You are on page 1of 5

Modernisasi

Modernisasi adalah proses yang menggambarkan institusi-institusi yang lahir secara historis disesuaikan dengan fungsi-fungsinya yang berubah dengan cepat yang merefleksikan pertambahan pengetahuan orang yang belum pernah terjadi sebelumnya yang telah memungkinkan orang mengontrol lingkungannya, yang menyertai revolusi ilmu pengetahuan. Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur. Diungkapkan pula modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sekarang ini. Tingkat teknologi dalam membangun modernisasi betul-betul dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil. Teori Wilbert E Moore yang menyebutkan modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara barat yang stabil. Sementara menurut J W School, modernisasi adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya. Syarat Modernisasi Soerjono Soekanto[siapa?] mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut : 1.Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat. 2.Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi. 3.Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu. 4.Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. 5.Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan. 6.Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial. Dampak Positif Dampak positif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut. 1.Perubahan Tata Nilai dan Sikap

Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir masyarakat yang irasional menjadi rasional. 2.Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di waktu sekarang ini. 3.Tingkat Kehidupan yang lebih Baik Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi yang sudah maju menjadikan nilai dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih, dan juga merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, hal ini juga dipengaruhi tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu perkembangan modernisasi. Dampak Negatif Dampak negatif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut. 1.Pola Hidup Konsumtif Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing masing.

2.Sikap Individualistik Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. 3.Gaya Hidup Kebarat-baratan Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain. 4.Kesenjangan Sosial Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik.

PEMBAHASAN A. Pengertian Tajdid Secara umum, pengertian tajdid adalah sebagai berikut : Kata Tajdid dimambil dari bahasa Arab yang berkata dasar Jaddada-Yujaddidu-Tajdiidan yang artinya memperbarui. Kata ini kemudian dijadikan jargon dalam gerakan pembaruan Islam agar terlepas dari Bidah, Takhayyul dan Khurafat. Gerakan ini diilhami dari Gerakan Wahabi di Arab Saudi dan Pemikiran Al-Afghani yang dibuang di Mesir. Gerakan ini kemudian menjadi ruh dalam beberapa Organisasi seperti Sarekat Islam, Muhammadiyyah dan Al-Irsyad juga Persatuan Islam di Jawa. Gerakan ini pula pernah menjadi ruh perjuanganTuanku Imam Bonjol dalam menggerakkan kaum Paderi. Gerakan ini kemudian mengalami Kanter dari Akademisi Jawa Kejawen yang kemudian menggabungkan diri dalamBudhi Oetomo dan Ulama Jawa yang bergabung dalam Nahdhatul Ulama. Meski gerakan ini kini sudah mulai melemah, namun semangatnya kini terus diwariskan pada generasi berikutnya hingga muncullah Jaringan Islam Liberal yang memiliki visi Tajdid ini meski kemudian ditentang oleh para Tokoh ummat Islam yang aktif dalam Organisasi yang dulunya mengusung ruh Tajdid. Selain itu, seperti ditulis Aep Saepulloh D. Dalam artikelnya yang berjudul Tajdid al-Fiqh, Why Not? mengungkapkan bahwa akhir akhir ini banyak sekali wacana tajdid yang diperdebatkan kembali. Menurutnya hal ini dikarenakan dua hal yaitu Pertama, kegerahan sebagian kalangan dengan fiqh yang selama ini dalam kacamata mereka cenderung kaku, rigid dan sudah kehilangan ruhnya. Untuk mengembalikan ruhnya inilah, kemudian mereka menyodorkan beberapa malim pembaharuan dan rekonstruksi sebagaimana terlihat dalam tulisantulisannya. Kedua, sebagai reaksi atas kepicikan sebagian kelompok yang sudah keterlaluan dalam melihat fiqh; seolah fiqh adalah benda kramat yang mampu menjawab semua tantangan dan persoalan kapanpun sehingga karenanya tidak perlu adanya perubahan. Hanya saja, sayangnya kelompok pembaharu ini terkadang lepas kendali, keluar dari koridor wacana yang dibawanya, tajdd. Apabila kita mencermati salah satu sabda Rasulullah Saw dalam hadits riwayat Abu Daud, Hakim dan Imam Baihaqi, bahwa setiap seratus tahun sekali, Allah akan mengutus orang yang akan memperbaharui din (agama)-Nya, maka konsep tajdd adalah sesuatu yang sudah diprogramkan oleh Allah. Bahkan, kalau boleh dikatakan, ia memang sesuatu yang diperintahkan. Apabila dalam konteks din saja, harus ada gerakan tajdd, maka apalagi dalam tataran fiqh yang tentunya hanya merupakan salah satu partikel kecil dari din tersebut. Namun persoalannya, tajdd seperti apa yang dikehendaki? Apakah tajdd dalam pengertian rekonstruksi atau malah sebuah dekonstruksi (tabdd, tahrf)? Untuk itu, mari kita samakan dahulu persepsi tentang tajdid ini. Tajdd (pembaharuan, renovasi) bukan berarti tabdd, tahrf atau taghyr. Untuk lebih memudahkan pengertian tajdd ini, penulis akan sodorkan sebuah analogi ringan. Apabila ada sebuah bangunan kuno bersejarah atau sebuah rumah yang hendak ditajdd (renovasi), maka ada beberapa ciri penting dari usaha tajdd ini: 1) tetap menjaga esensi dari bangunan lama tersebut sesuai dengan ciri khas, tabiat dan modelnya. 2) hanya memperbaiki bagian-bagian yang sudah rusak atau sudah lemah dan 3) menambahkan aksesoris baru dengan tanpa merubah dan mengotak-atik ciri khas atau esensi dari bangunan kuno tersebut. Aksesoris ini semisal halamannya, kebunnya dan kebersihan atapnya. Hal ini

dimaksudkan agar bangunan tersebut dapat tetap indah dan makin nyaman dipandang, tetapi tentunya tidak menghilangkan ciri keasliannya. Itulah tajdd. Namun, apabila semua bangunan kuno tadi dirobohkan, atau ciri-ciri khasnya dihilangkan dan diganti dengan yang baru, maka ia bukan sebuah tajdd, akan tetapitabdd, tahrf atau taghyr. Dari uraian diatas secara jelas Aep Saepulloh D. Menyatakan bahwa tajdid merupakan pembaruan dalam arti yaitu penegakan aturan agama islam sesuai dengan Al- Quran dan Hadist Rosul sesuai dengan kondisi atau kejadian yang terjadi sekarang ini tanpa meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya. Dalam wacana lain yang ditulis oleh Muhammad Ikhsan, Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Kajian Timur Tengah Dan Islam Kekhususan Kajian Islam Universitas Indonesia Jakarta, tajdid dijabarkan sebagai berikut : Kata tajdid sendiri secara bahasa berarti mengembalikan sesuatu kepada kondisinya yang seharusnya. Dalam bahasa Arab, sesuatu dikatakan jadid (baru), jika bagian-bagiannya masih erat menyatu dan masih jelas. Maka upaya tajdid seharusnya adalah upaya untuk mengembalikan keutuhan dan kemurnian Islam kembali. Atau dengan ungkapan yang lebih jelas, Thahir ibn Asyur mengatakan, Pembaharuan agama itu mulai direalisasikan dengan mereformasi kehidupan manusia di dunia. Baik dari sisi pemikiran agamisnya dengan upaya mengembalikan pemahaman yang benar terhadap agama sebagaimana mestinya, dari sisi pengamalan agamisnya dengan mereformasi amalan-amalannya, dan juga dari sisi upaya menguatkan kekuasaan agama. Pengertian ini menunjukkan bahwa sesuatu yang akan mengalami proses tajdid adalah sesuatu yang memang telah memiliki wujud dan dasar yang riil dan jelas. Sebab jika tidak, ke arah manatajdid itu akan dilakukan? Sesuatu yang pada dasarnya memang adalah ajaran yang batil dan semakin lama semakin batil-, akan ditajdid menjadi apa? Itulah sebabnya, hanya Syariat Islam satu-satunya syariat samawiyah yang mungkin mengalami tajdid. Sebabnya dasar pijakannya masih terjaga dengan sangat jelas hingga saat ini, dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun Syariat agama Yahudi atau Kristen misalnya-, keduanya tidak mungkin mengalami tajdid, sebab pijakan yang sesungguhnya sudah tidak ada. Yang ada hanyalah apa yang disangka sebagai pijakan, padahal bukan. Tidak mengherankan jika kemudian aliran Prostestan menerima kemenangan akal dan sains atas agama, sebab gereja pada mulanya tidak menerimanya, sebab teks-teks Injil tidak memungkinkan untuk itu. Dan yang seperti sama sekali tidak dapat disebut sebagai tajdid.

Purifikasi
Dalam pengertian sederhana, purifikasi adalah pembersihan, dekontaminasi atau pensucian dari anasir-anasir kotor yang sama sekali tak perlu (lihat purification dalam Merriam Webster's Collegiate Dictionary). Pada dirinya, purifikasi mengusung misi profetik untuk mengembalikan realitas hidup yang melenceng dari hakikatnya yang fitri. Dalam konteks DPR, kefitrian berjalin kelindan dengan tiga peran konstitusional, yaitu: (i) Pengawasan terhadap kinerja pemerintahan, (ii) Keterlibatan secara aktif dalam penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara, serta (iii) Penyusunan undang-undang dalam kerangka kerja program legislasi. Jika seluruh fungsi ini berjalan tanpa cacat menurut takaran etik dan logis, maka tiga fungsi DPR itu sungguhsungguh berdiri tegak sebagai sebuah hakikat yang benar. Sayangnya, kefitrian DPR berdasarkan fungsi fundamentalnya itu sejauh ini tergerus oleh bias penyalahgunaan kekuasaan, demi memperkaya diri sendiri para individu anggota parlemen. Mafhum diketahui publik, DPR terdistorsi oleh terlampau kuatnya ambisi anggota-anggotanya untuk memperkaya diri. Realisme yang kita tatap sekarang adalah ini: DPR berada dalam pergeseran besar untuk menjauh dari dasar-dasar idealitas pembentukannya. Jika pada dataran idealitas DPR merupakan wadah kebangsaan yang diskenariokan mampu memperjuangkan terwujudkan kedaulatan rakyat, dalam realitasnya justru tereduksi menjadi sarang penyamun yang tergila-gila untuk melakukan penguatan basis material. Ujung dari semua perkara ini adalah menjadikan sumber daya finansial dalam negara sebagai obyek penjarahan.

You might also like