You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Cemas Cemas merupakan ekspresi yang dapat terjadi pada semua orang. Ekspresi tersebut sering bersifat panjang, tidak menyenangkan, terdapat rasa ketakutan yang tidak jelas, dan sering disertai dengan gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, rasa sesak di dada, rasa tidak nyaman di perut termasuk bagian ulu hati, dan rasa gelisah. Hal tersebut ditunjukan dengan berbagai sikap, misalnya tidak dapat duduk tenang. Gejalagejala yang terjadi selama berlangsungnya cemas cenderung bervariasi pada setiap orang.1 Gangguan kecemasan dapat menyebabkan manifestasi yang berhubungan dengan efek viseral dan motorik, yaitu diare, nyeri kepala, hiperhidrosis hiperrefleksia, hipertensi, palpitasi, midriasis, kegelisahan, syncope, takikardi, perasaan gatal pada ekstremitas, tremor, rasa tidak nyaman di perut, dan gangguan urinalisis (frekuensi, hesitansi, urgensi).

Episode cemas yang ringan merupakan pengealaman hidup yang biasa dan tidak memerlukan pengobatan. Tetapi jika gejala cemas cukup berat, kronis, mengganggu aktivitas sehari-hari, perlu diobati dengan obat anticemas (disebut ansiolitik atau transquilizer minor).

1.2 Obat Anti-Cemas Obat anti-cemas disebut juga ansiolitik atau obat penenang, diberikan untuk mengatasi gejala-gejala kecemasan. Obat anti-cemas memiliki efek mengendurkan otot-otot, mengurangi ketegangan, membantu tidur dan mengurangi kecemasan. Karena semua obat antiansietas

menyebabkan sedasi, obat yang sama dalam klinik sering berguna sebagai ansiolitik dan hipnotik (menyebabkan tidur) Terdapat empat golongan obat anti cemas, yaitu benzodiazepine, antihistamin, barbiturate, dan buspirone.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Obat Anti Cemas 2.1.1 Benzodiazepine Benzodiazepin merupakan golongan obat anti cemas yang sering digunakan. Obat ini telah menggantikan barbiturat dan meprobamat dalam pengobatan cemas karena lebih efektif dan aman. Obat-obatan yang termasuk golongan benzodiazepine adalah sebagai berikut : Alprazolam Klordiazepoksid Klonazepam

Ansiolitik
Klorazepat Diazepam Lorazepam Quazepam Midazolam Estazolam Flurazepam Temazepam Triazolam

Hipnotik

A. Cara Kerja Pengikatan GABA (Asam Gama Aminobutirat) ke reseptornya pada membran sel akan membuka saluran klorida, meningkatkan efek konduksi klorida. Aliran ion klorida yang masuk menyebabkan hiperpolarisasi lemah menurunkan potensi postsinaptik dari ambang letup dan meniadakan pembentukan kerja-potensial.

Benzodiazepin terikat pada sisi spesifik dan berafinitas tinggi dari membran sel, yang terpisah tetapi dekat dengan reseptor GABA. Reseptor benzodiazepin terdapat hanya pada SSP dan lokasinya sejajar dengan neuron GABA. Pengikatan benzodiazepin memacu afinitas reseptor GABA untuk neurotransmiter yang bersangkutan, sehingga saluran klorida yang berdekatan lebih sering terbuka. Keadaan tersebut akan memicu hiperpolarisasi dan menghambat letupan neuron. B. Efek Benzodiazepin bukan antipsikotik atau analgetik. Semua benzodiazepin

memperlihatkan efek berikut : 1. Menurunkan Ansietas Pada dosis rendah, benzodiazepin bersifat ansiolitik. Diperkirakan dengan menghambat secara selektif saluran neuron pada sistem limbik otak. 2. Bersifat sedatif dan hipnotik Semua benzodiazepin yang digunakan untuk mengobati cemas juga mempunyai efek sedatif. Pada dosis yang lebih tinggi, benzodiazepin tertentu dapat menyebabkan hipnosis (tidur yang terjadi secara artifisial) 3. Antikonvulsan Beberapa benzodiazepin bersifat antikonvulsan dan digunakan untuk pengobatan epilepsi dan gangguan kejang lainnya. 4. Pelemas Otot Benzodiazepin melemaskan otot skelet yang spastik. Barangkali dengan cara meningkatkan inhibisi presinaptik dalam sumsum tulang. C. Penggunaan dalam terapi 1. Gangguan cemas Benzodiazepin digunakan untuk pengobatan ansietas yang menyertai depresi dan skizofren. Obat-obat ini tidak boleh digunakan untuk stres

normal dalam kehidupan sehari-hari, tetapi hanya untuk cemas yang lebih hebat karena mempunyai potensi adiksi.obat yang bekerja panjang seperti diazepam digunakan untuk pasien dengan cemas yang memerlukan pengobatan jangka lama. Efek anticemas benzodiazepin kurang

menimbulkan toleransi dibanding efek sedatif dan hipnotik.untuk gangguan panik digunakan alprazolam sebagai terapi jangka pendek dan panjang, tetapi pada 30% penderita panik, menyebabkan gejala putus obat. 2. Gangguan Otot Diazepam digunakan untuk pengobatan spasme otot skelet seperti pada kaku otot dan dalam mengobati spastik akibat gangguan degeneratif seperti pada multipel sklerosis dan serebral palsi. 3. Kejang Klonazepam berguna dalam mengobati epilepsi, sedangkan diazepam adalah obat pilihan untuk menghilangkan kejang epileptik grand mal dan status epileptikus. Klordiazepoksid, razepat, diazepam dan oksazepam digunakan untuk pengobatan akut putus alkohol. 4. Gangguan Tidur Tidak semua benzodiazepin digunakan sebagai obat tidur, meskipun semua mempunyai efek sedatif dan penenang. Tiga benzodiazepin yang paling banyak digunakan untuk gangguan tidur adalah flurazepam yang bekerja lama, temazepam kerja menengah, dan triazolam kerja singkat. a. Flurazepam Benzodiazepin yang kerja panjang ini meningkatkan lama tidur. Flurazepam mempunyai efek jangka panjang dan dapat menyebabkan insomnia rebound ringan. Untuk pengobatan jangka panjang,

efektifitasnya dapat bekerja selama 4 minggu. Flurazepam dan metabolit

aktifnya mempunyai waktu paruh sekitar 85 jam, menyebabkan mengantuk pada siang hari. b. Temazepam

yang

dapat

Obat ini berguna pada pasien yang sering bangun. Efek sedatif paling tinggi terjadi 2-3 jam setelah minum obat dan karenanya perlu diberikan beberapa jam sebelum tidur. c. Triazolam Benzodiazepin ini mempunyai masa kerja yang relatif singkat dan digunakan untuk memacu tidur pada pasien dengan insomnia berulang. Temazepam digunakan untuk insomnia dalam bentuk tidak dapat tidur nyenyak, triazolam efektif dalam mengobati idividu yang mengalami kesulitan tidur.toleransi biasanya terjadi setelah beberapa hari dan waktu putus obat sering menimbulkan insomnia ulangan. Dengan demikian obat ini bermanfaat bila digunakan secara berkala bukan tiap hari. D. Efek Samping 1. Mengantuk dan Bingung Efek ini merupakan dua efek benzodiazepin ynag paling sering. Ataksia terjadi pada dosis tinggi dan menghambat aktifitas yang memerlukan koordinasi motorik halus seperti mengendarai mobil. Gangguan kognitif dapat terjadi setelah penggunaan obat ini. Triazolam, sering menunjukan pengembangan toleransi yang cepat, insomnia dan ansietas siang hari disertai amnesia dan bingung. 2. Perhatian Perlu kewaspadaan jika menggunakan benzodiazepin untuk pasien yang mengalami gangguan hati. Obat ini dapat memperkuat alkohol dan depresan

SSP lain. Namun benzodiazepin tidak berbahaya dibandingkan obat ansiolitik dan hipnotik lain. 2.1.2 Buspirone a. Mekanisme kerja Berbeda dengan benzodiazepine dan barbiturate, buspirone tidak mempengaruhi sistem neurotransmitter GABA. Mekanisme buspirone tidak dimengerti secara lengkap saat ini. Onset kerja buspirone lebih lambat dibandingkan benzodiazepine, dimana membutuhkan waktu 2-4 minggu untuk menunjukan adanya respon klinis. b. Indikasi Buspirone digunakan dalam terapi gangguan kecemasan umum. c. Kontra Indikasi Tidak dianjurkan untuk terapi putus benzodiazepine, alkohol, atau obat sedatif hipnotik. d. Efek samping Nyeri kepala, mual, dan insomnia. 2.1.3 Antihistamin (Hydroxyzine) a. Mekanisme kerja Memiliki sifat penghambatan reseptor H1 dan aktivitas kolinergik antimuskarinik. Tidak lebih unggul daripada benzodiazepine dan belum terbukti efektif sebagai ansiolitik jangka panjang. b. Indikasi Digunakan untuk gangguan cemas. c. Kontra Indikasi Pada ibu hamil dan menyusui.

d. Efek samping Sedasi, rasa pusing, hipotensi, agitasi, gangguan epigastrik, mual-muntah, diare, dan konstipasi.

2.1.4 Barbiturat (Phenobarbital) a. Mekanisme kerja Merupakan obat sedative-hipnotik yang meibatkan kompleks reseptor GABA, reseptor benzodiazepine, dan reseptor ion klorida. b. Indikasi Digunakan untuk terapi insomnia dan sebagai pilihan obat alternatif selain benzodiazepine atau buspirone. c. Kontra Indikasi Pada wanita hamil dan wanita menyusui. d. Efek samping disforia paradoksikal, hiperaktivitas, dan disorganisasi kognitif. Efek samping yang jarang adalah sindroma Steven Jhonshon, anemia megaloblastik, dan osteopeni.

BAB III KESIMPULAN

Ansiolitik digunakan untuk mengatasi gejala-gejala cemas. Terdapat empat golongan ansiolitik, namun yang paling sering digunakan adalah dari golongan benzodiazepine.

You might also like