Professional Documents
Culture Documents
STAMP-SEARCH.COM
REPUBLIKA
21
AHMED ZEWAIL
Kisah Bapak Femtokimia
BERKAT JASANYA ILMU KIMIA MEMILIKI CABANG BARU YANG DISEBUT FEMTOKIMIA. ATAS JASANYA ITU, ZEWAIL DIDAPUK SEBAGAI BAPAK FEMTOKIMIA.
ZEWAL.CAALTECH.EDU
ara sejarawan sains Barat mengakui bahwa ilmu kimia merupakan warisan peradaban Islam pada era kekhalifahan. Will Durant dalam The Story of Civilization IV: The Age of Faith, mengatakan, para kimiawan Muslim di zaman kekhalifahan telah meletakkan fondasi ilmu kimia modern. Kimia merupakan ilmu yang hampir seluruhnya diciptakan oleh peradaban Islam, papar Durant. Tak heran jika kimiawan Muslim di era keemasan bernama Jabir Ibnu Hayyan ditabalkan sebagai Bapak Kimia Modern. Kontribusi kimiawan Muslim tak hanya diakui di era keemasan, pada zaman globalisasi pun kimiawan Muslim masih berprestasi. Salah seorang penerus jejak Jabir Ibnu Hayyan di era modern bernama Ahmed Hassan Zewail atau Ahmed Zewail. Ia merupakan ahli kimia Muslim yang pernah meraih hadiah Nobel Kimia pada 1999. Penghargaan bergengsi itu diraihnya setelah berhasil spektroskopi femto laser. Berkat jasanya ilmu kimia memiliki cabang baru yang disebut femtokimia. Atas jasanya itu, Zewail didapuk sebagai Bapak Femtokimia. Zewail terlahir pada 26 Februari 1946 di Damanhur yang terletak 60 Km dari kota Alexandria, Mesir. Ayahnya seorang pegawai negeri sipil, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.
Sejak remaja, Zewail sangat mencintai ilmu kimia. Bahkan, dia sering menghabiskan waktu berhari-hari untuk melakukan berbagai macam penelitian kimia kecil-kecilan. Kecintaannya terhadap kimia mendorongnya untuk mendalami ilmu itu dengan sangat serius. Menurut Zewail, kimia sangat memesona dan memberinya pengalaman-pengalaman yang menakjubkan. Kimia menyediakan fenomena laboratorium yang ingin dicoba ulang dan dipahaminya secara terus menerus, tuturnya. Tanpa sepengetahuan orang tuanya, di dalam kamar tidur sendiri, Zewail kecil,
sempat merakit sebuah peralatan kecil yang terbuat dari kompor ibunya serta beberapa tabung gelas milik keluarganya untuk mengamati bagaimana sebatang kayu diubah menjadi asap dan cairan. Selama masa SMA, kegiatan Zewail tak pernah terlepas dari berbagai macam percobaan kimia. Rupanya kimia telah mendarah daging dan menjadi bagian hidupnya. Setamat SMA, Zewail memutuskan kuliah di Fakultas Sains Universitas Alexandria, jurusan kimia. Pada 1967, Zewail lulus dari Fakultas Sains Universitas Alexandria sebagai seorang sarjana kimia dengan meraih
AMAZON.COM
tas penemuannya terhadap ilmu femtokimia, Zewail mendapatkan berbagai macam penghargaan. Selain mendapatkan Nobel Kimia, ia juga meraih penghargaan Wolf Prize dalam bidang kimia pada 1993 dari Wolf Foundation. Tolman Medal dan Robert A Welch Award juga sempat dianugerahkan kepadanya pada 1997. Pada 1999, dia mendapatkan gelar penghormatan tertinggi di Mesir yaitu Grand Collar of the Nile. Zewail juga sempat menerima gelar kehormatan PhD Honoris dari Lund University di Swedia pada Mei 2003. Ia juga tercatat sebagai salah seorang anggota Royal Swedish Academy of Sciences.
Cambridge University juga menganugerahinya gelar Honorary Doctorate in Science pada 2006. Dua tahun kemudian, tepatnya Mei 2008, Zewail juga menerima menerima PhD Honoris Causa dari Complutense University of Madrid. Setahun kemudian, ia juga diberikan honorary PhD dalam seni dan ilmu pengetahuan dari University of Jordan. Kecintaan Zewail terhadap ilmu pengetahuan, terutama kimia membuatnya tak pernah lelah untuk menuliskan berbagai macam cara dia melakukan percobaan kimia, termasuk prosesnya, hingga akhirnya mendapatkan hasil reaksi kimia yang mengagumkan. Dia terus menerus menulis berbagai
macam karya yang berkaitan dengan ilmu kimia untuk membagikan pengetahuannya terhadap kimia kepada semua orang. Sejumlah karya-karya besar Zewail dalam ilmu kimia antara lain: Advances in Laser Spectroscopy I, Advances in Laser Chemistry, Photochemistry and Photobiology, Volume 1 dan 2, Ultrafast Phenomena VII, The Chemical Bond: Structure and Dynamics, Ultrafast Phenomena VIII, serta Ultrafast Phenomena IX. Selain itu, dia juga menulis karya lainnya bertajuk, Femtochemistry: Ultrafast Dynamics of the Chemical Bond, serta Voyage Through Time: Walks of Life to the Nobel Prize. Buku yang terkait den-
gan peristiwa Zewail mendapatkan Nobel ini diterjemahkan ke dalam 17 bahasa antara lain Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol, Romania, Hungaria, Rusia, Arab, Cina, Korea, Indonesia, India Ia juga menulis buku bertajuk Age of Science, Time (Al Zaman), Dialogue of Civilizations 2007, Physical Biology: From Atoms to Medicine, serta 4D Electron Microscopy. Selain menulis berbagai macam buku tersebut, Ahmad Zewail juga menjadi editor Encyclopedia of Analytical Chemistry. Hal itu dilakukannya supaya tidak ada kesalahan dalam menuliskan ensiklopedia kimia tersebut.
dya