You are on page 1of 7

BAB I PENDAHULUAN

Agama mempunyai hubungan erat dengan moral. Dalam praktek hidup sehari-hari, motivasi kita yang terpenting dan terkuat bagi perilaku moral adalah agama. Setiap agama mengandung suatu ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya. Ajaran moral dalam suau agama dianggap penting karena ajaran itu berasal dari Tuhan dan mengungkapkan kehendak Tuhan. Dengan kata lain, dasar-dasar adalah Wahyu. Sepuluh perintah Allah, misalnya, disampaikan oleh Yahwe kepada Musa, tergoreslah atas dua batu loh (Kitab Keluaran 31:38). Ajaran moral itu diterima karena alasan keimanan. Namun demikian, nilai-nilai dan norma-norma moral tidak secara eksklusif diterima karena alasan keagamaan. Ada juga alasan-alasan lebih umum untuk menerima aturan-aturan moral dengan alasan-alasan rasional untuk menerima aturan seperti jangan membunuh, jangan berdusta, dan sebagainya. Namun, alasan-alasan rasional untuk nilai-nilai dan norma-norma yang kita pakai perlu digali karena hal tersebut menjadi pegangan bagi perilaku moral kita. Berkata benar berarti sesuatu yang berbeda-beda menurut situasi khusus di mana seseorang berada. Haruslah diperhitungkan perelasian kita pada setiap waktu tertentu. Haruslah dipertanyakan apakah dan dengan cara bagaimana kita berhak menuntut perkataan yang benar dari orang lain.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Memaknai Kejujuran Dalam Kristen Kejujuran merupakan mutiara berharga yang amat menyenangkan hati Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang Kristen yang pola hidupnya tidak sesuai dengan panggilan hidupnya sebagai surat Kristus yang dibaca banyak orang. Banyak orang Kristen yang memakai Kekristenannya hanya sebagai topeng saja. Buktinya? Antara perkataan dan perbuatan tidak selaras. Sering ada orang yang mendorong orang Kristen lainnya untuk berbuat baik, tetapi dia sendiri tidak pernah melakukannya. Dewasa ini, sulit untuk mendapatkan Kristen yang sungguh-sungguh menghidupi Kekristenan sejati. Sebab banyak orang Kristen telah terkontaminasi dengan keadaan dunia ini sehingga melupakan fungsinya sebagai garam dan terang dunia. Dari pernyataan itu, sederhananya dapat dikatakan jangan harapkan orang lain melakukan kehendak Allah sebelum Anda sendiri melakukannya. Jangan bermimpi anak Anda menjadi baik, sebelum Anda sendiri memberi contoh melalui hidup Anda sendiri. Jangan berkhayal anak Anda tidak "brengsek" sebelum Anda sendiri memberi contoh Kristen yang berkenan kepada Allah. Bukankah ini merupakan salah satu ketidak jujuran seseorang terhadap Tuhan dan dirinya sendiri? Menarik memang, seseorang pernah menceritakan kepada saya bahwa dia ingin melakukan kehendak Allah, tetapi kenyataannya berlawanan dengan yang dilakukannya. Dalam hal ini, dia melakukan sikap hidup yang tidak konsisten antara perkataan dan perbuatan. Sikap yang tidak konsisten ini menjadi penghalang bagi anak-anak Tuhan untuk memiliki karakter Kristen sejati. Karakter Kristen sejati tidak datang dengan spontan tetapi harus diawali dengan sikap hidup yang konsekuen dan mengerti apa yang terkandung dalam karakter itu sendiri tanpa memaksakan suatu hal dalam menjalaninya. Mengapa banyak anak Tuhan tidak konsisten dalam hidupnya? Mengapa para pelayan Tuhan tidak otentik dalam hidupnya? Paling tidak ada dua hal penting yang harus diperhatikan. Pertama, kurangnya persekutuan dengan Allah. Kedua, kurangnya pengakuan terhadap karya Roh Kudus. Persekutuan yang baik dengan Allah menentukan karakter Kristen yang manis. Kalau seseorang berteman dengan seorang penjahat, maka kemungkinan besar orang itu akan menjadi penjahat. Mengapa demikian? Karena yang bersangkutan bersekutu - berteman dengan penjahat. Gereja-gereja di Barat banyak mengalami kelesuan rohani, karena kurangnya persekutuan dengan Roh Kudus, meskipun tidak semua gereja di

Barat mengalami kelesuan rohani. Mengapa semuanya itu terjadi? Karena kurangnya perhatian terhadap peranan Roh Kudus yang mampu mengubah sikap hidup setiap individu. Roh Kudus "dikotakkan", tidak diberi peran, seolah-olah Roh Kudus tidak ada gunanya. Kekristenan adalah sesuatu yang menarik. Mengapa? Karena Kekristenan adalah suatu perjalanan supranatural dengan Allah yang hidup, dinamis, berbicara, dan bersifat pribadi. Kesadaran seperti inilah yang memungkinkan seseorang bisa memiliki keotentikan hidup di hadapan Allah. Apakah arti hidup yang otentik? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, otentik berarti: "Asli; sah; dapat dipercaya". Jadi, Hidup yang otentik adalah hidup Kristiani yang dapat dipercaya, dapat dipertanggungjawabkan karena membawa citra Kristus dalam kehidupannya sehari-hari. Titik-titik lemah, yang ada di dalam diri manusia berfungsi sebagai titik optimal untuk meraih kekuatan sejati di dalam Tuhan. Titik-titik lemah yang sering ditemui dalam kehidupan Kristen meliputi masalah kehidupan keluarga, pekerjaan, model peran pria dan wanita, disiplin rohani, kesehatan jasmani, kehidupan emosional. Karena itu, jujur terhadap Allah adalah "suatu panggilan yang sangat keras, suara bagi orang-orang Kristen untuk memulihkan Kekristenan dalam kehidupan pribadi mereka, dan dengan demikian mereka akan dapat mempengaruhi dunia ". Mzm 119:112, Telah kucondongkan hatiku untuk melakukan ketetapan-ketetapanMu, untuk selamalamanya, sampai saat terakhir. Ini adalah komitmen awal pemazmur yang menghasilkan perbuatan-perbuatan yang tercantum di ayat-ayat setelah 112, dan puncak keputusannya menghasilkan perbuatan jujur , ayat 128: Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan segala titah-Mu; segala jalan dusta aku benci. Sebuah kejujuran dimulai dengan pertemuan dan pengalaman pribadi dengan Tuhan. Pemazmur menyadari bahwa Tuhan adalah sumber hidup dan sumber kebahagiaannya, baginya tidak ada kebahagiaan di luar ketaatan pada Firman Tuhan. Karena itu ia berkomitmen untuk mencondongkan hatinya untuk ketetapanketetapan Tuhan/Firman Tuhan, bukan untuk beberapa hari, atau beberapa bulan,tapi untuk selama-lamanya. Dan keputusan untuk taat ini membawa dia pada komitmen berikutnya komitmen hidup jujur. Tidak ada seorang pun mampu membangun kejujuran yang berkenan di hadapan Tuhan tanpa pertolongan Tuhan. Dan sebaliknya, Tuhan sanggup mengubah orang yang sangat tidak jujur menjadi jujur oleh kuasanya. Allah mengharapkan dan layak mendapatkan kejujuran. Ada dalam Alkitab, Engkau menuntut ketulusan hati; penuhilah batinku dengan hikmat-Mu (Mazmur 51:8). Tidak-jujur terhadap orang lain adalah sama berbahaya dan sama lamanya dengan luka jasmani. Ada dalam Alkitab, Orang yang bersaksi dusta terhadap sesamanya adalah seperti gada, atau pedang, atau panah yang tajam (Amsal 25:18). Tuhan

tidak setuju dengan ketidakjujuran dalam segala urusan dan bisnis. Ada dalam Alkitab, Dua macam batu timbangan adalah kekejian bagi TUHAN, dan neraca serong itu tidak baik (Amsal 20:23). Bersikaplah jujur dan terbuka. Ada dalam Alkitab, Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya (2 Tesalonika 2:3). Karena kami memikirkan yang baik, bukan hanya di hadapan Tuhan, tetapi juga di hadapan manusia ( 2 Korintus 8:21). Kejujuran dilibatkan dalam dua perintah dari Sepuluh Perintah Allah . Ada dalam Alkitab, Jangan mencuri. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu (Keluaran 20:15-16). Para pemimpin menghargai orang-orang yang berbicara yang benar. Ada dalam Alkitab, Bibir yang benar dikenan raja, dan orang yang berbicara jujur dikasihi-Nya (Amsal 16:13). Kebenaran lebih berharga dari kebohongan. Ada dalam Alkitab, Orang yang memberi teguran akhirnya lebih dihargai daripada orang yang memberi sanjungan (Amsal 28:23, BIS). Pada akhirnya, orang menghargai sifat terus terang daripada sanjungan kosong (Amsal 28:23, BIS). 2.2 Kebenaran Arti kebenaran secara umum yaitu suatu nilai yang diakui sebagai sesuatu yang baik bagi dirinya dan menjadi pegangan dalam hidup setiap orang. Dalam kebenaran ajaran kristiani yang dimaksud nilai-nilai dan pegangan adalah ajaran-ajaran Kristus yang termasuk dalam Kitab suci. Misalnya : ajaran mengenai relasi dengan orang lain Kasihilah sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri. Dengan demikian kitab suci dikatakan sebagai sumber kebenaran yang ada, dan menjadi acuan untu perilaku umatnya secara benar. Selain itu di dalam kitab suci (Yohanes 14:16) Yesus menyatakan : Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Pernyataan tersebut di perkuat dalam (Timotius 3:16-17) yaitu : Segala tulisan yang di Ilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. 2.3 Kejujuran Kejujuran adalah suatu nilai yang mengungkapkan kenyataan hidup atau kebenaran. Dalam ajaran Katolik, nilai kejujuran itu dapat diperoleh jika manusia berani untuk mengakui baik kekurangan maupun kelebihan serta mengakui akan kelemahan maupun kekuatan yang dimiliki. Pada umunya orang yang dikatakan jujur adalah orang yang polos. Dalam kitab suci Yesus menggambarkan kejujuran melalui kisah-kisah perumpamaan bendahara yang tidak jujur. Misalnya dalam (Lukas 16 ayat 8).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kejujuran itu sendiri merupakan bagian dari kebenaran Kristiani. Bila agama berbicara tentang topik-topik etis, pada umumnya ia berkotbah. Hal ini berarti bahwa ia berusaha memberi motivasi serta inspirasi supaya umatnya mematuhi nilainilai dan norma-norma yang sudah diterimanya berdasarkan iman. 2.4 Mengapa perbuatan ini atau itu tidak boleh dilakukan?. Hampir semua jawaban diberikan secara spontan : karena agama melarang atau karena hal itu bertentangan dengan kehandak Tuhan. Contoh konkrit yang sering terjadi dalam kehidupan kita yaitu masalah moral yang aktual mengenai seksualitas. Menghadapi masalah-masalah itu, banyak orang mengambil sikap aku ini orang beragama dan agamaku melarang melakukkan perbuatan itu; aku akan merasa berdosa, bila melakukkan hal tersebut. Dengan itu masalahnya sudah selesai. Cara bagaimana kita harus hidup, memang biasanya kita ditentukan berdasarkan keyakinan keagamaan. Kita semua cenderung melebihmelebihkan kebenaran supaya orang lain terkesan. Baik dalam resume pekerjaan maupun percakapan biasa, sikap melebih-lebihkan tampak wajar, padahal tindakan seperti itu sebenarnya berisiko. Kebohongan kecil akan berkembang menjadi besar saat kita mencoba menutupinya. Lalu kita pun bertanya-tanya mengapa kita bisa terjerumus dalam situasi sulit seperti itu. Dalam Alkitab tertulis, "Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya" (Kolose 3:9,10). Dengan kata lain, jika kita mengimani Yesus sebagai Juruselamat kita, maka kebohongan bukanlah apa yang Allah harapkan dari kita. Penangkal sikap menyombongkan diri sendiri adalah dengan bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus yang penuh belas kasih, kemurahan, kerendahan hati, kesabaran, pengampunan, dan kasih (ayat12-14). Jika kita mau memperhatikan sesama kita dengan tulus, maka kita tidak perlu lagi berusaha membuat mereka terkesan dengan cara apa pun.

BAB III KESIMPULAN

Kejujuran merupakan integritas, yaitu mengatakan sesuai dengan apa yang dilakukan, ajaran gereja mengajarkan agar kita merefleksikan firman Tuhan dan bertindak benar dan jujur oleh karena kesadaran dan kecintaan kita dalam menjalankan agama, sehingga kejujuran dan kebenaran merupakan sikap hati dari perefleksian terhadap pengenalan akan firman Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Fletcher H. Verne, Lihatlah Sang Manusia!, bpk, 2007 Simon Kistemaker, Perumpamaan-perumpamaan Yesus, Saat, 2001, p 248 256. Alkitab LAI, lukas 16:8, Timotius 3:16-17, Keluaran 31:38, Yohanes 14:16
Tridianto Agus, Pendidikan Moral,yogyakarta:2011

You might also like