You are on page 1of 24

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR Ny.

I 2 JAM PERTAMA DENGAN KAPUT SUKSEDANEUM DI RUANG PERINATAL RSUD MARDI WALUYO BLITAR 7 JULI 2008

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Kebidanan I

Harumi Kartika Pratiwi 06.246

AKADEMI KEBIDANAN KENDEDES MALANG

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Ny. I 2 Jam Pertama dengan Kaput Suksedaneum di Ruang Perinatal RSUD Mardi Waluyo Blitar. Dalam menyelesaikan LaporanAsuhan kebidanan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. dr. Husein Abdul Rahman selaku Direktur RSUD Mardi Waluyo Blitar. Bapak Sunarto, SKM selaku Kasubid Pelayanan Keperawatan RSUD Bapak Suyono, SKM selaku Kasubid Pemberdayaan Keperawatan RSUD Ibu Enik Ekowati selaku pembimbing klinik RSUD Mardi Waluyo Blitar Ibu Enik Ekowati selaku pembimbing klinik di ruang perinatal RSUD Rizki Akbarani, Amd. Keb, selaku dosen pembimbing akademik Akademi Orang tua, teman-teman dan semua pihak yang selalu memberikan Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi memperoleh hasil laporan yang baik. Penulis juga berharap laporan ini dapat bermanfaat. Blitar, Juli 2008 Penyusun

Mardi Waluyo Blitar. Mardi Waluyo Blitar.

Mardi Waluyo Blitar. Kebidanan Kendedes dukungan, membimbing dan membantu dalam penyelesaian laporan ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin dalam uterus, kualitas pengawasan antenatal, penyakit-penyakit ibu waktu hamil, penanganan persalinan dan perawatan sesudah lahir. Penanganan bayi tergantung pada keadaannya, apakah ia normal atau tidak. Diantara bayi yang normal ada yang membutuhkan pertolongan medik segera (sindroma gangguan pernapasan, asphixia berat, perdarahan, hiperbilirubinemia akibat ketidakcocokan golongan darah ibu dan anak, serta lain-lain) dan tindakan operatif seperti atresia ani, fistula trakeoesofagus, hernia diafragmatika, atresia duodeni dan sebagainya. Bayi-bayi tersebut termasuk golongan bayi resiko tinggi. Adapula yang tidak memerlukan pertolongan segera seperti labioskisis, sindaktili dan lain-lain. Cedera lahir adalah kelainan pada bayi yang baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologik persalinan. Kelainan yang terjadi pada kelahiran dengan ekstraksi vakum maupun pemakaian cunam, biasanya disebabkan oleh tarikan atau tahanan dinding jalan lahir terhadap kepala bayi. Sehingga hal inilah yang seringkali menyebabkan kaput suksedaneum terbentuk. Namun kaput suksedaneum tidak hanya bisa terjadi pada partus tindakan, bisa juga terjadi pada kelahiran spontan. Mengingat bahwa kaput suksedaneum tidak hanya terjadi pada persalinan dengan tindakan, tetapi juga pada persalinan spontan. Maka dari itulah penulis tertarik untuk mengambil kasus pada bayi baru lahir dengan kaput suksedaneum, agar penulis dapat memberikan asuhan yang tepat dan komprehensif. 1.2 TUJUAN 1.2.1 Tujuan Umum Setelah membuat makalah asuhan kebidanan, mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir Ny. I 2 Jam

Pertama dengan Kaput Suksedaneum pada secara komprehensif sesuai standar kebidanan Varney. 1.2.2 Tujuan Khusus Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru dengan kaput suksedaneum diharapkan : 1.1.2.1 1.1.2.2 1.1.2.3 1.1.2.4 1.1.2.5 1.1.2.6 1.1.2.7 1.3 MANFAAT 1.3.1 1.3.2 1.3.3 Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui mengenai definisi, klasifikasi, etiologi, dan diagnosis dari bayi baru lahir dengan kaput suksedaneum. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan yang dapat diberikan pada bayi baru lahir dengan kaput suksedaneum. Bahan masukan bagi mahasiswa / pembaca pada umumnya dan petugas kesehatan pada khususnya dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir dengan kaput suksedaneum. 1.4 METODE PENULISAN Metode penulisan laporan ini berdasarkan : 1. Studi Kasus : Makalah asuhan kebidanan ini dibuat dengan melihat dan mempelajari rekam medik dari Rumah Sakit. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir dengan kaput suksedaneum Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang muncul dari hasil pengkajian. Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera untuk bayi. Mahasiswa mampu menentukan rencana atau intervensi masalah yang muncul dari hasil pengkajian. Mahasiswa direncanakan. Mahasiswa dapat menilai kembali / mengevaluasi dari tindakan yang telah diberikan. mampu melaksanakan tindakan yang telah

2. Observasi : Makalah asuhan kebidanan ini dibuat dengan melakukan pengamatan langsung pada pasien. 3. Studi Pustaka : Makalah asuhan kebidanan ini dibuat dengan mempelajari teori dari buku sumber. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Teknik Penulisan 1.4 Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Berisi tentang teori ikterus neonatorum BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian 3.2 Identifikasi Masalah / Diagnosa 3.3 Identifikasi Masalah Potensial 3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera 3.5 Intervensi 3.6 Implementasi 3.7 Evaluasi BAB IV PEMBAHASAN BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 KONSEP BAYI BARU LAHIR NORMAL 2.1.1 Definisi Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan cukup bulan ( 37- 42 mgg) dengan berat badan lahir 2500 4000 gr yang menunjukkan usaha pernafasan normal serta spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. ( Sarwono Prawiroharjo, 2000:115) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir dari kehamilan cukup bulan yaitu dari kehamilan 37-42 minggu dengan beret badan pada saat lahir antara 3500-4000 gram. (Depkes RI BBL, 2001) 2.1.2 Asuhan Segera Bayi Baru Lahir Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang baru lahir aka menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir adalah : 2.1.2.1 2.1.2.2 2.1.3 Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat. Usahakan adanya kontak kulit bayi dengan kulit ibu. (Sarwono Prawirohardjo, 2003) Penilaian Klinik Tujuannya adalah menetahui derajad vitalitas dan mengukur reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajad vitalitas bayi adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan kompleks untuk berlangsungnya kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek primitif seperti menghisap dan menghisap puting susu. Pada saat kelahiran apabila bayi gagal menunjukkan reaksi vital, maka akan terjadi penurunan denyut jantung

secara cepat, tubuh menjadi biru dan pucat dan refleks-refleks melemah sampai menghilang. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat, dan benar, keadaan bayi akan menurun dengan cepat dan mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin mulih kembali secara spontan dalam 10-30 menit sesudah lahir, tetapi bayi ini tetap mempunyai resiko untuk cacat di kemudian hari. (APN, 2007) 2.1.4 Penanganan Bayi Baru Lahir Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab 2 pertanyaan : 1. Apakah bayi menangis dan atau tanpa kesulitan ? 2. Apakah bayi bayi bergerak dengan aktif atau lemas ? (APN, 2007) 2.1.4.2 Membersihkan jalan nafas Bayi normal akan menangis spontan setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafasnya. (Sarwono Prawirohardjo, 2002) 2.1.4.3 Pencegahan kehilangan panas Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir akan mengalami hipotermia. (APN, 2008) Suhu normal pada bayi yaitu 36,5-37,50C. Ketika bayi baru lahir, bayi berada pada lingkungan yang lebih rendah dari pada suhu rahim ibu. Bayi bisa kehilangan panas melalui : 2.1.4.1 Penilaian

Konveksi : proses kehilangan panas tubuh melalui kontak dengan udara dingin di sekitarnya. Komduksi : proses kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung dengan benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah. Radiasi : proses kehilangan panas tubuh bayi bila diletakkan dekat dengan benda yang lebih rendah dari suhu tubuhnya. Evaporasi : proses kehilangan panas tubuh bila bayi dalam keadaan basah. 2.1.4.4 Memotong dan merawat tali pusat Tali dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodin 10% serta dibalut kassa steril. Pembalut tersebut harus diganti setiap hari atau setiap kali basah dan kotor. 2.1.4.5 Pemberian ASI Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru lahir harus mendapat ASI dalam waktu 1 jam setelah lahir. Memulai pemberian ASI secara dini akan : 1. Merangsang produksi susu 2. Memperkuat refleks menghisap bayi Refleks laktasi : Rooting refleks Suckling refleks : refleks mencari puting susu : refleks menghisap

Swallowing refleks : refleks menelan

2.2 CAPUT SUKSEDANEUM 2.2.1 Definisi Kelainan yang biasa ditemukan pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. (Manajemen BBL Untuk Bidan, 2003) 2.2.2 2.2.1.1 2.2.1.2 2.2.1.3 2.2.3 Tanda dan Gejala Benjolan di daerah presentasi kepala, lunak dan tidak fluktuasi. Moulage dan tulang parietal saling tumpang tindih. Bayi tampak sehat. (Manajemen BBL Untuk Bidan, 2003) Penanganan Kaput suksedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari. (Sarwono Prawirohardjo, 2005) Yang bisa dilakukan sebagai petugas kesehatan antara lain, 2.2.3.1 2.2.3.2 2.2.3.3 tampak kuning. 2.2.3.4 teraba fluktuasi. (Manajemen Masalah BBL, 2003) 2.3 TINJAUAN MANAJEMEN VARNEY 2.3.1 Pengkajian 1. Data Subyektif 1.) Nama Biodata : Biodata Bayi Jangan sekali-kali mengaspirasi sephalhematoma, walaupun Yakinkan ibu bahwa keadaan bayi tidak mengkhawatirkan. Kaput dapat hilang spontan dalam dua-tiga hari. Bila kulit kepala terluka, hematoma dapat mengalami infeksi. Bila hal ini terjadi, berikan antibiotika dan drainase. Nasihati ibu untuk membawa bayinya kembali, apabila bayi

Nama bayi untuk mengenal, memanggil dan menghindari terjadinya kekeliruan Umur : Umur bayi dapat mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. (Depkes RI: 10) Tanggal dan jam lahir : Tanggal dan jam lahir bayi dikaji untuk mengetahui umur bayi Berat badan lahir bayi / PB : Pengkajian BB lahir untuk memantau pertambahan BB bayi dan pertambahan panjang tubuh bayi Anak ke Biodata Orangtua Nama jawab terhadap anak. Umur : Untuk mengetahui umur dari ibu serta suami, selain itu digunakan untuk mengetahui keadaan ibu apakah termasuk primimuda atau primitua Agama : Perlu dicatat, karena hal ini sangat berpengaruh di dalam kehidupan termasuk kesehatan, dan akan mudah dalam mengatasi masalah kesehatan pasien. (Depkes RI: 10) Suku : Untuk mengetahui dari mana suku ibu dan suami berasal dan menentukan cara pendekatan serta pemberian asuhan kepada anak. Pendidikan orang tua : : Untuk mengenal / memanggil klien serta sebagai penanggung : Untuk mengetahui paritas dari orangtua

Tingkat pendidikan sangat basar pengaruhnya di dalam tindakan asuhan kebidanan selain itu anak akan lebih terjamin pada orangtua pasien (anak) yang tingkat pendidikannya tinggi. (Depkes RI: 10) Pekerjaan orang tua : Jenis pekerjaan dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga juga dapat mempengaruhi kesehatan. (Depkes RI: 10) Penghasilan gizi pada anak. Alamat : Dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak dan dapat memberi petunjuk keadaan tempat tinggal pasien. (Depkes RI: 10) Alasan masuk ruang perinatal Untuk mengetahui penyebab apa yang menyebabkan klien dibawa ke ruang perinatal.. 2.) Keluhan Utama Diisi sesuai dengan apa yang dikeluhkan ibu tentang keadaan bayinya 3.) Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah dari keluarga ibu atau yang tinggal bersama ibu waktu hamil ada yang sakit, terutama penyakit menular, yang kronis dan apakah ada yang berpenyakit keturunan, misalnya diabetes mellitus. 4.) sehat 5.) Riwayat Perinatal dan Neonatal Riwayat Kesehatan Sekarang Untuk mengetahui kondisi bayinya apakah dalam keadaan yang : Untuk mengetahui status ekonomi pasien, berkaitan dengan status

Berisi tentang bagaimana riwayat kehidupan bayi saat masih dalam kandungan, saat persalinan, apakah selama hamil dan persalinan ada komplikasi dan setelah lahir berapa BB, PB 6.) Pola Kebiasaan Sehari-hari Untuk mengetahui pola nutrisi, eliminasi, istirahat dan personal hygiene. 7.) Riwayat Psikososial dan Budaya Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga atas kehadiran bayi dan untuk mengetahui budaya masyarakat yang ada di sekitar keluarga bayi. B . Data Obyektif 1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum : cukup Kesadaran TTV PB BB sekarang : composmentis / apatis : : : apakah sesui dengan berat badannya :

Nadi

Pada 10 hari pertama kehidupan, bayi akan mengalami penurunan berat badan sebanyak 10% dari berat lahir. (Sarwono Prawirohardjo, 2005) 2. Kepala Mata Hidung Mulut Telinga Pemeriksaan Fisik : Simetris, rambut hitam dan merata, tampak suksedaneum. : simetris, bersih. : Simetris, bersih, tidak terdapat nafas cuping hidung. : Warna kemerahan, tidak labioschicys, tidak labiopalatoschicys : Simetris, bersih, tidak ada sekret. caput Inspeksi

Leher Dada Perut

: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid. : Tidak tampak retraksi dada, terdapat puting susu simetris. : Simetris, bersih, tali pusat masih basah.

Genetalia : Labia mayor sudah menutupi labia minor. Ekstremitas : Atas : Simetris, gerakan normal, warna kulit merah muda, tidak ada polidaktili dan sindaktili. Bawah : Anus Palpasi Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid maupun limfe. Ekstremitas :Tidak oedema Perkusi Perut Reflek 2.3.2 Moro Rooting : : : Tidak kembung Simetris, gerakan normal, warna kulit merah muda, tidak ada polidaktili dan sindaktili : , bersih

Menghisap : Menelan :

IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH DX : Bayi Baru Lahir Ny ... 2 jam pertama dengan kaput suksedaneum DS : ...... mengatakan tanggal .... jam .... WIB telah lahir bayi ...... langsung menangis dengan pertolongan vacuum ekstraksi. DO : Keadaan umum : lemah RR : >50x / menit

Nadi Suhu Inspeksi Kepala

: > 100 x / menit : <36,5 0 C

: Simetris, rambut hitam dan merata, tampak caput suksedaneum.

2.3.3 2.3.4

ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA Keringkan tubuh bayi dengan handuk hangat dan bersih. Memberikan lingkungan yang hangat dengan cara kontak kulit ibu Melaksanakan inisiasi menyusu dini. Menutupi kepala bayi dengan topi agar tidak terjadi hipotermi. : Bayi Baru Lahir Ny .... 2 jam pertama dengan kaput suksedaneum Tujuan : Kaput suksedaneum dapat teratasi, sehingga bayi dapat memperoleh kenyamanan dan kesehatan. Kriteria Hasil : Keadaan umum Nadi RR Kepala Intervensi 1. bayi R/ Pencegahan infeksi 2. Observasi tanda- tanda vital Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada : baik

dengan kulit bayi kemudian diselimuti dengan kain hangat. 2.3.5 DX

INTERVENSI

: 120- 160x/ menit teratur : 40- 60x/ menit teratur : tidak ada kaput suksedaneum

R/ Tanda-tanda vital seperti nadi, suhu, pernapasan adalah parameter untuk mengetahui keadaan umum bayi. 3. Keringkan tubuh bayi segera, dan bungkus kembali kemudian letakkan pada tempat yang hangat. R/ Mencegah kehilangan panas melalui konduksi dimana panas dipindahkan dari BBL ke obyek / permukaan yang lebih dingin daripada bayi. 4. Letakkan bayi pada tempat yang hangat lahann 0,5-10C. 5. Jangan memandikan bayi setidaknya 6 jam setelah lahir (sampai suhu stabil) R/ Mencegah kehilangan panas melalui evaporasi. 6. Anjurkan pada ibu untuk sesegera mungkin dan sering menyusui bayinya. R/ Kolostrum dan ASI mengandung sekretarius IgA dalam jumlah tinggi yang memberikan imunitas bentuk pasif dan limfosit yang membantu mengembangkan respon inflamasi lokal. 7. 8. 2.3.6 Jangan terlalu sering mengangkat bayi Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi R/ Mengurangi trauma pada kepala. R/ Untuk mendapatkan terapi yang tepat IMPLEMENTASI Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. Rencana menyeluruh seperti yang di uraikan diatas secara efisien dan aman. 2.3.7 EVALUASI Dilakukan evaluasi sejauh mana manfaat dan keefektifan dari asuhan yang telah di berikan meliputi pemenuhan kebutuhan. Apakah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diindentifikasi masalah atau diagnosa dan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil. R/ Diharapkan dapat meningkatkan suhu tubuh bayi secara perlahan-

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR Ny. I 2 JAM PERTAMA DENGAN KAPUT SUKSEDANEUM DI RUANG PERINATAL RSUD MARDI WALUYO BLITAR 7 JULI 2008 Pengkajian A. Data Subyektif 1.) Biodata Nama bayi Tanggal lahir Usia Jenis kelamin Anak ke Nama ibu Umur Agama Suku/bangsa Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Alamat 2.) Keluhan Utama Bayi lahir dengan persalinan menggunakan vacuum ekstraksi sehingga menimbulkan kaput suksedaneum pada kepala bayi. 3.) Riwayat Kesehatan Sekarang : By. Ny.I : 7 Juni 2008 : 2 jam pertama : Perempuan : III : Ny.I : 34 tahun : Islam : Jawa/Indonesia : SMA : IRT : : jl. Sultan Agung Blitar Nama ayah : Tn.D Umur Agama : 38 tahun : Islam

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Pendidikan : SMA Pekerjaan Alamat : Swasta : jl. Sultan Agung Blitar Penghasilan : Rp.600.000/bln

Untuk mengetahui kondisi bayinya apakah dalam keadaan yang sehat atau steril 4.) Riwayat Perinatal dan Neonatal Pranatal Ibu hamil ketiga dengan usia kehamilan 9 bulan. Selama kehamilannya tidak pernah ada keluhan yang berarti, seperti mual, muntah dan pusing. Selama hamil ibu tidak pernah menderita sakit yang sampai mengganggu kehamilannya. Ibu mulai merasakan gerakan janin yang pertama pada usia kehamilan 5 bulan. Ibu memeriksakan kehamilannya secara rutin ke bidan sejak usia kehamilan 2 bulan sampai usia kehamilan 9 bulan. Ibu mendapatkan vitamin dan tablet tambah darah dari bidan. Neonatal Bayi lahir menangis spontan, disuntik vitamin K 1 jam setelah lahir dan imunisasi hepatitis B pada 1 jam berikutnya. Kemudian bayi dirawat di ruang perinatal RSUD Mardi Waluyo. 5.) Riwayat Kesehatan Keluarga Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti diabetes mellitus, penyakit jantung, darah tinggi maupun penyakit kelainan darah. B . Data Obyektif Pemeriksaan Umum - Keadaan umum - Kesadaran - TTV : baik : composmentis : Nadi RR - PB - BB Pemeriksaan Fisik Inspeksi : 49 cm : 2500 gram : 136x/menit : 30x/menit

Suhu : 36,50C

Kepala Mata Hidung Mulut

: Simetris, rambut hitam dan merata, tampak suksedaneum. : simetris, bersih. : Simetris, bersih, tidak terdapat nafas cuping hidung. : Warna kemerahan, tidak labioschicys,

caput

tidak

labiopalatoschicys, reflek suckling Telinga Leher Dada Perut Genetalia Atas : Simetris, bersih, tidak ada sekret. : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid. : Tidak tampak retraksi dada, terdapat puting susu simetris. : Simetris, bersih, tali pusat masih basah. : Labia mayor sudah menutupi labia minor. : Simetris, gerakan normal, warna kulit merah muda, tidak ada polidaktili dan sindaktili. Bawah : Anus Palpasi Leher Perkusi Perut Reflek Moro Rooting : Tidak kembung : : : : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid maupun limfe. Ekstremitas : Tidak oedema Simetris, gerakan normal, warna kulit merah muda, tidak ada polidaktili dan sindaktili : , bersih

Ekstremitas :

Menghisap : Menelan :

IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH DX : Bayi Baru Lahir Ny I 2 jam pertama dengan kaput suksedaneum

DS : Bayi lahir dengan persalinan menggunakan vacuum ekstraksi sehingga menimbulkan kaput suksedaneum pada kepala bayi. DO : Keadaan umum : baik Kesadaran TTV : composmentis : Nadi RR PB BB Inspeksi Kepala : Simetris, rambut hitam dan merata, tampak caput suksedaneum. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA Keringkan tubuh bayi dengan handuk hangat dan bersih. Memberikan lingkungan yang hangat dengan cara kontak kulit ibu Melaksanakan inisiasi menyusu dini. Menutupi kepala bayi dengan topi agar tidak terjadi hipotermi. : Bayi Baru Lahir Ny I 2 jam pertama dengan kaput suksedaneum : Kaput suksedaneum dapat teratasi, sehingga bayi dapat memperoleh kenyamanan dan kesehatan. Kriteria Hasil : Keadaan umum Nadi : baik : 49 cm : 2500 gram : 136x/menit : 30x/menit

Suhu : 36,50C

dengan kulit bayi kemudian diselimuti dengan kain hangat. INTERVENSI DX Tujuan

: 120- 160x/ menit teratur

RR Kepala Intervensi

: 40- 60x/ menit teratur : tidak ada kaput suksedaneum

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada bayi R/ Pencegahan infeksi 2. Observasi tanda- tanda vital R/ Tanda-tanda vital seperti nadi, suhu, pernapasan adalah parameter untuk mengetahui keadaan umum bayi. 3. Keringkan tubuh bayi segera, dan bungkus kembali kemudian letakkan pada tempat yang hangat. R/ Mencegah kehilangan panas melalui konduksi dimana panas dipindahkan dari BBL ke obyek / permukaan yang lebih dingin daripada bayi. 4. Letakkan bayi pada tempat yang hangat R/ Diharapkan dapat meningkatkan suhu tubuh bayi secara perlahan-lahann 0,5-10C. 5. Jangan memandikan bayi setidaknya 6 jam setelah lahir (sampai suhu stabil) R/ Mencegah kehilangan panas melalui evaporasi. 6. Anjurkan pada ibu untuk sesegera mungkin dan sering menyusui bayinya. R/ Kolostrum dan ASI mengandung sekretarius IgA dalam jumlah tinggi yang memberikan imunitas bentuk pasif dan limfosit yang membantu mengembangkan respon inflamasi lokal. 7. Jangan terlalu sering mengangkat bayi R/ Mengurangi trauma pada kepala. 8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi R/ Untuk mendapatkan terapi yang tepat IMPLEMENTASI Tanggal Jam Dx 1. 2. : 7 Juni 2008 : 15.30 WIB : Bayi Baru Lahir Ny I 2 jam pertama dengan kaput suksedaneum Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada bayi Mengobservasi tanda- tanda vital

3. 4. 5. 6. 7. 8. EVALUASI Tanggal Jam Dx

Mengeringkan tubuh bayi segera, dan bungkus kembali kemudian Meletakkan bayi pada tempat yang hangat Tidak memandikan bayi setidaknya 6 jam setelah lahir (sampai suhu Menganjurkan pada ibu untuk sesegera mungkin dan sering menyusui Tidak terlalu sering mengangkat bayi Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi : 7 Juni 2008 : 15.30 WIB : Bayi Baru Lahir Ny I 2 jam pertama dengan kaput suksedaneum S : O : Keadaan umum Kesadaran TTV Nadi RR Inspeksi Kepala : Simetris, rambut hitam dan merata, tampak caput suksedaneum. A : Bayi Baru Lahir Ny. I hari pertama dengan kaput suksedaneum P : Observasi tanda-tanda vital Menjaga kehangatan bayi Mengganti popok tiap kali basah : baik : composmentis : : 136x/menit : 30x/menit

letakkan pada tempat yang hangat.

stabil) bayinya.

Suhu : 36,50C

hangat

Meletakkan bayi pada tempat yang Memberi minum ASI dan PASI tiap Tidak mengangkat bayi terlalu sering

2 jam atau sesuka bayi

BAB IV PEMBAHASAN Kaput suksedaneum adalah kelainan yang biasanya ditemukan pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah.(Manajemen Masalah Pada bayi Baru Lahir). Kelainan yang terjadi pada kelahiran dengan ekstraksi vakum maupun pemakaian cunam, biasanya disebabkan oleh tarikan atau tahanan dinding jalan lahir terhadap kepala bayi. Sehingga hal inilah yang seringkali menyebabkan kaput suksedaneum terbentuk. Namun kaput suksedaneum tidak hanya bisa terjadi pada partus tindakan, bisa juga terjadi pada kelahiran spontan. Dari kasus yang penulis ambil, didapatkan data subyektif dari keluhan utama bahwa bayi lahir dengan bantuan vakum ekstraksi sehingga menyebabkan timbulnya kaput suksedaneum. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik melalui inspeksi kepala diperoleh hasil bahwa memang tampak adanya kaput suksedaneum pada kepala bayi. Namun dari pemeriksaan umum, dapat diketahui keadaan umum bayi baik, hasil dari pemeriksaan tanda-tanda vitalnyapun memuaskan. Reflek menghisap dan menelan bayi juga baik, sehingga tidak terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Berdasarkan hal trsebut diatas, maka penulis menyimpulkan jika pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara praktek dengan teori. Dalam teori disebutkan, kaput suksedaneum salah satu penyebabnya adalah kerena kelahiran dengan vakum ekstraksi. Begitu juga yang didapat dari kasus ini yaitu kaput suksedaneum pada kepala bayi terjadi karena kelahiran dengan vakum ekstraksi. Dalam literatur juga disebutkan bahwa salah

satu tanda dan gejala pada bayi dengan kaput suksedaneum adalah bayi tampak sehat. Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis tidak didapatkan hal-hal yang menyimpang atau gangguan terhadap kesehatan bayi disebabkan oleh adanya kaput. Bahkan kesehatan bayi cenderung baik-baik saja. Dengan penatalaksanaan yang baik kaput dapat menghilang setelah 2 sampai 5 hari. Misalkan dengan tidak sering-sering mengangkat bayi, memegang ataupun memijat kepala bayi.

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Kaput suksedaneum merupakan kelainan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir. Hal ini disebabkan kelahiran dengan ekstraksi vakum. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa kaput suksedaneum bisa saja terjadi pada kelahiran spontan. Dengan penanganan yang tepat dan efektif kaput suksedaneum dapat segera menghilang dalam waktu 2-5 hari. Sehingga bidan harus memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif kepada bayi baru lahir dengan kaput suksedaneum, agar kelainan yang terjadi apat segera kembali normal. 5.2 SARAN 5.2.1. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai seorang tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan mampu memahami dan menerapkan secara efektif dan efisien mengenai manajemen penatalaksanaan bayi baru lahir dengan kaput suksedaeum. 5.2.2. Bagi Ibu dan Keluarga Dihapkan ibu dapat memahami perawatan bayi baru lahir dengan Diharapkan ibu dan keluarga memahami tanda-tanda bahaya pada kaput suksedaneum setelah pulang dari tempat pelayanan. bayi baru lahir sehingga ibu dan keluarga tidak terlambat untuk membawa bayinya ke petugas kesehatan terdekat jika terjadi sesuatu.

DAFTAR PUSTAKA Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pusstaka Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pusstaka Sarwono Prawirohardjo. JNPKKR/POGI dan JHPIEGO. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : EGC. Rusepno, Husein Alatas. 2005. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta : Infomedika. Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

You might also like