You are on page 1of 6

Pannavaro Perlindungan

Perlindungan

oleh: YM Bhikkhu Sri Paññavaro Mahathera

Dua hari yang lalu, pada saat bulan lagi, bukan dalam keadaan perang, bukan
purnama di bulan Juli, umat Buddha sama sekali. Tetapi kesulitan-kesulitan yang
memperingati hari raya Asadha. Kalau pada kita hadapi ini ya lebih baik kita bersiap-siap
waktu Waisak pangeran Siddharta atau seperti kita menghadapi keadaan yang
pertapa Siddharta mencapai Kebuddhaan perang begitu. Saudara-saudara, apa yang
dan menjadi Buddha, menemukan Dhamma bisa kita lakukan ya kita membuat
atau Dharma, dua bulan kemudian Sang persiapan, meskipun mungkin keadaan
Buddha membabarkan Dhamma yang telah sudah pulih, keamanan sudah pulih, barang-
beliau dapatkan kepada dunia. Untuk yang barang sudah tidak mahal.
pertama kali, kesempatan yang sulit itu
memang tidak didengar oleh banyak orang. Sesungguhnya juga kita diajarkan
Hanya lima orang, yang dulunya menjadi untuk bersiap-siap. Bersiap-siap karena
sahabat pertapa Siddharta sewaktu bertapa kematian itu bisa datang setiap saat. Bukan
di hutan Uruvela. hanya kematian itu datang kalau saudara
sedang sulit, tetapi meskipun dalam
Sehari setelah bulan purnama di bulan keadaan aman, makmur, kematian itu bisa
Juli, para Bhikkhu mulai menjalani masa juga datang setiap saat. Dalam beberapa
Vassa selama tiga bulan. Biasanya masa kali kesempatan Sang Buddha mengatakan
vassa di India berlangsung ditengah musim kematian datang setiap saat, dan kalau
hujan. Musim hujan itu kalau panjang empat kematian itu sudah datang, maka tidak ada
bulan, kalau pendek tiga bulan. Di tawar-menawar dengan kematian. Kita
Indonesia, Juni, Juli sampai Oktober itu menawar kematian itu sulit yah. "Ah, nanti
musim panas, tetapi kali ini rasanya masa dululah, umur saya kan masih muda, ya
vassa itu seperti masa vassa yang tenanan, menikah saja belum, kok kematian mau
masa vassa yang sungguh-sungguh karena datang ini bagaimana". Tidak mungkin! Kita
masih turun hujan, mungkin nanti sampai tidak bisa negosiasi dengan kematian. Kalau
bulan Agustus masih turun hujan. Musim kematian itu datang, ya datang.
kemarau dimulai bulan September dan
sebagaimana tiap-tiap tahun para Bhikkhu Tetapi Saudara, kita jangan terlalu takut
juga akan memberikan bimbingan atau dengan kematian. Kalau nanti kita terlalu
pelajaran Dhamma selama musim vassa. takut dengan kematian, kita akan mengisi
pikiran kita dengan kecemasan/kesedihan
Saudara-saudara, rasanya bimbingan dan kekhawatiran. Kita perlu melakukan
Dhamma dalam masa vassa kali ini akan persiapan karena kematian itu pasti datang,
menjadi istimewa, akan menjadi sangat tetapi kita tidak perlu membuat bayangan
membantu, karena kita penuh dengan sendiri: jangan-jangan besok saya mati,
kesulitan-kesulitan, beras menjadi mahal, jangan-jangan nanti malam saya mati.
minyak goreng menjadi mahal, banyak PHK, Bayangan atau prasangka kita itu tidak akan
banyak kerusuhan-kerusuhan. Saya pikir ya tepat, kecuali Sang Buddha. Sang Buddha
kita semua ini bersiap-siap sajalah, itu sudah bisa menentukan: tiga bulan
meskipun tidak dimedan perang, negara kita kemudian Saya akan meninggal, dan persis
memang tidak dalam kedaan perang, tetapi tiga bulan, tidak kurang sehari dan tidak
kita bersiap-siap saja seperti kita lebih sehari, Sang Buddha meninggal.
menghadapi perang.
Saudara-saudara, persiapan apakah
Apa yang kita persiapkan? Ya yang harus kita lakukan? Apalagi dalam
memang, sekali lagi yah, sekali lagi, sekali keadaan yang sulit seperti ini. Ada dua

http://www.sasanaonline.net/dhamma/perlndgn.htm Page 1 of 6
Pannavaro Perlindungan

macam persiapan: persiapan mental atau binatang tidak bisa. Dan manusia yang bisa
persiapan pikiran kita dan persiapan fisik. beradaptasi itu, menyesuaikan diri, fisik dan
"Sekarang barang-barang mahal, Bhante. mental. Coba sekarang saudara membawa
apalagi alat-alat elektronik dan segala binatang dari Canada, sebelah Utara
macam". Saudara, pandai seperti apapun Amerika yang dingin. Saudara pelihara di
kita, punya teori yang sangat jitu, atau sini, ia akan mati. Tetapi manusia bisa
mungkin juga kita jadi pejabat, kita tidak bisa beradaptasi, dari sini pindah ke Amerika,
mengubah Indonesia ini pulih dalam waktu pindah ke Canada, orang daerah dingin
satu minggu; apalagi dalam waktu dua, tiga pindah ke Indonesia yang panas, bisa!
hari. Sulit! Faktor penyebabnya itu banyak Meskipun sulit, bisa! Fisik manusia bisa
sekali Apalagi kita orang kecil, tidak beradaptasi, binatang sulit! Ada yang bisa,
mempunyai teori dan juga tidak mempunyai tetapi tidak semua.
wewenang. Kita tidak mungkin mengubah
keadaan ini jadi beres. Mental kita juga bisa beradaptasi. Saya
mendengar cerita zaman Belanda begini-
Kalau kita tidak mungkin mengubah begini, zaman Jepang begini-begini, rakyat
keadaan ini menjadi beres, lalu bagaimana? bisa beradaptasi. Itulah kekuatan manusia
Karena kita tidak mempunyai kemampuan yang terbesar. Beradaptasi itu gampangnya
untuk mengubah keadaan ini menjadi kata: menyesuaikan diri. Sudah tentu kita
segera beres sekarang, ya tidak ada pilihan mempunyai pedoman-pedoman di dalam
lain, kita harus menyesuaikan diri kita. Apa perbuatan kita. Bukan menyesuaikan diri
yang saya maksud dengan menyesuaikan? melakukan kejahatan, melakukan hal-hal
Kalau memang barang-barang itu mahal, ya yang tercela. Nah, saudara-saudara, kalau
kita harus mengubah sikap. Kita harus kita tidak bisa mengubah lingkungan kita,
hemat. Kita harus hati-hati melakukan tidak bisa mengubah negara ini sesegera
pengeluaran. Hati-hati menggunakan mungkin, kita harus menyesuaikan diri dan
telepon, misalnya. Menghemat listrik, makan kita tidak usah ikut berteori bagaimana krisis
sederhana. Karena kita tidak bisa moneter ini kok menjadi krisis kepercayaan.
mengubah keadaan, maka kita yang harus Bagaimana arahnya reformasi ini, sudahlah
menyesuaikan diri dengan keadaan. Kalau biar saja, itu urusannya satrio-satrio yang di
kita tidak mau menyesuaikan dengan Jakarta sana. Wong cilik ini tidak usah
keadaan, ya, kita akan bertambah sengsara. berpikir begitu. Kita melakukan apa yang
kita mampu untuk bisa bertahan dan
Memang sulit, sulit sekali. Kalau kita membantu sekeliling kita. Nanti kalau kita
biasa menggoreng dengan minyak Bimoli ikut-ikutan, wong cilik ini bukan saja teorinya
yang enak itu yah, terus sekarang pakai tidak cocok, nanti menyebutkannya saja
minyak kelapa bekas, sudah tiga puluh sulit. "Bhante, katanya sekarang ini anu, lagi
tahun lupa dengan minyak itu. Sekarang krisis monitor." Ah monitor oh ya, ya, ya
balik lagi, ya, sudah! Kita harus krisis monitor memang sekarang ini.
menyesuaikan diri. Justru kekuatan manusia Maksudnya moneter, yang diucapkan jadi
itu adalah mampu beradaptasi. Bagaimana monitor. Katanya:"Anu, Bhante, sekarang ini
bisa mampu beradaptasi? orde baru sudah tidak laku." Sekarang ini
katanya zaman informasi, oh iya, ya, ya,
Manusia bisa mampu beradaptasi itu zaman informasi. Maksudnya itu reformasi,
karena, dan akan cepat beradaptasi, kalau tapi keliru menyebutkan informasi. Ya, ya,
dia mengerti Anicca —ketidakkekalan. Kalau ya, jadi kita tidak usahlah ikut-ikutan. Kita
dia tidak mau menerima perubahan, kalau bukan Emil Salim, kita bukan Kwik Kian Gie,
dia mengingkari ketidakkekalan, dia sulit ya, kalau kita hanya ikut baca ya tidak apa-
sekali melakukan penyesuaian. apa, tetapi kalau kita ikut membuat teori, ya
nanti tidak cocok, nanti menyebutkan istilah
Seorang guru besar sosiology yang aneh-aneh itu saja kita keliru yah.
memberitahukan kepada saya: "Apakah
kekuatan manusia yang paling besar, Korupsi, kolusi , nepotisme. Saudara-
Bhikkhu, yang tidak dipunyai oleh saudara, ini ya apa ini. Nepotisme kok
binatang?" Kekuatan manusia yang paling korupsi, kolusi, bahkan kalau yang tidak
besar itu adalah manusia bisa beradaptasi, mengerti seperti pada waktu perayaan

http://www.sasanaonline.net/dhamma/perlndgn.htm Page 2 of 6
Pannavaro Perlindungan

Asadha di Mendut kita bisa berfikir korupsi, Benar itu, Saudara, kita ini punya pelindung,
kolusi, itu hanya orang-orang gede saja. Kita sehingga ada sesuatu yang kita miliki untuk
sendiri, rakyat kecil tidak. Apa betul kita menghadapi yang mengkhawatirkan itu. Kita
sendiri tidak korupsi, kolusi, nepotisme? khawatir bermacam-macam masalah,
"Yang korupsi itu pejabat-pejabat, Bhante. ketidakamanan, ketidaktentraman, bencana
Orang-orang gede saja, kita sih tidak." Ambil sampai mungkin mengancam kehidupan
untung sedikit-sedikit itu ya korupsi. Itu kita. Ya, kita punya polisi, punya tentara,
korupsinya orang desa. Nanti kalau ada punya benteng, punya gembok, punya
Panitia Waisak, peresmian vihara, yang kunci, punya teralis, itu pelindung fisik. Kita
penting ya kerabatnya dulu, anak familinya kan juga perlu pelindung mental.
maju dulu, tidak peduli bisa kerja atau tidak,
pokoknya kerabatnya dibawa dulu, itu Mental kita perlu perlindungan.
nepotisme juga. Ambil untuk itu juga korupsi. Buddha, Dhamma dan Sangha itulah
pelindung mental kita. Secara kejiwaan kita
Saudara-saudara, saya ingin akan tenang. Aku ini punya pelindung kok,
menggunakan kesempatan ini dengan bukan meraba-raba. Kita ini punya
memberikan pegangan kepada saudara- pelindung, Saudara. Mengapa Buddha-
saudara: Apa yang karus kita punyai dalam Dhamma-Sangha itu dijadikan pelindung.
keadaan yang tidak menentu seperti Mengapa kok tidak sesama manusia,
sekarang ini. mengapa Buddha-Dhamma-Sangha.
Saudara, karena Buddha-Dhamma-Sangha
Sebagai umat Buddha tidak ada lain itu sudah bersih dari keserakahan,
karena saya seorang Bhikkhu tentu yang kebencian dan kegelapan bathin. Dewa-
saya tahu adalah ajaran Agama Buddha. dewa atau orang lain bisa melindungi kita,
Ajaran agama lain saya mengerti, tetapi mungkin saja dia melindungi dengan tulus,
tidak banyak dan saya tidak pada tempatnya tetapi mungkin juga dia bisa melindungi
untuk menjelaskan agama lain. Adalah dengan pamrih, minta balasan. Paling tidak
kewajiban saya untuk menjelaskan agama ya dia mengharapkan ucapan terima kasih,
Buddha. Apakah pegangan yang dipunyai pujian. Kalau dia tidak mendapatkan itu dia
oleh, dan harus dipunyai oleh setiap umat bisa kecewa karena dia sudah berkorban
Buddha dalam menghadapi bermacam- melindungi yang harus dilindungi.
macam masalah yang tidak menentu, yang
menimbulkan ketakutan, was-was, gelisah, Karena mereka masih mempunyai
khawatir, dan sebagainya. Tidak lain adalah keserakahan, meskipun mungkin tidak
Triratna. Tidak ada pilihan lain, yaitu besar, mereka juga mungkin masih
Buddha, Dhamma atau Dharma dan mempunyai kebencian, masih mempunyai
Sangha. pandangan-pandangan yang salah. Tetapi
kalau Buddha, Dhamma, dan Sangha tidak
Setiap umat Buddha melakukan mempunyai keserakahan, tidak mempunyai
sembahyang, berupacara. Pada waktu kita kebencian, tidak mempunyai pandangan
akan mulai ber-Dhamma class, ini kita juga yang salah. Buddha, Dhamma dan Sangha
melakukan pembukaan singkat sekali. tidak membutuhkan imbalan dari kita.
Semuanya tidak lain ditujukan kepada Imbalan apapun, tidak butuh imbalan dipuji,
Triratna —Buddha-Dhamma-Sangha. Setiap juga tidak. Nah nanti kalau tidak dipuji, ndak
umat Buddha juga hafal dengan Buddham akan melindungi kita, tidak begitu. Apalagi
Saranam Gacchami, Dhammam Saranam imbalan-imbalan yang kasar, seperti sesaji,
Gacchami, Sangham Saranam Gachhami kemudian persembahan-persembahan,
(Aku berlindung kepada Buddha-Dhamma- tidak sama sekali. Saudara-saudara,
Sangha). Kalimat itu jelas sekali. Aku sekarang yang menjadi persolalan adalah
berlindung kepada Buddha-Dhamma- kalau kita sudah menyatakan berlindung
Sangha. Dengan ingat kepada pelindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha,
kita. Bhante, apakah kita juga sudah bebas dari
pendertitaan? Nyatanya banyak umat
Dengan menyatakan berlindung Buddha yang berlindung pada Buddha,
kepada pelindung kita secara psikologis, Dhamma dan Sangha masih belum bebas
secara kejiwaan, kita ini punya pelindung. dari penderitaan.

http://www.sasanaonline.net/dhamma/perlndgn.htm Page 3 of 6
Pannavaro Perlindungan

spesialis lalu damai dan tenang. Memang itu


Benar, Saudara, kalau saudara perlu dan lebih baik dari pada tidak
menyatakan berlindung pada Buddha, mengenal dokter sama sekali. Nanti kalau
Dhamma dan Sangha, secara kejiwaan betul-betul sakit, bisa kebingungan. Tetapi
Saudara mempunyai pelindung, paling tidak, tidak cukup begitu. Kita harus meningkatkan
pikiran kita tidak dikuasai terus-menerus perlindungan itu dengan tidak hanya kenal
oleh kekhawatiran, was-was, gelisah, dokter saja. Kita suatu ketika harus cek,
jengkel, benci dan sebagainya karena kita periksa, kesehatan kita. "Dok, darah saya
mengalihkan pikiran kita kepada Buddha- bagaimana. Dok, kolesterol saya
Dhamma-Sangha. Pada saat kita bagaimana." Dan suatu ketika kita pasti
memikirkan Buddha-Dhamma-Sangha, sakit, tidak mungkin tidak, terhindar dari
kebencian, kemarahan, kekhawatiran, sakit.
kegelisahan itu dilupakan sementara. Itulah
artinya perlindungan mental. Mungkin di Kita harus datang kepada dokter itu,
agama lain ada yang mengingat Maria, ada mendengarkan nasihatnya dan dokter
yang mengingat Yesus, ada yang mengingat kemudian memberikan nasihat, memberikan
Gusti Allah, ya silakan. Bagi umat Buddha obat. Kita harus menurut. Kalau kita hanya
yang diingat adalah Buddha-Dhamma- puas: wah saya sudah aman, saya kenal
Sangha. Alasannya Buddha-Dhamma- dokter spesialis itu. Spesialis ginjal, spesialis
Sangha ini tidak akan meminta imbalan, penyakit dalam, spesialis hidung, telinga,
bersih dari keserakahan, kebencian, tenggorokan, spesialis apalagi yah, paru-
pandangan salah, dan sebagainya. paru dan sebagainya. Nah sekarang kita
meningkatkan tidak hanya kenal, tetapi
Mental kita mempunyai tameng, datang tanya: "Umur saya ini sudah kepala
mempunyai obyek yang lain, yang mulia lima Dokter, apa yang harus saya
sehingga mental kita tidak hanya dikuasai perkatikan? Apa yang harus saya lakukan,
oleh marah, tidak menerima kenyataan, dan apa yang harus saya hindari?" Dokter
benci, dan sebagainya. Makin sering kita akan memberikan nasihat. Kita harus
memikirkan Buddha-Dhamma-Sangha, Aku mendengar, mengerti dan kemudian
berlindung pada Buddha, Aku berlindung berusaha untuk menepati. Itulah berlindung
pada Dhamma, Aku berlindung pada pada Triratna. Tingkat yang selanjutnya.
Sangha, kemarahan, kejengkelan itu mengerti apa yang diberikan Triratna.
berkurang. Tetapi penderitaan kan belum
selesai, Bhante. Ya, penderitan belum Perasaan Saudara yang tidak senang
selesai. Oleh karena itu Saudara, kita harus adalah penderitaan. Perasaan Saudara
meningkatkan sikap berlindung kita itu, tidak yang senang itulah bahagia. Nah, perasaan
hanya sekedar: Aku berlindung pada senang atau tidak senang itu kedua-duanya
Buddha, Aku berlindung pada Dhamma, Aku berbahaya. Meskipun perasaan senang itu
berlindung pada Sangha. Kita harus didapat dari berbuat baik, yang halal, yang
meningkatkan lebih tinggi lagi. Bagaimana dibenarkan oleh agama, itu juga berbahaya
caranya? karena perasaan senang hasil dari berbuat
baik itu tidak kekal dan kalau tidak disadari
Caranya adalah belajar Dhamma. Apa nanti akan membuat kita kecewa. Kecewa
yang diberikan oleh Triratna kepada kita: itu penderitaan yang baru, buntutnya
Buddha sebagai seorang yang menemukan jengkel, marah. Nah, oleh karena itu sadar,
obat, Dhamma itulah obat, Sangha itu sadarlah.
seperti orang yang sudah mencoba obat itu,
sudah sembuh dan kemudian menjadi Merasa tidak senang, ya disadari.
perawat untuk membantu kita-kita yang Merasa senang, ya disadari. Kalau tidak
masih belum sembuh. senang bagaimana Bhante? Ya tidak usah
kebakaran jenggot. Tidak usah. Selagi tidak
Yang pertama mungkin saya senang, ya sudah, kan akan hilang sendiri.
menabung kedamainan, karena kalau saya Tidak usah cari selingan pergi ke tempat
sakit, saya sudah kenal dokter spesialis. yang tidak benar, tidak usah pergi ke tempat
Dokternya itu Sang Triratna. Tetapi itu tidak yang remang-remang, minum-minum, tidak
cukup! Tidak cukup hanya kenal dokter usah. Sadari saja. Nanti akan hilang sendiri.

http://www.sasanaonline.net/dhamma/perlndgn.htm Page 4 of 6
Pannavaro Perlindungan

sebentar saja, nanti akan timbul masalah


Demikian juga kalau lagi tidak puas, lain dan hilang sudah senangnya.
lagi gembira: wah lagi senang, lagi bahagia.
Meskipun itu tidak dari kejahatan, dari Memelihara dan menjaga kesadaran,
kebaikan. Sewaktu selesai meditasi, meskipun tidak bisa setiap detik, itu sangat
rasanya bahagia, harus disadari. perlu dari kita bangun pagi sampai nanti
Bahagianya orang meditasi itu juga tidak tidur kembali. Sebanyak-banyaknya kita
kekal. Jangan kaget nanti kalau hilang. Oleh menggunakan kesadaran, kita akan
karena itu Sang Buddha mengatakan tujuan menyadari apa saja yang muncul pada
kita yang tertinggi itu bukan mencari pikiran, perasaan kita. Itulah arti berlindung
bahagia. Memang kita tidak ingin mendertia, pada Buddha-Dhamma-Sangha yang
ya lumrah. Orang tidak ingin menderita, tertinggi.
ingin bahagia Bhante. Iya, tapi bahagia itu
tidak abadi. Bahagia itu hanya sepintas, Jadi tidak nyebut-nyebut nama
sepintas, sepintas, sebentar, sebentar, Buddha-Dhamma-Sangha, Buddha-
mengecewakan kita pada akhirnya. Maka Dhamma-Sangha, Buddha-Dhamma-
yang tertinggi itu bukan mencari Sangha. Tidak Saudara,tidak! Malah tidak
kebahagiaan, tetapi mencari KEBEBASAN. usah diingat-ingat apa yang akan dikerjakan
Kebebasan itu mau bertindak seenaknya itu. Yang dikerjakan: mengawasi pikiran,
sendiri, bukan. Bebas dari perangkap, tidak perasaannya sendiri, itu, sebanyak mungkin.
terperangkap oleh kebencian, tidak Syukur bisa setiap saat. Supaya kita tidak
terperangkap oleh kebahagiaan. terpancing, karena kalau terpancing yang
tidak menyenangkan akan timbul marah,
Kebencian itu bagaikan pancing, panas. Kalau terpancing yang
Saudara. Kalau tidak terpancing menyenangkan akan timbul serakah, panas
bagaimana? Marah. Kalau menghadapi juga, sama saja.
yang tidak disenangi itu: marah, jengkel.
Kalau sudah jengkel, muncul ucapan dan Nah, kalau kita bisa menyadari dengan
perbuatan yang tidak bisa dikendalikan. pengertian ketidakkekalan kita akan bebas
Timbullah kejahatan. Itulah pancingan rasa meskipun kita belum mencapai kesucian.
tidak senang. Rasa senang juga sebetulnya Detik-detik itu kita menjadi manusia bebas.
pancingan. Pancingannya rasa senang itu Meskipun cuman satu detik, itu berharga
apa? Serakah, ingin lagi, ingin lagi, ingin sekali. Satu saat saya merasa sedih, tapi
lagi. Wah, kalau bisa seperti begini terus, itu begitu ingat kesadaran, saya sadari: oh
pancingan kesenangan. perasaan saya sedih, ini tidak kekal. Begitu
saya menyadari, saya menjadi orang bebas;
Pancingan yang tidak menyenangkan: merasakan kebebasan meskipun sesaat.
kemarahan, kejengkelan, kebencian. Jengkel saya rasanya, kok tidak enak, wah
Pancingan yang menyenangkan: buru-buru disadari: oh ini perasaan tidak
keserakahan, dua-duanya berbahaya. Nah, senang sedang muncul, tetapi ini juga tidak
Saudara-saudara sekalian, oleh karena itu kekal, nanti juga lenyap. Pada saat kita
marilah kita mengasah menggunakan menyadari itu, kita merasa ringan, enteng
kesadaran. Memang susah sekali, sangat dan bebas. Detik itu pula kita bebas dari
susah. Tetapi kita harus latihan meditasi, kemarahan dan kebencian. Nah, suatu
belajar Dhamma. Pendeknya apa saja yang ketika kita makan enak, atau angin sepoi-
kontak pada pikiran, perasaan; itu sepoi menyejukkan; waduh kalau begini kok
diketahui/disadari dengan dilandasi rasanya enak. Eh, hati-hati! Disadari rasa
pengertian "ini tidak kekal", ini tidak abadi, enak ini juga tidak kekal. Pada saat itu kita
ini hanya sebentar. bebas dari keserakahan. Detik itu kita
adalah orang yang bebas.
Selesai mendengarkan khotbah, wah
saya mengerti. Senang saya rasanya. Harus Nah, kalau Saudara bisa
disadari senang itu juga tidak kekal mempertahankan detik-detik ini terus, itulah
meskipun senang itu yang timbul dari yang sesunggguhnya dikatakan Nibbana
mendengarkan khotbah. Itu juga tidak kekal, atau Nirvana. Kebebasan, ya memang sukar
Bhante, ya tidak apa. Meskipun kita tidak

http://www.sasanaonline.net/dhamma/perlndgn.htm Page 5 of 6
Pannavaro Perlindungan

bisa menikmati Nibbana dalam waktu yang merasakan, mencicipi kebebasan dari hawa
agak lama, minimal dalam saat-saat nafsu, dari kebencian, dari keserakahan dan
tertentu. Di saat-saat tertentu itu kita sebagainya.
mencicipi apa yang dikatakan Sang Buddha
sebagai Nibbhana. Kebebasan itu seperti Itulah yang ingin saya sampaikan pada
yang saya jelaskan itu. Itulah KEBEBASAN, kesempatan ini. Jadi kalau umat Buddha itu
tujuan umat Buddha yang tertinggi dan berdoa, bagaimana? Caranya ya menyadari
itulah arti berlindung pada Triratna yang itu tadi. Meskipun didalam kamar kecil atau
sesungguhnya, bukan kita pakai tasbih, dimana saja, waktu mandi, waktu makan,
Buddha-Dhamma-Sangha, Buddha- rasa senang yang muncul itu disadari, rasa
Dhamma-Sangha, Buddha-Dhamma- yang tidak senang muncul juga disadari. Ini
Sangha. Menyebut Buddha-Dhamma- akan membuat kita tenang, seimbang. Kalau
Sangha itu memang baik, tapi itu senang muncul juga tidak menggebu-gebu,
perlindungan kelas nol. Kelas nol memang kalau senang tidak muncul juga tidak sedih
baik, dari pada tidak sekolah. Daripada yang luar biasa. Jadi bagaimana, Bhante,
memikirkan kejahatan, kegelisahan, kalau nonton bioskop, nonton TV? Boleh,
perkosaaan, kekhawatiran, 'kan lebih baik Saudara. Nonton bola bagaimana? Boleh,
membawa tasbih, Buddha-Dhamma- boleh. Jagonya kalah, sedih. Bagaimana
Sangha, Buddha-Dhamma-Sangha. Bhante? Ya disadari, disadari perasaan
Pelindung saya Buddha-Dhamma-Sangha. tidak senang itu. Jagonya menang
Perasaan kita tenteram, tetapi kita belum bagaimana? Wah senangnya sampai
bebas dari penderitaan. Lebih lanjut, belajar jingkrak-jingkrak. Itu juga disadari. Senang...
Dhamma, mengurangi kejahatan, senang ..., tidak abadi, tidak kekal. Itulah
menghindari kejahatan, berbuat kebaikan caranya kita membebaskan diri kita.
sebanyak mungkin karena ingat hukum
karma. Itulah berlindung yang lebih baik. Demikian juga kenangan-kenangan
Meskipun demikian, penderitaan masih masa lalu yang pahit-pahit, yang sangat
belum selesai karena untuk menyelesaikan pahit. Kadang-kadang kenangan/ingatan itu
penderitaan itu bukan hanya dengan muncul. Wah, kita sedih sekali kalau teringat
berbuat baik. Meskipun Anda berbuat baik hal itu. Sedih sekali, Bhante! Nah, sadari itu.
setinggi langit, penderitaan tidak akan Ini hanya ingatan, ulahnya pikiran. Saya
terhapus. Hapusnya penderitaaaan itu merasa sedih, rasa sedih ini tidak kekal,
adalah bagian dari kesadaran, supaya tidak tidak kekal. Maka akan mudah sekali kita
terpancing oleh perasaan yang membebaskan dari nostalgia-nostalgia yang
menyenangkan. Dengan kesadaran itulah nakal-nakal itu. Kita tidak menjadi orang
penderitaan akan terhapuskan dan kita yang dikuasai oleh ingatan-ingatan dan
memperoleh kebebasan. Itulah arti kesan-kesan yang tidak baik. Demikianlah
berlindung pada Triratna yang Saudara, cara membebaskan pikiran kita
sesungguhnya. dari gangguan-gangguan, dari problem-
problem persoalan-persoalan.***
Dalam keadaaan krisis seperti ini,
cobalah kita meningkatkan latihan spiritual
kita. Wah, nanti tahu-tahu saya ikut jadi ----------------------------------------------------------
korban mati. Bagaimana Bhante? Bukankah Sumber:
kita sudah punya bekal. Bekalnya
berlindung pada Triratna dengan cara yang Kutipan Khotbah Dhamma Sri Pannavaro
benar. Tahap permulaan, tahap pertengahan Sanghanayaka Mahathera, Klaten-Jawa
dan mengembangkan kesadaran. Tidak Tengah, 10 Juli 1998
usah khawatir. Kita mulai. Selain itu kalau
memang kita masih belum mati, mungkin
matinya nanti diumur 70 atau 80, kan kita
sudah beruntung karena sekarang kita
sudah mengerti bagaimana cara berlindung
yang benar; selain menghindari kejahatan,
menambah kebaikan, mempertajam
kesadaran dan kewaspadaan untuk

http://www.sasanaonline.net/dhamma/perlndgn.htm Page 6 of 6

You might also like