You are on page 1of 20

Zakat dan Pembiayaan

Dibalik upaya pemerataan pendapatan




Disusun guna memenuhi tugas soal ujian komprehensif semester ganjil tahun akademik
2009/2010 Program Studi Muamalat Perbankan Syariah


Oleh Saumi Rizqiyanto
105046101570









Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah
Jakarta 2010


1

PENDAHULUAN

Sepertinya tidak diperlukan pengukuran angka-angka makroekonomi yang fantastis dan nilai-
nilai miroekonomi yang rumit untuk menganalisis suatu peristiwa ekonomi disebuah zaman.
Cukup dengan mengamati kebiasaan sehari-hari perilaku ekonomi manusia, sejatinya kita
bisa mengungkap suatu tren ekonomi tertentu, setidaknya begitulah kesimpulan dari ekonom-
ekonom ternama tahun ini, seperti Tim Harford, Steven Levitt dan Stephen Dubner.
Ketiganya mengungkap kisah-kisah tersembunyi dibalik peristiwa ekonomi tertentu.
Tim Harford dalam bukunya yang berjudul the undercover economist mengungkap
sebuah teori ekonomi njlimet mengenai the power of scarcity, hanya dengan menjelaskan
kenapa orang-orang mau membayar 5 kali lipat lebih mahal harga kopi di Starbucks padahal
mereka bisa membuat sendiri dirumah dengan cara yang mudah dan murah. Begitupun
dengan Levitt dan Dubner, keduanya berkolaborasi untuk menjelaskan kenapa wanita
terdidik dengan bayaran mahal yang bekerja di sebuah perusahaan elektronik terkemuka
banting stir profesi menjadi lady escort, jawabannya tentu bisa ditemukan di bukunya yang
berjudul superfreakonomics.
Hanya saja ketiganya belum pernah menyinggung kisah-kisah menyengsarakan
dibalik tirai kemiskinan yang diakibatkan oleh ketimpangan pendapatan, maklum ketiga
ekonom itu hidup di negeri paman sam yang penuh dengan impian amerika, dengan kata lain
disparitas antara orang kaya dan orang miskin tidak begitu kentara, sehingga mungkin
mereka tidak tertarik untuk membahas kemiskinan. Sehingga sejauh ini belum ada solusi
superfreaky untuk menuntaskan permasalahan ini.
Kemiskinan sejatinya adalah permasalahan utama di banyak Negara dari dulu hingga
saat ini. Sejauh ini belum ada suatu Negara yang benar-benar bebas dari ketimpangan
pendapatan. Di United States sendiri, negeri di mana kapitalisme diagung-agungkan masih
2

terdapat ketimpangan, Laura Andrea Tyson, salah satu penasehat dewan ekonomi
mengungkapkan dalam laporan resminya yang dimuat di Washington post mengungkap
bahwa para pekerja di US yang memiliki latar belakang pendidikan lulusan sekolah
menengah mengaku mendapatkan pendapatan yang lebih kecil dibanding sepuluh tahun
sebelumnya (dengan mengikuti inflasi)
1
.
Tidak hanya di US, di Asia saja, laporan Bank Dunia per 2004 mengungkap, lebih
dari setengah penduduk asia dihampir di semua Negara (kecuali asia timur) hidup di bawah
garis kemiskinan, (dengan rata-rata penghasilan ataupun konsumsi tidak lebih dari US$ 2)
2
.
Sedangkan di sisi lain gaji-gaji para CEO di dunia mempunyai tingkat perbandingan 1
banding 370. Data-data diatas mengungkap sebuah ironi pertumbuhan ekonomi yang tidak
merata.
Kalau sudah begini, dimana jargon-jargon yang sering dikoarkan oleh para ekonom
kapitalis yang sangat mengagungkan perdagangan bebas dan anti pemerintah itu. Karena
seperti yang kita ketahui, kalangan pro perdagangan bebas atau yang biasa dikenal dengan
istilah neolib, acapkali sesumbar bahwa pasar bebas yang ditandai perdagangan bebas bisa
dengan sendirinya menyelesaikan segenap permasalahan ekonomi, tangan-tangan tak terlihat
dengan cara yang ajaib mampu mengentaskan kemiskinan dan kesenjangan ekonomi secara
efisien tanpa campur tangan pemerintah.
Salah satu teori yang didengungkan kalangan pro pasar adalah teori trickle down
effect, yang secara implicit berbunyi bahwa dollar yang membanjiri Wall Street akan
mengalir ke pasar pasar utama dunia baik di Beijing, Tokyo, London, Paris, Singapore
bahkan Jakarta, yang selanjutnya akan merembes ke pasar-pasar tradisonil di beringharjo,
Jogjakarta dan tanah abang di Jakarta dan sebagainya. Itu artinya uang-uang tersebut akan
secara alami mengalir hingga ke sector riil dan pelaku pasar kecil di mana pasar itu berada.

1
Sarah Anderson, John Cavanagh dan Thea Lee. Field Guide to Global Economy. New York. The New Press. 2005
2
World Bank. World Development Inicators. Washington DC. World Bank. 2004
3

Sekilas teori ini tampak cantik dan masuk akal tetapi apakah perdagangan bebas
berikut teori trickle down itu mampu membawa kesejahteraan. Saat krisis finansial dunia
melanda dunia medio 2008-2009, jawabannya adalah, pasar bebas justru membawa kisruh di
wall street dan memacetkan arus barang dan jasa di pasar-pasar tradisional. Martin Manurung
dalam tulisannya tulisannya di Kompas Oktober 2008 menulis, kekisruhan itu terjadi karena
adanya pembiaran yang dilakukan pemerintah AS. Awalnya, berbagai korporasi diberi
insentif untuk membesar dengan membebaskan dari aturan-aturan yang merintangi akumulasi
kekayaan. Mereka difasilitasi regulasi yang sengaja dibiarkan longgar sehingga memberi
ruang untuk moral hazard melalui penciptaan berbagai produk keuangan yang ajaib dan
berisiko tinggi.
Lalu, posisi yang dominan dan ukuran besar membuat mereka mendapat predikat too
big to be allowed to fail (terlalu besar untuk dibiarkan gagal). Predikat itu seolah menjadi
sabuk pengaman untuk lebih menyerempet bahaya sehingga memperburuk terjadinya moral
hazard. Yang lebih parah, selama proses menyerempet bahaya, otoritas pasar finansial,
otoritas moneter dan Pemerintah AS menutup mata demi keuntungan politis penguasa.
Dengan demikian, krisis yang terjadi adalah konsekuensi alami dari praktik
penyerempetan bahaya di Wall Street dan pembiaran Pemerintah AS. Dalam investasi
berlaku hukum high risk, high returns atau risiko tinggi membawa tingkat pengembalian
dan kerugianyang tinggi pula.
Para investor yang menanamkan modal pada instrumen keuangan yang berisiko
tinggi, sepatutnya sadar, mereka siap menanggung akibatnya. Mengutip Joseph Stiglitz,
pemenang Nobel Ekonomi 2001 di Financial Times (25/7/2008), They got what they asked
for (mereka mendapatkan apa yang mereka minta). Kerakusan para pemburu rente berbuah
bencana
3
.

3
Martin Manurung. Neolib Terpojok. Jakarta. Kompas 2008
4

Baik Joseph Stiglitz dan Martin Manurung, keduanya sama-sama benar karena pasar
bebas yang dibiarkan dan bahkan di fasilitasi untuk berbuat longgar demi meraih keuntungan
sebesar-besarnya justru berbuntut pada krisis dunia. Lalu apakah pasar bebas tanpa kontrol
pemerintah masih bisa diandalkan untuk mensejahterakan umat manusia.
Jawabannya tentu tidak. System pasar jelas diperlukan tetapi ibarat sebuah taman,
membiarkan taman rindang menjadi semak belukar jelas harus dihentikan. Harus ada upaya
nyata untuk menghentikan tangan-tangan tak terlihat yang mengubah taman rindang
menjadi hutan belukar! Pemerintahan suatu Negara bisa saja menerapkan banyak instrument
guna memangkas ranting-ranting liar, tetapi adakah suatu role model penerapan istrumen agar
pasar tumbuh dengan rindang.
Sesungguhnya dalam praktek muamalat dalam ekonomi Islam dikenal banyak
instrument pemangkasan guna mengatur pertumbuhan ekonomi sehingga tercipta pemerataan
distribusi pendapatan. Salah satu risalah kitab muamalat menyebutkan bahwa;

,
: ,

syariat Islam telah mengatur / menyusun berbagai cara yang keseluruhannya itu bermuara
pada pembagian kembali harta kekayaan diantara manusia untuk merealisasikan keadilan
dikalangan mereka, dan diantara cara-cara yang terpenting adalah zakat, shadaqah, kafarat
(denda untuk menebus dosa), memberi nafkah yang wajib, nazar, berkurban, dan insentif
negara.
Risalah ini memberikan wawasan yang berharga bahwa sejatinya zakat, infaq,
shedekah, kafarat, maupun insentif Negara mampu menciptakan pemerataan pendapatan.
5

Karya Ilmiah ini mencoba mengungkap lebih dalam bagaimana penerapan praktik-praktik
muamalat dalam kerangka menciptakan pemerataan pendapatan.























6

PEMBAHASAN

A. Konsep-Konsep Pokok Distribusi Pendapatan yang Adil
Pembahasan mengenai distribusi pendapatan muncul petama kali pada tahun 1930-an
tatkala United States dan Negara-negara eropa dilanda depresi besar setelah perang dunia 2.
Pada waktu itu, ekonom kenamaan yang kini sering disebut sebagai bapak makroekonomi,
John Maynard Keynes, menulis sebuah buku berjudul The General Theory of Employment,
Interest and Money. Kala depresi besar melanda, terjadi pengangguran besar-besaran yang
berakibat pada kemiskinan. Keynes secara cemerlang menjelaskan di depan kongres
menyatakan bahwa kebijakan fiscal dan moneter pemerintah sesungguhnya bisa
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, kebijakan fiscal dan moneter sebaiknya didorong
untuk mengurangi pengangguran sehingga dengan sendirinya, US bisa secepatnya keluar
dari krisis
4
.
Argumen Keynes mendapat sorotan tajam dikalangan ekonom klasik pengikut Adam
Smith yang memang mendamba pasar bebas dan anti campur tangan pemerintah. Namun
sayang bagi pengikut Adam Smith, ketika itu mereka tidak mendapat tempat sehingga semua
argument Keynes diterima kongres, dan Pemerintah US dan negera-negara eropa mengikuti
saran Keynes. Pemerintah US kala itu mulai melaksanakan berbagai program padat karya
untuk mengurangi pengangguran, presiden US waktu itu, Franklin Delano Roosevelt, bahkan
mencanangkan program social security mengikuti jejak langkah kanselir jeman Otto Van
Bismarck. Program ini menjamin seluruh warga Negara untuk mendapatkan akses
pendidikan dan kesehatan secara gratis. Argumen Keynes dan gerak langkah Roosevelt
nyata-nyata pada akhirnya telah membawa bangsa United States keluar dari depresi besar
dan menuju sebuah era dengan pertumbuhan ekonomi paling stabil sepanjang sejarah.

4
Samuelson, Paul. Macroeconomics, 17
th
Edition. New York. McGraw Hill. 2001. Hlmn. 78
7

Pendapat Keynes dan Kebijakan yang dilakukan Roosevelt dan Bismarck sejatinya telah
Allah perintahkan kepada Nabi Muhammad, jauh sebelum kelahiran Keynes dan Roosevelt
memerintah. Allah swt berfirman dalam surat AlHasyr ayat 7 yang berbunyi

!. ,! < _ls .. _. _> _1l _.ll _ _1l _...,l _,>...l
_ _,,.l _ > , : _,, ,!,.s >.. !. `>., `_.l :.`> !. >.
.s ..! 1. < | < .,.: ,!1-l _

apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang
diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras
hukumannya.

Firman Allah ini sejatinya secara terang benderang memerintahkan tiap orang yang
memerintah suatu negeri agar berlaku adil apabila pemerintah mendapatkan harta yang besar
dari suatu wilayah. Ayat supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja
di antara kamu mengindikasikan perintah tegas bahwa harta-harta itu diberikan kepada
orang-orang yang miskin sehingga tercipta distribusi pendapatan yang adil.
Ayat ini juga seakan menyindir praktik-praktik kartel politik yang biasanya penuh
dengan intrik kepentingan. Penguasaha membutuhkan sumber dana, Pemerintah juga
membutuhkan stabilitas politik dan ekonomi, keduanya membuat sebuah perjanjian yang
8

pada akhirnya membuat keuntungan hanya beredar dikalangan penguasaha dan penguasa
semata.
Dari argument Keynes, kebijakan Roosevelt hingga Firman Allah pada surat Alhasyr
ayat 7 bisa diambil sebuah konsep-konsep pokok dari distribusi pendapatan yang adil, yakni
pengangguran yang berakibat pada kemiskinan, insentif negara demi terciptanya distribusi
pendapatan yang adil.

B. Pengangguran dan Kemiskinan
1. Pengangguran (Unemployment)
Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat secara spesifik menjelaskan ari kata
dari pengangguran (unemployment) sebagai berikut: Pengangguran adalah mereka yang
tidak memiliki pekerjaan selama minggu yang ditunjuk; sedangkan mereka mampu
bekerja pada waktu yang ditunjuk; mereka melakukan usaha spesifik untuk mencari
pekerjaan sesekali selama periode 4 minggu yang berakhir dengan minggu yang
ditunjuk. Orang-orang yang dirumahkan dan menunggu untuk kembali bekerja juga
dihitung sebagai pengangguran
5
.
Pengangguran yang tinggi termasuk kedalam masalah ekonomi dan social.
Masalah ekonomi karena pengangguran menyia-nyiakan sumber daya yang berharga.
Pengangguran juga merupakan masalah social yang besar karena mengakibakan
kemiskinan yang bisa melebar pada aksi-aksi keputusasaan dan kriminalitas.

2. Kemiskinan (Poverty)
Terdapat dua pendekatan dalam menganalisis arti kata dari kemiskinan yakni
kemiskinan absolut dan kemiskinan relative. Kemiskinan absolut terjadi jika melihat

5
Ibid, hlmn 362
9

jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan sementara kemiskinan relatif dilihat dari
hubungan populasi terhadap distribusi pendapatan. Kemiskinan absolut terjadi pada
negara yang memiliki populasi besar, umumnya menimpa pada kelompok-kelompok
tertentu seperti kaum wanita dan anakanak (sisi pendidikan dan kesehatan). Beban
tersebut dapat dilihat dari extreme poverty line dan poverty line. Tidak ada perdebatan
mengenai garis kemiskinan dalam tulisan ini, poverty line mengacu pada standar bank
dunia, yakni orang yang hidup dengan penghasilan dan konsumsi kurang dari US$ 2
perhari. Sementara kemiskinan relative terjadi akibat ketimpangan pendapatan yang
mengacu pada standar hidup relative dari seluruh masyarakat.

Garis Kemiskinan
Semua ukuran kemiskinan dipertimbangkan pada norma tertentu. Pilihan norma
tersebut sangat penting terutama dalam pengukuran kemiskinan yang didasarkan pada
konsumsi.
Garis kemiskinan didasarkan pada consumption based poverty line dimana terdapat
dua elemen :
1. Pengeluaran yang diperlukan untuk standar gizi.
2. Jumlah kebutuhan lain yang bervariasi.

Seberapa Besar Tingkat Kemiskinan terjadi
Berdasarkan perhitungan untuk melihat tingkat kemiskinan dan ketimpangan
pendapatan diantaranya menggunakan :
- Headcount Index : menghitung jumlah orang miskin sebagai proporsi populasi.
10

- Poverty Gap : menghitung transfer yang akan membawa pendapatan setiap
penduduk miskin hingga tingkat garis kemiskinan, sehingga kemiskinan dapat
dilenyapkan.

Penyebab Kemiskinan
Mencoba dengan mengidentifikasi penyebab kemiskinan dari sisi ekonomi :
1. Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumber daya yang menimbulkan ketimpangan distribusi pendapatan.
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia.
3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses modal.

Alternatif Solusi Kemiskinan
1. Pengupahan tenaga kerja (terutama sektor tradisional, modal yang didapat dari
pemungutan pajak).
2. Menitikberatkan pada transfer sumber daya dari pertanian ke industri melalui
mekanisme pasar.
3. Menyoroti potensi pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang dibuka
dengan kemajuan teknologi sehingga menjadi leading sector (rural led
development) proses ini akan mendukung pertumbuhan seimbang dengan syarat,
kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi dan
menciptakan pola permintaan yang kondusif pada pertumbuhan.

C. Insentif Negara untuk Distribusi Pendapatan yang Adil
Selain alternatif solusi kemiskinan yang dikemukakan diatas sejatinya Islam memiliki
instrument lain yang lebih efektif guna mengurangi kemiskinan itu sendiri. Baik kemiskinan
11

absolute dan kemiskinan relative, praktik muamalat yang bersumber pada ajaran agama islam
telah memberikan dua solusi untuk dua permasalahan tersebut. Kemiskinan absolute yang
memang terjadi karena ketidak berdayaan masyarakat, maka pemerintah perlu memberikan
bantalan-bantalan guna memenuhi basic need seseorang. Sementara kemiskinan relative yang
terjadi karena ketimpangan pendapatan, pemerintah bisa menyalurkan pembiayaan-
pembiayaan produktif untuk usaha-usaha mikro kecil menengah guna meningkatkan
pendapatan. Solusi ini membutuhkan peran pihak ketiga seperti lembaga keuangan dan
perbankan yang mampu menyalurkan dana-dana pemerintah tersebut.

1. Zakat sebagai Insentif untuk mengurangi Kemiskinan Absolut
Sebagaimana dijelaskan diatas, salah satu upaya guna memerangi kemiskinan
absolute adalah dengan memberikan bantalan-bantalan kepada orang-orang miskin.
Bantalan-bantalan itu bisa diibaratkan dalam perekonomian modern seperti subsidi
langsung. Instrumennya bisa berbeda-beda setiap Negara, ada yang diambil dengan
penerimaan pajak, ada juga dari hasil-hasil perusahaan Negara. Hanya saja Islam
memberikan solusi lain.
Allah berfirman dalam surat AnNur ayat 33 yang sebagiannya berbunyi
>., _. _!. < _ >.,
dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-
Nya kepadamu

Para mufassir menafsirkan kata harta yang dikaruniakan Allah kepadamu adalah
harta yang diambilkan dari zakat dan harta-harta lainnya seperti wakaf, infaq dan
sedekah.
12

Ayat ini memang tidak secara jelas menjelaskan bahwa harta-harta itu untuk
mengurangi kemiskinan. Ayat ini sejatinya turun dalam konteks pembebasan bagi
budak-budak, tapi jikalau dikaitkan dengan ayat dan kaidah sebelumnya, ayat ini bisa
jadi memang untuk mengurangi kemiskinan dengan insentif Negara berupa zakat.
Zakat sendiri secara bahasa bermakna berkembang dan
membersihkan/pensucian yang mana makna ini menggambarkan fungsi zakat itu
sendiri. Dengan demikian zakat yang diambil dari harta orang-orang yang mampu
(muzakki) akan mengembangkan dan mensucikan harta itu sendiri.
6
Membersihkan
juga bermakna bahwa zakat itu akan membersihkan hati manusia dari sifat kekikiran
dan cinta yang berlebihan terhadap harta. Sementara itu bahwa zakat akan
mensucikan berarti zakat akan menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati manusia.
Zakat akan terus mengingatkan orang yang memiliki kecukupan harta bahwa ada hak
orang lain dalam hartanya.
Sedangkan makna berkembang atau melipatgandakan harta manusia haruslah
dilihat menggunakan perspektif kolektifitas (jamai), karena dengan itulah fungsi
zakat secara kolektif dapat dengan jelas terasa. Ringkasnya, distribusi zakat pada
golongan tak mampu akan menjadi pendapatan bagi mereka yang kemudian membuat
mereka memiliki daya beli atau dengan kata lain, zakat membuat mereka memiliki
akses pada perekonomian.
Seperti ketentuan atau instrumen lain yang Allah telah tetapkan pada semua aspek
kehidupan manusia, bahwa ketentuan tersebut memiliki dua fungsi utama, yaitu
fungsi yang memberikan manfaat bagi individu (nafs) dan bagi kolektif (jamai).
Dalam hal ini, zakat dalam ekonomi memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai alat
ibadah yang memberikan kemanfaatan individu bagi orang yang membayar zakat dan

6
Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam : Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern, (Paradigma & Aqsa Publishing,
2007), hal.173.
13

kemanfaatan kolektif bagi orang-orang di lingkungan yang menjalankan sistem zakat
ini.
Zakat merupakan sistem dan instrumen orisinil dari sistem ekonomi Islam, yang
bertugas mendistribusikan kekayaan pada golongan masyarakat yang membutuhkan.
Dengan keyakinan bahwa tiap harta yang didapatkan oleh seseorang terdapat
didalamnya hak fakir miskin dan orang-orang yang kekurangan.
Eksistensi zakat dalam kehidupan manusia baik pribadi maupun kolektif, pada
hakikatnya memiliki dua alasan utama, yaitu alasan ibadah dan alasan ekonomi.
Alasan ibadah mengungkapkan bahwa eksistensi zakat merupakan salah satu variabel
atau ukuran bagi kepatuhan seseorang pada Allah. Artinya zakat merupakan bentuk
ibadah wajib bagi mereka yang berada pada posisi yang baik dilihat dari kepemilikan
harta.
Sementara alasan ekonomi adalah alasan yang mengungkapkan bahwa zakat
merupakan variabel utama dalam menjaga kestabilan sosial ekonomi. Dengan adanya
zakat ekonomi akan terus dijaga agar pada posisi aman untuk terus berlangsung,
sekaligus menjaga stabilitas sosial pergaulan diantara manusia, antara para pelaku
pasar, atau antara si kaya dan si miskin.
Mekanisme zakat juga memastikan aktivitas ekonomi dapat berjalan pada tingkat
yang minimal yaitu pada tingkat pemenuhan kebutuhan primer, sedangkan infak dan
shadaqah dan instrumen sejenis lainnya mendorong permintaan secara agregat, karena
fungsinya yang membantu ummat untuk mencapai taraf hidup diatas tingkat
minimum. Jika dikaji lebih jauh lagi, instrumen zakat dapat digunakan sebagai perisai
terakhir bagi perekonomian agar tidak terpuruk pada kondisi krisis dimana
kemampuan konsumsi mengalami stagnasi (underconsumption).
14

Zakat memungkinkan perekonomian terus berjalan pada tingkat yang minimum,
akibat penjaminan konsumsi kebutuhan dasar oleh negara melalui baitul mal
menggunakan akumulasi dana zakat. Bahkan Metwally
7
mengungkapkan bahwa zakat
berpengaruh cukup positif pada ekonomi, karena instrumen zakat akan mendorong
investasi dan menekan penimbunan uang (harta), sehingga zakat memiliki andil dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara makro.

2. Insentif Negara Melalui Pembiayaan
Penjelasan diatas adalah insentif Negara dalam kaitannya mengurangi
kemiskinan absolute melalui instrument zakat, pertanyaannya, bagaimana bentuk
insentif Negara dalam mengurangi kemiskinan relative yang diakibatkan oleh
ketimpangan pendapatan. Seperti yang telah dikemukakan diatas, pembiayaan bisa
menjadi alternative bagi pemerintah dalam upayanya mengurangi kemiskinan relative
di suatu negeri.
Bank syariah sesuai dengan undang-undang perbankan no 21 Tahun 2008
pasal 3 dan 4 disana disebutkan bahwa Perbankan Syariah bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan,
kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Dalam pemenuhan fungsi
pemerataan kesejahteraan rakyat, bank syariah diperbolehkan untuk menyalurkan
pembiayaan. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa:
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik;

7
Ibid., hal.177
15

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna;
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah,
tanpa imbalan, atau bagi hasil
8
.
Salah satu jenis pembiayaan produktif yang dilakukan guna mengurangi
kemiskinan relative yang diakibatkan oleh ketimpangan pendapatan adalah
pembiayaan usaha kecil mikro dan menengah. Pemerintah Indonesia melalui
Kementrian Koperasi telah meluncurkan program Kredit Usaha Rakyat. Kredit Usaha
Rakyat (KUR) adalah skema Kredit/Pembiayaan yang khusus diperuntukkan bagi
UMKM dan Koperasi yang usahanya layak namun tidak mempunyai agunan yang
cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan Perbankan. Tujuan akhir diluncurkan
Program KUR adalah meningkatkan perekonomian, pengentasan kemiskinan dan
penyerapan tenaga kerja.
Perguliran KUR dimulai dengan adanya keputusan Sidang Kabinet Terbatas
yang diselenggarakan pad a tanggal 9 Maret 2007 bertempat di Kantor Kementerian
Negara Koperasi dan UKM dipimpin Bapak Presiden RI. Salah satu agenda
keputusannya antara lain, bahwa dalam rangka pengembangan usaha UMKM dan
Koperasi, Pemerintah akan mendorong peningkatan akses UMKM dan Koperasi
kepada kredit/pembiayaan dari perbankan melalui peningkatan kapasitas Perusahaan
Penjamin. Dengan demikian UMKM dan Koperasi yang selama ini mengalami

8
UU No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Nasional diakses melalui
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:ifAJezjLapYJ:www.bi.go.id/NR/rdonlyres/248300B4-6CF9-4DF5-A674-
0073B0A6168A/14396/UU_21_08_Syariah.pdf+UU+Perbankan+tahun+2008&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgufBl
hR1Zy8LFH4Gl0COQKhMdkVcyqFRzuEMy1AxPyIH5xrf4RiHlLNo-4bbsnQiBHvWLi_XZVq82Qd6j5-
78lL5qkI1flfC2z1uOB7U_rRh9hxACAVL40UqbAXA5wyOUCmKbO&sig=AHIEtbTbY9Fn_TntJlhpxN8wcKU4bk024A
16

kendala dalam mengakses kredit/pembiayaan dari perbankan karena kekurangan
agunan dapat diatasi.
KUR telah diluncurkan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 5 Nopember
2007. Peluncuran KUR merupakan upaya Pemerintah dalam mendorong Perbankan
menyalurkan kreditj pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi. Peluncuran tersebut
merupakan tindaklanjut dari ditandatanganinya Nota Kesepahaman Bersama (MoU)
pada tanggal 9 Oktober 2007 tentang Penjaminan Kredit/ Pembiayaan kepada
UMKM dan Koperasi antara Pemerintah (Menteri Negara Koperasi dan UKM,
Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan
Perikanan, Menteri Perindustrian, Perusahaan Penjamin (perum Sarana
Pengembangan Usaha dan PT. Asuransi Kredit Indonesia) dan Perbankan (Bank BRI,
Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri).
KUR ini didukung oleh Kementerian Negara BUMN, Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian serta Bank Indonesia
9
.
Skema KUR pada nantinya diharapkan bisa mengecilkan kesenjangan social
di masyarakat. Pembiayaan KUR sejatinya mampu memberikan insentif secara tidak
langsung bagi pengusaha kecil untuk bisa mengembangkan usaha sekaligus
memperbesar pendapatan. Sesungguhnya inilah yang penulis maksud sebagai insentif
Negara untuk distribusi pendapatan yang adil.






9
Skema Pembiayaan Kredit Usaha Mikro diakses melalui http://www.depkop.go.id/skema-kur.html
17

PENUTUP

Kemiskinan, baik absolute maupun relative sejatinya merupakan tugas semua manusia
untuk memeranginya. Makalah ini secara lugas menyatakan bahwa kemiskinan absolute yang
diakibatkan oleh ketidak berdayaan seseorang menjadi kewajiban Negara untuk memberikan
insentif secara langsung. Insentif secara langsung bisa diberikan melalui uang zakat yang di
kumpulkan dan disalurkan oleh Negara secara langsung. Hal ini akan membuat ekonomi akan
tetap bertumbuh.
Sementara kemiskinan relative yang diakibatkan oleh ketimpangan pendapatan,
pemerintah melalui perbankan bisa melakukan upaya insentif secara tidak langsung. Skema
KUR yang baru-baru ini diluncurkan oleh pemerintah merupakan contoh dari insentif Negara
dalam memberikan bantalan kepada pengusaha kecil guna memperbesar usaha dan
memperbesar pendapatan mereka.
Bagaimanapun kemiskinan tidak bisa dibiarkan begitu saja, dalam terma agama,
sungguh berdosa apabila seseorang mentelantarkan saudaranya yang sesungguhnya menjadi
tanggungannya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad

.

Cukuplah seseorang dikatakan berdosa, ketika menelantarkan siapa yang menjadi
tanggungannya (tidak memberinya nafkah). (HR. Muslim)

Peranan ini, insentif Negara baik langsung maupun tidak langsung menjadi wajib hukumnya
sebagaimana kaidah fiqh yang berbunyi


18


Sesuatu yang harus ada untuk menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan.
Jadi kalau sudah begini, bukankah peranan Negara sungguh sangat wajib hukumnya.







Saumi Rizqiyanto
105046101570





























19

Daftar Pustaka

Sarah Anderson, John Cavanagh dan Thea Lee. Field Guide to Global Economy. New
York. The New Press. 2005
World Bank. World Development Inicators. Washington DC. World Bank. 2004
Martin Manurung. Neolib Terpojok. Jakarta. Kompas 2008
Samuelson, Paul. Macroeconomics, 17
th
Edition. New York. McGraw Hill. 2001.
Hlmn. 78
Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam : Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi
Modern, (Paradigma & Aqsa Publishing, 2007), hal.173.
UU No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Nasional diakses melalui
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:ifAJezjLapYJ:www.bi.go.id/NR/rdonlyres/248
300B4-6CF9-4DF5-A674-Syariah.pdf+UU+Perbankan+tahun+2008
Skema Pembiayaan Kredit Usaha Mikro diakses melalui
http://www.depkop.go.id/skema-kur.html

You might also like