You are on page 1of 12

PENGARUH KONFLIK INDONESIA-BELANDA TERHADAP KEBERADAAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA ( NKRI )

Nama Kelompok : -Irsyad -Reza adriansyah -Irfan buhori -M.arif -M.khairul kelas :IX mata pel : IPS Kelompok : 3 (tiga) guru : yanuar spd

kata pengantar
Puji dan syukur panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa

karena berkat limpahan rahmat dan karunianya Sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya " PENGARUH KONFLIK INDONESIA-BELANDA TERHADAP
KEBERADAAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA ( NKRI ) " DALAM PENYUSUNAN MAKALAH INI , PENULIS DAPAT MENDAPATKAN TANTANGAN DAN HAMBATAN TETAPI DENGAN BANTUAN DARI BERBAGAI PIHAK TANTANGAN ITU BISA TERATASI . OLEHNYA ITU , PENULIS MENGUCAPKAN TERIMA KASIH SEBESARBESARNYA KEPADA SEMUA PIHAK YANG MEMBANTU DALAM PENYUSUNAN MAKALAH INI , SEMOGA BANTUANNYA DAPAT BALASANNYA YANG SETIMPAL DARI TUHAN YANG MAHA ESA .

Daftar isi...........................................................................

.....i Bab1 pendahuluan 1.1 latar belakang ............................................................... ..1 1.2tujuan penulisan ............................................................... 2

bab2 pengaruh konflik indonesia-belanda terhadap keberadaan negara kesatuan republik indonesia (NKRI) ..............................3 1.1Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pada Waktu Agresi Militer Belanda Pertama ...............................................4 2.2 Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.................5 2.3 wilayah De facto RI pascakedatangan sekutu dan NICA ........6 2.4 lahirnya pemerintahan darurat republik indonesia (PDRI) .....7 2.5 negara-negara bentukan belanda dan rencana pembentukan Negara Indonesia Serikat .......................................................8

bab3Penutup .......................................................... ..............9

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1TUJUAN PENULISAN sebagai mana yang di uraikan sebelumnya , berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penulisan makalah ini yaitu : 1) unruk mengetahui keberadaan negara kesatuan republik indonesia , pada waktu agresi militer belanda pertama 2) Untuk mengetahui keberadaan negara kesatuan republik indonesia 3)Untuk mengetahui wilayah De Facto Ri Pascakedatangan sekutu dan NICA

BAB 2
PENGARUH KONFLIK INDONESIA-BELANDA TERHADAP KEBERADAAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA ( NKRI )

2.1Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pada Waktu Agresi Militer Belanda Pertama 2.2 Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia 2.3 wilayah De facto RI pascakedatangan sekutu dan NICA 2.4 lahirnya pemerintahan darurat republik indonesia (PDRI) 2.5 negara-negara bentukan belanda dan rencana pembentukan Negara Indonesia Serikat

2.1 Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pada Waktu Agresi Militer Belanda Pertama
Persetujuan Linggajati yang ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947 antara Indonesia-Belanda sebagai upaya mengatasi konflik melalui jalur diplomasi. Akan tetapi, Belanda mengingkari perundingan ini dengan jalan melakukan agresi militer pertama pada tanggal 21 Juli 1947. Tujuan Belanda tidak dapat melakukannya sekaligus, oleh karena itu untuk tahap pertama Belanda harus mencapai sasaran sebagai berikut. - Bidang Politik : Pengepungan ibu kota RI dan penghapusan RI dari peta (menghilangkan de facto RI). - Bidang Ekonomi: perebutan daerah-daerah penghasil bahan makanan (daerah beras di Jawa Barat dan Jawa Timur) dan bahan ekspor (perkebunan di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera serta pertambangan dan perkebunan di Sumatera) - Bidang Militer: Penghancuran TNI.

Jika tahap pertama ini dapat berhasil maka tahap berikutnya adalah meng-hancurkan RI secara total. Ibu kota RI pada waktu itu terkepung sehingga hubungan ke luar sulit dan ekonomi RI mengalami kesulitan karena daerah-daerah penghasil beras jatuh ke tangan Belanda. Akan tetapi untuk menghancurkan TNI mengalami kesulitan sebab TNI menggunakan siasat perang rakyat

semesta dengan bergerilya dan bertahan di desa-desa. Dengan demikian Belanda hanya menguasai dan bergerak di kota-kota besar dan jalan-jalan raya, sedangkan di luar itu masih dikuasai TNI.

Dalam Agresi Militer pertama ini walaupun Belanda berhasil menduduki beberapa daerah kekuasaan RI akan tetapi secara politis Republik Indonesia naik kedudukannya di mata dunia. Negara-negara lain merasa simpati seperti Liga Arab yang sejak 18 November 1946 mengakui kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Arab Saudi yang semula ragu-ragu mengakui kemerdekaan Indonesia kemudian mengakui pula. Agresi militer Belanda terhadap Indonesia mengakibatkan permusuhan negara-negara Arab terhadap Belanda dan menjadi simpati terhadap Indonesia. Dengan demikian dapat menguatkan kedudukan RI terutama di kawasan penting secara politik yaitu Timur Tengah. Dengan adanya agresi militer pertama maka Dewan Keamanan PBB ikut campur tangan dengan membentuk Komisi Tiga Negara. Melalui serangkaian perundingan yakni Perundingan Renville dan Perundingan Kaliurang merupakan upaya untuk mengatasi konflik. Sebagai negara yang cinta damai Indonesia bersedia berunding, namun Belanda menjawab lagi dengan kekerasan yakni melakukan agresinya yang kedua.

2.2 Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia


Pada Waktu Agresi Militer Belanda Kedua Pada tanggal18 Desember 1948, pukul 23.30, Dr. Beel mengumumkan sudah tidak terikat lagi dengan Perundingan Renville. Pada tanggal 19 Desember 1948, pukul 06.00, Belanda melancarkan agresinya yang kedua dengan menggempur ibu kota RI, Yogyakarta. Dalam peristiwa ini pimpinanpimpinan RI ditawan oleh Belanda. Mereka adalah Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, Syahrir (Penasihat Presiden) dan sejumlah menteri termasuk Menteri Luar Negeri Agus Salim. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat di tepi Danau Toba dan Wakil Presiden Moh. Hatta ke Bangka. Presiden Soekarno kemudian dipindahkan ke Bangka. Dengan ditawannya pimpinan-pimpinan negara RI dan jatuhnya Yogyakarta, Dr. Beel menyatakan bahwa Republik Indonesia tidak ada lagi. Belanda mengira bahwa dari segi

militer aksi itu berhasil dengan gemilang. Belanda menyatakan demikian karena akan membentuk Pemerintah Federal. Sementara tanpa keikutsertaan Republik Indonesia. Padahal Republik Indonesia tetap ada dengan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Sebab sebelum pasukan-pasukan Belanda tiba, pemerintah RI mengirimkan telegram kepada Syafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran yang sedang berkunjung ke Sumatera untuk mendirikan Pemerintah Darurat RI (PDRI). Seandainya Syafruddin tidak dapat menjalankan tugas, maka Presiden Soekarno menugaskan kepada Dr. Sudarsono, L.N. Palar, dan Mr. A.A. Maramis yang sedang di New Delhi untuk membentuk Pemerintah Pelarian (Exile Government) di India. Pada tanggal 19 Desember 1948 Syafruddin Prawiranegara berhasil mendirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatera. Sementara itu sampai dengan Januari 1949, Belanda menambah pasukannya ke daerah RI untuk menunjukkan bahwa mereka berkuasa. Akan tetapi kenyataannya Belanda hanya menguasai di kota-kota dan jalan raya dan Pemerintahan RI masih berlangsung sampai di desa-desa. Rakyat dan TNI bersatu berjuang melawan Belanda dengan siasat perang gerilya. TNI di bawah pimpinan Jenderal Sudirman menyusun kekuatan yang kemudian melancarkan serangan terhadap Belanda. Alat-alat perhubungan seperti kawat-kawat telepon diputuskan, jalan-jalan kereta api di rusak, jembatan: dihancurkan agar tidak dapat digunakan Belanda. Jenderal Sudirman walaupun dalam keadaan sakit masih memimpin perjuangan dengan bergerilya di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan menjelajahi daerah-daerah pedesaan, naik gunung turun gunung. Route perjalanan yang ditempuh dari Yogyakarta, Surakarta, Madiun, dan Kediri. Perhatikan route gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman berikut ini! Pada tanggal 23 Desember 1948 Pemerintah Darurat RI di Sumatera mengirimkan perintah Kepada wakil RI di PBB lewat radio yang isinya bahwa pemerintah RI bersedia memerintahkan penghentian tembak menembak dan memasuki meja perundingan. Ketika Belanda tidak mengindahkan Resolusi Dewan Keamanan PBB tanggal 28 Januari 1949 tentang penghentian tembak menembak dan mereka yakin bahwa R1 tinggal namanya, dilancarkanlah Serangan Umum 1 Maret 1949 sebagai bukti bahwa RI masih ada

dan TNI masih kuat. Dalam serangan ini pihak RI berhasil memukul mundur kedudukan Belanda di Yogyakarta selama 6 jam. Dengan kenyataan-kenyataan di atas membuktikan bahwa pada waktu konflik Indonesia-Belanda maka Negara Kesatuan RI tetap ada walaupun pihak Belanda menganggap RI sudah tidak ada.

2.3 wilayah De facto RI pascakedatangan sekutu dan NICA Banga indonesia berusaha sekuat tenaga memperjuangkan pengakuan defacto dan de jure atas negaranya . Namun , cita-cita itu kemudian terganjal oleh kehadiran belanda yang berkeinginan menguasaikembsli indonesia . keadaan itu diperparah oleh kekacauan yang ditimbulkan bangsa indonesia sendiri , Yakni PKI dan DI/TII . Sejak penandatanganan persetujuan linggajati , wilayah defacto hanya terdiri atas sumatera , jawa , dan madura .

Kenyataan Pahit kemudian harus diterima bangsa indonesia setelah belanda melancarkan agresi militer pertamanya . Meskipun pertikaian indonesia-belanda dapat diakhiri , namun hasil perundingan renvile telah membuat wilayah RI semakin sempit dan terkurung pendudukan belanda . wilayah RI hanya terdiri atas hutan belantara sumatera di tambah dengan sebagian kecil pulau jawa . sumatra yang luas itu daerah kayanya telah berada di bawah kendali belanda , yaitu Negara sumatera timur (NST) . sementara itu , wilayah RI di jawa tinggal jogjakarta dan separuh wilayah jawa barat di bagian barat .

2.4 lahirnya pemerintahan darurat republik indonesia (PDRI) pada 19 desember 1948 agresi militer kedua dilancarkan belanda dengan sasaran langsung ditujukan ke ibu kota RI di yogyakata . Presiden , dan beberapa pejabat tinggi lainnya di tawan belanda . sebelumterjadi aksi penangkapan , pemerintah RI melakukan sidang darurat yang salah satu keputusannya adalah memberi mandat kepada menteri kemakmuran . MR. Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintah darurat republik indonesia (PDRI) di sumatera . Mandat tersebut di tandatangani oleh Presiden Dan Wakil Presiden RI . Untuk menjaga kemungkinan gagalnya pembentukan PDRI di sumatera , Mentri luar negeri RI H.agus salim mengirimkan mandat kepada MR.A.A. Maramis , L.N.Palar , dan DR,Sudarso yang sedadng berada di india untukmembentuk pemerintah pengasingan (exile government) di New Delhi , india . MR. Syafruddin Prawiranegara tidak segera mengumumkan terbentuknya PDRI di sumatera . Ia terlebih dahulu ingin memastikan bahwa para pemimpin RI di yogya benar benar di tawan . Setelah mendapat konfirmasi dari Mohammad Rasyid . (residen sumatera barat) tentang penangkapan tersebut , barulah MR. Syafruddin Prawiranegara mengumumkan berdirinya PDRI pada 22 desember yang berkedudukan di bukit tinggi . keberadaan PDRI kemudian di umumkan melalui radio ke seluruh dunia . Ia mengatakan bahwa pemerintah RI tetap ada dan propaganda belanda yang mengatakan bahwa pemeintah RI telah musnah adalah tidak benar .

2.5 negara-negara bentukan belanda dan rencana pembentukan Negara Indonesia Serikat

pada 15 juli 1946 Dr.Hj.Van Mook memprakarsai penyelenggaran konferensi di malino , sulawesi selatan . Konferensi ini di hadiri oleh beberapa utusan daerah yang telah di kuasai belanda . Kenferensi malino membahas pembentukan negara-negara bagian dari suatu negara federal . Berawal dari konferensi tersebut , Van Mook atas nama belanda mulai membentuk " negara-negara boneka " yang tujuannya ingin mengepung dan memperlemah keberadaan republik indonesia. Dengan terbentuknya negara-negara boneka , RI dan negara-negara bagian akan mudah diadu domba oleh belanda. Hal ini merupakan perwujudan politik kolinial belanda , devide et impera . Negara-Negara boneka bentukan belanda terdiri dari 6 negara bagian dan 9 satuan kenegaraan/daerah otonom, yakni sebagai berikut : 1. negara indonesia timur (NIT) 2. negara madura 3. negara pasundan 4. negara sumatera timur (NST) 5. negara sumatera selatan 6. negara jawa timur 7. daerah-daerah otonom (istimewa) yang terdiri atas : kalimantan barat , kalimantan timur , dayak besar , banjar , kalimantan tenggara , bangka , biliton(belitung) , riau kepulawan , dan jawa tengah .

Negara-Negara boneka bentukan belanda ini menurut rencana akan digabungkan dengan RI sehingga menjadi negara indonesia serikat (NIS).negara yang akan dibentuk itu merupakan negara federal , yaitu negara kesatuan yang terdiri dari negara-negara bagian yang memiliki kebebasan mengurus persoalan di dalam negerinya . Sebelum terbentuknya NIS , belanda menciptakan pemerinta federal yang didukung oleh suatu badan permusyawaratan federal (BFO) . Ketua BFO yang di tunjuk belanda ialah SULTAN HAMID II .

BAB 3 PENUTUP
DEMIKIAN YANG KAMI DAPAT PAPARKAN MENGENAI MATERI YANG MENJADI POKOK BAHASAN DALAM MAKALAH INI , TENTUNYA MASIH BANYAK KELEMAHANNYA DAN KEKURANGANNYA , KARENA TERBATASNYA PENGETAHUAN DAN KURANGNYA PERUJUKAN YANG ADA HUBUNGANNYA DENGAN JUDUL MAKALAH INI.

PENULIS BANYAK BERHARAP PARA PEMBACA YANG BUDIMAN MEMBERIKAN KERITIK DAN SARAN YANG MEMBANGUN KEPADA PENULIS DEMI SEMPURNANYA MAKALAH INI DI KESEMPATANKESEMPATAN BERIKUTNYA . SEMOGA MAKALAH INI BERGUNA BAGI PENULIS PADA KHUSUNYA JUGA PARA PEMBACA YANG BUDIMAN PADA UMUMNYA

You might also like