You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue atau yang lebih dikenal dengan singkatan DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan merupakan vector borne disease atau ditularkan melalui vektor, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama karena dapat menyerang semua gologngan umur dan menyebabkan kematian khususnya pada anak dan kejadian luar biasa (wabah). Namun dalam dekade terakhir terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita DBD pada orang dewasa. Gejalanya antara lain demam/panas tinggi mendadak disertai dengan pendarahan, kebocoran plasma dan berisiko menimbulkan syok. WHO memperkirakan tiap tahunnya sebanyak 500.000 pasien DBD membutuhkan perawatan di rumah sakit dimana sebagian besar pasiennya adalah anak-anak. Sekitar 2,5% diantara pasien anak tersebut diperkirakan meninggal dunia. Tanpa perawatan yang tepat, case fatality rate (CFR) DBD dapat saja melampaui angka 20%. Adanya akses yang lebih baik untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan dan penanganan yang tepat baik sejak gejala awal maupun perawatan lanjutan serta peningkatan pengetahuan tentang DBD dapat menurunkan tingkat kematiannya hingga di bawah 1% (WHO, 2009). Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan

lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai. Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali TimorTimur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun. KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003). Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun. Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.

B. Surveilens Dan Manajemen

Surveilens adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematis dan terus menerus menghasilkan informasi menjadi bukti yang digunakan untuk menejemen pelayanan atau program programkesehatan termasuk program pemberantasan demamberdarah. Dengan defenisi ini dapat dianggap bahwa manajemen program pemberantasan demam berdarah akan berhasil secara optimal anatara lain apabila system surveilens demam berdarah direncanakan dan dilaksanakan secara rasional System terdiri atas beberapa komponen yang pada wujudnya mencapai tujuan bersama. System surveilens yang baik adalah system yang mempunyai tujuan yang jelas, pengolahan dan analisis data disesuaikan dengan pencapaian tujuan dan hasilnya dapat digunakan untuk pelayanan, pengumpulan data mudah dilakukan dengan partisipasi semua pihak yang bersangkutan sehingga didapatkan data yang representative dan sensitive dari system dapat ditingkatkan (teutsch,1994). Di samping itu kualitas dan akurasi data dapat ditingkatkan dan dipelihara. Kualitas data dapat dinilai dengan mengetahui relevansi, validitas, kelengkapan dan ketepatan data itu ( lapau, 2002 ) Apabila system surveilens dapat ditingkatkan maka informasi surveilens ( Claquin,1993 ) yang dihasilkan menjadi berkualitas dan akurat yang dapat digunakan untuk Kewaspadaan dini Memantau kecendrungan penyakit Memantau factor sreiko yang terkait dengan kasus penyakit Memantau program pemberantasan, dan Mementukan prioritas yang diperlukan untuk mengatasi masalah Manajemen adalah kemampuan menggunakan sumberdaya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan system. Dalam pendekatan system,sumberdaya disebut input,kegiatan disebut proses, hasil kegiatan disebut outcome yang terdiri atas output, efek dan dampak.output adalah hasil kegiatan system yang dapat diketahui bila dilakukan studi dalam masyarakat. Efek adalah gambaran tingkah laku kesehatan dalam masyarakat, sedangkan dampak adalaha asalah kesehatan yang secara umum diukur dengan indicator seperti angka insidensi, angka prevalensi, angka mortalitas, case fatality rate, dll (reynold,1993). Dalam setiap program kesehatan, para ahli yang bersangkutan telah menetapkan indicator-indikator masingmasing dlam input, proses, output, efek dan dampak. Hasil analisi data adalah informasi, sedangkan informasi menghasilkan bukti, analisis data untuk masing-masing indicator yangda dalam dampak, efek, output, proses dan input dapat

menghasilkan informasi masalah tertentu yang menggambarkan kesenjangan dari apa yang diharapkan dan apa yang terjadi. Informasi dapat diinterpretasi menjadi bukti (Koot,2001 ) yang digunakan untuk manajemen dapat dilakukan dengantahapan kegiatan sdebagai berikut : Pertama adalah relevansi,dikaitkan dengan apakah interpretasi dapat dicapainya tujuan program unutk memecahkan masalah, dalam hali ini hasil analisis dalam masalah penyakit (dampak ) yang dipelajari dan asalah-masalah lain dalam pelayanan kesehatan ( efek, output, proses dan input ) dihubunkan satu sama lain dengan pencapaian tujuan, dan juga apakah ada kaitan factor resiko ( lingkungan dan penduduk ) tertentu dengan kejadian penyakit yangmerupakan indicator dampak. Kedua adalah koherensi yaitu kiatan dengan konsistensi logis dari hubungan antara masalah penyakit dengan factor risiko dan dengan masalah-masalah pada efek, output, proses dan input dari waktu kewaktu dan dari tempat lain. Ketiga adalah apakah informasi dikaji dalam konteks populasi geografi Keempat adalah bahwa informasi secara sistematis dapat digunakan dalam siklus system manajemen yaitu perencanaan, pemantauan dan penilaian. Yang menjadi pertanyaan adalah 1) apakah surveilens demam berdarah seperti tersebut diatas telah dilaksanakan dikabupaten lain , dan 2 ) apakah informasi yang dihasilkan oleh surveilens demam berdarah dan metode lain sudah dimodifikasi menjadi bukti yang dapat digunakan untuk perbaikan manajemen pemberantasan demam berdarah di kabupaten ini. A. Konsep penanggulangan demam berdarah Tujuan dari program pemberantasan demam berdarah ialah turunnya angka kematian karena demam berdarah dan turunnya merbiditas demamberdarah ( Dit.Jen. PPM & PL, 2000). Bila dilakukan pengobatan dengan ttalaksana standard, maka diharapkan penyembuhan pada penderita demam berdarah sehingga angka kematian karena demamb berdarah dapat menurun. Kejadian demam berdarah dapat dikurangi dengan pencegahan dan promosi pemberantasan demam berdarah. Pencegahan terdiri atas peningkatan daya than tubuh dan pengendalian lingkungan. Promosi pemberantasan demam berdarah ditujukan padprilaku perlindungan individu dan peningkatan peranan lintas sector. Surveilens perlu ditingkatkan sehungga didapatkan informasi yang berkualitas dan akurat, yang dapat dijadikan buktidalam rangka merumuskan pengobatan, pencegahan dan promosi yang lebih baik. ( gambar 1.1)

Gambar I.1 GARIS BESAR KERANGKA KONSEP PENANGGULANGAN ASALAH DEMAM BERDARAH
Mortalitas demam berdarah Ketepatan pengobatan standar

pengobat an

Morbiditas demam berdarah

Daya tahan tubuh

Pengendalian lingkungan

Perilaku perlin dungan individu

Peranan lintas sektor

pencegaha n

promosi

Kualitas dan akurasi informasi surveilens

1.

Surveilens demam berdarah Bila surveilens diperkuat maka dapat diharapkan kualitas dan akurasi data akan

meningkat sehingga hasil analisis situasi tepat. Kualitas dan akurasi data yang bersangkutan tergantung pada tujuan system surveilens, pengumpulan data yang relevan dengan tujuan

surveilens itu, diagnosis tepat, data lengkap, adanya partisipasi fasilitas kesehatan dalam pengumpulan data, data tepat waktu, adanya akses masyarakat kepelayanan kesehatan danhasil analisis yang konsisten ( gambar 1.2 ) Tujuan system surveilens dan pengumpulandata yang relevan masing-masing tergantung pada pengetahuan dan keterampilan petugas surveilens yang bersangkutan, sedangkan ketepatan diagnosis tergantung pad akualitas pemeriksaan klinis yangtergantung pula pada pengetahuan dan keterampilan dari petugas klinis yang bersangkuatan. Partisipasi dari fasilitas kesehatan terhadap kegiatan surveilens tergantungpada adanya advokasi, koordinasi dan sosialisasi. Masyarakat akses kepalayanan kesehatan tergantung pad geografi ( jarak, tramport ), pencarian pengobatan ke fasilitas kesehatan, mutu pelayanan, persepsi masyakarakat terhadap pelayanan dan social ekonomi masyarakat. Konsistensi hasil analisis tergantung padapengolahan dan analisis data yang dilakukan, yang tergantung pula pada kemempuan dan adanya latihan, adanya intensif, adanya keteramplan, sdangkan cara manual tidak meyakinkan. Gambar I.2
KERANGKA KONSEP FACTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN MASLAH KUALITAS DAN AKURASI INFORMASI DALAM SURVEILENS PENYAKIT DEMAM BERDARAH

2. 3.

Pengobatan demam berdarah

Kerangka konsaep factor-faktor yangbberkaitan dengan pengobatan demam berdarah Pencegahan demam berdarah Kerangka konsep factor-faktor yang berkaitan dengan upaya pencegahan demam berdarah

4.

Pelayanan promosi pemberantasan Promosi kesehatan termasuk pemberantasan penyakit adalah proses memampukan orang atau masyarakat untuk meningkatkan kendali atas kesehatannya dan memperbaiki status kesehatannya, proses ini dilaksanakan oleh usaha kombinasi antara bidang bidang pendidikan, organisasi, kebijaksanaan dan sokongan peraturan untuk perobahan lingkungan dan tingkah laku yang kondusif untuk kesehatan. Sesuai dengan defenisi tersebut promosi pemberantasan demam berdarah ditujukan pada perlindungan individu dan lintas program ( gambar 1.5 ) Prilaku perlindungan individu termasuk pada menguras bak mandi, menngganti air pada vas bungan sekali seminggu, memelihara kebersihan lingkungan, mengubur/ membakar barang- barang bekas yang tidak berguna yang bisa menyebabkan genangan air, menutup rapat-rapat tempat penampungan air. Keberhasilan komunikasi lintas sector/program tergantung pada koordinasi dan strategi advokasi. Koordinasi kurang efektif karena ego sektoral dan ego program. Keberhasilan strategi advokasi tergantung pada profesionalisma dalam pemasaran social, juklak advokasi dan advokasi atas dasar bukti

GAMBAR 1.5 KERANGKA KONSEP FACTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN PROMOSI PADA PEMBERANTASAN DEMAM BERDARAH

Insiden demam berdarah

Perilaku perlindungan individu Menguras bak mandi Mengganti air vas bunga Memelihara keber sihan lingkungan Mengubur barang- barang bekas Menutup rapat tempat air

Lintas sector/ program

koordinasi

Strategi advo kasi kurang Petugas kurang professional dalam pemasaran Juklak advokasi Advokasi atas dasar data

Ego sentral Ego program

A.

Indicator surveilens dan manajemen pemberantasan demam berdarah Dari kerangka konsep (gambar1.5) tersebut diatas, terdapat factor-faktor yang sudah dapat dikembangkan indikatornya menurut komponen kegiatan pemberantasan system yaitu dampak, efek, output, proses dan input pada table 1.1 di bawah ini :

Bab II Rancangan studi A. Tujuan umum Dari pertanyaan pertanyaan yang muncul dari seksi-seksi sebelumnya, maka dapat dirumuskan tujuan umum sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui masalah system surveilens demam berdarah sebelumnya dikabupaten yang bersangkutan

2. Untuk mengetahui informasi yang merupakan hasil dari surveilens demam berdarah 3. Untuk mengetahui hasil dan masalah dalam pengobatan demam berdarah 4. Untuk mengetahui masah dari promosi pemberantasan demam berdarah 5. Untuk mendapatkan bukti yang berguna untuk perbaikan manajemen pemberantasan demam berdarah A. Dalam rangka mencapaiu tujuan umum seperti tersebut diatas, maka dikembangkan tujuan khusus sebagai berikut : 1. Mengetahui kelemahan dlam system suveilens demam berdarah 2. Menetahui kualitas dan akurasi data demam berdarah 3. Mengetahui adanya informasi kewaspadaan dini dan pola musim demam berdarah 4. Mengetahui kecendrungan penyakit demam berdarah 5. Mengetahui hubungan factor risiko dengan kejadian demam berdarah dalam rangka pencegahan demam berdarah 6. Mengetahui masalah pengobatan demam berdarah supaya jangan terjadi kematian 7. Mengetahui masalah dlam lintas sector/lintas program dan factor terkait 8. Mengetahui masalah dalam usaha prilaku individu dan factor terkait 9. Mengetahui masalah dalam masing-masing dampak, efek, output, proses dan input dalam rangka menginterpretasi informasimenjadi bukti dalam masing-masing komponen pemberantasan. 10.Mengetahui kaitan informasi yang terdapat dalam dampak, efek, output, proses dan input dalam rangka menginterpretasi informasimenjadi bukti dalam masing-masing komponen pemberantasan. 11.Merumuskan intervensi yangbduperlukan dalamrangka surveilens, pencegahan dan pengobatan dan promosi pemberantasan demam berdarah 12.Menentukan prioritas intervensi yang diperlukan masing-masing dalam surveilens pencegahan, pengobatan dan promosi pemberantasan demam berdarah c. untuk mencapai tujuan khusus 1 yaitu untukmengetahui kelemahan dalam system surveilens, perhatikan kerangka konsep yang menyangkut surveilens ( gambar V.2 ) dengan demikian dinyatakan dan atau di observasihal-hal sebagai berikiut : 1. apakah ada tujuan sisrem surveilens DBD di kabupaten itu 2. Apakah pengolahan dan analisis data relevan dengan tujuan itu

3. bagaimana penelitian terhadap kebenaran diagnosis DBD Indicator output :kualitas diagnosis dari penelitian berkala Indkator proses : % puskesmas dengan kualitas diagnosis puskesmas yang baik Indicator input : % tenaga diseluruh puskesmas yang mendiagnosis DBD dengan baik 4. Bagaimana kelengkapan data ditingkat kabupaten Indicator output : % kelngkapan data perbulan pertahun 5. bagaimana ketepatan waktu sampai data ke kabupaten Indicator output : % puskesmas yang tepat waktu melaporkan data kekabupaten 1. Bagaimana partisipasi fasilitas kesehatan dalam pengumpulan data Indicator proses:% fasilitas kesehatan yang mengirimkan data kekabupaten 2. Adakah informasi dari GIS atau metode lain yang mengukur akses pelayanan yang berkaitan dengan factor-faktor ( lihat gambar v.2 ) 3. Lakukan penilaian terhadap konsistensi data dari satu table ketabel lainnya, lalu ditanyakan factor yang berkaitan. Untuk pencapaian tujuan khusus nomor 2 yaitu untuk mengetahui kualitas dan akurasi data, maka dibuat kesimpulan ats dasar informasi dan pencapian tujuan 1 Kualitas data terdiri atas : - relevansi, lihat jawaban dari pertanyaan nomor 3 Validitas, lihat pertanyaan nomor 4 Kelengkapan data, lihat jawaban dari pertanyaan nomor 5 Ketepatan waktu data, lihat jawaban dari pertanyaan nomor 6 Akurasi data terditria atas :- relevansi data, lihat jawaban pertanyaan nomor 3 Validitas data, lihat jawaban dari pertanyaan nomor 4, 5, 6 Reliabilitas data, lihat jawaban dari oertanyaan8 Untuk pencapaian tujuan khusus 2 yaitu untukmengetahui apakah dilakukan kewaspadaan dini termasuk mengenai pola musim, dapat diketahui dengan apakah hasil analisa data ileh dinas kesehatan kabupaten atau penulis memberikanpetunjuk atas adanya KLB dan/atau pola misiman Untuk pencapaian tujuan khusus nomor 3 yaitu mengenai kecendrungan penyakit DBD dilakukan dengan menggunakan metode analisis menurut waktu, tempat ( geografis), dan orang . Indicator output : proporsi penemuan DBD Indicator proses :- proporsi manyarakat yangmencakup program Proporsi kasus DBD yang ditemukan Indicator input :proporsi puskesmas yang melakukan klasifikasi DBD

BAB III Studi surveilens dan menejemen berdasarkan bukti untuk pemberantasan DBD di kabupaten kuantansingingi A. Penilaian system surveilens DBD 1. Masalah system surveilens DBD a. Tujuan system surveilens DBD Menurut pengelolaan program,tujuanistem surveilens DBD adalah untuk mengetahui masalah DBD menurut tempat dan penduduk serta untuk mengetahui angka kematian karena DBD b. Pengolahan dan analisis data Pengelola program menyatakan bahwa pwngolahan dan analisis data di usahakan untuk mencapai tujuan itu walaupun masih belum dilaksanakan secara optimal c. Ketepatan klasifikasi atau diagnosis Ada beberapa puskesmas yang tidak menetapkan diagnosis d. Kelengkapan data sampai di kabupaten Sebaiknya penerimaan laporan dari puskesmas tersebut dapat dilakukan pengolahan data untuk mengetahui tingkat kelengkapan maupun ketepatan penerimaan laporan. Hasil pengolahan ini dismping diperlukan untuk melengkapi penjelasan terhadap hasil pencapian program sekaligus juga sebagai tahapan untuk melakukan validasi data dan merupakan bahan untuk umpan balik pada puskesmas Sedangkan hasil pengoilahan data yang dilakukan oleh penulis terhadap laporan yang diterima kabupaten dapat dilihat dalam gambar III.1 berikut :

Pada gambar III.1 terlihat bahwa tingkat kelengkapan data yang diterima pengelola program di tingkat kabupaten sangat bagus sekali >80%. Pengolahan data di tingkat puskesmas atas dasar laporan yang diterima juga dapat dilkukan. Hasil analisis ini sekaligus dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan seperti bahan melakukan supervise, pembinaan terhadap puskesmas, dll.

Informasi mengenai kelengkapan data merupakan informs yang sangat penting di samping informs analisis data utama yang dihasilkan,kelengkapan yang dimaksud disini termasuk kebenaran dalam pengisian datanya. Dengan informasi ini akan lebih menjelaskan seberapa besar hasil analisi tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya disamping dapat digunakan untuk kepentingan umpan balik kapada institusi pelapor. e. Partisipasi masyarakat/fasilitas kesehatan Partisipasi masyarakat agak sulit mengukurnya, namun secara khusus dapat dilihat dari aktifitas kadernya. Sedangkan partisipasi dari fasilitas pelayanan kesehatan menurust petugas telah melibatkan puskesmas dan rumah sakit yang langsung menyampaikan laporan ke dinas kesehatan. f. Ketepatan waktu data Pemantauan terhadap ketepatan waktu pelaporan belum dilakukan secara optimal namun menurut pengelola program tingkat ketepatan waktu penerimaan laporan di kabupaten kuantan singing sekitar 80 %. Ketepatan waktu penerimaan laporan sangat diperlukan untuk melihat gambaranpenyakit khususnya pemantauan atau kewaspadaan dini kemungkinan terjadinya KLB. Menurut pengelola program datangnya laporan (data) dari puskesmas ke dinkes kabupaten telah disepakati sdetiap tanggal 10 setiap bulannya, lewat dari tanggal ersebut dianggap terlambat g. Akses kepalayanan kesehatan Informasi akses ke pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten hanya terbatas pada wilayah puskesmas atau kawasan yang sifatnya umum. Untuk tingkat puskesmas pemantauan terhadapa akses kepelayanan kesehatan, kondisi geografisnya atau cirri-cirinya. Informasi ini belum didapatkan di kabupaten kuansing dengan menggunakanbantuan GIS. h. Konsistensi hasil analisis data Data yang ditemukan atau informasi yang diperoleh kemungkinan besar sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, karena daerah kuansing merupakan endemis dari penyakit DBD. 1. Kualitas dan akurasi data Kualitas data terdiri atas relevansi, validitas, ketepatan waktu dan kelengkapan data. Sedangkan akurasi data terdiri atas relevansi, validitas dan reliabilitas data. Jadi ada persamaan dan perbedaan antara kualitas dan reliabilitas data. Validitas data ditentukan oleh bias informasi, bias seleksi dn bias pengacau. Bias informasi tergantung pad ketepatan waktu dan kelengkapan data. Dari penjelasan konsep tersebut, penilaian terhadap kualitas dan akurasi data dalam laporan ini adlah sebgai berikut : Kemungkinan terjadinya bias informasi sudah dapat dieliminir sekecil mungkin karena tingkat kelengkapan data ,ketepatan klasifikasi kesus

kurang terjamin karena kurang tepatnya diagnosis . bias seleksi pasti tak dapat dihindari karena data hanya bersumber dari fasilitas kesehatan. Bias pengacau tidak diperhatikan karena data tidak digunakan untuk mengetahui asosiasi antara variable dependen dan variable independen. Reliabilitas data yaitu konsistensi menurut orang dan waktu yang tak sempat dinilai. Dengan demikian kualitas dan akurasi data dinkes kabupaten ini masih perlu diperbaiki. A. Informasi dari hasil surveilens 1. Kewaspadaan dini polamusiman Untuk keperluan pemantauan system kewaspadaan dini, petugas telah membuat pengolahan data yang menghasilkan besaran penemuan kasus DBD di msyarakat sebagaimana terlihat dalam gambar :

Pad gambar III.3 terlihat bahwa cakupan penemuan penderita DBD pada periode 2006-2009 mengalami peningkatan namun pada tahun. Mengalami penurunan Untuk mengetahui gambaran permasalahan kasus DBD tersebut, dapat juga dilihat pada gambar III.4 berikut :

Gambar III.4 memperlihatkan bahwa angka kesakitan DBD yang bersumber dari laporan sarana kesehatan selam tahun 2006-2009 berkisar antara

Untuk lebih memahami kondisi tersebut kita dapat juga memeperhatikan perbandingan antara jumlah masyarakat dengan penemuan kasus DBD .

c. pengobatan DBD upaya pengobatan DBD dilakukan dalam rangka memutus rantai penularan. Dengan pengobatan yang benar dan sesuai dengan tata laksanan standar di harapkan virus atau bakteri dalam tubuh penderita akan dapat dimatikan, sehingga penderita tidak lagi menjadi sumber penularan penyakit atau penyakitnya menjadi lebih parah. Analisis terhadapa upaya pengobatan belum dilaksanakan secra optimal yaitu masih terbatas pengolahan untuk melihat penggunaan obat dan jumlah kasus yang dobati. Sebenarnya analisis masih dapat dikembangkan untuk melihat ketepatan dalam penerapan tatalaksana, ketepatan dosis dan waktu pengobatan. Dalam hal ini kami tidk dapat melakukan analisis terhadap hasil pengobatan lebih lanjt namun semua ksus menurut informs petugas telah diberikan pengobatan standar sesuai dengan tatalaksna yang berlaku D. upaya promosi kesehatan beberapa kegiatan promkes telah dilakukan oleh petugas seperti kegiatan sosialisasi, advokasi dan KIE baik kepada masyarakat maupun lintas sector terkait. A. Pemanfaatan bukti untuk perbaikan manajemen. 1. Memasukkan informasi maslah dalam siklus pendekatan system 2. Kaitan maslah dalam siklus pendekatan system 3. Perumusan intervensi Dari kaitan atas informasi masalah seperti terlihat pada gambar

You might also like