You are on page 1of 45

ASKEP MOLAHIDATIDOSA

Askep Mola Hidatidosa Askep Mola Hidatidosa Mola Hidatidosa A. Pengertian Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23) Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339). Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104). Askep Mola Hidatidosa B. Etiologi Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah : 1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat dikeluarkan. 2. Imunoselektif dari tropoblast. 3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah. 4. Paritas tinggie.Kekurangan proteinf.Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas. (Mochtar, Rustam ,1998 : 23) Askep Mola Hidatidosa C. Patofisiologi

Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi : 1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin. 2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin. Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast : * Teori missed abortion Mudigah mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. * Teori neoplasma dari Park Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung. * Studi dari Hertig Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan. (Silvia, Wilson, 2000 : 467) Askep Mola Hidatidosa D. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala serta komplikasi mola : 1. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS. 2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).

3. Gejala gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab. 4. Gejala gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni). Askep Mola Hidatidosa E. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah : 1. Serum -hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan -hCG serial (diulang pada interval waktu tertentu). 2. Ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di dalan kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan maupun detak jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal. 3. Foto roentgen dada. F. Penatalaksanaan Medis Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah : 1. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis. 2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting, pembesaran abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson. 3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera. 4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus). 5. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian

hingga pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau betahCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi. Askep Mola Hidatidosa

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Mola Hidatidosa A. Pengkajian Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah : 1. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat. 2. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang. 3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas : * Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. * Riwayat kesehatan masa lalu * Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung. 4. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya. 5. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

6. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya. 7. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. 8. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya. 9. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya. 10. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. Pemeriksaan Fisik : * Inspeksi Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang diinspeksi antara lain : Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya. * Palpasi Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. o Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. o Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. o Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal. * Perkusi Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya. o Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi. o Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.

* Auskultasi Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005 : 39)

B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri. 4. Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. 5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

B. Intervensi DIAGNOSA I Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang Kriteria Hasil : * Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang * Ekspresi wajah tenang * TTV dalam batas normal Intervensi : * Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien. Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat.

* Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien. * Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan. * Beri posisi yang nyaman Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri. * Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan.

DIAGNOSA II Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri Kriteria Hasil : * Kebutuhan personal hygiene terpenuhi * Klien nampak rapi dan bersih. Intervensi : * Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya. * Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat. * Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya. * Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien.

Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri.

DIAGNOSA III Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu Kriteria Hasil : * Klien dapat tidur 7-8 jam per hari. * Konjungtiva tidak anemis. Intervensi : * Kaji pola tidur Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya. * Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang Rasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat. * Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur Rasional :Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur. * Batasi jumlah penjaga klien Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat. * Memberlakukan jam besuk Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat. * Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur.

DIAGNOSA IV Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas Kriteria Hasil : * Tanda-tanda vital dalam batas normal * Klien tidak mengalami komplikasi. Intervensi : * Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaforesis Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnosa. * Pantau suhu lingkungan Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal. * Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam. * Berikan kompres hangat Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh. * Kolaborasi pemberian obat antipiretik Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus.

DIAGNOSA V Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang Kriteria Hasil : * Ekspresi wajah tenang * Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya. Intervensi : * Kaji tingkat kecemasan klien Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.

* Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan. * Mendengarkan keluhan klien dengan empati Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa diperhatikan. * Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya. * Beri dorongan spiritual/support Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang.

Daftar Pustaka Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta

Pengertian Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 238) Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339) Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik. (Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265) Mola hidatidosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai tingkat proliferasi tropoblast dan edema stroma villi. (Jack A. Pritchard, dkk, 1991 : 514) Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi choriales, sdisertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion. Tidak terbentuk fetus ( Soekojo, Saleh, 1973 : 325). Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104) Etiologi Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah : a.Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan. b.Imunoselektif dari tropoblast c.Keadaan sosio-ekonomi yang rendah d.Paritas tinggi e.Kekurangan protein f.Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas (Mochtar, Rustam ,1998 : 238) Patofisiologi Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi : a.Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin b.Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast : Teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari Park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung. Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan. (Silvia, Wilson, 2000 : 467) Gambaran Klinik Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan mola hidatidosa adalah : a.Amenore dan tanda-tanda kehamilan b.Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola. c.Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. d.Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih. e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu. (Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266) Anatomi Fisiologi Anatomi Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pear, terletak dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan anus, ototnya desebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi bagian dalamnya disebut endometrium. Peritonium menutupi sebagian besar permukaan luar uterus, letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung kencing. Bagian bawah bersambung dengan vagina dan bagian atasnya tuba uterin masuk ke dalamnya. Ligamentum latum uteri dibentuk oleh dua lapisan peritoneum, di setiap sisi uterus terdapat ovarium dan tuba uterina. Panjang uterus 5 8 cm dengan berat 30 60 gram. (Verrals, Silvia, 2003 : 164) Uterus terbagi atas 3 bagian yaitu : a).Fundus : bagian lambung di atas muara tuba uterina b).Badan uterus : melebar dari fundus ke serviks c).Isthmus : terletak antara badan dan serviks Bagian bawah serviks yang sempit pada uterus disebut serviks. Rongga serviks bersambung dengan rongga badan uterus melalui os interna (mulut interna) dan bersambung dengan rongga vagina melalui os eksterna

Ligamentum pada uterus : Ligamentum teres uteri : ada dua buah kiri dan kanan. Berjalan melalui annulus inguinalis, profundus ke kanalis iguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10 12,5 cm, terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh darah dan ditutupi peritoneum. Peritoneum di antara kedua uterus dan kandung kencing di depannya, membentuk kantong utero-vesikuler. Di bagian belakang, peritoneum membungkus badan dan serviks uteri dan melebar ke bawah sampai fornix posterior vagina, selanjutnya melipat ke depan rectum dan membentuk ruang retri-vaginal. Ligamentum latum uteri : Peritoneum yang menutupi uterus, di garis tengh badan uterus melebar ke lateral membentuk ligamentum lebar, di dalamnya terdapat tuba uterin, ovarium diikat pada bagian posterior ligamentum latum yang berisi darah dan saluran limfe untuk uterus maupun ovarium. Fisiologi Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum, sesudah keluar dari overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum secara normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama 40 minggu, uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa fetus. Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalm kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali perkembangan kehamilan mendapat gangguan. Demikian pula dengan penyakit trofoblast, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi hidrifik dari jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut mola hidatidosa. Pada ummnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan yang berupa karsinoma. (Wiknjosastro, Hanifa, 2002 : 339) Tes Diagnostik a.Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau urin b.Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison) c.Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 4 bulan d.Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat janin e.Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udara f.Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis (Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266) Penatalaksanaan Medik Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah : a.Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis

b.Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting Pembesaran abnormal uterus Pelunakan serviks dan korpus uteri Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson c.Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera d.Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus) e.Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan. Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan danmelaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.

Pengkajian Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah : Biodata Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat Keluhan utama Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang Riwayat kesehatan, yang terdiri atas : Riwayat kesehatan sekarang Yait keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat pembedahan Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung. Riwayat penyakit yang perna dialami Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya. Riwayat kesehatan keluarga Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga. Riwayat kesehatan reproduksi Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. Riwayat seksual Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya. Riwayat pemakaian obat Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya. Pola aktivitas sehari-hari Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. Pemeriksaan fisik, meliputi : Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu. Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,

bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005 : 39) Pemeriksaan laboratorium : darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear Keluarga berencana Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa. Data lain-lain Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS. Data psikososial Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan. Status sosio-ekonomi Kaji masalah finansial klien Data spiritual Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan. Diagnosa Keperawatan yang Lazim Muncul Secara singkat diagnosa keperawatan dapat diartikan : Sebagai rumusan atau keputusan atau keputusan yang diambil sebagai hasil dari pengkajian keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang digambarkan sebagai respon seseorang atau kelompok (keadan kesehatan yang merupakan keadaan aktual maupun potensial) dimana perawat secara legal mengidentifikasi, menetapkan intervensi untuk mempertahankan keadaan kesehatan atau menurunkan. (Carpenito, Lynda, 2001: 458)

Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada kasus mola hidatidosa adalah : 1.Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan 2.Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan 3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri 4.Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi 5.Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan 6.Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah 7.Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase 8.Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan Intervensi Merupakan tahapan perencanaan dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang akan dilakukan untuk membantu klien, memulihkan, memelihara dan meningkatkan kesehatannya Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan Tujuan : 1.Sebagai alat komunikasi antar teman sejawat dan tenaga kesehatan lain 2.meningkatkan keseimbangan asuhan keperawatan Langkah-langkah penyusunan : 1.menetapkan prioritas masalah 2.merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai 3.menentukan rencana tindakan keperawatan DIAGNOSA I Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang dengan kriteria : Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang Ekspresi wajah tenang TTV dalam batas normal Intervensi : 1.Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat 2.Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien 3.Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat

mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan 4.Beri posisi yang nyaman Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri 5.Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan DIAGNOSA II Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri dengan kriteria : Kebutuhan personal hygiene terpenuhi Klien nampak rapi dan bersih Intervensi : 1.Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya 2.Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat 3.Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya 4.Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri DIAGNOSA III Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu dengan kriteria : Klien dapat tidur 7-8 jam per hari Konjungtiva tidak anemis Intervensi : 1.Kaji pola tidur Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya 2.Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang Rasional :

Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat 3.Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur Rasional : Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur 4.Batasi jumlah penjaga klien Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat 5.Memberlakukan jam besuk Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat 6.Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur DIAGNOSA IV Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas dengan kriteria : Tanda-tanda vital dalam batas normal Klien tidak mengalami komplikasi Intervensi : 1.Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaforesis Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnosa 2.Pantau suhu lingkungan Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal 3.Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam 4.Berikan kompres hangat Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh 5.Kolaborasi pemberian obat antipiretik Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus DIAGNOSA V Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang dengan kriteria : Ekspresi wajah tenang Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya

Intervensi : 1.Kaji tingkat kecemasan klien Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien 2.Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan 3.Mendengarkan keluhan klien dengan empati Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa diperhatikan 4.Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan Rasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya 5.Beri dorongan spiritual/support Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang DIAGNOSA VI Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah Tujuan : Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi dengan kriteria : Nafsu makan meningkat Porsi makan dihabiskan Intervensi : 1.Kaji status nutrisi klien Rasional : Sebagai awal untuk menetapkan rencana selanjutnya 2.Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering Rasional : Makan sedikit demi sedikit tapi sering mampu membantu untuk meminimalkan anoreksia 3.Anjurkan untuk makan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi Rasional : Makanan yang hangat dan bervariasi dapat menbangkitkan nafsu makan klien 4.Timbang berat badan sesuai indikasi Rasional : Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi 5.Tingkatkan kenyamanan lingkungan termasuk sosialisasi saat makan, anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai klien Rasional : Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makanan DIAGNOSA VII Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase Tujuan :

Klien akan terbebas dari infeksi dengan kriteria : Tidak tampak tanda-tanda infeksi Vital sign dalam batas normal Intervensi : 1.Kaji adanya tanda-tanda infeksi Rasional : Mengetahui adanya gejala awal dari proses infeksi 2.Observasi vital sign Rasional : Perubahan vital sign merupakan salah satu indikator dari terjadinya proses infeksi dalam tubuh 3.Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan (luka, garis jahitan), daerah yang terpasang alat invasif (infus, kateter) Rasional : Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan komplikasi selanjutnya 4.Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat antibiotik Rasional : Anti biotik dapat menghambat pembentukan sel bakteri, sehingga proses infeksi tidak terjadi. Disamping itu antibiotik juga dapat langsung membunuh sel bakteri penyebab infeksi DIAGNOSA VIII Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan Tujuan : Klien akan menunjukkan gangguan perfusi jaringan perifer tidak terjadi dengan kriteria : Hb dalam batas normal (12-14 g%) Turgor kulit baik, vital sign dalam batas normal Tidak ada mual muntah Intervensi : 1.Awasi tanda-tanda vital, kaji warna kulit/membran mukosa, dasar kuku Rasional : Memberika informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan intervensi selanjutnya 2.Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing dan sakit kepala Rasional : Perubahan dapat menunjukkan ketidak adekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah arterial 3.Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pegisian kapiler lambat dan nadi perifer lemah Rasional : Vasokonstriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan dapat terjadi sebagai efek samping vasopressin 4.Berikan cairan intravena, produk darah Rasional :

Menggantikan kehilangan daran, mempertahankan volume sirkulasi 5.Penatalaksanaan pemberian obat antikoagulan tranexid 500 mg 31 tablet Rasional : Obat anti kagulan berfungsi mempercepat terjadinya pembekuan darah / mengurangi perarahan Sumber: 1.Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2.Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta 3.Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta 4.Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta 5.Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta 6.Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN MOLA HYDATIDOSA

Oleh : 1. Philipus Irianto 2. Desak Made Sumardiningsih 3. Arfiyan Prayudaningtyas 4. Leo Upumaleh 5. Husna PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI 2010/2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu diantaranya disebabkan oleh beberapa faktor meliputi: perdarahan, toxemia gravidarum, dan infeksi. Salah satu dari ketiga faktor tersebut adalah perdarahan dan perdarahan dapat terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa.Definisi mola hidatidosa itu sendiri adalah : Tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan abnormal dimana fetus tidak ditemukan tetapi hanya gelembung dan jaringan mola itu saja. Gelembung-gelembung tersebut sebenarnya adalah villi chorialis yang berisi cairan sehingga tegang dan berbentuk buah anggur. Kehamilan mola hidatidosa terhadi pada ibu multipara dengan kondisi kesehatan status gizi yang kurang, jika tidak dilakukan penanganan secara komprehensif maka masalah kompleks dapat timbul sebagai akibat adanya kehamilan dengan mola hidatidosa yaitu TTG (Tumor Trofoblast Gestasional) dimana Tumor Trofoblast Gestasional ini dibagi menjadi 2 macam yaitu: Choriocarsinoma non villosum dan Choriocarsinoma villosum yang bersifat hematogen dan dapat bermetastase ke vagina, paru-paru, ginjal, hati bahkan sampai ke otak. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Agar mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan pada klien stenosis aorta. 2. Tujuan Khusus : Mahasiswa mampu : a. Menjelaskan definisi stenosis aorta. b. Mengetahui etiologi stenosis aorta. c. Mengetahui manifestasi klinis stenosis aorta. d. Mengetahui patofisiologi stenosis aorta. e. Menjelaskan pathway pada klien stenosis aorta. f. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien stenosis aorta.

g. Mengetahui komplikasi stenosis aorta. h. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada klien stenosis aorta. i. Mengetahui pengkajian keperawatan pada klien stenosis aorta. j. Mengetahui diagnosa keperawatan pada klien stenosis aorta. k. Mengetahui rencana keperawatan pada klien stenosis aorta. l. Membuat asuhan keperawatan pada klien stenosis aorta.

BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Hamil anggur atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan nama Mola Hydatidosa sesungguhnya merupakan kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hidrofik. Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339) Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265) Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari villi korealis disertai dengan degenerasi hidrofik.(Saifudin, 2000) B. Etiologi

Faktor ovum 1. Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan. 2. Keadaan sosial ekonomi yang rendah Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya. 3. Paritas tinggi Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan tranmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal). 4. Kekurangan protein Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal. 5. Infeksi virus Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit (desease). Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang masuk virulensinya serta daya tahan tubuh. C. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis yang biasanya timbul pada klien dengan mola hidatidosa adalah : a. Amenore dan tanda-tanda kehamilan b. Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola. c. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan d. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih e. Preeklampsia atau ekalampsia yang terjadi sebelum 24 minggu ( Mansjoer,Arif, dkk, 2001:266 ) D. Patofisiologi Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi : 1. Mola hidatidosa komplet ( klasik ), jika Tidak di temukan Janin 2. Mola Hidatidosa in komplet ( parsial ), jika di sertai janin atau bagian janin Ada beberapa Teori yang di ajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast: teori missed aborion. Mudigh mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadinya Penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentulah gelembung- gelembung. Teori neoplasma dari park. Sel sel tropoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimna terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan kedalam Vili sehingga timbul gelembung. Studi dari hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata mata akibat akumulasi cairan

yang menyertai degenerasi awal atau tidak adanya embrio komplit pada minggu ke 3 dan ke 5.adanya sirkulasi maternal yang terus enerus dan tidak adanya fetus menyebabkan tropoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan. ( Silvia, Wilson, 2000:467) E. Pathway F. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang mola hidatidosa : - Foto toraks - HCG urine atau serum - USG - Uji sonde menurut Hanifa. Tandanya yaitu sonde yang dimasukkan tanpa tahanan dan dapat diputar 360 derajat dengan deviasi sonde kurang dari 10 derajat. - T3 & T4 bila ada gejala tirotoksikosis. G. Komplikasi Komplikasi mola hidatidosa - Perdarahan Hebat - Anemis - Syok - Infeksi - Perforasi uterus - Keganasan( PTG ) H. Penatalaksanaan Medik dan Keperawatan a. Penanganan yang biasa di lakukan pada mola hidatidosa adalah : Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis b. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan dimana sumberdaya sangat terbatas, dapat di lakukan: - Evaluasi klinik dengan fokus pada: - Riwayat Haid terakhir dan kehamilan; - Perdarahan tidak teratur atau spoting; - Pembesaran abnormal uterus; - Pelunakan serviks dan korpus uteri; - Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin; Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebel untuk upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson. c. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera. d. Antisipasi komplikasi ( krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus ). e. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberap penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit ( sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat ). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber

vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan tangani kompliksi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selam dan setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfuse. Kadar hCG di atas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif ( diluar uterus atau invasif ), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi. I. Pengkajian Keperawatan Pengkajian a. Biodata Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat b. Keluhan utama Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas : 1) Riwayat kesehatan sekarang Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. 2) Riwayat kesehatan masa lalu : a) Riwayat pembedahan Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung. b) Riwayat penyakit yang pernah dialami Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya. d. Riwayat kesehatan keluarga Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga. e. Riwayat kesehatan reproduksi Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya f. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. g. Riwayat seksual Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya. h. Riwayat pemakaian obat

Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya. i. Pola aktivitas sehari-hari Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. Pemeriksaan fisik, meliputi : a. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu. Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya. b. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal. c. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak. d. Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005 : 39) Pemeriksaan laboratorium : a. Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear. b. Keluarga berencana Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa. c. Data lain-lain Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS. d. Data psikososial Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan. e. Status sosio-ekonomi Kaji masalah finansial klien f. Data spiritual

Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan. J. Diagnosa Keperawatan yang Lazim Muncul (Carpenito, Lynda, 2001: 458) Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada kasus mola hidatidosa adalah : 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan 2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri 4. Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi 5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan 6. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah 7. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase 8. Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan K. Rencana Keperawatan Intervensi Merupakan tahapan perencanaan dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang akan dilakukan untuk membantu klien, memulihkan, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan Tujuan : 1. Sebagai alat komunikasi antar teman sejawat dan tenaga kesehatan lain 2. Meningkatkan keseimbangan asuhan keperawatan Langkah-langkah penyusunan : 1. Menetapkan prioritas masalah 2. Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai 3. Menentukan rencana tindakan keperawatan DIAGNOSA I Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang dengan kriteria : - Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang - Ekspresi wajah tenang - TTV dalam batas normal Intervensi : 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat. 2. Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien. 3. Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi

Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan. 4. Beri posisi yang nyaman Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri. 5. Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan. DIAGNOSA II Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri dengan kriteria : - Kebutuhan personal hygiene terpenuhi - Klien nampak rapi dan bersih Intervensi : 1. Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri Rasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya. 2. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari Rasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat. 3. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya Rasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya. 4. Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri. DIAGNOSA III Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu dengan kriteria : - Klien dapat tidur 7-8 jam per hari - Konjungtiva tidak anemis Intervensi : 1. Kaji pola tidur Rasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya. 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat. 3. Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur Rasional : Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur. 4. Batasi jumlah penjaga klien Rasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat. 5. Memberlakukan jam besuk Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat. 6. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam Rasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur. DIAGNOSA IV Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas dengan kriteria : - Tanda-tanda vital dalam batas normal - Klien tidak mengalami komplikasi Intervensi : 1. Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaforesis Rasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnosa. 2. Pantau suhu lingkungan Rasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal. 3. Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak Rasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam. 4. Berikan kompres hangat Rasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh. 5. Kolaborasi pemberian obat antipiretik Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus. DIAGNOSA V Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang dengan kriteria : - Ekspresi wajah tenang - Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya Intervensi :

1. Kaji tingkat kecemasan klien Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien. 2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan. 3. Mendengarkan keluhan klien dengan empati Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa diperhatikan. 4. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan Rasional : Menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya. 5. Beri dorongan spiritual/support Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang DIAGNOSA VI Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah Tujuan : Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi dengan kriteria : - Nafsu makan meningkat - Porsi makan dihabiskan Intervensi : 1. Kaji status nutrisi klien Rasional : Sebagai awal untuk menetapkan rencana selanjutnya. 2. Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering Rasional : Makan sedikit demi sedikit tapi sering mampu membantu untuk meminimalkan anoreksia. 3. Anjurkan untuk makan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi Rasional : Makanan yang hangat dan bervariasi dapat menbangkitkan nafsu makan klien. 4. Timbang berat badan sesuai indikasi Rasional : Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi. 5. Tingkatkan kenyamanan lingkungan termasuk sosialisasi saat makan, anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai klien Rasional : Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makanan. DIAGNOSA VII Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase Tujuan : Klien akan terbebas dari infeksi dengan kriteria :

- Tidak tampak tanda-tanda infeksi - Vital sign dalam batas normal Intervensi : 1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi Rasional : Mengetahui adanya gejala awal dari proses infeksi. 2. Observasi vital sign Rasional : Perubahan vital sign merupakan salah satu indikator dari terjadinya proses infeksi dalam tubuh. 3. Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan (luka, garis jahitan), daerah yang terpasang alat invasif (infus, kateter) Rasional : Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan komplikasi selanjutnya.

4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat antibiotik Rasional : Anti biotik dapat menghambat pembentukan sel bakteri, sehingga proses infeksi tidak terjadi. Disamping itu antibiotik juga dapat langsung membunuh sel bakteri penyebab infeksi. DIAGNOSA VIII Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan Tujuan : Klien akan menunjukkan gangguan perfusi jaringan perifer tidak terjadi dengan kriteria : - Hb dalam batas normal (12-14 g%) - Turgor kulit baik, vital sign dalam batas normal - Tidak ada mual muntah Intervensi : 1. Awasi tanda-tanda vital, kaji warna kulit/membran mukosa, dasar kuku Rasional : Memberika informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan intervensi selanjutnya. 2. Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing dan sakit kepala Rasional : Perubahan dapat menunjukkan ketidak adekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah arterial. 3. Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pegisian kapiler lambat dan nadi perifer lemah Rasional : Vasokonstriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan dapat terjadi sebagai efek samping vasopressin. 4. Berikan cairan intravena, produk darah Rasional :

Menggantikan kehilangan daran, mempertahankan volume sirkulasi 5. Penatalaksanaan pemberian obat antikoagulan tranexid 500 mg 31 tablet Rasional : Obat anti kagulan berfungsi mempercepat terjadinya pembekuan darah / mengurangi perarahan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Kasus Ny. N, G2P1A1 berumur 27 tahun datang ke RS pada tanggal 28 April 2011 dengan keluhan mual muntah, tidak menstruasi selama 2 bln dan perutnya kelihatan membesar. Klien menduga dirinya sedang hamil karena tanda-tanda yang klien rasakan seperti kehamilan sebelumnya. Keluhan ini sudah dirasakan klien sejak 1 bulan yang lalu. Klien tampak lemah dan pucat. Saat dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan TD : 100/60mmHg, Nadi : 108x/menit, RR : 26x/menit, suhu : 380C. Klien mengatakan sehari sebelum masuk rumah sakit mengalami perdarahan pervagina sekitar 300 cc. Membrane mukosa klien tampak kering,

turgor kulit tidak elastis. Klien mengatakan takut dan cemas terjadi hal yang buruk pada kehamilannya. Klien merasa nyeri pada perut bagian bawah dengan skala nyeri 7, nyerinya seperti diremas - remas. Klien mengatakan nyerinya hilang timbul saat terjadi perdarahan. Klien tampak gelisah, berkeringat dan cemas. Pemeriksaan laboratorium Hb: 8 mg/dl, HCG meningkat,hasil USG di dapatkan gambaran badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat janin. sakit saat bak, mengeluarkan keputihan yang berbau tdk sedap B. Pengkajian Nama Perawat : Perawat Tanggal Pengkajian : 29 April 2011 Jam Pengkajian : 08.00 wib 1. Biodata : Identitas Klien Nama : Ny. N, G2 P1 A1 Umur : 27 tahun Alamat : Jl. Kapas No.7 Blok A Sleman Agama : Islam Pendidikan : SMK Pekerjaan : ibu Rumah tangga Status perkawinan : Kawin Suku : Jawa Tanggal MRS : 28 April 2011 Diagnosa masuk : Mola Hidatidosa Penanggung Jawab Nama : Tn. P Umur : 30 tahun Alamat : Jl. Kapas No.7 Blok A Sleman Agama : Islam Pendidikan : SMK Pekerjaan : Wiraswasta Hubungan dengan klien : suami 2. Status Kesehatan Saat Ini a. Alasan kunjungan ke RS Ny. N berumur 27 tahun datang ke RS pada tanggal 28 April 2011 dengan keluhan mual muntah, tidak mens selama 2 bln dan perutnya kelihatan membesar. Klien menduga dirinya sedang hamil karena tanda-tanda yang klien rasakan seperti kehamilan sebelumnya. b. Keluhan utama saat ini Klien mengeluh mual dan muntah c. Timbul keluhan : Keluhan yang di rasakan klien timbul secara bertahap d. Factor yang memperberat klien merasa nyeri pada perut bagian bawah dan merasa cemas e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Dalam mengatasi masalah ini klien datang ke RS f. Diagnosa medis

Mola Hidatidosa 3. Riwayat Keperawatan a. Riwayat obstretri 1. Riwayat menstruasi Klien pertama kali menstruasi pada usia 14 tahun dengan siklus teratur, banyaknya menstruasi 450 cc, lama menstruasinya selama 7 hari, HPHT klien pada tanggal 21 februari 2011 dengan keluhan nyeri abdomen bawah

b. Riwayat kehamilan, persalina, nifas yang lalu Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak No Tahun Umur kehamilan Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan Jenis BB Panjang 1 2008 9 bulan 3 hari - caesar Bidan - - - - Laki laki 2500 gr 40 cm

c. Genogram

Ket : : laki laki : perempuan : klien

------- : tinggal 1 rumah ____ : garis perkawinan 4. Riwayat Keluarga Berencana Klien melakukan KB dengan jenis pil setelah kehamilan pertama, dan tidak terjadi masalah dengan alat kontrasepsi yang di gunakannya 5. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Penyakit Sekarang klien mengeluh keluar darah pervagina sejak 2 minggu. Klien juga sering mengganti pembalut 4 5 kali sehari b. Riwayat Penyakit Dahulu Klien tidak mempunyai riwayat penyakit terdahulu c. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga klien ada riwyat hipertensi 6. Riwayat Lingkungan Lingkungan di sekitar tempat tinggal klien bersih, tidak ada sesuatu yang berbahaya untuk keselamatan dan keamanan klien. 7. Kebutuhan Dasar Khusus a. Kenyamanan dan nyeri P : saat terjadi perdarahan Q : nyeri seperti diremas - remas R : abdomen bagian bawah S:7 T : nyeri hilang timbul b. Pola nutrisi Frekuensi makan : 3 x sehari, 1 kali makan 3 sedok Nafsu makan : klien tidak nafsu makan karena pada saat makan klien merasa mual muntah Jenis makanan : tidak terkaji Makanan yang tidak di sukai : tidak terkaji c. Pola eliminasi 1. BAK - Frekuensi : 2x - Warna : kuning jernih - Keluhan saat BAK : sakit saat bak, mengeluarkan keputihan yang berbau tdk sedap 2. BAB - Frekuensi : 1x - Warna : kuning kecoklatan - Bau : baunya khas fesess - Konsistensi BAB : lunak - Keluhan : tidak ada d. Cairan dan elektrolit Minum 5 gelas/hari=5x200=1000ml Infus digrojok=500cc/6jam, di Air metabolisme 5/kg BB/hari=5x50=250ml Intake=1000+500+250=1750ml Urin=2x300=600ml/hari

Feses=100ml/hari Perdarahan=550ml IWL=15/kg/hari=15x50=750ml IWL=IWL+200(suhu sekarang-370C)=750+200(38-37)=950 Output=600+100+950+550=2200ml BC=Intake-Output =1750-2200 = - 450ml e. Pola personal hygiene 1. Mandi Frekuensi : 2x/ hari Sabun : klien menggunakan sabun saat mandi 2. Oral hygiene Frekuensi : 2x/hari Waktu : pada saat mandi 3. Cuci rambut Frekuensi : 1x/hari Shampoo : klien menggunakan shampoo saat mencuci rambut f. Pola istirahat dan Tidur - Lama tidur : 7 jam/ hari - Kebiasaan sebelum tidur : nonton tv atau mendengarkan music - Keluhan : tidak ada g. Pola aktivitas dan latihan 1. Kegiatan dalam pekerjaan : ibu rumah tangga 2. Waktu bekerja : pagi dan sore 3. Olahraga : ya 4. Jenisnya : aerobic 5. Frekuensi : 3x seminggu 6. Kegiatan waktu luang : mengurus anak, nonton tv atau mendengarkan music 7. Keluhan dalam beraktifita : sejak sebulan yang lalu klien mengalami nyeri saat beraktivitas h. Pola kebiasaan yang memepengaruhi kesehatan Tidak ada kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan klien 8. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum klien tampak lemah dan pucat TD : 100/60mmHg, Nadi : 108x/menit, RR : 26x/menit, Suhu : 380C, Berat badan klien : 50 kg, Tinggi badan : 158 cm. b. Kepala : mesocephal, rambut hitam bersih, rambut tidak mudah rontok, kulit kepala bersih., tidak terdapat luka c. Mata : sclera tidak ikterik, konjungtiva palpebra anemis. d. Hidung : bersih, tidak ada skret, tidak ada polip, tidak terpasang O2, septum deviasi (-), tidak terdapat pernafasan cuping hidung. e. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada sianosis, tidak ada stomatitis, gigi bersih. f. Telinga :bersih, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran. g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, deviasi trachea (-) h. Dada :simetris, tidak terdapat wheezing, ronkhi (-), tidak terlihat retraksi interkosta.

i. Jantung : Inspeksi : Ictus cardis tidak teraba Palpasi : Ictus cardis teraba pada linea 2 media clavicularis kiri Auskultasi: S1-1, bising (-), gallop (-) Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal j. Paru-paru : Inspeksi : simetris, inspirasi dan ekspirasi regular Palpasi : suara fremitus kanan sama dengan kiri, tidak ada benjolan / massa Perkusi : suara sonor di lapang paru Auskultasi: ronkhi (-), wheezing (-) k. Abdomen : Inspeksi : permukaan perut cembung Auskultasi : bising usus (+) normal Perkusi : asites (-), terdengar redup Palpasi : ada benjolan / massa, ada nyeri tekan pada perut bagian bawah l. Genital : tidak ada kelainan, perdarahan pervagina (+), tidak terpasang kateter m. Ekstremitas : Atas : tidak terdapat edema, tangan kiri terpasang infus RL 20 tts/menit, tidak ada gangguan pergerakan, capillary refill > 2 detik, turgor kulit tidak elastic Bawah : tidak ada edema, tidak ada gangguan pergerakan. n. Kulit : bersih, warga gelap, turgor kulit tidak elastic, membrane mukosa kering, tidak ada luka 9. Pemeriksaan Penunjang : a. Laboratorium Hb :8 mg/dl Ht : Eritrosit : Leukosit : 9rb/mmk b. USG :USG di dapatkan gambaran badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat janin

C. Analisa data No Data Fokus Etiologi Problem 1. DS: klien merasa nyeri pada perut bagian bawah dengan skala nyeri 7, nyerinya seperti diremas remas, klien mengatakan nyerinya hilang timbul saat terjadi perdarahan DO : TD : 100/60mmHg, Nadi : 108x/menit, RR : 26x/menit, suhu : 380C, wajah klien tampak pucat Agen injuri biologi Nyeri 2. DS : Klien mengatakan sehari sebelum masuk rumah sakit mengalami perdarahan pervagina, klien mengatakan lemah DO: membrane mukosa klien tampak kering, turgor kulit tidak elastis, TD : 100/60mmHg, Nadi : 108x/menit, RR : 26x/menit, suhu : 380C, wajah klien tampak pucat, perdarahan 550 cc, balance cairan ( -450 ), Hb : 8 gr/dl intake output Kehilangan volume cairan secara aktif Kekurangan volume cairaan 3. DS: Klien mengatakan takut dan cemas akan terjadi hal yang buruk pada kehamilannya DO : Klien tampak gelisah, berkeringat, cemas, TD : 100/60mmHg, Nadi : 108x/menit, RR : 26x/menit, suhu : 380C, wajah klien tampak pucat Status kesehatan Cemas D. Diagnosa Prioritas 1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan secara aktif di tandai dengan klien mengatakan sehari sebelum masuk rumah sakit mengalami perdarahan pervagina, klien mengatakan lemah, membrane mukosa klien tampak kering, turgor kulit tidak elastis, TD : 100/60mmHg, Nadi : 108x/menit, RR : 2 6x/menit, suhu : 380C wajah klien tampak pucat, perdarahan 550 cc, balance cairan ( -750 ), Hb : 8 gr/dl. 2. Nyeri b.d agen injury biologis di tandai dengan klien merasa nyeri pada perut bagian bawah dengan skala nyeri 7, nyerinya seperti diremas remas, klien mengatakan nyerinya hilang timbul saat terjadi perdarahan, TD : 100/60mmHg, Nadi : 108x/menit, RR : 26x/menit, suhu : 380C, wajah klien tampak pucat. 3. Cemas b.d status kesehatan di tandai dengan klien mengatakan takut dan cemas akan terjadi hal yang buruk pada kehamilannya, klien tampak gelisah, berkeringat, cemas, TD : 100/60mmHg, Nadi : 108x/menit, RR : 26x/menit, suhu : 380C, wajah klien tampak pucat NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONALISASI TTD 1 Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif Setelah di lakukan tindakan keperawatan pad any. N selama 2x24 jjam di harapkan volume cairan klien seimbang dengan criteria hasil : a. Turgor kulit elastis

b. Membrane mukosa lembab c. Wajah Klien tidak pucat d. Tanda tanda vital dalam rentang normal: TD : 110/70-120/80 mmHg RR: 16-24 x/menit Nadi:60-100x/menit Suhu: 36,5-37,5 0c Perdarahannya berhenti atau berkurang 1. kaji TTV klien 2. pantau perdarahan 3. pantau status hidrasi 4. berikan cairan sesuai kebutuhan 5. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian transfusi darah 6. kolaborasi dengan tenaga lainnya untuk memantau hasil lab yang relevan dengan keseimbangan cairan 1. untuk mengetahu KU klien 2. untuk mengetahui jumlah darah yang di keluarkan klien 3. untuk mengetahui status hidrasi klien 4. untuk memenuhi kebutuhan cairan yang di butuhkan klien 5. untuk menggantikan darah yang telah hilang akibat perdarahan 6. untuk mengetahui hasil lab dari hematokrit, dan albumin 2 Nyeri b.d agen injuri biologi Setelah di lakukan tindakan keperawatan pada ny. N selama 3x24 di harapkan nyeri pada ny.N berkurang dengan criteria hasil : a. Skala nyeri 7 menjadi 5 b. Nyeri di perut bagian bawah berkurang c. Tanda tanda vital dalam rentang normal: TD : 110/70-120/80 mmHg RR: 16-24 x/menit Nadi:60-100x/menit Suhu: 36,5-37,5 0c 1. Kaji TTV klien 2. Lakukan pengkajian yang komprehensif meliputi lokasi karakteristik, frekuensi dan kualitas nyeri 3. Ajarkan penggunaan tekhnik non farmakologi misalnya napas dalam, relaksasi, 4. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, seberapa lama berlangsungnya nyeri. 5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik 6. Kolaborasi dengan dokter bedah utkdilakukan pembedahan 1. mengetahui TTV klien 2. mengetahui karakteristik, frekuensi dan kualitas nyeri klien 3. Untuk mengurangi/ mengontrol rasa nyersi pada klien 4. Agar klien mengetahui 5. Agar nyeri pada klien berkurang 3 Cemas b.d status kesehatan Setelah di lakukan tindak keperawatan pada Ny. N selama 1x24 jam di harapkan cemas klien berkurang dengan criteria hasil : a. Klien tidak merasa takut lagi b. Klien tidak tampak gelisah dan berkeringat lagi

c. Tanda tanda vital dalam rentang normal: TD : 110/70-120/80 mmHg RR: 16-24 x/menit Nadi:60-100x/menit Suhu: 36,5-37,5 0c 1. kaji TTV klien 2. Berikan pijatan punggung atau pijatan leher sesuai kebutuhan 3. Beri dorongan pada klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas 4. Sediakan informasi factual menyakut diagnosis, perawatan , dan prognosis 5. Sediakan pengalihan melalui radio dan televise 6. Kolaborasi dengan dokter dengan pemberian obat sesuai kebutuhan 1. Untuk mengetahui TTV klien 2. Untuk memberikan kenyamaan terhadap klien 3. Agar pikiran klien menjadi tenang setelah mengungkapkan kecemasannya 4. Agar klien merasa tenang dan klien dapat berpartisipasi dalam tindakan keperawatan 5. Untuk mengalihkan kecemasan klien 6. Untuk mengurai kecemasan klien E.

F. Catatan Perkembangan NO TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI Dx. 1 29 April 2011 08.00

08.15 08.35

09.00 09.15 1. mengkaji TTV klien

S :O: TD : 100/60mmHg, Nadi : 108x/menit, RR : 26x/menit, suhu : 380C 2. memantau perdarahan S:O: perdarahan klien 550 cc 3. memantau status hidrasi S: klien merasa haus O: turgor kulit klien tidak elastic Membrane mukosa klien kering 4. memberikan cairan sesuai kebutuhan S : klien mengatakan lemah O : klien di berikan cairan NACL 0,9 % 5. berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian transfusi darah 6. berkolaborasi dengan tenaga lainnya untuk memantau hasil lab yang relevan dengan keseimbangan cairan S : klien mengatakan masih lemah O: turgor kulit klien tidak elastic dan mukosa masih kering dan tampak pucat A :tujuan belum tercapai P: intervensi 1,2,3,4 dan 5 di lanjutkan Dx. 2 29 April 2011 08.00

08.15

08.35

09.00

09.15

1. mengkaji TTV klien S: O : TD : 100/60mmHg, Nadi : 108x/menit, RR : 26x/menit, suhu : 380C 2. melakukan pengkajian yang komprehensif meliputi lokasi karakteristik, frekuensi dan kualitas nyeri S : klien mengatakan nyeri pada abdomen bagian bawah O : wajah klien tampak meringis menahan nyeri 3. menciptakan lingkungan yang tenang S : klien merasa tenang dengan lingkungannya O : klien tampak menikmati lingkungan yang nyaman 4. mengajarkan penggunaan tekhnik non farmakologi misalnya napas dalam, relaksasi, S : klien mengikuti apa yang perawat ajarkan O : klien tampak memperhatikan dengan baik apa yang di ajarkan perawat 5. berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian asam mefenamat 500mg S : klien masih merasa nyeri pada abdomen bagian bawah dengan skla nyeri 6 O:klien tampak meringis menahan sakit A : tujuan belum tercapai P: intervensi 1,2,3,4, dan 5 di lanjutkan Dx. 3 08.00

08.15

08.35

09.00

09.15

09.30 1. mengkaji TTV klien S:O: TD : 100/60mmHg, Nadi : 108x/menit, RR : 26x/menit, suhu : 380C 2. memberikan pijatan punggung atau pijatan leher sesuai kebutuhan S : klien mau menerima pijatan dari perawat O : klien terlihat nyaman saat di lakukan pemijatan punggung 3. memberi dorongan pada klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas S : kliien mengatakan merasa cemas dengan kehamillannya O: klien mengungkapkan kecemasannya 4. menyediakan informasi factual menyakut diagnosis, perawatan , dan prognosis S:O: klien tamapak memperhatikan dan mendengarkan informasi yang di berikan oleh perawat 5. menyediakan pengalihan melalui radio dan televisi S :O: klien tampak mengalihkan perhatian dengan mendengarkan radio 6. berkolaborasi dengan dokter dengan pemberian obat sesuai kebutuhan S: klien mengatakan takut akan keadaannya O: klien tampak gelisah dan cemas A : tujuan belum tercapai P: intervensi 1,2,3,4 dan 5 di lanjutkan

You might also like