You are on page 1of 3

Buta warna Ketika fotoreseptor menangkap cahaya, pigmen yang terikat kromofor (11 cis retinol) menyerap cahaya

dan merubah konformasi kromofor sehingga sinyal bisa di hantarkan. Untuk membedakan gelap dan terang mata mempunyai sel batang, sementara untuk cahaya berwarna sel kerucut. Setiap sel mempunyai retinen/kromofor yang identik namun memiliki fotopigmen atau opsin yang berbeda yang mengelompokkan fotoreseptor. Fotoreseptor pada sel batang disebut rodopsin, sementara pada sel kerucut disebut iopsin.1 Terdapat tiga jenis iopsin, yaitu 1. S atau short, merupakan opsin yang mempunyai kemampuan menyerap cahaya spektrum warna dengan gelombang pendek. Opsin ini dikode oleh gen pada krhomosom 7. 2. M atau medium merupakan opsin yang mempunyai kemampuan menyerap cahaya spektrum war a dengan panjang gelombang menengah. Opsin ini dikode oleh gen pada krhomosom x 3. L atau Long merupakan opsin yang mempunyai kemampuan menyerap cahaya spektrum war a dengan panjang gelombang panjang. Opsin ini dikode oleh gen pada kromosom x Saat seseorang melihat, fotoreseptor, yang terdiri atas fotopigmen dan retinen, menangkap cahaya. Cahaya diserap oleh fotopigmen yang kemudian merubah konformasi retinen, dari 11 - cis menjadi all trans sehingga lepas dan terurai lah foto reseptor. Pada kondisi adaptasi gelap atau tidak ada rangsangan maka fotopigmen akan kembali beregnerasi, tepatnya retinen kembali ke bentuknya semula dan direkatkan kembali ke fotopigmen melalaui reaksi enzimatik. Tentunya reaksi ini membutuhkan waktu. Sebuah sel batang butuh waktu hingga 30 menit untuk kembali ke kapasitas maksimalnya sementara sel kerucut hanya butuh waktu 5 - 7 menit Buta Warna, atau lebih tepatnya dikatakan sebagai defisiensi persepsi warna merupakan kondisi dimana warna susah dibedakan. Hal ini disebabkan oleh kelainan opsin atau pigmen pada fotoreseptor. Pada pasien buta warna, kelainan genetik, penyebab tersering kasus buta warna, terjadi mutasi, mulai dari mutasi titik hingga delesi gen mengakibatkan hilangnya gen pengkode opsin atau gen abnormal. Hal ini tentu berpengaruh terhadap keberadaan opsin dalam fotoreseptor. Cedera otak atau stroke dapat mengganggu pengolahan warna di otak. Jika buta warna baru terjadi di usia remaja atau dewasa, penyebabnya adalah penyakit di makula, misalnya karena degenerasi makula atau kerusakan saraf optik di belakangnya. Buta warna juga bisa terjadi bukan karena kelainan

genetik, seperti pada kasus penggunaan Plaquenil, obat rheumatoid artritis.


Klasifikasi

Defek terkait kromosom X sering disebut red-green colour blindness ,adalah penurunan kemampuan dalam membedkan warna dengan panjang gelombang di antara medium dan long wave diakibatkan terciptanya gen abnormal, atau gen hibrid. Apabila benar-benar dikromat, han bisa melihat 2 warna, dikatakan protanope apabila buta warna merah, dan deuteranope untuk buta warna hijau. Untuk kasus ini, terjadi kehilangan gen pengkode pigmen.2 Tes ishihara Pemeriksaan ishihara merupakan pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk screening buta warna. Pada pemeriksaan ini terdapat 24 lempeng yang diisi dengan angka yang di manipulasi dengan warna yang akan susah dibedakan oleh penderita buta warna. Pada beberapa lempeng terdapat angka yang bisa dibaca mata normal, dan terbaca dalam angka lain pada penderita buta warna. Beberapa lempeng lain, justru hanya bisa dilihat oleh mata normal, dan sebaliknya. Lempeng 1-18 berisi angka sementara pada lempeng 19 - 24 berisi garis meliuk yang harus diikuti oleh penderita. 3 Hasil 1. Op 1 tidak mengalami buta warna organik. Semua jawaban yang diberikan saat pemeriksaan menggunakan buku ishihara, sama dengan jawaban "normal" yang sudah diketahui pemeriksa. Begitupun buta warna fungsional. Saat diminta melihat ke warna merah selema beberapa menit, kemudian diminta kembali membaca buku ishihara tetap memberikan jawaban yang sesuai. 2. Op 2 tidak mengalami buta warna organik. Semua jawaban yang diberikan saat pemeriksaan menggunakan buku ishihara, sama dengan jawaban "normal" yang sudah diketahui pemeriksa. Begitupun buta warna fungsional. Saat diminta melihat ke warna hijau selema beberapa menit, kemudian dminta kembali membaca buku ishihara tetap memberikan jawaban yang sesuai. 3. Op 3 tidak mengalami buta warna organik. Semua jawaban yang diberikan saat pemeriksaan menggunakan buku ishihara, sama dengan jawaban "normal" yang sudah diketahui pemeriksa. Akan tetapi Op sedikit mengaami kendala ketika melakukan percobaan kedua. Saat diminta melihat ke warna merah selama beberapa menit, beberapa saat OP tidak bisa membaca kemudian bisa melanjutkan tes, namun memberikan jawaban yang tidak sesuai pada salah satu lembar periksa Pembahasan Pada ketiga OP tidak memiliki buta warna organik yang merupakan penyakit herediter. Setiap OP mempunyai ketiga jenis sel kerucut dan sel batang sehingga mampu mengenali warna dengan jelas. Akan tetapi pada pemeriksaan kedua ditemukan perbedaan antara ke tiga OP. OP pertama dan Kedua masih bisa mendiskriminasikan warna setelah dipajankan dengan satu warna, dan sebaliknya OP tiga. Pada OP ketiga terjadi buta warna fungsional, hal ini disebabkan jumlah fotoreseptor yang belum

terurai sangat sedikit untuk menangkap cahaya. Semestinya penurunan kemampuan diskriminasi cahaya ini ditemukan pada ketiga OP, namun beberapa hal mungkin menyebabkan hasil pada ketiga Op seperti: 1. Kondisi ruangan yang tidak begitu terang. Semakin terang cahaya yang diberikan

maka rangsangan pada fotoreseptor akan semakin besar. Kondisi ruang praktikum yang tidak begitu terang mungkin masih menyisakan sejumlah fotoresptor yang belum terurai sehingga OP satu dan dua masih mampu mendeskripsikan cahaya. 2. ke tiga. 3. Faktor Host seperti genetik yang mengatur kepadatan fotoreseptor pada ketiga OP Lama dan paparan penglihatan pada objek warna yang tidak sama pada ketiga OP.

Waktu paparan OP pertama dan kedua dengan objek warna mungkin tidak selama dan sefokus OP

juga bisa turut berpengaruh. Pada manusia normal juga terjadi polimorfisme pada kemampuan diskriminasi warna yang ditentukan oleh fotoreseptor.2 Pada OP ketiga mungkin jumlah fotoreseptornya tidak sebanyak OP lainnya 4. Kadar vitamin A dalam tubuh. Kromofor atau retinen, salah satu komponen

fotoreseptor, merupakan turunan vitamin A2. Regenerasi fotopigmen dipengaruhi oleh keberadaan vitamin A dalam tubuh. Daftar Pustaka

1. Neitz M, Neitz J. Molecular Genetics of Color Blindness and Color Vision Defects. Arch Ophtalmol Vol 118, May 2000. 2. Mourouziz M. The Genetic of Color Blindness and Advances in Gene Therapy. Research Paper CLF 620: May 2009. 3. Ishihara, S. Test for Color Blindness. Tokyo: Kanehara Shuppon; 1972. 4. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC : 2000

You might also like