You are on page 1of 7

GGA EPIDEMIOLOGI Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shihegiko Uchino et.

al (2005) di 23 negara, 5%-6% pasien yang dirawat di ICU mengalami gagal ginjal akut selama dirawat di sana. Insiden gagal ginjal akut pada pasien yang mengalami penyakit kronis adalah sekitar 5.2%, berdasarkan penelitian dari 91.254 pasien di 20 tempat pelayanan kesehatan di Australia dari tahun 1996-2005 (Sean Bagshaw et.al, 2007). GEJALA DAN TANDA Pada pasien gagal ginjal akut, jelas akan terdapat perubahan kimia dari kimia darahnya karena ginjal tidak berfungsi dengan optimal. Seperti perubahan kadar ureum, natrium, air, kalium, ion H, Ca, P, Mg. Perubahan-perubahan itu akan menimbulkan suatu gejala klinis pada pasien. (Sukandar, 2006) Menurut Harrison et.al (2008), berdasarkan etiologinya, gejala dan tanda klinis yang timbul pada penderita gagal ginjal akut adalah sebagai berikut : 1. Prarenal Rasa haus, pusing, oliguria, membran mukosa yang kering, penurunan JVP, hipotensi, nafas berbau aseton, penurunan berat badan yang disebabkan oleh dehidrasi 2. Intrarenal Nyeri pinggang, demam, pusing, malaise, lelah, ruam karena alergi, hematuria. 3. Postrenal Gejala dan tanda obstruksi saluran kemih : Nyeri abdomen, nyeri pinggang, hematuria, distensi VU. Gejala klinis lain yang dialami pasien gagal ginjal akut (Sukandar,2006) :

Mual, muntah, nafsu makan berkurang. Aritmia. Karena kenaikan ion K dalam darah (hiperkalemia) Takipneu, respirasi Kussmaul. Kondisi tersebut terjadi karena asidosis.

MANAJEMEN DAN TERAPI Prioritas tatalaksana pasien GGA menurut Markum (2009) : Cari dan perbaiki faktor pre dan pasca renal. Evaluasi obat obatan yang telah diberikan. Optimalkan curah jantung dan aliran darah ke ginjal. Perbaiki dan atau tingkatkan aliran urin. Monitor asupan cairan dan pengeluaran cairan, timbang badan setiap hari. Cari dan obati komplikasi akut, seperti hiperkalemia,

hipernatremia, asidosis, hiperfosfatemia, edema paru). Asupan nutrisi yang adekuat. Cari fokus infeksi dan atasi infeksi. Perawatan menyeluruh yang baik (misal : kateter pada pasien obstruksi saluran kemih). Segera lakukan terapi dialysis sebelum timbul komplikasi. Berikan obat sesuai dengan dosis tepat sesuai kapasitan bersihan ginjal. GGK EPIDEMIOLOGI Pada tahun 1995-1999, insidens penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun. Angka tersebut menigkat sekitar 8% setiap tahunnya (Suwitra, 2009). GEJALA DAN TANDA

Gejala dan tanda klinik yang muncul pada pasien gagal ginjal kronik (Sukandar,2006) : Lemah, cepat lelah. Nafsu makan turun, mual, muntah. Gangguan neuromuskuler seperti parestesi, kram otot, daya konsentrasi turun, insomnia, gelisah, kejang. Oliguria. Sesak napas, batuk. Stomatitis. Berat badan turun, Nampak sakit. Hiperpigmentasi kulit, kulit kering, gatal-gatal. Edema, anemia, retinopati. Hipertensi, kardiomegali.

MANAJEMEN DAN TERAPI Menurut Suwitra (2009), penatalaksanaan penyakit ginjal kronis meliputi : 1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya. Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum terjadinya penurunan GFR. Jika GFR sudah turun sampai 20-30% dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah tidak banyak bermanfaat.

2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid. Faktor-faktor komorbid pasien GGK antara lain gangguan keseimbangan cairan, hipertensi tak terkontrol, infeksi dan obstruksi saluran kemih, obatobatan yang bersifat nefrotoksik, atau karena peningkatan aktivitas penyakit dasarnya.

3. Memperlambat perburukan fungsi ginjal.

Pemabatasan asupan protein. Dilakukan jika GFR 60ml/menit. Pemberian diet tinggi protein pada pasien gagal ginjal kronik akan mengakibatkan penimbunan ion nitrogen dalam darah.

Terapi

farmakologis.

Dilakukan

untuk

mengurangi

hipertensi

intraglomerulus. Pemakaian obat antihipertensi dapat memperkecil resiko kardiovaskular dan dapat memperlambat perburukan kerusakan nefron dengan mengurangi hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus. Obat ACE inhibitor terbukti dapat memperlambat proses perburukan ginjal.

4. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular. Dilakukan dengan mengendalikan diabetes, hipertensi, dislipidemia, anemia, hiperfosfatemia dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit.

5. Evaluasi dan terapi komplikasi. Anemia. Evaluasi terhadap anemia dimulai saat kadar Hb 10 g% atau Ht 30 %. Meliputi evaluasi terhadap status besi, mencari sumber perdarahan, morfologi eritrosit, kemungkinan adanya hemolisis dsb. Pemberian eritropoitin adalah hal yang dianjurkan. Sedangkan untuk tranfusi darah dilakukan dengan cermat. Target Hb menurut berbagai penelitian adalah 11-12 g/dl. Osteodistrofi renal. Penatalaksanaan terhadap komplikasi tersebut dilakukan dengan cara mengatasi hiperfosfatemia dan pemberian hormon kalsitirol (1.25 (OH)2D3). Hiperfosfatemia diatasi dengan cara : membatasi asupan fosfat, asupannya dibatasi 600-800 mg/hari. Pemeberian pengikat fosfat seperti garam kalsium, aluminium hidroksida, dan garam magnesium. Kemudian pemberian bahan kalsium mimetic yang dapat menghambat reseptor Ca.

Pemberian kalsitirol. Pemakaiannya dibatasi pada pasien dengan kadar fosfat darah normal dan kadar hormone paratiroid (PTH) > nilai normal.

Pembatasan cairan dan elektrolit. Dilakukan untuk mencegah terjadinya edema dan komplikasi kardiovaskular. Elektrolit yang harus dibatasi asupannya adalah kalium dan natrium. Kelebihan kalium dalam darah akan menyebabkan aritmia jantung dan pembatasan natrium dimaksudkan untuk mengendalaikan edema dan hipertensi.

6. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu jika GFR kurang dari 15 ml/menit. Terapinya dapat berupa dialysis atau transplantasi ginjal.

GLOMERULONEFRITIS AKUT

EPIDEMIOLOGI Glomerulonefritis akut lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Insidensi tertinggi didapatkan pada kelompok sosialekonomi yang rendah, hal tersebut berkaitan dengan tingkat kehigienisan yang rendah dan lebih banyak menyerang anak usia 3-7 tahun (Parmar, 2010).

GEJALA DAN TANDA Gejala umum dari GN akut adalah lelah, demam, anoreksia, sakit kepala, mual dan muntah. Selain itu didapatkan juga hematuria,proteinuria, oliguria, edema, dan hipertensi (Price & Wilson, 2006).

MANAJEMEN DAN TERAPI Pengobatan GN akut atau GN akut pascastreptokokus biasanya adalah penisilin yang digunakan untuk membunuh semua sisa infeksi streptokokus dan obat antihipetensi bila ada gejala hipertensi. Selain terapi farmakologis dilakukan juga terapi non farmakologisnya seperti tirah baring selama stadium akut dan konsumsi makanan bebas natrium bila terjadi edema (Price & Wilson, 2006). DAFTAR PUSTAKA Harrison, T.R., 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine (17th ed). USA : Mc Graw Hill. Markum, H.M.S., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (ed. 5). Jakarta : Interna Publishing. Price W., Wilson L., 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit (ed. 6). Jakarta : EGC Sukandar, E., 2006. Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Bandung : PII.

Suwitra, K., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (ed. 5). Jakarta : Interna Publishing. Uchino S., Kellum A., Bellomo R., Doig G., Morimatsu H., Morgera S., Schetz M., Tan I., Bouman C., Macedo E., Gibney N., Tolwani A., Ronco C., Acute Renal Failure in Critically Ill Patients : A Multinational, Multicenter Study, JAMA 2005; 294: 7, 813-818 Bagshaw S., George C., Bellomo R., Changes in the incidence and outcome for early acute kidney injury in a cohort of Australian intensive care units, Crit Care;2007;11(3):R68

You might also like