You are on page 1of 6

/ srv/www/portalkalbe/files/cdk/files/43_BatukKronikpadaAnak81.

pdf/43_BatukKronikpad aAnak81 PENDAHULUAN Batuk bukanlah suatu penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi klinis utama dari banyak penyakit saluran nafas yang paling sering pada anak yang datang periksa pada dokter. Sebagai gejala, batuk adalah suatu refleks yang dieetuskan oleh maeam-maeam rangsangan pada reseptor-reseptor batuk yang terdapat pada mukosa sepanjang saluran nafas mulai dari faring sampai bronkioli sebagai upaya untuk membersihkan salurannafas dari sekresi yang berlebihan atau benda-benda asing lainnya. Selain di dalam saluran nafas, reseptor-reseptor batuk juga terdapat pada pleura, diafragma, perikardium, bahkan di dalam meatus eksterna telinga. Bila gejala batuk ini menjadi berkepanjangan atau sering berulang dalam jangka waktu tertentu, di samping dapat menimbulkan berbagai komplikasi, juga menyebabkan keresahan pada orangtua sehingga batuk kronik ini sering menjadi masalah dan merupakan tantangan yang dihadapi para dokter yang menanganinya. Dalam hubungan ini kita dituntut untuk melakukan pendekatan klinis dan evaluasi yang cermat dan rasional untuk sedapat mungkin menghindarkan dilakukannya pemeriksaan-pemeriksaan atau test-test yang mahal dan tidak perlu. Anamnesa yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti memegang peranan yang dominan. Dalam upaya untuk menentukan definisi batuk kronik, dikenal dua pengertian yaitu : batuk yang berlangsung terusmenerus atau membandal (persistent), dan yang berulang yaitu timbul secara episodik dalam kurun waktu tertentu (recurrent). Karena suing sulit untuk membedakan batuk yang persisten dari batuk yang rekuren, maka tercipta istilah batuk kronik berulang (BKB) yaitu batuk yang bertahan lama dan/atau timbulnya berulang. Dalam Kongres Nasionak Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) tahun 1981 telah disepakati definisi Batuk Kronik berulang yaitu : batuk yang disebabkan oleh berbagai etiologi yang berlangsung sekurang-kurangnya dua minggu berturut-turut dan/atau berulang paling sedikit tiga episode dalam waktu tiga bulan dengan/atau tanpa diserta ge jala respiratorik/nonrespiratorik lainnya. Karena batuk kronik sebagai gejala klinis mempunyai etiologi yang sangat beranekaragam sehingga diagnosis diferensialnyapun luas, maka anamnesis yang baik serta pemeriksaan fisik yang cermat menduduki tempat yang utama dalam mengevaluasi pasien-pasien ini. Pemeriksaanpemeriksaan laboratorium dan lain-lain tanpa didasari petunjuk-petunjuk dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik hampir selalu tidak akan mengungkapkan apa-apa. Untuk penatalaksanaan batuk kronik yang sebaik-baiknya, disini akan diuraikan secara singkat mengenai etiologi, anamnesis, pemeriksaan fisik dan sedikit disinggung mengenai pemeriksaanpemeriksaan penunjang dan terapi. ETIOLOGI Frekuensi BKB tergantung pada jenis infeksi/kelainan dan golongan umur. 1. Etiologi menurut urutan frekuensinya a) Paling sering : - Infeksi saluran atas yang berulang - Penyakit saluran nafas reaktif (asma); pencetusnya sering adalah infeksi viral.

b) Sering : - Alergi - Sinusitis - Iritatif : polusi udara (debu, asap rokok, dll) - Infeksi : pertusis, TBC, mycoplasma, chlamydia. c) Jarang : Benda asing, terutama anak-anak yang sedang belajar jalan (umur 1 3 tahun). Mekanismepembersihan saluran nafas yang terganggu seperti pada kistik fibrosis, bronkiektasis, immotile cilia syndr. Kelainan kongenital : fistula trakheo-esofageal, refluks gastro-esofageal atau kelainan-kelainan yang menekan saluran nafas dari luar. 2. Faktor umur Golongan umur merupakan faktor predisposisi dari BKB. a) Bayi (sampai 1 tahun) : Kelainan-kelainan kongenital : fistula trakheo-esofageal, laryngeal cleft, batuknya mulai sejak lahir. Infeksi kongenital dan neonatal : pnemonia interstisial dan bronkitis yang disebabkan oleh rubella kongenital atau CMV, pnemonia chlamudia trachomatis (batuk stakato yang dimulai sekitar umur 6 minggu dan sering didahului atau disertai inclusion conjunctivitis). Aspirasi : susu, isi lambung sering tidak terpikirkan. Bisa sebagai akibat inkoordinasi antara refleks menelan dan menghisap, kelainan motilitas esofagus, refluks gastro-esofageal, fistula trakheo-esofageal. Bila ada kecurigaan ke arah itu, sebaiknya observasi waktu anak diberi minum. Asma juga tidak jarang terdapat pada usia 1 tahun pertama. Kistik fibrosis : batuk kronik disertai gangguan gastrointestinal (diare, malabsorpsi) dan pertambahan berat badan yang sangat kurang. Batuknya bisa paroksismal dengan wheezing dan bisa menyerupai pertusis. b) Usia prasekolah (1 5 tahun) : Bronkitis viral berulang dan bronkitis alergik/bronchitis asmatik merupakan 2 penyebab utama. Infeksi bakterial, myeoplasma. Bronkitis yang berkaitan dengan infeksi kronik saluran nafas atas : sinobronkitis Penyakit reaktif : asma Penyakit paru supuratif : kistik fibrosis, bronkiektasis, atelektasis kronik. Batuk produktif tanpa remisi. Aspirasi benda asing e) Usia sekolah (5 15 tahun) : Bronkitis viral berulang. Asma. Iritatif : merokok (aktif/pasif), debu, gas-gas. Lamanya batuk bisa berminggu-minggu sampai berbulan-bulan bila tidak diambil tindakan peneegahan. Pnemoni mycoplasma.

Batuk psikogenik (tic cough). Suara batuknya biasanya keras mirip bunyi angsa (honking) dan seperti dibuat-buat untuk menarik perhatian. Anak batuk-batuk bila mengalami stress/ eemas dan waktu tidur batuknya hilang. Postnasal drip. Batukkarenarangsanganmengalirnyasekret dari daerah nasofaring ke bawah. d) Yang umum pada semua golongan umur : Bronkitis viral yang berulang Asma Pertusis ANAMNESIS Dengan bekal pengetahuan yang memadai tentang etiologi serta diagnosa diferensial, anamnesis dibuat selengkaplengkapnya sebagai sumber informasi yang berharga dan memegang peranan dominan dalam membuat evaluasi batuk kronik; anamnesis selain ditujukan pada keluhan batuknya sendiri, sebaiknya juga meneari keterangan-keterangan lain misalnya yang menyangkut kesehatan anak itu pada umumnya seperti : 1) Status kesehatannya selama ini. 2) Gangguan kesehatan/penyakit-penyakit yang telah dideritanya. 3) Pernah tidaknya dirawat di rumah sakit. 4) Pengobatan apa saja yang pernah diberikan padanya. 5) Bagaimana pertumbuhan dan perkembangannya. 6) Berat badan yang terus-menerus menyusut. 7) Aktivitas yang makin mengurang. 8) Febris yang berkepanjangan. Hal-hal ini bisa sangat membantu menilai serius tidaknya keadaannya dan pula dapat memberikan pengarahan yang positif pada upaya kita melakukan pendekatan diagnostik. Mengenai batuknya ditanyakan : 1) Sudah berapa lama; dalam 1 tahun terakhir ini berapa kali mengalami penyakit batuk ? 2) Waktu-waktu batuk : terus-menerus, pada waktu-waktu tertentu, siang hari, malam, bangun tidur pagi. 3) Faktor-faktor pencetus : euasa, debu, exercise, merokok aktif/pasif. 4) Nada batuk : serak, nyaring, kering, basah, menggonggong, disertai mengi (wheezing), muntah. 5) Bil keluar dahak : jernih, kuning, hijau, eampur darah. Tipe batuk dalam hubungannya dengan patologinya : 1) Produktif : bronkitis, bronkiektasis, kistik fibrosis. 2) Kering/melengking : infeksi saluran nafas alas, trakheitis, psikogen 3) Menggonggong : laringitis (croup). 4) Batuk disertai wheezing : asma, bronkitis, asmatik, benda asing 5) Batuk dengan stridor : obstruksi laring, subglotis, trakhea. Penting juga diketahui waktu-waktu batuk : 1) Paroksismal : pertusis, benda asing, kistik fibrosis, infeksi ehlamydia, mycoplasma.

2) Batuk malam : sinusitis, alergi saluran nafas atas, asma. 3) Bangun tidur pagi : bronkitis, kistik fibrosis, bronkiektasis. 4) Setelah exercise : saluran nafas reaktif (asma), kistik fibrosis, bronkiektasis. 5) Hilang waktu tidur : psikogen (habit cough). 6) Waktu makan/minum : fistula trakheoesofageal, refluks gastroesofageal. Bila keluar sputum : 1) Jerniah mukoid : pada umumnya karma alergi, asma, bronkitis asmatik. 2) Parule : penyakit supuratif (infeksi bakterial, kistik fibrosis). 3) Bereampur darah : benda asing, bronkiektasis, kistik fibrosis 4) Berbau busuk : infeksi anaerobik, bronkiektasis. PEMERIKSAAN FISIK Perhatikan : 1) Gizi. 2) Kelainan saluran nafas atas : rhinitis alergik, infeksi kronik sinus sering mempunyai hubungan dengan penyakit paru supuratif. 3) Bentuk toraks : barrel-shaped menunjukkan ke arah asma, bronkiektasis. 4) Frekuensi pernapasan : pada umumnya cepat. 5) Auskultasi : Wheezing ekspiratorik yang difus karakteristik untuk asma. Wheezing lokal : pikiran benda asing atau penyempitan saluran nafas karena pendekanan eksternal, misalnya kelenjar yang membesar. Suara pemapasan yang melemah lokal juga mempunyai arti sama wheezing lokal. Ronkhi basah pada umumnya terdengar pada kelainan paru yang difus seperti pnemonia, atelektasis, edema interstisial, fibrosis atau karena adanya penyempitan saluran nafas. Perlu dibedakan antara ronkhi awal inspirasi dan rohkhi akhir inspirasi. Ronkhi awal inspirasi berkaitan dengan obstruksi saluran nafas seperti asma, bronkhiss. Ronkhi akhir inspirasi terdapat pada kelainan yang bersifat restriktif misalnya infiltrat, edema, atelektasis, fibrosis. Finger clubbing bisa ditemukan pada penyakit paru supuratif : kistik fibrosis, bronkiektasis. PEMERIKSAAN LAIN Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik dapat memberi petunjuk apakah diperlukan pemeriksaan penunjang": 1) Pemeriksaan radiologis. X-foto toraks hampir selalu diperlukan anak dengan batuk kronik. Yang dapat ditemukan mungkin : infiltrat, atelektasis, eorakan brankhovaskuler yang kasar, emfisema, benda asing yang radio-opak, dll. Foto barium bila ada persangkaan fistula trakhel-esofageal. Foto sinur paranasal sesuai indikasi. 2) Sputum. Pewarnaan Gram, Ziehl-Nielsen, biakan bila diperlukan. Pada asma ditemukan banyak sel-sel eosinofil. 3) Pemeriksaan darah.

Netrofilia : infeksi bakterial. - Limfositosis : pertusis. - Limfositopenia : infeksi viral, imunodefisiensi. - Eosinofilia : penyakit alergi, infeksi cacing, pneumonia chlamydia. 4) Bronkhoskopi dan bronkhografi. Bronkhoskopi bila perlu untuk menyingkirkan diagnosis aspirasi benda asing atau untuk mengeluarkan benda asing dan melihat adanya anomali trakheobronkhial. Bronkhografi tidak selalu perlu pada persangkaan bronkhiektasis karena diagnosis biasanya sudah bisa dibuat atas dasar manifestasi kliniknya dan foto polos. Tindakan ini terutama diindikasikan bila akan dilakukan operasi untuk menentukan batas bagian yang akan diambil. 5) Lain-lain. Test Mantoux/PPD (proses spesifik), sweat test (kistik fibrosis), Imunoglobulin IgE (alergi), IgA IgG IgM (imunodefisiensi), test serologi untuk myeoplasma dan bila perlu biopsi paru untuk identifikasi bakteri. TERAPI Yang ideal tentu terapi etiologi. Namun tidal( kalah pentingnya juga pengobatan suportif, simtomatik atau tindakan-tindakan preventif, sesuai basil evaluasi klinis kita. 1) Antibiotik sesuai indikasi : Infeksi bakterial : sputum purulen, pertusis, proses spesifik, kistik fibrosis, sinusitis. 2) Antitusif : batuk iritatif/kering. 3) Fisioterapi : batuk produktif, misalnya postural drainage, ini lebih bermanfaat daripada mukolitik atau ekspektoran. Bisa ditambah dengan humidifikasi. 4) Karena batuk kronik sering merupakan manifestasi penyakit saluran nafas reaktif (asma), penggunaan bronchodilator dapat dicoba sekalian sebagai diagnostik. 5) Beberapa tindakan preventif : Mengurangi kemungkinan terkena infeksi saluran nafas yang berkelanjutan. Membujuk orangtua agar tidak merokok di dalam rumah. Menghindari/mengurangi kontak dengan alergen-alergen yang potensial dan pollutan-pollutan lainnya di dalam maupun di luar rumah. Anak dengan refluks gastro-esofageal sebaiknya jangan makan/minum berlebihan dan setelah selesai dipertahankan dalam posisi tegak selama beberapa jam. RINGKASAN Batuk sebagai manifestasi nonspesifik dari bermaeam-macam proses patologis saluran pernapasan merupakan keluhan yang paling sering pada anak. Penyebabnya sangat beraneka ragam, sehingga penyakit yang ditumbulkannyapun bermacam-macam, dari yang ringan sampai yang dapat mengancam jiwa. B ila gejala tersebut terus berlanjut walaupun sudah dalam penanganan dokter, keadaan tersebut sering menimbulkan kekuatiran pada orangtuanya dan untuk dokternyapun merupakan tantangan. Batuk pada anak pada umumnya adalah akut, self-

limiting, disebabkan oleh infeksi viral saluran nafas atas dan tidak memerlukan terapi khusus atau pemeriksaan laboratorium dsb. Bila batuknya terus berlanjut tanpa ditemukannya kelainankelainan yang serius, maka pada umumnya penyebabnya adalah asma bronkhial atau bronkhisit viral yang berulang. Dalam melakukan pendekatan diagnostik, anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik yang eermat memegang peranan dominan.

You might also like