You are on page 1of 5

Nama Nim Mk

: Sy. Nurlia Hafizah : 0801120196 : Metode Ilmu Hubungan Internasional kelas A

Jurusan : Hubungan Internasional

TEORI
Makna Teori Asal kata teori berasal dari bahasa Yunani yang artinya melihat atau memperhatikan. Teori dapat berarti suatu pandangan atau persepsi tentang apa yang terjadi. Dengan kata lain, teori dapat didefinisikan sebagai pekerjaan yang mendeskripsikan tentang apa yang terjadi, menjelaskan mengapa hal itu terjadi, serta meramalkan kemungkinan apa yang akan menyebabkan kejadian itu dimasa yang akan datang. Dalam pengertiannya, terdapat perbedaan pendapat tentang teori. Pertama, terdapat kekacauan pengartian antara teori politik dan filsafat politik dalam ilmu sosial. Kedua, terdapat kesalahan pengertian dalam kehidupan sehari-hari tentang arti teori dan prektek. Ketiga, terdapat kecenderungan untuk menyamakan antar teori dengan dugaan. Secara umum, teori merupakan suatu bentuk pernyataan yang menjawab pertanyaan mengapa. Jadi, berteori adalah upaya memberikan makna pada suatu fenomena yang terjadi. Dalam menjelaskan suatu fenomena, teori memerlukan pembuktian secara sistematik. Untuk itu, teori perlu diuji dengan bukti-bukti yang sistematik.

Berbagai Tipe Teori Teori dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai ruang lingkup, berdasarkan jangkauan, berdasarkan tingkat-tingkatnya atau berdasarkan struktur internalnya. Berbagaiproposisi teoritik yang dikenal dalam ilmu sosial memiliki kadar teoritik yang bervariasi. Berdasarkan kadar teoritik ini, terdapat tiga tingkatan yakni : 1. Sistem Klasifikasi Tipologi pada dasarnya merupakan sisten klasifikasi atau sistem kategori, bukan merupakan sistem teoritik. Tipologi terdiri dari sistem kategori yang dibangun untuk mengorganisasi kan hasil pengamatan sehingga hubungan antar kategori dapat dideskripsikan. Tujuan adari tipologi itu sendiri adalah untuk membuat skema yang yettib untuk mengklasifikasi dan mendeskripsikan fenomena. Untuk menguji tipologi tersebut dapat memperhatikan objek tersebut dalam penelitian dan melihat apakah konsep-konsep yang ada dalam sistem klasifikasi juga dimiliki oleh objek penelitian. Perlu ditekankan bahwa tipologi hanya mendeskripsikan fenomena empirik dengan mencocokkan fenomena itu dengan kategori yang ada dalam tipologi tersebut. 2. Kerangka Konseptual Tingkatan yang lebih tinggi dari sistem klasifikasi yakni kerangka konseptual. Pada tingkatan ini, kategori-kategori deskriptif secara sistematik ditempatkan dalam suatu struktur proposisi. Dalam hal ini, konsep deskriptif saling dikaitkan dalam urutan yang sistematik, da masing-masing mempengaruhi fungsinya masing-masing. Kerangka konseptual ini berada setingkat lebih tiatas tipologi karena proposisinya bukan hanya meringkas, tetapi juga memberi eksplanasi dan prediksi terhadap hasil pengamatan empirik. 3. Sistem Teoretis

Tingkatan tertinggi dalam proposisi yakni sistem teoritis. Sistem teoritis merupakan kombinasi antara sistem klasifikasi dan kerangka konseptual. Namun, disini deskripsinya serta eksplanasi dan prediksi dikombinaksikan secara sistematik. Pada tingkat inilah proposisi memnuhi persyaratan definisi teori yang lebih sempit. Yakni teori sebagai suatu sistem proposisi yang saling berkaitan, dimana beberapa proposisi bisa dideduksikan dari proposisi yang lain. Dua Format Teori Abraham Kaplan membagi dua format dasar teori berdasarkan struktur internalnya, yakni : 1. Teori Aksiomatis Teori aksiomatis diatrikan sebagai generalisasi yang dihubungkan secara deduktif. Deduksi sendiri merupakan ciri pokok teori. Sustu sistem aksiomatis terdiri dari aksioma, definisi dan teori. Aksioma merupakan pernyataan yang berfungsi sebagai premis dari suatu argumen deduktif. Sementara teorem merupakan pernyataan yang diturunkan secara logis dari aksioma dan fungsi sebagai kesimpulan dari suatu argumen deduktif. Dalam hal ini, pernyataan yang memiliki tingkat universalitas tinggi adalah aksioma, sedangkan yang memiliki yingkat universalitas lebih rendah disebut teorem. 2. Teori Berangkai (concatenated) Teori ini memiliki bentuk rangkaian pernyataan-pernyataan dalam suatu argumen yang tidak harus bersifat deduktif. Kelemahan teori ini tidak fatal, namun dengan menggunakan teori ini proses keilmuan menadi semakin sulit dan memungkinkan timbuknya penafsiran individual yang saling bertentangan. Dalam menggunakan teori ini, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan yakni :

a) Teori itu harus menunjukkan unit-unit yang terlibat dalam hubungan antar unit tersebut. Jadi teori tersebut harus bisa menunjukkan fenomena tertentu dipelajari, serta harus mempu mendeskripsikan struktur unit-unit yang saling berhubungan. b) Secara dinamis, teori tersebut harus dapat menuntun kita untuk mencari sekumpulan faktor-faktor yang menentukan terjadinya fenomena tersebut. Kriteria Penilaian Teori Dalam ilmu sosial, kita dapat menilai teoi berdasarkan dua kriteria, yakni dengan menggunakna range(jangkauan) dan explanatory power. Teori yang meiliki jangkauan terbatas meliputi ruang lingkup kasus-kasus atau periode waktu terbatas. Sedangkan explanatory power merupakan suatu konsep yang lebih kompleks dan melibatkan dua dimensi, yang masing-masing saling bertentangan, yakni parsimoni dan ketepatan deskriptif. Parsimoni dalam pengertian ini merupakan kemampuan untuk mengatakan sebanyak mungkin dengan sesedikit mungkin kata. Jadi, suatu teori yang baik adalah jika suatu teori dapat dengan sesederhana mungkin dapat dipahami. Menemukan suatu eksplanasi yang parsimonious dapat dilakukan dengan mudah, namun akan sangat sulit ditemui eksplanasi yang parsimonious dengan ketepatan deskriptif. Daya eksplanasi dalam hal ini merupakan suatu kemampuan menjelaskan perilaku dengan sedikit anomali. Teori yang paling kuat daya eksplanasinya yakni dengan menggunakan anomali yang paling sedikit dan memiliki kandungan empiris yang terbukti. Selain itu, salah satu ciri kekuatan sebuah teori adalah kemampuan membuat prediksi yang berhasil. Middle-Range atau Grend Theory Dalam teori ilmu hubungan internasional, ilmuan seperti J.David singer, Karl Doutsh, Joseph Nye cenderung menekankan upaya teorisasi middle-range. Sedangkan ilmuan lain seperti HJ. Morgenthau lebih menekankan pada grand

theory. Pada pendukung middle range berpendapat bahwa upaya membuat grand theory cenderung mengharuskan teoritis melakukan penyederhanaan fenomena secara berlebihan. Dengan kata lain, hanya memperhitungkan sedikit sekali variabel independen. Penyederhanaan yang berlebihan juga dapat membuat suatu teori tidak relevan dengan kebutuhan untuk membuat kebijaksanaan. Sementara itu, pendukung teori middle-range berasusmsi bhawa teori ini dapat menjanjikan lebih banyak ketepatan deskriptif karena teori ini umumnya memuat variabel independen yang lebih banyak. Untuk itu, pembicaraan dalam perkembangan ilmu hubungan internasional saat ini membuat pertimbangan relevansi sehingga middle-range lebih diperlukan daripada grand theory. Sumber Rujukan Mohtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi, (Edisi Revisi), LP3ES Jakarta 1990.

You might also like