You are on page 1of 150

1

1.

KONSENTRASI, DAN EKIVALEN

MOLEKUL,

MOL,

KONSENTRASI Konsentrasi suatu larutan ialah banyaknya zat terlarut di dalam suatu satuan volume larutan tertentu atau sejumlah zat terlarut di dalam sejumlah massa tertentu dari suatu larutan. Bilangan Avogadro = 6,023 x 1023 1 mol = 6,023 x 1023 molekul 1 gr atom = 6,023 x 1023 atom 1 gram = 6,023 x 1023 ion 1 eq = 6,023 x 1023 elektron
2

2. EKIVALEN

Mr E = n = valensi dari atom, n molekul atau ion


Penentuan E (massa ekuivalen) tergantung pada reaksi kimia. Karena banyak senyawa-senyawa dapat bereaksi lebih dari satu macam reaksi dengan senyawasenyawa atau zat-zat lain, maka satu senyawa dapat mempunyai lebih dari satu ekivalen.
3

Contoh: 1. MnO4- + 1 e 2. MnO4- + 4 H+ + 3e 3. MnO4- + 8 H+ + 4e 4. MnO4- + 8 H+ + 5e

MnO42MnO2 + 2 H2O Mn3+ + 4 H2O Mn2+ + 4 H2O

Jadi massa ekivalen permanganat adalah massa molekulnya dibagi satu, tiga, empat atau lima, tergantung pada bagaimana reaksi berlangsung. Hal yang sama terdapat pada asam-asam dan basa-basa.
4

Massa ekuivalen biasanya sama atau kurang dari massa molekulnya, tetapi ada juga beberapa contoh di mana Massa ekuivalen lebih besar dari massa molekul

Selain pengertian ekuivalensi, berat ekuivalen (B.E.) dikenal pula pengertian gram ekuivalen atau grek. Grek ialah berat ekuivalen yang dinyatakan dalam gram. B.M. B.E. ! n Grek ! B.E. v 1 gram B.M. Grek ! v 1 gram n Grol Grek ! n 1 Grek ! v grol n

Contoh Soal :
Berapakah B.E. SO3 sebagai asam di dalam air? SO3 secara tidak langsung melepaskan ion hidrogen melalui reaksinya dengan air. SO3 + H2O === H2SO4=== 2 H+ + SO421 molekul SO3 1 grol SO3 B.E. B.E. = 2 ion H+ = 2 grol H+ = B.M. / 2 = 80,07/2 = 40,04 g/eq
7

Untuk reaksi pembentukan benda-benda elementer atau garam-garam, maka harus dipegang sebagai patokan ialah ion-ion atau molekul yang mengandung jumlah valensi yang terbesar, yaitu yang diperlukan dalam suatu reaksi. Misalnya :
Ag+ + ClAg+ + CrO42Ba2+ + SO42Al3+ + SO42AgCl Ag2CrO4 BaSO4 Al2(SO4)3 1 grek AgCl = 1 grol 1 grek Ag2CrO4 = grol 1 grek BaSO4 = grol 1 grek Al2(SO4)3 = 1/6 grol

n = (tata valensi) suatu ion dalam ion senyawa


8

SATUAN KONSENTRASI
I. Jumlah massa yang terlarut dalam jumlah massa pelarutnya atau dalam seluruh massa larutannya.

jumlah massa zat terlarut (solute) ! jumlah massa zat pelarut (solvent) jumlah massa zat terlarut (solute) ! jumlah seluruh larutan (solution)
9

a. Persen berat (W/W %) ialah jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.

W P! v 100 % W  W0 P ! persen berat W ! jumlah gram zat terlarut W0 ! jumlah gram zat pelarut

10

Contoh soal :
1.

15 gram NaOH dilarutkan dalam 150 gram air. Hitunglah berapa W/W % NaOH yang terdapat di dalam larutan. 15 P! v 100 % ! 9,1% 15  150

2. HCl pekat mempunyai BJ 1,19 g/mL dan kadarnya 37% berat HCl. Berapa ml larutan HCl tersebut harus diambil untuk mendapatkan 5,0 gram HCl? 1,19 g/mL v 0,37 ! 0,44 g HCl/mL 5,0 ! 11,44 mL 0,44 g/mL

11

b. Molalitas (molality)/(m) ialah banyaknya mol atau grol zat terlarut dalam 1000 gram zat pelarut. Jadi di dalam hal ini larutan lebih besar daripada 1000 gram karena larutan terdiri dari zat terlarut dan zat pelarut. Contoh soal : Apakah yang dimaksud dengan 6 m HCl? Artinya : Ke dalam 6 grol HCl ditambahkan 1000 gram air.
12

Contoh soal: Larutan asam asetat mengandung 80,8 gram asam cuka B.M. 60,1 dalam satu liter larutan pada 200 C mempunyai BD. 1,0097. Berapa molal larutan? BD. Larutan 1,0097 = 1.0097 g/mL Volume larutan 1 liter Massa zat pelarut = 1009,7 80,8 g = 928,9 g 80,8 grol zat terlarut ! ! 134 grol , 60,1 1000 molal asam asetat ! v 134 ! 1 45 molal , , 928,9 (1,45 grol per 1000 g air)
13

c. Mol Fraksi / Mole Fraction (X) ialah perbandingan banyaknya grol satu komponen zat terlarut dengan seluruh jumlah grol komponen larutan. Bila larutan terdiri dari dua komponen, yaitu komponen zat larut dan komponen zat pelarut, maka: mol fraksi zat terlarut : dimana: n1 X1 ! X = mol fraksi n1  n 2
mol fraksi zat pelarut : n2 X2 ! n1  n 2
n1 = mol zat terlarut n2 = mol zat pelarut

14

Bila campuran terdiri dari lebih dua komponen, n1 maka :


X1 ! n1  n 2  n 3  n 4  ...... n2 X2 ! n1  n 2  n 3  n 4  ...... bila m ! banyaknya gram zat dan M ! B.M. zat, m maka n ! grol M untuk mol fraksi :
m1

X1 ! X1 !

M1

m1

 m2 M2  m3 M3  m 4 M4  ...... M1
M1

m1

7 mM

15

Contoh soal: Barapa mol fraksi dari zat terlarut dan zat pelarut di dalam larutan yang mengandung 200 g NaOH (B.M. 40) di dalam 1500 g air (B.M. 18)?
200 g ! 5,00 grol NaOH : n1 ! 40 g / grol 1500 g Air : n 2 ! ! 83,4 grol 18 g / grol 5,00 mol fraksi NaOH ! X NaOH ! X1 ! ! 0,0566 5,00  83,40 83,40 mol fraksi air ! X air ! X 2 ! ! 0,943 5,00  83,40
16

d. Mol persen/Grol persen ialah jumlah grol satu komponen dalam 100 grol larutan. Mol % = mol fraksi x 100%

Contoh soal: Larutan mengandung zat terlarut, NaCl 0,01 grol dan zat pelarut, air 0,04 grol. Berapa mol % NaCl dan mol % air?

17

Jawaban :

0,01 ! 0,2 X NaC l ! 0,01  0,04 mol % NaCl ! 0,2 v 100% ! 20% 0,04 ! 0,8 X H2O ! 0,01  0,04 mol % H2 O ! 0,8 v 100% ! 80%

Untuk mengadakan koreksi pada perhitungan dengan mempergunakan mol fraksi dan mol % hendaknya perlu diperhatikan hal-hal sbb: X1+X2+X3++Xz = 1 mol % I+mol% II+mol% III+.+mol% Z= 100%
18

JUMLAH MASSA ZAT TERLARUT (SOLUTE) DALAM SEJUMLAH VOLUME LARUTAN (SOLUTION) TERTENTU jumlah massa zat terlarut Konsentras i ! jumlah volume laru tan

19

e. Molaritas/Molarity (M, grol/L) ialah jumlah grol zat terlarut dalam satu liter larutan.
jumlah grol zat terlarut (solute) M! jumlah liter larutan (solution) jumlah mgrol zat terlarut (solute) M! jumlah mililiter larutan (solution)

20

Contoh soal: Berapakah molaritas larutan NaOH bila dilarutkan 20 gram NaOH (B.M. 40) ke dalam 500 mL air? Jawab: 20 Jumlah grol NaOH = = 0,5 grol 40 0,5 grol Molaritas NaOH = =1M 500 mL Pada 30o C larutan 10 ml NaOH mempunyai B.D. 1,30. Berapakah molaritas larutan?

21

Jawab :
Larutan 10 mL NaOH = 10 grol NaOH dalam 1000 g pelarut (dalam 1000 g H2O). = 10 X 40 gram NaOH = 400 gram NaOH dalam 1000 gram H2O. Massa seluruh larutan = 400 g+1000 g = 1400 g Maka volume larutan =1400 g/1,30 g.ml-1= 1080 mL Maka molaritas larutan NaOH :
10 grol 10 .000 mgrol ! ! 9,3 M 1080 mL 1080 mL Perumusan untuk molar dapat pula diturunkan sbb:
gram mgram B .M.

M!

liter

M!

B.M.

mililiter
22

f. Formalitas/Formality (F. Formal) ialah berat formula zat terlarut dalam satu liter larutan.Sistem formalitas akhir-akhir ini lebih banyak dipergunakan. Terdapat sesuatu hal yang tidak logis yang sering pada umumnya dipergunakan dalam sistem molar. Kita melarutkan 1 grol NaCl (B.M. 58,44) ke dalam satu liter larutan, Larutan ini mempunyai konsentrasi 1 M. Tetapi grol atau mol mempunyai hubungan istilah dengan molekul (berat gram molekul = grol).
23

Biarpun sebenarnya tidak terdapat molekulmolekul NaCl, baik sebagai zat asalnya maupun di dalam larutannya, karena NaCl hanya terdapat dalam bentuk ion-ion Na+ dan Cl-. Oleh karenanya terdapat beberapa penulis beranggapan bahwa 58,44 g NaCl disebut sebagai berat satu formula (formula weight) daripada satu grol. Maka larutan di atas sebaiknya disebut 1 F (formal). Larutan seolah-olah mempunyai konsentrasi 1 M Na+ dan 1 M Cl-. Sama halnya larutan 1 F FeCl3 mempunyai konsentrasi molar yang bermacam-macam untuk ion-ion Fe3+, FeCl2+, FeCl2+.
24

g. Normalitas/Normality (N, grek/L atau mgrek/mL) ialah jumlah grek zat terlarut dalam satu liter larutan.

grek mgrek g mg N! ! ! ! Liter mL B.E. v Liter B.E. v mL


1 eq = 1 grol = 1000 meq = 1000 mgrol

25

Contoh soal : 1. Berapakah normalitas suatu larutan NaCl dalam 0,005 liter air yang mengandung NaCl sebanyak 0,002 grol? Jawab: 0,002 grek 2,00 mgrek

N!

0,005 L

5,00 mL

! 0,4 N

2. Berapa gramkah terdapat dalam larutan 4,7 liter yang konsentrasinya 0,201 N Na2CO3? Jawab: 2 Na+ + CO32-==== Na2CO3 B.E. = B.M. = X 105,99 = 53,0 gram = N X B.E.X L = 0,201 X 53 X 4,7 = 50 gram
26

3. HCl pekat dengan B.D. 1,19 dan mengandung 37% berat. Berapa ml HCl yang dibutuhkan untuk membuat 2 liter 0,15 N HCl ? Jawab: 2 liter atau 2000 mL 0,15 N larutan terdapat = 2000 mL X 0,15 mgrek/mL = 300 grek. B.D.= 1,19 g/mL = 1190 mg/mL, konsentrasi 37%. Jadi setiap mL HCl pekat mengandung = 37/100 X 1190 mg = 439,60 mg = 439,60/36,5 mgrek = 11,8 mgrek,

27

atau setiap mL HCL pekat mengandung

1190 mg mL v 0,37 ! 11,8 mgrek mL 36 ,5 mgrek mL maka HCl pekat yang diperlukan : 300 mgrek mL ! 25 mL mgrek 11,8 mL

28

h. Persen Volume/Persen by Volume (v/v%) ialah jumlah mililiter zat terlarut dalam 100 mL larutan.
v % ! jumlah mL zat terlarut (solute) v 100 mL larutan (solution) v % ! V v 100 % v V  V0

V = jumlah mL zat terlarut V0= jumlah zat pelarut

29

Contoh soal : 95 mL alkohol dilarutkan dalam 5 mL air. Berapa % volume dari alkohol tersebut ? Jawab : Disini sebenarnya air bukan merupakan pelarut tetapi merupakan zat terlarut karena jumlah terkecil.
95 mL % volume alkohol ! v 100 % ! 95 % 95 mL  5 mL yang tepat ditulis : 95 v v %

30

Bila istilah % dipergunakan di dalam praktek tanpa pemakaian lebih jauh, biasanya dipakai
% berat untuk campuran padat; % volume untuk campuran larutan cair dalam cair; dan % berat volume untuk larutan padat atau gas dalam larutan.

31

4. HUBUNGAN ANTARA DUA SATUAN KONSENTRASI Hubungan antara molaritas dengan normalitas
grek grol dan N ! M! V V gram g ! grol ! B.M. B.M. g M! B.M. v V dan gram g . dan grek ! ! B.E. B.E. g N! B.E. v V g ! B.E. v V v N
32

g ! B.M. v V v M

Telah ditentukan di muka bahwa

B.M. nv g B.E. ! dan N ! n B.M. v V N ! nvM n ! besarnya valensi, jumlah ion H  atau OH - dalam asam atau basa

33

Di samping itu perlu pula diketahui hubungan antara satu satuan dengan satu satuan yang lain, seperti : 1 liter = 1000 mL 1 grol= 1 mol = 1000 mgrol = 1000 mmol 1 grek = 1 eq. =1000 mgrek = 1000 meq. Dengan demikian diperoleh perumusan :

mg N! B.E. v mL

mg dan M ! B.M . v mL
34

Contoh soal: 1. Suatu larutan asam asetat mengandung 80,8 gram asam asetat (B.M.60,1) per liter larutan pada 30oC mempunyai B.D. 1,0097 g.cm-3. Tentukan : a. molar b. molal c. mol fraksi d. % berat Jawab : a. 80 ,8 g mL Molar ! ! 1,34 mgrol liter ! 1,34 M 60 ,1 g grol b.
80 ,8 / 60 ,1 Molal ! v 1000 ! 1,45 m 1009 ,7  80 ,8 ! 1,45 grol / 1000 g H2 O
35

c. Mol fraksi = grol fraksi 80,8 / 60,1 ! 0,025 1. X C H3C O O H ! 80,8 / 60,1  (1009,7  80,8) / 18

2. X H2O ! X total  X C H3C O O H ! 1  0,025 ! 0,975


d. % berat :
80,8 1. CH3 COOH ! v 100% ! 8,00% 1,0097 1,0097  80,8 2. H 2 O ! v 100% ! 92,00% 100,97
36

2. Suatu larutan berair dari ferrosulfat oxicatus sebanyak


41,50 gram FeSO4 di dalam air hingga larutan menjadi 1000 mL pada 18oC. B.D. larutan 1,0375 dan B.M. FeSO4 151,9. Tentukan : a. M b. m d. % berat FeSO4 c. mol fraksi FeSO4 H2O, dan mol fraksi kedua komponen tsb. Jawab : a. Molaritas

gram 41,50 grol FeSO 4 ! ! ! 0,2732 B.M. 151,9 grol 0,2732 molaritas FeSO 4 ! ! ! 0,2732 M liter laru tan 1 liter
37

b. Molalitas gram larutan = volume X B.D. = 1000 X 1,0375 =1037,5 gram gram pelarut = gram larutan gram FeSO4 = 1037,5 41,5 = 996,0 gram

grol FeSO 4 0,2732 molalitas ! ! ! 0,2743 kg pelarut 0,996


c. mol fraksi
996 grol H2 O ! ! 55 ,27 grol 18 ,02 nH2O 55 ,27 X H2O ! ! ! 0,9951 nH2O  nFeSO 4 55 ,27  0,2732 X FeSO !
4

nFeSO 4 nH2O  nFeSO 4

0,2732 ! ! 0,0049 55 ,27  0,2732


38

Mol % : Xtotal = X1 + X2 + Xz = 1 XH2O + XFeSO4 = 0,9951 + 0,0049 = 1,00 mol % H2O = 0,9951 X 100% = 99,51% mol FeSO4 = 0,0049 X 100% = 0,49% d. % berat FeSO4 = W/W % FeSO4

gram FeSO 4 ! v 100 % gram laru tan 41,50 ! v 100 % 1037 ,5 ! 4 ,00 %
39

Contoh-contoh soal hubungan antara M dan N Perlu diingat bahwa larutan 1 grol H+ per satu liter adalah 1 N. Ialah karena 1 grol H+ dapat bereaksi dengan 1 grol basa, sehingga dengan demikian jumlah grol = jumlah equivalen (grek) di mana harga n = 1. 1. Larutan 1 M H2SO4 (98 g/L, B.M. 98) = 2 N karena dapat memberikan 2 eq. H+ atau dengan perkataan lain n = 2. 2. MnO4- + 8 H+ + 5 e === Mn2+ + 4 H2O larutan 1 M KMnO4 (158 g/L, B.M. 158) = 5 N karena n = 5.
40

3. H3PO4 + 3 NaOH ==== Na3PO4 + 4 H2O larutan 0,121 N H3PO4 = 0,0403 M H3PO4 karena dalam reaksinya dapat melepaskan 3 eq. H+ (n=3). 4. H3PO4 + 2 NaOH ==== Na2HPO4 + 2 H2O larutan 0,121 N H3PO4 = 0,0605 M H3PO4 karena dalam reaksinya dapat melepaskan 2 eq. H+ (n=2).

41

5. H3PO4 + 1 NaOH ==== NaH2PO4 + 1 H2O larutan 0,121 N H3PO4 = 0,121 M H3PO4 karena dalam reaksinya dapat melepaskan 1 eq. H+ (n=1). Koefisien 1 sengaja dituliskan untuk perbandingan. 6. Larutan 0,3 N H3PO4 = 0,121 M H3PO4 Karena mengandung 3 H+ (n=3)

42

5. PENGARUH PERUBAHAN PADA KONSENTRASI Dua larutan yang mempunyai konsentrasi yang sama dan volume yang sama mengandung zatzat terlarut yang sama pula dan jumlah zat-zat terlarut tergantung pada kedua faktor ini : konsentrasi (%) dan jumlah larutan (mL). Bila larutan bertambah karena pengenceran maka konsentrasi persentasenya akan menurun dan suatu hubungan timbal balik terdapat diantara kedua hal tersebut.
43

Maka untuk ini didapat suatu hubungan sbb: Konsentrasi x volume larutan = konstan artinya : Const.I x Vol.I = Const.II x Vol.II sehingga dengan demikian didapatlah hubungan sebagai berikut : Persen I x Vol.I = Persen II x Vol.II Normalitas I x Vol.I = Normalitas II x Vol.II Molaritas I x Vol.I = Molaritas II x Vol.II
44

persamaan di atas dapat dipakai untuk berbagai tujuan. Pernyataan I mempunyai arti sebelum pengenceran dan ; Pernyataan II setelah pengenceran atau; I sebagai oksidator dan II sebagai reduktor dapat pula; I sebagai asam dan II sebagai basa dalam netralisasi.

45

Contoh soal : 1. Berapa mL larutan 10% volume harus diambil untuk membuat 60 mL 2% HCl ? % I X V I = % II X V II 10 % X V = 2% X 60 mL

2 v 60 V! ! 12 mL 10
2.

Berapa normalitas larutan HCl, 25 mL yang dapat menetralkan 20 mL 0,50 N NaOH. N I X VI = N II X V II N HCl X V HCl = N NaOH X V NaOH N HCl X 25 = 0,05 X 20,0

NHCl

0,50 v 20,0 ! ! 0,40 N 25

46

3. Ditimbang dengan teliti Na2CO3 murni dilarutkan di dalam air dan dititrasi dengan HCl. Indikator yang dipakai methyl orange, hingga titik eq. Banyaknya HCl yang dipergunakan ialah 30,23 mL. Dan reaksi yang terjadi ialah : Na2CO3 + 2 HCl === 2 NaCl + H2O + CO2 Tentukan normalitas HCl. mgrek HCl = mgrek Na2CO3 B.E. Na2CO3 = 105,99 / 2 = 53,00 mg Na2CO3 VHCl v N HCl ! B.E. Na2CO3 354,2 30,23 v N HCl ! 53,0 N HCl ! 0.2211 mgrek mL
47

4. Suatu bahan baku murni Na2C2O4 sebanyak 0,2734 g dan dilarutkan di dalam air, ditambahkan asam sulfat dan dititrasi pada suhu 70oC, diperlukan 42,68 mL KMnO4. Titik akhir dilampaui dan dititrasi kembali ternyata diperlukan 1,46 mL 0,1024 N larutan H2C2O4. Tentukan normalitas KMnO4. 5 C2O42- + MnO4- + 16 H+ === 2 MnO2+ 10 CO2+ 8 H2O mgrek KMnO4 = mgrek Na2C2O4 karena dilakukan titrasi kembali maka : mgrek KMnO4 = mgrek Na2C2O4 + mgrek H2C2O4
N KMnO4 v VKMnO4 mg Na 2C2O4 !  N H 2C2O4 v VNa 2C2O4 B.E. Na 2C2O4

273 ,4 42 ,68 v N KMnO4 !  1,46 v 0,1024 134 / 2 N KMnO4 ! 0,0991 mgrek mL


48

5. Bila titrasi tidak dilakukan berlebih dan kemudian dititrasi tepat pada titik eq. Maka perhitungan adalah biasa, tidak seperti soal sebelumnya. Bila 30,0 mL AgNO3 (larutan) diperlukan untuk mentitrasi 0,20 g KCN murni (B.M. 65,12), menurut reaksi sbb: Ag+ + 2 CN- ==== Ag(CN)2Tentukan M larutan AgNO3. Pada titik eq : 2 X mgrol Ag+ = mgrol KCN 2 X 30,0 X M = 200,0 / 65,12 M = 0,0512 mgrol/mL

49

KESETIMBANGAN ION-ION (Ionic Equilibria)


1. Teori Asam Basa 1.1. Teori Arrhenius(1887) The Svante Arrhenius Theory Asam : Suatu zat yang apabila dilarutkan dalam air akan memberikan ion hidrogen (H+). Basa : Suatu zat yang apabila dilarutkan dalam air akan memberikan/ melepaskan ion hidroksil (OH-)
50

1.2. Teori Bronsted Lowry (1923) The Bronsted Lowry theory Asam : ialah suatu zat, molekul, atau ion yang dapat memberikan proton (proton donor). Basa : ialah suatu zat, molekul atau ion yang dapat menerima proton (proton acceptor).

51

Tabel 1 : Asam HCl HAc H2CO3 HCO3NH4+ H3 O H2 O ==== ==== ==== ==== ==== ==== ====== == Proton + H+ H+ H+ H+ H+ H+ H+ + + + + + + + Basa konjugasi ClAcHCO3CO32NH3 H2 O OH-

52

Tabel 2 : Basa OH SO42H2 O CNNO2CO32HCO3+ + + + + + + + Proton ==== Asam Konjugasi ==== H2 O H+ HSO4H+ ==== H3 O + H+ ==== HCN H+ ==== HNO2 H+ ==== HCO3H+ ==== H2CO3 H+ ====
53

Hubungan asam konjugasi dan basa konjugasi Protolisa : pemberian suatu proton dari asam ke suatu
basa atau suatu proses di mana di satu pihak terjadi pelepasan proton dan penerimaan proton di pihak lain. Asam + Asam1 + H3O+ + NH4+ + HCl + HNO3 + H2SO4 + Basa Basa2 OHOHNH3 H2O H2O === === === === === === === Basa konjugasi Basa1 H2O NH3 ClNO3HSO4+ + + + + + + Asam konjugasi Asam2 H2O H2O NH4+ H3O+ H3O+
54

1.3. Teori Lewis (1938) Teori Elektronik Asam Basa Asam : ialah zat, molekul, atau ion yang dapat menerima pasangan bebas (PEB/electron pair acceptor, EPA). Basa : ialah zat, molekul, atau ion yang dapat memberikan pasangan elektron bebas (electron pair donor).

55

Beberapa contoh reaksi menurut Lewis :


Asam H+ H+ + + + Basa :F: H:O:H H .. H+ F. . F :B. . F + :N:H H .. :N: H+ .. H === === === === Hasil H :F: .. H H .. H:O:H+ .H . H :N: H+ .F. H. . F :B.: .N: H . . F H
56

===

Proses netralisasi asam basa ialah pembentukan ikatan kovalen. Ikatan kovalen yang terjadi ialah ikatan kovalen koordinasi (ikk). Asam Bronsted tidak sama dengan asam lewis. Asam Lewis tidak mempunyai proton yang dilepaskan. Basa Lewis sama dengan Basa Bronsted karena keduanya merupakan proton donor.
57

Hubungan antara reaksi asam basa dengan reaksi redoks. Asam dan oksidator keduanya cenderung untuk menerima elektron. Asam dengan PEB (pasangan elektron bebas) ----- membentuk ikatan kovalen koordinasi. Oksidator dengan PEB dari reduktor --- untuk milik sendiri. Jadi asam dengan oksidator----- zat yang menyukai elektron disebut zat elektrofilik. Basa dengan reduktor ----- disebut zat elektrodafilik.
58

2. KESETIMBANGAN 2.1. Konstanta Kesetimbangan Equilibrium constant Reaksi kesetimbangan mula-mula secara matematis ditemukan oleh GULDBERG dan WAAGE (1863 1879). Ahli dari Norwegia ini mengemukakan Hukum Pengaruh Massa (the Law of mass action) :
Kecepatan reaksi dalam suatu sistem sebanding dengan konsentrasi zat-zat yang bereaksi, dimana tiaptiap reaksi tersebut dipangkatkan dengan koefisien reaksi yang terdapat dalam persamaan reaksi tersebut.

59

Disosiasi atau ionisasi atau protolisa bersifat reversibel, jadi merupakan reaksi kesetimbangan, dan ini hanya berlaku untuk elektrolit-elektrolit lemah Asam Lemah Berbasa Satu Contoh : Asam asetat dalam air HAc + H2O
Asam 1 basa 2

H3O+ + AcAsam 2 basa 1

60

Kecepatan Reaksi I == R1: dari kiri ke kanan R1 = K1 X [HAc]1 X [H2O]1 Kecepatan Reaksi II == R2 : dari kanan ke kiri R2 = k2 X [H3O+]1 X [Ac-]1 Dalam keadaan seimbang : R1 = R2 K1 X [HAc]1 X [H2O]1 = k2 X [H3O+]1 X [Ac-]1
61

Pangkat satu dihilangkan, maka diperoleh persamaan :

k1 [ H 3O ] v [ Ac ] ! k 2 [ HAc ] v [ H 2O] maka KONSTANTA KESETIMBAN GAN ( K ) : [ H 3O ] v [ Ac ] K! [ HAc ] v [ H 2O]


62
 

KONSTANTA DISSOSIASI (KD) Karena berhadapan dengan ion-ion, maka KD disebut konstanta ionisasi (Ki) dan bila berhadapan dengan asam, maka disebut Konstanta Asam (Ka), maka : Ka = KD = Ki

KD

[H3 O  ][ Ac  ] ! K v [H2 O] ! [HAc]


63

Dalam larutan asam asetat --- encer, karena air merupakan jumlah yang besar, maka air dapat dianggap konstan pada kira-kira 55,3 grol/liter (1 liter H2O pada 25o C mempunyai berat = 999,07 gram = 999,07/18,02 = 55,34 grol), Jadi :

[H3 O  ][ Ac  ] K a ! K v 55 ,3 ! [HAc ] [H3 O ][ Ac ] Ka ! [HAc ]


64

2.2. Koefisien Aktivitas dan Kesetimbangan Ionik Hukum Pengaruh Massa lebih tepat dinyatakan dengan Activitas daripada dengan Konsentrasi. Tetapi karena terjadi saling mengganggunya ion-ion, maka digunakan konsentrasi. Konsentrasi yang biasa dipakai hanya sebagian saja dari ion-ion yang ada itu ikut dalam reaksi kesetimbangan (Debye-Huckel).

65

Bila bagian yang aktif, sebagai fraksi dari jumlah konsentrasi ion, dinyatakan sebagai koefisien aktivitas (f ), berkisar antara 0 dan 1. Maka konsentrasi aktif (Aktivitas) : a=f X c

aH

3O

! fH

3O

v cH

O 3

a Ac  ! f Ac  v c Ac  aHAc ! fHAc v c HAc


66

Kesetimbangan dinyatakan dengan Aktivitas disebut Konstanta Thermodinamika (Kth). Maka :


Ka ! Ka ! fH
3O 

aH

O 3

v a Ac
 

aHAc [H3 O ] v [Ac ] v [HAc]

v f Ac

fHAc

67

f = koefisien Aktivitas : tergantung pada valensi ion, konsentrasi dan suhu. f untuk setiap ion harganya sama dengan harga pada setiap larutan ion tersebut, yang mempunyai suhu dan kekuatan ion yang sama. Bila dalam larutan kekuatan ion bertambah dengan penambahan elektrolit lain pakai Ktherm
68

3. KEKUATAN ION (Ionic strength)


Untuk elektrolit kuat, dan untuk larutan elektrolit lemah bersama-sama dengan garam-garam dan elektrolit-elektrolit lain, seperti yang terdapat dalam BUFFER sangat penting menggunakan aktivitas dari pada konsentrasi.

69

Lewis mengemukakan konsepnya mengenai kekuatan ion Q (disini dipakai I) yang berhubungan dengan gaya tarik interionik dan koefisien aktivitas :
2 Q ! I ! 0,5 (c1 z1  c 2 z 2  .......  c x z 2 ) 2 x

dapat ditulis dengan rumus umum : I ! 0,5 7


2 c izi

ci = konsentrasi dalam grol/liter zi = valensi dari ion


70

Contoh soal:

1. Berapa kekuatan ion a. dari 0,01 M KCl b. dari 0,01 M BaSO4 c. dari 0,01 M Na2SO4 d. bila ketiga elektrolit terdapat dalam satu larutan

71

Jawab :
a. IKCl = 0,5 (0,01 X 12 + 0,01 X 12) = 0,01 b. IBaSO4 = 0,5 (0,01 X 22 + 0,01 X 22) = 0,04 c. INa2SO4 = 0,5 (0,01 X 12 + 0,01 X 22) = 0,03 d. Itotal = IKCl + IBaSO4 + INa2SO4

= 0,01 + 0,04 + 0,03 = 0,08


72

2. Suatu larutan buffer yang mengandung 0,3 grol K2HPO4 per liter larutan dan 0,1 grol per liter KH2PO4. Tentukan kekuatan ion larutan buffer tersebut. K2HPO4 === 2 K+ + HPO4=
0,3 2 X 0,3 0,3

KH2PO4 ===
0,1

K+ + H2PO40,1 0,1

pengaruh terhadap kekuatan ion yang disebabkan oleh disosiasi selanjutnya dari ion-ion HPO4= dan H2PO4- dapat diabaikan.
I = 0,5 (0,3X2X12 + 0,3X22 + 0,1X12+ 0,1X12)

= 1,0

atau Q = 1,0
73

Hubungan antara Koefisien Aktivitas (f ) dengan Kekuatan Ion (I)


Untuk elektrolit uni-univalent (1:1) seperti KCl
Kekuatan ion = konsentrasi molarnya

Untuk elektrolit uni-divalent (1:2) seperti Na2SO4


Kekuatan ion = 3 X konsentrasi molarnya

Untuk elektrolit di-divalent (2:2) seperti BaSO4


Kekuatan ion = 4 x konsentrasi molarnya

Contoh soal telah dikemukakan di atas (no.1)


74

LEWIS : memperlihatkan hubungan antara Koefisien Aktivitas dengan Kekuatan Ion : a. Koefisien Aktivitas dari suatu elektrolit adalah konstan dalam semua kuat larutan encer dengan tidak memperhatikan bentuk garam yang dipakai yang mempunyai pengaruh akan bertambahnya kekuatan ion tersebut. b. Koefisien Aktivitas dari semua elektrolit kuat yang sejenis seperti semua elektrolit uni-univalent, adalah hampir sama pada kekuatan ion tertentu, biarpun larutan tersebut diencerkan.
75

Dengan menggunakan teori Debye-Huckel, maka didapat hubungan antara kekuatan ion dengan koefisien Aktivitas sebagai berikut:

log fi !  A

2 zi

A = konstanta, tergantung pada temperatur dan konstanta dielektrik dari medium

76

Setiap pelarut mempunyai harga A (konstanta) tertentu. Pada 25o C Aair = 0,51 Aalkohol = 2,98 Aaceton = 3,83 Bentuk persamaan Debye-Huckel untuk suatu ion elektrolit biner, yang terdiri dari ion-ion dengan valensi z+ dan z- dan terdapat dalam larutan encer (I<0,02) maka persamaan menjadi :

log fs !  A z  z  I
77

Bila sebagai pelarut dipakai air, dalam perhitungan perumusan sebagai berikut :

log fs ! 0,51 z  z  I
fx fm fc konsentrasi dinyatakan dalam mol fraksi konsentrasi dalam molal konsentrasi dalam molar

78

Contoh soal : 1. Berapakah kekuatan ion suatu larutan yang mengandung 0,002 m KCl dan 0,001 m CaCl2. Dan berapakah koefisien aktivitas dan aktivitas dari ion-ion tersebut. KCl === K+ + Cl0,002 0,002 0,002

CaCl2 === Ca2+ + 2 Cl0,001 0,001 0,002

79

Itotal = 0,5[(0,002x12)+(0,001x22)+(0,004x12)] = 0,005 Koefisien Aktivitas untuk masing-masing ion :

log fK  ! log fCl ! 0,51 v 12 0,005 ! 0,035 fK  ! fCl ! anti log  0,035 ! 0,92 log fCa2 ! 0,51 v 2 2 0,005 ! 0,14 fCa2 ! anti log  0,14 ! 0,72
80

Aktivitas untuk masing-masing ion :


a=f X c aK  ! 0,92 v 0,002 ! 0,0018 a Cl ! 0,92 v 0,004 ! 0,0037 a Ca2  ! 0,72 v 0,001 ! 0,00072

81

2. Tentukan koefisien aktivitas ionik untuk larutan 0,005 M atropine sulfat (elek 1:2) dalam air yang mengandung 0,01 M NaCl pada 25o C. Iatrop.sulf. = 0,5 [(0,005X2X12)+(0,005X22)] = 0,015 INACl = 0,5 [(0,01X12)+(0,01X12)] = 0,01 Itotal = 0,015 + 0,01 = 0,025 Karena atropine sulfat : elektrolit uni-bivalent NaCl : elektrolit uni-univalent zat. zSO4= = 1 X 2 = 2 zNa+.zCl- = 1 X 1 = 1
82

Karena larutan dalam air, maka A = 0,51

log f ! 0,51 v 2 v 0,025 log f ! 100  0,839 ! 0,161 , f ! 0,69

83

1. 2. 3. 4.

Jadi, koefisien aktivitas dari suatu elektrolit kuat dalam larutan encer tergantung kepada : Kekuatan ion total dalam larutan Kekuatan ion dari senyawa / obat-obatan Pelarutnya Suhu larutan Kekuatan ion merupakan hasil dari gabungan masing-masing ion z1z2 hanya dipergunakan terhadap obat-obatan, dengan koefisien aktivitas ditentukan.
84

Persamaan Debye-Huckel untuk larutan pekat


Perumusan yang tepat untuk larutan dengan kekuatan ion lebih besar dari 0,02, misal 0,1 atau 0,2, dipakai perumusan:

log f s ! 

A z z I 1  ai B I

ai = jarak terdekat dari ion-ion dan disebut diameter efektif dari ion (mean effective diameter) = ukuran parameter ion atau ion size parameter B = seperti A, adalah konstanta yang dipengaruhi oleh pelarut dan suhu.
85

Mean Effective Ionic Diameter for Some Electrolite at 25o C Elektrolit HCl NaCl KCl MgSO4 K2SO4 AgNO3 Phenobarbital Natrium ai (cm) 5,8 X 10-8 4,4 X 10-8 4,1 X 10-8 3,4 X 10-8 3,0 X 10-8 2,3 X 10-8 2,0 X 10-8
86

Values of A and B for water at various Temperature Temperature (oC) 0 15 25 40 70 100 A 0,488 0,500 0,509 0,524 0,560 0,606 B 0,325 X 108 0,328 X 108 0,330 X 108 0,333 X 108 0,339 X 108 0,348 X 108

87

Contoh soal : Tentukanlah koefisien aktivitas dari larutan 0,004 M Na-barbital dalam air pada 25o C, yang dengan penambahan NaCl mempunyai kekuatan ion 0,09. Bila dipakai perumusan dimana I = 0,02 atau lebih kecil :
log f s ! 0,51 z  z  I ! 0,51 v 12 v 0,09 f ! 0,70
88

Perumusan yang tepat

karena I>0,02 yaitu I > 0,09

log fs !  log f !

0,51 z  z  I 1  ai B I 0,51 v 0,09


8

1  (2 v 10

) v (0,33 v 10 ) v 0.09

f ! 0,75

89

Bila dipakai perumusan :


log f s !  log f ! 0,51 z  z  I 1 I

0,51 v 0,09

1  0.09 f ! 0,76

90

Derajat Disosiasi (E) Degree of Dissociation = derajat ionisasi = derajat protolisa

Disosiasi adalah peristiwa dimana bila suatu zat dilarutkan di dalam air akan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil yang ada dalam kesetimbangan dengan zat asalnya.

91

Reaksinya dapat digambarkan sbb: molekul zat ion+ + ionAmBn A+n B-m m n
K a ! Ki ! KD ( A n ) m v (B m ) n ! ( A mB n )

Derajat Disosiasi

banyaknya zat yang terurai E! banyaknya zat asli sebelum terurai

92

Hubungan antara Derajat Disosiasi dengan Konstanta Kesetimbangan AmBn A+n + nB-m m (C X) mX nX(1 - E)C mEC nEC bila m=n=1---- zat valensi 1

KD !

(E

C) m v (E n C) n (E C) v (EC) m ! (1  E )C (1  E ) C KD E2C ! 1E


93

Bila E sangat kecil maka 1 - E = 1, maka

KD E ! C Untuk asam lemah monoprotik :


HAc + H2O (C X) (1 - E)C H3O+ + AcX X EC EC

E2C K a! 1E bila E sangat kecil maka E ! Ka C


94

Kekuatan Asam ialah kemampuan dari asam untuk melepaskan proton. Jadi tergantung pada besarnya Disosiasi dan derajat Disosiasi dari asam tersebut. Dalam larutan bila terdapat dua macam campuran asam lemah maka kekuatan asam (Ka):

EI ! EII

K aI K a II

95

3. ASAM BERVALENSI II Diprotic Acids ialah asam yang dapat melepaskan dua buah proton dari satu molekul asam. H 2 A + H2 O H3O+ + HAKa1 HA- + H2O H3O+ + A2Ka2
(H3 O  ) v (HA  ) Ka1 ! (H2 A) Ka1 Ka 2

(H3 O  ) v ( A 2 ) Ka 2 ! (HA  ) C H O  untuk asam lemah diprotik ! C H O untuk asam lemah


3 3

monoprotik maka : (H3 O  ) ! Ka1 C


96

Konsentrasi = ion pertama C (HA-)= C (H3O+) selama kedua ion tersebut terbentuk dalam jumlah yang sama oleh protolisa pertama dan hanya sedikit sekali ion pertama yang terprotolisa kedua, maka : (A2-) = Ka2 3.1. Pengaruh Ion Senama Common ion effect Azas Le Chaterier (1885) : Jika pada suatu sistem kesetimbangan kimia diadakan aksi, maka akan timbul reaksi untuk meniadakan aksi tersebut.
97

3.2. Basa Lemah Bervalensi I Monoprotic bases ialah basa yang hanya dapat menerima satu proton per molekul. A- + H2O OH- + HA
(C X) basa 1 asam 2 X basa 2 X asam 1

Konstanta Protolisa:
(OH  ) v (HA  ) Kb ! (A  ) Seperti asam berlaku pula : E2 C Kb ! 1E E! Kb C K b ! E2 C X ! (OH - ) ! K b C
98

4. BASA BERVALENSI II Diprotic bases Sama halnya dengan asam bervalensi dua:

(OH ) !

Kb C

5. KESETIMBANGAN AIR H 2 O + H2 O H3O+ + OH-

99

Konstanta equilibria : (H3 O  ) v (OH  ) K eq ! K ! 2 (H 2 O)


K ! (H2 O) 2 ! (H3 O)  v (OH  ) pada suhu 35 0 C : K W ! (H3 O  ) v (OH  ) ! 10 v 10 14 , Perumusan untuk ion hidronium : KW (H3 O ) ! (OH  )


100

6. Hubungan Antara Ka,Kb, dan KW dari Asam Lemah dengan Basa Konjugasi HA- + H2O H3O+ + A(H3 O  ) v ( A  ) Ka ! (HA) A- + H2O H3O- + OH-

(HA ) v (OH  ) Kb ! (A  )
Ka x Kb = (H3O+) x (OH-) = KW = 1,0 x 10-14

101

Kesetimbangan dalam air dari suatu larutan yang mengandung konsentrasi yang sama dari suatu asam lemah dan basa lemah: K a K b K eq ! K W Bila derajat protolisa E, maka:
E! K eq 1 K eq

Konsentrasi ion hidrogen:


 ) ! K Ka (H O 3 WK b
102

7. HUBUNGAN ANTARA KONSENTRASI ION HIDROGEN DAN pH Ahli Kimia Denmark, SORENSEN :

1  !  log( H3 O ) pH !  log( H3 O ) atau : pH !  log C


H

103

8. PERSAMAAN pH UNTUK LARUTAN ASAM KUAT DALAM AIR Derivation of pH for aqueous solution of strong acid * Asam kuat Bervalensi Satu Monoprotik strong Acid pH = pC **Asam Kuat Bervalensi Dua Diprotik Strong Acid pH = pC log 2
104

9. PERUMUSAN pH UNTUK LARUTAN ASAM LEMAH Derivation of pH equation for a solution of weak acid pH = pKa - log C, atau : pH = pKa + pC 10. PERUMUSAN pH UNTUK ASAM LEMAH BERVALENSI BANYAK Derivation of pH equation for a solution of polyprotic weak acid pH = pKa1 - log C, atau : pH = pKa1 + log pC
105

11. PERUMUSAN pH UNTUK LARUTAN BASA KUAT Derivation of pH equation of strong base * Basa Kuat Bervalensi Satu pOH = pC ** Hubungan pH, pOH, dan pKW : pH + pOH = pKw = 14, maka : PH = pKW - pC ***Basa Kuat Bervalensi n pOH = pC log n atau pH = pKW pC + log n
106

12. PERUMUSAN pH UNTUK LARUTAN BASA LEMAH Derivation of pH for a solution of weak base * Basa Lemah Bervalensi Satu (monoprotic weak base) pOH = pKb + pC pH = pKW - pKb - pC

(H3 O ) !

KW Kb C

** Basa Lemah Bervalensi Banyak (polyprotic weak base) 

X ! (OH ) ! K b C

pOH = pKb1 + pC pH = pKW - pKb1 - pC


107

13. ELEKTROLIT AMPHOTER Amphoteri electrolytes ialah zat yang dapat berlaku sebagai proton donor dan proton akseptor yang mempunyai sifat baik sebagai asam maupun basa. Amphiprotik : ditunjukkan terhadap zat-zat yang mempunyai sifat dapat menerima dan memberikan proton. +NH -CH COONH2CH2COOH 2 3
glysine dlm larutan


ion dipolar = amphion= zwitter ion

(H3 O ) ! K W
maka :

Ka Kb
108

pH = pKW + pKa - pKb

TITIK ISOELEKTRIK Isoelectric Points ialah pH dimana amfion tidak bergerak ke + (positif) atau ke (negatif). Maka pH pada titik isoelektrik : pH = pKW + pKa - pKb Pada titik isoelektris asam amino mempunyai kelarutan yang sangat kecil.
109

Di atas pH isoleletris berlaku sebagai asam dan terbentuk anionnya (ion negatif) dan di bawah pH isoelektris berlaku sebagai basa dan terbentuk kationnya (ion positif). Pada titik isolelektrik : konsentrasi zwitter ion adalah maksimum zwitter ion hanya bersenyawa dengan proton saja, jadi ampolit tidak bersenyawa dengan ion-ion lain selain ion hidrogen

110

Hubungan antara pKa, pKb, dan pKW dari Asam Basa Konjugasi HA- + H2O Ka----------H3O+ + A-----------Kb

dari perumusan didapat : Ka x Kb= KW= 10-14 maka : pKa + pKb = pKW = 14

111

KESETIMBANGAN HIDROLISA Hidrolytic Equilibrium Pada umumnya garam berasal dari 1. Asam kuat dengan basa kuat 2. Asam kuat dengan basa lemah 3. Asam lemah dengan basa kuat 4. Asam lemah dengan basa lemah Reaksi hidrolisa sama halnya dengan reaksi kimia lainnya, reaksi ini berjalan hanya jika ionion di dalam campuran membentuk senyawa baru.
112

Garam Dari Asam Lemah dan Basa Kuat salts of weak acids and strong base H2O + Ac asam 1 (C X) basa 2

HAc + OHasam 2 X


basa 1 X

(HAc ) v (OH ) Kh !  ( Ac ) K W ! (H3 O ) v (OH )


 

KW OH !  (H3 O )


113

K W (HAc ) Jadi : K h ! (H3 O  ) v ( Ac  ) (H3 O ) v ( Ac ) K a HAc ! (HAc ) KW Kh ! Ka


 

114

K w (HAc ) v (OH  ) X2 ! !  Ka CX ( Ac ) X ! (OH ) ! (H3 O ) !


 

KW C Ka

KW Ka C

Maka :

pH = pKW + pKa - pC

115

Garam Dari Asam Kuat dan Basa Lemah Salts of strong acids and weak base NH3+ + H2O
basa 1 (C X) asam 2

NH3 + H3O+
basa 2 X asam 1 X

Kh !

(NH 3 ) v (H3 O  ) (NH 4 )


 

KW ! Ka

(H3 O ) !

KW C Kb

Maka :

pH = pKW - pKb + pC
116

Garam Dari Asam Lemah dan Basa Lemah Salts of weak acids and weak base

Dengan penurunan rumus di dapat : (H3 O ) !




KW Ka Kb
pH = pKW + pKa - pKb

Maka :

117

DERAJAT HIDROLISA Degree of hydrolysis

jumlah zat yang terhidrolisis P! jumlah zat semula sebelum terhidrolisis X P! C

118

Hidrolisa dari Garam Asam Hydrolysis of acid salts Garam asam merupakan senyawa seperti Na HCO3 dan NaH2PO4 yang mempunyai sifat sebagai AMPHOLIT, dimana dapat bereaksi baik sebagai asam maupun basa. Contoh : H3O+ + CO32- ---(1) HCO3- + H2O H2CO3 + OH- ---(2) HCO3- + H2O Konsentrasi ion hidrogen dan pH dapat ditentukan dengan mempergunakan dua tingkat ionisasi asam yang sama halnya dilakukan pada ampholit. H3O+ + HCO3- ---(3) HCO3- + H2O H3O+ + CO32- ---(4) HCO3- + H2O
119

Sesuai dengan konstanta disosiasi untuk tingkat ionisasi pertama dan kedua pada asam yang berbasa dua :
(H3 O ) v (HCO3 ) K1 ! (H2 CO 3 ) (H 3 O )(HCO 3 ) (H 2 CO3 ) ! K1 Yang kedua : (H3 O  )(CO3 ) K 2! (HCO3 ) K 2 (HCO 3 ) (CO 3 ) ! (H3 O  )
  

(5) (6)

(7) (8)
120

Dari persamaan (4) ternyata bahwa (H3O+) dan (CO32-) terbentuk dari jumlah garam anion yang sama HCO3-, atau dari tingkat ionisasi kedua. (CO32-) = (H3O+) Akan tetapi seperti tampak pada reaksi kebalikannya pada tingkat pertama, seperti terlihat pad persamaan reaksi (3). Pada keseimbangan persamaan di bawah ini berlaku : ----(9) (CO32-) = (H3O+) + (H2CO3) Selama garam NaHCO3 terionisasi sempurna menjadi ion-ion Na+ dan HCO3-, maka konsentrasi (HCO3-) = C atau konsentrasi dari garamnya.
121

Dengan memasukkan harga (CO32-) dari persamaan (9) ke persamaan (8) didapat :
(H3 O )  (H2 CO 3 ) !


K2 C (H3 O )


- - - (10)

Substitusi (H 2 CO 3 ) dari persamaan (6) ke (10) : (H3 O  ) C K2 C  ! (H 3 O )  K1 (H3 O  ) (H3 O  )K 1  (H3 O  )K 2 K 2C ! K1 (H3 O  ) (H3 O )(K 1  C) ! (H3 O ) !
 

K1 K 2 C (H3 O  )

K1 K 2 C K1  C
122

Bila K1 lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi garam C (K1 = 0,010) maka harga K1 pada penyebut dapat diabaikan, konsentrasi C dapat diperoleh : (H3O+) = K1.K 2 dan pH = pK1 + log pK2

123

PEMAKAIAN TEORI BRONSTED-LOWRY A. Protolisa asam lemah yang tidak bermuatan HB HB + H2O H3O+ + B-

(H3 O  )(B  ) Ka ! (HB )

dimana B- adalah anion atau basa konjugasi dari asam lemah HB

124

B. Asam lemah yang bermuatan HB+ (asam kation) HB+ + H2O H3 O + + B

(H3 O  )(B) Ka ! Kh ! (HB  )


Persamaan ini sama dengan persamaan pada hidrolisa dari suatu garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah.

125

C. Basa lemah yang berbentuk molekul B + H2 O




BH+ + OH

(BH )(OH ) Kb! (B)


yang dapat disamakan dengan persamaan reaksi proton untuk basa lemah.

126

D. Basa Anion B- + H2O HB + OH-

(HB)(OH  ) Kb! (B  )
Dapat dibandingkan dengan hidrolisa untuk garam yang berasal dari asam lemah-basa kuat. Telah diuraikan di muka hubungan antara Ka dari suatu asam lemah dengan Kb dari suatu basa konjugasinya dari asam lemah tersebut ialah : Ka x Kb = KW dan pKa + pKb = pKW
127

Tabel: Ringkasan kesetimbangan ionik


Elektrolit
Asam lemah Basa lemah Air Amfolit Garam: asam lemah/basa kuat Garam: basa lemah/asam kuat Garam: asam lemah/basa lemah Garam asam

Persamaan
[ H 3O ] ! K a c
[ H 3O  ] ! K b c Kw  [ H 3O ] ! Kbc [ H 3O  ][OH  ] ! K w


[ H 3O  ]i ! K1 K 2
K wc [OH ] ! Ka K wc  [ H 3O ] ! Kb [ H 3O  ] ! KwKa Kb

1 1 pH ! pK a  log c 2 2 1 1 pH ! pK b  log c 2 2 1 1 pH ! pK w  pK b  log c 2 2 pH  pOH ! pK w 1 1 pH i ! pK1  pK 2 2 2 1 1 1 pH ! pK w  pK a  log c 2 2 2 1 1 1 pH ! pK w  pK b  log c 2 2 2


pH ! 1 1 1 pK w  pK a  pK b 2 2 2 1 1 pH ! pK1  pK 2 2 2 128

[ H 3O  ] ! K 1 K 2

SISTEM BUFFER Buffer system ialah larutan dari pada senyawa atau campuran senyawa-senyawa yang dapat menahan perubahan pH, baik bila larutan tersebut ditambahkan asam atau basa atau bila diencerkan.

129

Macam-macam Larutan Buffer a. Buffer Asam ialah larutan buffer yang terdiri dari campuran asam lemah dengan garamnya yang berasal dari basa kuat. Contohnya : Asam asetat (HCH2COOH) + Natrium asetat b. Buffer Basa ialah larutan buffer yang terdiri dari campuran basa lemah dengan garamnya yang berasal dai asam kuat. Contohnya : NH4Cl + NH4OH
130

Kerja Larutan Buffer Jika Asam kuat ditambahkan ke dalam larutan 0,01 M larutan yang mengandung jumlah asam yang sama asam asetat dan natrium asetat, ternyata hanya mengalami perubahan pH 0,09 satuan. Hal ini disebabkan karena basa Acmengikat ion hidrogen sesuai dengan reaksi: Ac- + H3O+ HAc + H2O
131

Bila basa kuat, NaOH, ditambahkan ke dalam campuran tsb, asam asetat akan menetralisir ion hidroksida sbb : HAc + OHH2O + Ac-

Dengan demikian pH larutan akan tetap dan tidak berubah. Dengan ini jelas bahwa larutan buffer dapat menahan perubahan pH.
132

Persamaan Buffer a. Persamaan buffer untuk asam lemah dengan garamnya Persamaan Buffer dipakai untuk mengetahui pH suatu larutan buffer serta perubahan pH yang disebabkan karena penambahan suatu asam atau basa. Jika larutan yang mengandung asam lemah, misalnya HAc, ditambahkan elektrolit kuat yang mempunyai ion sejenis dengan asam lemah tsb, misalnya NaAc, maka protolisa dari asam tersebut akan tertahan dan konsentrasi ion yang tidak sejenis akan berkurang hal ini disebut pengaruh ion sejenis (common ion effect).
133

Hal di atas dapat digambarkan sbb: HAc + H2O H3O+ + Ac-

(1)

(H3 O  )( Ac ) Ka ! (HA c)


NaAc Na+ + AcAc- + (H3O+) HAc + H2O (2) (3)

(HAc) (H3 O ) ! Ka ( Ac )




(4)

Karena NaAc merupakan elektrolit kuat, maka konsentrasi ion (Ac-) = kons.semula/garamnya dan konsentrasi (Hac) = konsentrasi asamnya
134

Maka persamaan (4) dapat ditulis :

(asam ) (H3 O ) ! K a v log (garam )




(5)

Persamaan ini juga dapat ditulis dalam bentuk logaritma : -log (H3O+) = -log Ka log (asam) log (garam) Dari persamaan di atas dapat diketahui persamaan buffer atau lebih dikenal dengan Persamaan Handerson Hassel Balch untuk asam lemah dengan garamnya :

(garam ) pH ! pK a  log (asam )


135

b. Persamaan buffer untuk basa lemah dengan garamnya Sama halnya dengan persamaan buffer untuk asam lemah dengan garamnya, sebagai contoh larutan NH4OH dengan NH4CI : (6) NH4OH NH4+ + OH(7) NH4CI NH4+ + Clatau reaksinya dapat ditulis sebagai berikut : (8) NH3 + H2O NH4+ + OHKb (NH 4 )(OH  ) ! (NH 3 )


(9) (10)
136

(OH ) ! K b v

(NH 3 ) (NH 4 )


Bila ke dalam larutan ditambahkan NH4Cl seperti pada reaksi (7) yang merupakan garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat maka konsentrasinya : (NH4+) = (NH4Cl) = konsentrasi garam karena pengaruh ion senama reaksi (8) bergeser ke kiri maka ionisasi dari basa lemah tsb tertahan sehingga konsentrasi : (NH3) = konsentrasi basa dengan demikian persamaan (10) menjadi :
137

(basa) (OH ) ! K b v log (garam)




(11) (12)

(garam) pOH ! pK b  log (basa)


Karena pH + pOH = pKW, maka :

pH ! pK W

(garam )  pK b  log (asam )


138

KOEFISIEN AKTIFITAS DAN PERSAMAAN BUFFER Pernyataan yang lebih tepat untuk persamaan buffer lebih baik dinyatakan dengan aktifitas daripada dengan konsentrasi :

H3O 

va

A c

(f !

H3O 

C

H3O 

) v (f

A c

C

A c

aHA c

fHA c v C HA c

139

Koefisien aktifitas untuk asam yang tidak terionisasi : fHAc = 1 pH = -log aH3O+
C a
H3O 

!f

H3O 

vC

H3O 

! Ka

H3O 

A c

C

A c

pH ! pK a

(garam )  log  log f  Ac (asam )

Berdasarkan persamaan dari Debye-Huckel untuk suatu larutan ion yang univalent pada 250 C yang mempunyai kekuatan ion yang tidak lebih besar dari 0.1 atau 0,2 berlaku :
140

log f Ac  !

0,5 I 1 I

Maka persamaannya menjadi (garam ) 0,5 I pH ! pK a  log  (asam ) 1  I Persamaan buffer untuk asam-asam yang berbasa banyak :

(garam ) A(2n  1) I pH ! pK a  log  (asam ) 1 I


n = tingkat ionisasi
141

KAPASITAS BUFFER (F) Besarnya daya tahan buffer terhadap perubahan pH tergantung pada kapasitas buffer (F) yang dikenal pula sebagai buffer efficiency, buffer index, atau buffer volume. Menurut Van Slyke : F ialah perbandingan basa atau asam kuat yang ditambahkan dengan perubahan pH akibat penambahan tsb.

142

(B F! (pH

( B = jumlah grek/L basa kuat yang ditambahkan pada larutan buffer (pH = selisih perubahan pH dari buffer yang ditimbulkan akibat basa tersebut

Menurut persamaan tsb maka kapasitas buffer: F=1 bila ditambahkan 1 grek basa kuat / asam kuat pada 1 liter larutan buffer dalam perubahan larutan pH 1 unit.
143

PERSAMAAN VAN SLYKE UNTUK PERSAMAAN BUFFER Van Slyke menurunkan persamaan untuk kapasitas buffer yang tetap sbb:

K a (H3 O  ) F ! 2,3 v C v  K a  (H3 O )


Persamaan kapasitas buffer ini berlaku untuk persamaan buffer asam, dimana harga : C = jumlah konsentrasi asam dan garamnya dalam molar
144

Dengan demikian dapat pula diturunkan persamaan buffer basa yang sama halnya dengan persamaan buffer asam, maka kapasitas buffer untuk buffer basa adalah sbb:

K b (OH ) F ! 2,3 v C v K b  (OH )


dimana C = jumlah konsentrasi basa dan garamnya yang dinyatakan dengan grol/L

145

Harga (H3O+) dalam kapasitas buffer dari buffer basa dapat dicari dari perumusan pH untuk buffer asam tersebut. Harga (OH-) dalam kapasitas buffer untuk buffer basa dapat dicari dari perumusan pOH untuk buffer basa.

146

PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP KAPASITAS BUFFER Perubahan pH yang disebabkan oleh perubahan konsentrasi (garam) atau (asam) dari suatu buffer yang disebabkan oleh pengaruh penambahan asam atau basa terhadap buffer tersebut maka berlaku persamaan buffer:
* untuk buffer asam (S  B) pH ! pK a  log ( A  B) * *untuk buffer basa (S  B) pOH ! pKb  log ( A  B)
147

dimana: S = konsentrasi garam (grol/L) A = untuk buffer asam, mrpk konsentrasi asam untuk buffer basa, mrpk konsentrasi basa satuan dalam grol/L B = mrpk konsentrasi asam atau basa yang ditambahkan (+) bila asam yang ditambahkan (-) bila basa yang ditambahkan Dengan demikian dapat juga dirumuskan sbb:

(S  B)( A  B) F ! 2,3 v (S  A)
148

KAPASITAS BUFFER DARI BUFFER CAMPURAN Kapasitas Buffer dari suatu larutan yang mengandung lebih dari satu macam buffer adalah: Jumlah kapasitas buffer dari masing-masing komponen buffer tsb. Maka: FT = F1 + F2 + F3 + F4 +. ATAU FT = 7 F
149

KAPASITAS BUFFER MAKSIMUM Kapasitas buffer maksimum terjadi bila (H3O+) = Ka atau bila pH = pKa Penggantian Ka dengan (H3O+) dan substitusi ke dalam persamaan Van Slyke, maka diperoleh perumusan :
F max (H3 O  ) 2 2,303 ! 2,303 v C v ! C  2 4 2 (H3 O ) F max ! 0,576 v C
C = jumlah konsentrasi buffer
150

You might also like