You are on page 1of 6

500 Hektar Hutan NTB Kritis

Sekitar 500 hektare areal hutan di Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam keadaan kritis akibat penebangan liar yang dilakukan oknum yang tidak bertanggungjawab. "Hutan yang kritis itu berada di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan, sehingga sumber mata air di NTB berkurang drastis dari 700 sumber mata air kini tinggal sekitar 200 sumber mata air," kata Kepala Dinas Kehutanan NTB, Ir. Harina di Mataram, Sabtu (26/9). Oleh karena itu, sejumlah daerah di NTB dikhawatirkan akan mengalami kekeringan, sehingga pemerintah dengan berbagai upaya terus mencegah kerusakan hutan sekaligus melakukan penghijauan. "Pemerintah juga berupaya mencegah semakin berkurangnya sumber mata air dengan melakukan pembinaan kepada masyarakat," katanya. Sekarang, ada sekitar lima pengusaha yang akan melakukan investasi di bidang kehutanan dengan luas areal lebih dari 25.000 hektare, termasuk hutan tanaman industri. Selain itu, kegiatan penambangan, terutama di aliran sungai juga dibatasi, karena sejumlah limbah tambang yang terbuang ke sungai membuat sungai menjadi dangkal dan airnya macet. "Yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan penghijauan di berbagai kawasan hutan dan sabuk-sabuk hijau bendungan yang ada di NTB, dengan menanam berbagai jenis pohon yang banyak menyimpan air seperti pohon bunut atau beringin, guna memenuhi kebutuhan air bersih," katanya. Air bersih marupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang mendesak, karena cakupan air bersih, terutama di pedesaan, hingga kini baru tersedia sekitar 30 persen, sementara di perkotaan layanan air bersih juga baru ada 60 persen.

"Layanan air bersih untuk perkotaan diambil dari berbagi sumber mata air seperti di Narmada dan hutan Suranadi, Lombok Barat berjarak sekitar 30 kilometer ke arah timur

Komentar: Percuma saja jika melakukan penghijauan (penanaman) saja


tanpa merawatnya. Dalam hal ini,bukan pemerintah yang bertanggung jawab, kita semua sebagai mansyarakat yang berada didaerahtersebut haruslah ikut melestarikan dengan cara merawatnya

24 Pulau di Indonesia Hilang, Ribuan Lainnya Terancam

Tercatat sebanyak 24 pulau kecil di Indonesia telah lenyap, baik akibat kejadian alam, maupun ulah manusia. Namun, itu belum seberapa. Yang lebih mengkhawatirkan, 2.000 pulau lain di Tanah Air juga terancam tenggelam akibat dampak pemanasan global. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI Freddy Numberi saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Widyatama (Utama) Bandung, Jumat (2/10). Acara kuliah umum ini dihadiri pula oleh Bupati Sorong Stepanus Malak dan civitas akademika Utama. Freddy menyatakan, ke-24 pulau ini hilang akibat tsunami Aceh pada 2004, abrasi, dan kegiatan penambangan pasir yang tidak terkendali. Pulau-pulau ini di antaranya Pulau Gosong Sinjai di NAD akibat tsunami, Mioswekel di Papua akibat abrasi, dan Lereh di Kepulauan Riau akibat penambangan pasir. Pemanasan global, ucapnya, menjadi ancaman paling konkret dan berbahaya bagi pulau-pulau lain di Tanah Air. Menurut analisis bersama Departemen Kelautan Perikanan RI dan PBB, pada tahun 2030, sekitar 2.000 pulau kecil di Indonesia akan lenyap. "Saya punya list-nya, tetapi tidak bisa diungkapkan di sini," ujarnya. Dikatakan Freddy, kenaikan permukaan laut bisa mencapai lebih dari 2 meter jika tidak ada penanganan serius dalam menghentikan laju pemanasan global. Tidak hanya di pulau-pulau kecil, dalam simulasi dampak perubahan iklim, sebagian wilayah pesisir utara Jakarta akan tenggelam. "Bandara Soekarno-Hatta pun akan tenggelam jika tidak ada upaya serius mengurangi laju pemanasan global. Percaya sama saya, adik-adik sekalian kalau masih hidup di masa itu suatu hari akan mengingat omongan saya ini," ujarnya. Ancaman tenggelamnya pulau akibat kenaikan permukaan laut, ucapnya, bukanlah isapan jempol. "Sekarang, telah betul-betul terjadi," ucapnya memberikan contoh negara

Kepulauan Kiribati dan Tuvalu. "Presiden Kiribati telah meminta warga dunia untuk menampung warganya karena 'negeri' mereka telah hilang," tuturnya. Warga-warga dari negara yang berada di Samudra Pasifik ini telah ditampung di Australia dan Selandia Baru.

Komentar: Hilangnya pulau pulau di Indonesia beberapa disebabkan karena


alam yaitu tsunami, abrasi, dankejadian kejadian alam lainnya yang mustahil untuk di tolak oleh manusia. Namun beberapa factorlain pendukung hilangnya pulau yaitu penambangan pasir. Pemerintah harus memberikan sanksiyang tegas, memberikan pemetaan wilayah wilayah mana saja yang dapat dilakukanpenambangan. Jangan hanya mengejar pemasukan uang kas Negara saja karena lambat laun, alamakan rusak jika titik keseimbangannya sudah tidak diperhatikan lag.

Pemanasan Global Timbulkan Bencana

Pemanasan global menimbulkan bencana besar bagi kesehatan. Negara di kawasan tropis paling rawan terkena dampaknya. Kepedulian terhadap dampak kesehatan itu disuarakan belasan profesional yang tergabung dalam organisasi bidang kesehatan di dunia. Mereka menyatakan keprihatinannya, antara lain melalui publikasi dalam jurnal The Lancet dan British Medical Journal, baru-baru ini. Keprihatinan itu diutarakan terkait Pertemuan Para Pihak Ke-15 (COP-15) Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNCCC) di Kopenhagen, Denmark, Desember mendatang. Dalam publikasi itu, para dokter dan profesi kesehatan lain berpandangan, kegagalan mencapai kesepakatan dalam negosiasi perubahan iklim di Kopenhagen akan mendatangkan bencana kesehatan global. Negara-negara tropis yang sebagian besar negara berkembang, dengan kondisi kesehatan yang sudah memprihatinkan, akan menerima akibat yang paling besar. Berbagai penyakit Menurut ahli kesehatan masyarakat dari Depkes Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, I Made Jaya, pekan lalu, pemanasan global merupakan akibat dari rangkaian fenomena yang saling kait, antara lain pertambahan penduduk, peningkatan permintaan sumber daya alam, industrialisasi, konsumsi BBM, emisi, peningkatan suhu, mencairnya es, makin tingginya uap air, dan perubahan arah angin muson. Dia mencontohkan, dengan pemanasan global, amplitudo suhu makin besar. Di siang hari, suhu dapat lebih panas dan lebih dingin di malam hari, tergantung daerahnya. Kondisi itu saja menyebabkan daya tahan tubuh rawan menurun sehingga manusia mudah terjangkit penyakit.

Hal yang lebih mengkhawatirkan, makin merebaknya penyakit akibat perubahan musim. Dulu, cacar air biasanya pada September dan Oktober. Masuk musim hujan, pertumbuhan jamur dan virus makin mudah. Namun, kini, sepanjang tahun terdapat kasus itu, ujarnya. Kelangkaan sumber air akibat ketidakteraturan musim dan kegagalan manajemen air akan berpengaruh terhadap kelangkaan pangan dan penyakit kurang gizi. Agen penyakit juga gampang bermutasi. Hal ini, misalnya, terlihat dengan kemunculan kasus flu burung dan influenza A (H1N1). Virus corona, misalnya, bermutasi sehingga menyebabkan SARS. Banyak kawasan menghangat sehingga parasit pembawa penyakit, seperti nyamuk, menyebar ke daerah baru yang tak siap dengan kedatangan pembawa penyakit itu.

Komentar:

Pemanasan global merupakan akibat dari rangkaian fenomena

yang saling kait, antara lainpertambahan penduduk, peningkatan permintaan sumber daya alam, industrialisasi, konsumsiBBM, emisi, peningkatan suhu, mencairnya es, makin tingginya uap air, dan perubahan arah anginmuson.Hal ini mustahil kita hilangkan mengingat faktorfaktor tersebut merupakan rangkaian kehidupanyang dijalani manusia. Kita hanya dapat mencari alternatif lain dalam mengurangi pemanasanglobal tersebut. Misalnya dalam Industrialisasi dan konsumsi BBM, hedaknya kita menggukananalternatif bahan bakar yang ramah lingkungan seperti Tenaga Surya misalnya.Kemudian terhadap permintaan sumber daya alam, hedaknya kita menggunakan secara bijak. Tidakmenggunakan kertas secara boros (menggunakan kertas daur ulang), mengolah limbah kayumenjadi barang yang berguna kembali, mengurangi penggunaan plastik (dengan begitu produsenplastik akan melakukan produksinya dan memanfaatkan plastik daur ulang juga).Kepadatan penduduk juga dapat diatasi dengan cara menekan pertumbuhan penduduk ataumelakukan transmigasi (seperti yang pernah dilakukan pemerintah beberapa puluh tahun silam).Jadi memberikan kesempatan di daerahdaerah lain, sehingga tidak menumpuk di kota Jakarta ini.

You might also like