Dari catatan sebelumnya dapat dibuat simpulan bahwa pelaku filsafat adalah akal sedangkan partner atau musuhnya adalah hati atau rasa. Pertentangan atau kerja sama antara akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Memang pusat kendali kehidupan manusia itu terletak di tiga tempat yaitu : indera, akal dan hati namun akal dan hatilah yang paling menentukan. Dalam sejarah filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga pernah kalah bahkan keduanya pernah sama-sama menang. Dalam sejarah, di antara keduanya telah terjadi pergumulan berebut dominasi dalam mengendalikan kehidupan manusia. Yang dimaksud akal disini adalah akal logis yang bertempat di kepala sedangkan hati ialah rasa yang kira-kira bertempat di dada. Akal itulah yang menghasilkan pengetahuan logis yang disebut dengan filsafat sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan mistik, termasuk iman. Persaingan antara akal dengan hati telah terjadi dalam sejarah peradaban manusia. Mula-mula terjadi antara sofisme dengan Socrates, dan yang kedua antara credo ut intelligam-nya pada abad pertengahan dengan Decrates dan yang ketiga antara Sofisme modern dengan Kant. Pada zaman Yunani kuno, akal menjadi pemenang lalu dihentikan oleh Socrates sehingga akal dan hati sama-sama menang. Pada zaman Skolastik yakni pada abad pertengahan, kemenangan ada pada pihak hati (iman) dan kemudian dihentikan oleh Descartes. Sejak Descartes, iman kalah dan akal yang menang. Setelah itu ada lagi orang yang mengerem akal yaitu Kant. Hasilnya, Kant memenangkan keduanya. Dan Socrates meneguhkan kembali sains dan agama, Kant juga demikian. Dengan demikian pertarungan antara akal dan hati itu adalah pertarungan antara filsafat (rasio) dengan agama (iman) Adapun ciri umum filsafat Yunani adalah rasionalisme. Rasionalisme Yunani mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. Untuk melihat rasionalisme sofis perlu dipahami dulu latar belakangnya, yakni latar belakang yang terletak pada pemikiran filsafat yang ada sebelumnya. seperti : %hales %hales (624-546 SM), orang Miletus, digelari sebagai Bapak Filsafat karena Dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan karena a mengajukan pertanyaan yang amat mendasar yang jarang diperhatikan orang, yakni what is the nature 0f the world stuff ? (Apa sebenarnya bahan alam semesta ini ? Lalu a jawab air. Jawaban ini amat sederhana dan belum tuntas, tapi ia telah berusaha memberi jawaban, a menambahkan karena air penting bagi kehidupan. Pertanyaan tadi dijawab dengan akal , bukan menggunakan agama atau kepercayaan lainnya. Anaximander Dalam menjawab pertanyaan tadi Anaximander mengatakan bahwa udaralah sumber segala kehidupan itu.Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam filsafat dapat terjadi lebih dari satu kebenaran tentang satu persoalan, sebabnya karena bukti kebenaran teori dalam filsafat terletak pada logis atau tidaknya argumen yang digunakan, bukan terletak pada konklusi. Dari sini sudah kelihatan bibit relativisme yang kelak dikembagkan dalam filsafat sofisme. eracIitus Paham relativisme semakin mempunyai dasar setelah Heraclitus (544-484 SM) menyatakan bahwa : Engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali karena air sungai selalu mengalir ! Menurut Heraclitus, alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, sesuatu yang dinginberubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. tu berarti jika kita hendak memahami kehidupan kosmos, kita mesti mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis. Dan tentu berlawanan dengan pendapat filosouf pertama yang mengatakan bahwa yang paling mendasar pada alam ini adalah bahannya. !armanides Parmanides adalah seorang tokoh relativisme yang penting, lahir kira-kira tahun 450 SM. a disebut sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat bahkan dapat disebut sebagai filosouf pertama dalam pengertian modern. Sistem yang a gunakan adalah deduksi logis, bukan intuisi seperti Heraclitus. Plato banyak mengambil pendapat Parmanides dibanding filosouf lainnya. Parmanides pernah bertanya, apa standar kebenaran dan apa ukuran realitas, dan bagaimana hal itu dapat dipahami, lalu ia menjawabnya bahwa ukurannya adalah logika yang konsisten. eno eno lahir pada tahun 490 SM, a terkenal dapat merelatifkan kebenaran yang mapan. %api a ditentang oleh Socrates dan Plato karena a berfikir sofis sedang sofis terkandung pengertian yang menipu, hipokrit dan sinis. !rotagoras a dari barisan sofis yang pernah mengatakan bahwa manusia itu adalah ukuran kebenaran. %api tidak diketahui apakah yang a maksud manusia sebagai sebagai pribadi atau manusia pada umumnya, akibatnya a memberikan pemahaman bahwa tidaka ada ukuran yang absolut baik etika, metafisika maupun agama bahkan teori-teori matematikapin tidak. orgias Ada tiga proposisi yang diajukan oleh Giorgias yakni pertama, tidak ada yang ada, maksudnya bahwa realitas itu sebenarnya tidak ada.Kedua, bila sesuatu itu ada maka ia tidak akan dapat diketahui, disebabkan karena karena penginderaan tidak dapat dipercaya. Ketiga, sekalipun realitas dapat diketahui, ia tidak dapat diberitahukan kepada orang lain karena kata- kata mempunyai perngertian yang relatif. $ocrates Ajaran yang mengatakan bahwa kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang mapan bahkan mengguncangkan keyakinan agama lalu Socrates (470-399 SM) meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif. Socrates tidak mengabadikan piikirannya dalam tulisan tetapi beruntung murid-muridnya termasuk Plato telah mencatat pendapat-pendapatnya. Socrates hidup di zaman jatuhnya imperium Athena bahkan sempat menyaksikan keruntuhan Athena menjelang wafatnya. Metode yang digunakan oleh Sorates adalah dialektika yang berarti bercakap-cakap atau berdialog, karena dialog dianggap mempunyai peranan penting dalam menghasilkan ilmu. !Iato W Murid dari Socrates, ia pernah mengatakan bahwa kebenaran umum dari sebuah defenisi tidak dibuat dengan cara dialog yang induktif seperti pada Socrates melainkan pengertian umum itu sudah tersedia di sana yakni dalam alam idea. Adapun defenisi Socrates dapat saja diartikan tidak memiliki realitas sedang menurut Plato esesnsi itu punya realitas, realitasnya ya di alam idea. %etapi ia sependapat dengan Socrates mengenai bahwa kebenaran itu ada yang umum dan ada yang khusus. AristoteIes AristoteIes adaIah murid, teman dan huru dari !Iato, teIah mendapatkan pendidikan yang baik sebeIum menjadi seorang fiIosouf. Adapun keIuarganya cenderung pada iImu kedokteran, suasana berfikir saintifik ini besar pengaruhnya pada AristoteIes. OIeh karena itu kita dapat menyaksikan warna fiIsafat !Iato dibanding dengannya, yang sistematis dan amat dipengaruhi oIeh metode empiris. ArsitoteIes Iahir pada tahun 384 $ di stagira, sebuah kota di Thrace, Ayahnya meninggaI ketika Ia masih muda IaIu diambiI oIeh Oroxenus dan memberikan pendidikan yang istimewa padanya. Tak kaIa AristoteIes berumur 18 tahun Ia dikirim ke Athena dan dimasukkan ke Akademia !Iato. asa itu orang memang menjadi kebiasaannya mengirim anaknya ke pusat -pusat perkembangan inteIektuaI. Di Athena Ia beIajar pada !Iato. DaIam pergauIan tingkat atas, ia berteman dengan AIexander, putra dari !utra !hiIip dan asedonia. AIexanderIah yang membiayai risetnya yang mengahsiIkan kemajuan daIam sains dan fiIsafat. LaIu di Ia mendirikan sekoIah Lyceum yang di daIamnya ia membuat peneIitian yang menjeIaskan prisnsip-prinsip sains, poItik, retorika dan diaIektika. Aristoteles percaya adanya %uhan, bukti adanya %uhan menurutnya ialah %uhan sebagai penyebab gerak. Pada Aristoteles kita menyaksikan bahwa pemikiran filsafat itu lebih maju, dasar- dasar sains diletakkan dan %uhan dicapai dengan akal.