You are on page 1of 15

BAB 1.

PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang
Dalam bioproses Iermentasi memegang peranan penting karena
merupakan kunci (proses utama) bagi produksi bahan-bahan yang berbasis
biologis. Bahan-bahan yang diuhasilkan melalui Iermentasi merupaklan hasil-
hasil metabolit sel mikroba, misalnya antibiotik, asam-asam organik, aldehid,
alkohol, Iussel oil, dan sebagainya. Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi
metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai
lebih tinggi, seperti asam-asam organik, protein sel tunggal, antibiotika dan
biopolimer.
Fermentasi merupakan proses yang relatiI murah yang pada hakekatnya
telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan produk-
produknya yang sudah biasa dimakan orang sampai sekarang, seperti tempe,
oncom, tape, dan lain-lain. Proses Iermentasi dengan teknologi yang sesuai dapat
menghasilkan produk protein.
Fermentasi dapat dilakukan dengan metode kultur permukaan dan kultur
terendam sub merged. Kultur permukaan yang menggunakan substrat padat atau
semi padat banyak digunakan untuk memproduksi berbagai jenis asam organik
dan enzim. Fermentasi media padat ini sering disebut proses koji`, misalnya
proses koji untuk memproduksi enzim yang dibutuhkan dalam pembuatan shoyu
(kecap kedelai), miso, sake, asam-asam organik dan sebagainya. Fermentasi padat
dengan substrat kulit umbi ubi kayu dilakukan untuk meningkatkan kandungan
protein dan mengurangi masalah limbah pertanian. Produk Iermentasi selanjutnya
dapat digunakan sebagai bahan atau suplemen produk pangan atau pakan.
Di samping hasil-hasil metabolit tersebut, Iermentasi juga dapat diterapkan
untuk menghasilkan biomassa sel mikroba seperti ragi roti (baker yeast) yang
digunakan dalam pembuatan roti. Untuk menghasilkan tiap-tiap produk
Iermentasi di atas dibutuhkan kondisi Iermentasi yang berbeda-beda dan jenis
mikroba yang bervariasi juga karakteristiknya. Oleh karena itu, diperlukan
keadaan lingkungan, substrat (media), serta perlakuan (treatment) yang sesuai
sehingga produk yang dihasilkan optimal.
Dalam paper ini akan diulas lebih dalam mengenai salah satu produk Iermentasi
yang berupa metabolit primer yaitu asam glutamat. Asam glutamat merupakan
asam amino yang dikenal memiliki kekhasan yaitu sebagai penguat citarasa. Di
pasaran asam glutamat dapat kita jumpai dalam bentuk monosodium glutamat
yang banyak digunakan sebagai bahan penyedap makanan.
Hampir disetiap bahan makanan mengandung zat aditiI khususnya
monosodium glutamat atau mononatrium glutamat yang merupakan senyawa
sintetik yang dapat menimbulkan rasa enak (Ilavour potentiator) atau menekan
rasa yang tidak diingankan dari suatu bahan makanan. MSG juga merupakan zat
penyedap rasa yang banyak digunakan oleh produsen makanan untuk membuat
produknya menjadi lebih enak. Zat tersebut merupakan pembentuk protein,
sehingga apabila zat makanan ditambahkan vetsin (MSG) akan berasa seperti
ditambah kaldu daging (protein).

1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui apa itu asam glutamat
2. Mengetahui proses pembuatan MSG
3. Mengetahui langkah-langkah Iermentasi dalam pembuatan MSG

BAB 2. PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Fermentasi
Dalam bioproses Iermentasi memegang peranan penting karena
merupakan kunci (proses utama) bagi produksi bahan-bahan yang berbasis
biologis. Bahan-bahan yang dihasilkan melalui Iermentasi merupakan hasil-hasil
metabolit sel mikroba, misalnya antibiotik, asam-asam organik, aldehid, alkohol,
Iussel oil, dan sebagainya.
Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk
mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asam-
asam organik, protein sel tunggal, antibiotika dan biopolimer.
Fermentasi merupakan proses yang relatiI murah yang pada hakekatnya
telah lama dilakukan oleh nenek moyang secara tradisional dengan produk-
produknya yang sudah biasa dimakan orang sampai sekarang, seperti tempe,
oncom, tape, dan lain-lain. Proses Iermentasi dengan teknologi yang sesuai dapat
menghasilkan produk protein.
Fermentasi dapat dilakukan dengan metode kultur permukaan dan kultur
terendam sub merged. Kultur permukaan yang menggunakan substrat padat atau
semi padat banyak digunakan untuk memproduksi berbagai jenis asam organik
dan enzim. Fermentasi media padat ini sering disebut proses koji`, misalnya
proses koji untuk memproduksi enzim yang dibutuhkan dalam pembuatan shoyu
(kecap kedelai), miso, sake, asam-asam organik dan sebagainya. Fermentasi padat
dengan substrat kulit umbi ubi kayu dilakukan untuk meningkatkan kandungan
protein dan mengurangi masalah limbah pertanian. Produk Iermentasi selanjutnya
dapat digunakan sebagai bahan atau suplemen produk pangan atau pakan.
Disamping hasil-hasil metabolit tersebut, Iermentasi juga dapat diterapkan untuk
menghasilkan biomassa sel mikroba seperti ragi roti (baker yeast) yang digunakan
dalam pembuatan roti. Untuk menghasilkan tiap-tiap produk Iermentasi di atas
dibutuhkan kondisi Iermentasi yang berbeda-beda dan jenis mikroba yang
bervariasi juga karakteristiknya. Oleh karena itu, diperlukan keadaan lingkungan,
substrat (media), serta perlakuan (treatment) yang sesuai sehingga produk yang
dihasilkan optimal.
Dalam makalah ini akan diulas lebih dalam mengenai salah satu produk
Iermentasi yang berupa metabolit primer yaitu Asam glutamat. Asam glutamat
merupakan asam amino yang dikenal memiliki kekhasan yaitu sebagai penguat
citarasa. Di pasaran asam glutamat dapat kita jumpai dalam bentuk monosodium
glutamat yang banyak digunakan sebagai bahan penyedap makanan
(Handodjo,1995).

2.2 Pengertian Asam Glutamat
Asam glutamat adalah sejenis asam amino tidak esensial yang banyak
terdapat di dalam salah satu bahan penyusun protein lengkap. Asam glutamat
banyak terdapat dalam berbagai macam buah-buahan dan biji-bijian misalnya
kedelai, gandum, kacang tanah dan lain-lain, jagung, molases, hasil Iermentasi zat
tepung dan tetes dari gula beet atau gula tebu (Kumalaningsih, 1997).

COOH - CH
2
NH
2
- (CH
2
)
2
- COONa.H
2
O
Gambar 1. Rumus molekul MSG (Judoamidjojo,1990)

2.3 Mikroba yang Berperan dalam Pembuatan Asam Glutamat
Cara Iermentasi mula-mula dikembangkan di Jepang pada tahun 1956 oleh
Shukuo dan Kinoshita. Dengan menggunakan mikroorganisme Micrococcus
glutamicus, dapat dihasilkan asam glutamat dari medium yang mengandung
glukosa dan amonia. Pada umumnya organisme-organisme yang digunakan di
dalam Iermentasi asam glutamat memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
a) Bersel tunggal.
b) Gram positiI
c) Aerobik
d) Tidak berporulasi
e) Tidak berIlagela
I) Memerlukan biotin untuk Iaktor pertumbuhan esensialnya.
g) Pada pembiakan secara aerobik dapat menghasilkan sejumlah besar asam
glutamat dari karbohidrat (Kristiansen, 1997).

2.4 Proses Produksi Asam Glutamat
1. aboratory Seed Culture
Merupakan tahap pembuatan media dan pengembangan mikroba dalam
skala laboratorium. Tahapan ini dalam dunia industry biasanya dilakukan
oleh bagian Research and Development (R&D). Tahapan-tahapan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a) iophilisasi
yaitu penentuan atau identiIikasi bakteri yang dapat mem-produksi
asam glutamat. Research dilakukan oleh bagian R&D dengan hasil
bakteri yang superior dalam menghasilkan asam glutamat adalah
Brevibacterium Ilavum. Bakteri ini dibeli dari Korea Selatan yang
dapat diaktiIkan dengan penambahan larutan gula.
b) Stock Slant
yaitu menentukan jumlah bakteri yan aktiI memproduksi asam
glutamat (GA).
c) Active Slant
yaitu pengembangan dari Stock Slant untuk dijadikan volume
sebesar 5 liter, yang disebut sebagai jar 5 liter. Dari jar 5 liter
bakteri dikembangkan lagi dalam media seed yang lebih besar.

2. Seed Culture
Merupakan tempat pengembangan dari jar 5 liter ke tangki seed,
dengan kapasitas 12 k yang telah berisi media seed sebanyak 5 k. Pada
tangki ini suhu dijaga konstan 31,5
0
C menggunakan jacket yang dialiri
PW atau HCHW (Hot Chilled Water). Pengadukan dilakukan selama
holding time yaitu 16 jam. Tangki seed dilengkapi dengan pipa untuk
aerasi karena bakteri bersiIat aerob (membutuhkan oksigen). Oksigen yang
digunakan disini diperoleh dari udara yang diambil melalui kompresor
yang kemudian disaring di air Iilter, sehingga udara yang masuk ke tangki
seed sudah bebas dari kontaminan. Tekanan operasi dalam tangki adalah
0,5 kg/cm
2
. pH larutan dijaga antara 7,3-7,5 dengan penambahan NH
3
juga
dilakukan sebagai sumber nitrogen.
Pada tangki seed dilakukan penambahan media karena media yang
ditambahkan tersebut mempunyai komposisi nutrisi tertentu yang
disesuaikan dengan kebutuhan bakteri. Jika komposisi nutrisinya melebihi
yang dibutuhkan maka akan terjadi lisis pada membrane sel bakteri dan
akhirnya mati. Pemberian nutrisi pada bakteri ini bersiIat pre-enrichment.
Maksudnya bakteri yang awalnya hanya ditumbuhkan pada skala kecil
(laboratorium) kemudian sikembangkan pada skala industri akan
mengalami shock sehingga perlu nutrisi yang tepat untuk mengembalikan
kondisinya pada keadaan normal, sehingga diharapkan dapat
menghasilkan asam glutamate dengan optimal.
Setiap 2 jam dilakukan pengukuran OD (optical density) dan PVC
(packet cell volume) untuk mengukur konsentrasi dan jumlah sel dalam
media serta GA dan TS (total sugar). Dari data pengukuran jika telah
mencapai kondisi optimum pertumbuhan dimana kadar TS belum sampai
habis, maka seed siap ditransIer ke main Iermentor yang telah sudah
terdapat media pertumbuhan dan perkembangan bakteri seperti TCM,
SOD dan RAS dengan PW sebagai pelarut. Pada proses transIer media
dilakukan continue sterilization (CS). Sterilisasi media disini dilakukan
dengan cara melewatkan media ke Plate Heat Exchanger (PHE), dimana
terjadi pertukaran panas dengan steam sehingga media yang keluar dari
PHE sudah bebas dari kontaminan dan media siap masuk ke tangki main
Iermentor.

3. Tahap Fermentasi Utama
Pada skala industri main Iermentor sebagai tangki Iermentasi
utama, merupakan tempat terjadinya Iermentasi. Pada main Iermentor
dilakukan sterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan steam dengan
suhu 125
0
C selama 30 menit. Media dalam main Iermentor hampir sama
komposisinya dengan media dalam seed, hanya pada main Iermentor ini
tidak ditambahkan biotin, karena penambahan biotin berIungsi untuk
merangsang pertumbuhan awal bakteri (menegakkan Iase log
pertumbuhan bakteri), sehingga penambahan biotin dianggap cukup
ditambahkan pada seed media saja.
Suhu operasi dijaga konstan 31,5-37
0
C dengan cara mengalirkan
process water melalui cooling coil di dalam tangki main Iermentor. Suhu
31,5
0
C merupakan suhu optimum yang dicapai saat Iermentasi serta
merupakan suhu adaptasi dari bakteri pada lingkungan barunya dan pH
dijaga sekitar 7,7 dengan penambahan NH
3
. Proses ini berlangsung selama
holding time 28-30 jam disertai dengan pengadukan karena waktu
Iermentasinya lama maka perlu dilakukan penambahan media atau
Ieeding. Hal tersebut juga disebabkan oleh media yang ditambahkan pada
awal Iermentasi sudah habis. Penambahan Ieeding bertujuan sebagai
sumber makanan dari bakteri, karena bakteri pada usia dewasa sehingga
bakteri dapat menghasilkan GA secara maksimal. Tangki juga dilengkapi
dengan pipa aerasi untuk suplai O
2.
Reaksi yang terjadi adalah:

C
2
H
12
O
6
O
2
NH
3
Glutamic Acid CO
2
panas
Reaksi Pembentukan Asam Glutamat

Untuk membuang CO
2
yang terbentuk, tangki juga dilengkapi
dengan cyclon separator untuk memisahkan cairan yang terikut bersama
CO
2.
Selain itu pada tangki main Iermentor ditambahkan anti Ioam agent
(AF) guna mencegah timbulnya busa akibat pengadukan karena busa dapat
mengakibatkan bakteri kesulitan untuk mendapatkan oksigen. Tangki main
Iermentor ini berjumlah 3 unit dengan kapasitas masing-masing 250 k
dan volume kerja Iermentor 200 k. Seperti halnya dengan tangki seed,
setiap 2 jam dilakukan analisa Optical Density (OD), Packed Cell Volume
(PCV), Total Sugar (TS), Dissolved Oxygen (DO) dan GA. Pada akhir
proses Iermentasi ini akan dihasilkan broth yang terdiri dari bangkai
bakteri, lumpur, sisa media, kotoran dan asam glutamate yang akan
diproses lebih lanjut pada ReIinery I (Suharto, 1995).

2.5 Mekanisme Pembuatan Produk yang dihasilkan oleh Asam Glutamat
(MSG)
Secara garis besar proses produksi MSG melalui tahap-tahap persiapan
bahan baku dan bahan pembantu, Iermentasi, kristalisasi, dan netralisasi serta
pengeringan dan pengayakan.
1. Persiapan bahan baku dan bahan pembantu
Dalam pembuatan MSG digunakan bahan baku berupa tetes tebu
sebagai sumber karbohidrat. Tetes tebu diolah terlebih dahulu untuk
menghilangkan kandungan Ca dengan menambahkan H2SO4. Setelah itu
tetes disterilisasi dengan menggunakan uap panas bersuhu maksimum
1200C selama 10 hingga 20 menit dan siap diIermentasi dalam tabung
yang juga disterilisasi (Said, 1991).
Selain bahan baku utama juga terdapat bahan pembantu dalam
pembuatan MSG. Bahan pembantu tersebut adalah amina (NH2), asam
sulIat (H2SO4), HCl, NaOH, karbon aktiI, 'beet molasses dan 'raw
sugar (Susanto dan Sucipto, 1994).

2. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu reaksi oksidasi reduksi di dalam sistem
biologi yang menghasilkan energi. Fermentasi menggunakan senyawa
organik yang biasanya digunakan adalah karbohidrat dalam bentuk
glukosa. Senyawa tersebut akan diubah oleh reaksi reduksi dengan katalis
enzim menjadi bentuk lain (Winarno, 1990).
Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktiIitas mikroba penyebab
Iermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya Iermentasi dapat
menyebabkan perubahan siIat bahan pangan sebagai akibat dari
pemecahan-pemecahan kandungan bahan pangan tersebut. Hasil-hasil
Iermentasi terutama tergantung pada jenis bahan pangan (substrat), macam
mikroba dan kondisi sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroba dan metabolisme mikroba tersebut (Winarno, 1990).
Bakteri yang banyak digunakan dalam pembuatan MSG adalah
bakteri Brevibacterium lactoIermentum. Pertama-tama biarkan kultur yang
telah diinokulasi dimasukkan kedalam tabung berisi medium prastarter dan
diinkubasi selama 16 jam pada suhu 310C. Selanjutnya biarkan prastarter
diinokulasi kedalam tangki starter (Judoamidjojo, dkk. 1990).
Penurunan pH akibat terbentuknya asam pada proses pembentukan
prastarter tidak diinginkan karena akan menghambat pola pertumbuhan.
Penambahan garam (CaCO3) sebanyak 3 kedalam tebu prastarter
berguna untuk mencegah agar pH tidak rendah dari 7. Didalam tangki
pembibitan penggunaan CaCO3 tidaklah mungkin karena akan
menyebabkan eIek samping berupa kerak dan endapan serta akan
mengurangi eIek pertumbuhan mikroba. Penambahan urea ke dalam
tangki pembibitan akan mengurangi pH dan dapat menggantikan Iungsi
CaCO3. Nilai pH tertinggi yang terjadi akibat peruraian urea diharapkan
tidak lebih dari 7,4 sedangkan pH terendah tidak kurang dari 6,8. Hasil
dari Iermentasi adalah asam glutamat dalam bentuk cair yang masih
tervampur dengan sisa Iermentasi (Said, 1991).

3. Kristalisasi dan Netralisasi
Kristalisasi merupakan metode yang terpenting dalam puriIikasi
senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul rendah (Mc Cabe, et al.
1994). Kristal murni asam glutamat yang berasal dari proses pemurnian
asam glutamat digunakan sebagai dasar pembuatan MSG. Asam glutamat
yang dipakai harus mempunyai kemurnian lebih dari 99 sehingga bisa
didapatkan MSG yang berkualitas baik. Kristal murni asam glutamat
dilarutkan dalam air sambil dinetralkan dengan NaOH atau dengan
Na2CO3 pada pH 6,6-7,0 yang kemudian berubah menjadi MSG. Pada
keadaan asam glutamat akan bereaksi dengan Na dan membentuk larutan
MSG. arutan ini mempunyai derajat kekentalan 26 -280Be. Pada suhu
300C dengan konsentrasi MSG sebesar 55 gram/larutan (Winarno, 1990).

Penambahan arang aktiI sebanyak (w/v) digunakan untuk
menjernihkan cairan MSG yang berwarna kuning jernih dan juga
menyerap kotoran lainnya, kemudian didiamkan selama satu jam lebih
untuk menyempurnakan proses penyerapan warna serta bahan asing
lainnya yang berlangsung dalam keadaan netral. Cairan yang berisi arang
aktiI dan MSG kemudian disaring dengan menggunakan 'vacuum Iilter
yang kemudian menghasilkan Iilter serta 'cake berisi arang aktiI dan
bahan lainnya. Bila kekeruhan dan warna Iilter tersebut telah sesuai
dengan yang diinginkan maka cairan ini dapat dikristalkan (Said, 1991).
arutan MSG yang telah memiliki kekentalan 260Be diuapkan
pada kondisi vakum bertekanan 64 cmHg atau setara dengan titik didih 69
gram MSG pelarutan. Pemberian umpan akan menyebabkan terbentuknya
MSG karena larutan dalam keadaan jenuh. Umpan yang diberikan sekitar
2 lalu inti kristal yang terbentuk secara perlahan-lahan akan diikuti
dengan pemekatan larutan sehingga menghasilkan kristal yang lebih besar.
Proses kristalisasi berlangsung selama 14 jam (Said, 1991).

4. Pengeringan dan pengayakan
Kristal MSG yang dihasilkan dari proses kristalisasi dipisahkan
dengan metode sentriIugasi dari cairannya. Filtrat hasil penyaringan
dikembalikan pada proses pemurnian dan kristal MSG yang dihasilkan
setelah disaring kemudian dikeringkan dengan udara panas dalam lorong
pengeringan, setelah itu diayak dengan ayakan bertingkat sehingga
diperoleh 3 ukuran yaitu C (ong arge Crystal), C (ong Crystal),
dan RC (Regular Crystal), sedangkan FC (Fine Crystal) yang merupakan
kristal kecil dikembalikan ke dalam proses sebagai umpan. Hasil MSG
yang telah diayak dalam bentuk kering kemudian dikemas dan disimpan
sementara dalam gudang sebelum digunakan untuk tujuan lainnya (Said,
1991).
5. Pengemasan
Proses pengemasan produk MSG dilakukan dengan
memperhitungkan Iaktor-Iaktor seperti pengaturan RH, kelembaban,
ukuran kristal, kemurnian, kontaminasi bakteri, bahan-bahan asing
(1oreign material) dan spesiIik volume. Bahanbahan material yang
dipergunakan sebagai kemasan antara lain Plastic 1ilm (OPP dan PE)
Header card, Plastic wrapper dan Carton Box.
a) PE (ow ensity Polyethylen) yang berIungsi untuk melindungi
warna printing kemasan agar tidak cepat luntur selain itu sebagai
media laminasi.
b) Plastik untuk pewarnaan (pembubuhan tinta), selain berIungsi
untuk pewarnaan sebagai daya tarik bagi konsumen untuk membeli
juga sebagai media komunikasi dan inIormasi bagi konsumen.
c) Alumunium Foil, berIungsi sebagai as Barrier, yaitu untuk
menjaga kelembaban (Humidity) agar tidak terjadi caking
(penggumpalan). Selain itu juga mencegah masuknya O
2
karena
akan menyebabkan oksidasi dan ketengikan / rancidity.
d) PP (Polypropilen), merupakan jenis plastik pengemas Food Grade,
dimana berIungsi untuk melindungi produk agar tidak kontak
langsung dengan alumunium Ioil, selain itu juga sebagai sarana
sealing (Rahman, 1992).

2.6 Manfaat Produk yang Dihasilkan
Hampir disetiap bahan makanan mengandung zat aditiI khususnya
monosodium glutamat atau mononatrium glutamat yang merupakan senyawa
sintetik yang dapat menimbulkan rasa enak (Ilavour potentiator) atau menekan
rasa yang tidak diingankan dari suatu bahan makanan. MSG juga merupakan zat
penyedap rasa yang banyak digunakan oleh produsen makanan untuk membuat
produknya menjadi lebih enak. Zat tersebut merupakan pembentuk protein,
sehingga apabila zat makanan ditambahkan vetsin (MSG) akan berasa seperti
ditambah kaldu daging (protein) (Susanto,1994).

BAB 3. PENUTUP



3.1 Kesimpulan
1. Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk
mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti
asam-asam organik, protein sel tunggal, antibiotika dan biopolimer.
2. Asam glutamat adalah sejenis asam amino tidak esensial yang banyak
terdapat di dalam salah satu bahan penyusun protein lengkap.
3. Asam glutamat banyak terdapat dalam berbagai macam buah-buahan dan
biji-bijian misalnya kedelai, gandum, kacang tanah dan lain-lain, jagung,
molases, hasil Iermentasi zat tepung dan tetes dari gula beet atau gula tebu.
4. Tahapan dalam memproduksi asam glutamat meliputi: aboratory Seed
Culture, seed culture, dan tahap Iermentasi utama
5. Proses pembuatan MSG meliputi beberapa langkah-langkah, yaitu:
Persiapan bahan baku dan bahan pembantu, Iermentasi, kristalisasi dan
netralisasi, pengeringan dan pengayakan, serta pengemasan.
6. Asam glutamat berIungsi untuk membantu proses pembuatan MSG, yaitu
merupakan zat penyedap rasa yang banyak digunakan oleh produsen
makanan untuk membuat produknya menjadi lebih enak.


DAFTAR PUSTAKA



Handodjo, .1995. Teknologi Kimia. Jakarta : PT. Pradnya Paramita
Judoamidjojo, M., Darwis, A.A. dan Sa`id, E.G.1990.%eknologi Fermentasi.
Jakarta : Rajawali Press
Kristiansen. 1997. %eknologi En:im. Yogyakarta : PAU Pangan dan Gizi, UGM
Kumalaningsih, S. dan Hidayat. 1997. Teknologi Industri. Malang : Universitas
Brawijaya
Kuswanto, K.R dan Sudarmadji, S. 1990. Mikrobiologi Pangan. Yogyakarta :
PAU Pangan dan Gizi UGM
Rahman, A. 1992. %eknologi Fermentasi. Jakarta : Penerbit Arcan
Sa`id, G. 1991. Biondustri Penerapan %eknologi Fermentasi. Jakarta : PT.
Meiyatama Sarana perkasa
Sardjoko. 1991. Bioteknologi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Sudarmadji, S.B., Haryono, dan Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta : Penerbit iberty
Suharto.1995. Bioteknologi alam unia Industri. Yogyakarta : Penerbit Andi
OIIset
Suratmah. 1997. Ilmu Pangan dan i:i. Yogyakarta : iberty
Susanto, T dan N. Sucipto. 1994. %eknologi Pengolahan Hasil pertanian.
Surabaya: Bina Ilmu.
Rahman, A. 1992. %eknologi Fermentasi. Jakarta : Penerbit Arcan
Winarno, F.G. 1990. %eknologi Fermentasi.Yogyakarta : Proyek Pengembangan
Pusat Fasilitas bersama Antar Universitas, PAU Pangan dan Gizi, UGM.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan i:i. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.




PROSES PEMBUATAN MSG OLEH ASAM
GLUTAMAT



MAKALAH



Oleh :
1. uki Yunanta (091710101012)
2. Evan Yuli Andika (091710101055)
3. Ni Wayan Novi S.D.S (091710101077)
4. Nurma Handayani (091710101083)
5. Mega Pusva (091710101085)
6. Rizal H. (091710101031)
7. Abdul Kholid (091710101065)

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS 1EMBER
2011

You might also like