You are on page 1of 4

Pannavaro Tanggung jawab bersama

Tanggung Jawab Bersama


oleh: YM Bhikkhu Sri Paññavaro Mahathera

Hidup tenang akan bisa dinikmati, bila jelmaan dewa, atau makhluk gaib
kita menggunakan ilmu pengetahuan lainnya; tetapi semata-mata manusia
dan teknologi modern, dan juga seperti kita yang kemudian berjuang
menjaga nilai kemanusiaan kita dari tanpa berhenti, Beliau berhasil
perbuatan jahat kita sendiri. Kemajuan mencapai Penerangan Sempurna,
teknologi membebaskan kita dari menjadi Manusia Luar Biasa.
keterbelakangan, dan agama — Perjuangan dan pengabdian Beliau
Dhamma— membebaskan kita dari adalah contoh pengabdian demi
kekhawatiran dan kegelisahan. kepentingan banyak orang, contoh
pengorbanan, dan contoh untuk berdiri
Setiap orang ingin hidup bahagia, sendiri secara dewasa.
aman, damai. Semua mempunyai
cara, dan dengan segala macam Nasihat Sang Buddha kepada kita
caranya itu mereka berusaha untuk sesungguhnya adalah nasihat untuk
mencapai bahagia. Tidak luput, ilmu mengatasi persoalan manusia di
pengetahuan dan teknologipun adalah segala zaman. Nasihat-Nya adalah:
alat untuk mencapai hidup bahagia. Hadapi kehidupan ini dengan wajar,
Tetapi alat ini kadang-kadang — dan berikan arah yang benar!
bahkan sering— digunakan dengan
cara yang merugikan. Membahagiakan Hidup ketinggalan dari yang lain, hidup
dirinya sendiri, tetapi merugikan orang miskin, kurang makan, tidak ada
lain. Membahagiakan dirinya sendiri, pakaian, badan tidak sehat, berpikir
tetapi menghancurkan kebahagiaan, lamban; tidak bisa disangkal lagi oleh
bahkan kehidupan pihak lain. siapapun juga: adalah penderitaan.
Dengan menggali pengetahuan dan
Mengingat bahaya yang akan menimpa menggunakan kemajuan teknologi,
kita, bila kita menggunakan ilmu kerja keras, dan disiplin; penderitaan-
pengetahuan dengan cara yang salah; penderitaan tersebut pasti bisa diatasi.
sering orang kemudian menarik garis Sang Buddha sendiri menuntut kepada
cepat-cepat bahwa ajaran agama, kita untuk:
terutama agama Buddha, tidak
mempunyai tanggapan positif terhadap 1. Utthana sampada: kerja keras,
ilmu pengetahuan; acuh tak acuh jangan malas, jangan
terhadap teknologi. Anggapan yang menggantungkan diri kepada
lain pun muncul, bahwa Dhamma siapapun juga.
bukan agama duniawi, tetapi rohani
semata-mata. Dalam Kitab Dhammapada 112 Sang
Buddha menyatakan:
Anggapan demikian memang salah.
Sang Buddha adalah seorang guru "Walaupun seseorang hidup seratus
agung yang memberi contoh tahun, tetapi malas dan tidak
perjuangan luar biasa kepada kita. bersemangat, maka sesungguhnya,
Tanpa mengaku diri Beliau sebagai

Hal 1 dari 4
Pannavaro Tanggung jawab bersama

lebih baik orang yang hidup hanya Bagaimana bisa menjadi demikian?
sehari tetapi berjuang dengan penuh Ada tiga macam cara hidup:
semangat".
Pertama: Orang ingin hidup cukup,
2. Arakkha sampada: Jaga dengan ingin hidup bahagia, ingin memenuhi
baik apa yang telah engkau keinginannya; memang tidak salah.
capai. Jangan sia-siakan! Tetapi, orang ini menggunakan cara
3. Kalyana mittata: Mempunyai yang merugikan keluarganya sendiri.
teman yang mendorong Ia tidak pernah berpikir bahwa tiap-
kemajuan. tiap orang pun ingin bahagia seperti
4. Samajivita: Menggunakan yang dirinya, perlu rasa aman; tidak ingin
telah dicapai dengan diganggu dan tidak ingin disakiti.
perencanaan yang baik. Mereka yang mencari kesenangan,
mencari bahagia dengan merugikan
Dengan empat cara ini seseorang pasti orang lain adalah membuat
bisa mengatasi kekurangan dan penderitaan mental bagi hidupnya
kemiskinan. Dan lebih dari itu —tidak sendiri. Kegelisahan, kekhawatiran,
hanya memiliki sesuatu sehingga tidak rasa tidak aman, rasa tidak puas akan
kekurangan— tetapi bisa membakar hidupnya; karena usaha
menggunakan dan menikmati hasil yang mereka lakukan penuh dengan iri
yang dicapainya itu dengan baik. hati, keserakahan, dan kebencian.
Bukan hanya menambah penderitaan
Dalam Dhammapada 24 disebutkan: bagi dirinya sendiri, tetapi mereka
juga menyebarkan penderitaan pada
yang lain. Membuat banyak orang
"Orang yang penuh semangat, selalu
menderita. Orang-orang seperti ini
sadar, bersih dalam perbuatan,
tidak berguna dua kali lipat.
memiliki pengendalian diri, hidup
sesuai dengan Dhamma dan selalu
waspada, maka kebahagiaannya akan Dalam Dhammapada 291 dinyatakan:
bertambah".
"Ia yang menginginkan kebahagiaan
Tetapi, ada penderitaan lain yang bagi dirinya sendiri dengan
sering kita abadikan. Justru menimbulkan penderitaan pada orang
penderitaan ini kalau dibandingkan lain, maka ia tidak akan terbebas dari
dengan penderitaan yang telah kebencian; ia akan terjerat dalam
diuraikan di atas, adalah penderitaan kebencian".
yang lebih hebat. Penderitaan jenis ini
adalah: penderitaan mental. Kedua: Orang ingin hidup bahagia,
ingin terpenuhi keinginannya;
Cukup materi, cukup pakaian, berusaha keras hingga mencapai;
berpendidikan cukup tinggi, memiliki memang tidak salah. Orang ini
kecakapan intelektual; tetapi semua berusaha dengan tidak merugikan
itu bukan jaminan manusia bebas dari orang lain atau makhluk lain. Tetapi, ia
penderitaan mental. Bahkan, bila kita tidak mau tahu dengan penderitaan
tidak hati-hati, bila dengan cara salah orang lain. Ia hidup untuk dirinya
menggunakan ilmu pengetahuan untuk sendiri. Bukan hanya tidak
mengatasi penderitaan kemiskinan, ini mengganggu orang lain, tetapi
berarti mengurangi kemiskinan di satu melupakan yang lain. Ini kelihatannya
pihak, tetapi membuat penderitaan hidup gampang. Tetapi sesungguhnya
mental di lain pihak. hidup seperti ini adalah hidup yang
kerdil. Secara diam-diam ia
menganggap dirinya paling berharga di

Hal 2 dari 4
Pannavaro Tanggung jawab bersama

atas dunia ini. Memang benar kalau Nama-nama besar seperti Gajah Mada,
yang dianggap dunia itu mungkin Pangeran Diponegoro, Ibu Kartini,
rumah kecilnya sendiri. Ajaran agama hidup sampai hari ini. Mengapa
mana pun juga tidak membenarkan, demikian? Sedangkan ratusan bahkan
apalagi menganjurkan hidup kerdil ribuan orang lainnya yang telah
seperti itu. meninggal, tidak seorangpun sekarang
mengenalnya. Sebabnya tidak lain
Ketiga: Ini adalah kehidupan terpuji. karena Gajah Mada, karena Pangeran
Terpuji oleh siapapun juga, terpuji oleh Diponegoro, dan Ibu Kartini, seperti
semua agama. Berusaha mencapai halnya kita, ingin hidup bahagia; tetapi
kebahagiaan untuk hidupnya. Seperti mereka mencapai hidup bahagia itu
Sang Buddha sendiri. Beliau berusaha dengan berjuang demi kepentingan
keras untuk membebaskan banyak orang.
penderitaan hidup-Nya, mencapai
Penerangan Sempurna. Tetapi, cita- Agama —Dhamma— memberikan arah
cita-Nya ini dicapai dengan berbuat pada kehiudpan ini. Memberikan cara
untuk kepentingan orang lain. bagaimana kebahagiaan harus dicapai.
Membantu banyak orang, berkorban Dan memberikan sekaligus jalan
untuk mereka. Memberi materi, keluar bagaimana mengatasi
membantu dengan tenaga, bahkan persoalan-persoalan yang muncul.
mengorbankan hidupnya sendiri demi
kepentingan banyak orang. Kalau kita bisa memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan
Dalam dunia rumah tangga, seorang maksimal, dan kemudian
ayah ingin bahagia, ini sudah pasti. memanfaatkan hasil dari padanya
Ayah ini tentu bahagia kalau ia mau dengan sebaik mungkin; untuk
mencari kebahagiaan itu dengan keluarga, untuk masyarakat, untuk
bekerja keras, membahagiakan istri bangsa dan negara, bahkan untuk
dan anak-anaknya, memegang semua makhluk kalau bisa; kita akan
tanggung jawab, memenuhi bahagia. Bukannya duduk bertumpang
kewajibannya sebagai ayah. Andaikata tangan, bukannya hanya berdoa dan
sang ayah meninggal lebih dahulu, sembahyang. Tetapi sekali lagi, kerja
belum sempat melihat anak-anaknya keras, mengejar ilmu dan
menjadi dewasa; ia akan meninggal menggunakan dengan sebaik
dengan damai. Kewajiban yang harus mungkin; kemudian buang
dikerjakan telah ditunaikan sampai keserakahan, gunakan hasilnya demi
akhir hidupnya. Kematian sang ayah kepentingan masyarakat, demi
telah tiba, tetapi namanya tidak akan kebahagiaan mereka. Inilah yang
mati. dikatakan hidup tidak melekat pada
keduniawian.

Sang Buddha kembali menegaskan


dalam Dhammapada 312:

"Bila suatu pekerjaan dikerjakan


dengan seenaknya, bila suatu tekad
tidak dijalankan dengan selayaknya,
bila kehidupan suci tidak dijalankan
dengan sepenuh hati; maka semuanya
ini tidak mungkin membuahkan hasil
yang besar".

Hal 3 dari 4
Pannavaro Tanggung jawab bersama

Tidak melekat keduniawian bukan sisi yang harus dipegang teguh. Tanpa
berarti masuk ke hutan dan menyepi, tanggung jawab bersama,
bukan berarti harus menjadi kebahagiaan individu pun tidak akan
rohaniwan. Tidak melekat keduniawian bisa dinikmati oleh tiap-tiap orang.
bukan berarti anti duniawi. Kalau kita
berusaha keras, mencapai hasil, Ajaran agama Buddha yang
menikmati sendiri, bahkan kadang- berpangkal pada Delapan faktor Jalan
kadang tidak bisa menikmati karena Utama dengan tiga cara latihan, yaitu:
saking sayangnya pada hasil yang menjaga moral, mengembangkan
didapat, atau saking serakahnya; dan batin, dan menumbuhkan
apalagi kerja keras dengan tidak kebijaksanaan; semuanya menuntun
tanggung-tanggung merugikan orang kita ke arah tanggung jawab bersama.
lain; inilah yang benar-benar melekat Dengan moral yang baik: tidak
pada dunia, mengotori hidupnya membunuh, tidak menyakiti, tidak
sendiri. Menghancurkan dirinya, dan mencuri, tidak merugikan makhluk
juga menghancurkan dunia ini. Tetapi, lain; akan memberikan rasa aman bagi
mereka yang kerja keras; setiap orang. Batin yang
memanfaatkan ilmu dan teknologi; dikembangkan akan mendorong hidup
tidak menyia-nyiakan waktu, mencapai rukun, suka menolong, rendah hati,
hasil maksimal; kemudian tidak sombong, teguh seimbang;
menggunakan hasil tersebut selain menjadikan hidupnya bermanfaat bagi
untuk dirinya sendiri juga untuk masyarakat; bukan sampah
keluarga, untuk masyarakat, untuk kehidupan; adalah wujud tanggung
banyak orang. Inilah tuntutan agama jawab bersama yang lebih nyata. Dan
terhadap penggunaan teknologi; inilah kebijaksanaan akan makin
jalan mengatasi penderitaan ganda menyadarkan kita bahwa tanggung
sekaligus: penderitaan kemiskinan dan jawab bersama adalah tuntutan
penderitaan mental. mutlak bagi kita.

Kalau semakin banyak orang Negara kita adalah tanggung jawab


melupakan atau memungkiri kita bersama. Bukan hanya tanggung
kenyataan adanya penderitaan mental, jawab sebagian orang. Masyarakat kita
semata-mata hanya mengejar yang sejahtera adalah tanggung jawab
kebahagiaan materi, apa lagi mencari kita bersama juga, bukan jatuh dari
materi, mencari nama, mencari gelar, angkasa dengan tiba-tiba. Hari depan
dengan merugikan orang lain; maka, kita adalah tanggung jawab kita, tanpa
semakin banyak orang hidup dengan kecuali. Marilah kita maju dengan
cara demikian, dunia ini akan makin tanpa ragu-ragu. Hadapi hidup ini
cepat hancur. Nilai kemanusiaan akan dengan wajar. Agama kita telah
makin pudar. Ketenangan hidup akan memberikan arah yang benar tentang
menjadi jauh. bagaimana kita harus berjuang.***

Ilmu pengetahuan makin maju, Sumber:


teknologi makin berkembang. KUMPULAN DHAMMADESANA Jilid 3; Sri Paññavaro
Thera
Tanggung jawab bersama merupakan

*****&&&&&&******

Hal 4 dari 4

You might also like