You are on page 1of 13

IMPLEMENTASI KEMITRAAN SEKOLAH KEJURUAN DAN DUNIA INDUSTRI

Dra. Moureen M. Kambey, MSi Dosen Fakultas Teknik UNIMA

Abstrak Persoalan yang banyak dihadapi sekolah kejuruan, baik negeri dan swasta adalah kalah cepat perkembangan kurikulum dengan perkembangan teknologi dan informasi di dunia usaha dan dunia industri. Ketika sekolah masih membicarakan dasar-dasar sebuah teknologi maupun informasi, di lapangan hal ini sudah diterapkan. Sehingga, banyak siswa yang pada saat melakukan on the job trainning atau praktik kerja industri, kebingungan. Sebab, apa yang mereka pelajari di sekolah sudah jauh berkembang, dan bahkan tidak jarang tidak lagi dipakai sama sekali di dunia usaha dan dunia industri. Untuk itu, agar apa yang diajarkan di sekolah bisa disinergikan, maka pihak sekolah harus melakukan kemitraan dengan dunia usaha, dan itu harus diaplikasikan dalam proses belajar mengajar. DU/DI benar-benar dijadikan mitra sekolah dalam mengembangkan proses belajat mengajar, termasuk pengembangan kurikulum sekolah. Kemitraan ini memadukan konsep link and match, life skills dan broad based education atau lebih mengarah pada konsep holistic education, dikenal dengan model kemitraan pendidikan kejuruan berbasis dunia kerja. Dengan kemitraan ini, diharapkan dapat mewujudkan lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap kreatif, dan inovatif. Oleh karena itu, penyelenggaraan praktik industri dalam kerangka kemitraan berbasis dunia kerja perlu ditingkatkan efektivitasnya sehingga birokrasi lebih responsif terhadap tuntutan masyarakat, lebih adaptif terhadap perubahan-perubahan dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Kata Kunci: kemitraan, dunia industri, dunia industri,

A. PENDAHULUAN Sekolah menengah Kejuruan (SMK) memiliki keterkaitan yang tinggi dengan dunia usaha. Hal ini karena para lulusannya memang diharapkan bisa langsung mengisi kesempatan kerja yang ada di dunia usaha dan dunia industri. Di sinilah bedanya SMA dan SMK. Jika para lulusan SMA diarahkan untuk

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, para lulusan SMK telah dipersiapkan kompetensinya sejak awal, sehingga mereka bisa langsung terjun ke dunia usaha dan dunia industri setelah mereka tamat. Namun demikian, tidak berarti bahwa lulusan SMK tidak dianjurkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, atau sebaliknya, tidak berarti pula bahwa lulusan SMA tidak memiliki kemampuan dasar untuk langsung terjun ke dunia usaha dunia industri. Persoalan yang banyak dihadapi SMK, baik negeri dan swasta adalah kalah cepat perkembangan kurikulum dengan perkembangan teknologi dan informasi di dunia usaha dan dunia industri. Ketika sekolah masih membicarakan dasar-dasar sebuah teknologi maupun informasi, di lapangan hal ini sudah diterapkan. Sehingga, banyak siswa yang pada saat melakukan on the job trainning atau praktik kerja industri, kebingungan. Sebab, apa yang mereka pelajari di sekolah sudah jauh berkembang, dan bahkan tidak jarang tidak lagi dipakai sama sekali di dunia usaha dan dunia industri.

Seperti disinggung beberapa minggu sebelumnya, ketika sekolah masih mengajar bidang studi Kearsipan menggunakan kertas, di dunia usaha bahkan sudah berkembang kearsipan sistem elektronik mengandalkan komputer yang hampir tak lagi menggunakan kertas. Sehingga sudah jauh lebih berkembang dibanding apa yang dipelajari di sekolah. Contoh lain, untuk sekolah SMK jurusan mekanik. Ketika di sekolah masih belajar memperbaiki kendaraan bermotor roda empat yang menggunakan karburator, di pasar sudah beredar mobil yang tidak lagi memakai karburator. Ini jelas beda penanganannya. Jika sekolah tidak mengajarkan siswa tentang teknologi ini, maka lagi-lagi siswa akan kebingungan ketika mengadakan magang atau yang dikenal dengan istilah Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Untuk itu, agar apa yang diajarkan di sekolah bisa disinergikan, maka pihak sekolah harus melakukan kemitraan dengan dunia usaha, dan itu harus diaplikasikan dalam proses belajar mengajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Direktur Pembinaan SMK Ditjen Mendikdasmen Kemendiknas, penyelarasan SMK dan dunia industri) inilah yang kami lakukan. Siswa kami berikan apa yang dibutuhkan industri. Kemitraan ini harus masuk dalam program sekolah dengan perencanaan yang baik, dan sudah dialokasikan waktu khusus dalam proses belajar mengajar.

Teknis pelaksanaannya, sekolah tidak saja melibatkan dunia usaha dan dunia industri dalam kepengurusan Komite Sekolah ataupun Majelis Sekolah. Apalagi, keterlibatan seperti ini tidak jarang hanya bersifat formalitas dan fasif. Namun, dunia usaha benar-benar dijadikan mitra sekolah dalam pengembangan proses belajar mengajar, termasuk pengembangan kurikulum sekolah. Keterlibatan mereka-mereka dari dunia usaha dan dunia industri itu harus bersifat aktif dan benar-benar memberikan kontribusi kepada sekolah dalam hal transformasi ilmu terapan kepada siswa. Mereka yang sudah terlibat langsung ini, dijadwalkan secara khusus dan berkala untuk memberikan bimbingan kepada siswa. Sistemnya bisa klasikal untuk teori dan praktik langsung untuk informasi yang semestinya harus dipraktikkan. Ada satu nilai plus orang-orang teknis dari dunia usaha maupun praktisi dalam mentransformasi ilmunya, yakni mereka lebih bersifat praktis dan to the point, sehingga siswa benar-benar memahami apa yang disampaikan, apalagi apa yang mereka sampaikan sebagian besar adalah apa yang saat ini mereka kerjakan di tempat kerja masing-masing. Untuk itu, sekolah haruslah memiliki orang-orang yang mampu membawa masuk perwakilan dunia usaha dan dunia industri ke sekolah dengan sebanyak-banyaknya. Ini jelas bukan pekerjaan gampang. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukan oleh Menteri Pendidikan Nasional (2009), bahwa kerjasama antara SMK dan dunia usaha dengan dunia industri harus kita tetap jalan terus dan perbaiki terus. Dengan masuknya orang-orang dunia usaha, para guru tak perlu merasa tersaingi, tapi jadikan sebagai laman untuk menambah wawasan, sehingga transformasi ilmu tidak saja terjadi kepada siswa, tapi juga kepada guru. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan memagangkan guru ke dunia usaha dan dunia industri. Artinya, untuk kolaborasi itu, banyak cara yang bisa dilakukan sekolah. Kuncinya mau, dan tak satu jalannya. Semoga.

B. PEMBAHASAN 1. Bentuk-bentuk Kemitraan Sekolah Kejuruan dan DU/Di a. Kemitraan sistem jasa kerja; Kemitraan Melekat

Kemitraan sistem kerja adalah jenis kerjasama yang dilakukan oleh sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri dengan cara mendapatkan pekerjaan sebagai sarana pelatihan anak didik dari DU/DI beserta bahan yang digunakan untuk membuat barang atau pekerjaan yang dimaksudkan. Pada sistem kerjasama ini, DU/Di mempunyai akses langsung pada pekerjaan sehingga untuk hal tersebut, maka instruktur harus mengikuti pelatihan atau pemahaman atas ketentuan-ketentuan yang diberlakukan terhadap

pekerjaan tersebut. Pihak DU/DI menyerahkan pekerjaan, baik bahan maupun jenisnya kepada sekolah, instruktur. Selanjutnya instruktur yang melakukan pendampingan pada anak didik selama melaksanakan tugas atau pekerjaan tersebut. Instruk-tur memeriksa dan sekaligus menjadi quality control bagi barang hasi pekerjaan anak didik. untuk hal tersebut, maka guru, instruktur harus benarbenar kompetens terhadap bidangnya tersebut. Selanjutnya, setelah pekerjaan selesai dikerjakan, maka pihak sekolah

mendapatkan dana pembinaan atau imbalan atas pekerjaan yang dilakukan di bengkel sekolah tersebut. Jumlah imbalan yang didapatkan sebenarnya bukanlah satu-satunya orientasi bagi sekolah sebab tujuan utamanya adalah untuk memberikan kesempatan bagi anak didik untuk menerapkan keteram-pilan yang didapatkan dari proses pembelajaran pada kondisi kerja. Oleh karena itulah, maka selajutnya yang perlu dipikirkan adalah peng-aturan imbalan yang didapatkan sekolah dari DU/DI yang memberikan pekerjaan bagi mereka. Imbalan tersebut harus dikelola sedemikian rupa sehingga anak didik juga mendapatkan bagian dari imbalan kerja tersebut. Anak didik diberi bagian adalah sebagai pemicu dan pemacu semangat kerja sehingga dengan demikian, secara langsung mereka menerapkan segala teori dan materi praktiknya di pekerjaan nyata. Dengan bagian imbalan dana, maka anak didik akan terpacu untuk lebih serius dalam mengerjakan pekerjaan. Mereka akan berusaha memperbaiki kinerja dan hasil kerjanya. b. Kemitraan Kerja; Kemitraan Renggang Kemitraan kerja adalah bentuk kerja sama antara sekolah dengan DU/DI yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan tertentu yang diberikan oleh DU/DI kepada sekolah. Dalam hal ini DU/DI hanya memberikan pekerjaan pada sekolah

sedangkan material atau bahan untuk membuat benda kerja disediakan oleh pihak sekolah. Kemitraan ini dapat dikatakan kemitraan renggang sebab pihak DU/DI tidak ikut bertanggungjawab jika terjadi kesalahan pada hasil kerja. Bagi pihak DU/DI, begitu pekerjaan disepakati, maka segala urusan terkait dengan proses kerja merupakan tanggungjawab sekolah. Pihak DU/DI hanya mengetahui bahwa pekerjaan selesai sesuai dengan target waktu dan kualitasnya. Jika ada barang rusak, maka mejadi tanggungan sekolah. Kondisi seperti ini merupakan sebuah kesempatan bagi sekolah, dalam hal ini guru pendamping kegiatan untuk mengkondisikan anak didiknya sebagai pelaku kerja professional. Artinya sekolah dalam memposisikan anak

sebagaimana seseorang yang sedang bekerja. Hal ini menjadi sangat penting sebab dengan demikian, maka terbuka kesempatan bagi anak didik untuk mendapatkan pengalaman kerja produk untuk masyarakat. Dengan menerapkan kondisi sebagaimana sebuah pabrik atau dunia usaha sedang melaksanakan tugasnya, maka setidaknya anak didik akan terbiasa untuk terus dalam kondisi standar untuk bekerja. Pengalaman inilah yang sebenarnya sedang kita buru saat kita menerima kerjasama dengan DU/DI. Kita ingin memberikan pengalaman bekerja pada anak didik se-hingga pada saatnya mereka tidak kaget jika harus bekerja. Pada kemitraan kerja seperti ini, hal utama yang hendak kita capai adalah bertambahnya pengalaman anak didik serta kesadaran anak didik terhadap kondisi kerja dan menumbuhkan rasa

bertanggungjawab atas pekerjaan yang harus diselesaikan. Hal ini sangat penting sebab dengan cara seperti ini, maka dapat menumbuhkan pola kerja sistematis serta efektivitas kerja yang maksimal dari anak didik dan menjadikan hal tersebut sebagai kebiasaannya sepanjang hidup. Untuk dapat melakukan kerja sama atau kemitraan kerja ini, maka pihak sekolah seharusnya berperan aktif untuk melakukan pendekatan kepada DU/DI. Pendekatan ini bertujuan untuk dapat memperoleh kepercayaan dari DU/DI dalam hal mengerjakan atau menangani satu atau beberapa pekerjaan di sekolah. Sekolah harus aktif menghubungi DU/DI dan meyakinkannya bahwa pihak sekolah, melalui kegiatan kerja di bengkel sekolah atau pada proses kegiatan pembelajaran praktik di bengkel sekolah mampu mengerja-kan pekerjaan-

pekerjaan dengan standar industri atau standar produksi layak jual bagi kebutuhan masyarakat. Begitulah, sekolah melakukan kemitraan dengan DU/DI sebagai bentuk tanggungjawab pada pembelajaran anak didik, yaitu mempersiapkan anak didik sebagai tenaga terampil, siap kerja. c. Kemitraan Umum; Kemitraan Lepas Kemitraan ini merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan murni atas inisiatif sekolah. Artinya sekolah membuat program kerja produksi barang dan selanjutnya barang produk tersebut ditawarkan ke DU/DI. Seluruh hal terkait dengan pembiayaan, ditanggung oleh sekolah. Untuk melakukan kemitraan ini, maka di sekolah harus dibentuk tim khusus yang bertugas untuk melakukan analisa kebutuhan masyarakat atas barang-barang kebutuhan hidup. Tim inilah yang harus menumbuhkan pola kreativitas anak didik ataupun para guru untuk selalu menemukan materi atau jenis barang yang sedang booming di masyarakat. Selanjutnya sekolah melalui kegiatan pembelajaran praktik harus mem-buat barang-barang tersebut sebagai contoh. Pada awalnya sekolah harus membuat beberapa saja dan selanjutnya barang hasil kerja anak didik tersebut ditawarkan kepada DU/DI untuk dibuatkan nota kesepakatan atau nota kesepahaman untuk melaksanakan proses pembuatan barang tersebut. Dalam bentuk kemitraan lepas ini, sekolah menjadi sumber inspirasi bagi proyek kerja yang hendak dilaksanakan. Bentuk dan macam barang yang diproduksi direncanakan oleh pihak sekolah yang didasarkan pada tingkat kebutuhan di masyarakat. Atau merupakan hasil perekayasaan atas barang yang sudah ada di masyarakat dengan perbaikan fungsi dan kondisi se-hingga mempunyai tingkat kebaikan yang lebih dari barang yang sudah ada. Dengan kemitraan jenis ini, maka posisi sekolah dengan DU/DI adalah setara sehingga sekolah dapat membuat kebijakan khusus pada isi ke-sepakatan atau kesepahaman. Artinya pihak sekolah mempunyai hak yang sama dengan pihak DU/DI. Tetapi, untuk jenis kemitraan seperti ini memang sangatlah berat bagi sekolah sebab untuk membangkitkan kreativitas guru atau anak didik se-hingga dapat memikirkan atau menemukan rancangan barang yang dibutuh-kan masyarakat merupakan hal yang sulit. Pada dasarnya, konsep kemitraan lepas merupakan konsep kerjasama dengan memaksimalkan kerja Pokja UPJ, Unit Produksi dan Jasa yang ada di

sekolah. Dengan konsep kemitraan ini, maka peranan UPJ menjadi sedemiki-an rupa sehingga dapat menjadi embrio perusahaan yang berbasis sekolah. Sebenarnya, SMK mempunyai kesempatan untuk menjadi sebuah per-usahaan sesuai dengan bidang studi dan program keahlian yang dikelola di sekolah. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa SMK mengelola, menyiap-kan dan mengarahkan anak didik menjadi tenaga kerja yang siap bekerja. Jika hal ini dapat diwujudkan, maka cost pendidikan yang harus dibayar oleh orangtua dapat lebih ringan sebab anak didik mendpaatkan tambahan dana dari pekerjaan yang dilakukan di bengkel sekolah. Pada konsep ini, setidaknya ada 2 (dua) hal yang didapatkan oleh sekolah dan anak didik, yaitu pengalaman menangani pekerjaan dan income bagi kelancaran proses pembelajaran. Dua hal ini merupakan kondisi penting yang diharapkan dapat menjadi motivasi bagi sekolah dan anak didik untuk dapat melatih disiplin kerja sejak awal. Jika kondisi ini dapat diciptakan, maka untuk selanjutnya, masyarakat tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk pendidikan anak-anaknya. Konsep kemitraan lepas memang merupakan konsep yang mengarah pada persiapan sekolah sebagai basis usaha produktif sekolah. Ini merupa-kan bentuk kegiatan produktif yang dilakukan oleh sekolah dengan meng-efektifkan pembelajaran praktik sebagai kegiatan yang dapat memproduksi barang layak paki bagi masyarakat. Barang-barang yang dihasilkan dalam proses pembelajaran praktik inilah jika dipasarkan ke masyarakat, maka selanjutnya dapat dijadikan sebagai dana sharing bagi pendidikan anak didik. Pada kenyataannya, kita memang sangat membutuhkan eksistensi konsep kemitraan sebagai bentuk kerjasama antara sekolah dengan DU/DI sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas branding dari sekolah di masyarakat. Kita harus memperbaiki kondisi yang selama ini dikatakan tidak efektif. Dimana, anak-anak lulusan sekolah kejuruan ternyata belum siap menghadapi kenyataan hidup. Pada saat mereka bekerja, ternyata belum mempunyai kemampuan sebagaimana yang diharapkan dari pekerjaan mereka. Kondisi ini jelas sangat menguntungkan bagi sekolah sebab mampu menjadi sarana untuk memperbaiki citra sekolah. Jika sekolah mampu memberikan kegiatan produktif bagi anak didiknya dan selanjutnya berdasarkan hasil

kegiatan produktif tersebut dapat dijadikan sebagai sharing dana pen-didikan bagi anak didik, tentunya orangtua, masyarakat memberikan respon positif pada sekolah. Kita membutuhkan respon positif dari masyarakat agar upaya peningkatan dan pengembangan sekolah sebagai ajang pembekalan keterampilan anak didik benar-benar maksimal. Selama ini yang terjadi di dalam proses kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah kejuruan dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang sesungguhnya. Anak didik yang mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran ternyata masih belum mampu menerapkan bekal keterampilannya di dalam kehidupan bermasyarakat. Bekal keterampilan yang diberikan di sekolah dianggap sebagai latihan semata dan bukan sebagai pembekalan bagi dirinya. Oleh karena itulah, maka dengan melaksanakan program kemitraan antara sekolah dengan DU/DI ini, maka diharapkan tumbuh dan berkembang kesadaran di hati anak didik bahwa kegiatan praktik yang mereka lakukan di sekolah adalah sebuah kegiatan produktif dan dapat memberikan masukan bagi mereka. Dengan program ini, maka diharapkan anak didik menyadari untuk mereka adalah tenaga professional bagi keahlian yang mereka pelajari sejak awal sekolah. Oleh karena itulah perlu kesadaran semua pihak agar program ini dapat berjalan maksimal dan benar-benar efektif bagi dunia pendidikan di SMK. 2. Implementasi Model Kemitraan Pendidikan Kejuruan dan Dunia Industri Adapun model yang dimaksud dalam tulisan ini yakni model empirik (empirical model) untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan kebijakan praktik industri melalui kemitraan (kerjasama) dimana memadukan konsep link and match, life skills dan broad based education atau lebih mengarah pada konsep holistic education. Model tersebut sejalan dengan adanya perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan sesuai dengan UndangUndang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15 yang mengisyaratkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Dan Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan selaras dengan UndangUndang No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengelola dan bertanggung jawab dalam sektor pendidikan.

Dengan mengembangkan model kebijakan kemitraan pendidikan kejuruan berbasis dunia kerja diharapkan dapat mewujudkan lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap kreatif, dan inovatif. Oleh karena itu, penyelenggaraan praktik industri dalam kerangka kemitraan berbasis dunia kerja perlu ditingkatkan efektivitasnya sehingga birokrasi lebih responsif terhadap tuntutan masyarakat, lebih adaptif terhadap perubahan-perubahan dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan konsep yang dikemukan oleh Islamy (2002); Dunn (2000); dan Thoha (2002) bahwa birokrasi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan tersebut harus benar-benar memerhatikan tuntutan-tuntutan masyarakat yang terkena efek dari kebijakan. Disamping itu direkomendasikan beberapa hal yang berkenaan dengan upaya perbaikan kebijakan yang diharapkan dilakukan oleh SMK, Dunia usaha industri atau dunia kerja, pemerintah daerah dan direktorat pembinaan SMK Depdiknas RI, sebagai berikut : 1) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK): (1). Perlu menyusun kurikulum terpadu antara SMK dengan Dunia kerja dengan melibatkan multy stakeholders (2).perlu meningkatakan pengalaman dan wawasan guru dengan melalui program kunjungan industri, dialog dunia kerja, mendatangkan guru tamu,magang guru dan diklat kompetensi berjenjang, (3) perlu peningktan kualitas / profesionalisme guru dengan mengadakan diklat methodologi pelajaran teknik, desiminasi, seminar, dan lokakarya, workshop karya ilmiah atau mengadakan in house training, (4) perlu dialokasikan anggaran untuk pelatihan pembuatan modul dan pembuatan modul terpadu (bahan ajar) untuk bidang studi normatif, adaptif dan produktif, (5). Perlu melakukan inovasi pembelajaran, (6) Tim kelompok kerja praktik industri perlu melibatkan semua satkholders sebagai anggota tim, (7) perlu adanya stantadar dunia kerja khususnya melihat aspek sumber daya peralatan dan sumber daya manusia pada perusahaan/dunia kerja dan menyesuaikan relevansi dengan standar kompetensi lulusan. 2) Dunia usaha industri (dunia kerja): (1) Standar kompetensi industri (dunia kerja) sangat diperlukan sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum di sekolah dan meningkatkan pembelajaran di sekolah dengan program praktik industri. Untuk itu, diharapkan dunia usaha industri (dunia kerja) dapat menyusun standar kompetensi industri (dunia kerja) yang nantinya dapat digunakan oleh sekolah

dalam pengembangan kurikulum, (2) Sebagai tindak lanjut dari pemberian sertifikat praktik industri dan sertifikat uji kompetensi tersebut diharapkan dunia usaha industri (dunia kerja) lebih konsisten. Dengan demikian, dalam melakukan penerimaan karyawan agar lebih memprioritaskan lulusan SMK yang telah memiliki sertifikat praktik industri dan uji kompetensi dari dunia usaha industri (dunia kerja) tersebut sebagai pihak yang berkompeten mengeluarkan kedua sertifikat tersebut. 2) Pemerintah daerah (pemda) : Sebagai konsekuensi dilaksanakannya otonomi daerah dan sebagai wujud pelaksanaan kewenangan pengelolaan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana amanah UU No. 22 Tahun 1999 (revisi UU No. 32 Tahun 2004) tentang Pemerintah Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Pelimpahan Kewenangan Daerah maka pengelolaan pendidikan kejuruan yang melibatkan masyarakat dan dunia usaha industri maka perlu (1) melakukan evaluasi kebijakan kemitraan pendidikan kejuruan, (2) Penataan kembali strategi implementasi kebijakan kemitraan dalam rangka pendidikan sistem ganda (PSG) khususnya dalam penyelenggaraan praktik industri sekolah dan dunia usaha industri (dunia kerja), (3) perlu memiliki standar pelaksana praktik industri, baik yang berkaitan dengan kesiapan industri (dunia kerja), sekolah, guru, dan faktor penunjang pembelajaran lainnya, (4) majelis sekolah dilebur dalam dewan pendidikan sehingga tidak terjadi duplikasi peran dan fungsi majelis sekolah dengan dewan pendidikan yang telah memiliki infrastruktur perundang-undangan kelembagaan, (5) perlu dibuat secara rinci isi naskah kerjasama (MOU) dan dibuat sesuai situasi dan kondisi dunia usaha industri (dunia kerja) dan standar kompetensi program studi, (6) Penelusuran tamatan atau lulusan sangat penting dilakukan oleh sekolah apalagi bagi sekolah menengah kejuruan (SMK) sebagai indikator keberhasilannya melakukan pelayanan pendidikan. Untuk

mengoptimalkan penelusuran tamatan ini perlu keterlibatan multy stakeholders, di antaranya unsur sekolah, dunia usaha industri (dunia kerja), bidang pendidikan menengah dinas pendidikan, dan bidang penempatan ketenagakerjaan kantor tenaga kerja dengan mengoptimalkan penanganan lulusan diperlukan adanya Job Placement Center (JPC), (7) perlu adanya perencanaan pendidikan dengan pendekatan berbasis dunia kerja atau ketenagakerjaan yang berorientasi pada pengembangan potensi lokal yang mempunyai daya jual (marketable), (8) perlu

untuk memperoleh sumber pendapatan baru guna mendukung penyediaan dana tersebut yang melibatkan stakeholders (orang tua, masyarakat, dan dunia usaha industri) melalui kebijakan dengan peraturan daerah (perda) sumbangan atau retribusi pendidikan atau memasukkan dalam perda sistem pendidikan, (9) hendaknya pemerintah daerah memberi penghargaan atau kemudahan kepada dunia usaha industri (dunia kerja) dalam mengembangkan kegiatan usahanya, misalnya memberi kemudahan dalam perpanjangan izin usaha, tetapi di balik itu pihak perusahaan juga harus memberi jaminan untuk mendukung program pengembangan pendidikan dan peningkatan mutu lulusan sebagai persyaratan mutlak yang harus dipenuhi oleh dunia usaha industri (dunia kerja) ketika mendapat kemudahan dari pemerintah daerah. 3) Direktorat Pembinaan SMK Depdiknas RI: (1) perlu dilakukan evaluasi kebijakan sebagai dasar untuk melakukan revisi terhadap Kepmendikbud tersebut atau dengan menetapkan peraturan pemerintah atau keputusan bersama menteri pendidikan nasional bersama menteri tenaga kerja, dan menteri dalam negeri yang mengatur tentang kemitraan pendidikan pada umumnya dan pendidikan kejuruan pada khususnya. (2) perlu adanya kebiajakan pendidikan berupa PP atau kepmendiknas dengan melibatkan multy stakeholders (mendiknas, mendagri, dan menaker), (3) perlu pemerintah dan pemerintah daerah melakukan sebagai berikut :(1) perubahan paradigma pembangunan pendidikan dengan menyiapkan lulusan bukan hanya memasuki dunia kerja formal tetapi dunia kerja informal sesuai potensi lokal marketabl, (2) mengembangkan model pembelajaran terpadu berbasis kewirausahaan (menambah jam belajar kewriausahaan) sehingga siswa dapat melek ekonomi, (3) mendorong perkembangan sektor informal dalam rangka mengembangkan potensi lokal marketable dan menyediakan bantuan modal usaha bagi lulusan SMK yang berminat membuka usaha disektor informal, dan (4) membangun SMK. Kecil sesuai potensi lokal di daerah pedesaan, pedalaman, pantai dan perbatasan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja informal dan SMK terpadu rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja formal dan informal daerah perkotaan serta membangun SMA pada daerah perkotaan dalam rangka mempersiapkan peserta dididik memasuki perguruan tinggi.

C. PENUTUP Untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan kebijakan praktik industri melalui kemitraan (kerjasama) ialah dengan memadukan konsep link and match, life skills dan broad based education atau lebih mengarah pada konsep holistic education. Model tersebut sejalan dengan adanya perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15 yang mengisyaratkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang

mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Dengan mengembangkan model kebijakan kemitraan pendidikan kejuruan berbasis dunia kerja diharapkan dapat mewujudkan lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap kreatif, dan inovatif. Oleh karena itu, penyelenggaraan praktik industri dalam kerangka kemitraan berbasis dunia kerja perlu ditingkatkan efektivitasnya sehingga birokrasi lebih responsif terhadap tuntutan masyarakat, lebih adaptif terhadap perubahan-perubahan dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi.

D. DAFTAR PUSTAKA

Joko Sutrisno. 2010. Perluas Kemitraan dengan Dunia Usaha Tersedia http://www.radartasikmalaya.com (diambil 17-04-2010) Mendiknas, 2009. Kemitraan SMK Indusrti Diperkuat Tersedia http://dindik.pontianak.go.id (diambil 17-04-2010) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Pelimpahan Kewenangan Daerah Undang-undang Republik Indonesia Pendidikan Indonesia. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 (revisi UU No. 32 Tahun 2004) tentang Pemerintah Daerah Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Yunus Abas. Model-Implementasi-Kebijakan-Kemitraan Tersedia http://cordovacendekia.blogspot.com/2009/08/ (diambil 19-042010) http://www.studentmagz.com/2008/10/ http://www.radartasikmalaya.com/index.php?option=com_content&view=article&id=778: perluas-kemitraan-dengan-industri

You might also like