You are on page 1of 5

Immunotherapy with a Regweed-Toll-Like Receptor 9 Agonist Vaccine for Allergic Rhinitis

a. Latar Belakang

Konjugasi urutan imunostimulan DNA untuk alergen spesifik menawarkan pendekatan baru dengan pemberian imunoterapi alergen yang mengurangi respon alergi akut . Imunoterapi agents sudah dimulai sejak tahun 1911, naman pemberiannya terbatas oleh potensi reaksi alergi sitemik, termasuk anafilaksis. Pemberian imunoterapi yang cukup sulit diterapkan, karena pemberiannya yang lama dan berkelanjutan. Pada penelitian ini dilakukan pemberian AIC kepada pasien yang memiliki alergi terhadap ragweed, dimana setelah pemberian vaksin ini terjadi penurunan produksi Th2 cytokine, Interlekuin-4 dan interlekuin-5. Maka dari itu dilakukan penyuntikan vaksin secara berturut-turut dan dimonitor hingga 2 musim berikutnya,

b. Metode Metode penelitian ini dilakukan menggunakan randomized, double-blind, placebo-controlled phase 2 trial. Penelitian ini dilakukan kepada sample dengan usia 25-60 tahun, memiliki riwayat rhinitis alergi musiman, skin test puncture (+), respon positif pada percobaan langsung pemberian ragweed-pollen dan bersin-bersin (> 3x). Metode ini mengambil sample secara acak, yaitu sebanyak 25 orang. Kemudian dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu : 1. Kelompok pertama sebanyak 14 pasien diberikan 6 suntikan dengan vaksin baru AIC 1 kali setiap minggu secara terus menerus. 2. 11 pasien diberikan plasebo 1 kali seminggu selama 6 minggu Vaksin mulai diberikan sebelum musim ragweed dimulai dan dimonitor selama 2 musim berikutnya. c. Study Design Sample yang telah terbagi menjadi 2, mendapatkan masing masing enam kali suntikan vaksin. Dan vaksin diberikan pada interval mingguan sebelum memasuki musim ragweed(2001). Dimana dosis suntikan akan dimulai dari 0,06, 0.3, 1,2, 3,0,

6,0 dan 12,0g. Dosis disesuaikan dengan gejala yang timbul. Setelah menyelesaikan percobaan musimragweed pertama, sample dapat memilih untuk melanjutkan percobaan atau tidak dan 17 dari 25 sample setuju melanjutkan percobaan. Tidak ada perubahan dalam pemberian dosis terhadap pasien pada musim ke dua ragweed(2002). Kemudian dievaluasi kembali yaitu efek samping, skor gejala, pengobatan dan respon imun.

d. Statistical Analysis Pengukuran analisa digunakan untuk menguji perbedaan antara pemberian AIC dan Plasebo, melalui penggunaan pengobatan serta perbedaan interaksi yang terjadi. Perbedaan antara kelompok yang diberi AIC dan plasebo dapat dilihat dengan menggunakan nalai dasar yaitu nilai P kurang dari 0,05 untuk hasil primer dan 0,01 untuk hasil sekunder. Hasil ini menunjukkan statistik yang signifikan. Nilai statistik ini dilihat berdasarkan keluhan yang timbul selama periode musim. Wilcoxon ranksum melakukan pengujian untuk membandingkan nilai ratarata pada waktu yang diberikan untuk respon kekebalan serum, beberapa respon imun selular, dan hasil dari challange nose, termasuk nilai baku dan perbedaan dari awal. Wilcoxon signedrank uji digunakan untuk dalam kelompok perbandingan respon imun serum. Uji chi-square digunakan untuk menganalisis hasil basofil.

e. Result Patients

Sample didapatkan sebanyak 25 yang diambil secara acak. Kemudian sample dibagi

menjadi 2 kelompok, dimana kelompok pertama (14

sample) mendapatkan AIC, 1 sample mengundurkan diri karena pengobatan dan yang tidak dengan

sebelumnya berhubungan

percobaan, 1 relokasi, 1 tidak

ada keterangan, 1 mengundurkan diri sebelum dimulai imunoterap. Dan kelompok ke 2 (11 sample) mendapat plasebo, 2 keluar sebelum memasuki musim ragweed pertama, 1 karena ketidak patuhan dengan aturan percobaan dan 1 karena kesalahan penjadwalan. Dari 19 pasien dalam studi pada akhir musim ragweed pertama, 17 setuju untuk melanjutkan studi. Dan 15 pasien (9 pasien mendapat plasebo dan 6 mendapat AIC) dan dapat menyelesaikan percobaan ini hingga musim ragweed ke dua. Dari 25 pasien dengan gejala Alergi selama musim ragweed adalah 60% lebih rendah untuk 14 yang menerima vaksin baru AIC, dibandingkan dengan kelompok plasebo

f. Safety Pemberian imunoterapi antara AIC dan Plasebo, tidak menimbulkan pola sistemik yang merugikan atau efek samping yang merugikan, dan hasil laboratorium klinis yang tidak signifikan. Kedua imunoterapi ini sama-sama menimbulkan reaksi local yaitu eritema. Secara keseluruhan pada 23 pasien selama tahun pertama 54% (AIC) dan 46% (Plasebo), dari jumlah tersebut 83% ringan/sedang dan 17% parah

g. Discussion 6 injeksi regimen AIC bermanfaat untuk mengurangi gejala alergi. Tidak ada gejala efek samping yang serius timbul. Sebagai kesimpulan, penelitian ini memberikan awal bukti bahwa pemberian enam injeksi AIC mengurangi gejala rhinitis alergika selama musim ragweed. Selanjutnya, efek klinis yang timbul terkait dengan besarnya pemberian AIC dapat bertatahan lama dipengaruhi modulasi kekebalan tubuh. Meskipun mekanisme yang mendasari manfaat klinis memerlukan penyelidikan lebih lanjut, vaksin AIC memiliki sifat yang membuatnya lebih unggul kualitatif alergen standar imunoterapi. Skala besar fase 3 studi diperlukan untuk menentukan peran AIC sebagai pilihan terapi pada rhinitis alergika terutama pada musim ragweed. Keterbatasan penelitian serta kekurangan pengaruh serta keamanan penggunaan AIC dalam jangka panjang belum diketahui. Oleh karena itu diperlukan tambahan percobaan klinis dengan ditindak lanjuti secara keamanan dan efektivitas klinisnya.

You might also like