You are on page 1of 40

8

BAB 2. TIN1AUAN PUSTAKA




2.1 Penanggulangan TB
2.1.1 DOTS (Directly Observed Treatment Short-Course
Metode DOTS yang masih menjadi strategi utama dalam penanggulangan TB
Paru secara global, dicanangkan pertama kali oleh WHO pada tahun 1993. DOTS
(Directly Observed Treatment Short-Course adalah strategi penyembuhan TB Paru
jangka pendek dengan pengawasan secara langsung. DOTS menekankan pentingnya
pengawasan terhadap penderita TB Paru agar menelan obatnya secara teratur sesuai
ketentuan sampai dinyatakan sembuh. Strategi DOTS ini memberikan angka
kesembuhan yang tinggi, bisa sampai 95 .
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen, yaitu:
a. danya komitmen politis dari pemerintah untuk bersungguh-sungguh
menanggulangi TB Paru.
b. Diagnosis penyakit TB Paru melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
c. Pengobatan TB Paru dengan paduan obat anti TB jangka pendek, diawasi secara
langsung oleh PMO (Pengawas Menelan Obat.
d. Tersedianya panduan obat anti TB jangka pendek secara konsisten.
e. Pencatatan dan pelaporan mengenai penderita TB Paru sesuai standar.
(Departemen Kesehatan RI, 2006.
Keuntungan dari strategi DOTS adalah metode pengobatan penderita TB Paru
tidak lagi dengan rawat inap di rumah sakit (sanatorium, tetapi hanya dengan berobat
jalan. Dengan minum obat selama 6-8 bulan secara teratur hingga sembuh, sehingga
penderita tidak kehilangan waktu kerja dan tidak kehilangan produktivitasnya
(Depkes, 2009. Strategi DOTS telah dibuktikan dengan berbagai uji coba lapangan
dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Bank Dunia sendiri menyatakan
DOTS merupakan strategi kesehatan yang paling cost effective.
9

2.1.2 Indikator Keberhasilan Penaggulangan TB
Menurut Departemen Kesehatan RI (2001: 97 dikatakan monitoring dan
evaluasi merupakan salah satu Iungsi manajemen untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan program. Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala dan terus-
menerus untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan
yang telah direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan segera setelah
suatu jarak waktu (interval lebih lama, biasanya setiap 6 bulan 1 tahun. Dengan
dapat dinilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya dicapai.
Indikator merupakan alat yang paling eIektiI untuk melakukan monitoring dan
evaluasi. Indikator adalah variabel yang menunjukkan atau menggambarkan keadaan
yang dapat digunakan untuk mengukur terjadinya perubahan. Indikator harus
memenuhi syarat-syarat tertentu seperti: sahih (valid, sensitiI dan spesiIik, dapat
dipercaya, dapat di ukur dan dapat dicapai.
Indikator nasional yang digunakan untuk memantau pencapaian target
program penanggulangan TBC adalah CDR, Cure Rate, Success Rate. Disamping itu
ada beberapa indikator proses untuk mencapai indikator Nasional tersebut di atas,
dengan cara menghitung dan analisa indikatornya sebagai berikut: (Departemen
Kesehatan RI, 2008
a. ngka Penemuan Kasus (Case Detection Rate CDR
ngka prosentase jumlah pasien baru BT positiI yang ditemukan dan diobati
dibanding jumlah pasien baru BT positiI yang diperkirakan ada dalam wilayah
tersebut.
Case Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BT positiI
pada wilayah tersebut.
Rumus:
}umlah pasien Baiu TB BTA positif yang uilapoikan ualam TB.
Peikiiaan jumlah pasien baiu TB BTA positif
x%
Perkiraan jumlah pasien baru TB BT positiI diperoleh berdasarkan perhitungan
angka insiden kasus TB Paru BT positiI dikali dengan jumlah penduduk.
10

Target: Case Detection Rate program Penanggulangan TB Nasional minimal 80
pada tahun 2008.
b. ngka Kesembuhan (Cure Rate
ngka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru
TB Paru BT positiI yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien
baru TB paru BT positiI yang tercatat.
ngka kesembuhan dihitung juga untuk pasien BT positiI pengobatan ulang dengan
tujuan:
1 &ntuk mengetahui seberapa besar kemungkinan kekebalan terhadap obat
terjadi di komunitas, hal ini harus dipastikan dengan surveilans kekebalan
obat.
2 &ntuk mengambil keputusan program pada pengobatan menggunakan obat
baris kedua (second-line drugs.
3 Menunjukkan prevalen HIV, karena biasanya kasus pengobatan ulang terjadi
pada pasien dengan HIV.
Cara menghitung angka kesembuhan untuk pasien baru BT positiI.

}umlah pasien baiu TB BTA positif yang sembuh
jumlah pasien baiu TB BTA positif yang uiobati
x%

Di &PK, indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB.01 yaitu dengan cara
mereview seluruh kartu pasien baru BT positiI yang mulai berobat dalam 9-12
bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang sembuh setelah
selesai pengobatan. Di tingkat kabupaten, propinsi, dan pusat, angka ini dapat
dihitung dari laporan TB.08. angka minimal yang harus dicapai adalah 85 pada
tahun 2008.



11

c. ngka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate
ngka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru
TB paru BT positiI yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun
yang pengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BT positiI yang tercatat.
Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan dan
angka pengobatan lengkap.
Cara perhitungan untuk pasien baru BT positiI dengan pengobatan kategoril.
Rumus:
}umlah pasien baiu TB BTA positif (sembuh + pengobatan lengkap)
jumlah pasien baiu TB BTA positif yang uiobati
x%



2.2 Advokasi, Komunikasi Dan Mobilisasi Sosial (AKMS) Dalam
Penanggulangan TB
KMS TB adalah suatu konsep sekaligus kerangka kerja terpadu untuk
mempengaruhi dan mengubah kebijakan publik, perilaku dan memberdayakan
masyarakat dalam pelaksanaan penanggulangan TB. Sehubungan dengan itu KMS
TB merupakan suatu rangkaian kegiatan advokasi, komunikasi, dan mobilisasi sosial
yang dirancang secara sistematis dan dinamis.

2.2.1 Batasan KMS
a. dvokasi
dvokasi adalah tindakan untuk mendukung upaya masyarakat mendapatkan
berbagai sumberdaya atau perubahan kebijakan. Dalam konteks global, advokasi TB
diartikan sebagai tindakan intervensi terkoordinasi yang diarahkan untuk
menempatkan penanggulangan TB sebagai prioritas dalam agenda politik, untuk
menjamin komitmen internasional dan nasional serta menggerakkan sumberdaya
yang diperlukan. Pada konteks dalam negeri, advokasi merupakan upaya luas agar
12

pemerintah memiliki komitmen kebijakan yang kuat dalam penanggulangan TB
(Departemen Kesehatan RI, 2009.
Dalam bahasa latin 'advocare artinya atas nama` atau datang untuk
membantu`. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, 'advokasi dapat diartikan membela,
mengubah, menyediakan, memutuskan, melobi, membujuk, komunikasi,
mempengaruhi, menjual ide, menarik perhatian, dan lain-lain.
da beberapa deIinisi yang bisa diambil dari pengertian advokasi, yaitu:
1 dvokasi adalah suatu upaya yang terencana dan terorganisir untuk
mempengaruhi para pengambil keputusan.
2 dvokasi adalah dukungan terhadap sesuatu permasalahan dan mengajak
lainya untuk ikut mendukungnya.
3 dvokasi adalah usaha untuk mendapatkan atau mencicipi perhatian terhadap
sesuatu permasalahan atau isu yang penting dan mengarahkan para pembuat
keputusan untuk langsung membuat pemecahanya.
Dalam menilai kesuksesan advokasi dipengaruhi 3 unsur penting, yaitu aksi
advokasi, struktur (birokrasi, serta budaya masyarakat (Putro, 2003.
1 Proses advokasi
a MendeIinisikan isu dan topik kepedulian
Isu adalah suatu masalah yang didasari oleh data yang akurat, dapat
dipertanggungjawabkan, dan bukan rumor. Rumor adalah suatu
permasalahan yang tidak ada kejelasan Iaktanya, bisa disebut sebagai
kabar burung, atau sekedar sensasi untuk mencari perhatian, tetapi
kebenaranya dipertanyakan. Isu yang diangkat dalam advokasi harus
sangat menarik, mempunyai dampak luas, dan dengan dikemas yang baik
mendapat dukungan kalayak luas. da beberapa catatan penting bahwa
dalam mengemas isu sebaliknya dipilih isu yang prioritas dari beberapa
masalah yang terjadi di suatu daerah. Pemilihan isu ini dapat melalui
polling pendapat masyarakat, angket, atau cara lain. Misalnya FGD,
indepht interview, dan lain-lain.
13

b Menentukan tujuan advokasi
&nsur penting dalam menentukan tujuan advokasi dengan 'SMRT :
S specifik, bahwa masalah itu merupakan spesiIik atau ada nilai
kekhususan.
M measurable (terukur, bahwa advokasi dapat diukur
attinable (dapat dicapai, tentunya dengan memikirkan potensi yang
ada.
R realistic
T time bond (ada batasan waktunya, jangka pendek, menengah dan
panjang.
c Merencanakan, mengembangkan, dan menyampaikan pesan
(BISSWTSS
(1 Bahasa
Harus dipilih bahasa yang cocok dan bisa digunakan oleh target
subyek sasaran. Bila memungkinkan, menggunakan bahsa, dialek dan
logat setempat. Bahasa harus padat, singkat, jelas dan jangan sampai
menimbulkan arti ganda. Jangan memakai kata-kata emosional.
(2 Ide atau isi pesan
Isi pesan merujuk pada inti pesan. da ciri-ciri pesan yang eIektiI,
yaitu sederhana, singkat, bahasa yang cocok, isi pesan sesuai dengan
bentuk pesan, pembawa pesan dihargai dan didengar, nada dan
bahasa ejaan pesan menarik serta bisa serius dan bisa humoris.
(3 Subyek sasaran
Penentu kebijakan merupakan subjek sasaran dalam advokasi yang
harus dipetakan dengan menanyakan terlebih dahulu stakeholder.
Dengan demikian, advokasi yang dilakukan benar-benar menyentuh
sasaran dengan tepat, kemudian sasaran member dukungan terhadap
isu tersebut. Sasaran advokasi ini bisa para pejabat pemerintahan
legislative, eksekutiI, yudikatiI, petugas kesehatan, media massa,
14

wartawan, dunia usaha, dan masyarakat. Jadi, subyek sasaran
tergantung tujuan advokasinya, 'untuk apa.
(4 Sumber pesan
Sumber pesan merupakan permasalahan yang riil di masyarakat , dan
tidak mengada-ada hanya untuk mengadakan advokasi dalam rangka
meningkatkan dana atau anggaran dalam mendukung isu tersebut.
Bahkan, masalah itu memang dirasakan oleh semua masyarakat,
bukan hanya petugas. Dengan demikian, ketika dimunculkan isu
semua merasakan adanya permasalahan dan dukungan dalam
memecahkan masalah tersebut
(5 Waktu
Kapan saaat yang tepat melakukan advokasi. pakah ada peristiwa
penting, misalnya politik (pemilu atau pemilihan bipati atau
walikota dan lain-lain sehingga akan menimbulkan. Interes dari
masing-masing sasaran tersebut yang dikaitkan dengan waktu
advokasi.
(6 Tempat
Penting sekali maslah tempat, karena dalam advokasi tidak hanya
dilakukan secara konvensional, missal di ruang rapat DPRD, Bupati
atau Walikota, dll. Tetapi lebih dari itu supaya menimbulkan suasana
yang sesuai dengan isu yang diangkat sebaiknya tempat bisa
berpindah-pindah. Bisa dilakukan diluar gedung atau melihat lokasi
atau tempat yang menjadi isu.
(7 Si Pembawa pesan
Pembawa pesan harus dapat dipilih yangs sesuai dan mempunyai
dampak yang besar dalam kegiatanya atau usahanya serta dikaitkan
dengan income daerah. Misalnya, kalau ada masalah malaria maka
petugas kesehatan hanya member data-data penyakit dan kerugian-
kerugian seseorang yang menderita malaria, baik dari segi kesehatan
15

(obat, produktivitas, dll. Tetapi, yang berbicara dalam advokasi
adalah PHRI (Perhimpunan Hotel karena dampak malaria akan
menurunkan pariwisata sehingga income hotel menurun, devisa
menurun, dan pajak atau oendapatan daerah juga akan menurun.
&ntuk itu, dibutuhkan dukungan politik baik dari legislative maupun
eksekutiI dalam mendukung program pemberantasan malaria.
(8 Saluran komunikasi, jenis dan multimedia
Saluran komunikasi yang penting dapat menyampaikan pesan secara
eIektiI dan eIisien. Pemilihan advokasi disesuaikan dengan sasaran
advoksi. Saluran komunikasi yang dilakukan dapat berupa tatap
muka, surat atau secarik kertas, Iorum kebijakan, poster, petisi, debat
public, dan pernyataan pers.
d Membuat pesan advokasi 'satu menit yang mencakup pernyataan, bukti,
contoh dan aksi yang diharapkan. Hal ini dilakukan melalui media
elektronik atau televisi, sehingga dalam waktu satu menit semua pesan
dapat dikemas dan disampaikan kepada masyarakat dengan mudah untuk
dimengerti atau dipahami.
e Penggalangan sumber daya (resources, sangat penting untuk mendukung
isu yang dimunculkan. Harus diperhitungkan sumber daya dalam
memecahkan masalah yang akan dimunculkan, apakah sudah cukup atau
memadai sumber daya tersebut dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut.
I Mengembangkan rencana kerja
Pelaksanaan kegiatan advokasi sesuai dengan identiIikasi kegiatan, tugas
pokok, dan Iungsi dari pelaksanaan advokasi, jangka waktu, serta
sumberdaya yang dibutuhkan (Putro, 2003.
b. Komunikasi
Komunikasi merupakan proses dua arah yang menempatkan partisipasi dan
dialog sebagai elemen kunci. Dalam konteks penanggulangan TB, komunikasi
16

diarahkan untuk mendorong lingkungan berkreasi melalui pembuatan strategi dan
pemberdayaan. Seluruh kegiatan komunikasi disebarluaskan lewat media dan
berbagai saluran (Departemen Kesehatan RI, 2009.
1 Fungsi-Iungsi Komunikasi
Berikut ini akan membahas empat Iungsi komunikasi berdasarkan kerangka yang
dikemukakan William I. Gorden dalam Mulyana (2005. Keempat Iungsi
tersebut, yakni komunikasi sosial, komunikasi ekspresiI, komunikasi ritual dan
komunikasi instrumental. Fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication
event tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan
dengan Iungsi-Iungsi lainya, meskipun terdapat suatu Iungsi yang dominan.
a Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan
bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita,
aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat
komunikasi yang bersiIat menghibur, dan memupuk hubungan dengan
orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota
masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa,
kota, dan negara secara keseluruhan untuk mencapai tujuan bersama.
b Komunikasi EkspresiI
Erat kaitanya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresiI yang
dapat dilakukan sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi
ekspresiI tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun
dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk
menyampaikan perasaan-perasaan emosi kita. Perasaan tersebut terutama
dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal.
c Komunikasi Ritual
Erat kaitanya dengan komunikasi ekspresiI adalah komunikasi ritual,
yang biasanya dilakukan secara kolektiI. Suatu komunitas sering
17

melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang
hidup, yang disebut antropolog sebagai rites of passage, mulai dari
upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, lamaran, hingga upacara
kematian. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau
perilaku tertentu yang bersiIat simbolik.
d Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum:
menginIormasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan
keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga
untuk menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat
disebut membujuk (bersiIat persuasiI. Komunikasi yang berIungsi
memberitahukan atau menerangkan (to inform mengandung muatan
persuasiI dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya
mempercayai bahwa Iakta atau inIormasi yang disamapaikan akurat dan
layak untuk diketahui.
2Konteks-konteks Komunikasi
a Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intrapriadi (intrapersonal communication adalah
komunikasi dengan diri sendiri, baik kita sadari atau tidak., contohnya
berIikir. Dengan kata lain, komunikasi intrapribadi ini inhern dalam
komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena sebelum
berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan
diri sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain,
hanya saja caranya sering tidak disadari.
b Komunikasi ntarpribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
secara verbal ataupun nonverbal. Bantuk khusus dari komunikasi
18

antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication yang
hanya melibatkan dua orang, seperti sumi-istri, dua sejawat, dua shabat
dekat, guru-murid, dan sebagainya.
c Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama,
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut. Kelompok ini adalah misalnya adalah keluarga,
tetangga, kawan-kawan terdekat; kelompok diskusi, dan lain sebaginya.
Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada
komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small-group
communication.
d Komunikais Publik
Komunikasi publik (public communication adalah komunikasi antara
seorang pembicara dengan sejumlah orang (khalayak, yang tidak bisa
dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato,
ceramah, atau kuliah (umum. Beberapa pakar komunikasi menggunakan
istilah komunikais kelompok-besar (large-group communication untuk
komunikasi ini.
e Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi (organi:ational communication terjadi dalam
suatu organisasi, bersiIat Iormal dan juga inIormal, dan berlangsung
dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok.
Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik,
komunikasi antarpribadi dan ada klanya juga komunikasi publik.
Komunikasi Iormal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni
komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horisontal,
sedangkan komunikasi inIormal tidak bergantung pada struktur
organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gosip.
19

I Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication adalah komunikasi yang
menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah atau
elektronik (radio, televisi, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang
yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang
dilembagakan, yang ditunjukkan kepada sejumlah besar orang yang
tersebar di banyak tempat, anonym, dan heterogen. Komunikasi
antarpribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi
berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang di
sampaikan media massa ini (Mulyana, 2005.
b. Mobilisasi Sosial
Mobilisasi sosial dalam konteks nasional dan regional merupakan proses
penggerakan masyarakat secara aktiI melalui konsensus dan komitmen sosial diantara
pengambil kebijakan untuk penanggulangan TB. Penggerakan masyarakat
dilaksanakan di tingkat paling bawah (grass root dan secara luas berhubungan
dengan mobilisasi dan aksi sosial masyarakat. Memperhatikan pemaparan komponen
KMS, masing-masing komponen mempunyai tujuan dan kegiatan spesiIik yang
dilaksanakan secara terpadu untuk mencapai keberhasilan program penanggulangan
TB (Departemen Kesehatan RI, 2009. Mobilitas sosial menunjuk pada perpindahan
individu-individu dari satu status sosial ke status sosial yang lain. Perpindahan ini
bisa bisa naik atau turun, atau tetap pada tingkat yang sama tetapi dalam pekerjaan
yang berbeda. da beberapa tipe mobilitas yang telah dikenal oleh sosiolog:
1 Mobilitas vertikal: ialah perubahan status individu karena berpindah dari satu
kelas sosial ke kelas sosial lainya. (Mobilitas jenis ini bisa naik ataupu turun.
2 Mobilitas horizontal; Ialah perpindahan sosial pada tingkat yang sama.
Individu yang berganti pekerjaan menunjukkan mobilitas horizontal apabila
pergantian tersebut tidak mempengaruhi status sosialnya.
3 Mobilitas antar generasi: ialah mobilitas yang terjadi antar generasi (Cohen,
2000.
20

2.2.2 Strategi KMS
Dalam pelaksanaan tiga strategi dvokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial
tersebut tidak berdiri sendiri, antara satu strategi dengan strategi lainnya saling ada
keterkaitan.
a. dvokasi
dvokasi adalah upaya secara sistimatis untuk mempengaruhi pimpinan,
pembuat atau penentu kebijakan dan keputusan, dalam penyelenggaraan
penanggulangan TB. Pendekatan kepada para pimpinan ini dapat dilakukan dengan
cara bertatap muka langsung (audiensi, konsultasi, memberikan laporan,
pertemuanatau rapat kerja, lokakarya dan sebagainya sesuai dengan situasi dan
kondisi masing-masing unit. Dalam melakukan advokasi perlu dipersiapkan data atau
inIormasi yang cukup serta bahan-bahan pendukung lainnya yang sesuai agar dapat
meyakinkan mereka dalam memberikan dukungan. Langkah yang perlu dipersiapkan
untuk merencanakan kegiatan advokasi:
1 nalisa situasi,
2 Memilih strategi yang tepat (advokator, pelaksana, metode dan sebagainya
3 Mengembangkan bahan-bahan yang perlu disajikan kepada sasaran, dan
4 Mobilisasi sumber dana (Departemen Kesehatan RI, 2009
Jejaring advokasi adalah hubungan atau interaksi yang terjadi pada isu yang
akan dimunculkan. Keterlibatan semua pihak, baik lintas program, sektor, legislatiI,
eksekutiI, maupun masyarakat serta media massa yang merupakan sarana untuk
memperbesar isu yang akan dimunculkan. Jejaring advoaksi sangat penting, karena
isu yang muncul tidak berdiri sendiri, melainkan ada keterlibatan dari pihak lain
dalam medukung isu tersebut, serta dalam memberi penyelesaian isu tersebut.
&nsur-unsur dari jejaring advokasi:
1 Kemitraan
Kemitraan dibentuk oleh sekelompok individu atau instistusi yang
bekerjasama dalam mencaoai tujuan yang sam. Dalam kemitraan ini kita perlu
21

memilih kemitraan yang eIektiI dengan cara membuat pertanyaan-pertanyaan
sebelum mendekatinya:
a Siapa yang seharusnya menjadi mitra?
bSiapa yang seharusnya memimpin kemitraan?
c Siapa yang akan bertanggungjawab atas sumberdaya?
dSeberapa besar kemitraan yang harus dibuat?
e pakah kemitraan itu levelnya tingkat nasional, daerah?
2 Kapasitas yang eIektiI
a Kepemimpinan
b Jejaring yang luas dari para pelaksana advokasi (advokator
c Pengetahuan dan kemampuan yang tinggi
d Tanggap terhadap kecenderungan dan tantangan baru
3 Pelaksana advokasi (advokator
a Latar belakang pendidikan dan ketrampilan (pengalaman dalam
komunikasi, pengalaman kerja, pengalaman organisasi, maupun berbicara
didepan umum, pidato, serta mampu menuangkan hasil penelitian ke
dalam pesan-pesan advokasi dan lain-lain
b Kualitas pribadi (Iasih berbicara, senang bekerja dengan berbagai
tingkatan masyarakat, bersedia untuk dilatih, terbuka bagi peningkatan
proIesionalisme (Putro, 2003.
b. Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan (inIormasi atau gagasan
(ide yang disampaikan secara lisan dan atau tertulis dari sumber pesan kepada
penerima pesan melalui media dengan harapan adanya pengaruh timbal balik. Di
dalam studi komunikasi, model komunikasi yang sering dianut adalah yang
mempunyai lima komponen sebagai berikut:
1Sumber pesan (komunikator
Semua komunikasi berasal dari suatu sumber pesan. Sumber pesan dapat
berasal dari individu, kelompok dan kelembagaan. Dalam proses komunikasi,
22

sumber pesan dituntut untuk mempunyai ketrampilan seperti keterampilan
berbicara, analisa, menulis dan lain-lain. Sumber juga diharapkan mempunyai
sikap yang positiI terhadap penerima pesan. Selain itu sumber seyogyanya
mempunyai pengetahuan yang mendalam terhadap pesan yang disampaikan
maupun terhadap penerima pesan.
2Pesan
Pesan-pesan dalam proses komunikasi disampaikan melalui bahasa tertentu
yang sama dengan bahasa penerima pesan. Isi pesan perlu disederhanakan dan
disesuaikan dengan tujuan dan karakteristik penerima pesan agar mudah
dimengerti atau dipahami oleh penerima. Pesan dapat disampaikan melalui
musik, seni maupun gerakan-gerakan tubuh atau isyarat-isyarat tertentu.
Tingkat kesulitan pesan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan atau
pendidikan dari si penerima pesan. Saluran atau media dalam proses
komunikasi dapat berbentuk:
a Rapat pertemuan-pertemuan, percakapan, seminar peningkatan
pengetahuan
bRadio, rekaman (meningkatkan kesadaran/pengetahuan
c Televisi, Iilm (meningkatkan kesadaran/pengetahuan
dDemonstrasi, latihan (meningkatkan kemampuan
e Surat kabar, majalah dan buku (meningkatkan pengetahuan
Penggunaan multi media untuk penyampaian pesan dengan intensitas yang
tinggi, akan memberikan pengaruh yang mendalam terhadap penerima pesan.
Sebaliknya penggunaan satu media dengan intensitas yang rendah akan
menimbulkan pengaruh yang kurang mendalam terhadap penerima pesan.
3Penerima pesan
Penerima pesan ini dapat berupa individu atau kelompok bahkan kelembagaan
dan massa; lancar tidaknya suatu proses, komunikasi banyak tergantung
kepada pengetahuan, sikap dan ketrampilan penerimaan pesan tersebut.

23

4&mpan balik
&mpan balik adalah proses pengecekan untuk mengetahui apakah :
a Pemberi pesan dapat menyampaikan pesan dengan baik,
bPesan yang disampaikan dimengerti dengan baik oleh penerima,
c Pesan yang disampaikan sesuai dengan penerima pesan,
dlat atau media yang digunakan sudah tepat
Oleh karena itu pemberi pesan perlu mendorong penerima pesan untuk
memberikan umpan balik (Departemen Kesehatan, 2009.
c. Mobilisasi Sosial
Mobilisasi sosial dalam konteks nasional dan regional merupakan proses
membangkitkan keinginan masyarakat, secara aktiI meneguhkan konsensus dan
komitmen sosial di antara pengambil kebijakan untuk menanggulangi TB yang
menguntungkan masyarakat. Mobilisasi sosial berarti melibatkan semua unsur
masyarakat, sehingga memungkinkan masyarakat untuk melakukan kegiatan secara
kolektiI dengan mengumpulkan sumber daya dan membangun solidaritas untuk
mengatasi masalah bersama, dengan kata lain masyarakat menjadi berdaya. Beberapa
prinsip mobilisasi sosial
1 Memahami kemampuan lembaga yang ada di masyarakat (analisis
kemampuan lembaga dan hambatan;
2 Bersandar pada pemahaman dalam konteks sosial dan kultural termasuk
situasi politik dan ekonomi masayarakat setempat;
3 Memenuhi permintaan masyarakat;
4 Mengembangkan kemampuan-kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi;
5 Memerlukan banyak sumber daya dalam organisasi penggerak;
6 Berdasar rencana rasional dalam rumusan tujuan, sasaran, pesan,indikator dan
umpan balik mobilisasi;
7 Memerlukan pengulangan secara periodik;
8 Menggunakan individu yang terkenal atau dihormati sebagai penggerak.
24

Peran dan karakteristik penggerak masyarakat, harus merupakan elemen
kemasyarakatan, memiliki inisiatiI dan cara manajemen masyarakat sendiri, memiliki
solidaritas dan kerjasama antar kelompok atau organisasi masyarakat, memiliki
keterpaduaan dengan elemen pemerintah dan non pemerintah. Beberapa prinsip
pemberdayaan masyarakat
1 Menumbuh kembangkan potensi masyarakat
Potensi masyarakat yang dimaksud dapat berupa:
a Community leaders : Para pemimpin baik Iormal maupun inIormal.
bCommunity organi:ations : Organisasi atau lembaga kelompok
c Community fund : Dana yang ada di masyarakat
dCommunity material : Sarana masyarakat
e Community knowledge : Pengetahuan masyarakat
I Community technology : Teknologi tepat guna termasuk cara berinteraksi
masyarakat setempat secara kultural.
gCommunity decision making : Pengambilan keputusan oleh masyarakat.
2 Kontribusi masyarakat dalam penanggulangan TB
Pemberdayaan masyarakat, berprinsip meningkatkan kontribusi masyarakat
dalam penanggulangan TB, baik secara kuantitatiI maupun kualitatiI. Secara
kuantitatiI berarti semakin banyak keluarga atau masyarakat yang berkiprah
dalam penanggulangan TB. Secara kualitatiI berarti keluarga atau masyarakat
bukan hanya memanIaatkan tetapi ikut berkiprah melakukan penyuluhan, ikut
menjadi PMO, Kader TB dan sebagainya.
3 Mengembangkan gotong royong
Pengembangan potensi masyarakat melalui Iasilitasi dan memotivasi
diupayakan berpegang teguh pada prinsip-prinsip memperkuat dan
mengembangkan budaya gotong-royong.



25

4 Bekerja bersama masyarakat
Prinsip lain yang harus dipegang teguh adalah 'bekerja untuk dan bersama
masyarakat, karena dengan kebersamaan inilah terjadi proses Iasilitasi,
motivasi, alih pengetahuan dan keterampilan.
5 KIE berbasis individu, keluarga, masyarakat, dan ormas lainnya
Kemitraan antara Pemerintah, LSM, Ormas, dan berbagai kelompok
masyarakat lainnya akan memudahkan kerja sama di lapangan, sehingga
potensi dapat dimanIaatkan secara optimal. &ntuk dapat memilih mitra sesuai
dengan peran dan peminatan di bidang KMS TB.
6 Desentralisasi
&paya pemberdayaan masyarakat sangat berkaitan dengan kultur atau budaya
setempat, karena itu segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan
ke tingkat operasional agar tetap sesuai dengan kultur budaya setempat.
Bentuk-bentuk mobilisasi sosial penanggulangan TB:
a Kampanye
Digunakan dalam rangka mensosialisasikan isu strategis yang telah
dikembangkan kepada berbagai sasaran (masyarakat,organisasi proIesi,
Lintas sektor, Lintas program, dunia usaha, LSM,dll dengan tujuan
menumbuhkan kesadaran dan rasa memiliki serta terpanggil untuk terlibat
sesuai dengan perannya dalam penanggulangan isu tersebut.
bPenyuluhan kelompok
Digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap kelompok
masyarakat melalui berbagai metoda dan media penyuluhan.
c Diskusi kelompok (DK
Digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
kelompok masyarakat untuk menanggulangi masalah TB melalui diskusi
kelompok.


26

dKunjungan rumah
Digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap agar
keluarga mau berubah perilakunya sehubungan dengan TB.
e Konseling
Digunakan untuk membantu menggali alternatiI pemecahan masalah TB
dalam suatu keluarga.
Langkah-langkah mobilisasi sosial
1 Memberikan pelatihan atau orientasi kepada kelompok pelopor (kelompok
yang paling mudah menerima isu yang sedang diadvokasi;
2 Mengkonsolidasikan mereka yang telah mengikuti pelatihan atau orientasi
menjadi kelompok-kelompok pendukung atau kader;
3 Mengembangkan koalisi diantara kelompok-kelompok maupun pribadipribadi
pendukung;
4 Mengembangkan jaringan inIormasi diantara anggota koalisi agar selalu
mengetahui dan merasa terlibat dengan isu yang diadvokasikan;
5 Melaksanakan kegiatan yang bersiIat masal dengan melibatkan sebanyak
mungkin anggota koalisi;
6 Mendayagunakan media massa untuk mengekspose kegiatan koalisi dan
sebagai jaringan inIormasi;
7 Mendayagunakan berbagai media massa untuk membangun kebersamaan
dalam mengatasi masalah atau isu (masalah bersama.
Hal ini cukup eIektiI bila dilakukan dengan menggunakan TV, Iiller atau spot,
radiospot, billboard dan spanduk. Kegiatan KMS harus juga memperhatikan aspek
kesehatan lingkungan dan perilaku sebagai bagian dari upaya pencegahan TB
disamping penemuan dan penyembuhan pasien (Departemen Kesehatan, 2009.




27

2.3 Paguyuban TB
2.3.1 Pengertian Kemitraan
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut
Notoatmodjo (2003. Kemitraan adalah suatu kerja sama Iormal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas
atau tujuan tertentu. Sedangkan menurut Depkes (2006 dalam promosi kesehatan
Online mengemukana bahwa Kemitraan adalah hubungan (kerjasama antara dua
pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
(memberikan manIaat. Paguyuban diartikan pula sebagai persekutuan atau
kebersamaan aneka ragam orang dalam batas teritori dan kategori tertentu, dengan
nilai-nilai umum sebagai berikut :
a. Disemangati kebersamaan, keterlibatan, komunikasi, relasi yang terjadi terus-
menerus, sehati dan sejiwa dalam suka dan duka, untuk menghidupi dan
menghayati tugas, karya, dan panggilan hidup dalam mewujudkan visi-misi
paguyuban tersebut.
b. Kebersamaan setiap anggotanya yang sedetak jantung, yang hidup dalam
kebersamaan, memiliki kepekaan dan bertindak saling mengasihi sehingga
terbentuk suatu komunitas yang sehati dan sejiwa.
c. Bentuk kehidupan bersama yang menghayati solidaritas, toleransi dan prinsip
subsidiaritas dalam memanIaatkan segala perbedaan untuk mencapai tujuan
bersama.
d. Kebutuhan untuk hidup berkelompok yang berlandaskan pada kepercayaan yang
satu.
Semua paguyuban adalah sebuah organisasi akan tetapi tidak semua
organisasi merupakan paguyuban. sas dasar dari sebuah organisasi belum tentu
cinta kasih (bisa jadi hanya berdasarkan pada kerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu atau hanya atas dasar kepentingan. dapun unsur-unsur kemitraan adalah :

28

a. danya hubungan (kerjasama antara dua pihak atau lebih
b. danya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
c. danya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship antara pihak-pihak
tersebut
d. danya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi
manIaat (Davis, dkk., 2011


2.3.2 Tujuan Paguyuban
Tujuan dari paguyuban penderita tubekulosis ini adalah membantu menurunan
angka kesakitan TB sehingga TB tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat
Kabupaten. Jember. dapun tujuan secara khusus yaitu :
a. Sebagai wadah komunikasi diantara mantan penderita maupun penderita TB
untuk tetap berobat sampai sembuh
b. Secara perorangan membantu penemuan suspek penderita TB
c. Secara perorangan membantu sebagai pengawas minum obat.
d. Sebagai langkah awal wadah pengembangan usaha untuk peningkatan
penghasilan dari penderita atau mantan penderita TB yang berasal dari tingkat
sosial ekonomi rendah (Fahruda, dkk., 2005.
Menurut Fahruda, dkk (2005, untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan
pada hal-hal berikut :
a. Kesamaan perhatian (common interest atau kepentingan
b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
dapun prinsip-prinsip kemitraan adalah:
a. Persamaan atau equality
b. Keterrbukaan atau transparancy dan
c. Saling menguntungkan atau mutual benefit
29

2.3.3 Kegiatan Paguyuban
Kegiatan utama dari paguyuban ini adalah:
a. Pertemuan rutin 3 bulanan
b. Penemuan suspect di masyarakat
c. Sebagai Pengawas Minum Obat (PMO
Setelah melalui pertemuan telah diadakan pemilihan yang secara sepakat
dipilih Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan wakil sekretaris. Jumlah seluruh pengurus
dan anggota adalah penderita yang masih berobat dan yang sudah sembuh setelah
menjalani pengobatan tuberkuloisis. Pengurus dan anggota paguyuban relatiI berasal
dari tingkat sosial ekonomi rendah.
Pada awalnya dana kegiatan pertemuan dibantu sepenuhnya oleh dana
Puskesmas. Bila selanjutnya tidak ada dana Puskesmas ini, maka akan mempengaruhi
pelaksanaan program dari paguyuban ini terutama dalam membantu program
penanggulangan TB. Dengan demikian perlu disarankan untuk mencari donator lain
atau dana operasional ke dinas terkait sampai paguyuban ini bisa secara mandiri dapat
memenuhi kebutuhan dana operasionalnya. Sebagai upaya untuk mandiri tersebut,
masing-masing anggota dapat berkontribusi dana secara sukarela sesuai kesepakatan.
Sebelum secara resmi terwadahi dalam paguyuban seharusnya para anggota sudah
banyak membantu pelaksanaan program penanggulangan TB. Peran aktiInya
terutama dalam sosialisasi program, pengawasan pengobatan dan penemuan suspek
(Fahruda, dkk., 2005.








30

2.3.4 Struktur Organisasi Paguyuban TB












Gambar 2.1 Struktur Organisasi Paguyuban TB
Keterangan :
a. Seksi Penjaringan
dalah seksi yang mempunyai tugas untuk menemukan kasus baru maupun
suspek yang ada di lapangan. Dimana posisi seksi penjaringan ini bisa dari mantan
penderita ataupun penderita. Dan disetiap Desa harus ada yang mempunyai tugas
sebagai berikut:
1 Menjaring penderita
2 Mengirimkan dahak
3 Mempunyai target
4 Mendapat bonus bila BT positip
b. Seksi Pendampingan
Dimana posisi seksi penjaringan adalah dari mantan penderita TB, karena
dinilai lebih berpengalaman dalam hal pendampingan pasien TB. Dan disetiap Desa
harus ada yang mempunyai tugas sebagai berikut:

Ketua/Wakil
Bendahara Sekretaris
Seksi
Pendampingan
Seksi Penyuluhan Seksi Penjaringan
31

1 Sebagai PMO (Pengawas Minum Obat
2 Membantu menyelesaikan keluhan dengan saran sesuai pengalaman sebagai
mantan penderita
3 Lapor petugas bila ada keluhan lebih lanjut
4 Mengantar dahak untuk pemeriksaan ulang setelah pengobatan selama 2
bulan dan 5 bulan
5 Bila BT negatiI mendapatkan bonus
c. Seksi Promosi atau Penyuluhan
Mempunyai tugas dan Iungsi untuk memberikan penyuluhan tetang TB
khususnya kepada masyarakat sebagai upaya untuk pencegahan. Dimana pada posisi
seksi promosi dan penyuluhan ini adalah dari mantan penderita yang sudah
berpengalaman dan mendapatkan pelatihan dari petugas kesehatan. tau dari petugas
atau kader kesehatan yang mempunyai pengetahuan lebih tentang TB. Dan disetiap
desa harus ada yang mempunyai tugas sebagai berikut:
1 Penyuluhan perorangan, kelompok dan saat pertemuan rutin
2 InsentiI bulanan (Fahruda, dkk., 2005.


2.3.5 Kesiapan Organisasi
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek
seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi
sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik
adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya,
karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam
masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang
terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. kan
tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam
32

keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang
dalam organisasi berpartisipasi secara relatiI teratur (Davis, dkk., 2011
a. Pengorganisasian Sebagai Suatu Wadah
Sekalipun yang terpenting dalam pengorganisasian adalah proses, namun
untuk dapat melakukan pekerjaan pengorganisasian dengan baik, perlulah dipahami
terlebih dahulu hasil dari pekerjaan pengorganisasian, yakni yang dikenal dengan
wadah atau organisasi tersebut. &ntuk ini banyak batasan yang dikenal. Beberapa di
antaranya yang terpenting adalah:
1 Organisasi adalah persekutuan antara dua orang atau lebih yang bersepakat
untuk secara bersama-sama mencapai tujuan yang dimiliki.
2 Organisasi adalah suatu sistem yang mengatur kerjasama antara dua orang
atau lebih, sedemikian rupa sehingga segala kegiatan dapat diarahkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sebagai suatu persekutuan dan atau sistem, tidaklah sulit dipahami bahwa di
dalam organisasi terdapat berbagai bagian, komponen atau subsistem yang satu sama
lain saling berhubungan dan mempengaruhi. Bagian komponen atau subsistem ini
disebut dengan nama satuan organisasi. gar tujuan yang tercantum dalam rencana
dapat dicapai dengan memuaskan maka berbagai satuan organisasi ini perlu
mendapatkan pengaturan yang sebaik-baiknya. Pengaturan yang seperti ini
melahirkan konsep struktur (structure organisasi yakni yang menunjuk pada bagian
atau pola hubungan antara satu satuan organisasi dengan satu satuan organisasi lainya
(zwar, 2003.
b. Prinsip Pokok Organisasi
&ntuk dapat melakukan pekerjaan pengorganisasian dengan baik perlu pula
dipahami berbagai prinsip pokok yang terdapat dalam organisasi. Prinsip pokok yang
dimaksud banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang penting ialah:
1 Mempunyai pendukung
Pendukung (follower, member) yang dimaksudkan di sini adalah setiap orang
per orang yang bersepakat untuk membentuk organisasi.
33

2 Mempunyai tujuan
Setiap organisasi harus mempunyai tujuan, baik yang bersiIat umum (goal
dan ataupun yang bersiIat khusus (obfective. Pada dasarnya tujuan yang
dimaksudkan di sini adalah sesuatu yang mengikat para pendukung yakni
orang-orang yang bersekutu dalam organisasi.
3 Mempunyai kegiatan
gar tujuan organisasi dapat dicapai, diperlukan adanya berbagai kegiatan
(activities. Suatu organisasi yang baik adalah apabila organisasi tersebut
memiliki kegiatan yang jelas dan terarah.
4 Mempunyai pembagian tugas
Yang dimaksud dengan kegiatan organisai pada dasarnya adalah kegiatan
yang dilakukan oleh para pendukung organisasi. gar kegiatan tersebut dapat
terlaksana dengan baik, perlulah diatur pembagian tugas antar para pendukung
(fob describtion.
5 Mempunyai perangkat organisasi
gar tugas-tugas yang dipercayakan kepada pendukung dapat terlaksana,
diperlukanlah adanya perangkat organisasi, yang populer dengan sebutan
satuan organisasi (departement, sub ordinates.
6 Mempunyai pembagian dan pendelegasian wewenang
Karena peranan yang dimiliki oleh setiap satuan organisasi tidak sama, perlu
diatur pembagian dan pendelegasian wewenang (delegation of authority
untuk setiap satuan organisasi.
7 Mempunyai kesinambungan kegiatan, kesatuan perintah dan arah.
gar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, kegiatan yang dilaksanakan oleh
suatu organisasi harus bersiIat kontinue (continue, Ileksibel serta sederhana
(zwar, 2003.
c. Pengorganisasian Kegiatan Kemasyarakatan
Pada waktu melaksanakan program kesehatan sering harus mengikutsertakan
potensi masyarakat. Jika ditinjau dari prinsip pokok kesehatan, pengikutsertaan
34

potensi masyarakat ini dipandang amat penting. Karena sesungguhnya berhasil atau
tidaknya suatu program kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh peran serta
masyarakat. Jika program kesehatan dapat dilaksanakan dengan mengikuti prinsip
dari, oleh dan untuk masyarakat dapatlah diharapkan keberhasilan program tersebut.
Penyebabnya bukan saja karena rasa memiliki (sence of belonging dapat
ditumbuhkan, tetapi sekaligus juga kesinambungan (continuity pelaksanaan program.
pabila kedua hal ini dapat diwujudkan, pada giliranya akan besar peranannya dalam
menjamin tercapainya tujuan program kesehatan.
Sesuai dengan prinsip pokok bahwa setiap program kemasyarakatan harus
mengikuti prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat, maka pelaksanaan
pengorganisasian kegiatan kemasyarakatan seyogyanya dilakukan oleh masyarakat
sendiri. &ntuk itu rumuskanlah dahulu kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang akan
diorganisasikan tersebut. Jika ditinjau dari sudut administrasi, rumusan tentang
kegiatan ini, sebenarnya tidak termasuk dalam pekerjaan pengorganisasian
(organi:ing. Melainkan dalam pekerjaan perencanaan (planning. Namun untuk
keberhasilan pengorganisasian, tidak ada salahnya untuk dilaksanakan. Yakinlah
terlebih dahulu apakah kegiatan yang akan diorganisasikan tersebut benar-benar telah
sesuai dengan kebutuhan (needs dan tuntutan (demand masyarakat. pabila tidak
sesuai, tentu mudah diperkirakan, sekalipun pengorganisasian berhasil dilakukan,
tetapi tujuan dari dilaksanakanya kegiatan tersebut akan sulit dicapai.
gar kesesuaian ini dapat diwujudkan, ada beberapa teknik perencanaan yang
dapat dipergunakan. Di Indonesia populer dengan sebutan pendekatan edukatiI, yang
dibedakan atas enam langkah yakni:
1 Melakukan pendekatan internal
Tujuan dari pendekatan internal ialah untuk mempersiapkan perangkat yang
akan melaksanakan program sedemikian rupa sehingga dapat melaksanakan
program kemasyarakatan dengan baik.


35

2 Melakukan pendekatan eksternal
Sasaran pendekatan eksternal (external approach adalah pemuka masyarakat,
Iormal ataupun inIormal, yang ada di wilayah, tempat dilaksanakannya
program kemasyarakatan.
3 Melakukan penelitian masyarakat mandiri
Tujuanya adalah agar masyarakat mengenal sendiri berbagai masalah yang
dihadapinya.
4 Melaksanakan musyawarah masyarakat
Perumusan prioritas masalah dan jalan keluar harus dilakukan oleh
masyarakat sendiri.
5 Melaksanakan jalan keluar yang telah ditetapkan
Kegiatan terakhir yang dilakukan adalah melaksanakan jalan keluar (solution
implementation yang telah disepakati. Mengingat keberhasilan suatu program
pembangunan masyarakat sering membutuhkan kegiatan dan keterlibatan
yang terus-menerus di samping dibutuhkan pula tersedianya dana, tenaga, dan
sarana yang cukup, dianjurkan dalam melaksanakan program pembangunan
masyarakat tersebut, dimanIaatkan organisasi masyarakat yang telah ada.
Pembentukan suatu organisasi baru bukan saja menjadi tidak eIektiI, tetapi
juga dapat membebeni masyarakat sendiri (zwar, 2003.
d. Pengorganisasian Sebagai Suatu Proses
Terlepas dari macamnya, untuk dapat membentuk suatu organisasi ada proses
tertentu yang harus ditempuh. Proses yang dimaksud terdiri dari berbagai langkah
yang jika disederhanakan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1 Memahami tujuan
Langkah pertama yang harus dilakukan pada pekerjaan pengorganisasian ialah
memahami tujuan yang ingin dicapai dari didirikanya organisasi tersebut.
&raikanlah tujuan tersebut sehingga jelas tolak ukurnya.


36

2 Memahami kegiatan
Langkah kedua yang harus dilakukan ialah memahami berbagai kegiatan yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Kegiatan yang dimaksud di sini tentu
yang bersiIat pokok saja. Lakukanlah pembahasan yang sebaik-baiknya,
sehingga setiap kegiatan jelas arah dan sasaranya.
3 Mengelompokkan kegiatan
Kegiatan yang akan dilaksanakan banyak macamnya. Oleh karena itu perlu
lebih disederhanakan. &ntuk itu dilakukanlah pengelompokkan kegiatan.
Dalam melakukan pengelompokan kegiatan ini ada beberapa prinsip pokok
yang harus ditempuh yakni:
a Jenis kegiatan
b Jumlah kegiatan
4 Mengubah kelompok kegiatan ke dalam bentuk jabatan
Langkah selanjutnya yang dilakukan ialah mengubah kelompok kegiatan
tersebut dalam bentuk jabatan (position clasification. &ntuk ini dilakukan
beberapa kegiatan sebagai berikut:
a nalisis tugas
b&raian tugas
c Penilaian tugas
5 Melakukan pengelompokan jabatan
Jabatan yang dihasilkan dari pekerjaan klasiIikasi dapat terlalu berlebihan dan
beraneka ragam. Mudah dipahami bahwa keadaan yang seperti ini tidak akan
menguntungkan. &ntuk itu sebagai langkah selanjutnya dilakukan
pengelompokan jabatan (position grouping.
6 Mengubah kelompok jabatan ke dalam bentuk satuan organisasi
Langkah selanjutnya yang dilakukan ialah mengubah kelompok jabatan
tersebut ke dalam bentuk satuan organisasi. Cara membentuk satuan
organisasi banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang pentinga ialah:
a tas dasar kesamaan Iungsi dari jabatan
37

btas dasar kesamaan proses atau cara kerja dari jabatan
c tas dasar kesamaan hasil (produksi dari jabatan
dtas dasar kesamaan kelompok masyarakat yang memanIaatkan
e tas dasar kesamaan lokasi jabatatan
I Kombinasi dari berbagai cara diatas
7 Membentuk struktur organisasi
pabila satuan organisasi telah berhasil dirumuskan, lanjutkan dengan
menyususn berbagai satuan organisasi tersebut dalam bentuk bagan. Bagan
yang seperti ini dikenal dengan nama struktur organisasi. Pada waktu
membentuk struktur organisasi, perhatikanlah hirarkinya, pembagian tugas
dan wewenang masing-masing serta kemampuan pengawasan yang dimiliki
(span of control (zwar, 2003.


2.3.6 Puskesmas
a. Pengertian
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau
Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
1 &nit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota (&PTD,
Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional
Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat
pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2 Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.
38

3 Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan diwilayah kabupaten atau kota adalah Dinas Kesehatan
Kabupatenatau Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas
kesehatan kabupaten atau kota sesuai dengan kemampuannya.
4 Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan,
tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka
tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah (desa atau kelurahan atau RW. Masing-masing
puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota (Departemen Kesehatan, 2009.
b. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat
adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama
yakni:
1 Lingkungan sehat
2 Perilaku sehat
3 Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4 Derajat kesehatan penduduk kecamatan
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi
pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat,
39

yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan
setempat (Departemen Kesehatan, 2009.
c. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:
1 Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan,
yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatiI terhadap
kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
2 Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk
hidup sehat.
3 Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan
pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan eIisiensi pengelolaan
dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4 Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat berserta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan
kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. &paya pemeliharaan dan
40

peningkatan kesehatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek
lingkungan dari yang bersangkutan.
d. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat
tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
e. Fungsi
1 Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Di samping itu puskesmas aktiI memantau dan melaporkan
dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di
wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
2 Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan,
dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,
berperan aktiI dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,
khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

41

3 Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:
a Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersiIat pribadi
(private goods dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut
adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat
inap.
b Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersiIat publik
(public goods dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya (Departemen Kesehatan, 2009.


2.4 Domain Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2007 perilaku adalah merupakan totalitas
penghayatan dan aktivitas, yang merupakan hasil akhir jalinan yang saling
mempengaruhi antara berbagai macam gejala kejiwaan seperti perhatian, pikiran,
ingatan dan Iantasi. Benyamin Bloom (dalam Notoatmodjo, 2005a membedakan
adanya 3 area, wilayah, ranah atau domain perilaku, yakni kognitiI (cognitive, aIektiI
42

(affective dan psikomotor (psychomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini
dimodiIikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:
a. Pengetahuan
Pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Menurut Notoatmodjo (2005a pengetahuan terbagi dalam 6
tingkatan, yaitu:
1 Tahu (know. Diartikan sebagai mengingat (recall materi yang telah
dipelajari sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Tahu nerupakan tingkatan
pengetahuan yang paling rendah.
2 Memahami (comprehension. Memahami suatu objek bukan hanya sekadar
tahu terhadap objek tersebut, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3 plikasi (aplication. Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya.
4 nalisis (analysis. Diartikan sebagi suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
satu struktur dan berkaitan.
5 Sintesis (synthesis. Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-
komponen pengetahuan yang dimiliki.
6 Evaluasi (evaluation. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justiIikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
43

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003
b. Sikap (ttitude
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek yang sudah melibatkan Iaktor pendapat dan emosi
yang bersangkutan. Sedangkan menurut Newcomb (dalam Notoatmodjo, 2005a
sikap merupakan kesiapan dan kesediaan untuk bertindak terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap belum
merupakan tindakan atau aktivitas, hanya predisposisi suatu tindakan atau perilaku.
Merupakan reaksi yang masih tertutup.
llport (1945 (dalam Notoatmodjo, 2005a membagi sikap menjadi 3
komponen pokok, yaitu:
1 Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. rtinya,
bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
2 Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. rtinya, bagaimana
penilaian (terkandung di dalamnya Iaktor emosi orang tersebut terhadap
objek.
3 Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave. rtinya, sikap merupakan
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
zwar (2003 menyatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu
proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan sehingga seseorang akan
melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positiI dan bila ia
percaya bahwa orang lain ingin ia agar melakukannya. Hubungan sikap dan perilaku
sangat ditentukan oleh Iaktor-Iaktor situasional tertentu yaitu norma-norma, peranan,
anggota kelompok, kebudayaan dan sebagainya yang merupakan kondisi
ketergantungan yang dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku. da 4 tingkatan
sikap, yaitu (Notoatmodjo, 2003:
1 Menerima (Receiving. Diartikan sebagai mau dan memperhatikan rangsangan
yang diberikan.
44

2 Merespon (Responding. Contohnya memberikan jawaban ketika ditanya,
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas.
3 Menghargai ('aluing. Contohnya mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan masalah alat kontrasepsi yang akan dipilih.
4 Bertanggungjawab (Responsible. Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi adalah sebagai berikut:









Gambar 2.2 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi
c. Tindakan
Tindakan merupakan respon terhadap rangsangan yang bersiIat aktiI dan
dapat diamati. Berbeda dengan sikap yang bersiIat pasiI dan tidak dapat diamati.
&ntuk mendukung sikap menjadi tindakan selain diperlukan Iaktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan seperti Iasilitas. Di samping Iaktor Iasilitas, juga
diperlukan Iaktor dukungan (support dari pihak lain misalnya seperti suami,
orangtua atau mertua dan lain-lain (Notoatmodjo, 2005a.
Tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu
(Notoatmodjo, 2005a:
Stimulus
Rangsangan
Proses Stimulus

Sikap
(tertutup
Reaksi
Tingkah laku
(terbuka
45

1 Persepsi (perception. Merupakan praktek tingkat pertama, diharapkan
seseorang dapat mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil;
2 Praktik terpimpin (guide response. pabila seseorang telah melakukan
sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
Misalnya, seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih menunggu
diingatkan oleh bidan atau tetangganya;
3 Praktik secara mekanisme (mechanism. pabila seseorang telah melakukan
atau mempraktikan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau
tindakan mekanis;
4 dopsi (adoption. dalah suatu tindakan yang sudah berkembang. rtinya,
apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modiIikasi atau tindakan yang berkualitas.
Max Weber (dalam Narwoko, 2004 mengklasiIikasikan empat jenis tindakan
sosial yang mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat. Keempat jenis
tindakan tersebut adalah:
1 Rasionalitas instrumental
Tindakan yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan
sadar yang berhubungan dengan tujuan dan tindakan itu serta didukung
dengan ketersediaan alat atau sarana yang digunakan untuk mencapainya.
2 Rasionalitas yang berorientasi nilai
SiIat rasional tindakan jenis ini adalah bahwa alat-alat yang ada hanya
merupakan perimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-
tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang
absolut.
3 Tindakan tradisional
Dalam tindakan ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena
kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang tanpa reIleksi yang sadar atau
perencanaan.
46

4 Tindakan aIektiI
Tipe tindakan ini didominasi perasaan atau emosi tanpa reIleksi intelektual
atau perencanaan sadar. Tindakan aIektiI siIatnya spontan, tidak rasional dan
merupakan ekspresi emosional dari individu.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau
bulan yang lalu (recall. Pengukuran yang dilakukan secara langsung, yakni dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003.


2.5 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini didasarkan pada teori sistem. Sistem
adalah suatu struktur konseptual yang terdiri darinIungsi-Iungsi yang saling
berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran yang
diinginkan secara eIektiI dan eIisien (McManama dalam zwar, 1996. Sistem juga
merupakan suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari beberapa elemen yang
berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen dalam sistem
dikelompokkan dalam enam unsur meliputi masukan, proses, keluaran, umpan balik,
dampak, dan lingkungan.
Sistem salah satu Iungsinya digunakan sebagai suatu upaya untuk
menyelesaikan masalah kesehatan. Mengacu pada kerangka pola pikir KMS
(dvokasi, Komunikasi, dan Mobilisasi Sosial, maka yang menjadi masukan (input)
adalah masalah TB dan promosi kesehatan, tenaga penyuluh, buku pedoman, media
promosi, dan sumber dana PBN, PBD, dan BLN. Proses adalah upaya kesehatan,
organisasi kemasyarakatan serta sumber daya dari segi pemanIaatanya. Keluaran
(output) adalah derajat kesehatan yang terdiri dari status kesehatan dan status
lingkungan (zwar, 1996
47

Pada penelitian ini pada masukan (input) menambahkan pengetahuan
Puskesmas tentang paguyuban TB. Sedangkan yang akan dilakukan pada bagian
proses yaitu berupa strategi dvokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial. Dimana
dari proses tersebut menghasilkan suatu keluaran (output) yaitu suatu kesiapan
Puskesmas untuk membentuk paguyuban TB, dilihat dari konsep KMS.

You might also like