You are on page 1of 3

Pannavaro Jangan menaruh dendam dalam hati

Jangan Menaruh Dendam Di Hati


Oleh: Yang Arya Bhikkhu Sri Pannavaro
Sanghanayaka Mahathera

Dalam kehidupan ini kita tidak mungkin pelaku-pelaku terhadap diri kita itu adalah: si
hidup sendiri. sebagai anggota keluarga, A, si saudaraku B, si suamiku sendiri, si C,
kita hidup di tengah-tengah anak istri, atau si D, si dia, si itu, dan lain-lain. Dalam satu
anak dan suami kita. Dalam pekerjaan, kita artikel pernah diumpamakan; pikiran kita ini
hidup di tengah-tengah teman-teman seperti buku telepon yang tebal saja; yang
sekantor, atau di tengah-tengah kawan- hanya berisi berderet-deret daftar nama-
kawan kita satu pabrik. Sebagai pelajar, kita nama orang saja. Nama-nama dari sekian
hidup di tengah-tengah pelajar atau banyak orang yang menjengkelkan kita,
mahasiswa lainnya. Sebagai anggota yang menyakiti hati kita, yang merusak milik
masyarakat, kita hidup di tengah-tengah kita. Semua itu adalah orang-orang yang
ribuan, bahkan jutaan sesama kita. masuk di dalam daftar dendam kita. Dan
setiap saat, nama-nama itu muncul berganti-
Memang kenyataan, kehidupan di bumi ganti oleh hawa nafsu untuk membalas
bukan kehidupan di surga. Di tengah-tengah kebencian kepada mereka satu persatu;
lingkungan kita ini, kita tidak bisa tidak peduli apakah dia atau kita yang
membayangkan keharmonian dan sebenarnya salah.
ketentraman sampai nanti kita menutup
mata. Suatu saat, teman kita sendiri, atau Kalau pikiran sudah sedemikian itu maka
mungkin orang yang tidak kita kenal, kita akan susah tidur. Susah untuk
berbuat sesuatu yang tidak kita sukai mempunyai ketenangan di dalam hati.
kepada kita. Kehidupan kita gelisah; mudah tersinggung,
dan batin kita menjadi beku. Sebaliknya,
Apakah di dalam pekerjaan, apakah dalam kalau kita melepaskan kacamata duniawi,
dunia usaha, apakah sebagai pelajar, dan memakai kacamata atau lensa
bahkan juga di tengah-tengah pengabdian Kesunyataan untuk melihat kejadian-
sosial; kita sering mendapat perlakuan yang kejadian pada diri kita ini, maka apakah
tidak kita senangi. Lebih dari itu, bahkan yang kita lihat? Yang kita lihat adalah: Apa
satu saat, bukan hanya tidak kita senangi, yang sebenarnya terjadi! Sesungguhnya
tetapi juga sering mereka mengganggu, bukan sang suami yang menyakiti saya,
merugikan, dan merusak kehidupan kita. bukan si dia yang mengingkari janji, bukan
Dengan seribu satu macam alasan mereka- si A, si B, si C, bukan si ini atau si itu yang
mereka itu melakukan tindakannya kepada membuat semuanya ini terjadi pada diri kita.
kita. Mungkin hanya karena salah paham. Tetapi, kalau bukan mereka-mereka siapa
Mungkin juga karena kita yang memang sebenarnya yang melakukan itu? Yang
salah. Tetapi, juga mungkin, karena ia iri hati melakukan itu, sebenarnya kita sendiri.
kepada kita. Tidak rela kita menjadi maju, Karena kita, semua itu terjadi, menimpa diri
atau tidak setuju kita jadi seperti ini; dan kita.
sebagainya, masih banyak lagi. Kemudian
kita menerima makian, menerima hinaan.
Difitnah, didamprat. Milik kita mungkin Oleh karena, di dunia ini di manapun juga,
hilang, kita tertipu, atau kadang-kadang tidak ada satupun peristiwa, apakah
diminta dengan paksa. Dan masih banyak peristiwa itu menyenangkan atau tidak, yang
lagi yang bisa kita lihat di dalam kehidupan terjadi dengan begitu saja. Semua yang
kita sendiri, juga pada kehidupan di sekitar terjadi pada kita adalah akibat dari
kita. perbuatan kita masing-masing; baik yang
kita perbuat pada kehidupan ini, maupun
Kalau kita melihat dengan kacamata yang telah kita perbuat pada kehidupan kita
duniawi, kita memang melihat, bahwa yang lampau, yang belum berbuah. Oleh

Hal 1 dari 3
Pannavaro Jangan menaruh dendam dalam hati

karenanya, janganlah kita dendam. Apapun bahwa mereka yang berbuat jahat itu, pada
yang terjadi pada diri kita, adalah akibat dari suatu saat, pasti, memetik penderitaan
perbuatan kita masing-masing. Bukan dibuat sebagai akibatnya. Ini adalah hukum Ilahi.
oleh orang lain kemudian dilemparkan hukum Karma yang universal.
kepada kita. Bukan! Ini adalah hukum
Kesunyataan, hukum karma yang universal. Kalau seandainya hukum Karma itu tidak
ada, maka tidak ada gunanya kita
Jangan menyalahkan, apalagi membenci menghindari kejahatan. Kalau seandainya
orang lain. Karena, kita harus mengerti, hukum Karma itu tidak ada, tidak ada
apapun yang terjadi pada diri kita adalah gunanya undang-undang yang mengatur
apa yang harus kita terima, adalah akibat manusia, supaya tidak berbuat jahat. Hukum
dari perbuatan kita masing-masing. Itulah Karma adalah Kesunyataan Universal. Kita
keadaan kita yang sesungguhnya kalau kita harus menerima akibat dari setiap
mau melihatnya dengan kacamata perbuatan kita. Apakah kita lupa pada
Kesunyataan, dengan kacamata Dharma. perbuatan kita, apakah kita mengharap
buahnya atau tidak; akibat dari setiap
Kemudian timbul satu pertanyaan. Lalu perbuatan pasti datang pada kita. Oleh
bagaimanakah sikap kita pada mereka yang karena itu, marilah kita bertekad untuk
mengganggu ketentraman kita? meluhurkan bangsa dan negara kita ini
Bagaimanakah tindakan kita pada mereka dengan banyak berbuat baik. Jangan kita
yang berbuat jahat pada kita? Apakah kita menjadi anggota masyarakat yang suka
harus toleran terhadap mereka? dan apakah berbuat jahat. Karena selain merugikan
mereka itu tidak membuat karma jelek baru? orang lain, kejahatan itu akan
menghancurkan kita sendiri. Dan kita
Sikap untuk menyadari bahwa apapun yang semua, satu persatu, tidak ada yang ingin
menimpa kita adalah akibat dari perbuatan hidupnya hancur.
jelek kita sendiri, yang memang harus kita
terima; adalah sikap kita yang pertama. Dalam Samyutta Nikaya dicatat kata-kata
Tetapi, bukan berarti hanya dengan sikap Kesunyataan Sang Buddha yang sangat
pertama itu saja kemudian kita berhenti. terkenal:
Langkah pertama untuk menyadari bahwa
yang terjadi pada kita adalah akibat dari "Yadidam vaphate bijam, tadisam
karma kita masing-masing, adalah sikap labhate phalam, Kalyanakari ca
berpikir yang amat penting. Oleh karena kalyanam, papakari ca papakam."
dengan menyadari hal itu, kita tidak akan
menaruh dendam pada mereka-mereka Artinya:
yang berbuat jahat pada kita. Dan kalau
rasa dendam ini berusaha kita atasi, maka "Sesuai dengan bibit yang telah disebar
usaha untuk menasehati mereka, untuk Begitulah buah yang akan dipetik
memperbaiki mereka, semampu kita; adalah Pembuat kebaikan akan memetik kebaikan
benar-benar usaha baik yang tulus. Karena Pembuat kejahatan akan memetik
kalau rasa dendam yang membakar dada kejahatan."
kita belum kita atasi lebih dahulu, maka
semua nasihat kita, petunjuk-petunjuk kita, Demikian juga dalam Dhammapada 110,
untuk mereka yang menjengkelkan kita itu, Sang Buddha mengatakan:
akan menjelma menjadi pelampiasan
dendam dan benci kepada mereka. "Mereka yang hidup seratus tahun,
berbuat jahat dan tidak mengendalikan diri,
Dan juga, sesungguhnya kita harus kasihan maka hidup sehari saja adalah lebih baik
melilhat mereka yang berbuat jahat; baik bagi orang yang mempunyai sila dan selalu
berbuat jahat kepada kita maupun kepada sadar."
orang lain. Mengapa kita kasihan, dan
kemudian membantu mereka supaya Jangan kita main tipu, jangan kita main
mereka jangan melanjutkan atau clurit, main bajak, atau main paksa; hanya
mengulangi perbuatan-perbuatan jahat itu untuk mencari harta. Seorang yang
lagi? Kita kasihan, karena kita mengerti, mengerti, akan mempunyai sikap hidup

Hal 2 dari 3
Pannavaro Jangan menaruh dendam dalam hati

demikian: Lebih baik kita hidup sederhana, kita membuat rasa tidak aman bagi banyak
tidak berlebih-lebihan; seperti yang telah orang. Tetapi sebaliknya, kalau kita
dianjurkan oleh setiap ajaran agama, dan mengendalikan hawa nafsu kita, tidak
juga oleh Pemerintah kita. Hendaknya kita berbuat jahat, mempunyai moral baik,
hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan, menjalankan sila dengan baik, bisa
tetapi mempunyai moral dan akhlak yang dipercaya, tidak menipu; itu berarti kita
baik. Dari pada hidup dengan harta sudah memberikan kepada mereka abhaya
berlebihan tetapi banyak kejahatan yang dana: rasa aman. Rasa aman ini diperlukan
diperbuat. setiap orang, termasuk diri kita masing-
masing.
Pada suatu saat, tengah malam nanti,
besok, atau beberapa tahun kemudian, kita Dengan pengertian hukum Karma yang
semua akan mati. Setelah kematian, bukan merasuk, merasuk sampai ke tulang
harta yang mengikuti kita, tetapi perbuatan sumsum kita; mendarah daging pada hidup
kita yang akan selalu ikut ke mana kita kita, kita akan bersemangat dalam
pergi; baik perbuatan-perbuatan yang baik, perbuatan baik. Perbuatan baik yang luhur
maupun perbuatan-perbuatan yang tidak dan tulus. Karena kita mengerti benar,
baik. bahwa kebaikan akan membawa
kebahagiaan, keharmonisan, dan
Kalau kita mengerti hukum Karma, kedamaian; bagi banyak orang, maupun
merenungkan hukum Karma, dan yakin bagi masing-masing kita. Damai di luar, dan
pada hukum Karma, maka kita akan takut juga damai di dalam batin.
berbuat jahat. Takut pada akibat berbuat
jahat. Takut pada akibat kejahatan. Karena Akhirnya, sekali lagi, mari kita bertekad:
akibat kejahatan itu adalah kehancuran bagi Janganlah kita menaruh dendam pada
kehidupan kita sendiri. siapapun juga. Berusaha sungguh-sungguh
menyadari bahwa apapun yang terjadi pada
Bahkan, kalau kita berpikir lebih jauh, maka kita adalah akibat dari karma kita masing-
akan kita lihat lebih jelas lagi. Kalau kita masing. Kemudian, berusaha sebanyak
berbuat jahat pada satu orang, bukan hanya mungkin menambah dan mengisi terus
satu orang itu saja yang kita rugikan. kehidupan ini dengan kebaikan.
Mereka yang lain akan ikut merasa takut,
merasa khawatir. Mereka khawatir, jangan- Dikutip dari Buku Kumpulan
jangan pada kesempatan lain kita berbuat Dhammadesana, Sri Pannavaro Thera, Jilid
jahat seperti itu kepada mereka. Kehadiran
I

******&&&&&&******

Hal 3 dari 3

You might also like