You are on page 1of 16

ASUHAN KPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFERTILITAS DEFENISI Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki

keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / mgg, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun Ada 2 jenis infertilitas : Infertilitas primer : bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali. Infertilitas sekunder : bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun setelah itu tidak pernah hamil lagi ETIOLOGI Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri. Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain : a. Pada wanita Gangguan organ reproduksi 1. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina 2. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim 3. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang 4. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu Gangguan ovulasi Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi.

Hambatan ini dapatterjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi. Kegagalan implantasi Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus. Endometriosis Abrasi genetis Faktor immunologis Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil. Lingkungan Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan. b. Pada pria Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu : Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia Abnormalitas ereksi Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer Abrasi genetik

MANIFESTASI KLINIS A. WANITA Terjadi kelainan system endokrin Hipomenore dan amenore Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak berkembang,dan gonatnya abnormal Wanita infertil dapat memiliki uterus Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau tumor Traktus reproduksi internal yang abnormal B. PRIA Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu Riwayat infeksi genitorurinaria Hipertiroidisme dan hipotiroid Tumor hipofisis atau prolactinoma Disfungsi ereksi berat Ejakulasi retrograt Hypo/epispadia Mikropenis Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis ) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis) Abnormalitas cairan semen PATOFISIOLOGI a. Wanita Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga

terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik. Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus. a. Pria Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu. PEMERIKSAAN Pemeriksaan Fisik: Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat ( spt distribusi lemak tubuh dan rambut yang tidak sesuai ). Pemeriksaan System Reproduksi A. Wanita Deteksi Ovulasi 1. Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature ) 2. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi

serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma Analisa hormon Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium hipofisis hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus menstruasi. Sitologi vagina Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina Uji pasca senggama Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6 jam pasca coital ). Biopsy endometrium terjadwal Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid. Histerosalpinografi Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal. Laparoskopi Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum. Pemeriksaan pelvis ultrasound Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin. B. Pria Analisa Semen Parameter Warna Putih keruh Bau Bunga akasia

PH 7,2 - 7,8 Volume 2 - 5 ml Viskositas 1,6 6,6 centipose Jumlah sperma 20 juta / ml Sperma motil > 50% Bentuk normal > 60% Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik persentase gerak sperma motil > 60% Aglutasi Tidak ada Sel sel Sedikit,tidak ada Uji fruktosa 150-650 mg/dl Pemeriksaan endokrin Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH. USG Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori. Biopsi testis Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi. Uji penetrasi sperma Uji hemizona PENATALAKSANAAN A. Wanita Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu yang tepat untuk coital

Pemberian terapi obat, seperti; 1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .

2. Terapi penggantian hormon 3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal 4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat GIFT ( gemete intrafallopian transfer ) Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate, Pengangkatan tumor atau fibroid Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi B. Pria Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat Agen antimikroba Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFERTIL PENGKAJIAN 1. Identitas klien Termasuk data etnis, budaya dan agama 2. Riwayat kesehatan A. Wanita

a. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah Riwayat infeksi genitorurinaria Hipertiroidisme dan hipotiroid Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama Tumor hipofisis atau prolaktinoma Riwayat penyakit menular seksual Riwayat kista b. Riwayat Kesehatan Sekarang Endometriosis dan endometrits Vaginismus (kejang pada otot vagina) Gangguan ovulasi Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik Autoimun c. Riwayat Kesehatan Keluarga Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik d. Riwayat Obstetri Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi Mengalami aborsi berulang Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi B. Pria a. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat terpajan benda benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu Riwayat infeksi genitorurinaria Hipertiroidisme dan hipotiroid Tumor hipofisis atau prolactinoma Trauma, kecelakan sehinga testis rusak Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis

Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih Riwayat vasektomi b. Riwayat Kesehatan Sekarang Disfungsi ereksi berat Ejakulasi retrograt Hypo/epispadia Mikropenis Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma) Saluran sperma yang tersumbat Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis ) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis) Abnormalitas cairan semen c. Riwayat Kesehatan Keluarga Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik 3. Pemeriksaan Fisik Terdapat berbagai kelainan pada organ genital, pria atupun wanita. 4. Pemeriksaan penunjang A. Wanita Deteksi Ovulasi Analisa hormon Sitologi vagina Uji pasca senggama Biopsy endometrium terjadwal Histerosalpinografi Laparoskopi Pemeriksaan pelvis ultrasound B. Pria

Analisa Semen Parameter Warna Putih keruh Bau Bunga akasia PH 7,2 - 7,8 Volume 2 - 5 ml Viskositas 1,6 6,6 centipose Jumlah sperma 20 juta / ml Sperma motil > 50% Bentuk normal > 60% Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik persentase gerak sperma motil > 60% Aglutasi Tidak ada Sel sel Sedikit,tidak ada Uji fruktosa 150-650 mg/dl Pemeriksaan endokrin USG Biopsi testis Uji penetrasi sperma Uji hemizona DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ansietas b.d ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostic 2. Gangguan konsep diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas 3. Gangguan konsep diri; gangguan citra diri b.d perubahan struktur anatomis dan fungsional organ reproduksi 4. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu / keluarga b.d metode yang digunakan dalam investigasi gangguan fertilitas 5. Konflik pengambilan keputusan b.d terapi untuk menangani infertilitas, alternatif untuk terapi 6. Perubahan proses keluarga b.d harapan tidak terpenuhi untuk hamil 7. Berduka dan antisipasi b.d prognosis yang buruk 8. Nyeri akut b. d efek tes dfiagnostik

9. Efek tes diagnostic ketedakberdayaan b.d kurang control terhadap prognosis 10. Resiko tinggi isolasi social b.d kerusakan fertilitas, investigasinya, dan penataklaksanaannya

IV.Intervensi keperawatan 1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic TUJUAN : Mengurangi ansietas / rasa takut Kriteria evalausi : Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya Klien memperlihatkan adanya peningkatan control diri terhadap diagnose infertile Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile Terjalin kontak mata saat berkomunikasi Mengidentifikasi aspek positif diri INTERVENSI RASIONAL 1.)Jelaskan tujuan test dan prosedur R : Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnose dan prognosis 2.)Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh : menolak, depresi, dan marah. Biarkan pasien / orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi yang normal R : Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri 3.) Dorong keluarga untuk menganggap pasien seperti sebelumnya R : Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah 4.) Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi R : Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat startegi koping adekuat 2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas TUJUAN : Memfasilitasi integritas diri konsep pribadi dan perubahan gambaran Diri

INTERVENSI RASIONAL Tanyakan dengan nama apa pasien ingin dipanggil Menunjukan keopan santunan / penghargaan dan pengakuan personal Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyaman dan siapa yang harus memberitahuakan jika terjadi keadaan bahaya Memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus, untuk mengunjungi atau untuk tetap dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi pasien Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien Menyampaikan perhatian dan dapat dengan lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan maslah serta strategi koping pasien dan seberapa efektif Dorong mengungkapkan perasaan, menerima apa yang dikatakannya Membantupasien / orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi / gaya hidup Diskusikan pandangan pasien terhadap citra diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit / kondisi Persepsi pasien mengenai perubahan pada citra diri mungkin terjadi secara tiba- tiba atau kemudian 3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk TUJUAN : Memfasilitasi proses berduka INTERVENSI RASIONAL Berikan lingkungan yang terbuka dimana pasien merasa bebas untuk dapat mendiskusikan perasaan dan masalah secara realitas kemampuan komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan berhadapan dengan perasaan Identifikasi tingkat rasa duka / disfungsi : penyangkalan, marah, tawar menawar, depresi, penerimaan Kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada waktu

induvidu menghadapi rasa berduka dalam berbagai cara yang berbeda Dengarkan dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan Proses berduka tidak berjalan dalam cara yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang muncul pada suatu kesempatan yang lain Identifikasi dan solusi pemecahan masalah untuk keberadaan respon respon fisik, misalnya makan, tidur, tingkat aktivitas dan hasrat seksual Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan untuk berhadapan dengan aspek aspek fisik dari rasa berduka Kaji kebutuhan orang terdekat dan bantu sesuai petunjuk Identifikasi dari masalah masalah berduka disfungsional akan mengidentifikasi intervensi induvidual Kolaborasi : rujuk sumber sumber lainnya misalnya konseling, psikoterapi sesuai petunjuk Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk mengatasi rasa berduka, membuat rencana, dan menghadapi masa depan Kriteria evaluasi, pasien akan: Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan untuk masa depan Fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan 4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic TUJUAN : nyeri dapat teratasi INTERVENSI RASIONAL Catat lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran. Perhatikan tanda nonverbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih Untuk menentukan intervensi selanjutnya Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff terhadap karakteristik nyeri Memberikan kesemapatn untuk pemberian analgesik sesuai waktu

Berikan tindakan relaksasi, contoh pijatan, lingkungan istirahat Menurunkan tegangan otot dan meningkatan koping efektif Bantu atau dorong penggunaan nafas efektif, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot 5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang control terhadap prognosis TUJUAN : mengembalikan kemandirian pasien INTERVENSI RASIONAL Kaji kemampuan dan tingkat kekeurangan untuk melaukan kebutuhan sehari hari Membantu dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan secara induvidual Hindari melaukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan Pasien ini mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermamfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi pasien untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga diri Sadari prilaku / aktivitas impulsive karena gangguan dalam mengambil keputusan Dapat menunjukan kebutuhan intervensi dan pengawasan tambahan untuk meningkatakan keamanan pasien Pertahan kan dukungan, sikap yang tegas, beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten Kriteria evalausi : Mendemonstrasikan teknik / perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawtan diri Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri Mengidentifikasi sumber pribadi / komunitas memberikan bantuan sesuai kebutuhan

6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas TUJUAN : Mendorong kemampuan koping yang efektif dari pasien / keluarga INTERVENSI RASIONAL Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku, misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseoarang, mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari hari Bantu klien untuk mengidentifikasi sterssor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimal dalam rencana pengobatan Keterlibatan memberikan pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping dan dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen terapeutik Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan? Focus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan pasien tentang apa yang di inginkan Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan, dibanding membatalkan tujuan dari / keluarga. Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya Kriteria evalausi : Mengidentifikasi tingkah laku koping yang tidak efektif dan konsekuensi Menunjukan kewaspadaan dari koping pribadi / kemampuan memecahkan masalah

Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan mengekspresikan perasaan yang sesuai, identifikasi pilihan dan pengguanaan sumber sumber Membuat keputusan dan menunjukan kepuasaan dengan pilihan yang Daftar pustaka Carpernito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC Cunningham, MacDonald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC ,http://situs.kesrepro.info/kb/referensi2.htm. Diakses tanggal 29 September 2007 http://www.wikipedia.com. Diakses tanggal 2 Oktober 2007 Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius McCloskey, C. Joane& Bulechek, M. Gloria. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby: A Times Mirror Company Murray, Sharon Smith, 2002. Foundations Of Maternal-Newborn Nursing. Philadelphia: W.B. Saunders company Potter, patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktek. Jakarta: EGC Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Brunner & Suddarths Text Book of Medical-Surgical Nursing Volume 2. Jakarta: EGC

You might also like