Professional Documents
Culture Documents
Ir. Laksmi Utami, MA Gagah Wulung Pamungkas Yusrani Oktarina Puteri (052.06.032) (052.07.088)
KOLONIAL KLASIK
konstruksi yang sama masih digunakan pada kebanyakan bangunan di Indonesia sampai sekarang
bangunan tua tidak dirawat dengan baik, menjadikannya terlihat kotor sehingga keindahan dari bangunan tersebut berkurang
bangunan komersial yang dibangun Belanda, sebuah fasad yang menarik dari jendela-jendela dengan panel-panel kaca, dengan pendekatan atap khas tropis
Sebuah pintu dari sebuah rumah kolonial dengan gaya yang khas, panel pintu dibuat dari kayu, dilengkapi dengan sistem pengunci.
rumah toko dapat menjadi sangat menarik. Karena rumah-rumah kolonial biasanya menggunakan plafon tinggi, tampilan depan lantai satu bisa dibagi dua; bagian pintu dan jendela, dan bagian jendela-jendela atas
Toko kue Ini adalah ekspresi lain dari arsitektur bangunan kolonial, Dinding putihnya dan kanopi sebagai tambahan dari arsitektur tropis
Tahun 1800-an (awal abad ke 19) sampai dengan tahun 1902 Pemerintah Belanda mengambil alih Hindia Belanda dari VOC. Setelah pemerintahan tahun 1811-1815 wilayah Hindia Belanda sepenuhnya dikuasai oleh Belanda. Pada tahun 1865 oleh karena jarak yang jauh dan komunikasi yang sulit dengan Pemerintah Belanda sehingga perkembangan kemajuan arsitektur modern di Belanda tidak sampai gemanya ke Indonesia.
Pada saat itu, di Hindia Belanda terbentuk gaya arsitektur tersendiri yang dipelopori oleh GubernurJenderal HW yang dikenal dengan the Empire Style, atau The Ducth Colonial Villa: Gaya arsitektur neo-klasik yang melanda Eropa (terutama Prancis) yang diterjemahkan secara bebas. Hasilnya berbentuk gaya Hindia Belanda yang bercitra Kolonial yang disesuaikan dengan lingkungan lokal, iklim dan material yang tersedia pada masa itu. Pada periode ini, gaya neoklasik merupakan gaya arsitektur yang sangat cocok untuk mengungkapkan kemegahan kemaharajaan
KOLONIAL CIREBON
PRAPATAN KEJAKSAAN
STASIUN KEJAKSAAN
KERATON CIREBON
Arsitektur yang sangat kental sentuhan barat pada bangunan di Bandung yaitu: 1. Art Nouveau, salah satu tokohnya adalah PAJ Moojen (1907) 2. Art Deco, oleh arsitek generasi berikutnya di tahun 1920-an
Menurut C.P. Wolff Schoemaker, Arsitektur Indo-Eropa berciri sebagai berikut : Sosok bangunan umumnya simetris Memiliki ritme vertikal dan horizontal yang relatif sama kuat Konstruksi bangunan disesuaikan dengan iklim tropis, terutama pada pengaturan ruang,masuk sinar matahari, dan perlindungan hujan
Bangunan bangunan kolonial bergaya arsitektur Indo eropa yaitu Gedung Sate, J. Gerber (1920-1924) Aula Barat ITB, Ir H. Maclaine Point (1920) kedua bangunan ini dipuji oleh Petrus Berlage saat kunjungannya ke Bandung, karena arsitekturnya yang merespon budaya & iklim setempat Masjid Cipaganti, C.P. Wolff Schoemaker Villa Merah ITB, C.P. Wolff Schoemaker Rumah-rumah peristirahatan Belanda di Bandung
GEDUNG SATE (1920 - 1924) Gedung Sate saat ini berfungsi sebagai Kantor Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Barat. Gedung Sate pada Zaman Kolonial Belanda dikenal dengan nama bangunan Gouvernements Bedrijven disingkat GB atau Pusat Instansi Pemerintahan. Gedung Sate dirancang oleh arsitek Belanda Ir. J. Gerber dari Jawatan Gedung-gedung Negara (landsgebouwendients), dibantu oleh sebuah tim yang terdiri dari: Kol. Genie (Purn.) V.L. Slor dari Genie Militair, Ir. E.H. De Roo dan Ir. G. Hendriks yang mewakili Burgerlijke Openbare Werken (B.O.W) atau DPU sekarang dan Gemeentelijk Bouwbedriff (Perusahaan bangunan Kotapraja) Bandung.
Langgam arsitektur Gedung Sate terinspirasi gaya bangunan Italia di Zaman Renaissance , Memberikan kesan anggun, indah, megah, dan monumental. Selain itu adanya pemakaian elemen lengkungan yang ritmis, berulang-ulang (repetisi) sehingga menciptakan irama arsitektur yang menyenangkan, indah dan unik.
Bagian atasnya yang menjulang menyerupai tusukan sate, karenanya secara popular rakyat memberi nama gedung itu Gedung Sate .
Pada dinding fasade depan Gedung Sate terdapat ornamen berciri tradisional, seperti pada bangunan candi-candi Hindu. Sedangkan ditengah-tengah bangunan induk gedung Sate, tegak berdiri menara dengan atap bersusun atau yang disebut tumpang seperti Meru di Bali atau atap Pagoda
GEDUNG MUSEUM MANDIRI Museum yang menempati area seluas 10.039 m2 ini pada awalnya adalah gedung Nederlandsche HandelMaatschappij (NHM) atau Factorji Batavia yang merupakan perusahaan dagang milik Belanda yang kemudian berkembang menjadi perusahaan di bidang perbankan.
Gedung ini terdapat persis didepan Stasiun Kota Jakarta dan berada tepat di sebelah gedung NIHB yang sekarang menjadi Museum Bank Indonesia.
FASAD Gedung NHM ini memiliki 2 arsitektur bergaya Eropa yakni Art Deco yang menonjolkan kemegahan bangunannya, hal ini terlihat dari lantainya yang bermotif mozaik, pilar-pilar berukuran besar, hall yang sangat luas, ragam hiasan kaca patrinya yang mempunyai warnawarna eksotik serta atap disetiap lantainya yang berukuran sangat tinggi
gaya arsitektur lainya adalah Nieuwe Zakelijk yang berarti bisnis model terbaru. Hal ini jelas terlihat dari interior dan eksterior yang menonjolkan bentuk siku-siku disetiap bangunan (komponen) bangunannya sehingga memberikan kesan megah dan berkelas tinggi
Bahan bangunannya seperti marmer, kayu jati, besi tempa, berbagai macam jenis ubin (tegel) memiliki kualitas tinggi.
Pada lantai ini terdapat ruang khazanah/kluis atau bisa disebut ruang Brandkast untuk menyimpan surat-surat berharga seperti saham, obligasi dll yang memiliki akses langsung ke bagian persahaman yang berada di lantai Begane Grond (lantai dasar) serta ruang Kaskluis untuk menyimpan uang tunai yang juga mempunyai akses langsung ke bagian Kas Afdeeling (bagian kas) Di samping kiri dan kanan ruangan terdapat 2 lorong yang menuju ke arah lift uang, difungsikan sebagai lalu lalangnya para petugas, juga difungsikan sebagai tempat disemayamkannya para Direksi yang meninggal sebelum dibawa ke negerinya. Di lantai ini juga terdapat pabrik percetakan kertas, yang sekarang difungsikan sebagai tempat parkir dan terdapat area ruang pembuatan mebel, parkir sepeda, pembuatan alat-alat percetakan (stempel), taman, dll.
BAGIAN KAS
LORONG
2.
AUDITORIUM
ATM
CHINESEKAS
PUBLIC HALL
KASAFDEELING
RUANG PAMERAN
RUANG ORIENTASI
GIFTSHOP
a.
Bagian Kiri
Diperuntukan untuk pengurusan surat-surat berharga seperti saham, obligasi, dsb dan pada bagian ini memiliki akses langsung ke lantai Souterrain (Basement) untuk menyimpan langsung surat-surat berharga tersebut di ruang kluis (tempat penyimpanan surat-surat berharga), serta terdapat ruang pembukuan.
Diperuntukan untuk urusan kas, termasuk didalamnya bagian perkreditan perjalanan, ruang kas bagi orang-orang Cina dan ruang administrasi bagi perbankan. Pada lantai ini juga terdapat meja teller sepanjang 122 m yang dibagi menjadi bagian perkreditan, penggadaian, deposito, inkaso, giro, kredit perjalanan, dll serta pada bagian belakang lantai ini terdapat ruang makan (koffie kamer) bagi para pekerja, karyawan, direksi dan wanita.
b.
Bagian Kanan
2.
Digunakan sebagai ruang kerja para direksi dan ruang rapat besar. Sisi kanan lantai III dikhususkan untuk Presiden Nederlandsche Handel Maatschappij Setiap ruangan pada Direksi dibedakan pada lantai dan wastafel di setiap ruangan, Direksi Perbankan lantainya berwarna merah dengan wastafel warna hijau, Presiden NHM lantainya berwarna agak gelap dengan wastafel warna putih, dan Direksi Perkebunan mempunyai lantai berwarna biru dengan wastafel warna abu-abu, setiap ruangan ini juga mempunyai ruangan untuk ganti baju. Sedangkan pada sisi sebelah kiri terdapat laboratorium, ruang training para karyawan, ruang kepala bagian dan ruang kerja karyawan bidang administrasi perkebunan.
PEPUSTAKAAN
KORIDOR DALAM
RUANG KEPEGAWAIAN
RUANG NUMISMATIK
RUANG PENGHARGAAN
3.
Bagian ini sebagian besar diperuntukan untuk bagian pengarsipan dan ruangan lainnya berfungsi sebagai ruang penjilidan majalah dan ruang kontrol kemanan. 4. 1e dan 2e Afdeling (Lantai Department/Bagian I dan II)
Pada bagian ini diperuntukan untuk loker dan toilet bagi para pekerja. 5. Zolder Verdieping (Loteng) Bagian ini diperuntukan untuk tempat mesin sirkulasi udara.
6. Taman
ORNAMEN
Menuju ke atas, kita dapat melihat mozaik dari kaca patri yang indah, mirip dengan yang pernah kami lihat di Lawang Sewu, Museum Bank Indonesia. Mozaik tersebut menggambarkan keadaan 4 musim yang dialami di belahan Eropa dan juga tokoh nakhoda kapal Belanda, Cornelis de Houtman.
TANGGA
Tangga menghubungkan antara lantai satu ke lantai lainnya Pada tangga dalam bangunan ini memiliki unsur kolonial pada bagian material lantai tangga.
ELEMEN
ELEMEN INI TERDAPAT PADA BEBERAPA UNSUR BANGUNAN, SEPERTI LANTAI,DINDING DAN RAILING TANGGA
LANTAI YANG TERBUAT DARI TUMPUKAN BATU BATA LANTAI TERBUAT DARI KERAMIK MOZAIK YANG BERPADU DENGAN KACA
DETAIL
PADA SISI DALAM BANGUNAN TERDAPAT PENAHAN PANAS BAGIAN INI MENJADI PENYESUAIAN BANGUNAN, TERHADAP IKLIM TROPIS INDONESIA.
Pada bagian luar bangunan terdapat elemen-elemen yang timbul, sebagai salah satu ragam hias
Unsur kolonial terdiri dari elemen-elemen arsitektur berciri gaya klasik Eropa, seperti order ionic, doric, porch, pilaster, architrave, gable, tympanum, pelengkung bentuk parabola, dll Setiap dinding bangunan rata-rata memiliki ketebalan sekitar 30 cm, dengan kedudukan kusen pintu dan jendela yang tinggi (ambang kusen atas antara 2,30 - 2,60 meter dari permukaan lantai Sosok bangunan umumnya simetris Konstruksi bangunan disesuaikan dengan iklim tropis, terutama pada pengaturan ruang,masuk sinar matahari, dan perlindungan hujan
KESIMPULAN