Professional Documents
Culture Documents
dimana,
A : Luas kolom
W
total
: berat total bangunan
f
c
: Mutu beton
3. Perancangan
ketebalan Plat
Menggunakan SNI 03 2847 2002
Pasal 11.5.3.3, dimana :
a. Untuk
2 , 0
m
menggunakan
(2847) Pasal 11.5.3.2
b. Untuk
2 2 , 0 < <
m
ketebalan
minimum plat harus memenuhi .
[ ] 2 . 0 5 36
1500
8 . 0
1
+
1
]
1
m
y
n
f
L
h
> 120
mm
c. Untuk
2
m
ketebalan minimum
plat harus memenuhi
9 36
1500
8 . 0
2
,
_
fy
L
h
n
> 90 mm
L
n
= Panjang bentang bersih
S
n
= Lebar bentang bersih
f
y
= Tegangan Leleh Baja
didapat dari
plat plat
balok balok
I E
I E
E
balok
= E
pelat
n
n
S
L
4. Perancangan
dimensi Balok Anak
Untuk dimensi balok anak,
menggunakan rumus yang berlaku pada
perancangan balok induk atau diambil
dari 2/3 dari dimensi balok induk.
3.5 Pembebanan dan Kombinasi
Pembebanan
Berdasarkan RSNI 03 1727 2002 dan
SNI 03 1726 2002
1. Beban Mati
Berdasarkan Tabel P3 hal 116, dimana
mencakup semua beban yang
5
disebabkan oleh beban sendiri dan
bagian lain yang terpisahkan dari
gedung.
2. Beban Hidup
Berdasarkan Tabel P4-1 hal 126, dimana
mencakup semua beban yang terjadi
akibat penghunian atau penggunaan
gedung
3. Beban Gempa
a. Beban Gempa Statik
Gedung diasumsikan sebagai tipe
struktur dengan sistem rangka.
Waktu getarnya (T
y
)
T
y
= C
t
. H
3/4
Koefisien Gempa Dasar (C)
SNI 03 1726 2002
Gaya geser Horisontal Akibat Gempa
t
W
R
I C
V
.
dengan:
F
i
= Beban gempa nominal static
ekuivalen yang menangkap
pada pusat masa pada taraf
lantai tingkat ke-i struktur atas
gedung.
W
i
= Berat lantai tingkat ke-i,
termasuk beban hidup yang
sesuai.
Z
i
= Ketinggian lantai tingkat ke-i,
diukur dari taraf penjepitan
lateral.
N = Nomor lantai tingkat paling atas
Kemudian dengan menginput gaya
gaya F
i
di tiap lantai pada pusat massa masing
masing lantai dengan menggunakan program
bantu SAP 2000.
b. Beban Gempa Dinamik
Dengan menginputkan grafik respon
spektrum gempa sesuai dengan SNI 03
1726 2002 pada Gambar 2 hal 21 dari
85 pada program bantu SAP 2000 untuk
memperoleh respon spektrum gempa
rencana. Untuk base shearnya perlu
dikontrol dimana harus lebih besar sama
dengan 0,8 base shear respon ragam
pertamanya. Partisipasi massa harus
lebih besar sama dengan 90%. Dan juga
baik pembebanan dengan pendekatan
analisa statik ekuivalen dan dinamik
harus dianggap 100% dan bekerja
bersama sama dengan arah tegak
lurusnya dengan efektifitas sebesar 30%.
4. Kombinasi
pembebanan sesuai dengan SNI 03 -
2847 2002 Pasal 11.2, meliputi :
a. U = 1,4D
b. U = 1,2D +
1,6L
c. U = 1,2D +
1,0L 1E
d. U = 0,9D 1E
5. Analisa struktur
dengan program bantu SAP 2000.
Untuk mendapatkan output gaya gaya
dalam pada struktur gedung yang
nantinya digunakan untuk menentukan
Momen Gabungan (Momen Envelope)
untuk perencanaan struktur.
3.6 Perancangan Struktur Sekunder
Direncanakan terpisah dari struktur
utama karena struktur sekunder hanya
meneruskan beban yang ada pada struktur
utama.
1. Perancangan
tulangan Plat
Tulangan direncanakan setelah
memperhitungkan beban yang akan
diterima struktur. Dalam perhitungan
tulangan digunakan,
Untuk penulangan pelat langkah-
langkah adalah sebagai berikut :
a. Diberikan data data d,
f
c,
f
y
.
b. Menetapkan batas
harga-harga perbandingan tulangan
yang dipilih yaitu
maks balance
, ,
min
c. Menghitung A
s
sesuai
Gambar 1.2 Denah Pembalokan
Tabel 1.1 Distribusi Gaya Geser Dasar Horisontal
Total Akibat Gempa ke Sepanjang Tinggi Gedung
Arah X dan Y utk tiap Portal
Setelah dilakukan perhitungan terhadap Gaya
Gempa seperti yang telah ditabelkan pada Tabel
3.1 kemudian langkah selanjutnya adalah
menginputkan gaya gaya tersebut ke dalam
titik pusat massa bangunan namun dicari terlebih
dahulu pusat rotasi dan pusat massanya.
4.3.3 Pusat Rotasi dan Pusat Massa
4.3.3.1 Pusat Rotasi
Pusat Rotasi lantai 1
x
90 , 18
075 . 33
1.750cm y
90 , 18
075 . 33
1.750cm
Pusat Rotasi lantai 2 s/d lantai 8
x
90 , 18
075 . 33
1.750cm y
90 , 18
075 . 33
1.750cm
4.3.3.2 Pusat Massa
Pusat Massa lantai 1 s/d 10
X
7
10
10 23 , 1
10 14 , 2
1750 cm
y
7
10
10 23 , 1
10 14 , 2
1750 cm
4.3.3.3 Menentukan Eksentrisitas Rencana
Bangunan
Lantai 1 s/d 10
Arah X
e
d
= (1,5 x 0) + (0.05 x 3.500) = 175 cm
Arah Y
e
d
= (1,5 x 0) + (0.05 x 3.500) = 175 cm
4.3.3.4 Lantai Tingkat sebagai diafragma
Menurut (1726) Pasal 5.3.1: bahwa lantai
tingkat, atap beton dan sistem lantai dengan
ikatan suatu struktur gedung dapat dianggap
sangat kaku dan dapat dianggap bekerja sebagai
diafragma terhadap beban gempa horisontal.
4.3.4 Analisa Terhadap T
Rayleigh
Perhitungan T
Rayleigh
Gempa Statik X Barat -
Timur
Besarnya T
x
= T
y
yang dihitung
sebelumnya memakai cara cara empiris harus
dibandingkan dengan T
Rayleigh
, dengan rumus :
n
i
i i
n
i
i i
d F g
d W
T
1
1
1
3 , 6
Besarnya T yang dihitung sebelumnya,
sesuai (1726) Pasal 6.2.2 dimana nilai T tidak
boleh menyimpang lebih dari 20% hasil T
Rayleigh
,
dilakukan analisa terhadap nilai T. (OK)
tingkat
Zi Wi Wi.Zi Fi x,y
30%F
i
V x,y
(m
)
(ton) (ton meter) (ton) (ton) (ton)
10 40 2.327,50 93.099,01
180,7
8 54,23 180,78
9 36 2.597,00 93.491,11
181,5
4 54,46 362,32
8 32 2.597,00 83.103,21
161,3
7 48,41 523,69
7 28 2.597,00 72.715,31
141,2
0 42,36 664,89
6 24 2.597,00 62.327,40
121,0
3 36,31 785,91
5 20 2.597,00 51.939,50
100,8
6 30,26 886,77
4 16 2.597,00 41.551,60 80,68 24,21 967,45
3 12 2.597,00 31.163,70 60,51 18,15 1.027,97
2 8 2.597,00 20.775,80 40,34 12,10 1.068,31
1 4 2.597,00 10.387,90 20,17 6,05 1.088,48
TOTAL 25.700,30 560.554,54
9
4.3.5 Pembebanan Gempa Dinamik Respons
Spektrum
4.3.5.1 Respons Spektrum Rencana
Dalam Tugas Akhir ini digunakan Respon
Spektrum gempa Rencana Wilayah Gempa 6 pada
Tanah keras.
RESPONS SPEKTRUM GEMPA RENCANA
(WILAYAH GEMPA 6 - TANAH KERAS)
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000
T (Periode) - (detik)
C
Menurut (1726) Pasal 5.8.1 menyatakan bahwa
dalam arah pembebanan utama sebesar 100 %
harus dianggap terjadi bersamaan dengan
pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak
lurus tadi sebesar efektivitas 30 %. Maka untuk :
Respons Spektrum X : 100 % efektivitas
untuk arah X (U-S) dan 30 % efektivitas
arah Y (B-T).
Respons Spektrum Y : 100 % efektivitas
untuk arah Y (B-T) dan 30 % efektivitas
arah X (U-S).
4.3.5.4 Nilai Akhir Respons Spektrum
Menurut (1726) Pasal 7.1.3 bahwa nilai
akhir respons spektrum tidak boleh diambil kurang
dari 80 % nilai respon ragam pertama atau V
dinamis
0.8 V
statis
. Maka dari Base Reactions, hasil
analisa struktur menggunakan program SAP 2000
didapat :
Tabel 1.2 nilai V yang Dihasilkan Akibat Gempa
Statik dan Gempa Dinamik
Arah U-S (kN) B-T (kN)
Respons
Spektrum X 14.755,99 5.818,30
Respons
Spektrum Y 5.818,30 14.755,98
Statik X -6.893,19 -2.067,93
Statik Y -2.067,93 -6.893,19
4.3.6 Kinerja Batas Layan ( s) dan Batas
Ultimate ( m)
4.3.6.1 Menghitung Kinerja Batas Layan ( s)
untuk Gempa Statik X dan Y
Menurut (1726) Pasal 8.1.2, untuk
memenuhi syarat kinerja batas layan, jika drift s
antar tingkat tidak boleh lebih besar dari
mm h
R
i
12 , 14 000 , 4
5 , 8
03 , 0 03 , 0
(...menentukan)
30 mm
Tabel 1.3 Analisa s akibat Gempa Statik X Arah
Utara - Selatan
10 40 30.76 1.05 14.12 OK
9 36 29.71 1.72 14.12 OK
8 32 27.99 2.40 14.12 OK
7 28 25.59 3.01 14.12 OK
6 24 22.58 3.55 14.12 OK
5 20 19.03 3.96 14.12 OK
4 16 15.07 4.28 14.12 OK
3 12 10.79 4.41 14.12 OK
2 8 6.38 4.09 14.12 OK
1 4 2.29 2.29 14.12 OK
lantai
ke-
hx
(m)
s
(mm)
drift s
antar tingkat
(mm)
syarat drift
s (mm)
ket
Tabel 1.4 Analisa s akibat Gempa Dinamik-X /
GRSp -X Arah Utara - Selatan
10 40 52.56 1.77 14.12 OK
9 36 50.79 2.82 14.12 OK
8 32 47.97 3.88 14.12 OK
7 28 44.09 4.86 14.12 OK
6 24 39.23 5.76 14.12 OK
5 20 33.47 6.54 14.12 OK
4 16 26.93 7.25 14.12 OK
3 12 19.68 7.79 14.12 OK
2 8 11.89 7.55 14.12 OK
1 4 4.34 4.34 14.12 OK
lantai
ke-
hx
(m)
s
(mm)
drift s
antar tingkat
syarat
drift s
ket
4.3.6.2 Menghitung Kinerja Batas Ultimate
(
m
) untuk Gempa Statik X dan Y
m
dihitung sesuai (1726) Pasal 8.2 yaitu
m
=
a faktorSkal
R 7 . 0
.
s
Selanjutnya (1726) Pasal 8.2.1
membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan
struktur yang akan membawa korban jiwa manusia
dengan membatasi nilai drift m antar tingkat
tidak boleh melampaui 0.02 x tinggi tingkat yang
bersangkutan.
Tabel 1.5 Analisa m akibat Gempa Statik X Arah
Utara - Selatan
10
10 40 1.05 6.25 80.00 OK
9 36 1.72 10.23 80.00 OK
8 32 2.40 14.28 80.00 OK
7 28 3.01 17.91 80.00 OK
6 24 3.55 21.12 80.00 OK
5 20 3.96 23.56 80.00 OK
4 16 4.28 25.47 80.00 OK
3 12 4.41 26.24 80.00 OK
2 8 4.09 24.34 80.00 OK
1 4 2.29 13.63 80.00 OK
lantai
ke-
hx
(m)
drift s antar
tingkat (mm)
drift m antar
tingkat (mm)
syarat drift
m (mm)
ket
Pada Tabel 1.5 dapat disimpulkan bahwa
Kinerja Batas Ultimite (
m
) yang terjadi pada
bangunan ini masih di bawah batas batas yang
disyaratkan.
Perlu diketahui bahwa UBC 1997 tidak
mengadakan pembatasan ini, tapi mensyaratkan
dilakukan perhitungan efek P- (untuk zone 3
dan 4 yang setara WG 5 dan 6) bila drift antar
tingkat melebihi 0.02 h
i
/ R. Namun setelah
diadakan perhitungan pada tabel di atas ternyata
semua drift s antar tingkat < 0.02 h
i
/ R = 0.02 x
4000 / 8.5 = 9.41 mm, jadi tidak perlu perhitungan
efek P- .
BAB V
PERANCANGAN STRUKTUR SEKUNDER
5.1 Umum
Struktur sekunder merupakan bagian
dari struktur bangunan namun terlepas dari
struktur utama pada bangunan. Struktur
sekunder ini dirancang untuk hanya menahan
beban lentur saja, namun struktur sekunder ini
nantinya akan memberikan beban terhadap
struktur utama. Pada Tugas Akhir ini akan
dilakukan perhitungan untuk struktur sekunder
yaitu :
1. Pelat.
2. Tangga.
3. Balok Anak.
4. Balok Sangkar Lift.
5.2 Perancangan Plat
5.2.
1 Data Perancangan
Untuk perancangan plat dipakai data sebagai
berikut :
Mutu baja : f
y
= 400 MPa
Mutu Beton : f
c
= 40 Mpa
Kemudian sebagai contoh diambil cara
perhitungan Plat Atap tipe A arah Barat - Timur
Penulangan Plat Atap A Arah Barat - Timur
Tum. Luar Tump . DalamLap angan Tum. LuarTump . DalamLap angan
Mu (Nmm) 986700 14061200 11450000 16800 239000 194600
Rn (N/mm
2
) 0.23 2.43 1.98 0.003 0.04 0.03
m = fy/(0.85f' c) 11.76 11.76 11.76 11.76 11.76 11.76
p erl u (mm
2
) 0.0006 0.0063 0.0051 0.0000 0.0001 0.0001
yang d ip akai (mm
2
) 0.0018 0.0063 0.0051 0.0018 0.0018 0.0018
As perlu (mm
2
) 119 417 337 119 119 119
Tulangan yang dipakai D8-300 D8-100 D8-125 D8-300 D8-300 D8-300
As pakai (mm
2
) 167.47 502.40 401.92 167.47 167.47 167.47
Pelat At ap 250 x 250
Lokasi p enulangan
Jalur Kolom Jalur Tengah
Penulangan Plat Atap A Arah Utara - Selatan
11
Tum. Luar Tump. Dalam Lapangan Tum. Luar Tump. Dalam Lapangan
Mu (Nmm) 986700 14061200 11450000 16800 239000 194600
Rn (N/mm
2
) 0.23 2.43 1.98 0.00 0.04 0.03
m = fy/(0.85f' c) 11.76 11.76 11.76 11.76 11.76 11.76
perlu (mm
2
) 0.0006 0.0063 0.0051 0.0000 0.0001 0.0001
yang dipakai (mm
2
) 0.0018 0.0063 0.0051 0.0018 0.0018 0.0018
As perlu (mm
2
) 119 417 337 119 119 119
Tulangan yang dipakai D8-300 D8-100 D8-125 D8-300 D8-300 D8-300
As pakai (mm
2
) 167.47 502.40 401.92 167.47 167.47 167.47
Pelat At ap 250 x 250
Lokasi p enulangan
Jalur Kolom Jalur Tengah
5.3 Perancangan Struktur Tangga
5.3.1 Data Perancangan
Data perhitungan perancangan tangga :
Panjang anak Tangga = 375 cm
Tinggi Lantai ke Bordes = 200 cm
Tinggi Injakan = 12.5 cm
Lebar Injakan = 20 cm
Tebal Plat dasar Tangga = 15 cm
Tebal Plat Bordes = 20 cm
Jumlah Injakan (n)
= 200 ( 1 ) = 16 anak tangga
12.5
Jumlah tanjakan
= 16 1 = 15 buah
Panjang Plat Tangga
= 20 15 = 300 cm
Kemiringan Tangga
= arc Tan = 200 = 33,7
300
Penulangan Lentur Pelat Tangga
A
s
perlu
=
perlu
b d
x
= 0,0019 1.000 296 = 5,62 cm
2
=
562 mm
2
Jadi dipakai tulangan D8 75
As
pakai
= 628 mm
2
Penulangan Geser Pelat Tangga
Komponen Struktur dibebani beban geser dan
lentur
V
u
: 3.595,77 kg = 35.957,7 N
N
u
: 2.398,75 kg = 23.987,5 N
Pakai sengkang 6 125 mm
Penulangan Susut Pelat Tangga
min
= 0,0018
A
s
perlu
=
min
b d
x
= 0,0018 1.000 296 = 532,8 mm
2
Jadi dipakai tulangan D8 75
A
s
pakai
= 669,87 mm
2
Penulangan Lentur Pelat Bordes
A
s
perlu
=
perlu
b d
x
= 0,0063 1000 156 = 989 mm
2
Jadi dipakai tulangan D8 50
A
s
pakai
= 1.004,8 mm
2
Penulangan Geser Pelat Bordes
Pakai sengkang 6 75 mm
5.4 Perancangan Balok Anak
Menghitung Tulangan Tumpuan
Mu
Tumpuan
= 57.368.000 kNm
Mn
perlu
=
Tumpuan
Mu
= 57.368.000 / 0,8 =
71.710.000 Nmm
Dipakai : d
tulangan
= 16 mm
d
sengkang
= 8 mm
Selimut beton = 40 mm
d
x
= 400 40 8 .16 = 344 mm
Pakai tulangan : 3 D 16 As = 602,88 mm
2
A
s
= A
s
= (536,64) = 268,32 mm
2
Pakai tulangan : 3 D 16 As = 602,88 mm
2
Menghitung Tulangan Lapangan Balok Anak
Pakai tulangan : 3 D 16 As = 602,88 mm
2
A
s
= A
s
= (402,48) = 201,24 mm
2
Pakai tulangan : 3 D 16 As = 602,88 mm
2
Perhitungan Tulangan Geser Balok Anak
Pasang 2 10-150 (daerah tumpuan)
Pasang 2 10-150 (daerah lapangan)
5.5 Perancangan Lift
Data Perancangan
Pada perancangan lift ini meliputi balok
balok yang berkaitan dengan ruang mesin lift,
yaitu terdiri dari balok pemisah sangkar dan
balok penumpu depan. Untuk lift pada bangunan
ini menggunakan lift penumpang yang
diproduksi oleh Young Jin dengan data data
sebagai berikut :
Tipe Lift : Passenger
Merk : Young Jin
Kapasitas : 15 orang ( 1.000 kg )
Kecepatan : 45 m/menit
Lebar pintu ( opening width ) : 900 mm
Dimensi sangkar ( car size )
- Outside : 1.660 1.655 mm
2
- Inside : 1.600 1.500 mm
2
Dimensi ruang luncur ( Hoistway )
- Duplex : 4.200 2.150 mm
2
Dimensi ruang mesin ( Duplex )
4.400 3.850 mm
2
Beban reaksi ruang mesin
R
1
= 5.450 kg
R
2
= 4.300 kg
Penulangan Balok Pemisah Sangkar (50/70)
Penulangan Daerah Lapangan
A
sperlu
=
min
.b.d
x
= 0,0039 500 637 = 1.242,15 mm
2
Tulangan pasang 4 D22 (A
s
= 1.519,76 mm
2
)
A
s
= 0,5 A
s
= 0,5 1.519,76 = 759,88 mm
2
12
Tulangan pasang 2 D22 (A
s
= 759,88 mm
2
)
Penulangan Geser Balok Pemisah Sangkar
Lift 50/70
Tumpuan :
pasang 12 300 mm
Lapangan :
Pasang 12 300 mm
BAB VI
PERANCANGAN STRUKTUR PRIMER
6.1 Umum
Struktur primer memegang peranan
penting dalam kekuatan suatu gedung. Untuk
perancangan struktur primer pada Tugas Akhir
ini ini menggunakan analisa Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK), yaitu sistem
rangka ruang dimana komponen komponen
struktur dan join joinnya menahan gaya gaya
yang bekerja melalui aksi lentur, geser dan
aksial. Dan pendetailannya memenuhi ketentuan
ketentuan pada (2847) Pasal 23.2
s
/
d
23.5.
Struktur primer yang direncanakan yaitu,
1. Balok Induk
2. Kolom
3. Hubungan Balok Kolom
Gambar Momen Envelope Hasil Analisa SAP2000
6.2 Perancangan Balok Induk Eksterior A(1-
2) Lantai 2
b = 400 mm
h = 600 mm
f
c
= 40 MPa
f
y
= 400 MPa
d
tul
= 22 mm
d
sengkang
= 12 mm
d= 40+12 + .22 = 63mm
d
x
= h-d =60063 =537mm
Rencana Penulangan Balok Induk Baris A(1-2),
A(2-3), B(1-2) dan B(2-3) Lantai 2, 5 dan 10
6.2.3 Menghitung Tulangan Tumpuan Kiri
Balok Induk
Eksterior A (1-2) lantai 2
Pada saat terjadi Gempa Timur (dari Kanan)
Saat terjadi Gempa Timur (kanan) pada
tumpuan kiri balok induk akan mengalami
keadaan tarik pada tulangan sisi atas dan
mengalami keadaan tekan pada tulangan sisi
bawah.
Digunakan tulangan tarik rangkap
= a%
pakai
Luas tulangan tarik = A
s1
= A
s
A
s
= b
w
d
x
13
= 2.577,60 mm
2
Dimisalkan tulangan tekan leleh
M
n1
= A
s1
f
y
,
_
w c
y s
b f
f A
d
' 85 . 0 2
1
= 514.585.999 Nmm
M
n2
=M
n
M
n1
= 76.724.001 Nmm
Kontrol apakah tulangan tekan sudah leleh :
-
y x y
c
f d f
d f
600
600 ' ' 85 , 0
1
f
s
=
( )
y
x y
c
f
d f
d f
<
'
' ' 85 . 0
1 600
1
f
s
( ) ' d d
x
76.724.001 Nmm = A
s
211,09
( ) 63 537
A
s
=
( ) 63 537 09 , 211
76.724.001
= 766,81
mm
2
Jadi A
s
= A
s1
+ A
s
= 2.577,60 mm
2
+ 766,81 mm
2
= 3.344,41 mm
2
Pemilihan tulangan :
Sisi tarik pakai tulangan 9D22
(A
s
= 3.419,46mm
2
> 3.344,41mm
2
)
Sisi tekan pakai tulangan 3D22
(A
s
= 1.139,82mm
2
> 766,81 mm
2
)
Dengan cara yang sama beban gempa
dilakukan dari arah barat sehingga,
Pemilihan t ulangan :
Pada sisi tekan (atas) pakai tulangan 3D22
(A
s
= 1.139,82 mm
2
> 591,97 mm
2
)
Pada sisi tarik (bawah) pakai tulangan 8D22
(A
s
= 3.039,52 mm
2
> 2.954,77 mm
2
)
Rekapitulasi tulangan lentur pada tumpuan Barat
Akibat gempa Timur
Tulangan Atas : 9D22 (A
s
= 3.419,46 mm
2
)
Tulangan Bawah : 3D22 (A
s
= 1.139,82 mm
2
)
Akibat gempa Barat
Tulangan Atas : 3D22 (A
s
= 1.139,82 mm
2
)
Tulangan Bawah : 8D22 (A
s
= 3.039,52 mm
2
)
Jadi tulangan yang dipakai adalah yang terbesar
dari kedua arah pembebanan gempa, yaitu :
Luas tulangan atas
= 9 D 22 (A
s
= 3.419,46 mm
2
)
Luas tulangan bawah
= 8 D 22 (A
s
= 3.039,52 mm
2
)
Cek Momen Nominal tulangan terpasang
dalam menahan gempa timur :
Luas tulangan tarik
= 9 D 22 (A
s
= 3.419,46 mm
2
)
Luas tulangan tekan = 8 D 22 (A
s
= 3.039,52
mm
2
)
6.2.4 Menghitung Tulangan Lapangan
Balok Induk Eksterior A (1-2) lantai 2
Mu
lapangan
= 47.812.000 Nmm
Mn
perlu
= Mu
Perlu
/ = 47.812.000 / 0,8 =
59.765.000 Nmm
Kontrol balok T
M
n
= C (d-
1
/
2
a)
Didapatkan
a
1
= 1.069,66 mm
a
2
= 4,34 mm < t = 120 mm (penampang balok
persegi)
R
n
= 0,52 N/mm
2
m = 765 , 11
40 85 , 0
400
' 85 , 0
fc
f
y
perlu
=
fy
Rn m
m
2
1 1
1
= 0,0013 <
min
(= 0,0039)
Maka, untuk perencanaan tulangan dipakai
min
A
s
=
perlu b d
x
= 0,0039 400 537= 837,72 mm
2
Pakai tulangan : 3 D 22 A
s
= 1.139,82 mm
2
Untuk nilai A
s
perlu
diambil
= A
s
= 1.139,82 mm
2
= 569,91 mm
2
Pakai tulangan : 3 D 22 A
s
= 1.139,82 mm
2
Penulangan Balok Induk Eksterior A(1-2) Lantai2
Lokasi Mu Tul rangkap terpasang
Mu analisa
tul rangkap
(kNm) terpasang As (mm) (kNm)
Tumpuan
Barat
-473.05 As1 = 9D22 3419.46 523.27
419.20 As1 = 8D22 3039.52 463.72
Lapangan 47.81 3 D 22 1139.82 189.75
Tumpuan
Timur
-450.26 As1 = 9D22 3419.46 523.27
412.24 As1 = 8D22 3039.52 463.72
6.2.5 Kontrol penulangan balok sesuai
(2847)
Kontrol Kekuatan lentur positif dimuka
kolom 0,5 kuat momen negatif di muka
kolom Sesuai (2847) Pasal 23.3.2.2 ...(OK)
Kontrol tulangan minimal sesuai (2847)
Pasal 23.3.2.1 :
...(OK)
14
Kontrol rasio tulangan ( ) tidak boleh
melebihi 0.025 sesuai (2847) Pasal 23.3.2.1...
(OK)
Kontrol akibat tulangan rangkap ...(OK)
Sesuai (2847) Pasal 23.3.2.2 : di tiap
potongan sepanjang balok tidak boleh ada
kuat momen positif maupun negatif yang
kurang dari kuat momen max =
523,27 = 131 kNm. Dari hasil perhitungan
didapat tiap bagian balok terpasang tulangan
dengan M
u
> 131 kNm.
...(OK)
Sesuai (2847) Pasal 23.5.2.1 Tiap potongan
baik di sisi bawah maupun atas harus ada 2
batang tulangan. Ini dipenuhi oleh tulangan
terpasang melebihi 2 batang
...(OK)
Sesuai (2847) Pasal 23.5.1.4 : bila tulangan
longitudinal menembus HBK, harus d
x
=
521,33mm >20 d
b
=20(22) =440mm. ...(OK)
6.2.9 Penulangan Geser Balok Induk
Eksterior A (1-2) Lt.2
Perhitungan Mpr Tulangan Tumpuan Balok
Eksterior (Ujung) A (1-2) Lt.2
Nam
a
Luas a Mpr Mpr
(mm) (mm) (kNm) (kNm)
As1
3.419,4
6 70,93 Mpr1
817.603.44
7 817,60
As1'
3.039,5
2 69,09 Mpr2
724.569.78
5 724,57
As2
3.419,4
6 72,28 Mpr3
817.675.95
6 817,60
As2'
3.039,5
2 67,42 Mpr4
724.273.55
9 724,57
Sesuai dengan (2847) Pasal 23.3(4)
(Kedua momen ujung harus diperhitungkan
untuk kedua arah, yaitu searah jarum jam dan
berlawanan arah jarum jam).
Pemasangan sengkang di dalam sendi plastis
Berdasarkan (2847) Pasal 23.3.4.2 yang
berbunyi tulangan transversal untuk memikul
geser dengan menganggap V
c
= 0, bila
a. Gaya Geser akibat gempa saja >
0.5 total Gaya Geser...(OK)
b. Gaya aksial tekan < A
g
f
c
/ 20 ...
(OK)
pakai sengkang 2 12 -75
Pemasangan sengkang di luar sendi Plastis
(Lapangan)
pakai sengkang 2 12 200
6.3 Perancangan Kolom
Pada bab ini akan dilakukan
perancangan penulangan memanjang dan geser
pada Kolom Tepi untuk Lantai 2, kemudian
dengan cara yang sama dilakukan penabelan
untuk Kolom Ujung dan Tengah Lantai 2 dan
Kolom Tepi, Ujung dan Tengah pada Lantai 5
dan 10. Dimensi kolom diasumsikan sama untuk
Lantai 1
s
/
d
10 yaitu 800mm 800mm.
Rencana Penulangan Kolom Baris A Lt 2, 5,10
Data Perancangan
f
c
= 40 Mpa
f
y
= 400 Mpa
Diameter tulang memanjang = 25 mm
Diameter tulang sengkang = 14 mm
Penampang kolom = 800 800 mm
2
15
663,71
1.235
Diagram Interaksi Kuat Rencana Kolom Tengah
antara Lantai 1 dan 2
Persyaratan Strong Column Weak Beams
Kuat lentur kolom sesuai (2847) Pasal
23.4.2.2 harus memenuhi :
g e
M M
5
6
(Strong Column Weak Beam)
8 , 0
) 33 , 579 24 , 672 ( kNm kNm
M
g
+
=1.564,46 KNm
Persyaratan Strong Column Weak Beam :
g e
M M
5
6
kNm M kNm M
g e
36 , 877 . 1
5
6
92 , 776 . 3
3.776,92 kNm 1.877,36 kNm ..
(OK)
Memenuhi Persyaratan Strong Column Weak
Beams
Penulangan Geser Kolom
Pengekangan kolom di daerah sendi plastis
Panjang
o
h = 800 mm
1/6
n
= 1/6 (4000 600) = 566,67 mm
500 mm
daerah sendi plastis (
o
) sepanjang 800 mm
Digunakan sengkang 4 16 100 mm (A
v
=
803,84 mm
2
)
Pengekangan kolom di luar daerah sendi plastis
sengkang di luar sendi plastis 4 16 150
(A
v
=769,3mm
2
)
Diagram Interaksi Kuat Rencana Kolom Tengah
dengan fs = 1,25fy dan =1
6.4 Perancangan Hubungan Balok Kolom
(HBK)
Data Perancangan
f
c
' = 40 Mpa
f
y
= 400 Mpa
Dimensi Balok Induk =400mm 600mm
Dimensi Kolom = 800mm
800mm
Disain Hubungan Balok Kolom (HBK) Tepi
A2 Lantai 2
Untuk perhitungan Hubungan Balok
Kolom (HBK) Tepi A2 Lantai 2 ini digunakan
Momen M
pr3
dan M
pr4
pada balok sisi kiri HBK
yaitu Balok Eksterior A (1-2) Lantai 2 dimana
perhitungannya dapat dilihat pada BAB VII
Perancangan Balok Induk Tabel 6.4 Perhitungan
M
pr
Tulangan Tumpuan pada Balok Eksterior A
(1-2) Lt.2 hal 131.
M
pr3
= 817,60 kNm
M
pr4
= 724,57 kNm
Sedangkan untuk balok sisi kanan HBK
digunakan Momen M
pr1
dan M
pr2
pada Balok
Interior A (2-3) Lantai 2 dimana perhitungannya
dapat dilihat pada Lampiran Tabel Perhitungan
M
pr
Tulangan Tumpuan pada Balok Interior A
(2-3) Lt.2.
M
pr1
= 731,56 kNm
M
pr2
= 731,56 kNm
M
u
yang dihasilkan Akibat Pengaruh Gempa
Kanan
M
u
=
2
56 , 731 60 , 817
2
2 3
+
+
pr pr
M M
=774,58 kNm
Analisa Geser dari HBK Tepi A2 Lantai 2
16
1.220
,
_
2
n
u
h
h
M
V
455,64 kN
T
1
= A
s2
1.25 f
y
=1.519,76 kN
T
2
= A
s3
1.25 f
y
= 1.709,73 kN
V
x-x
= T
1
+ T
2
- V
h
= 2.773,85 kN
Berdasarkan (2847) Pasal 23.5.3.1 untuk balok
kolom yang terjepit pada ketiga sisinya
menggunakan rumus :
' 25 , 1
c j
f A Vc
40 800 800 25 , 1 75 , 0
= 3.794,73 kN > V
x-x
= 2.773,85 kN (OK)
BAB VII
PERANCANGAN PONDASI
Analisa Beban pada Pondasi
Dari Spesifikasi Wika Pile
Classification (Daya Dukung Pondasi Dalam
oleh Dr. Ir. Herman Wahjudi) direncanakan
tiang pancang beton dengan :
Diameter: 60 cm
Tebal : 10 cm
Kelas : C
f
c
: 600 kg/cm
2
Allowable axial: 229,50
ton
Bending moment crack:
29,00 t-m
Bending moment
ultimate: 58,00 t-m
Kombinasi IV (D + L + GRsp x) :
P
max
= 123,69 ton (menentukan)
P
min
= 66,66 ton
Dari perhitungan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa yang menentukan adalah
kombinasi IV dengan P
max
= 123,69 ton maka
untuk 1 tiang pancang berlaku beban P
max
=
123,69 ton.
daya Dukung Pondasi Bor :
3
19 , 414
SF
Q
Q
L
ad
= 138,06 t/m
2
(kedalaman 8m)
Q
L
=
ijin
P
= 138,06 1 = 138,06 ton
Jadi Q
L
= 138,06 ton > P
max
= 123,69 ton ..(OK)
P1
x
y
P2
P4 P3
0 . 9 0 1 . 5 0 0 . 9 0
0 . 9 0
1 . 5 0
0 . 9 0
My
Mx
Hy
Hx
0 . 8 0
0 . 8 0
Perletakan Tiang Pancang pada Poer
Perencanaan Poer
Data-data perencanaan :
Dimensi poer (BxL)=3.300 x 3.300 mm
2
Tebal poer ( t ) = 1000 mm
Diameter tulangan utama = 25 mm
Tebal selimut beton = 100 mm
Kontrol Geser Pons Poer
(2847) Pasal 13.12.2.1a
(2847) Pasal 13.12.2.1b
(2847) Pasal 13.12.2.1c
17
.V
c
> V
u
= P
0,75 18.829,16 kN > P = 350.664 kg
1.371.687 kg > P = 350.664 kg
Karena V
c
> V
u
maka hanya digunakan rasio
tulangan minimum = 0,0018 (2847) Pasal
9.12.2.1 maka Luas tulangan terpasang,
x s
d b A
min
= 40 MPa
f
y
= 400 MPa
Selimut Beton = 40 mm
Tulangan utama = 22 mm
Tulangan sengkang = 12 mm
Tinggi efektif (d) = 600 (40 + 12 + .
19) = 538,5 mm
P
u kolom
= 350,66 ton (P hasil Kombinasi
IV Tabel 10.2)
P
u
= 10% P
u kolom
= 10% 350.660 kg
= 35.066 kg = 350.660 N
Diagram Interaksi Sloof
Dari diagram interaksi dengan bantuan
PCACOL didapat = 1,183 %
Dipasang Tulangan 10 D 19 ( As = 2840 mm
2
)
BAB VIII
18
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan hasil analisa
yang telah dilakukan dalam penyusunan Tugas
Akhir ini dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1.Dengan berdasarkan Gaya gaya dalam yang
terjadi setelah dilakukan analisa struktur
dengan bantuan program SAP 2000 maka
dapat disimpulkan bahwa struktur gedung ini
dominan terhadap gaya gaya gempa yang
dihasilkan oleh beban dinamik.
2.Di dalam suatu perencanaaan perlu
berpedoman pada peraturan yang ada sesuai
dengan tempat berlakunya peraturan tersebut.
Dalam hal ini peraturan yang digunakan
adalah SNI 03 2847 2002 mengenai
peraturan umum pada perencanaan struktur
dan SNI 03 1726 2002 mengenai tata cara
ketahanan gempa untuk bangunan gedung.
Kedua peraturan tersebut merupakan peraturan
baru di Indonesia.
3.Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
dirancang dengan menggunakan konsep
Strong Column Weak Beam yang merancang
kolom sedemikian rupa agar bangunan dapat
berespon terhadap beban gempa dengan
mengembangkan mekanisme sendi plastis
pada balokbaloknya dan dasar kolom.
4.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan struktur gedung dengan sistem
SRPMK adalah : Detailing pada balok, kolom
dan Hubungan balok kolom.
5. Dari hasil analisa struktur dan perhitungan
penulangan elemen struktur didapatkan data
data perencanaan sebagai berikut :
A. Struktur atas dengan menggunakan beton
bertulang dengan
dimensi sebagai berikut:
Mutu Beton : 40 MPa
Mutu Baja : 400 Mpa
Tebal Pelat Atap : 12 cm
Tebal Pelat Lantai : 12 cm
Jumlah Lantai : 10 Lantai
Ketinggian Tiap Lantai : 4 meter
Tinggi Gedung + Atap : 40 meter
Dimensi Kolom : 80 80 cm
2
Dimensi Balok Induk : 40 60 cm
2
Dimensi Balok Anak : 30 40 cm
2
Wilayah Gempa : Zona 6
B. Struktur bawah direncanakan dengan tiang
pancang dengan diameter 60 cm, dan
Sloof dengan dimensi 40 60 cm.
8.2 Saran
Perlu dilakukan studi lebih lanjut dan
mendalam untuk mendapatkan hasil
perbandingan yang lebih baik dengan
mempertimbangkan aspek teknis, nilai ekonomis
dan estetika, sehingga hasil dari perbandingan
yang telah dilakukan akan menjadi semakin
lengkap.
Tanpa mengurangi aspek teknis
(kekuatan), nilai ekonomis dapat ditekan dengan
memperhatikan perbandingan prosentase antara
luas penampang beton dengan luas penampang
tulangan terpasang (
maks
> >
min
). Apabila
syarat prosentase belum dipenuhi maka perlu
adanya perbaikan pada saat preliminary design.
Untuk pelat atap dan lantai dapat
dilakukan pengurangan tebal pelat dengan tanpa
mengurangi aspek kekuatan, karena dengan
didukung oleh adanya balok anak hal ini dapat
mengurangi ketebalan pelat atap dan lantai.
19