You are on page 1of 14

Leukemia Mieloid Akut Gejala dan Pengobatanya

Author: Minez | at : 9:24 AM | Category : Darah, Pengobatan |

DEFINISI Leukemia Mieloid (mielositik, mielogenous, mieloblastik, mielomonositik, LMA) Akut adalah penyakit yang bisa berakibat fatal, dimana mielosit (yang dalam keadaan normal berkembang menjadi granulosit) berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di sumsum tulang. Leukemia ini bisa menyerang segala usia, tetapi paling sering terjadi pada dewasa. Sel-sel leukemik tertimbun di dalam sumsum tulang, menghancurkan dan menggantikan selsel yang menghasilkan sel darah yang normal. Sel kanker ini kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ lainnya, dimana mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri. Mereka bisa membentuk tumor kecil (kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit dan bisa menyebabkan meningitis, anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan organ lainnya. PENYEBAB Pemaparan terhadap radiasi (penyinaran) dosis tinggi dan penggunaan beberapa obat kemoterapi antikanker akan meningkatkan kemungkinan terjadinya LMA. GEJALA Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah yang normal dalam jumlah yang memadai. Gejalanya berupa: lemah sesak nafas infeksi perdarahan demam. Gejala lainnya adalah sakit kepala, muntah, gelisah dan nyeri tulang dan sendi. DIAGNOSA

Hitung jenis darah merupakan bukti pertama bahwa seseorang menderita leukemia. Sel darah putih muda (sel blast) akan terlihat dalam sediaan darah yang diperiksa dibawah mikroskop. Biopsi sumsum tulang hampir selalu dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan menentukan jenis leukemia. PENGOBATAN Tujuan pengobatan adalah menghancurkan semua sel leukemik sehingga penyakit bisa dikendalikan. LMA hanya memberikan respon terhadap obat tertentu dan pengobatan seringkali membuat penderita lebih sakit sebelum mereka membaik. Penderita menjadi lebih sakit karena pengobatan menekan aktivitias sumsum tulang, sehingga jumlah sel darah putih semakin sedikit (terutama granulosit) dan hal ini menyebabkan penderita mudah mengalami infeksi. Mungkin diperlukan transfusi sel darah merah dan trombosit.

Pada kemoterapi awal biasanya diberikan sitarabin (selama 7 hari) dan daunorubisin (selama 3 hari). Kadang diberikan obat tambahan (misalnya tioguanin atau vinkristin) dan prednison. Setelah tercapai remisi, diberikan kemoterapi tambahan (kemoterapi konsolidasi) beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal. Biasanya tidak diperlukan pengobatan untuk otak. Pencangkokan tulang bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.

PROGNOSIS 50-85% penderita LMA memberikan respons yang baik terhadap pengobatan. 20-40% penderita tidak lagi menunjukkan tanda-tanda leukemia dalam waktu 5 tahun setelah pengobatan; angka ini meningkat menjadi 40-50% pada penderita yang menjalani pencangkokan sumsum tulang. Prognosis yang paling buruk ditemukan penderita yang berusia diatas 50 - penderita yang menjalani kemoterapi dan terapi penyinaran untuk penyakit lain. pada: tahun

Leukemia Mieloid Akut on: 03 February 2010, 14:01 Leukemia Mieloid Akut DEFINISI Leukemia Mieloid (mielositik, mielogenous, mieloblastik, mielomonositik, LMA) Akut adalah penyakit yang bisa berakibat fatal, dimana mielosit (yang dalam keadaan normal berkembang menjadi granulosit) berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di sumsum tulang. Leukemia ini bisa menyerang segala usia, tetapi paling sering terjadi pada dewasa. Sel-sel leukemik tertimbun di dalam sumsum tulang, menghancurkan dan menggantikan selsel yang menghasilkan sel darah yang normal. Sel kanker ini kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ lainnya, dimana mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri. Mereka bisa membentuk tumor kecil (kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit dan bisa menyebabkan meningitis, anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan organ lainnya. PENYEBAB Pemaparan terhadap radiasi (penyinaran) dosis tinggi dan penggunaan beberapa obat kemoterapi antikanker akan meningkatkan kemungkinan terjadinya LMA. GEJALA Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah yang normal dalam jumlah yang memadai. Gejalanya berupa: - lemah - sesak nafas - infeksi - perdarahan - demam. Gejala lainnya adalah sakit kepala, muntah, gelisah dan nyeri tulang dan sendi. DIAGNOSA Hitung jenis darah merupakan bukti pertama bahwa seseorang menderita leukemia. Sel darah putih muda (sel blast) akan terlihat dalam sediaan darah yang diperiksa dibawah mikroskop. Biopsi sumsum tulang hampir selalu dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan menentukan jenis leukemia.

PENGOBATAN Tujuan pengobatan adalah menghancurkan semua sel leukemik sehingga penyakit bisa dikendalikan. LMA hanya memberikan respon terhadap obat tertentu dan pengobatan seringkali membuat

penderita lebih sakit sebelum mereka membaik. Penderita menjadi lebih sakit karena pengobatan menekan aktivitias sumsum tulang, sehingga jumlah sel darah putih semakin sedikit (terutama granulosit) dan hal ini menyebabkan penderita mudah mengalami infeksi. Mungkin diperlukan transfusi sel darah merah dan trombosit. Pada kemoterapi awal biasanya diberikan sitarabin (selama 7 hari) dan daunorubisin (selama 3 hari). Kadang diberikan obat tambahan (misalnya tioguanin atau vinkristin) dan prednison. Setelah tercapai remisi, diberikan kemoterapi tambahan (kemoterapi konsolidasi) beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal. Biasanya tidak diperlukan pengobatan untuk otak. Pencangkokan tulang bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.

PROGNOSIS 50-85% penderita LMA memberikan respons yang baik terhadap pengobatan. 20-40% penderita tidak lagi menunjukkan tanda-tanda leukemia dalam waktu 5 tahun setelah pengobatan; angka ini meningkat menjadi 40-50% pada penderita yang menjalani pencangkokan sumsum tulang. Prognosis yang paling buruk ditemukan pada: - penderita yang berusia diatas 50 tahun - penderita yang menjalani kemoterapi dan terapi penyinaran untuk penyakit lain.

Leukemia Mieloid Akut (LMA) DEFINISI

Feb 14, '08 6:57 PM for everyone

leukemia mieloid (mielositik, mielogenous, mieloblastik, mielomonositik, LMA) akut adalah penyakit yang bisa berakibat fatal, dimana mielosit (yang dalam keadaan normal berkembang menjadi granulosit) berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di sumsum tulang. leukemia ini bisa menyerang segala usia, tetapi paling sering terjadi pada dewasa. sel-sel leukemik tertimbun di dalam sumsum tulang, menghancurkan dan menggantikan selsel yang menghasilkan sel darah yang normal. sel kanker ini kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ lainnya,

dimana mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri. mereka bisa membentuk tumor kecil (kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit dan bisa menyebabkan meningitis, anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan organ lainnya. Informasi hanya ada di medicastore.com Prev: Leukemia Limfositik Kronik (LLK)

Blog ini Di-link Dari Sini BlogRoll Web Blog ini

Di-link Dari Sini

BlogRoll

Web

Senin, 19 April 2010

Asuhan Keperawatan syndrom distress pernafasan

SINDROM DISTRES PERNAPASAN (RESPIRATORY DISTRES SYNDROME/RDS)

Definisi Sindrom Distres Pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai hyaline disease (HMD).

Patofisiologi pada bayi dengan RDS, dimana adanya ketidak mampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka. RDS pada bayi yang belum matur menyebabkan gagal pernafasan karma imaturnya dinding dada, parenchyma paru, dan imaturnya indotelium kapiler yang menyebabkan kolaps paru pada akhir ekspirasi

pada bayi dengan RDS disebabkan oleh menurunnya jumlah surfaktan/perubahan kualitatif surfaktan, dengandemikian menimbulkan ketidakmampuan alveoli untuk ekspansi. Terjadinya perubahan tekanan intra- extrathoracic dan menurunnya pertukaran udara Secara alamiah perbaikan mulai setelah 24-48 jam. Sel yang rusak akan diganti. Membran hyaline,berisidebris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam protein nacreous filtrate serum ( saringan serum protein ), dipagosit oleh makrofag. Sel cuboidal menempatkan pada alveolar yang rusak dan epithelium jalan nafas, kemudian terjadi perkembangan sel kapiler baru pada alveolai.Sintesis surfaktan memulai lagi dan kemudian membantu perbaikan alveoli untuk pengembangan.

Garuambaran patofiologi secara jelas dapat pada bagan berikut:

Surfaktan menurun

Compliance (distensibilitas) paru menurun

PO2 menurun

Atelektasis

Usaha nafas meningkat

Metabolisme anaerob

Menurunnya ventilasi

CO2 meningkat Asidosis

Perfusi perifer menurun

Tekanan darah arteri menurun

Vasokontriksi perifer dan pulmual

Aliran darah paru menurun

Surfaktan menurun pulponal Meningkat

Tekanan arteri

Komplikasi Pneumothorax Pneumomediastinum Pulmonary intestinal dysplasia Bronchopulmonary dysplasia (BPD) Patent ductus arteriosus (PDA) Hipotensi Menurunnya pengeluaran urine Asidosis Hiponatremi

Hipernatrium Hipokalemi Hipoglikemi Disseminated intravascular coagulation (DIC) Kejang Intraventricular hemorrhage Retinopathy pada premature Infeksi sekunder

Etiologi

Dihubungkan dengan usia kehamilan. Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram. Sering kali banyak bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram. 20% berkembang dengan bronchopulmonary dysplasia (BPD)

Manifestasi Klinis

Pernafasan cepat (tachynea) Retraksi (takiran) dada (suprastenal, substernal, intercostals) Pernfasan terlahat paradoks Cuping hidung Apnea Murmur Sianosis pusat

Pemeriksaan Diagnostik Foto rontsen Analisa gas darah

Imatur lecithin / sphingomyolin (L / S)

Penatalaksanaan Terapiutik

Pemberian oksigen Pertahankan nutrisi adekuat Pertahankan suhu lingkungan netral

Diit 60 kcal/kg per hari ( sesuaikan dengan protocol yang ada) dengan asam amino yang mrncukupi untuk mencegah katabolisme protein dan ketoasidosis endogenous Pertahankan PO2 dalam batas normal Intubasi bila perlu dengan tekanan ventilasi positif

Penatalaksanaan Perawat

Pengkajian Identifikasi factor risiko Kaji system pernafasan ; tanda dan gejala RDS Kaji system kardiovaskuler ; adanya murmur Kaji sianosis, indikasi kegawatan hypoxia Kaji hasil laboratorium Kaji endotracheal tube (selang intubasi tracea)

Diagnosa 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan imatur paru dan dinding dada atau kurangnya jumlah cairan surfaktan

2. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau pemasangan intubasi tracea yang kurang tepat dan adanya secret pada jalan nafas. 3. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan ketidaksamaan nafas bayi dan ventilator, tidak berfungsinya ventilator, dan posisi bantuan ventilator yang kurang tepat 4. Resiko injury berhubungan dengan ketidakseimbangnya asam basa; O2 dan CO2 barotrauma (perlukaan dinding mukosa) dari alat bantu nafas 5. Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan hopitalisasi sekuunder dari situasi krisis pada bayi 6. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang tanpa disadari (insensible water loss 7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan menelan, motilitas gastric menurun, dan kurangnya penyerapan

Perencanaan 1. Pertukaran gas adekuat yang ditandai dengan nilai analisa gas darah dan saturasi oksigen dalam batas normal 2. Kepatenan jalan nafas dapat dipertahankan yang ditandai dengan bunyi nafas adekuat dan ada pergerakan dinding-dinding dada 3. Support ventilator tepat dan ada usaha bayi untuk bernafas yang ditandai dengan analisa gas darah dalam batas normal 4. Bayi tidak mengalami ketidakseimbangan asam basa dan barotraumas 5. Orang tua bayi akan menerima keadaan anaknya dan mau melakukan bonding dan mengindentifikasi perannya 6. Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan 7. Kebutuhan intake nutrisi dapat dipertahankan

Implementasi 1. Mempertahankan pertukaran gas yang adekuat

Identifikasi bayi mungkin adanya risiko-risiko yang muncul Monitor ststus pernafasan; distress pernafasan dan lapor ke dokter bila terjadi keburukan kondisi pernafasan Monitor analisa gas darah, pulse oximetry Posisikan bayi dengan tepat agar ada upaya bernafas Pertahankan suhu lingkungan netral Mengurangi pegangan Pemberian oksigen sesuai program

2. Meningkatkan kebersihan jalan nafas Kaji daya bayi apakah bunyi nafas bilateral dan adanya ekspansi selsma inspirasi Atur posisi bayi untuk memudahkan drainage Lakukan pengispan lendir (suction) Kaji kepatenan jalan nafas setiap jam Kaji posisiketepatan alat ventilator setiap jam Auskultasi kedua lapang paru

3. Menigkatkan pola nafas efektif Monitor serial analisa gas darah sesuai program Menggunakan alat bantu nafas sesuai instruksi Pantau ventilator tiap hari Berikan lingkungan yang kondusif supaya bayi dapat tidur, gunakan sedative bila perlu sesuai program Kaji adanya usaha bayi dalam bernapas

4. Mencegah injury berhubungan ketidakseimbangan asam-basa;O2 dan CO2 dan barotraumas Evaluasi gas darah untuk melihat fungsi abnomal pernafasan Monitor pulse oximetry

Monitor komplikasi Pantau dan pertahankan ketepatan posisi alat bantu nafas atau ventilator

5. Meningkatkan bonding orang tua bayi Jelaskan semua alat-alat (monitor, ETT, ventilator) pada orang tua Ajarkan orang tua untuk selalu mengunjungi Jika tidak menggunakan oksigen, ajarkan orang tua untuk menyentu bayi, bercakap dan belaian kasih sayang Ajarkan cara orang tua untuk beradaptasi dalam perawatan bayi Instruksikan pada ibu untuk memberikan ASI dan ajarkan cara merangsang pengeluaran ASI

6. Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan

Pertahankan cairan infuse 60 100 ml/kg/hari atau sesuai protocol yang ada Penigkatan pemberian cairan dapat dilihat dari hasil output urine, dan jumlah makanan enteral yang didapat Gunakan infuse pompa supaya dapat dipertahankan Monitor intake dan output urine pada popok Kaji elektrolit ; sodium dan postasium Monitor jumlah cairan infuse yang masuk

7.

Meningkatkan kebutuhan status nutrisi Pasang NGT untuk pemberian minum Evaluasi abdomen; auskultasi Pastikan bahwa selang NGT masuknya tepat pada lambung

Berikan makanan atau minuman melalui NGT secara bertahap Tinggikan kepala anak sedikit pada saat akan minum Pemberian makanan / minuman pada anak secara perlahan-lahan Pantau (residual) sisa makanan atau minuman sebelum pemberian makanan Tempatkan bayi dengan posisi miring kekanan setelah pemberian minum setelah satu jam

You might also like