Professional Documents
Culture Documents
Kelompok V & VI
Definisi
Kwashiorkor ialah gangguan yang
disebabkan oleh kekurangan protein ( Ratna Indrawati, 1994) Kwashiorkor ialah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita). (Ngastiyah, 1995)
Etiologi
faktor sosio-ekonomi-budaya
diare kronik malabsorpsi protein sindrom nefrotik Infeksi menahun
Patofisiologi
defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan kekurangan berbagai asam amino kurangnya produksi albumin oleh hepar edema dan perlemakan hati. transport lemak dari hati ke depot terganggu terjadinya penimbunan lemak dalam hati protein tidak terpenuhi
Gambaran Klinik
Perkiraan Berat Badan (Kg)
1. Lahir 3,25 2. 3-12 bulan (bln + 9) / 2 3. 1-6 tahun (thn x 2) + 8 4. 6-12 tahun {(thn x 7) 5} / 2 (Soetjiningsih, 1998, hal. 20)
2. 4 tahun 2 x TB lahir 3. 6 tahun 1,5 x TB 1 thn 4. 13 tahun 3 x TB lahir 5. Dewasa 3,5 x TB lahir = 2 x TB 2 thn (Soetjiningsih, 1998, hal. 21)
kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut) Kulit kering, bersisik, hiperpigmentasi Pembesaran hati Anemia hipoalbuminemia
Mliputi identitas klien dan keluarga Riwayat Keperawatan Sekarang anak masuk rumah sakit dengan keluhan : gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi
Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama). Riwayat Kesehatan Keluarga Meliputi pengkajian keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
Pengkajian Fisik
Fokus pengkajian pada anak dengan Kwashiorkor : Penurunan ukuran antropometri Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut) wajah seperti orang tua gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal) Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat
Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare. Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat. Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan peningkatan sekresi trakheobronkhial. Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan Rencana Keperawatan
Intervensi keperaawatan
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare (Carpenito, 2000, hal. 645-655). Kaji kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien
sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien
asupan peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare(Carpenito, 2000, hal. 411-419).
infus/sonde/oral sesuai program rehidrasi.. Kaji perkembangan keadaan dehidarasi klien. Hitung balans cairan. Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan volume cairan. Tingkatkan pemahaman keluarga tentang upaya rehidrasi dan peran keluarga dalam pelaksanaan terpi rehidrasi. nilai perkembangan masalah klien.
asupan kalori dan protein yang tidak adekuat (Carpenito, 2000, hal. 448-460). Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet pemulihan. Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala. Tingkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak. Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem pencernaan. Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek motorik, bahasa dan personal/sosial. pertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada.
tempat yang semestinya secara berkala. periksa residu lambung setiap kali sebelum pemberian makan-an/minuman. Tinggikan posisi kepala klien selama dan sampai 1 jam setelah pemberian makanan/minuman. Observasi tanda-tanda aspirasi. Merupakan tindakan preventif, meminimalkan risiko aspirasi. libatkan keluarga penting bagi tindak lanjut perawatan klien. nilai perkembangan masalah klien.
sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan (Carpenito, 2000, hal. 799-801).
berkala. Lakukan pemberian obat mukolitik/ekspektorans sesuai program terapi. Observasi irama, kedalaman dan bunyi napas. Lakukan Fisioterapi dada untuk meningkatkan pelepasan sekret. Lakukan Suction (diperlukan selama fase hipersekresi trakheobronkhial.