You are on page 1of 4

Pannavaro Kotbah dhamma 27 Mei 1989

Khobah Dhamma 27 Mei 1989 Di Vihara


Jakarta Dhammacakka Jaya
oleh: Sri Saddhammacariya Paññavaro Sangha Nayaka Thera
disadur oleh: Nani Linda, SH

"Sang Surya bersinar di waktu meninggalkan istana yang megah dan


siang; Chandra bercahaya di segala warisan harta duniawi demi
waktu malam; Raja bersinar semua makhluk. Inilah Manusia Besar
dengan seragam perangnya; sepanjang sejarah umat manusia.
Brahmana bersinar terang dalam
samadhi. Tetapi, Sang Buddha Apa yang Beliau capai saat Penerangan
bersinar dengan penuh kemuliaan Sempurna di bulan Waisak? Sidharta
sepanjang siang dan malam tanpa mencapai Tivijja (tiga pengetahuan
batas sampai saat ini". yang luar biasa), yaitu:

Sang Buddha Gotama bersinar tanpa 1. Pubbenivassanussati-Nana:


batas lebih dari dua ribu lima ratus Suatu pengetahuan dimana
tahun, terus bersinar sampai saat ini. Sidharta melihat kehidupan
Sang Buddha bersinar karena lampau dengan terang dan
paramita-Nya, karena perjuangan- jelas; pernah dilahirkan sebagai
Nya, karena kesucian-Nya, karena manusia, namanya ini, ayahnya
kebijaksanaan-Nya yang sempurna, ini, ibunya ini, kebiasaannya
bersinar kasih sayang-Nya yang luar demikian, berbuat baik
biasa. demikian, berbuat jahat
demikian, kemudian meninggal
Trisuci Waisak memperingati tiga ...lahir kembali ...meninggal
peristiwa penting: saat Kelahiran, saat ...lahir kembali, demikian
Penerangan Sempurna, saat mangkat seterusnya.
(Parinibbana) Guru Agung junjungan 2. Catupapata-Nana (Deva
kita; tetapi dari tiga peristiwa besar Cakkhu): Sidharta melihat
itu, tercapainya Penerangan Sempurna timbul tenggelamnya makhluk-
adalah peristiwa yang terbesar. makhluk sesuai dengan
Penerangan Sempurna merupakan karmanya masing-masing.
puncak perjuangan manusia yang Mengetahui kelahiran dan
sangat panjang, tidak hanya enam kematian makhluk-makhluk,
tahun sengsara, tapi diawali empat dari mana sebelum dilahirkan
apasanakariya kalpa dan seratus kalpa dan kemana setelah
yang lalu; hingga terakhir manusia kematiannya.
Sidharta dilahirkan sebagai putra 3. Asavakaya-Nana: Pengetahuan
mahkota. Sidharta meninggalkan yang langsung dapat
kerajaannya, takhtanya dan rela menghancurkan segala
menjadi 'miskin' materi untuk mencari kekotoran batin. Penerangan
dharma. Seandainya Sidharta orang Sempurna tidak berlangsung
yang miskin kemudian meninggalkan satu detik, tetapi semalam
pondok reotnya, itu hal yang lumrah. penuh, saat matahari
Tetapi Sidharta seorang putra mahkota tenggelam sampai saat fajar
yang tidak terusir dan dengan menyongsong.
sukarela, dengan sadar pergi

Hal 1 dari 4
Pannavaro Kotbah dhamma 27 Mei 1989

Sidharta telah mencapai penerangan maka kita ingin menikmati kenikmatan


Sempurna dan melihat Patticca dan kesenangan itu berulang-ulang,
Samuppada (Hukum sebab akibat yang menimbulkan kemelekatan,
yang saling bergantungan) merupakan kemudian kita berjuang mati-matian
pengetahuan yang tiada duanya. Yang dengan menghalalkan segala cara
tidak pernah diketemukan untuk mempertahankan kemelekatan
sebelumnya. Sang Buddha itu. Perbuatan inilah yang
menyatakan ini dalam ungkapan, memperpanjang proses penderitaan,
'Pubbeananussutesu Dhammessu', menyebabkan kita dilahirkan kembali,
tidak pernah Dhamma ini Kudengar sengsara, menderita, dan akhirnya
sebelumnya. mati kembali. Mengapa kita bisa
merasakan nikmat? Karena kita bisa
Patticca Samuppada adalah rentetan kontak dengan dunia luar, timbul
sebab akibat munculnya kesengsaraan perasaan senang dan nikmat,
dan penderitaan kita. Apa sebab kita kenikmatan ini menimbulkan keinginan
harus mengalami kematian, penyakit yang berulang-ulang menyebabkan
silih berganti, kekecewaan, putus asa, kita melekat. Keterikatan dan
kesedihan silih berganti, kekecewaan, keterpikatan ini menyebabkan kita
putus asa, kesedihan, kegagalan, suka melakukan segala usaha dan cara
duka, untung rugi, dipuji dicela, untuk mempertahankannya. Inilah
terkenal dan tersingkir? sebab musabab kita menderita.

Apa sebab kita mengalami semua ini? Mengapa kita bisa kontak?
Mungkin ada orang yang mengatakan Karena kita mempunyai indera; mata,
bahwa, sejak lahir kita telah membawa hidung, telinga, lidah, tubuh (kulit)
dosa keturunan dari orang tua kita. dan pikiran.
Bukan itu jawabannya! Mengapa kita
sengsara, jatuh bangun dalam Patticca Samuppada merupakan
kehidupan ini? Mengapa kita Penemuan yang spektakuler.
mengalami kesengsaraan lahir Penemuan ini dipersembahkan kepada
maupun batin? Tidak lain karena kita. Dan sekarang kita bercermin dan
engkau dilahirkan. Kalau engkau berpikir apakah kewajiban kita?
tidak dilahirkan, kau tidak akan Kewajiban kita, pada saat mata,
sengsara. Inilah jawaban yang paling telinga, lidah, hidung, tubuh dan
jitu! pikiran kita kontak dengan dunia luar,
saat itu kita harus waspada. Inilah
Mengapa kita dilahirkan? kewajiban kita. Jika kita tidak
Karena kita membuat proses waspada, maka akan timbul hawa
kelahiran, kita membuat karma yang nafsu. Hawa nafsu inilah yang
bermacam-macam untuk mendorong kita untuk menikmati
mempertahankan keterikatan kita kenikmatan yang berulang-ulang.
pada kenikmatan, sehingga kemudian
setelah mati dilahirkan kembali dan Sementara orang mengatakan,
sengsara kembali. Mengapa kita sekarang ini agama sangat sulit
membuat karma yang bermacam- dijalankan, sekarang ini Dharma sulit
macam? Karena kita mempertahankan dilaksanakan. Kalau sulit, bukankah
kemelekatan kita, kita melekat, karena agama atau Dharma sudah tidak
kita memiliki hawa nafsu (tanha). sesuai lagi dengan zaman?
Itulah yang menyebabkan kita terikat, Sesungguhnya, bukan salah agama
melekat pada kenikmatan. Mengapa atau Dharma; bukan agama-agama
bisa timbul hawa nafsu? Karena kita atau Dharma itu yang sulit
bisa merasakan nikmat dan senang, dilaksanakan, tetapi karena manusia

Hal 2 dari 4
Pannavaro Kotbah dhamma 27 Mei 1989

sudah terlalu besar hawa nafsunya, Di manakah ketahanan kita?


sehingga rasanya terlalu 'sulit' untuk Mari kita membangun! pemerintah dan
melaksanakan Dharma. Kalau ilmu bangsa Indonesia telah sepakat sejak
pengetahuan dan teknologi maju, dua puluh tahun yang lalu, bahwa
sedangkan kehidupan spritual pembangunan ini adalah
dilupakan, maka kemajuan materi pembangunan yang utuh dan
yang tidak diimbangi dengan dilaksanakan manusia sendiri. Ini
kemajuan spritual/rohani akan berarti kita telah meninggalkan
mendorong kita untuk mencari kenikmatan murahan untuk mencari
kenikmatan murahan. Kenikmatan kenikmatan yang lebih tinggi.
murahan adalah kenikmatan spontan.
Tetapi manusia lupa bahwa Pada waktu menyampaikan renungan
kenikmatan yang spontan adalah Waisak di kampus Universitas
kenikmatan yang murahan. Indonesia, saya sampaikan, "Tidak
mungkin menjadikan semua generasi
Mengapa orang mencari muda sebagai kaum ulama. Berapa
kenikmatan dalam minuman banyak generasi muda yang ingin
keras, dalam makanan yang menjadi bhikkhu? Kalau di antara
berlebihan, di dalam seks, pakaian saudara 1% saja yang ingin menjadi
yang berlebihan, kekuasaan yang ulama, menjadi ahli agama. Tetapi
berlebihan? tidak dapat saudara pungkiri, babwa
Sesungguhnya ada kenikmatan yang saudara butuh agama. Saudara aktif
lebih tinggi! Orang bijaksana akan di vihara mungkin hanya mencari
meninggalkan kenikmatan murahan kegiatan supaya bisa menyalurkan
seperti itu untuk merebut dan meraih kreativitas. Tetapi cobalah generasi
kenikmatan yang lebih tinggi. muda, ingatlah! Aktif di vihara
Mengapa engkau mencari kenikmatan mungkin karena aktivitas sosial
di dalam minuman keras? Mengapa keagamaan, tetapi suatu saat nanti
engkau tidak bermeditasi? saudara benar-benar membutuhkan
Sesungguhnya kenikmatan agama".
bermeditasi ini jauh... jauh lebih
nikmat ketimbang kenikmatan minum Banyak orang menyatakan keluhan-
minuman keras. Alangkah bedanya, keluhannya, merasa hidupnya tidak
seperti langit dan bumi kalau kita mempunyai arti, hampa, padahal
bandingkan. Tinggalkan kenikmatan hidupnya berkecukupan, tidak
murahan, mari kita berjuang untuk kekurangan. Mengapa? Mereka
mencapai kenikmatan yang lebih membutuhkan agama, dapat dipercaya
tinggi. Inilah tugas dan kewajiban kita. di suatu saat nanti generasi muda
Inilah yang membuat sukses manusia membutuhkan agama. Dan Pancasila
Sidharta! Kalau dia tidak rela sebagai asas kehidupan berbangsa dan
meninggalkan kenikmatan murahan, bernegara telah mematrikan
Sidharta tidak mungkin dikenal sampai kehidupan beragama sebagai salah
saat ini. Hingga sejarah tidak mungkin satu sendi kehidupan bangsa
melupakan putranya yang terbaik, Indonesia. Suatu saat saudara butuh
Sang Buddha Gotama. Sepanjang agama, butuh meditasi, butuh
masa, nama-Nya tetap harum, tidak menjalankan Atthasila. Dan saudara
lain karena Beliau telah meninggalkan akan merasakan benar-benar
kenikmatan murahan untuk meraih membutuhkan Dharma.
kenikmatan yang lebih tinggi. Enam
tahun Sidharta sengsara, seujung Mari kita maju terus, perjuangan kita
rambut pun tidak ragu, maju terus, masih jauh, masih panjang. Mari kita
untuk merebut pengetahuan dan kembali pada Dharma, daripada
Penerangan Sempurna.

Hal 3 dari 4
Pannavaro Kotbah dhamma 27 Mei 1989

saudara membutuhkan Dharma nanti,


lebih baik dari sekarang menghayati
Dharma dengan sepenuh hati. Jadilah
warganegara yang Pancasilais
sekaligus umat Buddha yang baik.
Cita-cita kita bersama yang telah
dicanangkan oleh pemerintah Orde
Baru, "Menjadikan manusia
Indonesia yang seutuhnya",
seujung rambut tidak berbeda dengan
amanat Sang Buddha dua ribu lima
ratus tahun yang lalu. Marilah kita
tinggalkan kenikmatan murahan, dan
meraih kenikmatan yang lebih tinggi;
untuk mencapai kesejahteraan yang
utuh dan sempurna!***

Sumber:
Jalan Tengah No. 10/Tahun Ke I/09 Juli 1989;
Yayasan Dhamma Dipa Arama; Jakarta.

Hal 4 dari 4

You might also like