You are on page 1of 3

JADIKAN TAQWA SEBAGAI AGENDA HIDUP

. . . .
Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah Mengawali khutbah ini, terlebih dahulu marilah kita memuji kebesaran Ilahi yang telah melimpahkan hidayah dan karunia-Nya. Kita bersyukur kepada Allah Swt yang telah menurunkan Al-Quran sebagai petunjuk jalan bagi makhluk ciptaan-Nya dalam mengarugi kehidupan dunia ini. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, para shahabat, tabiit-tabiin serta seluruh kaum Muslimin yang setia mengikuti beliau hingga hari kiamat. Kemudian, sebagai khatib mengingatkan diri pribadi dan segenap jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah Swt. Marilah peningkatan taqwa ini kita jadikan sebagai agenda hidup yang utama, agar kita menjadi manusia ideal menurut Islam. Yakni, menjadi manusia mulia dan dimuliakan oleh Allah Swt sebagaimana firman-Nya: Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di hadapan Allah adalah orang yang paling bertaqwa. (Q.S. Al-Hujurat, 49:13) Kalau saat ini banyak manusia, yang program hidupnya adalah hal-hal duniawiah: bisnisnya lancarnya, anak-anaknya dapat sekolah tinggi, deposito bank terus bertambah, rumah dan kendaraan tercukupi dan semacamnya dengan tidak berupaya, bagaimana menjadikan hidupnya bermakna untuk dunia-akhiratnya. Maka marilah kita menjadikan taqwa sebagai agenda hidup, yaitu menjalani hidup di bawah naungan syariat Allah, bersungguh-sungguh di dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah. yang kelak menjadi saksi yang menguntungkan dan meringankan beban kita di akhirat. Sebagai Muslim, kita sangat merindukan kembalinya kejayaan Islam, agar dapat menciptakan dunia yang penuh kedamaian, kesejahteraan, kasih sayang, keadilan dan persatuan bagi segenap umat manusia. Berjuta-juta umat Islam dewasa ini siap menerima apapun yang sesuai dengan ajaran Islam, demi mendapatkan keridhaan Allah Swt. Kenyataannya, umat Islam masih suka menonton dirinya sendiri melalui tayangan musuh-musuh Islam. Umat Islam terombang ambing diantara penilaian orang lain. Bahkan, untuk menilai sesama saudara Muslim, apakah termasuk golongan radikal, moderat, ataukah liberal, kita menggunakan kacamata orang kafir. Padahal, selamanya orang-orang kafir tidak pernah menyukai Islam, dan akan terus membuat makar untuk mendiskreditkan dakwah Islam. Baru-baru ini, orang-orang kafir kembali mendiskreditkan ajaran Islam. Pada bulan Juli 2011, parlemen Belanda mengesahkan UU larangan menyembelih hewan sesuai Syariat Islam, dianggap melanggar hak asasi kehewanan. Penindasan terhadap umat Islam terus berlanjut. Di Prancis, Inggris, wanita muslimah dilarang mengenakan jilbab di tempat umum, dan sebelumnya di Swis dilarang membangun menara masjid. Sebelumnya, di California, AS, warganya dilarang khitan/ sunat. Siapa saja yang melakukan sunat akan di denda seribu dollar. Sementara di Indonesia, kaum kesetaraan gender menuntut supaya pemerintah mengesahkan UU yang melarang sunat bagi wanita karena dianggap diskriminatif dan mengurangi kenikmatan seksual wanita.

Atas nama demokrasi, orang-orang kafir menggunakan otoritas negara untuk mendiskreditkan Islam dan memusuhi kaum Muslim. Diskriminasi seperti ini justru digunakan untuk mengintimaidasi umat Islam, agar tidak mengamalkan syariat Islam. Mereka menggambarkan, seolah-olah Islam adalah agama yang telah kehilangan relevansinya untuk terus dipertahankan di era globalisasi ini. Anehnya, sikap orang-orang kafir terhadap Islam mempengaruhi sikap umat Islam terhadap agamanya sendiri. Sehingga, tokoh-tokoh Islam melakukan negosiasi kebenaran Islam, atas nama toleransi dan hak asasi. Mereka menetapkan manakah di antara ajaran Islam yang boleh dikerjakan dan mana yang harus dinegosiasi dengan orang-orang kafir. Dalam urusan ibadah mereka tidak ikut campur. Tapi jangan bicara jihad, karena itu sumber kekerasan. Jangan ngotot dengan formalisasi syariat Islam, yang penting substansinya, tidak perlu negara Islam karena Rasulullah tidak pernah menentukan bentuk negara, dllnya. Wahai kaum Muslimin, dengarlah firman Allah ini: Aku diperintahkan untuk membacakan Al-Quran kepada semua manusia: Siapa saja yang menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidupnya, berarti dia telah mengusahan kebaikan bagi dirinya sendiri. Dan siapa saja yang menolak Al-Quran sebagai pedoman hidup, maka katakanlah kepada mereka, Aku diutus hanya untuk menyampaikan peringatan Allah kepada kalian. (Qs. AnNaml, 27:92). Fenomena yang kini sangat dominan membelenggu kaum Muslimin, bahwa menegakkan kehidupan berbasis Islam seakan ancaman bagi keutuhan negara. Ada juga di kalangan umat Islam yang salah paham terhadap ajaran Allah Rabbul Alamin. Bila Allah Swt memerintahkan suatu perbuatan tertentu, mereka menganggap akan merugikan dan menyusahkan hidupnya, sedang bila dilarang mengerjakan tindakan tertentu, justru melanggar larangan dianggap menguntungkan dirinya. Mengapa keanehan semacam ini menimpa kaum Muslim? Rasulullah Saw telah menggambarkan akan datangnya suatu zaman setelah beliau, yang menimpa umat manusia sebagaimana sabdanya:

) (
Akan datang suatu zaman pada manusia tiada yang tersisa dalam Islam kecuali namanya, tiada yang tersisa dalam Alquran kecuali tulisannya, dan masjid-masjidnya hanya tinggal menjadi bangunan megah. (ath-Thabrani) Betapa banyak orang yang mengaku Muslim, bahkan dunia internasional mengenal Negara RI berpenduduk umat Islam terbesar di dunia. Tetapi jumlah mayoritas, nampaknya tidak berpengaruh besar dalam membangun masyarakat yang diridhai Allah, mengangkat harkat dan martabat kemuliaan negeri ini di bawah naungan syariat-Nya. Penduduk mayoritas justru dijadikan obyek ajaran sesat, sistem hidup jahiliyah serta misi imprilasme Negara-negara asing. Akibatnya, bangsa ini bukan saja kehilangan rasa takutnya kepada Allah, tapi juga kehabisan rasa malunya kepada Rasulullah Saw. Dahulu, Rasulullah Saw berjihad di jalan Allah, untuk mengangkat harkat dan martabat umatnya dengan Al-Quran. Tapi kini, memang ada orang Islam yang memahami Al-Quran dan mengamalkan isinya. Celakanya, terdapat orang Islam yang memahami Al-Quran tapi tidak mengamalkan isinya. Lebih celaka lagi orang yang mengaku Islam, tapi tidak memahami AlQuran, dan tidak mengamalkan ajaran Al-Quran. Kita menyaksikan, ada orang yang menyandang predikat Muslim, tapi dia tidak shalat, tidak puasa, dan tidak mengerjakan ajaran yang diperintahkan Islam. Bahkan tidak sedikit orang yang mengaku beragama Islam, tapi dia tidak malu berbuat zina, tidak malu minum khamer, berjudi, melakukan tindak korupsi serta pecandu narkoba. Para wanita menolak berpakaian jilbab untuk menutup

aurat, lalu menggantinya dengan pakaian yoe can see, pakaian tanktop, tanpa rasa malu. Bergaul bebas lelaki-perempuan meniru prilaku orang-orang kafir. Menyikapi kenyataan ini, supaya istiqamah pada kebenaran Islam, ingatlah nasihat Khalifah Umar bin Khathab ra. Beliau pernah mengatakan: Kebenaranlah yang membuat kamu menjadi kuat, dan bukan kekuatan kamu yang membuat jayanya kebenaran. Sedangkan Khalifah Utsman berpesan: Kejayaan umat ini akan terpelihara selama Al- Quran berdampingan dengan kekuatan. Bilamana kekuatan tanpa Al-Quran akan menjadi anarkhis, dan bilamana Al-Quran tanpa kekuatan tidak bermakna bagi kehidupan. Oleh karena itu ada tujuh hal yang harus kita lakukan untuk mencapai derajat taqwa : 1. 2. selalu menuju kepada ampunan (maghfiroh), selalu berbuat sejalan dengan ridlo Tuhan.

suka bersedekah, berinfaq, menyantuni kaum dhuafa, baik di waktu lapang maupun sempit, di waktu kelebihan maupun di masa krisis.
sanggup menahan hawa nafsu, emosi dan amarahnya, yang sangat peka terhadap krisis.

3. 4. 5. 6.

kesanggupan memberi maaf upaya mencegah terjadinya disintegrasi sosial. sikap dan tindakannya senantiasa
perbuatan yang terpuji.

kepada orang lain sebagai merefleksikan perbuatan-

dan tidak lagi meneruskan perbuatan kejinya itu sedangkan ia mengetahui. Tujuh perkara yang merupakan manifestasi dari taqwa kepada Allah itu tercantum dalam surat Ali Imran ayat 133-136 merupakan klausul ibadah dan setiap ibadah adalah perjuangan bagi setiap muslim untuk menegakkan yang hak, mencegah yang batil. 7. Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah ! Mengakhiri khutbah pada kesempatan ini ,kita berdo'a semoga Allah senantiasa memberi bimbingannya kepada kita, melapangkan jalan yang sedang kita tempuh untuk menuju negeri Akhirat, Allah berkenan mengampuni dosa-dosa kita, dosa orang tua kita yang masih hadir bersama kita ataupun yang sudah mendahului kita . Juga Allah berkenan menghapus kesalahan orang-orang yang pernah menzalimi kita atau kita pernah berbuat salah kepadanya. Mudah-mudahanan kita senantiasa mendapatkan taufiq dan hidayah serta berkah dan maghfiroh dari Allah SWT, Amin Ya Robbal Alamin.

mengingat Allah dan memohon ampun.

apabila terlanjur berbuat keji atau aniaya diri sendiri senantiasa

You might also like