Foto: surya/adrianus. GraIis: surya/rendra $&#B [ $&# - Pencemaran sungai di Surabaya dan sekitarnya sudah demikian parah. Bahkan, yang ditemukan di sepanjang Kali Brantas, termasuk Kali Surabaya, sangat mengejutkan, yaitu mulai dari berkurangnya jenis ikan, ikan bibir sumbing hingga perubahan jenis kelamin gara-gara tercemar pil KB (keluarga berencana). Keanehan-keanehan itu ditemukan dalam sensus ikan Kali Brantas yang dilakukan, Selasa (12/7), yang digalang Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) dan Jasa Tirta II. Sensus yang dilakukan sejak, Kamis (7/7), dilakukan dengan menelusuri Kali Brantas di Mlirip, Mojokerto hingga riyorejo Gresik dan Gunungsari Surabaya. Sensus dilakukan dengan cara menebar jala di sekitar kali. Kemudian ikan hasil tangkapan itu diamati. Secara khusus, Surya juga ikut mengamati penelitian Ecoton di Kali Surabaya, Selasa (12/7), sejak pukul 07.00 WIB. itemani 10 nelayan dan peneliti Andreas Agus Kristanto yang menjabat sebagai supervisor Riset and Education Progam Ecoton, ditemukan banyak hal penting ketika menyusuri sungai dari jembatan rolak hingga daerah Gayungsari. Menurut Andreas, daerah ini merupakan daerah hilir dari Kali Surabaya. Hasilnya, dibandingkan penelitan 2009, di lokasi yang sama hasilnya jauh berbeda. 'ulu kami menebar 10 kali jala, hasil tangkapan banyak, sekarang 10 kali bisa tak dapat hasil, tutur Andreas di perahu. Temuan ini di antaranya adalah pertumbuhan ikan yang mulai tak proporsional. Menurut Andreas, ikan tangkapan kali ini bentuk dan berat tubuhnya cenderung berubah-ubah. Bahkan ada ikan yang bibirnya sumbing. 'Untuk ikan-ikan khas seperti papar, wader merah dan putih seharusnya bibir kanan dan kiri sama. Namun beberapa ikan jenis ini tidak, tutur Andreas di lokasi. Tak hanya itu, banyak ikan yang disensus kali ini, warnanya semakin menguning. Perubahan warna ikan bisa disebabkan karena berbagai Iaktor, seperti limbah, kekeruhan air kali dan makanan ikan itu sendiri. 'Yang paling nyata, saat ini hanya 11 jenis ikan yang ditemukan di sekitar sini, padahal 2009 ada 26 jenis, tutur Andreas. Ke-11 jenis ekor yang ditemukan Ecoton kali ini adalah ikan jendil, rengkik, keting, papar, wader merah, wader putih, muntu, murai ganting, nila dan sapu-sapu. Menurut Andreas, populasi ikan juga menurun. Penurunan jenis ikan yang hidup di Kali Surabaya ini tentu mengejutkan. Andreas menerangkan, penurunan jenis ikan berkaitan dengan kondisi lingkungan di daerah sekitar. 'Misalnya, ada limbah, orang buang kotoran, dan sebagainya, kata Andreas. Apa dampak pembuangan kotoran pada ikan? Ternyata dampaknya pada populasi ikan jenis betina. Menurut Andreas, populasi ikan berjenis kelamin betina mendominasi hasil sensus ini. Artinya, semakin banyak manusia yang membuang kotoran ke Kali Surabaya, maka populasi ikan jenis betina semakin besar. 'Sebab kotoran manusia membawa hormon reproduksi, bisa membuat ikan berubah jenis kelamin. Maksudnya, ikan yang seharusnya jantan malah tumbuh menjadi betina, ujar Andreas. Menurut berbagai penelitian, perubahan ini salah satunya disebabkan karena pil KB yang diminum perempuan. Ia menjelaskan, air seni akseptor KB pil mengandung hormon esterogen sintetis yang merupakan komponen utama pil itu. Ketika air seni itu dibuang di Kali Surabaya, maka air kali itu tercemar hormon esterogen sintetis tersebut. Pencemaran itulah yang diduga kuat oleh Andreas telah menyebabkan ikan jantan menjadi betina. Tak jauh dari lokasi, Suprio (42), nelayan di Kali Surabaya membenarkan populasi ikan menurun. Namun ia tak bisa memberikan angka yang pasti. 'Sebab masa tangkapan ikan di sini dimulai pada bulan Januari hingga Juli. Selebihnya adalah masa tunggu ikan, ujar Suprio. Namun sejak beberapa tahun terakhir, jumlah ikan di sini tak begitu besar. Karena itu tak banyak warga yang ingin menjadi nelayan kembali, setelah masa tangkapan tiba. Suprio mengatakan, sejak memutuskan menjadi nelayan, 1982, ada banyak perubahan air yang terjadi di Kali Surabaya. 'Pada tahun itu (1982) jumlah ikan sangat berlimpah, kemudian tahun-tahun berikutnya menurun, tuturnya. Menurut Andreas, penemuan ini membuktikan pencemaran lingkungan di kawasan Kali Brantas mengkhawatirkan. 'Kami bekerja sama dengan Jasa Tirta untuk meneliti kondisi ini. Harapannya, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan tentang pengelolaan Kali Brantas yang lebih baik pada masa depan, tambah Andreas.