taat
dan mendirikan perintah Allah, solat, berdiri yang lama, pengabdian,
diam, khusyu' dan beberapa makna lagi.
(Rujuk: Lisan al-'Arab 2/73, al-Qamus al-Muhit 158, al-Munjid fi
al-Lughah 656).
Dari segi istilah, Ibn 'Allan menghuraikan maksud "Qunut" di sisi
syariat ialah satu nama bagi doa yang dibaca di dalam solat pada tempat
yang dikhususkan semasa berdiri. Menurut Syeikh Ibn 'Uthaimin, qunut
ialah satu istilah yang diberikan kepada doa yang sesuai dengan sesuatu
keadaan atau ketika berlakunya sesuatu bencana. Inilah apa yang
dinamakan sebagai qunut nazilah.
(Rujuk: Al-Asqalani, Ibn Hajar, Fath al-Bari, 2/633. Ibn al-'Uthaimin,
Syarah Bulugh al-Maram, Kitab al-Solat, 224).
Definisi"Nazilah":
Kita telah mengetahui makna "qunut" secara ringkas, apa pula yang
dimaksudkan dengan "nazilah"?
Dari segi bahasa, "nazilah" ialah suatu keadaan yang gawat, mencemaskan
dan terdesak.
Dari segi istilah, ia bermaksud suatu keadaan bencana yang menimpa ke
atas umat Islam seperti adanya musuh, ketakutan, musim kemarau, wabak
penyakit atau sesuatu mudharat yang jelas menimpa umat Islam.
Hadis-hadis dan athar tentang qunut nazilah.
Setelah diperhatikan kebanyakan riwayat-riwayat yang menyebut tentang
doa qunut nazilah ini, didapati ianya terbahagi kepada dua bahagian:
1) Riwayat yang sahih,
2) Riwayat yang tidak sahih.
Pertama: Riwayat yang sahih
Terdapat banyak hadis-hadis sahih yang thabit daripada Rasulullah saw
berkenaan dengan qunut nazilah. Hadis-hadis ini menjelaskan tentang
bagaimana qunut nazilah disyariatkan, tempat bacaannya, apa yang perlu
dibaca, bila ia bermula dan berakhir dan sebagainya.
Dalam tulisan yang ringkas ini, hanya akan menyebut beberapa contoh
penting daripada hadis-hadis tersebut.
a) Riwayat Abu Hurairah r.a:
- Abu Hurairah berkata: "Ketika solat Subuh, selepas Rasulullah saw

selesai membaca (al-Fatihah dan surah), baginda bertakbir (untuk rukuk)


dan mengangkat kepalanya kembali, lalu baginda membaca: "Sami'allahu
liman hamidahu, rabbana walaka al-hamdu". Kemudian, baginda membaca doa
dalam keadaan berdiri: "Ya Allah, selamatkanlah al-Walid bin al-Walid,
Salamah bin Hisham, 'Iyash bin Abi Rabia'h dan semua golongan yang
tertindas dari kaum mukminin. Wahai Allah, hancur dan musnahkanlah kaum
kafir yang memberi mudharat, dan jadikanlah ke atas mereka tahun-tahun
yang sengsara seperti yang berlaku pada zaman nabi Yusuf" . (Riwayat
al-Bukhari (no.2600) dan Ahmad 2/239, 396).
Di dalam riwayat Imam Muslim (no. terdapat tambahan doa seperti berikut:
"Ya Allah, laknatilah kabilah Lihyan, Ri'l, Zakwan dan 'Usaiyah yang
telah menderhakai Allah dan juga RasulNya".
Di dalam hadis ini menceritakan bahawa Rasulullah saw mendoakan supaya
Allah Azza wa Jalla menyelamatkan beberapa orang sahabat baginda yang
masih tinggal di Mekah. Selepas masuk Islam, mereka itu diseksa dan
diazab oleh kafir Quraish. Dengan keberkatan doa Rasulullah saw, mereka
semua selamat dan kemudian terus berhijrah kepada baginda di Madinah.
- Abu Hurairah berkata: "Sesungguhnya aku akan dekatkan solat kalian
dengan cara solat Rasulullah". Abu Hurairah membaca doa qunut pada
rakaat terakhir dalam solat Zohor, 'Isya', dan Subuh, selepas beliau
menyebut: "sami'allahu liman hamidahu", beliau mendoakan kebaikan kaum
mukminin dan laknat ke atas golongan kafir". (Riwayat al-Bukhari (797),
Muslim (676).
Dalam riwayat ini, Abu Hurairah menggunakan caranya tersendiri supaya
orang lain mencontohi cara solat beliau. Ini kerana cara solat beliau
adalah yang paling sama dengan solat Rasulullah saw.
b) Riwayat Anas bin Malik r.a
- Muhammad bin Sirin berkata: Anas bin Malik pernah ditanya: Adakah
Nabi saw membaca doa qunut dalam solat Subuh? Jawab Anas: Ya. Ditanya
lagi: Adakah baginda berqunut sebelum atau selepas rukuk? Anas menjawab:
Selepas rukuk dalam tempoh yang sekejap sahaja.
(Riwayat al-Bukhari (1001), Muslim (677).
Yang dimaksudkan dengan "tempoh yang sekejap" ialah selama sebulan
seperti yang dijelaskan dalam riwayat 'Asim. Boleh juga dikatakan
maksudnya ialah dalam kadar masa yang sekejap sahaja seperti tempoh
rukuk dan sujud.
(Lihat: Fath al-Bari 2/632, 'Aun al-Ma'bud 2/225).
- Anas bin Malik menceritakan bahawa Rasulullah saw membaca doa qunut
selepas daripada rukuk, selama sebulan di dalam solat Subuh, baginda
berdoa (laknat) ke atas Bani 'Usaiyah. (Riwayat Muslim). Di dalam
riwayat lain daripada Anas juga, dinyatakan bahawa baginda saw berdoa ke
atas Bani Ri'l, Zakwan, dan baginda berkata 'Usaiyah telah menderhaki
Allah dan rasulNya. (Riwayat al-Bukhari (4094), Muslim).
- Dalam riwayat lain, Anas bin Malik menceritakan bahawa Nabi saw
pernah mengutuskan seramai 70 orang yang terdiri daripada para qurra'
(yang alim dan mahir dalam bacaan al-Quran). Kumpulan para qurra' ini
dihantar untuk memenuhi permintaan beberapa kabilah seperti Ri'l dan
Zakwan. Apabila rombongan tersebut sampai kepada kabilah Ri'l dan Zakwan
berhampiran dengan sebuah telaga, dikenali telaga Mau'nah (Bi'r
Mau'nah), kabilah tersebut berkata: Demi Allah, bukan kamu semua yang
kami perlukan, sesungguhnya kami inginkan Nabi saw. Kabilah-kabilah
tersebut telah menipu dan khianat kepada Rasulullah saw. Mereka telah
membunuh semua 70 orang para qurra' tersebut. Apabila berita ini sampai
kepada Nabi saw, baginda amat sedih. Lalu, baginda berdoa (laknat) ke
atas kabilah-kabilah tersebut selama sebulan di dalam solat Subuh. Maka,

inilah permulaannya doa qunut. (Rujuk kisah ini dalam Sahih al-Bukhari
(4088).
- 'Asim al-Ahwal berkata: Aku bertanya kepada Anas bin Malik tentang doa
qunut, (adakah ia dibaca) dalam sembahyang? Anas menjawab: Ya. Aku
bertanya lagi: Ia dibaca sebelum atau selepas rukuk? Anas menjawab:
Sebelum rukuk. Aku bertanya lagi: Sesungguhnya si fulan memberitahuku
yang engkau pernah menyatakan qunut dibaca selepas rukuk. Anas berkata:
Tidak benar, sesungguhnya Nabi saw membaca doa qunut selepas rukuk
selama sebulan (iaitu selepas daripada peristiwa Bi'r Maunah seperti
yang disebutkan di atas). (Riwayat al-Bukhari (4096), Muslim)
c) Riwayat Ibn 'Abbas
- Ibn 'Abbas berkata bahawa Rasulullah saw membaca doa qunut selama
sebulan berturut-turut di dalam solat Zohor, Asar, Maghrib, 'Isya' dan
Subuh di penghujung setiap solat, iaitu apabila baginda menyebut
"sami'allahu liman hamidah" pada rakaat terakhir, lalu baginda berdoa ke
atas kabilah-kabilah dari Bani Sulaim, dan orang yang dibelakang baginda
mengaminkannya. Kabilah-kabilah tersebut ialah kabilah yang telah
diutuskan kepada mereka (sekumpulan qurra') untuk mengajarkan mereka
agama Islam, lalu mereka membunuh para qurra' tersebut. 'Ikrimah
berkata: Ini adalah permulaan doa qunut. (Riwayat Ahmad 1/301), Abu Daud
(1443). Menurut Al-Albani di dalam kitabnya Irwa' al-Ghalil 2/163, hadis
ini adalah hasan)
d) Riwayat Ibn Umar
- Salim menceritakan daripada Ibn Umar yang beliau mendengar Nabi saw
menyebut di dalam solat Subuh, selepas baginda mengangkat kepalanya dari
rukuk pada rakaat terakhir: "Allahumma rabbana walaka al-hamd" .
Kemudian, baginda berdoa: "Ya Allah, laknatilah si fulan dan si fulan".
Lalu Allah turunkan ayat (yang bermaksud): "Engkau tidak berhak
sedikitpun (wahai Muhammad) dalam urusan (orang-orang yang ingkar) itu,
(kerana urusan mereka tertentu bagi Allah)"(Ali-Imran:128)
- Daripada Malik bin Nafi' katanya: "Sesungguhnya Ibn Umar tidak
membaca doa qunut di dalam mana-mana solat". Daripada sumber Abi
al-Sya'tha' katanya: "Aku bertanya Ibn Umar tentang doa qunut di dalam
solat Subuh, beliau berkata: Aku tidak rasakan ada seorang pun yang
melakukannya". (Riwayat Malik di dalam al-Muwatta' dengan sanad yang
sahih (379).
Maksud hadis ini bahawa Ibn Umar tidak membaca doa qunut di dalam
mana-mana solat iaitu tidak membacanya secara berterusan setiap hari,
bukanlah menafikannya secara mutlak. Ini kerana terdapat riwayat lain
yang menyebut beliau membaca doa qunut di dalam solat witir dan sebagainya.
e) Riwayat al-Barra' bin 'Azib
- Al-Barra' bin 'Azib menyatakan bahawa Rasulullah saw membaca doa
qunut pada solat Subuh dan Zohor. (Riwayat Muslim (678).
f) Riwayat Abu Malik al-Asyja'ie
- Malik al-Asyja'ie berkata: Aku bertanya ayahku: "Wahai ayahku,
sesungguhnya engkau telah bersembahyang di belakang Rasulullah saw, Abu
Bakar, Umar dan Uthman (di Madinah) dan dibelakang Ali di Kufah lebih
kurang selama lima tahun. Adakah mereka semua membaca qunut dalam solat
Subuh? Jawab ayahku: "Wahai anakku, itu adalah perkara baru dalam agama".
"Perkara baru dalam agama" yang dimaksudkan dalam hadis ini ialah
melazimkan membaca doa qunut dalam solat Subuh dengan satu doa yang
khusus. Manakala membaca qunut nazilah disebabkan sesuatu musibah yang
berlaku adalah amalan yang thabit daripada Rasulullah saw dan
keempat-empat para khalifah. Oleh itu, difahami daripada hadis ini
bahawa Rasulullah saw dan para khalifah tidak melazimkan membaca doa

qunut Subuh setiap hari.


Kedua: Riwayat yang tidak sahih
Salah satu riwayat yang tidak sahih, tetapi popular dan sering digunakan
sebagai hujah ialah:
Riwayat Abu Ja'far al-Razi, beliau meriwayatkan daripada al-Rabi' bin
Anas, dan al-Rabi' meriwayatkan daripada Anas bin Malik, katanya: "
Rasulullah s.a.w berterusan membaca doa qunut pada waktu Subuh sehingga
baginda berpisah dengan dunia (wafat)"
Dalam satu riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya Nabi s.a.w membaca doa
qunut selama sebulan, baginda berdoa ke atas pembunuh para sahabatnya
(yang dibunuh) di Bi'ru Mau'nah, kemudian baginda tidak membacanya lagi.
Manakala dalam solat Subuh, baginda terus membaca doa qunut sehinggalah
baginda wafat".
Hadis ini daif disebabkan kecacatan yang ada pada perawinya iaitu Abu
Ja'far al-Razi. Beliau ialah Isa bin Mahan. Ramai ulamak hadis telah
memberikan komentar tentang dirinya dan menilainya sebagai seorang yang
daif di sisi ulamak hadis. Antaranya ialah Imam Ahmad, Ibn al-Turkimani,
Ibn al-Jauzi, Syeikh al-Islam Ibn Taimiyah, Ibn al-Qayyim, al-Syaukani,
Syuaib dan Abdul Qadir al-Arnaut dan lain-lain.
Hukum membaca Qunut Nazilah
Jumhur ulamak bersepakat bahawa tidak wajib membaca qunut nazilah, dan
meninggalkannya tidak membatalkan solat.
Menurut al-Qurtubi di dalam kitab al-Jami' Li Ahkam al-Quran: (Al-Tabari
menjelaskan bahawa telah menjadi ijma' meninggalkan qunut nazilah
bukanlah perkara yang membatalkan solat).
(Rujuk: Al-Qurtubi, al-Jami' li ahkam al-Quran, 2/129).
Ibn 'Uthaimin di dalam Syarah al-Mumti' menyatakan: (Telah ijma' para
ulamak bahawa qunut ini (nazilah) tidak wajib, tetapi afdhal untuk imam
membacanya).
Rujuk: Ibn 'Uthaimin, Syarah al-Mumti', 4/59).
Para fuqaha' berbeza pendapat tentang hukum membaca qunut nazilah ketika
berlakunya sesuatu musibah.
Pendapat yang lebih tepat (rajih) ialah pendapat para ulamak dari mazhab
Hanafi, Syafie dan Hanbali iaitu disyariatkan untuk membaca doa qunut
ketika berlakunya musibah. Pendapat ini berdasarkan dalil-dalil yang
telah dinyatakan sebelum ini.
Apa yang perlu dibaca?
Menurut pendapat majoriti ulamak, tidak ada doa khusus tertentu yang
perlu dibaca di dalam doa qunut nazilah. Jadi, doa yang dibaca ialah apa
yang bersesuaian dengan musibah yang berlaku ketika itu.
(Rujuk: Badai' al-Sanai' (1/406), al-Istizkar (2/285), al-Mughni (2/587)
Oleh itu, dalam suasana musibah yang menimpa umat Islam di Palestin ini,
kita boleh berdoa semoga Allah membantu dan memberikan kemenangan kepada
mujahidin di sana. Semoga Allah menghancurkan kumpulan musuh iaitu
Zionis dan Amerika Syarikat. Semoga pakatan mereka
menjadi porak peranda, tentera-tentara mereka menjadi gementar dan takut
dan sebagainya. Semua doa ini dibaca dalam bahasa Arab.
Bolehkah Qunut Nazilah dibaca dalam semua solat fardhu?

Para ulamak berbeza pendapat di dalam hal ini. Menurut pendapat yang
rajih, doa qunut nazilah boleh dibaca di dalam semua solat fardhu.
Pendapat inilah dipegang oleh para ulamak mazhab Syafie, pandangan yang
tepat di kalangan ulamak mazhab Hanbali, sebahagian ulamak mazhab Maliki
dan majoriti ulamak hadis.
Pandangan ini berdasarkan hadis-hadis yang telah dinyatakan sebelum ini.
Sebagai contoh, hadis riwayat Ibn Abbas: Ibn 'Abbas berkata bahawa
Rasulullah saw membaca doa qunut selama sebulan berturut-turut di dalam
solat Zohor, Asar, Maghrib, 'Isya' dan Subuh di penghujung setiap solat
(Riwayat Ahmad 1/301), Abu Daud (1443). Menurut Al-Albani di dalam
kitabnya Irwa' al-Ghalil 2/163, hadis ini adalah hasan).
Jadi, doa qunut nazilah ini boleh dibaca pada rakaat terakhir dalam
semua solat fardhu. Pendapat ini jugalah yang dipegang oleh Ibn
Taimiyah, Ibn al-Qayyim, Ibn Hazm, al-Syaukani dan lain-lain lagi.
Bolehkah Qunut Nazilah dibaca dalam solat-solat sunat?
Para ulamak berbeza pendapat dalam hal ini:
Pertama: Pendapat ulamak Mazhab Maliki dan Hanbali: Tidak ada bacaan doa
qunut dalam solat selain daripada solat fardhu yang lima.
Kedua: Pendapat ulamak mazhab Syafie: Boleh membaca qunut nazilah dalam
solat selain solat fardhu.
Pendapat yang tepat:
Pendapat yang tepat (rajih) -Allah yang lebih mengetahui- ialah pendapat
yang pertama. Ini kerana tidak terdapat hadis sahih mahupun daif yang
menyebut bahawa Rasulullah saw membaca doa qunut di dalam solat selain
daripada solat fardhu. Bahkan riwayat yang sahih menunjukkan bahawa
baginda hanya membaca qunut nazilah dalam solat fardhu. Doa qunut
merupakan ibadah khusus yang dibaca pada waktu yang khusus. Maka
pendapat yang menyatakan bahawa ia boleh dibaca dalam solat selain solat
fardhu memerlukan kepada dalil yang menerangkannya. Antara yang memilih
pendapat ini ialah Syeikh al-Islam Ibn Taimiyah.
(Rujuk: Ibn Uthaimin, al-Syarah al-Mumti', 4/56).
Bila hendak berdoa- sebelum atau selepas rukuk ?
Dalam hal ini terdapar tiga pendapat di kalangan para ulamak:
Pendapat pertama: Ulamak mazhab Syafie, mazhab Hanbali, satu pendapat
dari kalangan ulamak mazhab Hanafi dan Maliki: Qunut dibaca selepas
daripada rukuk.
Dalilnya ialah hadis riwayat al-Bukhari bermaksud: "Anas ditanya: Adakah
Rasulullah saw membaca doa qunut dalam solat subuh? Jawab Anas: Ya,
iaitu selepas rukuk".Pendapat ini dipilih oleh sekumpulan para ulamak
antaranya ialah Ibn al-Munzir, Ibn Hazm, al-Azim Abadi dan selain
mereka. (Rujuk: Nail al-Awtar 1/632, Subul al-Salam 1/224).
Pendapat kedua: Pendapat yang masyhur mazhab Maliki dan satu pendapat
dalam mazhab Hanafi: Qunut dibaca sebelum daripada rukuk.
Hujah mereka ialah Rasulullah saw membacanya sebelum rukuk. Begitu juga
dengan Uthman bin Affan, berdasarkan hadis riwayat Anas bin Malik (yang
telah disebutkan sebelum ini).
Pendapat ketiga: Salah satu pendapat mazhab Maliki dan Hanbali: Boleh

dipilih sama ada dibaca sebelum atau selepas rukuk.


Dalilnya ialah hadis riwayat Humaid, katanya: Anas ditanya tentang
bacaan qunut dalam solat subuh. Jawabnya: "Kami membaca qunut sebelum
rukuk dan ada juga selepasnya". (Riwayat Ibn Majah (1183).
Pendapat yang tepat:
Pendapat yang tepat -Allah lebih mengetahui- ialah pendapat ketiga. Imam
boleh memilih sama ada untuk membacanya sebelum atau selepas rukuk.
Pendapat ini juga berdasarkan amalan sebahagian sahabat seperti Umar dan
Uthman. Pendapat inilah yang dipilih oleh al-Bukhari, Ibn Hajar, Syeikh
al-Islam, Ibn Baz, Ibn Uthaimin, al-Albani.
Adakah imam membaca Qunut Nazilah dengan suara yang kuat (jahar) atau
perlahan (sir)?
Para ulamak berbeza pendapat dalam hal ini.
Pertama: Pendapat para ulamak mazhab Hanafi, Maliki dan Syafie(bukan
pendapat yang tepat) iaitu imam perlu membaca doa qunut ini secara perlahan.
Mereka berdalilkan ayat 55, surah al-A'raf:
"Berdoalah kepada Tuhan kamu dengan merendah diri dan (dengan suara)
perlahan-lahan."
Kedua: Pendapat para ulamak dari mazhab Syafie (pendapat yang masyhur),
mazhab Hanbali dan satu pendapat dari mazhab Hanafi iaitu qunut dibaca
dengan kuat (jahar).
Mereka berdalilkan dengan hadis-hadis yang menunjukkan bahawa Rasulullah
membaca doa qunut dengan suara yang kuat (seperti hadis-hadis yang telah
dinyatakan sebelum ini).
Pendapat yang lebih tepat (rajih):
Pendapat yang lebih tepat -Allah yang lebih mengetahui- ialah pendapat
kedua iaitu disunatkan imam untuk membaca qunut nazilah dengan suara
yang kuat dalam semua solat fardhu.
Pendapat ini berdasarkan hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh
al-Bukhari bahawa baginda saw menyaringkan suaranya ketika membaca qunut.
Terdapat juga hadis Ibn Abbas yang menunjukkan bahawa para makmum yang
dibelakang baginda mengaminkan doa qunut tersebut. Dan hal ini berlaku
hanya jika imam membacanya secara kuat.
Bolehkah doa Qunut Nazilah ketika solat berseorangan?
Dalam persoalan ini, terdapat empat pendapat di kalangan para ulamak:
Pendapat pertama: Pendapat yang masyhur dalam mazhab Hanbali: Tidak
boleh membaca qunut nazilah kecuali hanya pemimpin utama umat Islam di
dalam sesebuah negara Islam.
(Rujuk: Al-Syarh al-Kabir 4/136)
Pendapat kedua: Pendapat mazhab Hanafi, Maliki, Syafie dan satu riwayat
dari mazhab Hanbali: Doa qunut ini boleh dibaca oleh semua imam yang
menjadi imam solat jemaah. (Rujuk: Hashiyah Ibn 'Abidin 2/390,
al-Istizkar 5/175, al-Majmu' 3/461, al-Insaf 4/136)
Pendapat ketiga: Satu riwayat dalam mazhab Hanbali, pendapat yang
dipilih oleh Syeikh al-Islam Ibn Taimiyah dan satu pendapat daripada
Syeikh Ibn 'Uthaimin: Setiap orang yang menunaikan solat fardhu boleh

membaca doa qunut ini, sama ada imam, makmum atau pun yang solat
bersendirian. (rujuk: Majmu' al-Fatawa 23/111)
Pendapat keempat: Satu pendapat di kalangan ulamak mazhab Hanbali dan
Ibn 'Uthaimin: Doa qunut ini adalah khas dengan izin pemimpin, jika
pemimpin memberi arahan, maka ia dibaca. (Rujuk: al-Furu' 1/484)
Pendapat yang lebih tepat (rajih):
Pendapat yang rajih -Allah lebih mengetahui- ialah pendapat yang ketiga
(satu pendapat dari Imam Ahmad dan yang dipilih oleh Syeikh al-Islam)
iaitu doa qunut boleh dibaca oleh semua orang yang sembahyang; imam,
makmum dan juga yang sembahyang secara berseorangan. Pendapat inilah
yang dipilih oleh Syeikh Ibn Baz.
Pendapat ini berdasarkan dalil hadis riwayat al-Bukhari (maksudnya):
"Solatlah kamu seperti mana kamu melihat aku solat". Hadis ini secara
jelas menunjukkan bahawa perbuatan Nabi saw di dalam solat adalah
disyariatkan untuk semua kaum muslimin secara umum. Tidak ada pula dalil
lain yang mengkhususkan bahawa qunut nazilah ini hanya boleh dibaca oleh
imam sahaja atau pemimpin utama umat Islam.
Malah terdapat riwayat lain yang menunjukkan beberapa orang sahabat yang
turut membaca qunut ini sedangkan mereka bukanlah pemimpin utama umat
Islam ketika itu. Antaranya ialah Abu Hurairah, Anas, Ibn Abbas,
al-Barra', Muawiyah dan lain-lain lagi.
Bolehkah wanita yang solat fardhu di rumah secara berseorangan membaca
Qunut Nazilah?
Syeikh Abdullah bin Jibrin pernah ditanya tentang soalan ini.
Jawapannya: Wanita yang solat fardhu dirumah boleh membaca doa qunut
nazilah. Ini berdasarkan dalil-dalil yang umum daripada al-Quran dan
sunnah yang menunjukkan pensyariatan membaca doa.
Perbincangan tentang ayat 128, surah Ali Imran
Apakah sebab diturunkan ayat 128, surah Ali Imran?
"Engkau tidak berhak sedikitpun (wahai Muhammad) dalam urusan
(orang-orang ang ingkar) itu, (kerana urusan mereka tertentu bagi Allah)".
Ibn al-Jauzi di dalam kitab Zad al-Masir, menyebut beberapa pandangan
tentang sebab ayat ini diturunkan, antaranya ialah:
1) Rasulullah saw telah tercedera dalam peperangan Uhud, luka dahinya
sehingga mengalir darah di mukanya. Lalu baginda berkata: Bagaimana
hendak berjaya bagi satu kaum yang telah sanggup bertindak sebegini
kepada nabi mereka. Baginda berdoa ke atas mereka itu. Maka turunlah
ayat ini. Ini ialah pendapat Ibn Abbas, al-Hasan dan Qatadah.
2) Rasulullah saw melaknat ke atas golongan munafik. Maka turunlah ayat
ini. Ini pendapat Ibn Umar.
3) 70 orang sahabat dari ahli suffah pergi kepada dua kabilah daripada
bani Sulaim iaitu 'Usaiyah dan zakwan. Lalu mereka semua dibunuh. Maka
Nabi saw pun mendoakan ke atas kabilah tersebut selam empat puluh hari.
Lalu turunlah ayat ini. Ini adalah pendapat Muqatil bin Sulaiman.
Apakah maksud ayat ini?
Menurut Ibn Kathir di dalam tafsirnya Tafsir al-Quran al-'Azim, ayat ini
bermaksud segala urusan adalah kembali kepada Allah, seperti firmanNya
(bermaksud):
"Maka tidaklah menjadi hal kerana tanggunganmu hanyalah menyampaikan
hukum-hukum yang Kami turunkan kepadamu; dan urusan Kami menghitung dan
membalas amal mereka". (al-Ra'd: 40)

" Tidaklah engkau diwajibkan (wahai Muhammad) menjadikan mereka (yang


kafir) mendapat petunjuk (kerana kewajipanmu hanya menyampaikan
petunjuk), akan tetapi Allah jualah yang memberi petunjuk (dengan
memberi taufik) kepada sesiapa yang dikehendakiNya (menurut
undang-undang peraturanNya). (al-Baqarah: 272)
"Sesungguhnya Engkau (Wahai Muhammad) tidak berkuasa memberi hidayah
petunjuk kepada sesiapa Yang Engkau kasihi (supaya ia menerima Islam),
tetapi Allah jualah Yang berkuasa memberi hidayah petunjuk kepada
sesiapa Yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya); dan
Dia lah jua Yang lebih mengetahui akan orang-orang Yang (ada persediaan
untuk) mendapat hidayah petunjuk (kepada memeluk Islam)". (al-Qasas: 56)
Adakah ayat ini telah memansuhkan Qunut Nazilah?
Menurut Imam al-Qurtubi di dalam kitabnya al-Jami' li ahkam al-Quran,
bahawa sesetengah golongan menganggap bahawa ayat ini telah memansuhkan
qunut yang dibaca oleh Nabi saw selepas rukuk pada rakaat terakhir dalam
solat Subuh. Mereka berhujah dengan hadis Ibn Umar yang beliau mendengar
Nabi saw menyebut dalam solat Subuh, selepas mengangkat kepala daripada
rukuk bacaan "Allahuma rabbana walaka al-hamd fi al-akhirah", kemudian
baginda membaca "Wahai Allah, laknatlah si fulan dan sifulan". Lalu,
Allah menurunkan ayat ini (ali imran: 128). Hadis ini telah diriwayat
oleh al-Bukhari dan Muslim daripada hadis abu Hurairah.
Namun, ini bukanlah bermaksud telah berlakunya mansukh. Tetapi Allah swt
ingin memberi peringatan kepada NabiNya bahawa segala urusan tidak
ditentukan oleh baginda. Dan baginda tidak mengetahui sesuatu pun
daripada perkara yang ghaib melainkan apa yang telah diajarkan
kepadanya. Sesungguhnya segala ketentuan itu kembali kepada Allah. Allah
akan menerima taubat dari sesiapa yang dikehendaki, dan akan
mempercepatkan hukuman ke atas sesiapa yang dikehendakinya
(Rujuk: Al-Qurtubi, al-Jami' li Ahkam al-Quran, 2/129)
Maka, pendapat yang lebih tepat (rajih) ialah digalakkan untuk membaca
qunut nazilah ketika berlakunya apa-apa musibah. Pendapat yang
menyatakan bahawa qunut nazilah telah dimansuhkan dengan ayat ini adalah
pendapat yang kurang tepat (marjuh).
Bolehkah mendoakan laknat ke atas orang kafir?
Dibolehkan mendoakan laknat ke atas orang kafir dalam qunut nazilah dan
menyatakan golongan tertentu di dalam doa sama ada doa kebaikan atau pun
doa laknat ke atas mereka. Pendapat ini dipilih oleh kebanyakkan para
ulamak, antaranya ialah Imam Malik, Imam Ahmad, Ibn Hibban, Ibn Battal,
Ibn Qudamah, Syeikh al-Islam Ibn Taimiyah, Ibn al-Qayyim, al-Nawawi, Ibn
Hazm, Ibn 'Asyur dan al-Sana'ni.
Telah thabit daripada sebahagian sahabat seperti Umar dan Abu Hurairah
yang mendoakan laknat ke atas orang kafir. (seperti hadis yang telah
disebutkan sebelum ini)
Al-Hafiz Ibn Hajar juga membahaskan perkara ini di dalam Fath al-Bari,
di dalam bab doa untuk kaum musyrikin. Rumusan daripada perbahasan
tersebut, boleh berdoa laknat ke atas kaum musyrikin dan hukum ini tidak
mansuh. Ada pun yang dilarang ialah doa ke atas orang kafir yang ada
harapan untuk melembutkan hati mereka supaya menerima agama
Islam.(Rujuk: Ibn Hajar, Fath al-Bari, Kitab al-Da'wat, Bab al-Dua' lil
musyrikin, 11/234).
Oleh itu, dalam hal mendoakan laknat ke atas golongan kafir ini, boleh
dibahagikan kepada dua keadaan:

Pertama: Orang kafir yang memerangi orang Islam; maka dibolehkan untuk
mendoakan laknat ke atas mereka. Pendapat ini dipegang oleh kebanyakan
para ulamak.
Kedua: Orang kafir yang menghormati agama Islam, tidak memerangi orang
Islam dan dilihat ada harapan untuk melembutkan hati mereka supaya
menerima Islam; maka tidak boleh untuk mendoakan laknat ke atas mereka.
Malah, didoakan supaya mereka ini mendapat hidayah dan bertaubat.
Inilah kesimpulan daripada gabungan dan penyelerasan di antara dalil-dalil yang berkaitan perkara ini.
Bolehkah mendoakan laknat ke atas seseorang orang kafir secara khusus?
Para ulamak berbeza pendapat dalam perkara ini. Menurut pendapat Syeikh
Ibn Uthaimin, beliau membawakan firman Allah Taala dalam surah
al-Baqarah, ayat 89:
"Maka (dengan yang demikian), laknat Allah menimpa orang-orang yang
kafir ingkar itu".
Menurut beliau, di antara pengajaran ayat ini ialah orang kafir layak
untuk mendapat laknat Allah dan ianya suatu yang pasti. Berdasarkan ayat
ini, sebahagian ulamak menjadikannya dalil bahawa boleh untuk mendoakan
laknat ke atas orang kafir secara khusus. Tetapi tidak ada dalil tentang
perkara ini. Ini kerana ayat di atas menyebut laknat ke atas orang kafir
secara umum dan ia pula adalah suatu pernyataan daripada Allah swt.
Tidak semestinya dengan pernyataan ini, dibolehkan juga untuk berdoa.
Antara bukti yang menunjukkan bahawa tidak boleh untuk mendoakan laknat
ke atas seseorang kafir secara khusus ialah Nabi saw pernah mendoakan
laknat ke atas si fulan dan si fulan yang terdiri daripada pemimpin
orang kafir. Lalu Allah melarang perbuatan baginda. Ini kerana, jika
seseorang kafir itu masih hidup, kemungkinan dia akan mendapat hidayah
Allah. Sekiranya dia telah mati, maka Nabi saw pernah bersabda
bermaksud: "Janganlah kamu mencerca orang yang telah mati." (Riwayat
al-Bukhari)
Di tempat yang lain Allah swt berfirman maksudnya:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami
turunkan dari keterangan-keterangan dan petunjuk hidayah, sesudah Kami
menerangkannya kepada manusia di dalam Kitab suci, mereka itu dilaknat
oleh Allah dan dilaknat oleh sekalian makhluk." (al-Baqarah:159)
Diantara pengajaran ayat ini ialah dibolehkan untuk mendoakan laknat ke
atas golongan yang menyembunyikan ilmu, secara umum. Tidak didoakan
secara khusus kepada individu tertentu. Ini kerana doa secara khusus ke
atas individu tertentu tidak dibolehkan walaupun ke atas mereka yang
termasuk dalam golongan yang layak mendapat laknat. Sebabnya, tidak
diketahui bagaimanakah keadaan dia akan mati. Kemungkinan dia akan
mendapat hidayah Allah, sepertimana peringatan Allah kepada baginda Nabi
saw:
"Engkau tidak berhak sedikitpun (wahai Muhammad) Dalam urusan
(orang-orang yang ingkar) itu, (kerana urusan mereka tertentu bagi
Allah), sama ada Dia menerima taubat mereka" (ali-imran, 128).
Renungan:
Jika kita perhatikan ayat ini sebaik mungkin, maka tidak terdapat
larangan secara jelas. Tetapi ianya menunjukkan suatu adab yang tinggi
dan manhaj yang kental dalam berhadapan dengan situasi kekalahan dan
memohon pertolongan daripada Allah. Ayat ini diturunkan dalam keadaan
umat Islam berhadapan dengan situasi yang getir dalam peperangan Uhud.

Suasana ini sangat memberi kesan yang pedih kepada pejuang Islam ketika
itu. Lalu, dalam keadaan itu, Rasulullah saw berdoa keburukan ke atas
pihak musuh. Seolah-olah baginda telah menutup sinar hidayah daripada
golongan tersebut disebabkan apa yang telah mereka lakukan. Jadi,
dibimbangi kaum muslimin akan menganggap bahawa sebab utama tertewas
dalam peperangan itu disebabkan golongan musuh yang didoakan laknat itu,
bukanlah disebabkan mereka itu mengingkari arahan Rasul. Lalu diturunkan
ayat tersebut.
Kemudian disebutkan sebab yang sebenarnya disebalik kekalahan itu. Allah
swt berfirman maksudnya:
"Dan demi sesungguhnya, Allah telah menepati janjinya (memberikan
pertolongan) kepada kamu ketika kamu (berjaya) membunuh mereka
(beramai-ramai) dengan izinNya, sehingga ke masa kamu lemah (hilang
semangat untuk meneruskan perjuangan) dan kamu berbalah dalam urusan
(perang) itu, serta kamu pula menderhaka (melanggar perintah Rasulullah)
sesudah Allah perlihatkan kepada kamu akan apa yang kamu sukai
(kemenangan dan harta rampasan perang). di antara kamu ada yang
menghendaki keuntungan dunia semata-mata, dan di antara kamu ada yang
menghendaki akhirat(Ali Imran, ayat 152).
Ayat ini menerangkan sebab yang sebenar disebalik kekalahan tersebut.
Seakan-akan Allah ingin menyatakan bahawa tidak ada manfaat jika kamu
melaknat mereka untuk meraih pertolongan dan janganlah kamu menjauhkan
mereka dari hidayah semata-mata untuk menghilangkan kesedihan kamu.
Dari sudut yang lain, kita perlu faham bahawa dalam menghadapi serangan
dan cengkaman pihak
musuh, tidak cukup sekadar berdoa dan mengutuk mereka sahaja. Tetapi,
seluruh umat ini harus bertindak dan berusaha memperjuangkan agamanya.
Semangat jihad perlu ditiupkan sentiasa dalam jiwa sanubari umat ini.
Tidak hanya sekadar duduk di atas tikar sembahyang, khusyuk berzikir
membilang biji tasbih sambil mengharapkan musuh-musuh Islam ditewaskan.
Para generasi agung salaf al-soleh adalah golongan yang soleh dan
semestinya ketaqwaan mereka jauh lebih mulia dari kita. Mereka yang
telah dijamin mendapat keredhaan Allah ini juga tidak hanya duduk di
dalam masjid beribadat dan berzikir. Tetapi, mereka tetap keluar
berdakwah, berjuang di medan jihad demi menegakkan agama. Sejarah Islam
telah mencatatkan kisah perjuangan mereka sebagai taudalan kepada
generasi seterusnya.
Marilah kita hulurkan bantuan kita kepada para pejuang yang ikhlas
membela kebenaran dan mempertahankan bumi Palestin tercinta. Biar jutaan
peluru dihambur, tetapi semangat juang mereka tidak pernah luntur. Malah
semakin banyak strategi yang disusun atur. Ramai musuh durjana yang
gugur tersungkur. Oleh itu, sokongan dan bantuan kita juga mesti
dihulur. Jangan mudah mengalah dan berasa lemah. Membaca qunut nazilah
bukan beerti menyerah kalah Berusahalah, kemudian kita pasrah dan
berserah kepada Allah yang Maha Gagah.
Wallahu'alam
Yang Benar Itu dari Allah dan Rasul
Yang Lemah dan Silap itu dari Hambanya

You might also like