Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk bio, psiko, sosial dan spiritual yang mempunyai keunikan tersendiri, dimana antara yang satu dengan yang lainnya berbeda dan mempunyai kebutuhan yang berbeda pula. Manusia dikatakan juga sebagai mahluk holistik, yang mempunyai berbagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi setiap harinya, kebutuhan akan rasa nyaman adalah salah satunya. Kebutuhan manusia akan rasa nyaman tidak kalah pentingnya jika dibandingkan dengan kebutuhan dasar lainnya yang tentunya saling mendukung dan berintegrasi. Timbulnya gangguan rasa nyaman bisa diakibatkan oleh berbagai faktor, adanya rangsangan nyeri merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan rasa nyaman terganggu, dengan terjadinya gangguan ini maka kecil ataupun besar dapat mengganggu aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Melihat permasalahan diatas tentunya peran serta perawat baik sebagai fasilitator, edukator, organisator dan sekaligus pelaksana dari asuhan keperawatan sangatlah dibutuhkan untuk dapat memberikan asuahan keperawatan secara optimal. Gangguan rasa nyaman nyeri yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah nyeri yang diakibatkan oleh terputusnya kontinuitas jaringan akibat luka apendiktomi. Kasus apendiktomi dari tahun ketahun mengalami 1
peningkatan meskipun tidak signifikan akan tetapi cukup mempengaruhi terhadap derajat kesehatan masyarakat, kasus ini prevalensinya lebih sering terjadi pada orang dewasa, hal ini diakibatkan oleh pola makan dan kebiasankebiasan yang dapat merugikan kesehatan, tetapi meskipun demikian tidak menutup kemungkinan dapat menyerang semua golongan usia, maka solusi yang paling tepat adalah mencegah bagimana supaya permasalahan ini tidak timbul. Berdasarkan data yang kami peroleh dari Medikal Record RSU dr. Salamet Garut klien yang mengalami apendiksitis yang telah dilakukan operasi Apendiktomi dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Klasifikasi Jumlah Rawat Inap Penderita Apendiksitis Yang Telah Dilakukan Operasi Apendiktomi NO 1 2 3 4 5 6 7 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Jumlah Jumlah Pasien 7 orang 3 orang 9 orang 7 orang 4 orang 3 orang 6 orang 39 orang
Maka tindakan apendiktomi adalah solusi tepat untuk mengatasi komplikasi dari peradangan apendiks tersebut. Klien pasca apendiktomi memerlukan perawatan dan perhatian khusus untuk segera memulihkan kondisi tubuhnya, dan mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya sehingga tidak terus-menerus tergantung pada bantuan orang lain.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis mengambil kasus yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN POST APENDIKTOMI DI GEDUNG AGATE RSU dr. SLAMET GARUT.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Memperoleh pengetahaun dan pengalaman secara nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan post apendiktomi dengan menggunakan metode pendekatan proses keperawatan secara komprehensif. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada klien post apendiktomi b. Mampu membuat analisa data pada klien apendiktomi c. Mampu merumuskan rencana keperawatan pada kasus apendiktomi d. Mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan. Pada klien post apendiktomi. e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan sesuai dengan kriteria yang diharapkan. f. Mengetahui masalah yang timbul pada saat melakukan asuhan keperawatan pada klien post apendiktomi, yang selanjutnya dijadikan sebagai analisis untuk mencari pemecahannya. g. Mempunyai keterampilan dalam mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan.
C. Metode Penulisan Dalam penyusunan karya tulis ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu gambaran dari kasus nyata dengan pendekatan proses keperawatan yang tertuju pada penaggulangan masalah yang aktual dan potensial, tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan: 1. Wawancara Wawancara dilaksanakan dengan percakapan langsung dengan klien dan keluarga klien serta perawat ruangan untuk mendapatkan data yang akurat, dimana penulis bertanya langsung mengenai keluhan yang di rasakan klien saat ini, riwayat kesehatan sekarang, dahulu, dan
keluarganya, data psikologis dan data-data penunjang lainnya yang berhubungan dengan klien post apendiktomi. 2. Observasi Data yang dikumpulkan pada saat observasi adalah keadaan umum, TTV, pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehingga didapat data yang berupa masalah klien. 3. Pemeriksaan Fisik Menentukan ada tidaknya kelainan, yang dilakukan berdasarkan persistem tubuh.
4. Studi Dokumenter Data yang diperoleh berasal wawancara, pengukuran/observasi dan sumber, serta jenis data, yaitu:
a. Sumber Data Pada dasarnya terbagi dua, yaitu: 1) Sumber data primer diperoleh dari klien sendiri melalui wawancara dan observasi langsung dari klien. 2) Sumber data sekunder. Diperoleh dengan melakukan wawancara dari keluarga klien, perawat ruangan dan status klien. b. Jenis data. Pada dasarnya terbagi menjadi dua: 1) Data Subjektif Diperoleh dari klien berupa keluhan dan perasaan yang dirasakan. 2) Data Objektif Diperoleh melalui observasi dan pemeriksaan fisik 5. Studi Kepustakaan Adalah data yang didapatkan dari sumber dan literature yang menunjang terhadap kasus post apendiktomi yang bertujuan untuk mengaplikasikan teori dengan praktek keperawatan.
D. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :
BAB I
: Menjelaskan pendahuluan yang berisi tetang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II
: Merupakan tinjauan teoritis yang menguraikan tentang : Konsep penyakit yang meliputi pengertian, patofisiologi, manifestasi klinis, evaluasi diagnostik, penatalaksanaan,
komplikasi, intervensi keperawatan serta dampak terhadap kebutuhan dasar, dan pendekatan proses keperawatan. BAB III : Yang berisi Tinjauan kasus dan pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, catatan perkembangan, serta membahas kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek dilapangan. BAB V : Kesimpulan dan Rekomendasi Berisi kesimpulan penulis setelah melaksanakan kegiatan Asuhan Keperawatan dan Rekomendasi untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
1. Pengertian Apendiks adalah ujung seperti jari-jari kecil panjangnya 10 cm (4 Inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal (Brunner and Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, 2002 : 1096). Apendiksitis adalah Mengacu pada radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum (Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, 1999 : 215). Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari,
melekat pada sekum dibawah katup ileosekal (R. Sjamoehidajat dan Wim De Jong, Ilmu Bedah, 2000 : 45). Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum, karena pengosongan tidak efektik dan lumennya kecil apendiks cenderung untuk tersumbat dan rentan terhadap infeksi. Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks ferivormis dan merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi, walaupun apendiks dapat terjadi pada setiap usia, namun paling sering terjadi pada dewasa muda.
2. a.
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, tonjolan apendiks pada neonatus berbentuk kerucut yang menonjol dari afeks sekum sepanjang 4,5 cm. Pada masa anak, panjang apendiks rata-rata 9-10 cm, terletak postero medial sekum kira-kira 3 cm infero dari ileosekal, pada posisinya yang normal apendiks terletak pada dinding abdomen, dibawah titik Mc Burnay dicari dengn cara menarik dari spina iliaka anterior kanan ke umbilika. Fungsi apendiks tidak jelas kadang-kadang disebut tonsil abdomen, karena banyak ditemukannya jaringan limpoid sejak intra uteria akhir kehamilan dan mencapai puncaknya pada kira-kira 15 tahun, yang kemudian mengatasi atropi serba praktis menghilang pada usia 60 tahun. Diperkirakan apendiks mempunyi peranan dalam mekanisme imunologi. Apendiks bersifat basa mengeluarkan cairan yang bersifat basa, mengandung amilase eripsin dan musin (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, 2001 : 1099)
Gambar 1: Anatomi apendik
b.
Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir dimuara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis pada imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian pengangkatan apendiks tidak dipengaruhi oleh system imun tubuh sebab jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh. (Buku Ajar Ilmu Bedah : 1997)
3. Etiologi Apendiksitis merupakan infeksi bakterial. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, Fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula penyebab sumbatan, penelitian epidemiology menunjukan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendiksitis. Konstipasi akan meningkatkan tekanan intrasekal. (Ilmu Penyakit dalam : 1999)
4. Patofisiologi apendiksitis
10
Apendiks ter-inflamasi dan mengalami oedema sebagai Akibat terlipat atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau benda asing, cacing, atau parasit lain. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus (Buku Ajar Medikal Bedah 2001 :1097). Distensi mendadak dapat menyebabkan peristaltik dengan kram. Tekanan vena berlebihan dan aliran arteriol ke dalam menyebabkan
kongesti vaskular apendiks, dengan refleks mual. Pembendungan serosa merangsang peradangan peritoneum parietalis dengan pergeseran atau nyeri yang lebih hebat ke kuadran kanan bawah. Gangguan mukosa memungkinkan invasi bakteri, dan selanjutnya timbul demam, takikardi, dan leukositosit. (Schwartz Shires, Spencer: Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah; 2000 : 437).
11
Infeksi Insisi Kurang perawatan Luka masih basah Mikroorganisme berkembag Resti terjadinya Infeksi
Luka Insisi Teputusnya continuitas jaringan Nutrisi, O2, dan aliran darah terhambat Nekkrosis Gangguan integritas kulit
Sumbatan lumen Aliran mucus terhambat Apendik teregang Aliran darah terganggu Peradangan Oedema Ruftur Nekrosis Apendiktomi Luka operasi Jaringan rusak Mengeluarkan zat serotonin, bradikinin, histamine Merang sang saraf Thalamus Cortek selebri Persepsi nyeri Gangguan rasa nyaman nyeri Adanya peningkatan stressor dan rangsangan nyeri Gangguan rasa aman cemas
Menekan pusat lapar ke thalamus Anorexia Terjadi inflamasi pada dinding mukosa HCL Meningkat Mual, muntah Gangguan Pemenuhan kebutuhan terganggu
Respon terhadap nyeri Takut untuk bergerak Penurunan energi Malaise Gangguan ADL
12
5. Manifestasi Klinis Rasa nyeri pada kuadaran bawah perut dan biasanya disertai demam ringan, mual muntah dan anoreksia. Nyeri tekan lokal pada titik Mc Burnay bila dilakukan tekanan. Bila apendiks melingkar dibelakang sekum nyeri tekan dapat terasa didaerah lumbal nyeri pada defekasi menunjukan ujung apendiks ada didekat kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi. Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksal menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah. Apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi lebih menyebar; distensi abdomen terjadi akibat illeus paralitik, dan kondisi pasien memburuk. (Ilmu Medikal Bedah, 2001 : 1099).
laboratorium dan sinar X hitung darah lengkap dilakukan akan menujukan peningkatan sel darah putih, jumlah lekosit mungkin lebih besar dari 10.000/mm3 dan pemeriksaan ultrasound menunjukan kadar aliran udar terlokalisir, Ultrasonografi dapat meningkatkan akurasi diagnosa,
13
telah ditegakan, antibiotik dan cairan infus diberikan, sampai pembedahan dilakukan, analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan. Apendiktomi dilakuan sesegera mungkin untuk mencegah perforasi.
berkembang menjadi peritonitis atau abses kemungkinan perforasi adalah 10-32 % lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah nyeri, gejala mencakup demam, nyeri tekan, nyeri abdomen yang kontinue (Schwartz Shires, Spencer : Intisari PrinsipPrinsip Ilmu Bedah; 2000 : 437)
9. Intervensi Keperawatan Tujuan keperawatan mencakup menghilangkan nyeri, mencegah kehilangan volume cairan, mengurangi ansietas, menghilangkan infeksi, mempertahankan, integerutas kulit dan mendapatkan nutrisi yang optimum (Iin Inayah, Asuhan keperawatan pada klien gangguan system pencernaan, 2004: 73)
10. Dampak Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia a. Gangguan rasa nyaman nyeri Karena adanya luka insisi akibat pembedahan yang menyebabkan terGangguanya ujung-ujung saraf bebas dalam kulit dan jaringan sehingga menimbulkan rasa nyaman klien terganggu (Doenges, 1999)
14
b. Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari Pada klien post apendiktomi akan menimbulkan rasa nyeri akibat adanya insisi sehingga klien cenderung membatasi pergerakan dan menyebabkan imobilisasi sehingga klien tersebut dihadapkan pada masalah pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan pemenuhan gerak optimal (Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah : 1999) c. Gangguan pemenuhan istirahat tidur Serabut nyeri merangasang sistem aktifitas retikulasi yang mempunyai efek yang sanagt kuat dan menggiatkan seluruh sistem sarap untuk membangunkan seseorang dari tidur. Oleh karena itu istirahat tidur klien akan mengalaini gangguan (Marilynn E. Doenges, 2001) d. Gangguan rasa aman cemas Klien yang pertama kali operasi, belum dapat beradaptasi dengan nyerinya dan belum mengetahui mekanisme dalam pengalihan. (Marilynn E. Doenges, 2000) e. Gangguan Pemenuhan kebutuhan nutrisi Adanya gangguan fungsi mukosa sebagai barrier menyebabkan mukosa lambung akan mengiritasi karena peningkatan as. lambung akan mengiritasi as. lambung (adanya stimulan saraf cholinergik) akibat peningkatan asam lambung akan merangsang medula vomiting center sehingga menyebabkan intake nutrisi kedalam tubuh berkurang (Marilynn E. Doenges, 2000).
15
f. Gangguan Integritas kulit Pada klien dengan post akan menimbulkan gangguan pada kulit,
jaringan dan integritas otot (Doenges,1999 : 915). g. Gangguan pengaturan suhu tubuh luka yang terinfeksi akan menunjukan peningkatan suhu tubus sebagai tanda adanya peradangan yang terinfeksi ( Marilynn E. Doenges, 2001) h. Resiko tinggi terjadinya infeksi Luka yang masih basah merupakan tempat yang paling rawan bagi kuman, bakteri untuk berkembang biak/ bersarang. (Marilynn E. Doenges, 2001).
11. Fisiologi nyeri Nyeri merupakan perasaan yang kompleks karena menyertakan sensasi, perasaan dan emosi. Informasi dan reseftor nyeri mencapai sistem syaraf sentral melalui serabut syaraf asenden. Bila informasi ini telah sampai di thalamus, maka seseorang akan merasakan adanya suatu sensasi serta mempelajari tentang lokasi dan kekuatan stimulus. a. Reseptor dan rangsangan nyeri Respon yang terpilih terhadap stimulasi yang membahayakan stimulasi kimiawi terhadap nyeri adalah histamin, bradikinin, prostaglandin, bermacam-macam asam sebagai bahan tersebut dilepaskan oleh jaringan yang rusak. Nyeri tidak menimbulkan
16
adaptasi yang berulang-ulang dan pada beberapa kejadian bisa menjadi lebih sensitif untuk beberapa lama. Pada kondisi patologi sensitif nyeri meningkat (hiperalgesia) peka terhadap nyeri walaupun hanya sedikit sentuhan (stimulus mekanis).
b.
Transmisi nyeri
Impuls-impuls nyeri disalurkan ke sumsum tulang belakang oleh kedua serabut-serabut yang bermielin rapat tinggi serabut A dekat serabutserabut lamban, serabut C, nyeri dapat diterangkan sebagai nyeri tajam atau menusuk yang mudah diketahui lokasinya. Akibat nyeri dari impuls-impuls yang ditransmisi oleh serabut-serabut delta mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisi keserabut-serabut C. impuls-impuls menyeberangi tulang-tulang pada kedua interneuron dan bersambung dengan jalur spinalis asenden. Untuk impuls-impuls nociceptive terletak pada belahan vertikal dan sum-sum belakang yang paling utama adalah spinothalamic tract (STT). STT merupakan sistem yang diskriminatif dan membawa informasi mengenai sifat dan lokasi dan stimulus kepada thalamus kemudian ke kortek untuk diinterpestasi. c. Respon fisiologi nyeri Dalam situasi tertentu nyeri viseral yang patah menyeberangi mendadak pada waktu terjadi vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah dan terjadi shock. Stimulus yang merusak dan juga menimbulkan repleks kontraksi dan otot-otot flextor. Respon yang menjauh dan nyeri umpamanya meraba panas akan berakibat
17
konstraksi otot tangan dan lengan dan objek, stimulus yang merusak terus menerus biasanya ada hubungan dan otot yang berhubungan jauh dari fenomena adalah kekakuan perut pada orang yang menderita nyeri intra abdomen. d. Persepsi nyeri Tempat persepsi nyeri adalah di cortex serebri (fungsi evaluatifkognitif) sebagai dampak dari stimulasi yang ditransmisi ke atas spinothaloamik dan jalur thalamic vertikal. Persepsi nyeri bersifat subjektif, sangat kompleks tersendiri, dipengaruhi oleh faktor-faktor stimulus nocireseptor dan transmisi nocireseptor impuls seperti oleh daya reseptif dan interprestasi cortical. Toleransi nyeri berhubungan dengan intensius stimulus yang diperlukan bagi orang yang menanggapi nyeri serta karakteristik nyeri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 1) Lingkungan Nyeri dapat diperberat dengan adanya rangsangan dari lingkungan yang berlebihan misalnya kebisingan, cahaya sangat terang dan kesendirian. 2) Umur Toleransi terhadap nyeri meningkat sesuai dengan pertambahan usia, inisal semakin bertambah usia seseorang maka semakin bertambah pula pemahaman terhadap nyeri dan usaha
mengatasinya.
18
3) Kelelahan Kelelahan dapat meningkatkan nyeri dan banyak orang merasa lebih nyaman setelah tidur 4) Riwayat nyeri sebelumnya Riwayat nyeri sebelumnya dan mekanisme pemecahan masalah berpengaruh terhadap seseorang dalam mengatasi nyeri. 5) Kepercayaan agama / kebudayaan Pada beberapa kebudayaan, inisal suku judeo shristian, nyeri mungkin dianggap sehagai kutukan terhadap perbuatan jelek seseorang oleh karena itu ia tidak sadar tanpa mengeluh dengan tujuan bertobat atas dosanya. 6) Dukungan Tersedianya orang-orang yang memberi dukungan sangat berguna bagi seseorang dalam menghadapi nyeri, inisal anak-anak akan merasa lebih nyaman bila dekat dengan orang tua.
e.
Teori transmisi nyeri Teori gate control pengendalian gerbang (Melzark dan Well, 1997) menyatakan bahwa substansi dan gelatinosa (SG) pada sumsum tulang belakang mempunyai peran sebagai mekanisme pintu gerbang yang mengijinkan lewatnya impuls nyeri. Mekanisme pintu gerbang ini dapat memodifikasi dan merubah sensor nyeri yang datang sebelum mereka sampai di cortex serebri dan menimbulkan persepsi nyeri.
19
Ada 3 faktor utama yang berinteraksi pada saat pintu gerbang (gate) yaitu:
1) 2)
Reseptor nyeri, serabut nyeri dan interaksinya di pintu gerbang Efek pada pintu gerbang elemen kognitif dan emosional dan disebut juga sebagai fungsi syaraf pusat lebih tmggi
3) Input neural di sendi batang otak Dalam mempelajari nyeri ada dua jenis serabut nyeri yang utama yaitu serabut reseptor dengan diameter kecil dan serabut reseptor nyeri dengan diameter besar. Serabut diameter kecil
mentransmisikan nyeri yang keras yang mempunyai reseptor berupa ujung-ujung syaraf bebas di kulit dan struktur dalam sedangkan serabut suhu hangat dan tekanan halus. Serabut berdiameter besar mempunyai reseptor yang terletak di struktur permukaan interaksi serabut-serabut diameter besar dan kecil dipintu gerbang merupakan penyebab medulasi sensasi nyeri. Untuk mendetermasi beberapa banyak nyeri yang diterima oleh seseorang, ada tiga gambaran yang membantu yaitu pertama, input emosional dan kognitif yang terus menerus berkaitan dengan stimulus nyeri. Kedua, adalah intensitas stimulus nyeri dalam arti jumlah serabut yang terstimulasi dan frekuensi impuls. Ketiga, adalah keseimbangan relatif aktivitas serabut besar terhadap serabut serat yang keduanya terletak secara paralel dengan batang
20
sel pada akar dorsal ganglea. Serabut besar beraksi terhadap substansi gelatmosa (SG) dan menstimulasinya, stimulasi ini mencegah transmisi dan sel T yang diperlukan terhadap persepsi nyeri. Sinyal-sinyal dapat bersifat inhibitor atau fasilitator, bila fasilitatif maka hasilnya adalah firing dan sel T yang menghasilkan persepsi nyeri dan respon otot dan endokrin.
f.
Stimulus nyeri Reseptor nyeri dinamakan nocireseptor distimulasi juga secara langsung dengan merusak sel reseptor secara sekunder merangsang zat kimia seperti bradikin nociceptor yaitu: 1) Mekanik Trauma jaringan tubuh, misal operasi menimbulkan nyeri dengan cara merusak jaringan langsung pada reseptor nyeri inflamasi. Perubahan pada jaringan tubuh misal udema dengan cara menekan reseptor nyeri. Tumor dengan cara menekan reseptor nyeri iritasi ujung syaraf. 2) Kimia
Iskemik jaringan, misal sumbangan arteri coronaria, menimbulkan nyeri dengan cara stimulasi nyeri karena akumulasi asam laktat (mungkin zat lam seperti bradikinin) dalam jaringan.
21
3)
Termal
Panas atau jaringan yang ekstrim dapat menimbulkan kerusakan jaringan, kemudian menstimulasi reseptor nyeri termosensitif. g. Klasifikasi nyeri 1) (a) Periferal pain Yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah permukaan tubuh seperti kulit, mukosa. (b) Deep pain Nyeri yang dirasakan pada suatu daerah atau organ tubuh bagian dalam. (c) Refered pain (nyeri alihan) Yaitu nyeri dalam yang disebabkan oleh penyakit organ atau struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh di daerah yang berbeda sehingga penderita merasakan nyeri pada daerah tubuh tertentu tetapi sebetulnya bukan asal nyeri. 2) a) Menurut serangannya Nyeri akut adalah rasa sakit yang hebat, pada Menurut tempatnya
umumnya berlangsung relatif singkat (kurang dan 6 bulan) seperti nyeri fraktur atau pembesaran perut. b) Nyeri kronik, berkembang sangat lambat dan
22
Menurut sifat-sifatnya
Nyeri jenis ini dirasakan apabila suatu jarum ditusukan ke dalam kulit atau bila dipotong dengan pisau. Nyeri berdasarkan sifat ini juga sering dirasakan bila daerah kulit yang luas mengalaini iritasi kulit. (b) Nyeri terbakar
Jenis ini dapat dirasakan bila kulit terbakar dapat bersifat nyeri sekali dan merupakan nyeri yang paling besar kemungkinan dapat menyebabkan penderitaan bagi pasien.
(c)
Aching pain
Yaitu nyeri yang dirasakan dipermukaan tubuh tetapi merupakan suatu nyeri bagian dalam dengan berbagai tingkat gangguan. Aching dengan intensitas rendah terdapat di daerah tubuh yang luas dapat bersatu menjadi satu sensasi yang tidak enak. 4)Skala nyeri Skala Nyeri
23
12.
Patofisiologi nyeri pada apendiksitis Pada kasus apendiksitis, gejala-gejala permulaan adalah nyeri,
mual, muntah, rasa ngilu dan sakit tekan di daerah apendiks dan panas badan. Perasaan nyeri merupakan keluhan awal pada 97-100% kasus, walaupun beberapa kasus mengeluh gangguan pencernaan satu atau dua dan sebelumnya. Biasanya penderita terbangun di malam dan karena nyeri perut kanan bawah yang makin hebat dan setiap gerakkan badan terutama batuk dan ekstensi ektremitas akan menambah rasa nyeri. Perpindahan lokasi nyeri ini merupakan tanda yang penting sekali untuk diagnotik. Rasa nyeri yang pertama, merupakan nyeri viseral yang menjalar dan apendiks ke organ-organ sekitamya. Ras nyeri yang kedua di daerah kanan bawah merupakan nyeri somatik akibat peradangan jaringan apendiks. Rasa nyeri ini sering disertai perasaan ingin defekasi. 13. Manajemen medik pada kasus apendiksitis adalah operasi
Satu-satunya pengobatan
membuang usus buntu/apendektomi, karena bila ditunda ada kemungkinan terjadi gangren atau perforasi. Pada abses apendiks dilakukan drainase (mengeluarkan nanah), pada kasus perforasi, sebelum operasi perlu diperbaiki gangguan keseimbangan cairan dan elektrolitnya terlebih dahulu. Dan bila keadaan sudah memungkinkan apendiks dibuang sekaligus, bila tidak mungkin harus ditunggu 2-3 bulan kemudian, baru apendiksnya diangkat melalui operasi kedua. Untuk pembedahan
24
dilakukan insisi sepanjang kira-kira 3-4 cm pada wanita dan 4-5 cm pada laki-laki. Bila pembedahan dilakukan sebelum ruptura dan tanda-tanda peritonitis terjadi. Perjalanan pasca bedah umumnya tanpa komplikasi dan klien bisa pulang dalam beberapa hari, untuk angkat jahitan dilakukan minimal pada hari ke 6 dan maksimal pada hari ke 9. Perawatan pasca operasi sama dengan perawatan operasi abdomen lainnya, yaitu puasa sampai terdengar bising usus dan flatusi, baru boleh diberi bubur saring, terapi antibiotik diberikan sesuai advis dokter.
14.
Patofisiologi nyeri akibat putusnya continuitas jaringan kulit Rusaknya continuitas jaringan kulit, hal ini diakibatkan karena
tekanan ekstern, klien yang menderita sakit pada luka operasi, tekanan pada jaringan yang rusak, nyeri yang terus menerus dan disertai spasmus otot akan memperlambat usaha pertumbuhan kulit dan jaringan. Nyeri tersebut akibat terputusnya continuitas jaringan kulit yang dapat merangsang reseptor kimia nyeri yaitu bradikinin, serotinin, histamin dan prostaglandin. Bradikinin ini dikeluarkan ketika ada jaringan yang rusak. Enzim yang merangsang bradikinin ada dalam dasar dan jaringan yang aktivasi pada tempat nyeri injuri. Bradikinin juga mengikat ujung rerseptor memproduksi impuls nyeri. Selama itu bradikinin mempercepat produksi kimia yang menyebabkan radang seperti histamin yang memperlebar sel dalam dinding kapiler sehingga lebih banyak cairan dan leukosit bergerak
25
pada area peradangan. Perpindahan ini menyebabkan area radang menjadi kemerahan, bergerak dan lunak. Bradikinin juga menstimulasi
prostaglandin, prostaglandin adalah persenyawaan dan asam lemak dan asam arachiodionik yang mensenitasi reseptor nyeri dan meningkatkan efek bradikinin dan histamin. Toleransi nyeri berhubungan dengan intensitas stimulus yang diperlukan orang yang menanggapi nyeri, seperti karakteristik nyeri yang lain. Persepsi nyeri dapat menghilang pada periode yang berat atau emosi. Kerusakan-kerusakan ujung syaraf dapat memblok nyeri dan sumbemya seperti yang terjadi pada luka bakar stadium III. orang-orang lanjut usia menderita kegagalan jaringan yang dapat menimbulkan nyeri seperti yang dirasakan orang yang lebih muda. Hal ini disebabkan karena atropi dan ujung-ujung syaraf perubahan degeneratif pada jalur penyalur nyeri yang berkurangnya perasaan. Sehingga diperlukan lebih banyak stimulus, juga membangkitkan respon. 15. Penanganan nyeri secara umum a. Determinasi penyebab nyeri dan cobalah tindakan-tindakan paliatif sebelum menggunakan obat-obatan, misalnya dengan mengatur posisi yang tepat, massage, menghilangkan kegelisahan atau kompres hangat. b. Ikut sertakan klien dan keluarga dalam membuat perencanaan, penanganan dan evaluasi pengelolaan nyeri. c. Sebaiknya gunakan analgetika non narkotik dan pada narkotik apabila nyeri bersifat ringan.
26
d. Menghindari penggunaan narkotik apabila nyeri bersifat ringan. e. Kaji respon klien terhadap analgetik f. Berikan analgetik secara teratur sesuai jadwal g. Berikan analgetik sebelum klien mengeluh nyeri atau segera sewaktu klien merasa nyeri. h. Atur dosis analgetik sesuai kebutuhan.
i.
yang merupakan suatu interupsi kimia terhadap serabut syaraf inisal dengan menginjeksikan anestesi lokal yaitu lidocaine maupun procaine. j. Stimulasi elektrik terkadang digunakan untuk mengatasi nyeri berat. k. Pada beberapa rumah sakit akupunktur telah dipraktekan sebagai salah satu cara untuk mengatasi nyeri l. Hipnotis telah digunakan untuk menangani nyeri psikogenetik, mencapai kondisi anestesia dan meningkat keefektipan pengobatan nyeri
m.
Tindakan pembedahan merupakan alternatif lanjut untuk mengatasi hebat yaitu dengan memotong serabut-serabut yang
nyeri
menghancurkan nyeri.
B. Proses Keperawatan
27
Proses keperawatan adalah suatu metoda yang sistematis untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan dapat herhubungan dengan klien, keluarga, orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi atau mengatasi masalah-masalah klien. Asuhan keperawatan yang diberikan pada klien post apendektomi ini melalui pendekatan proses keperawatan yang dimulai dan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan hasil yang diharapkan. Adapun proses keperawatan tersebut adalah: 1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk dapat mengevaluasi dan mengidentifikasi status klien (Nurrasalam,2001: 17). Merupakan tahap awal dengan landasan proses keperawatan. Diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah pada tindakan keperawatan.
a.
Menurut Marylinn. E. Dongoes dalam Buku Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, (2000). pendekatan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan ; post op apendiktomi,
28
yaitu meliputi identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, pendidikan, agama, pekerjaan, dan sebagainya.
2. a.
Riwayat kesehatan Keluhan utama Keluhan yang paling menonjol dirasakan oleh klien pada saat dilakukan pengkajian. Pada klien yang mengalami operasi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi.
b.
Riwayat kesehatan sekarang Merupakan penjabaran dari keluhan utama yang dirasakan saat dikaji dengan menggunakan unsur PQRST, dimana : P (Provokatif/Paliatif) Q (Qualitatif) (Quantitatif) R (Regional) : : kualitas nyeri klien. : ukuran nyeri klien. : daerah gejala yang terasa dan tingkat penyebarannya. S (Skala keparahan) T (Timing) c. : Tingkat keparahan yang dirasakan. : waktu gejala dirasakan. Riwayat kesehatan dahulu
Menjelaskan tentang pernah atau tidaknya klien menderita penyakit atau gangguan dimasa lalu dan dapat mempengaruhi kesehatan sekarang. d. Riwayat kesehatan keluarga
29
Menerangkan apakah diantara anggota keluarga ada yang mengalami penyakit serupa atau ada yang diturunkan atau penyakit menular yang berhubungan dengan kesehatan sekarang. 3. a. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum Klien dengan post biasanya dalam keadaan lemah dengan kesadaran compos mentis. b. Tanda-tanda vital Meliputi tekanan darah, nadi, penafasan dan suhu tubuh. c. Sistem integumen Pada klien dengan operasi terjadinya suatu pemutusan kontinuitas jaringan yang mana proses ini akan berakibat perubahan kulit pada daerah sekitar luka bekas operasi (Doenges, 1999 : 917). 1) Rambut dan kulit kepala
Dikaji penyebaran rambut, warna, tekstur, kebersihan, kerontokan, kaji adanya lesi, pada kulit kepala. 2) Kulit muka
Dikaji warna, tekstur, kebersihan, wama dasar kuku, CRT. d. Sistem penglihatan Dikaji keadaan konjungtiva, sklera, fungsi penglihatan, pergerakan bola mata, kebersihan, reaksi pupil terhadap cahaya.
30
e.
Sistem penafasan Dikaji tentang kesimetrisan, kebersihan, dan fungsi penciuman pada klien post biasanya pola nafas tidak efektif.
f.
g.
Sistem gastrointestinal Pada sistem gastrointestinal perlu dikaji mengenai kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelumnya. Auskultrasi bising usus, tinjau ulang pola diet dan jumlah/tipe masukan cairan (Doenges, 199 : 494). Dikaji keluhan yang dirasakan, mukosa mulut, keadaan bibir dan gigi, lidah, fungsi pengecapan dan fungsi penelanan.
h.
Sistem cardiovaskuler Kaji irama jantung, denyut nadi, bunyi jantung dan keadaan JVP
i.
Sistem muskuloskeletal Kaji tentang keluhan yang dirasakan, kaji adanya varices, pergerakan dan kebersihan, pada klien post aktivitas karena pergerakan lemah. akan mengalami gangguan pada
j.
Adakah perubahan pola, jenis perubahannya, jenis makanan dan minuman yang disukai, diet khusus, frekuensi dan porsi. 2) Eliminasi
31
3)
Adakah perubahan pola tidur, lama tidur serta kualitasnya. 4) Personal hygiene
Bagaimana cara mandi, cuci rambut, gunting kuku, gosok gigi, ganti pakaian serta frekuensinya. k. Pada klien post Data Psikologis umumnya mengalami kecemasan terhadap kondisi
penyakitnya sehubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya dan tidak mengenal sumber informasi (Doenges,1999 : 919). l. Data Sosial Perlu dikaji hubungan klien dengan yang lainnya baik dengan keluarga sendiri, klien yang lain maupun petugas kesehatan lainnya. m. Data Spiritual Hal yang dikaji yaitu tentang keyakinan dan kepercayaan klien terhadap agama yang dianutnya. n. Data penunjang Hasil pemeriksaan diagnosa dapat memberikan informasi tentang halhal yang mendukung keadaan penyakit klien, serta therapi medis untuk membantu proses penyembuhan. 4. Analisa data Analisa berarti atau menghubungkan sesuatu yang diperoleh dengan konsep, teori konsep yang relevan untuk mengetahui masalah kesehatan
32
pasien yang dilakukan dengan mengesahkan data. Mengelompokan data, membandingkan dengan standar membuat
kesenjangan dan merumuskan masalah yang mungkin timbul pada klien post apendiktomi antara lain: a. a gangguan rasa nyaman nyeri: Nyeri pada luka operasi b. a gangguan pola aktivitas sehari-hari c. a gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi d. a gangguan kebutuhan istirahat tidur e. a gangguan integritas kulit f. uan pengaturan suhu tubuh g. a gangguan rasa aman Ceamas h. tinggi terjadinya infeksi. 5. Diagnosa Keperawatan Adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau perubahan pola) dan individu atau kelompok dimana Resiko Adany Gangg Adany Adany Adany Adany Adany
33
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah. (Nurassalam, 2001 : 35). Menurut Effendy, 1995 diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan yang aktual dan potensial. Yang dimaksud dengan masalah aktual adalah masalah yang ditemukan pada saat dilakukan pengkajian. Sedangkan masalah potensial adalah kemungkinan akan timbul kemudian. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, yang berhubungan dengan post op apendiktomi antara lain :
a.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubung dengan adanya luka insisi di daerah perut bagian bawah. (Doenges, 1999).
b.
c.
Gangguan pola aktivitas sehari-hari berhubung dengan adanya rasa nyeri pada luka operasi.
d.
Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubung dengan insisi luka operasi (Lynda Juan Carpenito, Diagnosa Keperawatan, 2001).
e.
Resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan pertahanan tubuh yang kurang adekuat.
f.
Gangguan pola istirahat tidur berhubung dengan adanya nyeri. (Doenges, 1999).
34
g.
Gangguan aman cemas berhubung kurangnya pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya (Tucker, 1998)
6.
Intervensi dan Rasionalisasi a. Diagnosa ke I : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubung terputusnya kontinuitas jaringan kulit akibat luka operasi. 1) Tujuan Rasa nyaman klien terpehuhi dengan kritria:
a)
Jangka pendek
Nyeri hilang / tidak ada Luka sembuh Tidak ada nyeri bila digerakan Intervensi Kaji karakteristik nyeri Atur posisi klien senyaman mungkin Lakukan tehnik relaksasi setiap ada nyeri Lakukan tehnik distraksi setiap ada nyeri Pemberian obat analgetik sesuai dengan advis
c) d) e) dokter f) 3)
35
a)
Dengan mengkaji karakteristik rasa nyeri, maka akan diketahui bagaimana nyeri tersebut dapat dirasakan oleh klien.
b)
c)
Dengan melakukan tehnik dan cara melemaskan otot-otot yang tegang diseluruh tubuh sehingga klien akan merasa tenang
d)
Dengan melakukan tehnik dengan cara mengalihkan perhatian klien supaya tidak tertuju pada nyerinya.
e) Dengan mencatat dan mengobservasi tanda-tanda vital, maka dapat diketahui keadaan dan perkembangan kesehatan klien
f)Dengan
dapat mencegah timbulnya mfeksi dan dapat mengatasi rasa nyeri sehingga infeksi dapat memberikan kenyamanan pada klien.
g)
Pemberian obat dapat memblokir reseptor-reseptor nyeri terhadap ujung syaraf besar untuk membawa impuls nyeri ke sum sum tulang belakang yang ditujukan ke talamus sehingga rasa nyeri klien berkurang.
b. Diagnosa ke II : Gangguan pola aktifitas sehari-hari sehubungan dengan adanya nyeri pada luka operasi. 1) Tujuan Kebutuhan aktifitas klien terpenuhi a) Jangka pendek
36
Dalam waktu enam jam tidak merasa sakit dan dapat bergerak, dengan kriteria klien dapat menggerakan kedua tangan dan kakmya. b) Jangka panjang Dalam waktu tiga sampai empat hari klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan dan orang lain. 2) a)
b)
Intervensi Kaji kemampuan klien terhadap aktifitas yang dilakukan Jelaskan kepada keluarga klien dan klien tentang pentmgnva
latihan gerak. c) Ajarkan/bantu klien untuk ambulasi dmi secara bertahap seuai dengan kemampuan. 3)
a)
Rasionalisasi Dengan mengkaji kemampuan klien terhadap aktifitas dilakukannya, maka dapat diketahui tingkat
yang
imobilisasi, akan membuat klien tahu dan mengerti tentang pentingnya melakukan imobilisasi sedini mungkin akan membantu mempercepat proses penyembuhan, juga timbul rasa percaya sehingga klien tidak takut lagi untuk beraktifitas dan tingkat ketergantungan klien menurun.
37
c)
akan memperlancar peredaran darah dan melatih otot-otot yang sakit sehubungan dengan luka post mandiri. c. Diagnosa ke III : Gangguan kebutuhan istirahat tidur sehubungan dengan adanya nyeri pada luka operasi. 1) Tujuan sehingga klien dapat
Jangka pendek Dalam waktu 4-5 jam klien dapat tidur dengan kriteria klien mengatakan tidak terjaga lagi dan klien kelihatan segar.
- Jangka panjang Dalam waktu 3-4 han klien dapat tidur dengan pulas tanpa terjaga. 2)
-
Intervensi Atur posisi tidur klien senyaman mungkin dan sesuai dengan keinginan klien.
Atur lingkungan yang tenang dan nyaman. Anjurkan klien untuk minum air susu hangat sebelum tidur.
3)
Rasionalisasi
38
Dengan mengatur posisi klien yang nyaman akan merangsang keinginan klien untuk tidur dan mempertahankan tidurnya itu sehingga klien dapat tidur dengan tenang.
Dengan mengatur lingkungan yang tenang dan nyaman maka klien merasa nyaman dan dapat tidur dengan tenang tanpa ada gangguan.
Dengan
minum
air
susu
hangat
maka
akan
memudahkan klien untuk tidur, karena dalam air susu terdapat zat tritofan yang dapat merangsang susu tersebut dapat merangsang pusat tidur. d. Diagnosa Ke IV : Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubung
tindakan operasi. 1) Tujuan Perubahan integritas kulit dapat ditanggulangi. Kriteria : Mencapai pemulihan luka tepat waktu tanpa komplikasi. 2) Intervensi : - Pantau tanda-tanda vital, perhatikan demam, perhatikan keadaan luka lakukan perawatan luka. 3) Rasionalisasi Memungkinkan induktif dari pembentukan pemiulihan luka dan meningkatkan resiko pemulihan.(Doenges, 1999;505)
39
e. Diagnosa ke V : Gangguan rasa aman cemas sehubungan dengan ketidaktahuan klien dengan keadaan lukanya. 1) ujuan Rasa aman klien terpenuhi - Jangka pendek Dalam waktu 1-2 hari klien kelihatan tenang dengan kriteria klien mengerti tentang keadaan lukanya dan tidak menanyakan kapan dia boleh pulang. - Jangka panjang Dalam waktu 3 - 4 hari klien dapat menerima keadaannya dan rasa cemas hilang. 2) Intervensi Jelaskan kepada klien dan keluarga klien tentang keadaan lukanya. Motivasi dan dorong klien bahwa lukanya akan cepat sembuh. 3) Rasionalisasi
Dengan memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang keadaan lukanya, akan mengurangi atau menghilangkan keraguan, kecemasan klien, juga menghilangkan pemikiran dan informasi yang salah.
40
Dengan memotivasi klien, klien dapat termotivasi dan mengerti bahwa lukanya akan segera sembuh sehingga rasa cemas akan berkurang. 4. Implementasi Adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nurassalam, 2001,63). Tujuannya adalah membentuk tujuan klien yang telah ditetapkan yang mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyaklit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Tujuan dapat tercapai jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisisipasi dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi Adalah tindakan intelektual untuk melengkapi tindakan proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa, rencana, dan pelaksanaan keperawatan yang sudah dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawata untuk memonitor kesalahan-kesa;lahan yang terjadi selama tahap pengkajian analisa data dan pelaksanaan tindakan keperawatan. (Nurassalam, 2001,31).
41
42
Umur Jenis Klamin Agama Alamat Suku Bangsa Pendidikan Pekerjaan Tanggal Masuk Tanggal Pengkajian No Cm 2) Biodata penanggung Jawab Nama Umur Jenis Klamin Pekerjaan Hubungan Dengan klien b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama
: 13 Tahun : Laki-laki : Islam : Kp Pandai Desa Pakuwon Kec. Bayongbong. : Sunda : SMP : Pelajar : 29 Juli 2006 : 07 Agustus 2006 : 94-97-07 : Tn. A : 46 Tahun : Laki-laki : Buruh : Ayah
Klien mengeluh nyeri pada perut bawah bagian kanan karena luka operasi, 2) Riwayat Kesehatan Sekarang Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 07 Agustus 2006 post op hari ke 7 klien mengeluh sakit pada perut bagian kanan bawah akibat luka operasi, nyeri yang dirasakan bertambah apabila banyak bergerak atau saat ganti balutan dan cara mengatasinya dengan menangis, pada saat dikaji skala nyeri yang klien dirasakan skala 5 dalam rentang 0-10, tampak luka operasi 8 cm , klien juga mengeluh mual-mual, balutan sering basah, tampak hipersalivasi.
43
3) Riwayat Kesehatan Yang Dahulu Menurut penuturan klien + 4 hari sebelum masuk RS, klien mengeluh nyeri perut bagian kanan bawah, panas dingin dan terasa mules dan mual-mual. Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan hilang timbul, keluhan bertambah bila klien banyak beraktivitas dan berkuang bila banyak istirahat, oleh keluarganya klien dibawa ke Puskesmas terdekat, klien disarankan untuk dibawa ke Rumah sakit Pada Tanggal 29 juli 2006 klien dibawa ke RSU dr. Slamet Garut, setelah diperiksa dinyatakan usus buntu dan klien harus segera dioperasi. dan menjalani rawat inap diruang agate, pada tanggal 31 klien menjalani operasi Apendiktomi mulai jam 0900 dan selesai jam 11 00 WIB. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Menurut penuturan keluarga klien bahwa di kelurganya tidak ada yang mempunyai penyakit seperti yang diderita oleh klien sekarang ini, juga penyakit menular atau keturunan lainnya. c. Pengkajian Fisik 1) Penampilan Umum Keadaan umu Kesadran
TTV
2) Sistem Integumen (a) Rambut dan Kulit kepala. Warna rambut hitam, distribusi merata, tidak tampak adanya kerontokan, tidak tampak adanya pedikulosis, ketombe, kebersihan tidak tampak adanya kotoran, tekstur kulit halus halus, bentuk kepala, kepala tampak simetris, tidak tampak adanya lesi, benjolan, ataupun nyeri tekan.
44
(b) Kulit Warna kilit sawo matang, tekstur halus, turgor kulit baik terbukti pada saat dicubit kembali dalam waktu 2 detik dan tidak tampak adanya kotoran. Pada bagian abdomen tampak luka operasi, luka masih tampak basah dan keluar pus (c) Kuku Warna transparan, tidak tampak adanya sianosis, kuku pendek, CRT 2 dtk setelah ditekant, tidak nampak adanya kotoran. 3) Sistem Penglihatan Mata kanan dan kiri simetris, seklera putih kemerahan, konjungtiva pucat, kedua mata dapat digerakan kesegala arah, fungsi penglihatan baik terbukti klien dapat membaca papan nama perawat dalam jarak 30 Cm. 4) Sistem Pendengaran Letak telinga kanan kiri simetris, serumen tidak nampak, warna sama dengan kulit sekitas, fungsi pendengaran baik terbukti klien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat dari jarak 50 cm. 5) Sistem Respirasi Warna hidung sama denagn kulit sekitarnya, kedua lubang hidung simetris, mukosa hidung merah muda, ekspirasi dan inspirasi pergerakanya sama, tidak nampak sekret dihidung, resfirasi nafas 20x/menit, kotoran tidak nampak, fungsi penciuman baik terbukti klien dapat membedakan bau alkohol dan bau kayu putih, 6) Sistem Kardio Vaskuler Posisi torak simetris antara dada kanan dan kiri irama jantung reguler, N.82x/menit, KGB tidak nampak adanya pembesaran, JVP Tidak tampak adanya peninggian, TD.100/60 mmHg. 7) Sistem Gastro Intestinal a) Mulut
45
Membran mukosa merah muda, lembab, gigi berjumlah 32 buah, tidak tampak adanya karies, tidak tampak adanya kotoran, tidak tampak adanya sianosis, fungsi motorik lidah dapat digerakan kekanan dan kekiri, dapat dijulurkan kedepan dan dapat menelan dengan baik, fungsi sensorik lidah dapat membedakan rasa manis dan pahit. b) Abdomen Bentuk permukaan datar, warna sama dengan kulit sekitar bising usus 10 x/mnt, hepar tidak teraba, terdapat keluhan yaitu klien mengeluh nyeri pada perut bawah bagian kanan pada luka operasi dengan panjang luka + 8 Cm dibalut kasa, klien tampak meringis kesakitan bila bergerak. c) Pola eliminasi BAB Klien mngatakan klien BAB 2 hari 1X, warna kuning kecoklatan, bau khas peces, konsistensi lembek, dengan bantuan khas feces. 8) Sistem Endokrin Tidak terdapat pembesaran KGB, tidak terjadi exoptalmus, posisi leher simetrik antara bahu kiri dan bahu kanan dan kelenjar thyroid, tidak tampak moon face. 9) Sistem Geneto urinaria Klien mengatakan tidak ada keluhan pada daerah genetalia tidak tampak adanya kotoran, BAK 3-5 x/hari, warna kuning jernih, bau khas urine. 10) Sistem persyarafan a) Fungsi Cerebral
Verbal :
46
Motorik : Dapat menahan gravitasi b) Fungsi nerveus kranialis (1) Nervus I (Olfaktorius) Klien dapat membedakan bau alkohol dan kayu putih. (2) Nervus II (Optikus) Klien dapat memabaca angka dan hurup pada jarak 30 cm (3) Abdusen) Pupil kiri dan kanan mengecil saat diberi cahaya, pergerakan bola mata dapat mengiktui perintah, kelopak mata dapat membuka dan menutup secara spontan. (4) Nervus VI (Trigeminus) Klien dapat menggerakan rahang ke atas dan ke bawah, klien dapat menelan makanan dengan baik. (5) Nervus VII (Fasialis) Klien dapat mengkerutkan wajahnya ketika dirangsang dengan panas dan dingin dan klien dapat membedakan rasa manis, pahit, asin. (6) Nervus VIII (Auditorius) Klien dapat menjawab pertanyaan perawat dengan baik pada jarak 50 cm. Nervus III, IV, V (Okulomotorius, Trokhleuris,
47
(7) Nervus IX, X (Glosofaringeal, Vagus) Klien cukup jelas dalam berbicara dan refleks menelan ada. (8) Nervus XI (Aksesorius) Bahu dapat digerakan tanpa ada keluhan. (9) Nervus XII (Hifoglosus) Kliern dapat menjulurkan lidahnya dan dapat digerakan ke samping kiri dan kanan. 11) Sistem Muskulo Skeletal a) Ekstremitas Atas Kuku tidak tampak sianosis, tangan kiri terpasang infus, pergerakan dapat digerakan tangan kiri agak kaku tangan kanan dapat digerakan secara bebas. b) Ekstremitas Bawah Kaki kanan dan kiri dapat digerakan dengan bebas sesuai dengan arah gerakan, akan tetapi kalau banyak bergerak rasa nyeri akan bertambah, Tidak ada sianosiss dan lesi, oedema tidak tampak.
e. No 1
Jenis Aktivitas Pola nutrisi a. Makan Frekuensi Jenis Jumlah porsi Cara Keluhan b. Minum
48
Frekuensi Jenis Cara 2 Pola Eliminasi BAK Frekuensi Warna Bau Cara 3 Pola istirahat tidur Tidur siang Tidur malam Keluhan Kualitas 4 Personal Hygiene Mandi Gosok gigi Ganti pakaian - Cara
3-5 x/hari Kuning jernih Khas amoniak Mandiri 2 jam 6-8 jam Tak ada Nyenyak
1500 ml/hari Kuning jernih Khas amoniak Dibantu dengan pispot 1 jam 4-5 jam Tak ada Terjaga
e. Data Psiko Sosial Dan Spiritual 1) Data Psikologi Klien tampak gelisah dan klien sering bertanya tentang penyakitnya dan lukanya klien selalu mengatakan ingin segera sembuh. Klie tampak cemas. 2) Data Sosial Selama sakit klien ditemani oleh keluarga dan orang tuanya secara bergantian, hubungan klien dengan keluarganya yang lain baik terbukti banyak anggota keluarga yang menjenguknya, hubungan klien dengan
49
perawat baik terbukti klien dapat diajak kerjasama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan tindakan pengobatan. 3) Data Spiritual Klien beragama Islam, Sebelum sakit klien selalu melaksanakan shalat yang 5 waktu tetapi selama di rumah sakit klien tidak pernah melaksanakannya, dan klien selalu berdoa untuk keselamatan dan kesembuhannya. f. Data Penunjang 1) Laboratorium tanggal 31- juli 2006 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 JENIS PEMERIKSAAN Hb Leukosit Trombosi Hematokrit Ureum SGOT SGPT LED Waktu Perdarahan Waktu Pembekuan Natrium 2) Diagnosa Medis 3) Therapy HASIL 13,3 gr/dl 20800 /mm3 439.000 mm3 37 % 25 mg/dl 27 u/lt 21 u/lt 55/ 75 2` 9` 132 Mmol/ Lt NILAI NORMAL 14-18 gr/dl 5000-10000/mm3 450.000-450.000 mm3 30-40 % 10-50 mg/dl Sampai 31 u/lt Sampai 32 u/lt < 15 mm/ jam 1-3 menit 1-11 menit 136-145 mmol
: POST APPENDICTOMI : Infus RL, D5 20 Gtts/mnt, Civel 2x1/ hari (IV) Metronidazole 2x1/ hari (IV) Ranitidin tab 2x1/ hari (oral) Kaltropen sups 2x1 (Anal)
: Photo Torak AP
ETIOLOGI
PRABLEM
50
Tindakan
operasi
rasa
Klien mengeluh nyeri terputusnya luka kontinyuitas jaringan perut mengeluarkan bradikinin dan serotinin saraf besar membawa Do.
-
bagian bawah
infuls nyeri kesumsum Terdapat operasi abdoman kanan cm luka didaerah bagian bawah 8 tulang belakang talamus ke otak besar persepsi nyeri
tampak banyak
Ds;
Klien mengeluh mual- Menekan pusat lapar ke mual, dan tidak mau thalamus makan. DO Klien mintah porsi. Tampak hipersalivasi tampak Terjadiinflamasi dinding mucosa mual, HCl meningkat merangsang muntah menyebabkan berkurang. intake nutrisi kedalam tubuh saraf Mual,
51
Ds luka operasi di perut DO tampak luka operasi didaerah abdomen panj luka operasi 8 cm, tampak masih basah
Terputusnya integritas
Ds. - Klien
Adanya luka operasi Gangguan mengeluh rasa nyeri klien takut aktivitas sakit bila bergerak bergerak pola hari dan takut bila akan aktivitas bergerak. terganggu sehari-hari
pola sehari-
Ds Klien dan kotor. Do Balutan basah Saat didaerah tampak keluar pus. dipalpasi luka banyak Mengatakan
52
susah tidur - Klien tidurnya nyenyak Do. - Konjungtiva pucat - Seclera tampak putih kemerahan mengeluh tidak
Mengaktifkan RAS merangsang pusat tidur di hipotalamus Tidur terjaga Gangguan istirahat tidur
DS: Klie sering bertanya tentang keadaan luka dan penyakitnya, dan bertanya pulang? - Klien mengatakan Cemas lukanya. DO Klien tampak cemas dengan lukanya. dengan kapan
Ketidaktahuan klien dan kuluarganya tentang penyakit lukanya Peningkatan stressor dan rangsangan nyeri Menimbulkan kecemasan.
rasa
2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas a. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat operasi yang ditandai dengan : Ds. Klien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi pada perut bagian bawah
53
Do.
-
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubugan dengan Intake kedalam tubuh kurang. Yang ditandai dengan: Ds: - Klien mengeluh Mual-mual, tidak mau makan Do: Porsi makan habis Porsi Tampak mual, muntah Tampak hipersalivasi.
c. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan luka operasi yang ditandeai dengan : DS :
Klien mengatakan ada luka opersi di perut Tampak luka operasi di daerah abdomen Panjang luka 8 cm, luka tampak masih basah.
DO :
d. Gangguan pola aktivitas sehari-hari sehubungan dengan adanya nyeri pada luka operasi yang ditandai dengan Ds. Do. - Akltivitas klien dibantu Klien mengatakan aktivitasnya selalu dibantu Klien mengeluh sakit bila bergerak
54
e. Resiko tinggi terjadinya perluasan infeksi sehubungan dengan luka masih basah yang ditandai dengan : Ds
Klien mengatakan balutan sering basah Do Balutan tampak basah dan kotor Saat di palpasi tampak keluar PUS
f. Gaangguan pola istirahat tidur sehubngan dengan adanya nyeri luka operasi ditandai dengan: Ds. Do. Konjungtiva tampak pucat. Sklera tampak putik kemerahan Klien mengeluh susah tidur Klien mengeluh tidurnya tidak nyenyak.
g. Gangguan rasa aman cemas sehubungan dengan ketidak tahuan klien tentang keadaan lukanya, yang ditandai dengan: DS: Klien Bertanya-tanya tentang Keadaan luka dan penyakitnya. Klien bertanya kapan bias pulang. Klien Mengatakan cemas dengan lukanya.
DO
Klien tampak Cemas
55
No CM
: 94-97-07
DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat operasi yang ditandai dengan : Ds. - Klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah kanan. Do.
EVALUASI
Tgl 07-08-06 Pkl 13: 00 WIB Gangguan rasa nyaman nyeri belum teratasi dengan kriteria: Klien pada perut masih daerah bagian bekas luka masih mengeluh nyeri
kesehatan klien, sehingga tindakan selanjutnya. Kaji karakteristik, dan tingkat nyeri Dapat di ketahui sejauh mana nyeri yang dirasakan klien
tampak tenang. Jangka panjang dalam waktu 3-4 hari hilang rasa dan nyeri luka
Pukul 08: 15 WIB Mengkaji karakteristik dan tingkat nyeri dengan palpasi pada daerah abdomen, nyeri yang dirasakan skala 2 Pukul 08: 00 WIB
tampak kering.
tampak meringis
Posisi
yang
nyaman
56
tekhnik relaksasi yaitu dengan cara melemaskan otot-otot diseluruh Sehingga klien merasa tenang. yang tegang tubuh. akan
relaksasi dengan cara menganjurkan kepada klien untuk menarik nafas saat nyeri terasa. Pukul 09: 50 WIB
Lakukan distraksi
tekhnik
Dengan tekhnik distraksi dapat perhatian mengalihkan klien tidak perhatian klien sehingga tertuju pada rasa nyeri.
Dengan
melakukan
perawatan luka dengan tekhnik septic Aseptik dapat timbulnya sehingga mempercepat penyembuhan. mencegah infeksi dan dapat proses
57
Dapat nyeri
Pukul 08: 30 WIB Memberikan terapi kaltropen sups 1x1 (anal) Metronidazole Mg (IV) Civel (IV) ( Penulis ) Tgl 07-08-2006 Pukul 09:11 Menyajikan makanan selagi hangat, dan menganjurka untuk minum air hangat sebelum makan. Tgl 08-08-2006 Pukul 08: 55 memberikan makanan sedikitsedikit tapi sering. Pukul 08: 33 WIB Memberikan therapy sesuai Ranitidin advise Amp dokter (IM) dengan memberikan obat IX2Menganjurkan untuk 500
terjadinya infeksi.
Gangguan pemenuhan kebutuhan Dalam waktu 1 hari gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan intake teratasi dengan kriteria : - Mual hilang/tidak kedalam tubuh berkuran yang ada ditandai dengan. - Porsi makan habis 1 porsi Ds: Klien mengatakan mual-mual, tidak mau makan. Do: makanan kembali Porsi makan habis porsi dimuntahkan
Sajikan makanan selagi hangat, dan anjurkan minum air hangat sebelum makan. Anjurkan kepada keluarga klien untuk memberikan makanan sedikitsedikit tapi sering. Berikan Antasid dengan dokter : terapi sesuai advis
Air hangat dan makanan yang hangat dapat mengurangi rasa mual.
Dengan sediki-sedikit maka sampai habis maka kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Tampak hipersalivasi
58
Gangguan
integriras
kulit
integritas
ada
luka
di
hari diharapkan:
panjang luka 8 cm Luka basah Lakukan Message/ memijat daerah sekitar luka untuk 4 Gangguan pola aktivitas seharihari sehubungan dengan adanya nyeri pada luka operasi yang ditandai dengan Ds. - Klien mengatakan aktivitasnya selalu dibantu - Klien mengeluh sakit bila bergerak Do. - Akltivitas klien dibantu a pendek Dalam waktu 6 jam klien menggerakan kedua tangan dan kakinya tanpa rasa takut Jelaskan klien keluarganya kepada dan Dengan maka akan memberikan membuat dapat 08-08-2006 Pukul 09: 00 WIB Menjelaskan Mengajarkan dan penjelasan tentang gerak, Gangguaan aktivitas dengan kriteria: Jangk pola teratasi Kaji klien aktivitas dilakukan kemampuan terhadap yang Mengetahui ketergantungan beraktivitas tingkat dan Melakukan message/ dan memijat daerah sekitar luka 07-08-2006 Pukul 08:05 WIB Mengkaji kemampuan dalam geraknya ( Penulis ) klien Gangguan aktivitas sehari-hari belum teratasi dengan criteria: Aktivitas masih seperti minum BAK dll Gerakan klien masih terbatas klien dibantu makan, BAB,
59
b. Jangka panjang Dalam waktu 3-4 hari klien dapat secara melakukan aktifitas sehari-hari mandiri.
klien
dan
gerakan tangan
kaki
dan
tahu dan mengerti akan pentingnya sedini mempercepat penyembuhan. menghindari otot-otot pergerakan. mungkin
( Penulis )
Dengan secara
ambulasi bertahap
dini dapat
memperlancar peredaran darah dan dapat melatih otot-otot yang sakit sehubungan dengan luka operasi sehingga klien akan mandiri Untuk mengetahui keadaan luka klien dan terjadinya nasokomial menentukan selanjutnya
kemampuannya
kemampuan klien
Penyebaran tidak terjadi kriteria: Luka Saat tampak dipalpasi luka Klien
infeksi dengan
Observasi tanda-tanda infeksi Seperti: demam, merah ada pus pada luka.
Mengobservasi Melakukan
tanda-tanda infeksi .
perawatan dengan cara mengganti balutan, membersihkan luka dengan Nacl 0,9% + sagestam lalu ditutup
Tampak
60
didaerah abdomen 8 cm
menjadi
kering
mempercepat penyembuhan
Memberikan
therapy antibiotic metronidazole (IV), cipel (IV) Mengatur klien dengan klien. tidur Mengatur lingkungan yang nyaman dengan cara jumlah dan ventilasi tidur. membatasi pengunjung mengatur serta posisi senyaman keinginan Gangguan istirahat
Untuk
kuman, bakteri yang masuk. 6 Gangguan luka Ds. - Klien mengeluh susah tidur - Klien mengeluh tidurnya operasi istirahat yang tidur ditandai
Gangguaan istirahat teratasi kriteria dalam waktu 12 jam klien dapat tidur, tidur klien mengatakan tidur dengan
Atur posisi tidur senyaman mungkin dan sesuai dengan keinginan klien.
Dengan mengatur posisi yang klien nyaman untuk tidur akan dan merangsang keinginan
tidur belum teratasi dengan criteria: Klien tidur konjungtivamasi h pucat sklera tampak masih mengeluh susah
mempertahankannya sehingga dapat dengan nyenyak. Ciptakan lingkunagn nyaman tenang. yang dan Klien akan merasa tenang dan tidur nyaman sehingga memudahkan klien untuk
tidak tampak
kemerahan
Zat
tritopin
dapat
61
7 Gangguan sehubungan penyakit DS: Klien sering bertanya tentang Keadaan luka dan penyakitnya. Klien bertanya kapan bias pulang. Klien Mengatakan cemas dengan lukanya. DO Klien tampak Cemas. dan rasa aman cemas ketidak yang
Seclera putih Kualitas tidur klien klien dengan pendek Jelaskan klien kepada tentang Dengan memberikan Tgl 08-08-2006 Pukul 10: 00 WIB Menjelaskan kepada klien dan keluarganya tentang keadaan penyakitnya. luka dan Pkl 12: 00 WIB Ganggauan dengan kriteria: Klien tenang Klien lukanya sehingga tidak Berikan lukanya sembuh. motivasi akan Dengan memotivasi klien maka akan timbul rasa percaya dirinya. Sehingga timbul rasa keyakinannya bahwa dan sembuh, lukanya sehigga akan rasa Pkl 10: 05 WIB Memotivasi klien bahwa lukanya sembuh mengikuti akan apabila segera bilan lagi keadaan kepada klien bahwa klien tentang bertanya mengerti keaadaan tamoak rasa aman cemas teratasi
dengan lukanya
penjelasan kepada klien dan keluarganya tentang keadaan mengurangi kecemasan klien, luka dan atau juga penyakitnya maka akan menghilangkan keraguan, menghilangkan pemikiran dan informasi yang salah.
dalam waktu 1-2 hari klien kelihatan tenang, klien dan keluarganya mengerti penyakit, Jangka klien mengerti menerima keadaannya hilang. rasa cemas klien tentang dan panjang dapat dan
lukanya.
Catatan Perkembangan
No. 1 Tanggal 8-7-2006 DP I Catatan Perkembangan S: - Klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi pada perut bawah bagian kanan. O: - Klien tampak meringsi saat lukanya ditekan atau pada saat ganti balutan Terdapat luka opersipada daerah abdomen bawah kanan. Pus keluar pada jahitan ke 2 A: - Gangguan rasa nyman nyeri belum teratasi P: - Kaji tingkat nyeri Atur posisi klien senyaman mungkin Observasi TTV Lakukan perawatan luka operasi. Berika terapi analgesic, antibibiotik sesuai dengan advis dokter Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi bila nyeri dirasakan I: - Mengkaji tingkat nyeri skala: 2 Mengatur posisi klien dengan telentang Observasi TTV T : 100/70 mmHg R : 20x/menit P : 82x/menit S : 36,2oc Melakukan perawatan luka, ganti balutan Kaltropen sups (anal), Metronidazole 500 Mg (IV), Civel (IV) Memberikan therapy analgetik, antibiotic E: - Masalah belum teratasi Rasa nyeri masih ada Paraf
II S: klien mengeluh nyeri bila bergerakdan dan takut untuk bergerak O: - aktivitas klien masih dibantu. A: teratasi P: Bantu ADL klien yang tidak bisa dilakukan klien. Beri motivasi/reward bila klien sudah melakukannya. Kaji kemampuan klien terhadap aktivitas yang dilakukan Jelaskan kepda klien dan keluarganya tentang pentingnya latihan gerak Ajarkan dan Bantu untuk ambulasi dini I: - Membantu klien BAB ke kamar mandi Mengkaji kemampuan klien terhadap kegiatan yang dilakukan Memberikan melakukannya. Mengajarkan/ membantu ambulasi dini secara bertahap III E: - Kebutuhan sehari-hari klien terpenuhi sebagian, Waupun masih dibantu. S: O: Makan habis porsi Klien mengatakan mual masih ada, tidak ada nafsu makan reward bila klien sudah Gangguan pola aktivitas belum
A: P: I: E: S:
Berikan motovasi pada klien untuk makan Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik. Berikan terapi anti emesis : ranitidin (2x1 ampul) (IV). Berikan motovasi pada klien untuk makan Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik. Berikan terapi anti emesis : ranitidin (2x1 ampul) (IV).
IV
Klien mengeluh susah tidur. Tidur sering terjaga. O: Klien tampak lemah Frekwensi tidur malam klien 4-5 jam. Sklera tampak kemerahan. A: Gangguan istirahat tidur belum teratasi. P: Atur posisi tudur klien Atur lingkungan yang nyaman dan tenang. I: Mengatur posisi klien dengan terlentang. Mengatur posisi yang nyaman dan tenang dengan membatasi jumlah pengunjung.
10
S: Klien mengatakan ia tidak merasa cemas lagi dengan keadaannya O: Klien tampak tenang A: Gangguan rasa aman cemas teratasi. P: Pertahankan keyakinan dan percaya diri klien akan kesembuhannya. I: Memotivasi terus klien agar tetap yakin dan percaya diri akan kesembuhannya E: Klien masih tampak tenang.
11
Catatan Perkembangan
No. 1 Tanggal 9-8-2006 DP I Catatan Perkembangan S: - Klien mengatakan nyeri sudah berkurang O: - Klien tampak tenang Pus tidak tampak Paraf
A: - Gangguan rasa nyman nyeri teratasi sebagian P: - Observasi TTV Lakukan perawatan luka operasi. Berika terapi analgesic, antibibiotik sesuai dengan advis dokter Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi bila nyeri dirasakan I: - Mengkaji tingkat nyeri skala: 1 Mengatur posisi klien dengan duduk Observasi TTV T : 100/70 mmHg R : 20x/menit P : 82x/menit S : 36,2oc Melakukan perawatan luka, ganti balutan, Memberikan therapy analgetik, antibiotic Metronidazole 500 Mg (IV), Civel (IV) E: - Masalah teratasi sebagian II S: klien mengeluh nyeri berkurang bila Rasa nyeri masih ada dengan skala berkurang.
12
teratasi secara optimal. P: I Mengkaji kemampuan klien terhadap kegiatan yang dilakukan Memberikan reward bila klien sudah melakukannya intervensi Mengajarkan/ membantu ambulasi dini secara bertahap dengan cara mengajak klien untuk duduk E: - Kebutuhan sehari-hari klien terpenuhi sebagian, Walaupun masih bertahap. III S: - Klien mengatakan mual masih ada, tidak ada nafsu makan O: A: P: Berikan motivasi pada klien untuk makan Kaji penurunan berat badan klien Masalah teratasi sebagian Makan habis porsi Tampak hipersalivasi Bantu ADL klien yang tidak bisa dilakukan Beri motivasi/reward bila klien sudah
melakukannya. Kaji kemampuan klien terhadap aktivitas yang dilakukan Jelaskan kepada klien dan keluarganya tentang pentingnya latihan gerak Ajarkan dan Bantu untuk ambulasi dini
13
I: E: IV S:
Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik. Berikan terapi anti emesis : ranitidin (2x1 ampul) (IV). Berikan motovasi pada klien untuk makan Mengkaji penurunan berat badan klien berat badan klien menurun 1,2 kg Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik. Berikan terapi anti emesis : ranitidin (2x1 ampul) (IV). Mual sudah berkurang Masalah teratasi sebagian
Klien mengatakan tidurnya sudah agak nyeyak. O: Klien tampak segar Frekwensi tidur malam klien 7-8 jam. Sklera tampak kemerahan. A: Gangguan istirahat tidur teratasi.
P:
Pertahankan lingkungan yang nyaman dan tenang. Atur jadwal tidur klien
I:
Mempertahankan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan membatasi jumlah pengunjung. Mengatur jadwal tidur klien (jam 21 00 waktu maksimum tidur)
E
Kebutuhan istirahat tidur klien teratasi.
14
S: Klien mengatakan ia tidak merasa cemas lagi dengan keadaannya O: Klien tampak tenang A: Gangguan rasa aman cemas teratasi. P: Pertahankan keyakinan dan percaya diri klien akan kesembuhannya. I: Memotivasi terus klien agar tetap yakin dan percaya diri akan kesembuhannya E: Klien masih tampak tenang.
15
B. Pembahasan Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien An. A diruang Agate RSU dr Salamet Garut, yang dilaksanakan dari mulai tanggal 07-11 Agustus 2006, penulis menemukan sedikit kesenjangan antara konsep teori dengan praktek yang ditemukan dilapangan, serta hal-hal yang mendukung dan menghambat dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan post apendiktomi. Adapun kesenjangan yang muncul sebagai berikut: 1. Pengkajian Tahap pengkajian adalah tahap awal proses asuhan keperawatan, pengkajian dilakukan melalui pendekatan sistematis yang meliputi kegiatan pengumpulan data atau informasi tentang masalah kesehatan dan perawatan klien. Dalam melakukan pengkajian penulis tidak mengalami hambatan yang berarti. Hal ini dikarenakan adanya bantuan dan bimbingan dari perawat ruangan, pembingbing dari akademik, dan partisipasi aktif klien dan keluarganya yang memberikan kepercayaan kepada penulis dalam setiap tindakan yang dilakukan.Adapun kesenjangan yang ditemukan oleh penulis, Dalam tinjauan teoritis disebutkan bahwa masalah atau diagnosa yang mungkin muncul pada kasus klien post apendiktomi adalah: a. b. c. d. e. f. g. Gangguan rasa nyaman nyeri. Gangguan istirahat tidur Gangguan aktivitas sehari-hari Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan Gangguan integritas kulit Gangguan rasa aman cemas. Gangguan eliminasi BAB/ konstipasi.
16
h.
Sedangkan pada kasus yang penulis temukan dilapangan diagnosa keperawatan yang muncul adalah: a. b. c. d. e. f. Gangguan rasa nyaman nyeri. Gangguan aktivitas sehari-hari. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan. Ganguan integritas kulit. Gangguan istirahat tidur. Gangguan rasa aman cemas
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan teori tetapi tidak muncul dilapangan diantaranya: a. Gangguan eliminasi BAB/ konstipasi tidak terjadi hal ini dibuktikan
dengan tidak adanya keluhan ataupun yang mengarah pada gangguan eliminasi BAB. Gangguan yang terjadi pada manusia mungkin berbeda-beda oleh karena manusia dikatakan sebagai mahluk yang unik. b. Gangguan pengaturan suhu tubuh tidak terjadi hal ini terjadi
dikarenakan demam itu terjadi sebagai akibat adanya infeksi bakteri, sedangkan pada kasus ini tidak ditemukan adanya tanda-tanda peradangan atau infeksi. c. Resiko tinggi terhadap infeksi, tidak terjadi karena luka operasi selalu
dirawat dan dibersihkan serta selalu tertutup dengan kasa. tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi. 2. Perencanaan Dalam penyusunan perencanaan, asuhan keperawatan disusun sesuai dengan permasalahan yang muncul dengan mengacu pada perencanaan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi klien dan keadaan dilapangan. Dalam penyusunan perencanaan ini penulis tidak terlalu banyak menemukan hambatan dan kendala yang berarti hal ini disebabkan adanya faktor pendukung antara lain:
17
a.
keperawatan b. Pembingbing baik dari akademik maupun dari ruangan yang senantiasa
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis c. Tersedianya literatur yang cukup mendukung baik sebagai panduan bagi penulis
dalam perencanaan asuhan keperawatan, tindakan, evaluasi bahkan sampai penulisan karya tulis ini. 3. Tahap pelaksanaan Dalam melaksanakan tindakan keperawatan tetap memegang konsep dan teori pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan klien. Selama 5 hari penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada An. A terjalin kerja sama yang baik dengan penulis, perawat ruangan dan keluarga. Namun penulis mendapat kesulitan dalam
mengikuti perkembangan terutama siang dan malam, karena penulis tidak dapat melaksanakan asuhan keperawatan selama 24 jam. Akan tetapi penulis menggunakan alternative pemecahan masalah yakni dengan menanyakan langsung kepada perawat ruangan tentang kondisi perkembangan klien, dan meminta bantuan perawat ruangan dalam melaksanakan intervensi yang sudah direncanakan. Adapun tahapan pelaksanaan yang tidak dapat dilaksanakan oleh perawat yaitu: a. Diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi Rencan intervensi menyajikan makan dalam keadaan hangat dan menarik dan memberikan makanan sedikit-sedikit tapi sering. Tidak dilaksanakan karena keterbatasan waktu dari penulis akan tetapi perawat ruangan membantu untuk melakukan internvensi tersebut b. Diagnosa keperawatan gangguan istirahat tidur Rencan intervensi mengkaji pola, frekuensi, kualitas tidur klien dan juga menyiapkan lingkungan yang nyaman bagi klien. Tidak dilaksanakan karena keterbatasan waktu penulis, tetapi perawat ruangan membantu untuk melakukan internvensi tersebut Dan
18
penulis menanyakan langsung kepada klien dan keluarganya tentang kualitas, frekuensi tidur klien .
4. Tahap Evaluasi Tahap ini merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan menilai
kemajuan klien setelah mendapat asuhan keperawatan. Secara umum hasil pelaksanaan penulis tidak mengalami hambatan yang berarti karena hamper semua tindakan dapat di evaluasi secara langsung sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Setelah melakukan asuhan keperawatan selama lima hari dari tanggal 7 sampai dengan 11 Agustustus 2006, kondisi secara umum mengalami kemajuan kearah penyembuhan. Pada dasarnya semua masalah yang didapat pada klien belum teratasi seluruhnya sesuai dengan kriteria hasil pada tujuan, hal ini terjadi berhubung dengan keterbatasan waktu dan tenaga yang penulis miliki.
19
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Setelah memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pada Sistem Pencernaan ; Post Apendiktomi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Umum Dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mempercepat proses penyembuhan pada klien yang dilakukan melalui pendekatan proses keperawatan meliputi 5 tahap yaitu ; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat berjalan dengan baik maka diperlukan asuhan keperawatan yang sifatnya menyeluruh, terarah, sistematis dan berkelanjutan. 2. Khusus a. Dalam tahap pengkajian penulis mampu melaksanakan anamnesa baik kepada
klien maupun keluarga, baik secara langsung melalui wawancara ataupun melalui pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi yang dilakukan secara persystem. Sehingga didapat data yang di jadikan sebagai diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien gangguan sistem pencernaan ; post apendiktomi adalah : gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan integritas kulit, gangguan pola aktivitas sehari-hari, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan istirahat tidur dan gangguan rasa aman cemas. b. Dalam tahap perencanaan perlu dilakukan kerjasama yang baik antara perawat
dan tim kesehatan yang lain guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh klien sehingga tujuan yang diharapkan tercapai. dalam perencanaan tindakan keperawatan
20
harus disesuaikan dengan sarana dan prasaran yang ada agar rencana keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Perencanaan asuhan keperawatan pada klien gangguan sistem pencernaan ; post apendiktomi antara lain ; kaji tingkat nyeri, anjurkan klien tekhnik relaksasi, dengan tarik nafas dalam, lakukan perawatan luka dengan tehnik septik aseptic dan pemberian therapy sesuai advis dokter. Serta mengevaluasinya. c. Pelaksanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan yang telah
ditetapkan, disamping itu harus disesuaikan pula dengan situasi, kondisi dan kemampuan yang ada. Pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan penulis terhadap klien tidak terlepas dari adanya kerja sama yang baik dari klien, keluarga dan perawat ruangan lainnya. Walaupun penulis mendapatkan kesulitan dalam melakukan kolaborasi dengan tim medis.
d.
disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan serta sesuai dengan acuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan peran serta klien dan keluarga baik secara langsung atupun tidak langsung.
B. Rekomendasi Setelah penulis memberikan asuhan keperawatan pada klien An. A dengan gangguan sistem pencernaan : post apendiktomi secara sistematis dan berkelanjutan, penulis akan memberikan beberapa rekomendasi yang sifatnya membangun diantaranya kepada: 1. Klien dan keluarga agar tetap ikut serta dalam pelaksanakan tindakan keperawatan ataupun tindakan medik lainnya guna mempercepat proses penyembuhan klien. Disamping itu diharapkan klien dan keluarganya mau mengikuti semua anjuran baik dari perawat maupun dari dokter agar mau menghindari semua faktor-faktor yang dapat memperburuk kondisi kesehatan klien.
21
2.
Perawat ruangan, agar dapat memberikan asuhan keperawatan dengan lebih baik. untuk mencapai hasil yang lebih optimal, diharapkan lebih melengkapi sarana yang ada khususnya yang berkaitan dengan perawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan : post apendiktomi, dan meningkatkan kerjasama antara perawat
dengan tim kesehatan lain untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dan juga penulis berharap kepada para perawat ruangan agar senantiasa tidak melupakan prinsip tekhnik septi aseptic dalam setiap tindakan untuk mencegah kondisi yang tidak diharapkan sebagai side efek dari tindakan yang tidak profesional.
22
23
24
25