You are on page 1of 3

Pannavaro Pembangun di dalam diri

Pembangunan Di Dalam Diri


oleh: Sri Paññavaro Sanghanâyaka Thera

Tidak bisa dielakkan lagi bahwa ilmu pesat, kemajuan yang demikian cepat
pengetahuan dan teknologi merupakan yang terjadi di luar diri kita bisa
salah satu kebutuhan kehidupan menimbulkan goncangan mental,
modern. Dan memang, kita goncangan di dalam —di dalam diri
membutuhkannya demi kemajuan. kita.
Pernah ada suatu ungkapan tanya
demikian: "llmu pengetahuan, menjadi Kemajuan dan kemudahan yang
seteru ataukah sekutu". Sekarang dengan cepat telah diwujudkan oleh
dengan jujur kita mengakui, bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi,
ilmu pengetahuan harus menjadi dengan tidak disadari telah
sekutu. Pada masa yang telah kita membangun budaya serba-materi, dan
lalui, secara sadar —atau mungkin menyebabkan kemerosotan sikap
dengan tidak disadari— ilmu mental sementara orang. Timbul
pengetahuan dan teknologi membawa budaya ingin serba mudah. Timbul
perubahan dalam kehidupan kita. Dan keinginan untuk secepat mungkin —
perubahan yang menuju ke arah yang sekonyong-konyong— mendapatkan
lebih baik, berarti: kemajuan. Sudah kenikmatan. Secepat mungkin maju.
tentu, selama ilmu pengetahuan hanya Secepat mungkin kaya. Secepat
semata-mata dikembangkan demi ilmu mungkin mempunyai kedudukan
pengetahuan itu sendiri; tidak tinggi, dan sebagainya. Dan tidak
membawa perubahan bagi kehidupan, jarang, sikap-sikap seperti ini
tidak membawa kemajuan; selama itu mendorong perbuatan-perbuatan yang
pula ilmu pengetahuan tidak akan merugikan orang lain. Apapun
berguna. caranya, asalkan mampu memberikan
perubahan dengan cepat, akan ia
Tetapi juga tidak bisa ditutup-tutupi, lakukan tanpa banyak pertimbangan.
perubahan yang membawa kemajuan
dan kemudahan-kemudahan yang Sekarang, yang ingin saya sampaikan
diberikan oleh ilmu pengetahuan dan kepada saudara: perubahan di luar diri
teknologi adalah perubahan- kita —perubahan materi— yang
perubahan di luar diri kita. Kemajuan terjadi, dan akan terus berlangsung
dan kemudahan modernisasi adalah dengan begitu cepat karena dorongan
kemajuan dan kemudahan materi. ilmu pengetahuan dan teknologi; tidak
Sebagaimana telah diungkapkan akan membawa arti yang lebih dalam
beberapa kali dalam artikel-artikel bagi kehidupan ini bila tanpa dibarengi
yang lalu, bahwa kita memang dengan perubahan di dalam diri kita.
membutuhkan materi sebagai Mental yang hanya diseret untuk
penunjang kehidupan ini. Dan Agama menikmati kenikmatan materi dengan
Buddha yang selalu berpijak pada begitu mudah akan menimbulkan
Jalan Tengah mengakui fungsi kehausan yang terus menerus, dan
kebutuhan materi dalam kehidupan ini. kemudian, timbullah rasa hampa
dalam mencari arti kehidupan. Apalagi
Yang menjadi persoalan sekarang bila kemajuan materi itu yang
adalah, perubahan yang demikian dijadikan tolok ukur kebahagiaan dan

Hal 1 dari 3
Pannavaro Pembangun di dalam diri

kesejahteraan. Ukuran itu pasti tantangan kita semua. Dengan kalimat


meleset. lain: Apakah perubahan yang telah
diberikan oleh agama kepada kita? Kini
Sekali lagi, kita tidak boleh menjadi kita telah melihat perubahan yang
anti kemajuan di luar —anti kemajuan diberikan oleh ilmu pengetahuan dan
materi. Ilmu pengetahuan dan teknologi; tetapi bagaimanakah
teknologi bukan seteru, tetapi perubahan yang telah diberikan oleh
memang, sekutu kita. Jalan Tengah agama? Sementara orang, yang
telah mengamanatkan kepada kita, kadang-kadang masih kita dengar,
bahwa tidak bijaksana membiarkan melontarkan pertanyaan: Agama-
hidupmu miskin dan penuh agama sudah lama berperan di bumi
penderitaan. Yang sekali-kali tidak ini, tetapi mengapa perdamaian dunia
boleh ditinggalkan adalah: perubahan belum pemah terjadi? Apakah Dharma
dan kemajuan yang di luar itu pada —agama— telah gagal?
saat yang sama harus diikuti dengan
perubahan dan kemajuan di dalam diri Dengan sangat bijaksana dan juga
kita masing-masing. dengan amat sederhana Sang Buddha
mengumpamakan Dharma yang Beliau
Dharma —agama— tidak hanya dan temukan dan ajarkan itu sebagai rakit.
tidak pernah menjanjikan perubahan Rakit berfungsi untuk menyeberangi
dan kemajuan yang hanya di luar. sungai dari tepi ini menuju ke tepi
Tetapi, Dharma —agama— sebelah sana. Rakit akan bermanfaat
menunjukkan jalan bagaimana bila rakit mampu memberikan
membangun dan memperkuat sikap perubahan, yaitu: membawa kita
mental kita untuk menghadapi dan meninggalkan tepi ini, menyeberang,
mencerna perubahan serta kemajuan menuju ke tepi yang lain. Meskipun
apapun yang terjadi di luar. Hanya kita memiliki rakit, tetapi bila kita
dengan melakukan perubahan dan tetap berada di tepi ini, tidak ada
pembangunan di dalam diri kita perubahan —tidak menyeberang;
masing-masing, perubahan dan maka rakit itu tidak ada gunanya—
kemajuan yang disebabkan oleh ilmu tidak bermanfaat.
pengetahuan dan teknologi benar-
benar akan layak disebut sebagai Bila kita tidak menyeberang, bukan
kemajuan menuju kesejahteraan utuh. rakit yang salah. Bukan rakit yang
gagal. Kita sendiri yang sebenarnya
Sesungguhnya kearifan menuju telah gagal. Kita puas memiliki rakit
kesejahteraan utuh ini telah menyinari hanya untuk menyimpannya.
Orde Baru sejak memulai rencana Sesungguhnya rakit hanyalah alat.
pembangunan bangsa. Bangsa Milik itu akan menjadi sangat
Indonesia yang mempunyai sikap berharga, bila kita mau
keagamaan cukup kuat dalam memasukkannya ke sungai, kemudian
sepanjang sejarah perjalanannya, kita kayuh dengan sekuat tenaga,
cukup mempunyai modal rohani yang untuk menyeberang dari satu tepi ke
jelas-jelas akan menerangi jalan dan tepi lain yang menjadi tujuan kita.
menunjukkan gambaran utuh tentang
kesejahteraan dan kebahagiaan. Sama seperti rakit itu, adalah Dharma
—agama. Beragama bukan hanya
Persoalan selanjutnya adalah: merasa memiliki agama. Beragama
Bagaimana Dharma —agama— itu bukan hanya meyakini agama. Dan
memberikan manfaat? Pertanyaan ini juga beragama bukan hanya
adalah pertanyaan terbesar dan bersembahyang. Dharma —agama—
muncul di sepanjang masa menjadi memberikan perubahan —memberikan

Hal 2 dari 3
Pannavaro Pembangun di dalam diri

manfaat— di dalam diri kita, bila kita beragama. Kita gagal menggunakan
berusaha sekuat tenaga menerapkan rakit. Tetapi sama sekali, bukan rakit
nilai-nilai agama dalam kehidupan yang gagal. Kalau dulu sering marah,
sehari-hari. Nilai-nilai itu: sikap sering gelisah, tidak bisa tidur dengan
bertanggung-jawab atas perbuatan tenang, tidak pernah merasa puas;
sendiri —tidak menyalahkan makhluk dan sekarang tetap tidak ada
setan atau mengharap-harap berkah perubahan, bahkan semua itu makin
dewa, ulet, tekun, jujur, suka menjadi lebih parah; maka tidak ada
menolong, dan setia kawan. Berusaha manfaat dalam memeluk agama.
mengendalikan emosi, percaya diri, Tetapi sebaliknya, kalau setelah
dan rendah hati. Berikan beberapa menengok ke belakang kita sekarang
saat dalam setiap hari dalam hidup menyadari bahwa marah, jengkel,
Saudara, untuk bermeditasi, berusaha gelisah, iri-hati, dan gejolak-gejolak
melihat ke dalam diri sendiri. Setiap negatif lainnya menjadi berkurang;
hari selama kita tidak tertidur, pikiran inilah perubahan dan kemajuan yang
dan panca-indria ini selalu disibukkan telah diberikan oleh hidup beragama.
dengan menanggapi segala sesuatu di
luar diri kita; oleh karena itu, berikan Mungkin sulit menyadari perubahan
beberapa saat untuk melihat ke dalam yang terjadi di dalam diri kita sendiri,
diri sendiri dengan bermeditasi. tetapi saya percaya, nurani kita
Meditasi akan menumbuhkan dan dengan jujur akan mengatakan
memperkuat daya tahan mental kita. perubahan itu: sekarang lebih baik
Dan tidak hanya memperkuat daya atau lebih kacau. Kalau kita terus-
tahan mental, meditasi akan menerus berusaha menerapkan nilai-
mengubah mental ini untuk mampu nilai Dhrma —nilai-nilai agama—
menyadari nilai-nilai kehidupan yang dalam kehidupan kita, maka pasti
lebih tinggi dan lebih hakiki, hingga dunia kita yang tertetak dalam diri ini
akhirnya tercapai kesadaran-utuh akan damai, dan juga memberikan
tentang realita Yang Mahaesa. kedamaian pada lingkungan.

Tidak bijaksana memberikan penilaian, Sekarang kita telah berada dalam


bahwa nilai-nilai agama diperlukan tahun 1990. Mari kita tengok kembali
hanya karena berfungsi untuk tahun yang telah kita lalui, kita lihat
menangkal dampak-dampak negatif perubahan yang terjadi dengan
modernisasi. Jauh, lebih dan itu, nilai- bertanya kepada nurani kita.
nilai agama yang diterapkan dalam Kemudian kembali kita bertekad untuk
kehidupan sehari-hari akan mengubah membuat perubahan yang lebih besar
terus-menerus sikap mental kita dan lebih baik dalam diri kita dalam
menuju kesejahteraan yang lengkap. tahun ini.***

Kalau kita memeluk agama sudah Sumber:


sekian lama, tetapi tidak ada BUDDHA CAKKHU No.16/XI/90; Yayasan
Dhammadipa Arama.
perubahan dalam diri kita; kita gagal

*****&&&&&*****

Hal 3 dari 3

You might also like