You are on page 1of 11

ASUHAN kEPERAWATAN SAWAT DARURAT

PADA ANAk TENSSELAM







DISUSUN OLEH kEL, II:
Ayuruhuyu
iIIy Armundo
EIIis
Fitriunti S,Dg, udgo
Susuntri
Pugi Ruhuyu
Iru futmusuri
Cici cIuudiu
NicoIuus

SEkOLAH TINSSI ILMU kESEHATAN PROSRAM STUDI ILMU
kEPERAWATAN
Z011
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertolongan pertama dalam kegawatdaruratan merupakan pertolongan secara cepat dan
bersiIat sementara waktu yang diberikan pada seseorang yang menderita luka atau terserang
penyakit mendadak. Pertolongan ini menggunakan Iasilitas dan peralatan yang tersedia pada
saat itu dan di tempat yang dibutuhkan.
Pada korban dengan kasus tenggelam pertolongan pertama merupakan tindakan wajib yang
harus dilakukan segera mengingat pada kondisi tenggelam seseorang akan kehilangan pola
naIas yang adekuat karena dalam hitungan jam korban tenggelam akan mengalami
hipoksemia, yang selanjutnya akan mengalami anoksia susunan syaraI pusat, hingga terjadi
kegagalan resusitasi dan jika tidak segera diberikan pertolongan akan menimbulkan kematian
dalam 24 jam setelah kejadian.
Dalam hal ini, maka pertolongan kegawatdaruratan dengan pasien tenggelam harus dilakukan
secara cepat dan tepat untuk menghindari terjadinya kolaps pada alveolus, lobus atas atau unit
paru yang lebih besar. Penatalaksanaan tindakan kegawatdaruratan ini tentunya harus
dilakukan secara benar dengan tujuan untuk mencegah kondisi korban lebih buruk,
mempertahankan hidup serta untuk peningkatan pemulihan.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang konsep tenggelam !
2. Jelaskan kegawatdaruratan pada korban tenggelam !
3. Bagaimana penanganan pertama korban tenggelam ?
4. Bagaimana penanganan klinis dan asuhan keperawatan pada korban tenggelam ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami penanganan pencegahan kematian dan cacat pada pasien
gawat darurat khususnya korban tenggelam hingga dapat hidup dan berIungsi kembali dalam
masyarakat.
2. Mahasiswa mampu memahami penanggulangan korban dalam keadaan terdesak dan
dalam waktu singkat.

D. ManIaat
1. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien gawat darurat
khususnya korban tenggelam
2. Mahasiswa mampu melakukan penanganan kegawatdaruratan baik pra RS maupu
setelah di rumas sakit























BAB II
PEMBAHASAN

Drawning ( Tenggelam )
a. DeIinisi
Tenggelam ( Drawning ) adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi cairan ke
dalam pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan.

b. Etiologi
a. Terganggunya kemampuan Iisik akibat pengaruh obat-obatan
b. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan
c. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang


c. ManiIestasi Klinik
a. Koma
b. Peningkatan edema paru
c. Kolaps sirkulasi
d. Hipoksemia
e. Asidosis
I. Timbulnya hiperkapnia


d. Kondisi Umum dan Faktor Resiko Pada Kejadian Korban Tenggelam
a. Pria lebih beresiko untuk mengalami kejadian tenggelam terutama dengan usia 18-24
tahun
b. Kurang pengawasan terhadap anak terutama yang berusia 5 tahun ke bawah
c. Tidak memakai pelampung ketika menjadi penumpang angkutan air
d. Kondisi air melebihi kemampuan perenang, arus kuat dan air yang sangat dalam
e. Ditenggelamkan dengan paksa oleh orang lain dengan tujuan membunuh,kekerasan
atau permainan di luar batas.


e. Komplikasi
a. EnseIalopati Hipoksik
b. Tenggelam sekunder
c. Pneumonia aspirasi
d. Fibrosis interstisial pulmoner
e. Disritmia ventricular
I. Gagal Ginjal
g. Nekrosis pancreas
h. InIeksi

I. KlasiIikasi Tenggelam
Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban
1) Typical Drawning
Keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban
tenggelam.
2) Atypical Drawning
a. Dry Drowning
Keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam saluran
pernapasan.
b. Immersion Syndrom
Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin ( suhu
20C ) yang menyebabkan terpicunya reIlex vagal yang menyebabkan apneu,
bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan
terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebaral.
c. Submersion oI the Unconscious
Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit jantung khususnya
coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala saat
masuk ke air .
d. Delayed Dead
Keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam setelah
diselamatkan dari suatu episode tenggelam.

Berdasarkan Kondisi Kejadian
1) Tenggelam
Suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak
sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran naIas atas
tepatnya bagian apiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan
saluran naIas menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang
sangat sedikit.
2) Hampir Tenggelam
Suatu keadaan dimana penderita masih bernaIas dan membatukkan air keluar.






egawatdaruratan Pada 4rban Tenggelam
1. Perubahan Pada Paru-Paru
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90 korban tenggelam dan 80 90 pada korban
hamper tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat mempengaruhi perjalanan klinis
penderita, isi lambung, organism pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan asing lain dapat
member cedera pada paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan naIas.
2. Perubahan Pada Kardiovaskuler
Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan bradikardi berat. Bradikardi
dapat timbul karena reIleks Iisiologis saat berenang di air dingin atau karena hipoksia.
Perubahan pada Iungsi kardiovaskuler yang terjadi pada hampir tenggelam sebagian besar
akibat perubahan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) dan gangguan keseimbangan asam-
basa.
3. Perubahan Pada Susunan SaraI Pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ tetapi penyebab
kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak dapat berlanjut
akibat hipotensi, hipoksia, reperIusi dan peningkatan tekanan intra kranial akibat edema
serebral.Kesadaran korban yang tenggelam dapat mengalami penurunan. Biasanya penurunan
kesadaran terjadi 2 3 menit setelah apnoe dan hipoksia. Kerusakan otak irreversibel mulai
terjadi 4 10 menit setelah anoksia dan Iungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah
8 10 menit anoksia. Penderita yang tetap koma selama selang waktu tertentu tapi kemudian
bangun dalam
4. Perubahan Pada Ginjal
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi biasanya tidak
menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria, hemoglobonuria, oliguria dan anuria.
Kerusakan ginjal progresiI akan mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat terjadinya
hipoksia berat, asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal.
5. Perubahan Cairan dan Elektrolit
Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi selalu menelan
banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena yang diberikan selama
resusitasi dapat menimbulkan perubahan keadaan cairan dan elektrolit. Aspirasi air laut dapat
menimbulkan perubahan elektrolit dan perubahancairan karena tingginya kadar Na dan
Osmolaritasnya. Hipernatremia dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut yang
banyak. Sedangkan aspirasi air tawar yang banyak dapat mengakibatkan hipervolemia dan
hipernatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena kerusakan jaringan akibat hipoksia yang
luas.


Penanganan Pertama Pada 4rban Tenggelam
1. Prinsip pertolongan di air :
1) Raih ( dengan atau tanpa alat ).
2) Lempar ( alat apung ).
3) Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
4) Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).

2. Penanganan Korban
a. Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
b. Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi kepala, leher
dan tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan untuk menggunakan
papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan pasanglah sebelum menaikan
penderita ke darat.
c. Buka jalan naIas penderita, periksa naIas. Bila tidak ada maka upayakan untuk
memberikan naIas awal secepat mungkin dan berikan bantuan naIas sepanjang
perjalanan.
d. Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
e. Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
I. Berikan oksigen bila ada sesuai protokol.
g. Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
h. Lakukan pemeriksaan Iisik, rawat cedera yang ada.
i. Segera bawa ke Iasilitas kesehatan.

D Penanganan linik dan 8uhan eperawatan Pada 4rban Tenggelam
1. Penanganan Klinik
Tersedianya sarana bantuan hidup dasar dan lanjutan ditempat kejadian merupakan hal
yang sangat penting karena beratnya cedera pada sistem saraI pusat tidak dapat dikaji dengan
cermat pada saat pertolongan diberikan. Pastikan keadekuatan jalan napas, pernapasan dan
Sirkulasi. Cedera lain juga harus dipertimbangkan dan perlu tidaknya hospitalisasi ditentukan
berdasarkan
keparahan kejadian dan evaluasi klinis. Pasien dengan gejala respiratori, penurunan saturasi
oksigen dan perubahan tingkat kesadaran perlu untuk dihospitalisasi. perhatian harus
diIokuskan pada oksigenasi, ventilasi, dan Iungsi jantung. Melindungi sistem saraI pusat dan
mengurangi edema serebri merupakan hal yang sangat penting dan berhubungan langsung
dengan hasil akhir.




2. Asuhan Keperawatan Pada Korban Tenggelam
a. Pengkajian
1) Kaji adanya respirasi spontan
2) Kaji tingkat kesadaran
3) Kaji suhu inti tubuh

b. Diagnosa Keperawatan
1)Gangguan pertukaran gas
2)Bersihan jalan naIas tidak eIektiI
3)Perubahan perIusi jaringan otak
4)Pola naIas tidak eIektiI
5)Penurunan curah jantung
6) Kelebihan volume cairan
7)Resiko tinggi cedera
8)Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

c. Intervensi Keperawatan
1)Buat dan pertahankan jalan napas yang paten.
a. Hisap dan jalan napas seperlunya
b. Pasang selang nasogastrik (untuk mencegah aspirasi muntahan)
2) Pantau dan catat respons anak terhadap terapi oksigen
a. Lakukan pengkajian pernapasan (Irekuensinya tergantung pada keadaan)
b. Pantau penggunaan ventilator dan alat respirasi lainnya.
c. Pantau tekanan vena sentral (CVP) dan jalur arteri
d. Pantau penggunaan pernapasan tekanan positiI intermiten (IPPB) atau
tekanan akhir ekspiratori posisti (PEEP)
3) Pantau dan catat tingkat Iungsi neurologik anak
a. Lakukan pengkajian neurologik (Irekuensinya tergantung status)
b. Observasi dan catat tanda-tanda TIK (letargi,peningkatan tekanan darah,
penurunan Irekuensi napas, peningkatan denyut apeks, pupil dilatasi)
4) Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan
a. Catat asupan dan haluaran
b. Jaga kepatenan dan lakukan perawatan kateter Foley
c. Pertahankan restriksi cairan dengan adanya edema serebri
5) Pantau dan pertahankan pengaturan suhu homeostatik (penurunan dan
kebutuhan oksigen)
a. Pantau suhu
b. Sediakan kasur pendingin (mencegah menggigil)
c. Berikan antipiretik
6) Berikan dan pertahankan asupan nutrisi yang adekuat
a. Kaji kemampuan anak untuk mendapatkan asupan nutrisi melalui selang
nasogastrik atau oral (NG po)
b. Kaji kapasitas anak untuk mentolerir makanan melalui selang nasogastrik
atau per-oral ( periksa adanya sisa dan muntah )
c. Naikkan jumlah dan jenis asupan nutrisi
7) Observasi dan catat tanda-tanda komplikasi
a. Pantau respons anak terhadap tata cara terapi Iisik
b. Pantau respons terapeutik anak dan eIek samping dari pengobatan









BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kegawatdaruratan pada korban tenggelam terkait erat dengan masalah pernapasan dan
kardiovaskuler yang penanganannya memerlukan penyokong kehidupan jantung dasar
dengan menunjang respirasi dan sirkulasi korban dari luar melalui resusitasi, dan mencegah
insuIisiensi
B. Saran
Penanganan kegawatdaruratan korban tenggelam sebaiknya memastikan terlebih dahulu
kesadaran, system pernapasan, denyut nadi, dan proses observasi dan interaksi yang konstan
dengan korban.


















DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.EGC. Jakarta.
Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
Hudak, Gall0. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik.Ed.VI. Vol.I. EGC. Jakarta.

You might also like