You are on page 1of 3

Degenerasi wallerian Degenerasi wallerian merupakan suatu proses yang terjadi akibat terpotong atau rusaknya serabut saraf

dimana bagian akson terpisah dari badan sel saraf sehingga bagian distal dari cedera tersebut berdegenerasi. Hal ini juga dikenal sebagai degenerasi anterograde atau degenerasi ortograde. Suatu proses terkait yang dikenal sebagai wallerian-like degerasi terjadi pada berbagai penyakit neurodegeratif, terutama pada penyakit dengan transpor akson yang terganggu. Penelitian-penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kegagalan untuk

mengirimkan jumlah protein akson yang diperlukan yaitu NMNAT2 merupakan kunci dari proses ini. Degenerasi wallerian terjadi setelah cedera akson, baik pada sistem saraf tepi ataupun sistem saraf pusat. Hal ini terjadi pada bagian distal dari bagian akson yang mengalami cedera dan biasanya terjadi 24-26 jam setelah terjadinya lesi. Sebelum terjadi degerasi, bagian distal dari akson ini cenderung untuk tetap dapat mengalami eksitasi. Setelah terjadi cedera kerangka akson terdisintegrasi dan membran akson hancur. Degenerasi akson diikuti oleh degradasi selubung myelin dan infiltrasi makrofag. Makrofag-makrofag ini disertai oleh sel schwann berperan untuk membersihkan sisa-sisa dari degenerasi tersebut. Serat saraf neurolemma tidak mengalami degenerasi dan tetap menjadi tabung kosong. Dalam waktu 96 jam dari saat terjadinya cedera, ujung distal dari serabut saraf proksimal dari lesi mengirimkan sinyal menuju tabung ini dan sinyal-sinyal ini menyebabkan produksi faktorfaktor pertumbuhan dari sel-sel schwannn pada tabung tersebut. Jika sinyal ini mencapai tabung maka akan terjadi pertumbuhan dan memanjang 1 mm per hari, sehingga pada akhirnya mencapai dan menginervasi jaringan sasaran. Jika sinyal ini tidak dapat mencapai tabung karena celah yang terlalu lebar atau adanya pembentukan jaringan parut, maka pembedahan dapat membatu sinyal tersebut mencapai tabung ini. Regenerasi ini lebih lambat pada medula spinalis dibandingkan sistem saraf tepi. Perbedaan mendasar adalah pada sistem saraf pusat termasuk medula spinalis, selubung myelin diproduksi oleh oligodendrosit dan bukan oleh sel schwann. Sejarah Degenerasi wallerian dinamakan menurut augustus volney waller. Waller bereksperiman pada katak tahun 1850 dengan melukai saraf glossopharingeus dan hipoglosus. Dia kemudian mengamati bagian distal dari lokasi cedera pada saraf tersebut dimana telah terpisah dari

badan sel dari batang otak. Waller menyatakan disintegrasi myelin yang dia sebut medula menjadi partikel dengan ukuran yang bervariasi. Degenerasi akson menghasilkan droplet yang dapat diwarnai, sehingga dapat diteliti saraf-saraf yang terkait. Degenerasi akson Walaupun cedera pada umumnya menyebabkan respon peningkatan sinyal kalsium untuk menutupi bagian yang cedera, cedera akson pada awalnya akan menyebabkan degenerasi akson akut, dimana terjadi pemisahan cepat antara bagian proksimal (bagian yang terdekat dengan badan sel) dan bagian distal dalam waktu 30 menit setelah cedera. Degenerasi diikuti dengan pembengkakan aksolemma, dan pada akhirnya terjadi pembentukan yang mirip tasbih. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 24 jam pada sistem saraf tepi dan lebih lama lagi pada sistem saraf pusat. Mekanisme yang menyebabkan degerasi aksolemma masih belu diketahui. Walaupun demikian penelitian menyebutkan bahwa proses degenerasi akson akut tidak dipengaruhi oleh kasium. Degenerasi granular dari sitiskeleton akson dan orgeanel dalam terjadi setelah degradasi aksolemma. Perubahan awal termasuk akumulasi mitokondria pada daerah paranodal dilokasi kerusakan. Retikulum endoplasma mengalami degradasi dan mitokondria yang membengkak pada akhirnya berdisintegrasi. Mikrotubulus mengalami depolimerisasi yang kemudian diikuti oleh degradasi neurofilamen dan komponen sitoskeleton lainnya. Proses disitegrasi ini dipengaruhi oleh ubiquitin dan calpain protease, sehingga merupakan proses aktif dan bukan proses pasif seperti yang disalahartikan sebelumnya. Sehingga akson mengalami fragmentasi sempurna. Kecepatan degradasi tergantung pada jenis cedera dan lebih lambat pada sistem saraf pusat daripada sistem saraf tepi. Faktor lain yang mempengaruhi kecepatan degradasi adalah diameter akson: semakin besar akson maka dibutuhkan waktu yang lebaih lama agar sitoskeleton untuk berdegradasi sehingga semakin lama degenerasinya. Myelin clearance Myelin merupakan membran fosfolipid yang membungkus akson untuk memberikan insulasi. Myelin diproduksi oleh sel schwaan di sistem saraf perifer dan oleh oligodendrosit di sistem saraf pusat. Myelin clearance merupakan langkah selanjutnya pada degenerasi wallerian yang mengikuti degenerasi akson. Pembersihan debris myelin berbeda antara sistem saraf pusat dengan sistem saraf tepi. Pada sistem saraf tepi pembersihan debris myelin lebih cepat dibandingkan pada sistem saraf pusat, dan diketahui bahwa yang menyebabkan perbedaan ini

adalah sel schwann. Faktor lainnya adalah perubahan permeabilitas sawar darah jaringan pada kedua sistem ini. Pada sistem saraf tepi, terjadi peningkatan permeabilitas pada bagian distal, sedangkan pada sistem saraf pusat kerusakan sawar hanya pada lokasi cedera. Pembersihan pada sistem saraf tepi Reaksi sel schwan terhadap cedera akson sangat cepat. Periode reaksi diperkirakan setelah terjadi degenerasi akson. Neuregulins dipercayai sebagai faktor yang berperan pada aktivasi cepat. Neuregulins mengaktivasi reseptor ErbB2 pada mikrovili sel schwann yang mengakibatkan aktivasi mitogen-activated protein kinase (MAPK). Walaupun aktivitas MAPK telah diteliti, namun mekanisme reaksi sel schwann terhadap cedera masih belum dipahami. Mekanisme ini diikuti berkurangnya sintesis lipid myelin dan akhirnya berhenti setelah 48 jam. Selubung myelin terpisah dari akson pada insisura schmidt-lanterman petrama dan mengalami deteriorasi cepat membentuk seperti tasbih. Sel schwann kemudian melanjutkan denris myelin dengan mendegradasi myelin mereka sendiri, fagosistosis myelin ekstra selular dan menarik makrofag untuk fagositosis debris myelin selanjutnya. Walaupun demikian makrofag tidak ditarik ke daerah tersebut pada hari-hari pertama sehingga sel schwann mengambil peran utama dalam pembersihan myelin hinga saat ini. Sel schwann telah diteliti untuk menarik makrofag melalui pelepasan sitokin dan kemokin setelah merasakan adanya cedera akson. Penarikan makrofag memperbaiki kecepatan pembersihan debris myelin. Makrofag setempat terdapat pada saraf mengeluarkan kemokin dan sitokin untuk menarik makrofag lebih banyak. Saraf yang berdegenerasi juga memproduksi molekul kemotaksis makrofag. Sumber penarikan makrofag lainnya adalah serum. Penarikan makrofag tertunda pada tikus dengan defisiensi sel B dengan serum antibodi yang rendah. Sinyal molekul-molekul ini bersama menyebabkan peningkatan makrofag yang mencapai puncaknya pada minggu ketiga setelah cedera. Saat sel schwann memediasi proses awal dalan pembersihan debris myelin, makrofag menyelesaikan proses ini. Makrofag difasilitasi oleh opsonin yang berperan pada pembersihan debris. Tiga grup utama yang ditemukan pada serum antara lain komplemen, pentraksin dan antibodi. Namun hanya komplemen yang membantu fagositosis debris myelin.

You might also like