Disusun guna memenuhi tugas soal ujian komprehensif semester ganjil tahun akademik 2009/2010 Program Studi Muamalat Perbankan Syariah
Oleh Saumi Rizqiyanto 105046101570
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010
1
PENDAHULUAN
Sepertinya tidak diperlukan pengukuran angka-angka makroekonomi yang fantastis dan nilai- nilai miroekonomi yang rumit untuk menganalisis suatu peristiwa ekonomi disebuah zaman. Cukup dengan mengamati kebiasaan sehari-hari perilaku ekonomi manusia, sejatinya kita bisa mengungkap suatu tren ekonomi tertentu, setidaknya begitulah kesimpulan dari ekonom- ekonom ternama tahun ini, seperti Tim Harford, Steven Levitt dan Stephen Dubner. Ketiganya mengungkap kisah-kisah tersembunyi dibalik peristiwa ekonomi tertentu. Tim Harford dalam bukunya yang berjudul the undercover economist mengungkap sebuah teori ekonomi njlimet mengenai the power of scarcity, hanya dengan menjelaskan kenapa orang-orang mau membayar 5 kali lipat lebih mahal harga kopi di Starbucks padahal mereka bisa membuat sendiri dirumah dengan cara yang mudah dan murah. Begitupun dengan Levitt dan Dubner, keduanya berkolaborasi untuk menjelaskan kenapa wanita terdidik dengan bayaran mahal yang bekerja di sebuah perusahaan elektronik terkemuka banting stir profesi menjadi lady escort, jawabannya tentu bisa ditemukan di bukunya yang berjudul superfreakonomics. Hanya saja ketiganya belum pernah menyinggung kisah-kisah menyengsarakan dibalik tirai kemiskinan yang diakibatkan oleh ketimpangan pendapatan, maklum ketiga ekonom itu hidup di negeri paman sam yang penuh dengan impian amerika, dengan kata lain disparitas antara orang kaya dan orang miskin tidak begitu kentara, sehingga mungkin mereka tidak tertarik untuk membahas kemiskinan. Sehingga sejauh ini belum ada solusi superfreaky untuk menuntaskan permasalahan ini. Kemiskinan sejatinya adalah permasalahan utama di banyak Negara dari dulu hingga saat ini. Sejauh ini belum ada suatu Negara yang benar-benar bebas dari ketimpangan pendapatan. Di United States sendiri, negeri di mana kapitalisme diagung-agungkan masih 2
terdapat ketimpangan, Laura Andrea Tyson, salah satu penasehat dewan ekonomi mengungkapkan dalam laporan resminya yang dimuat di Washington post mengungkap bahwa para pekerja di US yang memiliki latar belakang pendidikan lulusan sekolah menengah mengaku mendapatkan pendapatan yang lebih kecil dibanding sepuluh tahun sebelumnya (dengan mengikuti inflasi) 1 . Tidak hanya di US, di Asia saja, laporan Bank Dunia per 2004 mengungkap, lebih dari setengah penduduk asia dihampir di semua Negara (kecuali asia timur) hidup di bawah garis kemiskinan, (dengan rata-rata penghasilan ataupun konsumsi tidak lebih dari US$ 2) 2 . Sedangkan di sisi lain gaji-gaji para CEO di dunia mempunyai tingkat perbandingan 1 banding 370. Data-data diatas mengungkap sebuah ironi pertumbuhan ekonomi yang tidak merata. Kalau sudah begini, dimana jargon-jargon yang sering dikoarkan oleh para ekonom kapitalis yang sangat mengagungkan perdagangan bebas dan anti pemerintah itu. Karena seperti yang kita ketahui, kalangan pro perdagangan bebas atau yang biasa dikenal dengan istilah neolib, acapkali sesumbar bahwa pasar bebas yang ditandai perdagangan bebas bisa dengan sendirinya menyelesaikan segenap permasalahan ekonomi, tangan-tangan tak terlihat dengan cara yang ajaib mampu mengentaskan kemiskinan dan kesenjangan ekonomi secara efisien tanpa campur tangan pemerintah. Salah satu teori yang didengungkan kalangan pro pasar adalah teori trickle down effect, yang secara implicit berbunyi bahwa dollar yang membanjiri Wall Street akan mengalir ke pasar pasar utama dunia baik di Beijing, Tokyo, London, Paris, Singapore bahkan Jakarta, yang selanjutnya akan merembes ke pasar-pasar tradisonil di beringharjo, Jogjakarta dan tanah abang di Jakarta dan sebagainya. Itu artinya uang-uang tersebut akan secara alami mengalir hingga ke sector riil dan pelaku pasar kecil di mana pasar itu berada.
1 Sarah Anderson, John Cavanagh dan Thea Lee. Field Guide to Global Economy. New York. The New Press. 2005 2 World Bank. World Development Inicators. Washington DC. World Bank. 2004 3
Sekilas teori ini tampak cantik dan masuk akal tetapi apakah perdagangan bebas berikut teori trickle down itu mampu membawa kesejahteraan. Saat krisis finansial dunia melanda dunia medio 2008-2009, jawabannya adalah, pasar bebas justru membawa kisruh di wall street dan memacetkan arus barang dan jasa di pasar-pasar tradisional. Martin Manurung dalam tulisannya tulisannya di Kompas Oktober 2008 menulis, kekisruhan itu terjadi karena adanya pembiaran yang dilakukan pemerintah AS. Awalnya, berbagai korporasi diberi insentif untuk membesar dengan membebaskan dari aturan-aturan yang merintangi akumulasi kekayaan. Mereka difasilitasi regulasi yang sengaja dibiarkan longgar sehingga memberi ruang untuk moral hazard melalui penciptaan berbagai produk keuangan yang ajaib dan berisiko tinggi. Lalu, posisi yang dominan dan ukuran besar membuat mereka mendapat predikat too big to be allowed to fail (terlalu besar untuk dibiarkan gagal). Predikat itu seolah menjadi sabuk pengaman untuk lebih menyerempet bahaya sehingga memperburuk terjadinya moral hazard. Yang lebih parah, selama proses menyerempet bahaya, otoritas pasar finansial, otoritas moneter dan Pemerintah AS menutup mata demi keuntungan politis penguasa. Dengan demikian, krisis yang terjadi adalah konsekuensi alami dari praktik penyerempetan bahaya di Wall Street dan pembiaran Pemerintah AS. Dalam investasi berlaku hukum high risk, high returns atau risiko tinggi membawa tingkat pengembalian dan kerugianyang tinggi pula. Para investor yang menanamkan modal pada instrumen keuangan yang berisiko tinggi, sepatutnya sadar, mereka siap menanggung akibatnya. Mengutip Joseph Stiglitz, pemenang Nobel Ekonomi 2001 di Financial Times (25/7/2008), They got what they asked for (mereka mendapatkan apa yang mereka minta). Kerakusan para pemburu rente berbuah bencana 3 .
3 Martin Manurung. Neolib Terpojok. Jakarta. Kompas 2008 4
Baik Joseph Stiglitz dan Martin Manurung, keduanya sama-sama benar karena pasar bebas yang dibiarkan dan bahkan di fasilitasi untuk berbuat longgar demi meraih keuntungan sebesar-besarnya justru berbuntut pada krisis dunia. Lalu apakah pasar bebas tanpa kontrol pemerintah masih bisa diandalkan untuk mensejahterakan umat manusia. Jawabannya tentu tidak. System pasar jelas diperlukan tetapi ibarat sebuah taman, membiarkan taman rindang menjadi semak belukar jelas harus dihentikan. Harus ada upaya nyata untuk menghentikan tangan-tangan tak terlihat yang mengubah taman rindang menjadi hutan belukar! Pemerintahan suatu Negara bisa saja menerapkan banyak instrument guna memangkas ranting-ranting liar, tetapi adakah suatu role model penerapan istrumen agar pasar tumbuh dengan rindang. Sesungguhnya dalam praktek muamalat dalam ekonomi Islam dikenal banyak instrument pemangkasan guna mengatur pertumbuhan ekonomi sehingga tercipta pemerataan distribusi pendapatan. Salah satu risalah kitab muamalat menyebutkan bahwa;
, : ,
syariat Islam telah mengatur / menyusun berbagai cara yang keseluruhannya itu bermuara pada pembagian kembali harta kekayaan diantara manusia untuk merealisasikan keadilan dikalangan mereka, dan diantara cara-cara yang terpenting adalah zakat, shadaqah, kafarat (denda untuk menebus dosa), memberi nafkah yang wajib, nazar, berkurban, dan insentif negara. Risalah ini memberikan wawasan yang berharga bahwa sejatinya zakat, infaq, shedekah, kafarat, maupun insentif Negara mampu menciptakan pemerataan pendapatan. 5
Karya Ilmiah ini mencoba mengungkap lebih dalam bagaimana penerapan praktik-praktik muamalat dalam kerangka menciptakan pemerataan pendapatan.
6
PEMBAHASAN
A. Konsep-Konsep Pokok Distribusi Pendapatan yang Adil Pembahasan mengenai distribusi pendapatan muncul petama kali pada tahun 1930-an tatkala United States dan Negara-negara eropa dilanda depresi besar setelah perang dunia 2. Pada waktu itu, ekonom kenamaan yang kini sering disebut sebagai bapak makroekonomi, John Maynard Keynes, menulis sebuah buku berjudul The General Theory of Employment, Interest and Money. Kala depresi besar melanda, terjadi pengangguran besar-besaran yang berakibat pada kemiskinan. Keynes secara cemerlang menjelaskan di depan kongres menyatakan bahwa kebijakan fiscal dan moneter pemerintah sesungguhnya bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, kebijakan fiscal dan moneter sebaiknya didorong untuk mengurangi pengangguran sehingga dengan sendirinya, US bisa secepatnya keluar dari krisis 4 . Argumen Keynes mendapat sorotan tajam dikalangan ekonom klasik pengikut Adam Smith yang memang mendamba pasar bebas dan anti campur tangan pemerintah. Namun sayang bagi pengikut Adam Smith, ketika itu mereka tidak mendapat tempat sehingga semua argument Keynes diterima kongres, dan Pemerintah US dan negera-negara eropa mengikuti saran Keynes. Pemerintah US kala itu mulai melaksanakan berbagai program padat karya untuk mengurangi pengangguran, presiden US waktu itu, Franklin Delano Roosevelt, bahkan mencanangkan program social security mengikuti jejak langkah kanselir jeman Otto Van Bismarck. Program ini menjamin seluruh warga Negara untuk mendapatkan akses pendidikan dan kesehatan secara gratis. Argumen Keynes dan gerak langkah Roosevelt nyata-nyata pada akhirnya telah membawa bangsa United States keluar dari depresi besar dan menuju sebuah era dengan pertumbuhan ekonomi paling stabil sepanjang sejarah.
Pendapat Keynes dan Kebijakan yang dilakukan Roosevelt dan Bismarck sejatinya telah Allah perintahkan kepada Nabi Muhammad, jauh sebelum kelahiran Keynes dan Roosevelt memerintah. Allah swt berfirman dalam surat AlHasyr ayat 7 yang berbunyi
apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.
Firman Allah ini sejatinya secara terang benderang memerintahkan tiap orang yang memerintah suatu negeri agar berlaku adil apabila pemerintah mendapatkan harta yang besar dari suatu wilayah. Ayat supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu mengindikasikan perintah tegas bahwa harta-harta itu diberikan kepada orang-orang yang miskin sehingga tercipta distribusi pendapatan yang adil. Ayat ini juga seakan menyindir praktik-praktik kartel politik yang biasanya penuh dengan intrik kepentingan. Penguasaha membutuhkan sumber dana, Pemerintah juga membutuhkan stabilitas politik dan ekonomi, keduanya membuat sebuah perjanjian yang 8
pada akhirnya membuat keuntungan hanya beredar dikalangan penguasaha dan penguasa semata. Dari argument Keynes, kebijakan Roosevelt hingga Firman Allah pada surat Alhasyr ayat 7 bisa diambil sebuah konsep-konsep pokok dari distribusi pendapatan yang adil, yakni pengangguran yang berakibat pada kemiskinan, insentif negara demi terciptanya distribusi pendapatan yang adil.
B. Pengangguran dan Kemiskinan 1. Pengangguran (Unemployment) Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat secara spesifik menjelaskan ari kata dari pengangguran (unemployment) sebagai berikut: Pengangguran adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan selama minggu yang ditunjuk; sedangkan mereka mampu bekerja pada waktu yang ditunjuk; mereka melakukan usaha spesifik untuk mencari pekerjaan sesekali selama periode 4 minggu yang berakhir dengan minggu yang ditunjuk. Orang-orang yang dirumahkan dan menunggu untuk kembali bekerja juga dihitung sebagai pengangguran 5 . Pengangguran yang tinggi termasuk kedalam masalah ekonomi dan social. Masalah ekonomi karena pengangguran menyia-nyiakan sumber daya yang berharga. Pengangguran juga merupakan masalah social yang besar karena mengakibakan kemiskinan yang bisa melebar pada aksi-aksi keputusasaan dan kriminalitas.
2. Kemiskinan (Poverty) Terdapat dua pendekatan dalam menganalisis arti kata dari kemiskinan yakni kemiskinan absolut dan kemiskinan relative. Kemiskinan absolut terjadi jika melihat
5 Ibid, hlmn 362 9
jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan sementara kemiskinan relatif dilihat dari hubungan populasi terhadap distribusi pendapatan. Kemiskinan absolut terjadi pada negara yang memiliki populasi besar, umumnya menimpa pada kelompok-kelompok tertentu seperti kaum wanita dan anakanak (sisi pendidikan dan kesehatan). Beban tersebut dapat dilihat dari extreme poverty line dan poverty line. Tidak ada perdebatan mengenai garis kemiskinan dalam tulisan ini, poverty line mengacu pada standar bank dunia, yakni orang yang hidup dengan penghasilan dan konsumsi kurang dari US$ 2 perhari. Sementara kemiskinan relative terjadi akibat ketimpangan pendapatan yang mengacu pada standar hidup relative dari seluruh masyarakat.
Garis Kemiskinan Semua ukuran kemiskinan dipertimbangkan pada norma tertentu. Pilihan norma tersebut sangat penting terutama dalam pengukuran kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi. Garis kemiskinan didasarkan pada consumption based poverty line dimana terdapat dua elemen : 1. Pengeluaran yang diperlukan untuk standar gizi. 2. Jumlah kebutuhan lain yang bervariasi.
Seberapa Besar Tingkat Kemiskinan terjadi Berdasarkan perhitungan untuk melihat tingkat kemiskinan dan ketimpangan pendapatan diantaranya menggunakan : - Headcount Index : menghitung jumlah orang miskin sebagai proporsi populasi. 10
- Poverty Gap : menghitung transfer yang akan membawa pendapatan setiap penduduk miskin hingga tingkat garis kemiskinan, sehingga kemiskinan dapat dilenyapkan.
Penyebab Kemiskinan Mencoba dengan mengidentifikasi penyebab kemiskinan dari sisi ekonomi : 1. Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan ketimpangan distribusi pendapatan. 2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia. 3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses modal.
Alternatif Solusi Kemiskinan 1. Pengupahan tenaga kerja (terutama sektor tradisional, modal yang didapat dari pemungutan pajak). 2. Menitikberatkan pada transfer sumber daya dari pertanian ke industri melalui mekanisme pasar. 3. Menyoroti potensi pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang dibuka dengan kemajuan teknologi sehingga menjadi leading sector (rural led development) proses ini akan mendukung pertumbuhan seimbang dengan syarat, kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi dan menciptakan pola permintaan yang kondusif pada pertumbuhan.
C. Insentif Negara untuk Distribusi Pendapatan yang Adil Selain alternatif solusi kemiskinan yang dikemukakan diatas sejatinya Islam memiliki instrument lain yang lebih efektif guna mengurangi kemiskinan itu sendiri. Baik kemiskinan 11
absolute dan kemiskinan relative, praktik muamalat yang bersumber pada ajaran agama islam telah memberikan dua solusi untuk dua permasalahan tersebut. Kemiskinan absolute yang memang terjadi karena ketidak berdayaan masyarakat, maka pemerintah perlu memberikan bantalan-bantalan guna memenuhi basic need seseorang. Sementara kemiskinan relative yang terjadi karena ketimpangan pendapatan, pemerintah bisa menyalurkan pembiayaan- pembiayaan produktif untuk usaha-usaha mikro kecil menengah guna meningkatkan pendapatan. Solusi ini membutuhkan peran pihak ketiga seperti lembaga keuangan dan perbankan yang mampu menyalurkan dana-dana pemerintah tersebut.
1. Zakat sebagai Insentif untuk mengurangi Kemiskinan Absolut Sebagaimana dijelaskan diatas, salah satu upaya guna memerangi kemiskinan absolute adalah dengan memberikan bantalan-bantalan kepada orang-orang miskin. Bantalan-bantalan itu bisa diibaratkan dalam perekonomian modern seperti subsidi langsung. Instrumennya bisa berbeda-beda setiap Negara, ada yang diambil dengan penerimaan pajak, ada juga dari hasil-hasil perusahaan Negara. Hanya saja Islam memberikan solusi lain. Allah berfirman dalam surat AnNur ayat 33 yang sebagiannya berbunyi >., _. _!. < _ >., dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan- Nya kepadamu
Para mufassir menafsirkan kata harta yang dikaruniakan Allah kepadamu adalah harta yang diambilkan dari zakat dan harta-harta lainnya seperti wakaf, infaq dan sedekah. 12
Ayat ini memang tidak secara jelas menjelaskan bahwa harta-harta itu untuk mengurangi kemiskinan. Ayat ini sejatinya turun dalam konteks pembebasan bagi budak-budak, tapi jikalau dikaitkan dengan ayat dan kaidah sebelumnya, ayat ini bisa jadi memang untuk mengurangi kemiskinan dengan insentif Negara berupa zakat. Zakat sendiri secara bahasa bermakna berkembang dan membersihkan/pensucian yang mana makna ini menggambarkan fungsi zakat itu sendiri. Dengan demikian zakat yang diambil dari harta orang-orang yang mampu (muzakki) akan mengembangkan dan mensucikan harta itu sendiri. 6 Membersihkan juga bermakna bahwa zakat itu akan membersihkan hati manusia dari sifat kekikiran dan cinta yang berlebihan terhadap harta. Sementara itu bahwa zakat akan mensucikan berarti zakat akan menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati manusia. Zakat akan terus mengingatkan orang yang memiliki kecukupan harta bahwa ada hak orang lain dalam hartanya. Sedangkan makna berkembang atau melipatgandakan harta manusia haruslah dilihat menggunakan perspektif kolektifitas (jamai), karena dengan itulah fungsi zakat secara kolektif dapat dengan jelas terasa. Ringkasnya, distribusi zakat pada golongan tak mampu akan menjadi pendapatan bagi mereka yang kemudian membuat mereka memiliki daya beli atau dengan kata lain, zakat membuat mereka memiliki akses pada perekonomian. Seperti ketentuan atau instrumen lain yang Allah telah tetapkan pada semua aspek kehidupan manusia, bahwa ketentuan tersebut memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi yang memberikan manfaat bagi individu (nafs) dan bagi kolektif (jamai). Dalam hal ini, zakat dalam ekonomi memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai alat ibadah yang memberikan kemanfaatan individu bagi orang yang membayar zakat dan
6 Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam : Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern, (Paradigma & Aqsa Publishing, 2007), hal.173. 13
kemanfaatan kolektif bagi orang-orang di lingkungan yang menjalankan sistem zakat ini. Zakat merupakan sistem dan instrumen orisinil dari sistem ekonomi Islam, yang bertugas mendistribusikan kekayaan pada golongan masyarakat yang membutuhkan. Dengan keyakinan bahwa tiap harta yang didapatkan oleh seseorang terdapat didalamnya hak fakir miskin dan orang-orang yang kekurangan. Eksistensi zakat dalam kehidupan manusia baik pribadi maupun kolektif, pada hakikatnya memiliki dua alasan utama, yaitu alasan ibadah dan alasan ekonomi. Alasan ibadah mengungkapkan bahwa eksistensi zakat merupakan salah satu variabel atau ukuran bagi kepatuhan seseorang pada Allah. Artinya zakat merupakan bentuk ibadah wajib bagi mereka yang berada pada posisi yang baik dilihat dari kepemilikan harta. Sementara alasan ekonomi adalah alasan yang mengungkapkan bahwa zakat merupakan variabel utama dalam menjaga kestabilan sosial ekonomi. Dengan adanya zakat ekonomi akan terus dijaga agar pada posisi aman untuk terus berlangsung, sekaligus menjaga stabilitas sosial pergaulan diantara manusia, antara para pelaku pasar, atau antara si kaya dan si miskin. Mekanisme zakat juga memastikan aktivitas ekonomi dapat berjalan pada tingkat yang minimal yaitu pada tingkat pemenuhan kebutuhan primer, sedangkan infak dan shadaqah dan instrumen sejenis lainnya mendorong permintaan secara agregat, karena fungsinya yang membantu ummat untuk mencapai taraf hidup diatas tingkat minimum. Jika dikaji lebih jauh lagi, instrumen zakat dapat digunakan sebagai perisai terakhir bagi perekonomian agar tidak terpuruk pada kondisi krisis dimana kemampuan konsumsi mengalami stagnasi (underconsumption). 14
Zakat memungkinkan perekonomian terus berjalan pada tingkat yang minimum, akibat penjaminan konsumsi kebutuhan dasar oleh negara melalui baitul mal menggunakan akumulasi dana zakat. Bahkan Metwally 7 mengungkapkan bahwa zakat berpengaruh cukup positif pada ekonomi, karena instrumen zakat akan mendorong investasi dan menekan penimbunan uang (harta), sehingga zakat memiliki andil dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara makro.
2. Insentif Negara Melalui Pembiayaan Penjelasan diatas adalah insentif Negara dalam kaitannya mengurangi kemiskinan absolute melalui instrument zakat, pertanyaannya, bagaimana bentuk insentif Negara dalam mengurangi kemiskinan relative yang diakibatkan oleh ketimpangan pendapatan. Seperti yang telah dikemukakan diatas, pembiayaan bisa menjadi alternative bagi pemerintah dalam upayanya mengurangi kemiskinan relative di suatu negeri. Bank syariah sesuai dengan undang-undang perbankan no 21 Tahun 2008 pasal 3 dan 4 disana disebutkan bahwa Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Dalam pemenuhan fungsi pemerataan kesejahteraan rakyat, bank syariah diperbolehkan untuk menyalurkan pembiayaan. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
7 Ibid., hal.177 15
c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna; d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil 8 . Salah satu jenis pembiayaan produktif yang dilakukan guna mengurangi kemiskinan relative yang diakibatkan oleh ketimpangan pendapatan adalah pembiayaan usaha kecil mikro dan menengah. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Koperasi telah meluncurkan program Kredit Usaha Rakyat. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah skema Kredit/Pembiayaan yang khusus diperuntukkan bagi UMKM dan Koperasi yang usahanya layak namun tidak mempunyai agunan yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan Perbankan. Tujuan akhir diluncurkan Program KUR adalah meningkatkan perekonomian, pengentasan kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja. Perguliran KUR dimulai dengan adanya keputusan Sidang Kabinet Terbatas yang diselenggarakan pad a tanggal 9 Maret 2007 bertempat di Kantor Kementerian Negara Koperasi dan UKM dipimpin Bapak Presiden RI. Salah satu agenda keputusannya antara lain, bahwa dalam rangka pengembangan usaha UMKM dan Koperasi, Pemerintah akan mendorong peningkatan akses UMKM dan Koperasi kepada kredit/pembiayaan dari perbankan melalui peningkatan kapasitas Perusahaan Penjamin. Dengan demikian UMKM dan Koperasi yang selama ini mengalami
8 UU No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Nasional diakses melalui http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:ifAJezjLapYJ:www.bi.go.id/NR/rdonlyres/248300B4-6CF9-4DF5-A674- 0073B0A6168A/14396/UU_21_08_Syariah.pdf+UU+Perbankan+tahun+2008&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgufBl hR1Zy8LFH4Gl0COQKhMdkVcyqFRzuEMy1AxPyIH5xrf4RiHlLNo-4bbsnQiBHvWLi_XZVq82Qd6j5- 78lL5qkI1flfC2z1uOB7U_rRh9hxACAVL40UqbAXA5wyOUCmKbO&sig=AHIEtbTbY9Fn_TntJlhpxN8wcKU4bk024A 16
kendala dalam mengakses kredit/pembiayaan dari perbankan karena kekurangan agunan dapat diatasi. KUR telah diluncurkan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 5 Nopember 2007. Peluncuran KUR merupakan upaya Pemerintah dalam mendorong Perbankan menyalurkan kreditj pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi. Peluncuran tersebut merupakan tindaklanjut dari ditandatanganinya Nota Kesepahaman Bersama (MoU) pada tanggal 9 Oktober 2007 tentang Penjaminan Kredit/ Pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi antara Pemerintah (Menteri Negara Koperasi dan UKM, Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perindustrian, Perusahaan Penjamin (perum Sarana Pengembangan Usaha dan PT. Asuransi Kredit Indonesia) dan Perbankan (Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri). KUR ini didukung oleh Kementerian Negara BUMN, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta Bank Indonesia 9 . Skema KUR pada nantinya diharapkan bisa mengecilkan kesenjangan social di masyarakat. Pembiayaan KUR sejatinya mampu memberikan insentif secara tidak langsung bagi pengusaha kecil untuk bisa mengembangkan usaha sekaligus memperbesar pendapatan. Sesungguhnya inilah yang penulis maksud sebagai insentif Negara untuk distribusi pendapatan yang adil.
9 Skema Pembiayaan Kredit Usaha Mikro diakses melalui http://www.depkop.go.id/skema-kur.html 17
PENUTUP
Kemiskinan, baik absolute maupun relative sejatinya merupakan tugas semua manusia untuk memeranginya. Makalah ini secara lugas menyatakan bahwa kemiskinan absolute yang diakibatkan oleh ketidak berdayaan seseorang menjadi kewajiban Negara untuk memberikan insentif secara langsung. Insentif secara langsung bisa diberikan melalui uang zakat yang di kumpulkan dan disalurkan oleh Negara secara langsung. Hal ini akan membuat ekonomi akan tetap bertumbuh. Sementara kemiskinan relative yang diakibatkan oleh ketimpangan pendapatan, pemerintah melalui perbankan bisa melakukan upaya insentif secara tidak langsung. Skema KUR yang baru-baru ini diluncurkan oleh pemerintah merupakan contoh dari insentif Negara dalam memberikan bantalan kepada pengusaha kecil guna memperbesar usaha dan memperbesar pendapatan mereka. Bagaimanapun kemiskinan tidak bisa dibiarkan begitu saja, dalam terma agama, sungguh berdosa apabila seseorang mentelantarkan saudaranya yang sesungguhnya menjadi tanggungannya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad
.
Cukuplah seseorang dikatakan berdosa, ketika menelantarkan siapa yang menjadi tanggungannya (tidak memberinya nafkah). (HR. Muslim)
Peranan ini, insentif Negara baik langsung maupun tidak langsung menjadi wajib hukumnya sebagaimana kaidah fiqh yang berbunyi
18
Sesuatu yang harus ada untuk menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan. Jadi kalau sudah begini, bukankah peranan Negara sungguh sangat wajib hukumnya.
Saumi Rizqiyanto 105046101570
19
Daftar Pustaka
Sarah Anderson, John Cavanagh dan Thea Lee. Field Guide to Global Economy. New York. The New Press. 2005 World Bank. World Development Inicators. Washington DC. World Bank. 2004 Martin Manurung. Neolib Terpojok. Jakarta. Kompas 2008 Samuelson, Paul. Macroeconomics, 17 th Edition. New York. McGraw Hill. 2001. Hlmn. 78 Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam : Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern, (Paradigma & Aqsa Publishing, 2007), hal.173. UU No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Nasional diakses melalui http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:ifAJezjLapYJ:www.bi.go.id/NR/rdonlyres/248 300B4-6CF9-4DF5-A674-Syariah.pdf+UU+Perbankan+tahun+2008 Skema Pembiayaan Kredit Usaha Mikro diakses melalui http://www.depkop.go.id/skema-kur.html