You are on page 1of 26

TUGAS MAKALAH KIMIA ANALISIS DASAR BAHAYA DAN CARA KERJA MERKURI SEBAGAI PEMUTIH WAJAH DALAM SEDIAAN

KOSMETIKA

Disusun Oleh:

Sujatmoko 260110100130

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2011

Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul Bahaya Dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah Dalam Sediaan Kosmetika. Penulisan makalah ini tidak mungkin dapat selesai tanpa bantuan, doa, dan saran dari berbagai pihak. Karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk kemajuan penulis di masa yang akan datang.

Sumedang, 5 September 2011

Penulis

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 1

Daftar Isi
Kata Pengantar BAB I Pendahuluan 1.1. Sifat Fisika dan Kimia Merkuri 1.2. Penggunaan Merkuri dalam Kehidupan Manusia 1.3. Struktur dan Mekanisme Pembentukan Pigmen pada Kulit Manusia 1.4. Mekanisme Kerja Pemutih Wajah 1.4.1. Mekanisme Kerja Kosmetik dengan Menghambat Kerja Enzim Tirosinase yang Merupakan Kunci dari Proses Melanogenesis 1.4.2. Mekanisme Keja Kosmetik yang Bekerja Sebagai Sitotoksik Bagi Sel-sel Melanosit 1.4.3. Pemutihan Wajah Melalui Operasi BAB II Pembahasan 2.1. Mekanisme Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah 2.2. Mekanisme Kerja Merkuri dalam Tubuh Manusia 2.2.1. Mekanisme Absorpsi ke dalam Tubuh 2.2.2. Proses Biotransformasi Merkuri dalam Tubuh 2.2.3. Proses Ekskresi Merkuri 2.3. Toksisitas Merkuri 2.3.1. Sifat Teratogenik Merkuri 2.3.2. Keracunan Akut Merkuri 2.3.3. Keracunan Kronis Merkuri 2.4. Pelarangan Kosmetik Bermerkuri oleh BPOM 2.4.1. Lampiran Tentang 27 Kosmetik yang Peredarannya Dilarang Oleh BPOM BAB III Penutup 3.1. Simpulan 3.2. Saran Daftar Pustaka 1 3 4 5 7 8 10 11

12 13 15 15 16 16 18 18 19 19 20

24 24 25

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Sifat Fisika dan Kimia Merkuri Pada dasarnya, merkuri/raksa (Hg) adalah unsur logam yang sangat penting dalam teknologi di abad modern saat ini. Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA=80) serta mempunyai massa molekul relatif (MR=200,59). Merkuri diberikan simbol kimia Hg yang merupakan singkatan yang berasal bahasa Yunani Hydrargyricum, yang berarti cairan perak. Bentuk fisik dan kimianya sangat menguntungkan karena merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair dalam temperatur kamar (25C), titik bekunya paling rendah (-39C), mempunyai kecenderungan menguap lebih besar, mudah bercampur dengan logamlogam lain menjadi logam campuran (Amalgam/Alloi), juga dapat mengalirkan arus listrik sebagai konduktor baik tegangan arus listrik tinggi maupun tegangan arus listrik rendah. Secara umum logam merkuri memiliki sifat - sifat sebagai berikut : a. Berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dengan titik beku paling rendah sekitar -39 C. b. Masih berwujud cair pada suhu 396 C, pada temperatur 396 C ini telah terjadi pemuaian secara menyeluruh. c. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam logam yang lain. d. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik. e. Dapat melarutkan bermacam - macam logam untuk membentuk alloy yang disebut juga amalgam. f. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik itu dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan.

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 3

Merkuri

1.2. Penggunaan Merkuri dalam Kehidupan Manusia Pemanfaatan logam merkuri pada saat ini sudah hampir mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dan lingkungan. Selama kurun waktu beberapa tahun, merkuri telah banyak digunakan dalam bidang kedokteran, pertanian, dan industri. Bidang kedokteran telah menggunakan merkuri sejak abad ke-15 di mana merkuri (Hg) digunakan untuk pengobatan penyakit kelamin (sifilis). Kalomel (HgCl) digunakan sebagai pembersih luka sampai diketahui bahwa bahan tersebut beracun sehingga tidak digunakan lagi. Komponen merkuri organik digunakan untuk obat diuretika sampai bertahun-tahun dan juga digunakan sebagai bahan untuk kosmetik. Merkuriklorida berkhasiat bakteriostatis dan fungistatis. Sangat toksis bila termakan dan bersifat merangsang pada penggunaan lokal, disamping seringkali menyebabkan alergi. Oleh karena itu merkuriklorida tidak digunakan lagi sebagai antiseptikum kulit atau obat tetes mata. Fenilmerkurinitrat, -borat, dan asetat adalah senyawa-senyawa Hg organik dengan khasiat bakteriostatis dan fungisida kuat, tetapi aktivitasnya diperlemah dengan cairan tubuh. Oleh sebab itu dan karena sifat toksisnya dan dapat menimbulkan sensitivitas, sekarang senyawa ini tidak digunakan lagi sebagai desinfeksi kulit dan luka. Dewasa ini fenilmerkurinitrat masih digunakan sebagai pengawet tetes mata (0,004%) dan adakalanya sebagai spermisida dalam sediaan kontraseptif. Karena toksisitasnya sebaiknya obat tetes mata tidak digunakan dalam waktu lama. Dalam bidang pertanian, merkuri digunakan untuk membunuh jamur sehingga baik digunakan untuk pengawet produk hasil pertanian. Merkuri organik juga digunakan untuk
Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 4

pembasmi hama pada tanaman seperti buah apel, tomat, kentang, dan juga digunakan sebagai pembasmi hama padi. Dalam bidang industri, terbanyak adalah pabrik alat-alat listrik yang menggunakan lampu-lampu merkuri untuk penerangan jalan raya. Mungkin ini disebabkan biaya pemasangan dan operasi yang murah dan arus listriknya dapat dialiri dengan voltase yang tinggi. Merkuri juga digunakan pada pembuatan baterai, karena baterai dengan bahan yang mengandung merkuri dapat tahan lama dan tahan terhadap kelembapan yang tinggi. Selain itu, merkuri juga digunakan dalam industri pembuatan klor alkali yang menghasilkan klorin (Cl2), di mana perusahaan air minum memanfaatkan klorin untuk penjernihan air dan pembasmi kuman (proses klorinasi). Juga di dalam pembuatan kaustik soda yang diproduksi dengan jalan elektrolisis dari larutan garam NaCl, menggunakan merkuri dalam bentuk amalgam dicampur dengan logam natrium dan digunakan sebagai katoda yang banyak digunakan dalam pembuatan baterai basah maupun kering. Penggunaan merkuri di sini pada dasarnya berbentuk larutan konduksi dan kemampuannya mengikat logam natrium sebagai amalgam dan membebaskan klor. Merkuri juga digunakan dalam campuran cat yang digunakan untuk mengecat pada daerah yang mempunyai kelembapan tinggi sehingga dapat mencegah tumbuhnya jamur. Dalam hal ini, merkuri digunakan dalam bentuk organik Phenyl Merkuri Asetat (PMA) dengan rumus:

Gambar 1. Struktur Phenyl Merkuri Asetat (PMA) Industri lain yang menggunakan merkuri sebagai bahan katalis terutama pada industri vinil klorida yang mensintesis plastik (proses pembuatan plastik).

1.3. Struktur dan Mekanisme Pembentukan Pigmen pada Kulit Manusia Melanin, hemoglobin, dan karote adalah tiga pigmen utama yang memengaruhi warna kulit manusia. Jumlah melanin dalam kulit mempengaruhi warna kulit mulai dari kuning
Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 5

pucat, merah pucat, sampai coklat dan gelap. Ada dua jenis dari melanin, yaitu pheomelanin (kuning sampai merah) dan eumelanin (coklat sampai hitam) yang kebanyakan terdapat pada rambut. Melanosit, sel yang memproduksi melanin, paling banyak terdapat pada epidermis dari penis, puting susu, areola, wajah, kaki dan tangan. Karena jumlah melanosit berbeda pada setiap orang, maka perbedaan wawrna kulit pun akan terjadi, tergantung pula pada transfer dari keratenosit. Pada beberapa orang melanin terkumpu pada suatu spot kecil yang disebut flek. Melanosit menyintesis melanin dari asam amino tirosin dengan bantuan enzim tironase. Sintesis berlangsung dalam organel bernama melanosom. Paparan sinar UV dapat meningkatkan kerja enzim tirosinase dan dapat meningkatkan sintesis melanin pada melanosom. Baik jumlah dan kegelapan dari melanin bertambah seiring dengan bertambahnya sinar UV, yang akan menyebabkan kulit menjadi lebih gelap dan membantu tubuh untuk melawan radiasi UV. Melanin menyerap sinar UV, mencegak kerusakan DNA pada tubuh dan pada sel kulit lainnya, daqn dapat menetralkan efek radikal bebas yang timbul dari papadan sinar UV. Jadi dengan batas tertentu, melanin memberikan perlindungan. Akan tetapi paparan sinar UV yang berlebihan juga dapat menyebabkan kanker. Warna kulit coklat dan gelap akan dengan sendiriya hilang jika melanosit yang sudah lama terkelupas dari jaringan stratum korneum. Pada kulit, melanosit terletak pada lapisan basal yang memisahkan lapisan dermis dan epidermis. Satu melanosis dikelilingi oleh kurang lebih 36 keratinosit. Bersama, melanosit dan keratinosit membentuk unit epidermal melanin. Melanin yang diproduksi dan disimpan di dalam melanosit ditransportasikan melalui dendrit yang melewati keratinosit. Pigmen melanin adalah sebuah polimer yang diprosuksi didalam melanosom dan disintesis dari asam amino Ltirosin yang diubah oleh enzim tironase menjadi dopaquinon. Reaksi ini berlanjut secara spontan melalui dopakrom menjadi monomernya (5,6 dihidroxyndole dan 5,6-dihidroxyndole 2-carboxylic acid) yaitu pigmen warna hitam-coklat. Bagaimanapun, enzim lain seperti TRP1 dan dopakrom tautomerase juga berperan penting dalam melanogenesis in vivo. Dalam reaksi dengan sistein dopaquinon membentuk 2- atau 5-S-sistenildopa yang menghasilkan perkusor benzotiazin dari warna merah/kuning pheomelanin polimer. Secara umum campuran dari pheomelanin dan polimer eumelanin diproduksi dan disimpan dalam matriks protein melanosomal. Mengingat bahwa banyak sekali variasi warna yang terbentuk pada kulit dan rambut, diduga bahwa komposisi dari campuran melanin sangat berperan. Bagaimanapun penyimpangan produksi dari melanin dapat menyebabkan masalah, terutama dalam kondisi hyperpigmentasi, seperti melasma, atau postinfamatory hyperpigmentation. Tetapi juga dapat
Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 6

menyebabkan masalah pada depigmentasi seperti vitiligo, yang memiliki pengaruh besar terhadap kualitas hidup pasien.

1.4. Mekanisme Kerja Pemutih Wajah Mekanisme kerja pemutih saat ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga mekanisme kerja: kosmetik yang bekerja dengan enzim tirosinase; kosmetik yang bekerja dengan sel-sel melanosit; dan kosmetik yang bekerja dengan memodifikasi metabolisme melanin. Cara kerja kosmetik yang bekerja dengan enzim tirosinase yaitu dengan menjadi inhibitor yang menghambat kerja enzim tirosinase. Cara kerja kosmetik yang bekerja dengan sel-sel
Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 7

melanosit yaitu dengan berperan sebagai sitotoksik bagi sel-sel melanosit, atau dengan kata lain membunuh sel-sel melanosit. Prinsip kerja sebagai sunscreen juga dipakai beberapa kosmetik untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV. Selain itu terdapat cara pemutihan wajah dengan jalan operasi.

1.4.1. Mekanisme Kerja Kosmetik dengan Menghambat Kerja Enzim Tirosinase yang Merupakan Kunci dari Proses Melanogenesis Salah satu at target utama dari depigmentasi adalah enzim tirosinase. Jurnal-jurnal ilmiah tentang inhibitor tirosinase menunjukan bahwa sebagian besar penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 2000 dan sebagian besar dilakukan untuk mencari agen depigmentasi baru. Perlu dicatat bahwa banyak dari penelitian-penelitian tersebut berkutat pada inhibitor tirosinase yang berasal dari alam dan sebagian besar berasal dari Asia. Bagaimanapun penelitian yang merintis hal ini menggunakan 4-hidroksianisol. Senyawa ini dapat berperan sebagai zat alternatif untuk tirosinase yang menyebabkan depigmentasi pada pengujian in vivo dan in vitro. Karena senyawa 4-hidroksianisol dan berbagai senyawa fenol tersubstitusi lainnya dapat memicu produk quinon yang berpotensi toksik, senyawa-senyawa tersebut digunakan pada penelitian yang bertujuan untuk meracuni sel-sel melanoma dengan media enzim tirosinase. Ketertarikan terhadap inhibitor enzim tirosinase juga lahir pada industri makanan karena aktivitas dari enzim ini berperan dalam perubahan warna sayuran dan buah-buahan menjadi coklat. Sistein atau asam askorbat (vitamin C) dapat digunakan sebagai pencegah pencoklatan secara enzimatik sayuran dan buah dengan cara mengikat intermediet dari o-dopaquinon. Baru-baru ini 4-hexylresorcinol juga digunakan untuk tujuan tersebut. Sejak pengawasan terhadap keamanan makanan pada industri makanan diperketat, pencarian senyawa alami dari inhibitor tirosinase alami tanpa efek samping yang merugikan menjadi sangat penting. Penelitian terhadap inhibitor tirosinase baik yang alami maupun sintesis telah di publlikasikan dalam beberapa jurnal ilmiah. Inhibitor tirosinasi dapat diklasifikasikan menjadi inhibitor kompetitif, inhibitor nonkompetitif, inhibitor campuran. Inhibisi tirosinase di alam dapat diketahui dengan mengukur kinetisitas dari inhibisi enzim dengan menggunakan grafik Lineweaver-Burk dengan variasi konsentrasi dari L-DOPA sebagai subsrat. Dapat dilihat dari contoh ekstrak polifenol dari acerola (ceri indian) atau dari derivat chalcone yang diisolasi dari Morus nigra (mulberi hitam) yang dipublikasikan dalam
Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 8

penelitian Hanamura et al. dan Zhang et al. pengetahuan tentang jenis-jenis dari inhibitor sangat penting untuk mendapatkan efek pemutihan kulit yang lebih baik karena kombinasi perawatan dapat dapat menghasilkan hasil yang lebih baik. Hal ini telah ditunjukan dengan kombinasi inhibitor kompetitif tirokinase, arbutin dengan inhibitor nonkompetitif, aleosin. Pada jurnal ilmiah 2009 oleh Chang menjukan bahwa kebanyakan inhibitor tirosin menujukan efek yang reversibel. Pada inhibisi irreversibel, ikatan kovalen dengan enzim menyebabkan inaktivasi dengan menutup sisi aktif dari enzim tersebut dan/atau dengan perubahan bentuk protein enzim. Inhibisi irreversibel juga dapat disebut sebagai mekanisme inhibisi bunuh diri seperti model yang digambarkan oleh Land et al. Juga, dua 8-hidroksil isoflavon yang diisolasi dari soygerm koji menunjukan inhibisi bunuh diri dari tirosinase dan telah diuji dengan hasil yang menjanjikan dengan uji coba in vivo terhadap 60 sukarelawan pada tabel 1 telah dirangkum hasil-hasil dari penelitian terhadap inhibitor enzim tirosinase dari bahan alam. Pada beberapa penelitian grup sisi spesifik (disubstitusi pada C4, C5, atau C8) dari recorcinol yang diisolasi dari breadfriut (Artocarpus incisus) atau dari Sophora flavescens menunjukan perbaikan dari kemampian inhibisinya. Pada beberapa kasus modifikasi dari senyawa alami dilakukan, sebagai contoh: deglikosiasi dari stilbene dengan cara perlakuan selulase pada ekstrak Veratrum patulum menghasilkan efek inhibisi yang lebih baik pada enim tirosinase. Jadi, pengetahuan tentang mekanisme inhibisi enzim sangat membantu untuk merancang produk pemutih kulit baru berbasis penargetan terhadap enzim kunci yang berperan dalam melanogenesis, tirosinase.

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 9

1.4.2. Mekanisme Keja Kosmetik yang Bekerja Sebagai Sitotoksik Bagi Sel-sel Melanosit Semua agen depigmentasi kulit dibagi ke dalam dua basis kerja utama, yaitu basis kerja dalam sintesis melanin seperti menghambat kerja enzim tironase, dan basis kerja dengan membunuh atau menghilangkan sel-sel melanosit. mekanisme kerja seperti ini juga dikenal dengan post-melanin synthesis mechanism, karena zat aktif akan bekerja setalan melanin terbentuk. Zat- zat yang digunakan antara lain; 1.4.2.1. Asam Alfa Hidroksi Asam alfa hidroksi (AHAs), kebanyakan tersedia dalam bentuk asam laktat dan asam glikolat. Kebanyakan penelitian dalam bidang ini meniliti pada asam alfa hidroksi dikarenakan ukuran molekulnya yang memungkinkan penetraasi yang efektif pada kulit. Perlu diketahui bahwa pada konsentrasi AHAs 4% sampai 15% tidak menunjukan efek inhibisi pada sintesis melanin dan tidak dapat memutihkan kulit dengan cara menghambat produksi melanin. Dipercaya bahwa keuntungan yang diperoleh dari senyawa ini adalah pada cara kerjanya yang membantu laju pergantian sel kulit dan mengangkat sel kulit mati dimana hiperpigmentasi dapat terkumpul. Cara kerja dari AHAs ini dapat terjadi secara efektif dalam konsentrasi lebih dari 50%, karena itu hanya dokter ahli yang dapat melakukan praktik dengan menggunakan AHAs. 1.4.2.2. Niacinamid Niasinamid dianggap sebagi alternatif yang lebih aman untuk digunakan pada pemutih kulit atau alat kelamin. Menurut perusahaan-perusahaan kosmetik senyawa ini tidak memiliki efek samping yang berarti, disamping senyawa ini juga sebagai antijerawat, juga meningkatkan kelembapan kulit dam menghilangkan noda-noda halus.

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 10

1.4.3. Pemutihan Wajah Melalui Operasi

1.4.3.1.

Perawatan dengan laser Baik laser dengan sifat ablatif maupun laser non ablatif dapat memberikan efek

yang sangat besar pada melasma. Tetapi hasil yang didapatkan tidak selalu konsisten, dan masalah seperti hipopigmentasi dan hiperpigmentasi beberapa kali terjadi. Perawatan laser seperti ini lebih disarankan bagi pasien yang berkulit gelap.

1.4.3.2.

Cryosurgery Metode perawatan lain yaitu cryosurgery yang menggunakan nitrogen cair.

Metode ini menggunakan prinsip penghancuran sel kulit yang terkontrol yang pada akhirnya dapat menyebabkan kulit untuk meregenerasikan dirinya sendiri. Kelebihan melanin akan terangkat kepermukaan kulit dan lepas dalam beberapa hari. Perawatan ini baik digunakan untuk organ-organ kelamin yang apabila menggunakan perawatan laser biasa dapat menimbulkan bekas luka. Fisiensi darai perawatan ini tergantung pada kedalaman dari pigmen pada kulit.

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 11

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Mekanisme Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah Merkuri (Hg) atau air raksa inorganik digunakan sebagai pemutih kulit wajah, khususnya di negeri Cina. Pengunaan Merkuri sebagai pemutih bahkan tercatat dalam sejarah masyarakat di zaman Mesir Kuno. Masyarakat Mesir Kuno sudah memanfaatkan Merkuri. Barulah kemudian pada abad 18 dunia kedokteran memakai merkuri sebagai obat sifilis. Merkuri inorganik dalam krim pemutih (yang mungkin tak mencantumkannya pada labelnya) bisa menimbulkan keracunan bila digunakan untuk waktu lama. Penggunaan Merkuri walau tidak seburuk efek merkuri yang tertelan (yang ditemukan dalam ikan yang tercemar dan termakan), tetap menimbulkan efek buruk pada tubuh. Kendati hanya dioleskan ke permukaan kulit, merkuri mudah diserap masuk ke dalam darah, lalu memasuki sistem saraf. Kerja pertama dari merkuri sebagai pemutih kulit adalah dengan menghancurkan epidermis atau lapisan kulit teratas dari wajah maupun tubuh. Bahan seperti merkuri, hydroquinone atau steroid memang terbukti reaktif dan sangat cepat melakukan proses pengangkatan ini. Secara teori, pemutihan kulit bisa saja dilakukan dengan penipisan kulit. Merkuri bekerja pada lapisan epidermis stratum korneum hingga stratum granulosum, yaitu dengan mengangkat lapisan kulit tersebut sehingga kulit menjadi lebih tipis. Hasilnya adalah kulit terlihat lebih pucat atau terlihat lebih putih. Merkuri dapat melakukan proses pengangkatan tersebut dengan sangat cepat hanya dengan penggunaan selama beberapa hari saja. Berbeda dengan zat-zat yang bekerja pada inhibisi enzim tirosinase yang baru terlihat hasilnya setelah beberapa minggu sampai bulan pemakaian. Meskipun pada beberapa kosmetik mekanisme penipisan kulit ini juga dipakai seperti pemakaian zat asam alfa hidroksi (AHAs), pemakaian merkuri menimbulkan berbagai kerugian dan efek samping jangka pendek maupun panjang. Pada pemakaian AHAs senyawa ini juga membantu mempercepat laju regenerasi kulit tidak hanya menipiskan kulit bagian epidermis saja.
Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 12

Merkuri secara sederhana mengangkat lapisan epidermis kulit. Lapisan epidermis kulit sebagaimana kita tahu berfungsi untuk melindungi kulit, jika lapisan ini tidak ada dan tidak didukung dengan regenerasi sel yang cepat maka lapisan dermis dibawahnya akan terpapar langsung terhadap faktor eksternal. Terpaparnya lapisan dermis ini dapat menyebabkan kerusakan. Pemakaian kosmetik bermerkuri ini memang dapat terus memutihkan kulit jika pemakaian terus dilanjutkan.Saat pemakaian merkuri dihentikan maka lapisan dermis kulit yang telah rusak akan mengggantikan lapisan epidermis, maka yang akan terlihat adalah kulit langsung berubah kusam, dan akan timbul flek-flek hitam.

2.2. Mekanisme Kerja Merkuri dalam Tubuh Manusia Semua komponen merkuri baik dalam bentuk metil dan bentuk alkil yang masuk ke dalam tubuh manusia melaui absorpsi dari kosmetik secara terus menerus akan menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati, dan ginjal. Dalam tubuh manusia mempunyai ketahanan homeostatis untuk mengontrol logam berat. Walaupun begitu, dalam konsentrasi yang berlebihan ia akan memberikan efek keracunan secara kronik atau akut. Beberapa logam toksik, dalam hal ini logam merkuri, mempunyai separuh hayat biologi yang panjang dan menyebabkan akumulasi di dalam tubuh. Merkuri oleh dapat digolongkan sebagai merkuri organik dan anorganik sebagai berikut:

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 13

Merkuri anorganik terdiri dari raksa unsur dan garam merkurous dan merkurik yang dapat terurai. Merkuri yang bersifat molekul dan terikat dengan atom karbon disebut merkuri organik. Rantai pendek merkuri alkil, aril, dan alkoksialkil termasuk dalam kumpulan ini. Ikatan merkuri karbon adalah stabil karena aktivitas merkuri yang rendah terhadap oksigen. Bentuk kimia merkuri mempunyai pengaruh terhadap pengendapannya. Secara umum ada tiga bentuk merkuri, yaitu: a. Unsur Merkuri (Hg0) Mempunyai tekanan uap yang tinggi dan sukar larut di dalam air. Pada suhu kamar kelarutannya kira-kira 60 mg/l dalam air dan antara 5-50 mg/l dalam lipida. Bila ada oksigen, merkuri diasamkan langsung ke dalam bentuk ionik. Uap merkuri wujud (hadir) dalam bentuk monoatom yang apabila terserap ke dalam tubuh akan dibebaskan ke dasar alveolar. b. Merkuri Anorganik (Hg2+ dan Hg22+) Di antara dua tahapan pengoksidaan, Hg2+ adalah lebih reaktif. Ia dapat membentuk kompleks dengan ligan organik, terutama golongan sulfurhidril. Contohnya HgCl2 sangat larut dalam air dan sangat toksik, sebaliknya HgCl tidak larut dan kurang toksik. c. Merkuri Organik

Senyawa merkuri yang terikat dengan satu logam karbon, contohnya metil merkuri. Saluran pernapasan merupakan jalan utama penyerapan raksa dalam bentuk unsur. Persen pengendapan dan akumulasinya adalah tinggi, lebihkurang 80%, karena sifatnya yang larut di dalam lipida. Di dalam bentuk penyerapannya dari saluran gastrointestin sangat sedikit, mungkin kurang dari 0,01%, karena merkuri berbentuk partikel globular yang besar. Oleh karena itusukar untuk melintasi selaput mukosa. Senyawa merkuri organik dianggap lebih berbahaya dan ia dapat larut dalam lapisan lemak pada kulit yang menyelimuti korda saraf . Metil merkuri merupakan merkuri organik yang selalu menjadi perhatian serius dalam toksikologi. Ini karena metil merkuri dapat diserap secara langsung melalui pernapasan dengan kadar penyerapan 80%. Uapnya dapat menembus membran paru-paru dan apabila terserap ke tubuh, ia akan terikat dengan protein sulfurhidril seperti sistein dan glutamine. Di dalam darah, 90% dari metil merkuri diserap ke dalam sel darah merah dan metil merkuri juga dijumpai dalam rambut. Jumlah merkuri yang dimasukkan ke dalam akar rambut adalah berbanding dengan kepekatan metil merkuri di dalam darah.
Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 14

Merkuri juga dapat membentuk berbagai senyawaan anorganik (seperti oksida, klorida, dan nitrat) dan organik (alkil dan aril). Logam merkuri dan uap merkuri termasuk kedalam merkuri anorganik. Adapun mekanisme kerja merkuri dalam tubuh adalah sebagai berikut:

2.2.1. Mekanisme Absorpsi ke dalam Tubuh Merkuri masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru - paru dalam bentuk uap atau debu. Sekitar 80 % uap merkuri yang terinhalasi akan diabsorbsi. Absorbsi merkuri logam yang tertelan dari saluran cerna hanya dalam jumlah kecil yang dapat diabaikan, sedangkan senyawa merkuri larut air mudah diabsorbsi. Beberapa senyawa merkuri (II) organik dan anorganik dapat diabsorbsi melalui kulit. Masukan merkuri harian melalui makanan berkisar beberapa mikrogram. Merkuri yang diabsorpsi dari kosmetik bermerkuri melalui kulit dapat langsung masuk ke aliran darah dan terakumulasi terlebuh dahulu dalam sel-sel saraf. Bentuk organik seperti metil-merkuri, sekitar 90% diabsorpsi oleh dinding usus, hal ini jauh lebih besar daripada bentuk anorganik (HgCl2)yang hanya sekitar 10%. Akan tetapi, bentuk merkuri anorganik inikurang bersifat korosif daripada bentuk organik. Bentuk organik tersebut juga dapat menembus barrier darah dan plasenta sehingga dapat menimbulkan pengaruh teratogenik dan gangguan saraf.

2.2.2. Proses Biotransformasi Merkuri dalam Tubuh Unsur merkuri yang diabsorbsi dengan cepat dioksidasi menjadi ion Hg2+, yang mempunyai afinitas terhadap gugus - gugus sulfhidril (-SH), serta berikatan dengan substratsubstrat yang kaya gugus tersebut. Merkuri ditemukan dalam ginjal (terikat pada metalotionen) dan hati. Merkuri dapat melewati darah - otak dan plasenta. Metil merkuri mempunyai afinitas yangkuat terhadap otak. Sekitar 90% merkuri darah terdapat dalam eritrosit. Metabolisme senyawa aril merkuri serupa dengan metabolisme merkuri logam atau senyawa anorganiknya. Senyawa fenil dan metoksietil merkuri Dengan cepat diubah menjadi merkuri anorganik, sementara metil merkuri dimetabolisme sangat lambat.

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 15

2.2.3. Proses Ekskresi Merkuri Sementara unsur merkuri dan senyawa anorganiknya dieliminasi lebih banyak melalui kemih daripada faeses, senyawa merkuri anorganik terutama diekskresi melalui faeses (sampai 90 %). Waktu paruh biologis merkuri anorganik mendekati 6 minggu.

2.3. Toksisitas Merkuri Efek toksisitas merkuri pada manusia bergantung pada bentuk komposisi merkuri, jalan masuknya ke dalam tubuh, dan lamanya berkembang. Contohnya adalah bentuk merkuri (HgCl2) lebih toksik daripada bentuk merkuro (HgCl). Hal ini disebabkan karena bentuk divalen lebih mudah larut daripada bentuk monovalen. Di samping itu, bentuk HgCl2 juga Cepat dan mudah diabsorpsi sehingga daya toksisitasnya lebih tinggi. Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik, karena terjadinya proses presipitasi protein menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahanyang korosif. Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidril, fosforil, Karboksil, amida, dan amina, di mana dalam gugus tersebut merkuri dapat menghambat fungsi enzim. Toksisitas merkuri pada manusia dibedakan menurut bentuk senyawa Hg, yaitu anorganik dan organik. Keracunan anorganik Hg sudah dikenal sejak abad ke-18 dan ke-19 dengan gejala tremor pada orang dewasa. Gejala tremor telah dikenal sejak abad ke-18 yang disebut hatters shakes (topi bergoyang), karena pada saat itu banyak pekerja di pabrik topi dan wol menderita gejala tersebut. Gejala berlanjut dengan tremor pada otot muka, yang kemudian merambat ke jari-jari dan tangan. Bila keracunan berlanjut, tremor terjadi pada lidah, berbicara terbata-bata, Berjalan terlihat kaku, dan hilang keseimbangan. Perubahan pada hilangnya daya ingatan dapat juga terjadi pada toksisitas Hg dan keracunan kronis akan menyebabkan kematian. Selain toksisitas Hg anorganik, bentuk Hg organik juga menimbulkan toksisitas yang sangat berbahaya. Kasus toksisitas metil merkuri pada orang,baik anak maupun orang dewasa, diberitakan besar-besaran pasca- Perang Dunia ke-2 di Jepang, yang disebut Minamata Disease.

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 16

Uap Hg yang murni merupakan permasalahan toksikologi yang unik, karena elemen Hg ini mempunyai dua sifat toksisitas yang sangat berbahaya pada manusia, antara lain: 1. Elemen Hg dapat menembus membran sel karena ia mempunyai sifat mudah sekali larut dalam lipida, sehingga mudah sekali menembus barier darah otak yang akhirnya terakumulasi di dalam otak. 2. Elemen Hg sangat mudah sekali teroksidasi untuk membentuk merkuri oksida (HgO) atau ion merkuri (Hg2+). Toksisitas kronik dari kedua bentuk merkuri ini akan berpengaruh pada jenis organ yang berbeda yaitu saraf (otak) dan ginjal. Toksisitas uap merkuri melalui saluran pernapasan (inhalasi), biasanya menyerang sistem saraf pusat, sedangkan toksisitas kronik yang ditimbulkannya dapat menyerang ginjal. Elemen merkuri dan komponen alkil merkuri yang masuk ke dalam otak akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur protein dan sistem enzim, sehingga sinoptik dan transmisi neuromuskuler diblok. Komponen merkuri merupakan inhibitor enzim nonspesifik. Oleh sebab itu, sulit ditentukan enzim mana yang dihambat. Membran sel adalah titik utama yang diserang selama gugus sulfhidril yang dikandung dalam struktur membran sel. Sistem enzim Na+, K+Adenosin TriPosfatase (ATP-ase) biasanya terlibat sehingga menyebabkan terjadinya gangguan pertukaran ion intraseluler dan ekstraseluler. Kerusakan yang diakibatkan oleh logam merkuri dalam tubuh umumnya bersifat permanen. Sampai sekarang belum diketahui cara efektif untuk memperbaiki kerusakan fungsi - fungsi itu. Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang memang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri. Manifestasi klinis awal intoksikasi merkuri didapatkan gangguan tidur, perubahan mood (perasaan) yang dikenal sebagai erethism, kesemutan mulai dari daerah sekitar mulut hingga jari dan tangan, pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat. Pada intoksikasi berat penderita menunjukkan gejala klinis tremor, gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, jalan sempoyongan (ataxia) yang menyebabkan orang takut berjalan. Hal ini diakibatkan terjadi kerusakan pada jaringan otak kecil (serebellum). Pada beberapa penelitian, pada tikus yang keracunan metil merkuri didapatkan degenerasi serabut saraf sensorik perifer. Kemudian ditemukan gangguan transportasi axonal pada saraf tepi.
Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 17

Pada penelitian selanjutnaya ditemukan degenerasi selektif sel granula serebellum dan degenerasi pada cortex calcarine yang menyebabkan gangguan lapang pandang.

2.3.1. Sifat Teratogenik Merkuri Keracunan pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadi mental retardasi pada bayi atau kebodohan, kekakuan (spastik), karena zat metil merkuri yang masuk ke dalam tubuh perempuan hamil tersebut tidak hanya mencemari organ tubuhnya sendiri, tetapi juga janin yang dikandungnya melalui tali pusat. Oleh karena itu merkuri sangat rentan terhadap ibu hamil, ibu menyusui dan mereka yang menderita gangguan neurologis dan mental organik atau fungsional, penyakit parenkim ginjal dan hati, hipertiroidisme atau alkoholisme kronis. Pada penelitian terhadap mencit hamil yang disuntikan merkuri, menunjukan pembentukan fetus yang kurang sempurna dan 23%nya mengalami kerusakan otak. Daalam penelitian lebih lanut ditemukan bahwa kerusakan yang terjadi pada fetus tudak secara langsung disebabkan oleh merkuri. Mekuri hanya diserap sedikit oleh fetus. Kerusakan yang terjadi lebih banyak disebabkan oleh malfungsi serta inhibisi dari sistem transport zat-at penting dari induk kepada fetus, atau dapat pula disebabkan karena kerusakan ginjal akibat merkuri yang dialami induk mencit.

2.3.2. Keracunan Akut Merkuri Keracunan akut adalah keracunan yang terjadi dalam waktu singkat atau seketika, dapat terjadi karena keracunan dalam dosis tinggi dan atau akibat daya tahan yang rendah. Keracunan akut yang disebabkan oleh logam merkuri umumnya terjadi pada pekerja pekerja industri pertambangan dan pertanian yang menggunakan merkuri sebagai bahan baku, katalis dan/ atau pembentuk amalgam atau pestisida. Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui dengan mengamati gejala - gejala berupa : peradangan pada tekak (pharyngitis), dyspaghia, rasa sakit pada bagian perut, mual - mual dan muntah, murus disertai dengan darah dan shock. Bila gejala - gejala awal ini tidak segera diatasi, penderita selanjutnya akan mengalami pembengkakan pada kelenjar ludah, radang pada ginjal

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 18

(nephritis), dan radang pada hati (hepatitis). Senyawa atau garam - garam merkuri yang mengakibatkan keracunan akut, dalam tubuh akan mengalami proses ionisasi. Hg(CN)2 Hg2+ + CN Adanya peristiwa ionisasi inilah yang melipat gandakan daya racun yang dibawa oleh senyawa atau garam - garam merkuri.

2.3.3. Keracunan Merkuri Kronis Keracunan kronis adalah keracunan yang terjadi secara perlahan dan berlangsung dalam selang waktu yang panjang. Penderita keracunan kronis biasanya tidak menyadari bahwa dirinya telah menumpuk sejumlah racun dalam tubuh mereka, sehingga pada batas daya tahan yang dimiliki tubuh, racun yang telah mengendap dalam selang waktu yang panjang tersebut bekerja. Pengobatan akan menjadi sangat sulit untuk dilakukan.

2.4. Pelarangan Kosmetik Bermerkuri oleh BPOM Badan Pengawasan Obat dan Makanan berdasarkan pengawasan dan pemeriksaan terhadap kosmetik-kosmetik yang beredar di masyarakat menemukan bahwa terdapat 27 merek kosmetik yang mengandung bahan-bahan berbahaya seperti merkuri. Kosmetikkosmetik tersebut ditemukan mengandung bahan-bahan seperti merkuri dan hidroquinon >2% dalam pemutih wajah, dan zat warna rhodamin B dan merah K.4. Penggunaan bahan-bahan berbahaya tersebut dapat membahayakan kesehatan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/ MENKES/ PER/ V/ 1998 dan keputusan kepela BPOM No. HK.00.05.4.1745. Pertimbangan bahan-bahan tersebut dilarang antara lain: a. Merkuri (Hg) /Air Raksa termasuk logam berat berbahaya, yang dalam konsentrasi kecilpun dapat bersifat racun. Pemakaian Merkuri (Hg) dalam krim pemutih dapat menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna kulit yang pada akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi, iritasi kulit serta pemakaian dengan dosis tinggi dapat Menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin bahkan paparan jangka pendek dalam dosis tinggi juga
Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 19

dapat menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan paru-paru serta merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) padamanusia. b. Hidroquinon termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar juga dapat menyebabkan kelainan pada ginjal (nephropathy), kanker darah (leukemia) dan kanker sel hati ( hepatocelluler adenoma). c. Bahan pewarna Merah K.10 ( Rhodamin B ) dan Merah K.3 (CI Pigment Red 53 D&C Red No. 8 : 15585) merupakan zat warna sintetis yang pada umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) serta Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati.

2.4.1. Lampiran Tentang 27 Kosmetik Bermerkuri yang Peredarannya Dilarang Oleh BPOM:

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 20

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 21

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 22

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 23

BAB III PENUTUP


3.1. Simpulan Merkuri merupakan logam berat yang banyak digunakan dalam kehidupan manusia. Penggunaan merkuri dalam kosmetik pemutih memang dapat memberikan hasil kulit lebih putih dalam waktu relatif singkat. Tetapi mekanisme kerja merkuri yang berfungsi mengangkat atau menipiskan kulit menimbulkan efek ketergantungan. Merkuri dapat dengan mudah diabsorpsi oleh tubuh dan akan terkonsentrasi pada sel-sel saraf, otak, hati, dan ginjal. Merkuri sangat reaktif terhadap gugus-gugus sulfidril, karena itu merkuri akan mengganggu funsi enzim maupun hormon yang memilliki gugus sulfidril didalamnya. Pemakaian kosmetik pemutih wajah yang mengandung merkuri dapat menyebabkan kulit wajah menjadi kusam dan timbul flek-flek hitam jika pemakaian dihentikan. Pemakaian kosmetik bermerkuri pada wanita hamil dapat menyebabkan keguguran atau cacat pada bayi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa pemakaian merkuri dalam bentuk apapun, terutama dalam bentuk kosmetik pemutih wajah sangat berbahaya karena bersifat sangat toksik bagi manusia.

3.2. Saran Dari hasil penelurusan pustaka, dapat disarankan kepada masyarakat luas agar selalu mengindari pemakaian kosmetik yang mengandung merkuri. Konsumen pemakai kosmetik disarankan untuk lebih teleti terhadap produk-produk kosmetik pemutih wajah yang menjanjikan wajah menjadi lebih putih dalam waktu singkat. Pemakai kosmetik juga harus lebih jeli melihat apakah produk kosmetik yang dipakainya benar-benar terdaftar di BPOM atau tidak. Para produsen dan penjual kosmetik juga disarankan agar tidak meggunakan merkuri dalam sediaan kosmetiknya. Saya juga menyarankan agar Pemerintah melalui BPOM dapat secara aktif melakukan pengawasan dan penjaminan mutu kosmetik yang beredar.

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 24

Daftar Pustaka
Alfian, Zul. 2006. Merkuri: Antara Manfaat dan Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam bidang Ilmu Kimia Analitik pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara. Available Online at: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/708/ 1/08E00 123.pdf. [Diakses pada Tanggal: 26 Agustus 2011] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Peringatan: Tentang Kosmetik yang Mengandung Bahan dan Zat Warna yang Dilarang. Public Warning/Peringatan BPOM No. KH.00.01.3352 Tanggal 7 September 2006. Availabe Online at: www.pom.go.idpublicperingatan_publikpdfPW_koslarang.pdf. Tanggal: 30 Agustus 2011] Holt, Daphene., & Webb, M. 1985. The Toxicity and Teratogenicity of Mercuric Mercury in The Pregnant Rat. Available Online at: http://www.springerlink.com/content/q 244751416483m63/. [Diakses pada Tanggal: 30 Agustus 2011] Rianto, Sugeng. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Merkuri pada Penambang Emas Tradisional di Desa Jendi Kecamatan Sologiri Kabupaten Wonogiri. Tesis Sarjana S-2 Magister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro. Available Online at: http://eprints.undip.ac.id238431SUGENG_RIANTO.pdf. [Diakses pada

[Diakses pada Tanggal: 29 Agustus 2011] Smit, Nico., Vicanova, Jana., & Stan, Pavel. The Hunt of Natural Skin Whitening Agents. International Journal of Molecular Sciences. Available Online at: www.mdpi .com/journal/ijms. [Diakses pada Tanggal: 26 Agustus 2011] Tan, Hoan Tjay., & Rahardja, Kirana. 2007. Obat-obat Penting: Khasiat Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya Edisi Keenam. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Tortora, Gerard J., & Derrickson, Bryan. 2006. Principles of Anatomy and Physiology 11th Edision. Von Hoffman Press Inc., Danvers.

Kimia Analitik Dasar Bahaya dan Cara Kerja Merkuri Sebagai Pemutih Wajah dalam Sediaan Kosmetika

Halaman| 25

You might also like