You are on page 1of 9

MY LOVE AT THE FIRST SIGHT

Karya : Amethyst ~Violet variety of quartz~


Haah Rara menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya, Kapan ya? gumamnya lirih, pertanyaan yang ditujukan kepada dirinya sendiri. Serli menghentikan bacaannya sejenak, lalu mengintip Rara dari balik bukunya. Ngapain, Ra? Nggak ada apa-apa. Cuma nyesalin nasib yang nggak pernah berubah-ubah, kata Rara sambil memperhatikan awan yang bergerak dari jendela kamar Serli. Nasib? Emangnya nasib lo napa? Nasib lo kan udah tergolong yang paling mujur. Kini Serli mengubah posisinya, dari tidur-tiduran menjadi duduk sambil memeluk guling kesayangannya. Mujur apanya? Gue paling sial dalam percintaan. Lo tau kan kalo dua bulan lagi gue bakalan sweet seventeen, tapi gue sama sekali belum pernah pacaran. Lo mah enak udah ada si Rino. Sekarang Rara sedang meratapi kisah asmaranya di lantai empat asrama putri tempatnya berada. Rara dan Serli merupakan siswi SMA Sekar Bandung. Sekolah mereka merupakan sekolah khusus putri terbesar di kota kembang itu. Serli cuma geleng-geleng kepala mendengar sahabatnya satu ini. Memang benar kalo Rara belum pernah pacaran. Serli menduga kalo penyebabnya karena Rara yang kuper dan nerd. Padahal sebenarnya Rara tergolong manis, Serli biasanya iri melihat wajah Rara yang putih bersih dan berbentuk bulat telur, terus ada lesung pipit yang bikin temannya itu tambah manis. Bukan cuma itu, Rara tergolong anak yang cerdas dan berbakat. Dia memiliki ide-ide brilian yang anak kelas 2 SMA biasa tidak akan pernah berpikir sampai kesana. Tenang aja, Ra. Gue yakin kalo lo bakalan ketemu jodoh lo secepatnya, kata Serli menyemangati. Gue harap juga kayak gitu, Ser. Tapi gue juga nggak pengen cowok yang cuma mainin cewek doang. Gue mau kalo gue punya pacar nanti dia bisa nghargain cewek, punya komitmen Ini dia nih penyakitnya Rara. Perfectionist!!! Serli kembali geleng-geleng kepala, memandang temannya dengan tatapan prihatin, lalu berkata, Rara, jaman sekarang tuh, susah banget cari cowok yang kayak kriteria lo. Emangnya kriteria gue muluk banget ya? Terus lo sama Rino gimana? Gue sama Rino? Tiba-tiba Serli bingung ditanya seperti itu, gimana ya ngejelasinnya? Yang jelas tuh, gue nggak pernah ngeharapin Rino buat jadi cowok yang perfect, gue cuma pengen dia bisa ngertiin gue aja. Dia sayang gue dan gue sayang dia. Dan kalo lo tanya kenapa gue sayang sama dia, sampe sekarang gue masih belum punya jawabannya. Lagian orang nggak perlu punya alasan kan buat sayang sama orang lain? Rara hanya mengangguk-angguk, walaupun sebenarnya ia tidak mengerti. Ya ampun! Kok kedengarannya ruwet banget, ya? Eh, gue balik dulu ya? Rara bangkit dari kursi malas, tempat favoritnya di kamar Serli. Eh? Udah mau pulang? Kalo gitu ati-ati. Jangan ngebut, emang lo nggak mau nginap disini aja? tanya Serli menawarkan. Rara menolaknya dengan menggeleng. Rara memang tidak tinggal di asrama karena rumahnya masih berada dekat dengan sekolah, tidak seperti dengan Serli yang berasal dari Semarang.

Nggak usah. Nanti aja kalo malam minggu, sekalian ngerjain PR Fisika, kata Rara sambil mengedipkan sebelah matanya. Serli memang jago Fisika. Ya udah, gue anter deh sampe kebawah, Tiba-tiba tawa Rara meledak. Hahaha nggak usah lagi, Ser?! Ini kan lantai empat! Lo mau bolak balik? Gue bisa kok ke bawah sendirian. Rara mengambil tas tangannya dari ranjang Serli, lalu berkata, Sampe ketemu besok di kelas. Oke. Sewaktu menuruni tangga Rara terus mengingat-ngingat perkataan Serli. Jaman sekarang cari cowok yang kayak kriteria gue susah banget ya? gumam Rara sampai memasuki mobilnya.

Esok Paginya Wah, ada ribut-ribut apa nih? tanya Rara yang baru datang. Eh, Ra!! Sini deh!!! Panggil Serli semangat. Rara mengerutkan keningnya. Serli semangat banget hari ini. Ada apa ya? Ada apa, nih? Anak KepSek yang dari luar negeri udah pulang lho?! Wuih, cakep banget, Ra!! kata Serli masih pull dengan semangat. Bener, Ra. Gila cakep banget!! Gue rela putus sama Denny kalo dia mau jadi cowok gue, kata Catty. Cewek paling cantik seangkatan. Gila lo Cat. Kalo gitu Denny buat gue aja deh, celetuk Sonia dari arah bangku belakang. Boleh. Itu pun juga kalo Denny mau sama lo!! balas Catty yang membuat Sonia bungkam seribu bahasa. Rara geleng-geleng kepala melihat tingkah Catty. Catty memang bermulut kasar, tapi sebenarnya temannya itu orang yang baik. Emangnya kalian liat anaknya KepSek dari mana? Kok bisa heboh gini? Rara mengedarkan pandangannya ke lapangan melalui kaca jendela. Kali aja orangnya ada di tempat parkir di sebelah lapangan. Tadi dia nganter KepSek. Pake mobil sih emang, kita kira kepsek yang bawa mobil. Eh, ternyata ada cowok cakep yang turun dari kursi kemudi. Karena penasaran, si Endang nanya. Mujur banget, KepSek ngenalin anaknya ke kita kita. Lo sih datangnya telat, jadi nggak kebagian senyumnya si Vincent deh, Lala menjelaskan mengebu-gebu. Vincent? ulang Rara. Iya. Vincent itu nama anaknya KepSek. Kali ini Serli yang menjawab pertanyaan Rara. Gaya banget tuh nama, kata Rara sambil menaruh tas di kursinya yang berada di samping Serli. Ia memang belum sempat menyimpan tasnya karena Catty tadi duduk di bangku yang menurutnya strategis itu, baris ke tiga kolom pertama sebelah kiri. Tenang aja. Lo masih bisa ngliat si Vincent pas pulang sekolah kok. Gue punya firasat kalo dia bakalan ngejemput KepSek. Serli tersenyum penuh arti kepada Rara. Oh ya? Jadi penasaran, canda Rara sambil memperbaiki posisi duduknya melihat ibu Risna, sang guru sejarah telah berada di depan kelas dengan tampang suramnya.

TengTengTeng Bel berbunyi, menandakan waktunya untuk semua siswi SMA Sekar Bandung bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Tapi, banyak kegiatan ekstrakurikuler yang menggunakan jam pulang ini untuk mengadakan rapat membahas masalah-masalah dalam klub. Begitu pula dengan KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) SMA Sekar Bandung, Rara yang merupakan sekretaris KIR segera menuju ruang pengumuman. Mengumumkan untuk semua anggota klub itu agar berkumpul di lab kimia. Tempat yang telah menjadi ruang rapat mereka sejak klub itu didirikan 5 tahun lalu.

Rara yang baru saja keluar dari ruang pengumuman segera ditarik oleh Serli menuju tempat parkir. Apaan sih, Ser? Gue mesti rapat, kata Rara kesal. Mana lab kimia dengan tempat parkir beda arah lagi. Jauh, deh. Lihat tuh. Serli menunjuk gerombolan anak perempuan di depannya. Mereka ngapain? tanya Rara. Yang dikerumuni disana tuh si Vincent. Vincent? Anaknya KepSek itu? Serli mengangguk mengiyakan, lalu ikut berjinjit seperti cewek-cewek lain di hadapannya. Rara memutar bola matanya heran. Astaga, emangnya cewek di sekolah ini nggak pernah liat cowok, apa? Ser, gue ke lab dulu ya? Takut di marain sama Sinta, kata Rara sambil meninggalkan kerumunan cewek-cewek dan Serli dengan tampang bengongnya.

Wuiiihh capek banget!! kata Rara sambil meregangkan badannya. Rapat KIR telah selesai, dan yang paling ingin ia lakukan sekarang adalah pulang ke rumah dan menikmati masakan sang mama yang menurut Rara nggak ada tandingannya. Sin, gue cabut duluan ya? Laper, kata Rara kepada Sinta sambil memegang perutnya yang sudah keroncongan dari tadi. Oke. Tapi jangan lupa tugas lo, ya?, balas Sinta singkat sambil membereskan berkas-berkas yang berserakan di mejanya. Sip. Rara segera berlari menuju parkiran tempat ia memarkir mobilnya. Dan betapa terkejutnya ketika ia mendapati ban mobilnya kempes. Yaaa kok pake acara kempes sih? Mesti diganti dong. Gue kan udah nggak punya tenaga buat ngeganti ban ini, kata Rara kesal dan menendang bannya yang kempes itu, Aduuuuuuhhhh Rara segera memegang kakinya yang sakit. Gila nih ban, udah bikin capek mesti diganti, nyakitin, lagi!! Butuh bantuan? tawar seseorang dari belakang. Rara membalikkan badannya dan melongo melihat orang itu. O-oh nih orang cakep banget. Cowok itu menggerak-gerakkan tangannya di hadapan wajah Rara, Butuh bantuan, nggak? Rara tersadar dari khayalan sesaatnya, Iya, iya. Bantuin gue ganti ban ini, ya? pinta Rara sambil menunjuk bannya yang kempes. Lo punya ban serep? tanya cowok itu lagi. Ada. Ada di belakang, Rara berjalan ke bagian belakang mobilnya. Untung aja pak Untung selalu nyiapin ban serep. Ketika Rara mencoba mengangkat bannya keluar dari mobil, Ughh berat banget. Cowok itu menahan senyum melihat apa yang dilakukan Rara di hadapannya, Sini, biar gue yang angkat. tawarnya lagi. Coba lo ngangkatnya dari tadi, gue nggak mesti ngeluarin sisa tenaga gue, kan? gerutu Rara. Tapi sejenak kemudian ia sadar kalau sebenarnya ia nggak pantas menggerutu. Cowok ini kan udah nawarin bantuan? Hehehe nggak apa-apa deh. Rara memperhatikan tangan cekatan penolongnya mengganti ban kempes itu dengan alat-alat yang Rara tidak tau apa namanya. Eh, gue Rara, lo? Rara memperkenalkan diri setelah cowokyang Rara belum tau siapa namanyaitu selesai mengganti bannya dalam waktu kurang dari lima belas menit. Vincent, balas Vincent singkat sambil membawa ban kempes Rara ke jok belakang mobil. Oooh, jadi lo yang bikin gempar sekolahan? Rara membentuk O bulat dengan mulutnya. Apa? Gempar? tanya Vincent bingung. Yap!! Sekolah, terutama kelas gue tuh gempar banget karena lo. Muji-muji anaknya KepSek yang baru pulang belajar dari luar negeri. Rara memperhatikan Vincent dari ujung rambut sampai ujung sepatu lalu kembali dari ujung sepatu ke ujung kepala. Ngapain lo sore-sore gini?

Nunggu bokap. Ada rapat. Makanya gue tadi pulang bentar. Vincent balik memerhatikan Rara dari pangkal rambut sampai ujung sepatu. Maklum, rambut Rara kan nggak jabrik. Hehehe. Rara mengangguk kikuk karena dilihat seperti itu. Oh, kalo gitu gue duluan ya? Laper, kata Rara sambil mengulang kalimat yang telah diucapkannya kepada Sinta. Vincent mengangguk dan mempersilahkan Rara menaiki mobilnya. Rara meng-klakson mobilnya sekali, dan langsung tancap gas. Pantas aja anak-anak heboh, tuh anak emang cakep banget, gumam Rara dalam mobil. Cute, Funny, dan dari penampilan sepertinya dia Smart, Vincent memerhatikan mobil Rara yang telah melewati gerbang sekolah, Namanya Rara, ya? kata Vincent sambil tersenyum.

Mama Rara pulang teriak Rara langsung menuju dapur. Sudah pulang, Ra? Ya udah, kamu tunggu dulu di meja gih, ayamnya tinggal mama angkat dari wajan, kata mama Rara sibuk dengan masakannya. OK deh, ma, Rara segera menuju meja makan yang letaknya cuma dipisahkan oleh sebuah lemari tempat perkakas dapur yang habis dicuci. Lima belas menit kemudian, makanan telah siap di atas meja. Tanpa menunggu lama, Rara langsung menyikat masakan mamanya. Pelan-pelan, Ra, nasihat mamanya dari arah dapur. Ng-ghhak bi-sha, Mha. La-pher, balas Rara dengan mulut yang penuh makanan. Mamanya hanya dapat geleng-geleng kepala melihat tingkah putri semata wayangnya itu. Mama, besok Rara nginap di asrama, ya? tanya Rara ketika selesai dengan makannya. Kenyang euy. Iya, tapi hati-hati. Jangan keluyuran malam-malam. Banyak penjahat, jawab mama Rara sambil cuci piring. Rara segera membilas piring-piring mamanya. Ntar gue kualat kalo nggak bantuin mama. Hehe, Ma, Papa pulangnya kapan sih?! Minggu depan. Udah kangen ya? Bukan Rara. Tapi mama kan yang kangen. Hehe, kata Rara usil, Ma, tadi Rara dibantuin ganti ban kempes sama cowok cakep lho, ma? lanjut Rara. Terus? Nggak apa-apa sih, kata Rara dongkol. Iiiih mama responnya kok gitu? Haha, cowoknya secakep apa sih? ternyata mama Rara cuma pengen ngusilin putrinya. Satu sama!! Iiiih mama norak, deeeh, Rara segera berlari menuju kamarnya di lantai dua. Nggak mau ngeladenin mama yang lagi jahil ah, pusing!!!

Serliiii kita makan di luar, ya? Rara geleng-geleng kepala melihat isi kulkas Serli yang cuma berisi mentega dan roti atau roti dan mentega. Iya, iya. Sori deh, bahan makanan gue udah habis. Gue males ke pasar. Jadi kita makan di mana nih? tanya Rara sambil mematut diri di depan kaca rias Serli. Serli mengambil tas tangannya dan berjalan menuju pintu. Ke tempat biasa aja, deh. Gue kangen pengen makan bakso. OK, jawab Rara menyusul Serli yang telah keluar dari pintu. Lima belas menit kemudian, keduanya telah berada di kafe langganan mereka. Lo tau nggak?! Setiap gue masuk ke sini, gue nggak pernah nyangka kalo tempat ini tuh bisa jual bakso juga. Serli segera mengambil tempat di pojokan. Iya, abis tempatnya kayak gini, sih? Rara memerhatikan sekelilingnya. Caf d diamond merupakan salah satu kafe terkenal di kawasan itu. Bukan hanya karena makanannya yang enak dan murah tapi caf d diamond juga memberikan nuansa yang cukup romantis karena penerangannya yang

agak redup, -bukan untuk menghemat listrik lho?!-. Jadi, nggak jarang kalo tempat ini dipenuhin oleh para pasangan-pasangan muda apalagi dimalam minggu seperti ini. Eh, Ra. Lo udah liat Vincent, belum? tanya Serli sambil menunggu pesanan mereka datang. Hmmm udah, kemarin dia bantuin gue waktu ban mobil gue tiba-tiba kempes. Gimana? Cakep kan? tanya Serli lagi. Cakep, komentar Rara singkat. Eh, Ser! Bukannya yang disana itu Vincent? tunjuk Rara ke meja dekat pintu keluar. Iya. Itu emang dia. Wah, panjang umur tuh orang. Tapi dia lagi ngapain, ya? tanya Serli yang seperti ditujukan kepada dirinya sendiri. Mau makan juga kali. Orang-orang dateng kesini emang mau makan, kan? Tapi, emang lo nggak aneh? Serli memperhatikan meja tempat Vincent duduk, lekat. Aneh apaan? Rara mengikuti arah pandang Serli. Serius banget nih anak. Cowok, apalagi cowok kayak Vincent, datang ke kafe kayak gini sendirian? Emangnya itu nggak aneh? Kini Serli mengalihkan pandangannya dari Vincent ke Rara yang ada di sampingnya. To the point aja. Lo ngira Vincent datang ke sini bareng orang lain? Rara balik bertanya. Males deh, berputar-putar, kayak jalan tol aja. Bukan datang ke sini bareng orang lain, tapi datang ke sini nunggu cewek, Serli menggoyanggoyangkan jari telunjuknya di depan wajah Rara. Nunggu cewek? ulang Rara. Yap! Pasti kayak gitu. Vincent itu kan cakep, baek, tajir, smart lagi! Mana mungkin cowok perfect gitu belum punya cewek? jelas Serli yang dibalas anggukan oleh Rara. Lo mungkin benar. Eh, makasih. Rara tersenyum kepada pelayan kafe yang mengantarkan pesanannya. Ra, liat tuh!! Gue bener kan? Rara yang baru saja ingin menyantap baksonya segera mengalihkan pandangan ke arah pintu yang ditunjuk oleh Serli. Tampak sesosok cewek cantik dan tinggi berjalan menuju meja tempat Vincent duduk. OMG!!! Cantik banget!! pekik Serli tertahan. Bahaya kalo jadi pusat perhatian gara-gara teriak. Rara memerhatikan cewek yang baru saja datang itu, melihatnya bersama Vincent dan melihat senyuman Vincent ketika cewek itu datang. Kenapa Rara ngerasain hal yang nggak enak, ya? Cemburukah ia? Rara segera geleng-geleng dan menepuk-nepuk kedua pipinya. Apaan sih gue? Baru juga ketemu sekali. Bukan, gue nggak cemburu!! Gue cuma cuma apa ya? Hmmm Lama Rara memikirkan apa yang terjadi pada dirinya. Serli segera menepuk punggung tangannya, Ra, napa lo? Baksonya dimakan gih, ntar dingin udah nggak enak lho?! Rara memerhatikan baksonya. Nafsu makannya udah hilang tak berbekas. Ser, pulang yuk? kata Rara akhirnya. Pulang? Tapi lo kan belum makan apa-apa, Ra?! Lo sakit ya? Serli segera menempelkan tangannya ke kening Rara Nggak panas kok. Jelas aja nggak panas. Gue kan nggak apa-apa. Gue cuma nggak nafsu makan aja. Nggak nafsu makan? Kok tiba-tiba? Yang semangat pengen makan bakso kan lo! Ada apa sih? Nggak tau, jawab Rara singkat. Duh, Rara lo kenapa sih?! Lo jadi aneh waktu ceweknya Vincent datang Serli menoleh kearah meja Vincent dan segera menoleh cepat ke Rara lagi ketika menyadari sesuatu, janganjangan lo cemburu, ya? DUERRR!!! Seperti disambar gledek. Rara segera menepis tuduhan Serli, Apaan sih lo?! Nggaklah gue gue kan baru ketemu dia sekali. Mana mungkin cemburu? Alaaah, lo nggak bisa bohongin gue, Ra. Your eyes speaking, girl, Serli mengedipkan sebelah matanya. Iiiih apaan sih lo?! Pokoknya gue mau pulang sekarang!! Rara segera mengambil tas tangannya, menyimpan dua lembar uang sepuluh ribu, lalu berjalan menuju pintu keluar. Untung saja Vincent membelakangi pintu, jadinya dia nggak ngeliat Rara yang keluar.

Waduuuhh. Serli segera menyusul Rara tapi kedapatan sama Vincent. Hei. Lo anak Sekar kan? tanya Vincent ketika ia berdiri ingin ke toilet. Kalo nggak salah, nih cewek pernah gue liat bareng Rara tadi sore waktu jemput bokap pulang. Eh, I Iya, jawab Serli ragu. Makan juga? Sendiri? tanya Vincent sambil mengedarkan pandangannya. Mencari seseorang. I.. iya, makan. Ng.. Nggak tadi bareng Rara. Eh, temen, kata Serli meralat kata-katanya. Mungkin Vincent udah lupa Rara. Eh, mungkin lho?! Mungkin! Sori, ya Vin. Gue mesti cepet-cepet keluar. Rara lagi ngamuk. Maksud gue temen gue udah mau pulang. Serli segera ke tempat parkir mobil. Eh, tunggu, cegat Vincent tapi gagal. Serli sudah berlari kencang. Shit!! Kok gue nggak nyadar sih kalo tadi ada Rara? Siapa Vin? tanya Erika, sepupu Vincent dari California. Tadi, tenyata Rara makan disini juga. Rara? Oh, yang Love at the first sight lo itu ya? Yaa padahal kan gue pengen liat dia. Gue penasaran, cewek mana sih, yang udah bikin Iceberg meleleh? Erika tersenyum jahil. Ntar gue kenalin, kata Vincent tersenyum sambil melanjutkan langkahnya ke toilet.

Raraaa lo kenapa sih? teriak Serli dalam mobil. Gue nggak apa-apa, Ser. Abisnya lo sih bicara yang aneh-aneh, hampir aja lo gue tinggalin, kata Rara tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan raya di hadapannya. Lo sih yang tiba-tiba. Eh, by the way, tadi si Vincent ngajak gue ngomong lho?! Serli tiba-tiba teringat perbincangannya dengan Vincent di dekat pintu tadi. Oh ya? Ngomongin apa? tanya Rara penasaran. Nggak banyak sih? Dia cuma nanya atau mungkin mastiin kalo gue tuh anak Sekar. Sebenarnya gue pengen ngobrol lama, tapi tadi lo main tinggal aja. Serli melotot ke arah Rara. Yang dipelototin santai-santai aja. Eh, kita cari tempat makan yang lain yuk. Gue laper, kata Rara dengan polosnya sambil memutar mencari tempat makan. Raraaaaaaaa teriak Serli lagi, kesal.

Selama sebulan ini Vincent jarang melihat Rara. Padahal ia sengaja menawarkan diri ke papanya untuk menjadi driver selama pak Ujang masih di kampung karena ada masalah keluarga. Rara, mana ya? Apa gue tanya aja ke temannya yang tempo hari? gumam Vincent. Sementara Rara sengaja tidak menampakkan diri di hadapan Vincent karena takut apa yang ada dalam pikirannya menjadi kenyataan, yaitu jatuh cinta. Olala kenapa jadi rumit gini sih? Gue nggak mau jatuh cinta sama orang yang udah punya pacar, kata Rara dalam hati. Gimana? Ada perkembangan? tanya Erika ketika sedang datang berkunjung ke rumah Vincent. Erika tinggal di Jakarta sendiri untuk liburan, untung saja kakaknya punya rumah di bilangan kelapa gading. Biasanya, Vincent yang menghubungi Erika kalo lagi nggak ada kerjaan atau ngomongin masalah Rara. Maklum, this is the first time the Icebergs Falling in love!! Nggak ada, ka. Malahan, gue makin jarang ngeliat dia di sekolahan. Jangan-jangan dia memang ngehindarin gue, ya? Erika memandang sepupunya iba, Hmmm gimana ya? Kemungkinan itu bisa terjadi. Maksud lo? Lo ingat nggak waktu kita terakhir kali ketemu sama Rara di kafe itu? Waktu itu kan temannya Rara bilang kalo Rara lagi ngamuk. Erika mengingat-ngingat perkataan Serli hari itu. Kayaknya sih gitu. Terus hubungannya dengan gue apa? Vincent melirik Erika sekilas kemudian memejamkan matanya. Sebenarnya gue udah pikirin ini waktu di jalan. Jangan-jangan Rara cemburu sama gue?

What?? Cemburu sama lo?? Kok bisa? tanya Vincent membelalakkan matanya. Iya. Dia kan nggak tau kalo kita itu sepupuan. Mungkin aja kan waktu kita makan bareng, dia ngira kalo gue itu pacar lo, jelas Erika. Vincent mencerna kata-kata Erika, Bener juga sih. Terus apa yang mesti gue lakuin untuk ngelurusin ini semua? Tenang. Gue pasti bantu kok. Abis gue juga dibawa-bawa sih?! Gue mah ogah pacaran sama Iceberg, kata Erika yang langsung kena timpuk bantal sofa dari Vincent. Mana mau juga gue pacaran sama cewek aneh kayak lo, balas Vincent dan langsung dibalas juga dengan timpukan bantal dari Erika. Akhirnya kedua-duanya main timpuk-timpukan bantal deh.

Rumah Rara di waktu yang sama Ra lo bener-bener suka kan sama Vincent? tanya Serli sambil tidur-tiduran di ranjang Rara. Rara yang ditanya cuma diam. Raaa lo dengar gue nggak sih?! Akhirnya Serli bangun dan mendapati temannya sedang duduk menatap langit. Gue nggak tau, Ser. Rara, kalo lo suka sama Vincent, seharusnya lo tunjukkin ke dia dong. Bukannya main petak umpetan. Serli berjalan mendekati sahabatnya. Gue juga punya firasat kalo si Vincent suka sama lo, beberapa kali gue pergokin dia nanyain lo ke anak-anak. Oh ya? Tapi Vincent kan udah punya cewek, hati Rara terasa sakit ketika mengucapkan kalimat itu. Lo yakin kalo yang waktu itu ceweknya Vincent? Waktu itu kan lo Waktu itu gue cuma asal nebak kali, Ra. Mungkin aja dia itu saudara Vincent, jelas Serli yang membuat Rara tersadar. Benar juga. Kenapa dia nggak pernah berpikir seperti itu? Kenapa dia langsung mengira kalo cewek yang waktu itu adalah pacarnya Vincent? Jadi, gue mesti ngapain, Ser? tanya Rara putus asa. Tenang aja. Serahin semuanya ke gue, senyum Serli, tulus. Thanks ya, Ser. Lo emang sobat gue yang paling baik, kata Rara sambil memeluk Serli erat. Eh? Tapi lo beneran cinta ama si Vincent, kan?

Hmmm beli apa ya buat kado Rara? Serli bertanya pada dirinya sendiri sambil sibuk melihat boneka di depannya. Seminggu lagi Rara ulang tahun, tapi dia sama sekali belum mendapatkan kado yang sesuai untuk dijadikan kado ultah Rara, Mesti special! Rara kan mau sweet seventeen. Butuh bantuan? Serli membalikkan badannya dan menemukan cewek cantik sedang tersenyum kearahnya. Eh, eh, lo kan Gue sepupu Vincent. Kita pernah ketemu waktu di caf d diamond, ingat? kata Erika mengingatkan. Ah, ya, benar. Eh, sepupu Vincent? tanya Serli tidak percaya. Iya. Gue sepupu Vincent. Gue Erika Klause, kata Erika sambil mengulurkan tangannya. Serli menjabat tangan Erika. Gue Serli. Sedang cari apa? tanya Erika. Hmmm seminggu lagi temen gue sweet seventeen, gue pengen nyari kado buat dia. Serli masih terpesona dengan kecantikan Erika apalagi matanya yang berwarna biru sapphire. Walaupun sesama cewek, tapi Erika mempunyai sesuatu yang membuat cewek lain iri akan dirinya. Rara? tebak Erika. Serli membelalakkan matanya, Kok lo bisa tau?

Girls feeling, kata Erika mengedipkan matanya sebelah. Bagaimana kalo yang ini aja? Erika menarik sebuah boneka beruang pink yang memegang hati bertuliskan HAPPY FOREVER. Ah, imut banget. Serli mengambil boneka yang disodorkan oleh Erika. Rara pasti suka. Thanks, Erika. No probs. Lo bisa bantuin gue juga nggak?

Sehari sebelum Raras sweet seventeen Iiih, Serli mana sih? Katanya disuruh nunggu disini, kok lama banget?! mata Rara sibuk mencari sosok Serli dari tadi. Dia telah minta izin kepada papa dan mamanya untuk nginap di asrama Serli malam ini, tapi Serli meminta agar Erika datang ke Caf d diamond dulu karena Serli tidak sedang berada di asramanya. Rara masih mencari-cari Serli ketika matanya menangkap sosok yang tidak asing lagi. Astaga. Ngapain Vincent datang? Apa dia mau ketemu ceweknya lagi? Sementara Rara sibuk mencari-cari alasan Vincent datang. Sosok yang ada dibenaknya itu kini berada di depannya. Boleh nggak gue duduk disini? tanya Vincent kemudian. Eh Ng boleh duduk aja, kata Rara mempersilahkan. Untuk sesaat suasana terasa kikuk. Rara melirik jam tangannya, jam Sembilan lewat!! Serli mana sih? Kita keluar yuk? ajak Vincent tiba-tiba. Apa? Keluar? ulang Rara. Vincent hanya mengangguk sambil menarik tangan Rara. Rara yang bengong hanya bisa menurut ketika Vincent menggandeng tangannya keluar dari Caf d diamond, Eh, Vin. Gue mesti nunggu Serli, kata Rara ketika kesadarannya telah kembali. Vincent mempererat genggaman tangannya pada Rara, Tenang aja. Serli nggak bakal datang. Rara makin dibuat bengong oleh Vincent. Serli nggak datang? Maksudnya? Ketika Vincent membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Rara naik, Rara nurut aja. Ada apa ya? Kok kayaknya gue ngerasa kalo cuma gue yang nggak tau apa-apa. Kita mau kemana, Vin? tanya Rara sambil memperhatikan wajah Vincent. Mata Vincent, hidungnya kemudian ia tersadar dan geleng-geleng kepala. Gue kenapa sih? Rara lo mesti sadar!!! Dia itu udah punya cewek, woy!!! Ke tempat favorit gue, kata Vincent tersenyum sambil menatap Rara dengan mata sayunya. Membuat cewek yang tinggal beberapa jam lagi akan berumur 17 tahun itu diam tanpa bahasa. Mobil berhenti. Rara segera turun dari mobil kemudian menyaksikan pemandangan kota Bandung tempatnya berdiri sekarang. Ternyata Vincent membawanya ke bukit di mana ia bisa menikmati indahnya kota Bandung di malam hari. Wow Indah banget!!! teriak Rara merasakan angin malam menerpa wajahnya. Lo suka? tanya Vincent sambil mendekati Rara. Suka Sukaaaa banget!!! jawab Rara, Thanks ya. Vincent mengambil nafas panjang kemudian menghembuskannya, mengambil nafas panjang lagi, kemudian, PARADITHA RARASATI!! GUE SUKA SAMA LO!! GUE SAYANG SAMA LO!! Rara sangat-sangat kaget mendengar teriakan Vincent. Sesaat ia seperti tidak bernapas. Vincent segera menggenggam tangannya kemudian berkata, Ra. Gue tau ini gila!! Gue tau lo mungkin saja nggak percaya kenapa gue nglakuin ini semua. Gue, gue sayang sama lo, Ra. Gue tau, this is crazy thing. Love at the first sight mungkin cuma ada di cerita-cerita doang. Tapi perasaan gue ke lo nyata, Ra. Gue bener-bener jatuh cinta pada pandangan pertama ke lo, kata Vincent sambil mengatur nafasnya abis teriak plus deg-degan nyatain perasaannya ke orang yang disayanginya. Rara hanya diam terpaku menatap Vincent di hadapannya. Lo tau nggak? Selama sebulan ini gue bener-bener gila karena nggak bisa ketemu sama lo. Kalo alasannya karena lo ngeliat gue sama Erika di kafe, gue cuman mau ngejelasin kalo Erika cuma sepupu gue. Vincent melirik jam tangannya sekilas, pukul 11.58, menarik nafas panjang kemudian melanjutkan lagi, Ra, lo mau nggak jadi cewek gue? Ah, kedengarannya nggak bagus. Lo kan bukan

barang kata Vincent meralat ucapannya, Gini aja. Ra, mau nggak lo jadiin gue pacar lo? Nah, ini baru tepat, gue nggak apa-apa kalo lo nganggap gue barang Eh, Rara Vincent panik melihat cewek dihadapannya menangis tersedu-sedu. Rara napa nangis? Aduuuh udah dong cup.. cup.. cup.. kata Vincent bermaksud menghentikan tangis Rara. Tapi karena Rara tak kunjung berhenti, akhirnya Vincent menarik Rara ke dalam pelukannya dan membisikkan sebuah kalimat, Happy Birthday, Baby. ternyata Jam telah menunjukkan pukul 00.00. Tangis Rara kian mengeras, Lo jahat tau nggak, kenapa lo nggak bilang kalo cewek yang di caf itu cuma sepupu lo? Vincent tertawa lepas dan mempererat pelukannya, Gimana gue bisa bilan kalao gue nggak pernah bisa ketemu sama lo? Akhirnya Rara tertawa dalam pelukan Vincent, mengikuti tawa cowok cinta pertamanya itu. Cinta pandangan pertama yang menjadi hadiah ulang tahun ke tujuh belasnya. Hadiah ulang tahun yang sangat indah yang pernah ia dapatkan.

You might also like