You are on page 1of 16

Keluhan utama Keluhan Tambahan

: Demam sejak 5 hari SMRS : Batuk, pilek, timbul bercak merah pada kulit

Riwayat Penyakit Sekarang : Os datang dari UGD RS. dengan keluhan demam yang timbul mendadak sejak 5 hari SMRS, demam menetap sepanjang hari. Os sudah di berikan obat penurun panas, namun panas os hanya turun beberapa jam kemudian panas badan os naik lagi. Sejak demam Os kurang nafsu makan. Sejak 3 hari SMRS os masih demam di sertai batuk berdahak warna bening dan pilek warna bening. Os sempat dibawa ke dokter dan diberikan obat batuk pilek dan obat penurun panas. Setelah diberi obat, panas os turun namun beberapa jam kemudian panas badan os naik kembali. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Sejak 2 hari SMRS os demam tinggi, namun adanya menggigil, kejang dan penurunan kesadaran di sangkal ibu os. Batuk berdahak os menjadi lebih sering. Mulai timbul bercak bercak merah pada belakang telinga. Bercak merah tersebut semakin banyak hingga ke wajah dan leher. Kedua mata pasien menjadi merah dan berair. Mual dan muntah disangkal. Karena panas badan yang tak kunjung turun, ibu os memutuskan untuk membawa os berobat ke RS . Ibu os menyangkal adanya riwayat alergi, riwayat batuk berdahak lama serta keringat malam disangkal. Riwayat kontak dengan penderita campak diakui oleh ibu os Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit serupa. Di lingkungan tempat tinggal pasien ada yang menderita campak sekitar 1 minggu yang lalu. I. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN Kehamilan : Perawatan antenatal : Teratur Trimester I : 1x Trimester II : 1x Trimester III : 2x Penyakit kehamilan : Tidak ada Kelahiran : Tempat kelahiran Ditolong Cara persalinan Masa gestasi Keadaan bayi : Rumah Sakit : Dokter : Spontan : Cukup bulan (39 minggu) : Berat badan lahir : 2900 gram Panjang badan lahir : 49 Cm Lingkar kepala : 36 Cm Sianosis : Tidak ada Ikterik : Tidak ada

Nilai APGAR : ibu pasien tidak tahu (saat dilahirkan pasien langsung menangis kencang, kulit warna kemerahan, dan bergerak aktif) 6 Kelainan bawaan : Tidak ada Kesan : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan *) Kurva Lubchenko terlampir II. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Psikomotor : - Mengangkat kepala : 2 bulan - Tengkurap : 4 bulan - Duduk : 6 bulan - Merangkak : 7 bulan - Berdiri :- Berjalan :- Berlari :- Berbicara :- Membaca dan menulis :- Gangguan perkembangan mental / emosi : tidak ada. Kesan : Riwayat perkembangan sesuai usia. III. RIWAYAT IMUNISASI Vaksin PPI DASAR (UMUR) BCG DPT / DT Polio Campak Hepatitis B 2 bulan 2 bulan 2 bulan 0 bulan 3 bulan 3 bulan 1 bulan 4 bulan 4 bulan 6 bulan 5 bulan BOOSTER (UMUR) -

Vaksin Non PPI Hepatitis A HiB Thypim MMR Varisela

DASAR (UMUR) -

BOOSTER (UMUR) -

Kesan : Imunisasi dasar lengkap, imunisasi non PPI belum di lakukan IV. RIWAYAT MAKAN

Usia 0-5 bulan 5-6 bulan

Makanan

ASI ad libitum dan on demand ASI ad libitum dan on demand Susu formula Nutrilon 5x per hari @ 120-150ml Buah-buahan (pepaya / pisang /melon) di jus 1x per hari semangkuk kecil 6 - sampai ASI ad libitum dan on demand sekarang Susu Nutrilon 4x per hari @ 180-200ml Buah-buahan (pepaya / pisang / melon / tomat) di jus 1x per hari Bubur susu SUN 1x sehari semangkuk kecil Nasi tim saring 2x sehari semangkuk kecil Kesan : kualitas dan kuantitas cukup

V. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA ( - ) Sepis ( - ) Meningoencephalitis (- ) Kejang demam ( - ) Tuberkulosis ( - ) Pneumoni (- ) Alergi lainnya ( - ) Asma ( - ) Alergi Rhinitis (- ) Gastritis ( - ) Diare akut ( - ) Diare Kronis (- ) Amoebiasis ( - ) Disentri ( - ) Kolera (- ) Difteri ( - ) Tifus Abdominali ( - ) DBD ( -) polio ( - ) Cacar air (- ) Campak (- ) Penyakit Jantung Bawaan (- ) Batuk rejan ( - ) Tetanus ( - ) ISK (- ) Demam Rematik Akut ( - ) Penyakit Jantung Rematik ( - ) Kecelakaan (- ) Glomerulonephritis (- ) Sindroma Nefrotik ( - ) Operasi RIWAYAT KELUARGA Corak reproduksi : Pasien adalah anak tunggal Data keluarga : AYAH Umur Perkawinan ke Umur saat menikah Keadaan kesehatan/ penyakit 33 tahun 1 30 tahun Sehat IBU 29 tahun 1 27 tahun Sehat

DATA PERUMAHAN Kepemilikan rumah : Milik sendiri. Keadaan rumah : Os tinggal di rumah yang dihuni oleh 4 orang yaitu nenek, ayah, ibu, dan anak. Terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu dan 1 dapur. Rumah menggunakan air PAM. Ventilasi : Pada masing-masing kamar terdapat 2 buah jendela yang saling berhadapan serta terdapat kisi-kisi (lubang udara) di atas pintu. Cahaya : Cahaya matahari dapat masuk dan mencapai sebagian ruangan.

Keadaan lingkungan : Saluran air di sekitar lingkungan lancar, tidak berbau, dan sering dibersihkan. Tidak ada tumpukan sampah di daerah pemukiman. Kesan : keadaan rumah dan lingkungan cukup baik VI. PEMERIKSAAN FISIS Tanggal : 11 November 2011 Status generalis Keadaan Umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis Tanda Vital : Nadi : 150 x/menit, kuat dan teratur Pernafasan : 35 x/menit Suhu : 38,7C Berat badan : 8 kg Tinggi badan : 69 cm Interpretasi berat badan : o Berdasarkan kurva NCHS (National Center for Health Statistics), perbandingan usia dengan berat badan terletak di atas persentil 10 o Berdasarkan kurva NCHS (National Center for Health Statistics), perbandingan usia dengan panjang badan terletak di bawah persentil 75 *) Kurva NCHS terlampir Kesan : status gizi cukup Kepala Mata : Bentuk tidak ada kelainan, ubun-ubun besar sudah menutup, tidak cekung, rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, tidak teraba adanya benjolan. : Bentuk tidak ada kelainan, kedudukan kedua bola mata simetris, palpebra superior dan inferior tidak cekung, konjungtiva anemis -/-, injeksi konjungtiva +/+, sklera ikterik -/-, kornea jernih, pupil bulat 3 mm, isokor, refleks cahaya +/+. : Bentuk tidak ada kelainan, liang telinga kanan dan kiri lapang, sekret -/-, serumen -, kedua membran timpani intak, hiperemis -/-, bulging -/: Bentuk tidak ada kelainan, deviasi septum nasal -/-, sekret +/+ bening, encer. : Gigi susu berjumlah 4 buah : Bentuk tidak ada kelainan, bibir tidak kering dan tidak sianosis, tonsil T1-T1 tenang, faring hiperemis, uvula terletak di tengah., mukosa bukal kanan dan kiri tampak koplik spot. : Bentuk tidak ada kelainan, kaku kuduk (-), KGB tidak teraba membesar

Telinga Hidung Gigi geligi Mulut Leher Thorax Paru-paru Inspeksi Palpasi Perkusi

: Bentuk normal, simetris dalam keadaan diam dan pergerakan : vokal fremitus kanan sama dengan kiri : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Abdomen Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi Genitalia eksterna Kulit

: Suara nafas vesikuler, ronki-/-, wheezing-/: Pulsasi iktus kordis tidak terlihat : Pulsasi iktus kordis teraba di sela iga V garis midclavicula sinistra :: Bunyi jantung I-II reguler, murmur(-), gallop(-) : Datar, tidak tampak gambaran vena kolateral : Bising usus + normal : Supel, Hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri epigastrium (-). : Timpani : perempuan, tidak tampak tanda-tanda kelainan dari luar. : Warna putih, turgor kulit baik, ikterus (-), sianosis (-), tampak bercak bewarna merah berbentuk makulopapular di belakang telinga, pipi, leher, dada, punggung, kedua tangan. : Akral hangat, deformitas tidak ada, oedem tidak ada

Ekstremitas VII.

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS Kaku kuduk Refleks fisiologis Refleks patologis Kesan : Tidak ada : Normal : Tidak ada : status neurologis baik

VIII.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium ( 09 November 2011) Darah Hb : 10,8 g/dl Ht : 33 % Leukosit : 8800/ul Trombosit : 296000/ul CRP : 0,5 Eritrosit : 3,75 juta/ul Kesan :

Hitung Jenis Basofil : 0 Eosinofil : 1 Batang : 3 Segmen : 50 Limfosit : 40 Monosit : 6

RESUME Telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 8 bulan 3 minggu dengan keluhan demam sejak 5 SMRS, demam menetap sepanjang hari, tidak menggigil dan tidak ada kejang, tidak ada penurunan kesadaran. Sejak demam Nafsu makan pasien menurun. 3 hari SMRS demam di sertai batuk berdahak dan pilek. Os sudah berobat tetapi tidak ada perubahan. 2 hari SMRS pada kulit pasien mulai timbul bercak-bercak merah, awalnya bercak-bercak merah timbul di belakang telinga dan pipi. Kedua mata pasien menjadi merah dan berair. BAB dan BAK tidak ada keluhan.

IX.

Pasien tidak mempunyai riwayat alergi. Di sekitar lingkungan tempat tinggal os ada yg menderita penyakit yg sama dengan os Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis Tanda Vital : Nadi Pernafasan Suhu Mata Kedua konjungtiva tampak kemerahan (injeksi conjungtiva +/+) - Hidung Sekret +/+ bening encer - Mulut Faring tampak hiperemis, mukosa bukal kanan dan kiri tampak koplik spot - Kulit : terdapat bercak bewarna merah berbentuk makulopapular di belakang telinga, pipi, leher, dada, punggung, kedua tangan. PEMERIKSAAN LABORATORIUM ( 09 November 2011) Darah Hitung Jenis Hb : 10,8 g/dl Basofil : 0 Ht : 33 % Eosinofil : 1 Leukosit : 8800/ul Batang : 3 Trombosit : 296000/ul Segmen : 50 CRP : 0,5 Limfosit : 40 Eritrosit : 3,75 juta/ul Monosit : 6 X. DIAGNOSIS KERJA Morbili o Demam tinggi mendadak selama 5 hari disertai batuk. o Riwayat kontak dengan penderita morbili 1 minggu sebelumnya. o Bercak merah muncul dimulai dari belakang telinga menyebar ke tubuh o Injeksi konjungtiva DIAGNOSIS BANDING Rubella Exantema subitum PEMERIKSAAN ANJURAN Pemeriksaan Anti IgG dan anti IgM Rubella Pemeriksaan H2TL ulang

: 150 x/menit : 35x/menit : 38,7 C

XI.

XII.

XIII. PENATALAKSANAAN Non medikamentosa : 1. Isolasi penderita 2. Bed rest. 3. Makan makanan lunak 8 x 100 kal/ kgBB/ hari

= 800 kalori

Medikamentosa 1. Terapi cairan Maintenance : (8 x 100 cc) = 800 cc Koreksi suhu : ( 38,7 37 ) C x 12% x 800 cc = 163.2 cc Total cairan yang diberikan: 963.2cc/24 jam 950cc/24 jam = 40 tetes/menit (mikrodrip) IVFD KAEN 3A 950cc/24 jam = 40 tetes/menit (mikrodrip) 2. Paracetamol syrup 3 x 68 mg/kgBB 3. Ceftriaxone 8 kg x 100 mg/kgBB/hr = 800 mg / hari = 2 x vial IV XIV. PROGNOSIS Ad Vitam Ad functionam Ad Sanationam : bonam : bonam : bonam

FOLLOW UP
11 November 2011 S: - Demam masih ada - Batuk pilek belum mengalami perbaikan. O : Keadaan umum : tampak sakit sedang Kesadaran : compos mentis Nadi : 150/menit Nafas : 34x/ menit Suhu : 38,4 C Mata : injeksi konjungtiva +/+ Hidung : sekret +/+ Mulut : faring tampak hiperemis. Bercak koplik (+) Kulit : bercak di pipi berkurang. Bercak di leher,dada, punggung, kedua tangan tetap. A : Morbili P: 1. IVFD KAEN 3A 950cc/24 jam = 40 tetes/menit (mikrodrip) 2. Paracetamol syrup 3 x 68 mg/kgBB 3. Ceftriaxzone 8 kg x 100 mg/kgBB/hr = 800 mg / hari = 2 x vial IV 12 November 2011 S: - Demam mulai turun - batuk sudah berkurang O : Keadaan umum : tampak sakit sedang Kesadaran : compos mentis Nadi : 147x/menit Nafas : 35x/ menit Suhu : 37,8 C Mata : injeksi konjungtiva +/+ Hidung : sekret +/+ Mulut : faring tampak hiperemis Kulit : bercak di pipi semakin berkurang bercak di leher,dada, punggung, kedua tangan.

A : Morbili P:
Medikamentosa

1. IVFD KAEN 3A 950cc/24 jam = 40 tetes/menit (mikrodrip) 2. Paracetamol syrup 3 x 68 mg/kgBB 3. Ceftriaxzone 8 kg x 100 mg/kgBB/hr = 800 mg / hari = 2 x vial IV

13 November 2011 S: - Demam masih sama seperti kemarin - batuk masih ada namun sudah banyak berkurang - Keluhan lain tidak ada O : Keadaan umum : tampak sakit sedang Kesadaran : compos mentis Nadi :196/menit Nafas : 29x/ menit Suhu : 37,4 C Hidung : sekret -/Mulut : faring tampak hiperemis Kulit : bercak di pipi semakin berkurang Bercak di leher,dada, punggung, kedua tangan. A : Morbili P:
Medikamentosa

1. Terapi cairan Maintenance : (8 x 100 cc) = 800 cc Koreksi suhu : ( 37,4 37 ) C x 12% x 800 cc = 38.4 cc Total cairan yang diberikan: 838.4cc/24 jam 800cc/24 jam = 33 tetes/menit (mikrodrip) IVFD KAEN 3A 800cc/24 jam = 33 tetes/menit (mikrodrip) 2. Paracetamol syrup 3 x 68 mg/kgBB 3. Ceftriaxzone 8 kg x 100 mg/kgBB/hr = 800 mg / hari = 2 x vial IV

MORBILI
Saat ini morbilli atau yang lebih dikenal sebagai campak masih menjadi masalah kesehatan di seluruh wilayah Indonesia yakni dengan dilaporkannya kejadian wabah penyakit morbili di beberapa daerah dengan angka kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi. Untuk mencegah dan memberantas penyakit morbili satu-satunya cara yang paling efektif adalah dengan cara vaksinasi. Upaya imunisasi campak yang telah dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan & Kesos RI sudah mencakup lebih dari 80%, tetapi di daerah-daerah terpencil cakupan tersebut secara keseluruhan belum tercapai. Oleh karena itu kejadian luar biasa campak masih dijumpai di daerah - daerah tertentu, bahkan pada akhir-akhir ini dengan adanya situsi krisis dan perpindahan penduduk yang cepat dari tempat yang kurang aman ke tempat yang aman menyebabkan penularan campak yang tidak terhindarkan.

A. Epidemiologi
Sejak tahun 1970 penyakit campak di Indonesia telah mendapat perhatian khusus, yaitu sejak terjadi wabah campak yang cukup serius di pulau Lombok, dengan kematian 330 diantara 12.107 kasus dan di pulau Bangka terdapat kematian diantara 407 kasus. Kejadian luar biasa campak masih sering terjadi, misalnya di Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang pada tahun 1981, dengan CFR 15%(1,5). Sedangkan KLB campak tahun 1998 di Palembang, Madura, Lampung dan Bengkulu terbanyak mengenai umur 5-9 tahun yaitu berturut-turut 59, 63, 16,7, dan 25%. Proporsi yang tidak di imunisasi antara 77,1-100%, CFR 1-4% dengan rata-rata 18-54 kasus(1).Penyulit penyakit campak yang sering dijumpai adalah bronkopneumoni (75,2%), gastroenteritis(7,1%), ensefalitis(6,7%), dan lain-lain(7,9%)(1,5).

B. Definisi
Penyakit campak adalah suatu penyakit berjangkit. Campak atau rubeola adalah suatu infeksi virus sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis dan ruam kulit.

C. Etiologi
Penyebab morbilli adalah infeksi oleh virus RNA dari famili paramixoviridae, genus Morbillivirus. Selama masa prodormal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak, virus ditemukan dalam sekret nasofaring, darah dan urin. Virus dapat aktif sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.

Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia atau jaringan ginjal kera rhesus. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul.

D. Patofisiologi
Penularannya sangat efektif yaitu dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuclear mencapai kelenjar getah bening local. Di tempat ini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel mononuclear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak dari Whartin, sedangkan Limfosit-T meliputi klas penekanan dan penolong yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah. Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, focus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar kepermukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus. Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk-pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada system saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar keseluruh tubuh, tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis. Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami deficit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan imunofluoresens dan histologik menunjukkan bahwa antigen campak dan gambaran histology di kulit diduga suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak, selain itu campak dapat menyebabkan gizi kurang. Lesi campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus, dan saluran cerna dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi di sekitar kapiler. Ada hiperplasi limfonodi, terutama pada apendiks. Pada kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik pada mukosa bukal pipi berhadapan dengan molar II terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder.

E. Gejala Klinis
Masa inkubasi 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium, yaitu: 1. Stadium kataral / prodromal berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti demam, malaise, batuk,

10

fotophobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir dari stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa bukal yang berhadapan dengan molar bawah. Gambaran darah tepi leukopeni dan limfositosis. 2. Stadium erupsi Coryza dan Cough bertambah. Timbul enantem atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang kadang terlihat bercak koplik. Terjadi eritem bentuk makulopapuler disertai naiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ke 3, dan menghilang sesuai urutan terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Sedikit terdapat splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi yang biasa terjadi adalah Black Measless, yaitu morbili yang disertai dengan perdarahan di kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus. 3. Stadium konvalesensi Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau hiperpigmentasi (gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain itu ditemukan pula kelainan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbilli. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada komplikasi. Panas Panas dapat meningkat hingga hari ke-5 sampai hari ke-6 yaitupada saat puncak timbulnya erupsi. Kadang-kadang temperature dapat bifasis dengan peningkatan awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti periode normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat sampai 39C-40,6C pada saat erupsi bercak mencapai puncaknya. Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperatur turun secara lisis diantara hari 2-3, hingga timbulnya exantema. Bila tidak disertai komplikasi, maka 2 hari setelah timbul bercak yang lengkap, panas biasanya turun. Bila panas menetap, maka kemungkinan penderita mengalami komplikasi. Coryza Tidak dapat dibedakan dari common cold. Batuk dan bersin diikuti dengan hidung tersumbat dan sekret yang mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan dengan hilangnya panas. Konjungtivitis Pada periode awal stadium prodromal dapat ditemukan transverse marginal line injection pada palpebra inferior. Gambaran ini sering dikaburkan dengan adanya inflamasi konjungtiva yang luas dengan disertai edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan peningkatan lakrimasi dan fotofobia. Konjungtivitis akan menghilang setelah demam turun. Batuk Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernafasan. Intensitas batuk meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun demikian batuk dapat bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari. Kopliks spot Merupakan gambaran bercak-bercak kecil yang irregular sebesar ujung jarum/ pasir yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu. Gambaran ini merupakan salah satu tanda patognomonik morbili. Pada hari pertama timbulnya bercak sudah dapat ditemukan adanya Kopliks spot dan menghilang pada hari ke-3 timbulnya

11

bercak. Bercak Timbul setelah 3-4 hari panas. Bercak mulai sebagai eritema makulopapuler, mulai timbul dari belakang telinga pada batas rambut, kemudian menyebar ke daerah pipi, leher, seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam waktu 24 jam sudah menyebar sampai ke lengan atas dan selanjutnya ke seluruh tubuh, mencapai kaki pada hari ke-3. Pada saat bercak sudah sampai ke kaki, maka bercak yang timbul lebih dulu mulai berangsur-angsur menghilang. Selanjutnya bercak akan mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas.

F. Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut: Anamnesis 1. Panas 3-5 hari (biasanya tinggi dan mendadak) disertai batuk dan pilek harus dicurigai atau didiagnosis banding dengan morbili. 2. Mata merah, tahi mata, dan fotofobia dapat memperkuat diagnosis. 3. Terkadang disertai diare dan muntah. 4. Pada kasus yang berat dapat disertai dengan gejala perdarahan seperti petekie dan ekimosis. 5. Ada riwayat kontak dengan penderita campak 1-2 minggu sebelumnya 6. Belum pernah vaksinasi campak Pemeriksaan fisik 1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis. 2. Pada umumnya anak tampak lemah. 3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral). 4. Pada stadium erupsi timbul ruam (bercak) yang khas: ruam makulopapular yang munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian seluruh tubuh. Pemeriksaan laboratorium Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni. Dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urin dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas. Pada pemeriksaan serologis dengan cara Hemagglutination inhibition test dan Complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody IgM yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya bercak dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.

G. Diagnosis Banding
1. Campak jerman Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga. Gejala lebih ringan dari morbili, terdiri dari gejala infeksi saluran nafas bagian atas, demam ringan, pembesaran kelenjar regional di daerah occipital dan post auricular. Bercak lebih halus, yang mula-mula pada wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang dalam waktu 3 hari. 2. Eksantema subitum Penyakit ini juga disebabkan oleh virus, biasanya timbul pada bayi berumur 6-36 bulan. Perbedaan dengan penyakit campak. Ruam akan timbul bila suhu badan menurun. 3. Infeksi enterovirus Ruam kulit cenderung kurang jelas dibandingkan dengan campak. Sesuai dengan derajat demam dan berat penyakitnya.

12

4. Penyakit Riketsia Disertai batuk tetapi ruam kulit yang timbul biasanya tidak mengenai wajah yang secara khas terlihat pada penyakit campak. 5. Meningokoksemia Disertai ruam kulit yang mirip dengan campak, tetapi biasanya tidak dijumpai batuk dan konjungtivits. 6. Ruam kulit akibat obat Ruam kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya ruam kulit timbul setelah ada riwayat penyuntikan atau menelan obat. Lebih bersifat urtikaria, sehingga bercaknya lebih besar, luas, menonjol, dan umumnya tidak disertai panas. 7. Demam skarlatina Ruam kulit difus dan makulopapuler halus, eritema yang menyatu dengan tekstur seperti kulit angsa secara jelas terdapat didaerah abdomen, mudah dibedakan dengan campak.

H. Pengobatan
Simptomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk, dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul. 1. Istirahat. 2. Pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi. 3. Medikamentosa : a. Antipiretik : parasetamol 7,5 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam. b. Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari. c. Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/ mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan. d. Mukolitik bila perlu. e. Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat. Diberikan sedatif, antipiretik untuk demam tinggi, tirah baring dan masukan cairan yang cukup. Penderita harus dilindungi dari kontak dengan cahaya yang kuat selama masa fotofobia. Adanya komplikasi seperti ensefalitis, SSPE, bronkopneumonia pada setiap kasus harus dinilai secara individual. Pada campak dengan penyulit, pasien harus dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan, diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU per oral satu kali pemberian, apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari. Apabila terdapat penyulit maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang timbul, yaitu: Bronkopneumonia, diberikan antibiotic ampisilin 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis IV dikombinasikan dengan chloramfenicol 75 mg/kgBB/hari IV dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat peroral. Antibiotik diberikan sampai 3 hari demam reda. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberculin dilakukan setelah anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberculin biasanya negatif (anergi) pada saat anak menderita campak. Gangguan reaksi delayed hipersensitifity disebabkan oleh sel Limfosit-T yang terganggu fungsinya. Enteritis, pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan IV dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi. Otitis media, seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu mendapat antibiotik Kotrimoxazol-Sulfametoksazol (TMP 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis). Ensefalopati, perlu direduksi pemberian cairan kebutuhan untuk

13

mengurangi edema otak disamping pemberian kortikosteroid. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah. Dosis kortikosteroid - Hidrokortison 100-200 mg/hari selama 3-4 hari - Prednisone 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu pada ensefalitis.

I. Komplikasi
1. Enteritis Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase prodromal. Keadan ini akibat invasi virus kedalam sel mukosa usus. 2. Bronkopnemonia Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh pneumococcus, streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan. Dapat disebabkan oleh virus campak maupun oleh invasi bakteri, ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronkhi basah halus. Pada saat suhu menurun, gejala pneumoni karena virus akan menghilang, kecuali batuk yang terus sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan, dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada foto toraks dan adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang berkembang malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumoni kerap terjadi dan menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik. 3. Otitis Media Akut Invasi virus kedalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus, terjadi otitis media purulenta. 4. Ensefalitis Ensefalitis adalah penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1000 kasus campak, dengan mortalitas berkisar antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak kedalam otak. Gejala ensefalitis berupa kejang, letargi, koma dan iritabel. Keluhan nyeri kepala, frekwensi nafas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat ditemukan. Pemeriksaan LCS menunjukkan pleositosis ringan, dengan predominan sel mononuclear, peningkatan protein ringan, sedang kadar glukosa normal. 5. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis) SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang, dan koma. Perjalanan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,29,7 tiap 10.000.000.

14

J. Prognosis
Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi.

K. Pencegahan
1. Imunisasi aktif Vaksin yang diberikan adalah Live attenuated measles vaccine. Mula-mula diberikan strain Edmonston B, tetapi strain ini dapat menimbulkan panas tinggi dan eksantem pada hari ke-7 sampai ke-10 post vaksinasi, sehingga strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan Gamma-globulin di lengan lain. Sekarang digunakan strain Schwarz dan moranten dan tidak diberikan bersama dengan gamma globulin. Vaksin ini diberikan secara subkutan dan dapat menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama. Di Indonesia diberikan vaksin buatan perum Biofarma yang terdiri dari virus morbili hidup yang sudah dilemahkan yaitu strain Schwarz. Tiap dosis yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang dari 1000 TCID50 dan Neomisin B Sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram. Diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 cc pada umur 9 bulan. Pada anak dibawah 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan yang baik, karena gangguan dari antibody yang dibawa sejak lahir. Pemberian imunisasi ini akan menyebabkan anergi terhadap tuberculin selama 2 bulan setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat immunoglobulin atau tranfusi darah sebelumnya, maka vaksinasi ini harus ditangguhkan sekurang-kurangnya 3 bulan. Vaksinasi ini tidak boleh dilakukan bila: menderita infeksi saluran pernafasan akut atau infeksi akut lainnya yang disertai dengan demam lebih dari 38C; riwayat kejang demam; defisiensi imunologik; sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dan imunosupresan. Efek samping yang dapat terjadi: hiperpireksia (5-15%); gejala ISPA (10-20%); morbiliform bercak (315%); kejang demam (0,2%); ensefalitis (1 diantara 1,6 juta anak); demam (13,95%) 2. Imunisasi pasif Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin. Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, anak dengan penyakit kronis dan untuk kontak dibangsal rumah sakit anak. 3. Isolasi Tindakan pencegahan dengan melakukan isolasi terutama di rumah sakit atau institusi lain, harus dipertahankan dari hari ke 7 sesudah pemajanan sampai hari ke 5 sesudah ruam muncul. Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari, dan juga sebaliknya.

15

DAFTAR PUSTAKA
Anonym. Referat morbili. http://anwarusy.blogdetik.com/2009/06/16/referat-morbilicampak/. 16 Juni 2009. Anonym. Morbili. http://medisdankomputer.co.cc/?p=443. 18 Maret 2009. Anonym. Morbili. http://drakeiron.wordpress.com/2008/11/28/info-morbili/. 28 November 2008. Anonym. Campak. http://medlinux.blogspot.com/2007/09/campak.html. 06 September 2007.

16

You might also like