You are on page 1of 6

Misteri Trinitas

Oleh Daniel Kaunang & Nugroho Widi

Maksud dan Tujuan

Konsep Trinitas memberi kita gambaran, kesadaran dan pemahaman yang evolusioner
(selalu akan berkembang) akan hubungan dan fungsi kita sebagai pribadi dengan
Tuhan melalui kombinasinya dalam Tuhan Rangkap Tujuh (God The Sevenfold).
Trinitas merupakan realitas transenden, yang seperti pada konsep I AM maupun Tujuh
Absolut, tidak akan mampu kita pahami tanpa memperluas kerangka berpikir kita
terlebih dahulu. Ringkasan ini setidaknya bertujuan untuk menguak gambaran awal
mengenai misteri Trinitas.

Karakteristik

Trinitas merupakan 3 manifestasi plural Ketuhanan dari 7 Absolutes (Seven Absolutes


of Infinity).

Ke tujuh Absolutes merupakan gambaran atau cakupan realitas total dan kualitas
potensial karakteristik dari I AM sbb:

1. Sumber dan Pusat yang Pertama - Bapa Universal


2. Sumber dan Pusat yang Kedua - Anak Kekal
3. Sumber dan Pusat yang Ketiga - Roh Infinit
4. Surga - sumber dari seluruh energi dan kendali gravitasi semesta
5. Ketuhanan Absolut - sumber dari potensi kausal dan kepribadian semesta
6. Absolut Keseluruhan - sumber dari statik-reaktif dan potensi
kapasitas infinit
7. Absolut Tanpa Batas - sumber dari integrasi dan kesatuan semesta

Empat perwujudan dari Tujuh Absolutes merupakan fondasi dasar alam semesta yang
kita lihat ini, yaitu:
1. Kepribadian
2. Roh
3. Pikiran
4. Energi/Materi

Dan hanya ada 3 pusat utama yang memiliki kepribadian, merupakan


OKNUM/Pribadi, yang dapat dihubungi oleh oknum lain, termasuk kita manusia,
karenanya disebut Tri-nitas, atau istilahnya Trinitas Sorgawi.

Sorga/Paradise yang adalah pusat semua materi, tidak memiliki personality. Tetapi
Sorga mengontrol energi dan materi melalui efek gravitasi.

Takdir agung setiap pribadi yaitu (dengan kehendaknya) kembali kepada Sumber dari
Segala Kepribadian (Bapa Universal). Untuk tujuan itu, manusia dapat mencapai ke
hadirat Sumber Pertama melalui tujuh tingkatan atau tangga spiritual yang disebut
sebagai Tuhan Rangkap Tujuh (God The Sevenfold), disebutkan secara berurut mulai
dari pencapaian pertama:

1. Putera Pencipta Surgawi


2. Ancients of Days
3. Tujuh Roh Master
4. Supreme Being
5. Roh Infinit
6. Anak Kekal
7. Bapa Universal

Kronologi

Kita hidup di dalam realitas yang memiliki awal dan akhir, lalu bagaimana kita dapat
memulai utk membayangkan sesuatu yang tidak berawal dan tidak berakhir?

Kita mencoba membayangkan kekosongan. Tak berawal, tak berakhir, kekal, tak
terbatas, tak terdefinisikan. Disini kita mencoba mencari hubungan antara manusia
dengan Semua Yang Tak Terdefinisi.

Hubungan memerlukan kepribadian antara satu dengan lainnya. Hal ini yang menjadi
teori atau konsep personalitas awal, AKU ADA (I AM), dengan segala atributnya,
tiada awal, tiada akhir, tak terbatas, belum terdefinisikan.

"Suatu hari" I AM berkehendak, untuk keluar dari ketidak terbatasan dan


ketidakterdefinisiannya itu. Keluar dari ketiadaan. Dengan kehendak (free will) awal
ini, I AM menjadi Sumber Pertama dan Ayah dari seluruh kepribadian yang
diwujudkan (mirror) sebagai Sumber Kedua, disebut sebagai Anak. Sumber Kedua
memiliki sifat Kekal dan menjadi sumber dari aspek spiritual.

Pada saat yang sama, manifestasi Sumber Kedua (Pribadi) itu mencetuskan dualitas,
yaitu dengan perwujudan non-pribadi, Surga, yang menjadi Sumber dari aspek
energi/material/non-pribadi.

Bersamaan itu pula, sifat dan hubungan yang terjadi dalam gabungan Pribadi Pertama
dan Kedua, melahirkan pribadi ketiga yang disebut sebagai Aktor Gabungan
(Conjoint Actor).

Sumber Pertama adalah pribadi-ayah yang tak terbatas, sumber dari seluruh
kepribadian.
Sumber Kedua adalah pribadi-absolut yang tak terhingga, perwujudan sempurna dari
pribadi Tuhan.
Sumber Ketiga merupakan pribadi-gabungan, konsekuensi pribadi unik dari gabungan
Ayah-Anak.

Keempatnya itu punya gaya tarik gravitasi masing-masing, merupakan 4 sistem dasar
yang terpisah dan beroperasi masing-masing. Ini beberapa caranya:
a. Bapa itu mengendalikan network kepribadian, dimana kita bisa menyembah dan
merasakan kasihNya mengalir.
b. Anak itu bisa kita rasakan melalui network spirit, dengan cara kita bisa berdoa dan
mendapatkan jawaban,
c. Roh Infinit itu bisa kita kontak melalui network mind, misalnya melalui seni,
pikiran dan kecerdasan, dan
d. badan kita tanpa kecuali dikendalikan oleh gravitasi Sorga.

Tetapi kalau satu tidak ada, maka tidak ada alam seperti yg kita lihat ini.

Jika tidak ada Kepribadian, maka tidak ada saya dan Anda yang bisa dikenali.
Manusia dan malaikat itu semua diberi kepribadian, tiap orang berbeda, masing-
masing adalah unik.

Jika Roh tidak ada, maka semuanya akan mati, sebab roh itu yang memberi "hidup".
Jika Pikiran tidak ada, tidak ada iptek dan kecerdasan.
Jika Sorga tidak ada, maka tidak ada energi dan materi.

Dan keempatnya itu adalah perwujudan dari Tuhan yang Satu. Artinya materi dan
manusia, kita semua pun pada intinya adalah bagian dari perwujudan Dia yang satu
itu.

Untuk manajemen alam semesta, dari tiga itu berkembang menjadi 7 perwujudan lagi,
sebagaimana disebutkan sebelumnya di atas, lalu makin ke bawah makin luas lagi, dll
dst sampai menjangkau manusia.
Penggambaran

Untuk memperjelas konseptualisasi dalam kerangka pikiran kita, Trinitas dapat


dianalogikan dengan cahaya.

“I AM”

Perlambat revolusinya hingga muncul tiga warna primer.

Ana
Bapa
k

Roh

Hakikat tiga sebagai satu (Trinitas) dan di dalam satu (Tritunggal):

Dan tujuh kombinasi maksimum dalam God The Sevenfold:


Sejarah Perkembangan

Sebelum manusia mulai dapat memahami realitas trinitas dalam kehidupan, konsep
ini ditanamkan dan diajarkan melalui wahyu-wahyu. Namun ajaran ini bukanlah
diturunkan tanpa kendala, terutama dikarenakan tingkat persepsi dan kapasitas
pemahaman manusia yang belum dapat menerima.
Wahyu pertama yang mengarah kepada pemahaman Trinitas diturunkan oleh para staf
Caligastia, sekitar 1/2 juta tahun yang lalu. Konsep Trinitas ini hilang sama sekali
dalam kurun waktu pemberontakan Lucifer.

Trinitas, untuk kedua kalinya dibawakan oleh Adam dan Hawa selama kehidupannya
di Taman Eden Pertama dan Kedua. Ajaran ini tidak seluruhnya hilang bersamaan
dengan runtuhnya Taman Eden, bahkan dalam masa turunnya Melchizedek sekitar 35
ribu tahun sesudahnya. Trinitas bertahan dalam konsep Trinitas kaum Sethite di
Mesopotamia, Mesir dan khususnya di India, dimana Agni sebagai Dewa Api
berkepala tiga.

Kemudian yang ketiga kali, konsep Trinitas dibawakan oleh Imam Agung
Melchizedek (yang mengurapi Abraham). Doktrin Trinitas ini dilambangkan dengan 3
buah lingkaran konsentris pada plat dada yang dikenakan oleh Imam Agung ini.
Namun, sangat sulit mengajarkan Bapa Universal, Anak Eternal dan Roh Infinit pada
masyarakat bedouin Palestina. Kebanyakan muridnya menyangka bahwa Trinitas
terdiri dari tiga Yang Tertinggi dari Norlatiadek, sebagian memahami sebagai
Penguasa Sistem, Bapa Konstelasi, dan Pencipta Semesta Lokal. Lebih sedikit lagi
yang menangkap ide yang diasosiasikan dengan Bapa, Putera dan Roh.

Melalui aktivitas para misionaris Salem, ajaran2 Melchizedek tentang Trinitas pelan-
pelan tersebar ke sebagian besar wilayah Eurasia dan Afrika bagian utara. Pada masa
sesudah Melchizedek, membedakan antara tritunggal (tiga dalam satu) dan trinitas
(tiga yang adalah satu) menjadi semakin sulit ketika kedua konsep telah berbaur dan
menyatu.

Di kalangan Hindu konsep trinitarian ini mengambil asal sebagai Keberadaan,


Kecerdasan, dan Kebahagiaan. Kemudian berkembang menjadi Brahma, Siva, dan
Vishnu; Trimurti. Penggambaran Trinitas di India pada awalnya dibawakan oleh para
imam Sethite, konsep selanjutnya diimpor oleh misionaris Salem dan dikembangkan
oleh para intelektual penduduk asli India melalui penggabungan doktrin trinitas
dengan konsep evolusioner tritunggal.

Agama Buddha mengembangkan dua doktrin yang pada dasarnya bersifat trinitas.
Yang pertama adalah Guru(Buddha), Hukum(Dhamma), dan Persaudaraan(Sangha);
TriRatna, dibawakan oleh Siddharta Gautama. Ide selanjutnya berkembang diantara
pengikut2 Buddha di wilayah utara, merangkul pemahaman Raja Tertinggi, Roh
Kudus, dan Penjelmaan Juruselamat.

Konsep2 yang terkandung dalam Hindu dan Buddha benar2 merupakan dalil trinitas,
yaitu, suatu pemahaman akan manifestasi kelipatan tiga dari Tuhan yang monoteistik.
Konsep trinitas yang sejati tidak hanya sekedar kelompok tiga tuhan yang berbeda.
Bangsa Ibrani mengetahui tentang Trinitas dari tradisi2 Kenite jaman Melchizedek,
namun semangat monoteistik mereka akan satu Tuhan memudarkan seluruh ajaran2
tentang trinitas, hingga pada masa munculnya Yesus, doktrin Elohim ini telah dihapus
dari teologi Yahudi. Pemikiran Yahudi tidak lagi mau merekonsiliasikan konsep
trinitarian dengan kepercayaan monoteistik pada Satu Raja, Tuhan bangsa Israel.

Islam mengalami pergolakan yang sama. Dlm sejarahnya Muhammad lebih banyak
dihadapkan pada politeisme yang dianut suku Quraisy. Pada awalnya Muhammad
dianggap menerima dewi2 al Latta al Uzza, dan al Manat sbg anak2 perempuan Allah.
Namun kemudian turunnya wahyu sebagaimana dalam Surat An Najm (53:19-26)
membuat suku Quraisy marah, dan terjadilah konflik berkepanjangan. Dari konflik
tersebut akhirnya tercetuslah beberapa ayat seperti

"Katakan: Dialah Tuhan, Satu-satunya Tuhan Tempat berlindung selamanya,


tidak beranak atau diperanakkan dan tidak ada yg menyamai-Nya", dan
"untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku."

Juga dari pengenalan dengan para Ahli Kitab (Yahudi-Nasrani) yang menyembah
Yeshua sebagai Anak Allah dan Maryam Ibu Allah, ditentang karena dipahami
sebagai Triteisme (tiga tuhan) yang terdiri dari Allah, Yeshua, dan Maryam.

Dus menjadi sangat sulit bagi timbulnya gerakan monoteisme untuk dapat
mentoleransi trinitarianisme terutama ketika mereka sedang dihadapkan dengan
politeisme. Gagasan trinitas paling dapat digapai oleh agama2 yang memiliki tradisi
monoteistik yang kuat bersama dengan doktrin yang elastis/dinamis. Dua agama
monoteis terbesar, Yahudi dan Islam, terbentur pada kesulitan membedakan antara
menyembah 3 tuhan (politeisme) dan trinitarianisme, menyembah satu Tuhan yang
ada dalam 3 manifestasi ilahi dan personalitas.

Yeshua mengajarkan para rasulnya ketiga pribadi Trinitas, namun mereka pikir dia
berbicara secara metaforik. Ajaran monoteisme Ibrani membuat para rasul sulit
menerima konsep yang tampak seperti bertentangan dengan konsep Yahweh yang
mendominasi kepercayaan mereka. Prasangka ini juga diwariskan kepada Kekristenan
awal.

Trinitas pertama kali diproklamirkan dalam Kekristenan di Antiokh sebagai Triad


yang terdiri atas Tuhan, FirmanNya, dan KebijaksanaanNya (dicetuskan oleh
Theophillus).

Paulus mengetahui Trinitas sebagai Bapa, Anak, dan Roh, walaupun hanya sedikit
menyebutkan dalam kotbah-kotbahnya. Namun Paulus keliru menempatkan Yeshua,
Putera Pencipta semesta lokal, dengan Pribadi Kedua Trinitas, Anak Kekal. Sehingga
kemudian konsep Trinitas yang berkembang dalam Kristen menjadi terdiri atas Bapa
Universal, Yeshua Sang Putera Pencipta, dan Roh Kudus (Roh Ibu atau Roh Kreatif
semesta lokal).

***
[r.1.3]
http://airkehidupan.ca-net.com

You might also like