You are on page 1of 8

AgroinovasI

Cara Menghindar Dari Serangan Virus Cabai


Masalah yang timbul pada budidaya cabai merah yang merupakan kendala produksi, terjadi sejak pengelolaan lahan pada kandungan hara yang berbeda, penggunaan benih, saat pemeliharaan serta pada waktu sedang dan setelah panen. Untuk menanganinya dibutuhkan input yang efektif dan ampuh untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Pada saat ini input produksi cabai merah masih tertumpu pada penggunaan kimia pertanian yang kebanyakan merupakan kimia sintetis. Tantangan teknis lain akan muncul karena agribisnis cabai mencakup agroekosistem yang kompleks. Hal ini disebabkan penanamannya bukan hanya seragam dalam areal yang luas, tetapi juga seragam dalam waktu. Penanaman satu jenis tanaman yang terus menerus menjadikan komponen biotik dalam ekosistem alami yang bersangkutan keragamannya sangat rendah. Oleh karena itu, organisme-organisme pengganggu yang hidup pada tanaman cabai akan berkembang secara leluasa dan pada gilirannya dapat terjadi ledakan populasi yang sangat merugikan, dan akan berdampak penggunaan pestisida secara berlebih. Penggunaan pupuk anorganik yang berlebih untuk memperoleh hasil panen cabai yang maksimal, gangguan OPT yang terus berlanjut terutama penyakit buah antraknos, penyakit virus CMV dan Gemini yang menjadi wabah epidemik (Hidayat 2003; Sulandari 2004 ; Hartono 2003), serta gangguan hama penghisap daun (kutudaun dan kutukebul) yang juga berfungsi sebagai vektor virus serta hama lainnya akan menimbulkan kerugian bukan saja pada hasil panen tetapi juga pada kualitas produknya. Pengelolaan Cabai Merah Varietas dan benih cabai (1.) Varietas cabai yang berdaya hasil tinggi yang sesuai dengan lokasi diantaranya Varietas Tanjung moderat resisten terhadap penyakit virus kuning cocok ditanam di pantai utara Jawa Tengah, sedangkan untuk dataran tinggi cocok digunakan cabai hibrida. Varietas yang menuliskan keunggulannya (tahan OPT atau cekaman) lebih baik menjadi pertimbangan untuk dipilih. (2.) Benih Benih yang digunakan adalah yang bersertifikat atau yang pada kemasannya tertera jaminan mutu. Persemaian (1.) Media tanam Media tanam terdiri dari campuran (1 : 1) pupuk kandang matang yang halus dan tanah sub soil (dihaluskan) yang diambil dari kedalaman tanah sekitar 2 meter. Sebelum biji disebar, tanah semaian disiram air sampai rata dan tidak terlalu basah. (2.) Perlakuan benih Biji direndam air panas (50oC) sampai air menjadi dingin atau Previcur N (1 mL/L) selama 1 jam, lalu ditiriskan. Untuk menghindari terjadinya penyakit terbawa benih. (3.) Perlakuan persemaian Persemaian diberi atap plastik tembus cahaya atau dibuat naungan atap asbes (permanen) dengan tiang penyangga yang cukup tinggi (+ 1,5 m) agar matahari tetap masuk. Untuk menghindari terjadinya infeksi virus di persemaian, semaian ditutup dengan kasa kedap serangga (Foto 1.). Untuk menahan kutudaun diperlukan ukuran 30 mesh, untuk menahan kutukebul diperlukan ukuran 50 mesh. Jenis dan Dosis Pupuk (1.) Pupuk dasar organik untuk - Andisol Lembang : Pupuk kuda atau sapi 30 ton/ha, pupuk kompos 20 ton/ha. Penambahan mikroba dekomposer Streptomyces sp., membuat pupuk organik ini cepat matang.
Badan Litbang Pertanian Edisi 2-8 Pebruari 2011 No.3390 Tahun XLI

10 AgroinovasI
- Alluvial Brebes : Pupuk kandang kuda atau sapi 20 t/ha, pupuk kompos 15 t/ha. Penambahan mikroba dekomposer Streptomyces sp., membuat pupuk organik ini cepat matang. (2.) Pupuk anorganik untuk - Andisol Lembang : Pupuk N : 150-225 kg/ha, berupa Urea (220300 kg/ha) atau ZA (300-450 kg/ha). Pupuk P : 108-144 P2O5/ha, kalau menggunakan SP36 perlu 300-400 kg/ha. Pupuk K : 150-180 Foto 1. Persemaian ditutup dengan kasa K2O/ha. Kalau menggunakan KCl perlu 250300 kg/ha. Campuran pupuk tunggal di atas bisa diganti dengan pupuk majemuk NPK 1-1,5 t/ha. - Alluvial Brebes : Pupuk N : 150-200 kg/ha, berupa Urea (150-200 kg/ha) atau ZA (400-500 kg/ha). Pupuk P : 108-144 P2O5/ha, kalau menggunakan SP-36 perlu 300-400 kg/ha. Pupuk K : 90-120 K2O/ha. Kalau menggunakan KCl perlu 150-200 kg/ha. Campuran pupuk tunggal di atas bisa diganti dengan pupuk majemuk NPK 1 t/ha. Persiapan lahan (1.) Pengolahan tanah Tanah dicangkul sedalam 30-35 cm dan dibalik 2-3 kali. Setiap tanah dibalik biarkan beberapa saat kena sinar matahari, untuk membunuh mikroba patogen tanah. (2.) Pembersihan lahan Sisa-sisa tanaman sebelumnya dikumpulkan dan dimusnahkan. Rerumputan jangan dibiarkan bertumpuk karena akan menjadi sarang ulat tanah, dibakar akan lebih baik karena akan memusnahkan ulat tanah yang bersarang di bawahnya. Jika ditemukan akar tanaman atau gulma yang berbintil (bengkak) oleh serangan nematoda atau jika ditemukan 300 ekor Meloidogyne dalam 1 kg tanah (Sastrosiswojo et al. 1993), maka dilakukan pemberian nematisida. Nematisida yang dianjurkan diantaranya Carbofuran 3G (1-3 kg b.a kg/ha) yang diberikan pada waktu pemasangan pupuk kandang di sepanjang garitan. (3.) Pasang pupuk dasar Pupuk dasar (organik 1x dosis dan anorganik 1/3 dosis) disebar pada garitan tempat semaian ditanam. Sepanjang bedengan dibuat 2 garitan sedalam 1 cangkul di kiri dan kanan dengan jarak dari pinggir bedengan 20 cm dan antara garitan 60 cm. OPT penting (1.)Penyakit virus - Untuk virus kuning Gemini, dilakukan induksi resistensi tanaman dengan Vir-001 (ekstrak Mirabilis jalapa 25%) pada semaian 5 hari sebelum tanam. - Untuk virus mosaik CMV, induksi resistensi tanaman dengan CARNA-5 10% dilakukan pada semaian cabai 14 hari sebelum tanam. Tanaman bergejala sejak tanam sampai umur cabai 30-35 hari dimusnahkan dan segera disulam dengan tanaman baru yang sehat. Cara pengendalian virus pada tanaman cabai secara umum yang selama ini diketahui praktis, murah dan ramah lingkungan salah satunya dengan menggunakan induksi ketahanan sistemik pada tanaman. Faktor-faktor lain yang dimaksud secara umum dikenal sebagai bioactivator. Sifat bioactivator adalah komponennya tidak secara langsung dapat mengatasi serangan patogen dan tidak bersifat sebagai fungisida/pestisida. Cara kerja bahan ini adalah merangsang tanaman untuk membentuk ketahanan sistemik. Salah satu bioactivator yang diteliti di Balitsa sejak tahun 2002 adalah yang berasal dari
Edisi 2-8 Pebruari 2011 No.3391 Tahun XLI Badan Litbang Pertanian

AgroinovasI

11

ekstrak tumbuhan. Ekstrak tumbuhan yang diteliti adalah daun eceng gondok (Eichornia crassipes Mart.), rumput laut (Euchema alvarerzii Doty.), daun nimba (Azadirachta indica), daun pagoda (Clerodendrum japonicum), daun lamtoro (Leucaena glauca L.), daun bunga pukul empat sore (Mirabilis jalapa), daun bayam duri (Amaranthus spinosus L.), daun kembang (Datura stramonium), dan daun tembakau yang mengandung Carna-5 (Nicotiana tabacum). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bunga pukul empat sore dan daun bunga pagoda mampu menginduksi ketahanan tanaman cabai terhadap infeksi virus mosaik ketimun (CMV = Cucumber mosaic virus). Bunga pukul empat sore dan bayam duri mampu menginduksi virus kuning gemini (PYLCV = Pepper yellow mosaic virus). 1. Virus Kuning Gemini (PYLCV) Spesies kutukebul yang menularkan virus kuning Gemini pada tanaman cabai adalah Bemisia tabaci (Foto. 2) Gejala pada cabai merah pertama kali muncul pada daun muda/pucuk berupa bercak kuning di sekitar tulang daun, kemudian berkembang menjadi urat daun menjaring berwarna kuning (vein clearing), cekung dan mengkerut dengan warna mosaik ringan atau kuning. Gejala berlanjut hingga hampir seluruh daun muda atau pucuk berwarna kuning cerah, dan ada pula yang berwarna kuning bercampur dengan hijau, daun cekung dan mengkerut berukuran lebih kecil dan lebih tebal (Foto 3.). Cara pengendalian a. Vektor Bemisia tabaci Bemisia tabaci bersifat polifag dan hidupnya kosmopolit sulit untuk dikendalikan. Indonesia termasuk daerah tropik di mana budidaya cabai dan komoditas lain dilakukan terus menerus Foto 2. Serangga Bemisia tabaci dewasa sehingga serangga ini selalu ada setiap saat, menularkan dan menyebarkanluaskan penyakit virus kuning. Penyemprotan tanaman cabai dengan menggunaan ekstrak nabati bunga pukul empat, bayam duri, bunga pagoda, eceng gondok dan

Foto 3. Gejala serangan virus kuning gemini pada tanaman cabai merah
Badan Litbang Pertanian Edisi 2-8 Pebruari 2011 No.3391 Tahun XLI

12

AgroinovasI

Bunga pukul empat sore

Bayam Duri Foto 4. Tanaman Inducer

Pagoda

rumput laut (Foto 4.) dapat mengganggu preferensi kutukebul menunjukkan penekanan sekitar 92,86 %. b. Virus Kuning Imunisasi tanaman muda untuk mengaktifkan gen pertahanan tanaman secara sistemik dengan cara menginokulasikan ekstrak nabati pada semaian cabai yang telah mempunyai 3-4 daun sejati dengan konsentrasi 25 %. Perlakuan yang terbaik dalam mengatasi penyakit virus kuning pada cabai berturut-turut inducer bunga pukul empat, bayam duri, eceng gondok dan bunga pagoda dengan daya hambat antara 50.5 77.7 % (Tabel 2). Kombinasi inducer Mirabilis jalapa, Basillus substilis (BS 001), predator Menochilus sexmacullatus dan Confidor 200 SL dan kombinasi inducer Amaranthus spinosus, biotoksik AMPUH, biopestisida Pseudomonas fluresence (PfM 001), predator Menochilus sexmacullatus dan Confidor 200 SL meningkatkan efikasi biopestisida terhadap OPT dan dampaknya baik terhadap hasil panen buah, dimana buah yang rusak karena penyakit rendah. Tabel 2. Pengaruh berbagai inducer terhadap perkembangan penyakit kuning Perlakuan Insiden 65 hst (%) Intensitas 65 hst (%) Laju infeksi 55-65 hst (unit/hari) 0,133 0,195* 0,247 0,224* 0,398 0,276 0,236 0,452 AUDPC 25-65 hst 44,75* 60,95* 84,45* 99,30 116,16 161,40 136,20 200,70 Daya Hambat (%) 77,7* 69,6* 57,9* 50,5* 42,1 19,6 32,1 -

Bunga pukul empat 10,13* 4,39* Bayam duri 14,77* 6,25* Eceng gondok 16,22* 7,95* Bunga pagoda 18,03 8,21* Bacillus subtilis 18,52 8,41 Acibenzolars 22,99 11,24 Benzothiadiazole 19,21 10,03 Kontrol 29,21 14,77 Keterangan : *) Menunjukkan efek baik

2. Virus mosaik ketimun (CMV) CMV dapat ditularkan terutama oleh kutudaun, kumbang mentimun, tanaman parasit, dan manusia disamping secara mekanis. CMV dapat ditularkan oleh lebih dari 60 species kutudaun, terutama Aphis gossypii dan Myzus persicae (Foto 5) secara tidak tetap dan ditularkan
Edisi 2-8 Pebruari 2011 No.3391 Tahun XLI

Foto 5. Kutudaun Myzus persicae


Badan Litbang Pertanian

AgroinovasI 13
melalui sap tanaman. Gejala akibat infeksi CMV yang sering muncul adalah pertumbuhan tanaman menjadi kecil, terjadi penguningan tulang daun atau berupa jalur kuning sepanjang tulang daun. Kemudian daun menjadi belang hijau muda atau hijau tua dan ukurannya mengecil. Selanjutnya tulang daun akan menonjol dan berkelokkelok dengan pinggiran daun yang bergelombang. Daun kadangkadang tidak tumbuh sempurna, sehingga yang tumbuh hanya tulang-tulang daun saja seperti tali sepatu (shoestring) (Foto 6). Cara Pengendalian tanaman cabai merah Pengendalian dengan meningkatkan ketahanan tanaman dapat memanfaatkan sumber daya hayati salah satunya menggunakan parasit Carna-5 untuk mengendalikan virus mosaik ketimun. Pengendalian dengan Carna-5 dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia sintetik yang cenderung kurang bijaksana untuk menekan populasi vektor CMV. Carna-5 dapat mempengaruhi penampilan gejala CMV nya sendiri. Di dalam tanaman Carna-5 akan terus diproduksi oleh virus sejalan dengan multiplikasi dari virusnya sendiri. Carna-5 disintesis lebih cepat dari pada RNA 1, 2, 3 atau 4, sehingga pada suatu saat keadaan tidak seimbang lagi. Dalam keadaan seperti ini Carna-5 akan menjadi parasit bagi virus, akibatnya gejala yang timbul menjadi lemah atau tidak bergejala (masking), tanaman nampak seperti sehat (Gambar 1). Penggunaan Carna-5 dengan penambahan zat aditif Na2SO3 dan PVP dapat menstabilkan Carna-5 dan meningkatkan hasil panen berkisar antara 10,58 % - 58,76 % Imunisasi tanaman muda untuk mengaktifkan gen pertahanan tanaman secara sistemik dengan cara menginokulasikan ekstrak nabati pada semaian cabai yang telah mempunyai 3 -4 daun sejati dengan konsentrasi 1 : 10 (g/ml). Langkah ini dilakukan dengan cara Carna-5 diperbanyak terlebih dulu pada tembakau varietas Xanthi nc dan sebagai tanaman kontrol digunakan Chenopodium quinoa. Carna-5 pada tanaman perbanyakan tembakau tidak bergejala, sedangkan pada Ch. quinoa bergejala klorotik lesio lokal (Foto 7 a dan b). Inokulasi menggunakan kompresor Kompresor digunakan apabila semaian berjumlah banyak dan tidak memungkinkan dengan menggunakan metoda rubbing. Caranya seperti metoda rubbing menggunakan ekstrak Foto 7 a. Carna-5 pada tembakau Xanthi nc b. Gejala Carna-5 pada Chenopodium quinoa berkonsentrasi 25 %. Penggunaan carborundum untuk satu liter ekstrak digunakan kurang lebih 50 gram. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam tabung semprot kompresor dan diaplikasikan pada semaian cabai yang telah mempunyai 3 4 daun sejati pada tekanan 21 psi. Setelah 30 menit daun dibilas menggunakan air bersih. Aplikasi inducer dilakukan satu kali pada saat di persemaian (Foto 8). Foto 8. Metoda imunisasi tanaman
Foto 6. Gejala serangan virus CMV pada

Bahan dan alat blender


Badan Litbang Pertanian

Alat semprot dan Kompresor

Cara penyemprotan
Edisi 2-8 Pebruari 2011 No.3390 Tahun XLI

14 AgroinovasI
(2.)Hama pengisap daun - Memasang perangkap likat kuning. Atau lebih murah dengan memasang kertas tebal (20 cm x 30 cm) yang berwarna kuning, dibungkus dengan kantung plastik bening seukuran dengan bagian terbuka menghadap ke bawah. Olesi bagian luar kantung plastik dengan minyak atau oli bekas agar hama pengisap daun menempel. Perangkap kuning atau kantung plastik diganti 10-14 hari sekali. - Melepas predator kumbang macan (Menochilus sexmaculatus) dewasa (Foto 9) sebanyak 1 ekor/10 m2 atau 1000 ekor/hektar Foto 9. Kumbang macan berutur-turut 6 kali setiap minggu. Menochilus sexmaculatus (3.) Ulat pemakan daun Menggunakan insektisida selektif berdasarkan ambang kendali. Penggunaan feromonoid seks (40 perangkap/hektar) juga dianjurkan. (4.) Penyakit antraknos Basillus substilis 1 g/L + parafin cair 0,1%, diaplikasikan 2 kali seminggu sejak tanaman berumur 30 hari. Buah yang terserang dimusnahkan. Apabila serangan tidak berkurang gunakan fungisida selektif atau kombinasi antara fungisida sistemik dan kontak. (5.) Hama lalat buah Pasang perangkap botol (40 botol/hektar) yang telah ditetesi 1 mL metil eugenol dan 1 tetes insektisida pada kapas yang digantungkan dalam botol. Kapas diganti 2-4 minggu sekali. Buah yang terserang lalat ini (biasanya banyak terisi larva lalat) dikumpulkan dan dimusnahkan. Penanaman (1.) Tanaman pinggiran Enam baris rapat (30 cm x 15 cm bila ditanam 1 butir/lubang atau 30 cm x 20 cm bila ditanam 2 butir/ lubang) tanaman jagung yang tumbuh tinggi ditanam di sekeliling kebun sekitar 3-4 minggu sebelum tanam cabai Foto 10). Pinggiran jagung dianjurkan untuk menahan atau mengurangi serangan OPT yang datang dari luar kebun. Pemilihan varietas jagung yang bernilai ekonomi lebih tinggi seperti jagung manis akan menambah keuntungan. (2.) Penanaman tanaman sela Beberapa jenis tanaman sela dibuktikan membantu
PENANAMAN JAGUNG BERTAHAP

Foto 10. Tanaman pinggiran jagung

Foto 11. Tanaman sela tomat atau kubis


Edisi 2-8 Pebruari 2011 No.3391 Tahun XLI Badan Litbang Pertanian

AgroinovasI

15

mengendalikan OPT dan menambah harga jual, seperti tomat atau kubis. Penanaman tomat dilakukan dua minggu setelah tanam cabai, di antara tanaman cabai atau di bagian tengah bedengan. Penanaman kubis sebulan setelah tanam cabai, di antara cabai di pinggiran bedengan. Penanaman tanaman sela perlu disiram seperti menanam cabai. Semaian tanaman sela ini harus disiapkan bersama-sama dengan semaian cabai. Pemeliharaan (1.) Seleksi tanaman sakit, rusak atau mati Lima hari sampai seminggu setelah tanam, tanaman perlu dipantau untuk membuang tanaman yang sakit (terserang virus, bakteri atau mite yang parah), dimakan hama, mati atau tumbuh abnormal (titik tumbuh mati tidak membentuk pucuk). (2.) Penyulaman

Ambang Kendali OPT Penting Pada Cabai


No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. OPT penting Kutudaun Thrips Antraknos Layu bakteri Virus gemini dan mosaik Spodoptera sp Hama pengisap (trips dan tungau) Nilai ambang 7 ekor/10 tanaman contoh 100 ekor nimfa/10 bunga cabai 1 buah terserang bercak/tanaman 1 tanaman/100 tanaman 10 % tanaman muda Kerusakan daun 12,5%/tanaman Kerusakan daun sebesar 15%/tanaman

Tanaman yang sakit segera diganti dengan tanaman baru yang sehat. Tanaman sulaman yang baru ditanam segera disiram secara individu. (3.) Penyiangan Penyiangan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma dan dilakukan tanpa mengganggu sistem perakaran. Penyiangan dilakukan pada lubang tanam cabai di atas mulsa dan pada selokan antar bedengan. Di dataran tinggi penyiangan dilakukan 2-3 kali, di dataran rendah 1-2 kali. Pada waktu tanaman sedang dipanen penyiangan dapat dihentikan dahulu. Pengamatan dan pengendalian OPT penting Pengamatan OPT merupakan suatu komponen penting dalam pengelolaan tanaman terpadu (PTT), karena hasil pengamatan merupakan dasar tindakan pengendalian selanjutnya. Pelaksanaannya tidak perlu dilakukan pada setiap tanaman yang ada, cukup pada satuan luas contoh saja yang dapat mewakili tanaman yang diamati. Bagian tanaman yang diamati sesuai dengan penyerangan masing-masing OPT. Pengambilan keputusan pengendalian OPT (1.) Ambang pengendalian Pengamatan OPT perlu dilakukan sepanjang hidup tanaman, mengingat jenis OPT yang dominan pada fase pertumbuhan tanaman sering berbeda, atau OPT tertentu dapat menyerang tanaman dari sejak fase muda sampai fase tua. Dalam kebijakan penggunaan pestisida kimia sintetik dilakukan apabila populasi OPT atau tingkat kerusakan tanaman sudah sampai pada level yang harus dikendalikan. Ada beberapa hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai dasar pengendalian secara kimiawi. Beberapa diadaptasi dari penelitian pada komoditas lain.

Badan Litbang Pertanian

Edisi 2-8 Pebruari 2011 No.3391 Tahun XLI

16

AgroinovasI

(2.)Tindakan pengendalian OPT - Tanaman yang terserang penyakit layu cendawan atau bakteri dicabut, dimasukkan ke dalam kantung plastik kemudian dimusnahkan. - Tanaman muda (sekitar 30 hari) yang terserang virus dibawah 10% dan populasi kutudaun atau kutukebul sedikit, maka tanaman sakit tersebut bisa dicabut dimusnahkan dan diganti dengan tanaman baru yang sehat. Bila serangan melebihi 10% dan populasi vektor tinggi, sebaiknya dibiarkan saja. Karena tindakan apapun tidak akan mengurangi serangan. - Jika populasi kutudaun mencapai lebih dari ambang kendali (7 ekor nimfa/10 daun contoh) pertanaman disemprot insektisida bijaksana seperti Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Agrimec 10 EC dan lain-lain. - Jika populasi nimfa trips mencapai ambang kendali 100 nimfa/10 bunga, pertanaman cabai disemprot pestisida antara lain Pegasus 500 SC, Mesurol 50 WP, serta Curacron 500 EC dan Agrimec 18 EC yang diaplikasikan secara bergantian. - Jika buah cabai sudah terserang antraknos 1 buah per tanaman, maka perlu dilakukan pengendalian dengan fungisida bijaksana mula-mula dengan fungisida sistemik seperti Ridomil MZ 8/64 WP, atau Topsin M 70 WP, atau Ridomil Gold MZ 4/64 WP, dll. Bila berikutnya bercak aktif masih ada semprot dengan fungisida kontak seperti Antracol 70 WP, Daconil 70 WP, Dithane M45 80 WP, Polyram 80 WP, dll. Bergantian antara fungisida sistemik dan fungisida kontak mengikuti pola S-K-K-K-S-K-K-K. Dalam satu musim tanam penggunaan fungisida sistemik tidak lebih dari 3-4 kali.

Petunjuk Cara Melipat:


Cover
r ve Co

Cover

Cover 4. Lipat dua membujur ke dalam sehingga cover buku ada di depan

Cover 5. Potong bagian bawah buku sehingga menjadi sebuah buku

1. Ambil dua Lembar halaman tengah tabloid

2. Lipat sehingga cover buku (halaman warna) ada di depan.

3. Lipat lagi sehingga dua melintang ke dalam kembali

Edisi 2-8 Pebruari 2011 No.3391 Tahun XLI

Badan Litbang Pertanian

You might also like