You are on page 1of 11

Asuhan keperawatan Napza

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Gangguan penggunaan napza
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
Gangguan penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan
oleh penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang mempengaruhi
tingkah laku, memori alam perasaan, proses pikir anak dan remaja sehingga mengganggu
fungsi social dan pendidikannya. Gangguan penggunaan zat ini terdiri dari :
penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
Penyalahgunaan zat adiktif adalah suatu pola penggunaan yang bersifat patologis, yang
menyebabkan remaja mengalami sakit yang cukup berat dan berbagai macam kesulitan,
tetapi tidak mampu menghentikannya. Ketergantungan zat adiktif adalah suatu kondisi
cukup berat ditandai dengan adanya ketergantungn fisik yaitu toleransi dan sindroma
putus zat.
A. Rentang respon gangguan penggunaan zat adiktif
Rentang respon ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai dengan yang berat.
Indikator dari rentang respon berdasarkan perilaku yang ditampakkanoleh remaja
dengangangguan penggunaan zat adiktif.
Respon adaptif Respon maladaptive
Gambar 1: Rentang respon penggunaan zat adiktif
1. Penggunaan zat adiktif secara eksperimental ialah:
2. Kondisi penggunaan pada taraf awal, disebabkan rasa ingin tahu, ingin memiliki pengalaman
yang baru, atau sering dikatakan taraf coba- coba.
3. Penggunaan zat adiktif secara rekreasional ialah:
Menguunakan zat od saat berkumpul bersama-sama dengan teman sebaya, yang bertujuan
untuk rekreasi bersama teman sebaya.
4. Penggunaan zat adiktif secara situasional ialah:
Orang yang menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu secara individual, sudah
merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri, seringkali penggunaan zat ini merupakan cara
untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Biasanya digunakan pada
saat sedang konflik, stress, frustasi.
5. Penyalahgunaan zat adiktif ialah:
Penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling
tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, dan terjadi penyimpangan perilaku dan mengganggu
fungsi dalam peran di lingkungan social dan pendidikan.
6. Ketergantungan zat adiktif ialah:
Penggunaan zat yang cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis.
Ketergantungan fisik ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma putus zat. Yang dimaksud
sindroma putus zat adalah suatu kondisi dimana orang yang biasa menggunakan secara rutin,
pada dosis tertentu berhenti menggunakan atau menurunkan jumlah zat yang biasa
digunakan, sehingga menimbulkan gejala pemutusan zat.
B. Faktor pendukung
1. Faktor biologis
a. Genetic: tendensi keluarga
b. Infeksi pada organ otak
c. Penyakit kronis
2. Faktor psikologis
a. Gangguan kepribadian: anti sosial (resiko relatif 19,9%)
b. Harga diri rendah: depresi (resiko relatif: 18,8%), faktor social, ekonomi.
c. Disfungsi keluarga
d. Orang/ remaja yang memiliki perasaan tidak aman
e. Orang/ remaja yang memiliki ketrampilan pemecahan masalah yang menyimpang
f. Orang/ remaja yang mengalami gangguan idetitas diri, kecenderungan homoseksual, krisis
identitas, menggunakan zat untuk menyatakan kejantanannya.
g. Rasa bermusuhan dengan orang tua
3. Faktor social cultural
a. Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan dan penyalahgunaan zatadiktif: ganja, alkohol
b. Norma kebudayaan
c. Adiktif untuk upacara adat
d. Lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah yang terdapat banyak pengedar (mudah didapat:
resiko relatif 80 %)
e. Persepsi masyarakat terhadap pengunaan zat
f. Remaja yang lari dari rumah
g. Remaja dengan perilaku penyimpangan seksual dini
h. Orang/ remaja yang terkait dengan tindakan criminal
C. Stressor presipitasi
1. Pernyataan untuk mandiri dan dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan ( resiko relatif
untuk terlibat NAZA: 81,3%)
2. Sebagai prinsip kesenangan, menghindari sakit/stress
3. Kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti
4. Diasingkan oleh lingkungan: rumah, teman-teman
5. Kompleksitas dari kehidupan modern
D. Faktor kontribusi ( resiko relatif 7,9% terlibat penyalah gunaan NAZA)
Seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan tertekan, dan ketertekanan itu dapat
merupakan faktor penyerta bagi dirinya terlibat dalam penyalahgunaan / ketergantungan NAZA,
kondisi keluarga yang tidak baik itu adalah :
1. Keluarga yang tidak utuh : orang tua meninggal, orang tua cerai, dll
2. Kesibukan orang tua
3. Hubungan interpersonal dalam keluarga tidak baik
E. Tingkah laku
1. Tingkah laku klien pengguna zat sedatif hipnotik
a. Menurunnya sifat menahan diri
b. Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang
c. Bicara cadel, bertele-tele
d. Sering datang ke dokter untuk minta resep
e. Kurang perhatian
f. Sangat gembira, berdiam, (depresi), dan kadang bersikap bermusuhan
g. Gangguan dalam daya pertimbangan
h. Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma dan dapat menimbulkan kematian.
i. Meningkatkan rasa percaya diri
2. Tingkah laku klien pengguna ganja
a. Kontrol didi menurun bahkan hilang
b. Menurunnya motivasi perubahan diri
c. Ephoria ringan
3. Tingkah laku klien pengguna alcohol
a. Sikap bermusuhan
b. Kadang bersikap murung, berdiam
c. Kontrol diri menurun
d. Suara keras, bicara cadel,dan kacau
e. Agresi
f. Minum alcohol pagi hari atau tidak kenal waktu
g. Partisipasi di lingkungan social kurang
h. Daya pertimbangan menurun
i. Koordinasi motorik terganggu, akibat cenerung mendapat kecelakaan
j. Dalam keadaan over dosis, kesadaran menurun bahkan sampai koma.
4. Tingkah laku klien pengguna opioda
a. Terkantuk-kantuk
b. Bicara cadel
c. Koordinasi motorik terganggu
d. Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian
e. Perilaku manipulatif, untuk mendapatkan zat adiktif
f. Kontrol diri kurang
5. Tingkah laku klien pengguna kokain
a. Hiperaktif
b. Euphoria, agitasi, dan sampai agitasi
c. Iritabilitas
d. Halusinasi dan waham
e. Kewaspadaan yang berlebihan
f. Sangat tegang
g. Gelisah, insomnia
h. Tampak membesar -besarkan sesuatu
i. Dalam keadaan over dosis: kejang, delirium, dan paranoid
6. Tingkah laku klien pengguna halusinogen
a. tingkah laku tidak dapat diramalkan
b. Tingkah laku merusak diri sendiri
c. Halusinasi, ilusi
d. Distorsi (gangguan dalam penilaian, waktu dan jarak)
e. Sikap merasa diri benar
f. Kewaspadaan meningkat
g. Depersonalisasi
h. Pengalaman yang gaib/ ajaib
F. Mekanisme koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan:
1. denial dari masalah
2. proyeksi merupakan tingkah laku untuk melepaskan diri dari tanggung jawab
3. Disosiasi merupakan proses dari penggunaan zat adiktif
G. Data khusus
1. jumlah dan kemurnian zat yang digunakan
2. Sering menggunakan
3. Metode penggunaan (dirokok, intravena, Oral)
4. Dosis terakhir digunakan
5. Cara memperoleh zat (dokter, mencuri, dll)
6. Dampak bila tidak menggunakan
7. Jika over dosis, berapa beratnya
8. Stressor dalam hidupnya
9. Sistem dukungan (keluarga, social, finansial)
10. tingkat harga diri klien, persepsi klien terhadap zat adiktif
11. Tingkah laku manipulative
III. POHON MASALAH:
Resti Menciderai Diri
Intoksikasi (CP)
HDR
Gangguan Konsep Diri
Atau
Koping Mal Adaptif
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ancaman kehidupan
a. Gangguan keseimbangan cairan: mual, muntah berhubungan dengan pemutusan zat opioda
b. Resiko terhadap amuk berhubungan dengan intoksikasi sedatif hipnotik
c. Resiko cidera diri berhubungan dengan intoksikasi aklkohol, sedatif, hipnotik
d. Panik berhubungan dengan putus zat alcohol
2. Intoksikasi
a. Cemas berhubungan dengan intoksikasi ganja
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan intoksikasi sedatif hipnotik, alcohol, opioda
3. Withdrawl
a. Perubahan proses piker: waham berhubungan dengan putus zat alcohol, sedatif, hipnotik
b. Nyeri berhubungan dengan putus zat opioda, MDMA: extasy
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan putus zat opioda
4. Pasca detoksikasi
a. Gangguan pemusatan perhatian berhubungan dengan dampak penggunaan zat adiktif
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak mampu mengenal kualitas
yang positif dari diri sendiri.
c. Resiko melarikan diri berhubungan dengan ketergantungan tehadap zat adiktif
Dari pohon masalah, diagnosa yang mungkin timbul :
1. Resiko tinggi menciderai diri sendiri berhubungan dengan intoksikasi
2. Intoksikasi berhubungan dengan menarik diri
3. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan konsep diri
4. Harga diri rendah berhubungan dengan koping mal adaptif
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Kondisi overdosis
a. Tujuan : Klien tidak mengalami ancaman kehidupan
Rencana tindakan:
- Observasi tanda - tanda vital, kesadaran pada 15 menit pada 3 jam pertama, 30 menit pada 3 jam
kedua tiap 1 jam pada 24 jam berikutnya
- Bekerja sama dengan dokter untuk pemberian obat
- Observasi keseimbangan cairan
- Menjaga keselamatan diri klien
- Menemani klien
- Fiksasi bila perlu
2. Kondisi intoksikasi
Tujuan: intoksikasi pada klien dapat diatasi, kecemasan berkurang/hilang
Rencana tindakan:
a. Membentuk hubungan saling percaya
b. Mengkaji tingkat kecemasan klien
c. Bicaralah dengan bahasa yang sederhana, singkat mudah dimengerti
d. Dengarkan klien berbicara
e. Sering gunakan komunikasi terapeutik
f. Hindari sikap yang menimbulkan rasa curiga, tepatilah janji, memberi jawaban nyata, tidak berbisik
di depan klien, bersikap tegas, hangat dan bersahabat
3. Kondisi withdrawl
a. Observasi tanda- tanda kejang
b. Berikan kompres hangat bila terdapat kejang pada perut
c. Memberikan perawatan pada klien waham, halusinasi: terutama untuk menuunkan perasaa yang
disebabkan masalah ini: takut, curiga, cemas, gembira berlebihan, benarkan persepsi yang salah
d. Bekerja sama dengan dokter dalam memberikan obat anti nyeri
4. Kondisi detoksikasi
a. Melatih konsentrasi: mengadakan kelompok diskusi pagi
b. Memberikan konselin untuk merubah moral dan spiritual klien selama ini yang menyimpang,
ditujukan agar klien menjadi manusia yang bertanggung jawab, sehat mental, rasa bersyukur, dan
optimis
c. Mempersiapkan klien untuk kembali ke masyarakat, dengan bekerja sama dengan pekerja social,
psikolog.
Daftar pustaka:
1. Cokingting, P.S., Darst,E, dan Dancy, B, 1992, Mental Health and Psichiatric Nursing, Philadelpia,
J.B.,Lippincott Company, Chapter 8
2. Shults. Y.M. 1968,Manual of Psichiatric Nursing Care Plans, Boston, Little.Brown and Company,
Chapter 20,21,22.
3. Stuart, G.W.,dan Sundeen, S.J., 1991, Pocket Guide to Psichyatric Nursing, (2nd,ed), St. Louis
Mosby Year Book, Chapter 17.
4. Stuart, Gail W.,1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Alih bahasa Yani, Achir, Edisi 3, Jakarta, EGC
5. Hawari, Dadang.,2003, Penyelahgunaan dan ketergantungan NAZA,FKUI, Jakarta, gaya baru
Pengertian
Narkoba yang juga sering disebut NAPZA adalah singkatan dari Narkotika dan obat-obatan terlarang yang
sering disalahgunakan. Penyalahgunaan obat adalah: Pemakaian di luar indikasi medik, tanpa petunjuk/resep dokter,
pemakaian sendiri secara relatif teratur sekurang-kurangnya selama satu bulan.
EtioIogi.
Obat atau zat yang sering disalah gunakan adalah obat alkohol, Benzodiazepin, Mariyuana, Amfetamin, Kokain,
Opium, Heroin, Morpin dll.
Semua jenis obat tersebut dapat mengakibatkan gangguan mental yang disebabkan oleh efek langsung dari dari zat
tersebut terhadap susunan saraf pusat.
Semua jenis obat tersebut dapat mengakibatkan gangguan mental yang disebabkan oleh efek langsung dari dari zat
tersebut terhadap susunan saraf pusat.
Faktor predisposisi
Alasan pengguna NAPZA ini berbeda-beda dengan latar belakang individu dan lingkungan.
Faktor individu
- Rasa ingin tahu yang kuat dan ingin mencoba
- Bersikap tidak tegas terhadap tawaran/ pengaruh teman sebaya.
- Penilaian diri negatif ( Low self esteem) seperti merasa kurang mampu dalam pelajaran, pergaulan, penampilan diri
dan status sosial ekonomi yang rendah.
- Kurang rasa percaya diri (Low self confidence)
- Mengurangi rasa tidak enak/sakit
- Sikap memberontak terhadap peraturan
- dentifikasi diri yang kabur akibat proses identifikasi denga orang tua/pasangan hidup yang berjalan kurang baik
- Depresi, dan cemas
- Kepribadian dissosial ( perilaku menyimpang dari norma yang berlaku)
- Kurang menghayati ajaran agama
aktor Iingkungan
- Mudah memperoleh zat NAPZA
- Komunikasi keluarga yang tidak efektif
- Hubungan antar orang tua yang tidak harmonis
- Orang tua atau anggota keluarga lainnya pengguna NAPZA
- Berteman dengan pengguna NAPZA
- Penghargaan sosial dari lingkungan yang kurang
KIasifikasi pemakai napza
1. Pemakai coba-coba (experiment use)
2. Pemakai sosial (Social use)
Pemakai yang bertujuan hanya untuk bersenang-senang.
3. Pemakai situasional, pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu (ketegangan, kesedihan atau kekecewaan)
4. Penyalahgunaan (abuse), pemakaian sebagai suatu pola penggunaanyang bersifat patologis/menyimpang minimal satu
bulan lamanya dan telah terjadi gangguan fungsi sosial atau pekerjaan
5. Ketergantungan (Dependence), telah terjadi toleransi dan gejala putus zat bila pemakai zat dihentikan atau dikurangi
.
%anda-tanda umum pengguna NAPZA
1. Perubahan fisik:
- Badan kurus
- Tanpak mengantuk
- Mata merah dan cekung
- Bekas suntikan atau gorena pada lengan dan kaki
2. Perubahan perilaku
- Emosi labil
- Takut sinar/air
- Menyendiri
- Bohong/mencuri
- Menjual barang
- Pergi tanpa pamit
- Halusinasi
- Paranoid
%anda-tanda kIinis dari penggunaan NAPZA
1. Yang berefk depresan ( menghambat fungsi syaraf)
- Berbicara kacau
- Tidak dapat mengendalikan diri
- Tingkah laku seperti mabuk tetapi tanpa berbau minuman beralkohol
- Akibat kelebihan pemakaian akan menyebabkan : nafas tersengal-sengal, kulit lembab dan dingin, pupil mata
mengecil, denyut nadi cepat dan lemah , kesadaran menurun danbisa berkibat lebih parah sampai meninggal
dunia.
- gejala putus obat seperti gelisah, sukar tidur, mengigau, tertawa tidak wajar .
2. Penyalahgunaan yang berefek stimultan (mengaktifkan fngsi syaraf)
- Lebih waspada, bergairah, eporia, pupil mata meebar, denyut nadi meningkat, susah tidur nafsu makan hilang
- Kelebihan pemakaian mengakibatkan gelisah, suhu badan naik, suka berhayal, tertawa tidak wajar sampai bisa
menimbulkan kematian
3. Penyalah gunaan yang berefek halusinasi (menimbulkan rasa berhalusinasi/berkhayal)
- suka berhayal
- Tidak punya gambaran ruang dan waktu
- Bila overdosis menyebabkan kematian.
KompIikasi dari penyaIahgunaan zat:
Selain gangguan otak, dapat menyebabkan gangguan hati, usus, seks, kelainan bayi (bila hamil), dan resiko kena kanker.
Pencegahan
1. Ketahuilah bahwa obat tersebut sangat berbahaya dan jangan sekali-kali mencoba.
2. Bina hubungan yang harmonis dengan orang tua sehingga perilaku kita lebih terkontrol.
3. Katakan tidak bila ada yang menawari.
4. Konsultasilah kepada petugas kesehatan bila anad memiliki masalah kesehatan termasuk gangguan pikiran.
Pengobatan pasien yang mengalami ketergantungan obat tergantung dari tingkat keparahan atau berat-ringan tingakat
ketergantungan. Penyembuhannya memerlukan waktu yang relatif lama dan membutuhkan biaya yang yang besar.

You might also like