You are on page 1of 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah keperawatan maternitas Dosen Pengampu

: Marwanti, S.Kp, Ns

Disusun oleh : Kelompok 7 / IIIB


1.

Arief budi setiawan Endang ariningsih Indah kumalasari Siti Nurhayati

(294039) (294047) (294052) (294066)

2.
3. 4.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah Swt yang telah dapat terselesaikan.

melimpahkan rahmat serta

hidayah Nya, sehingga makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Ibu Nifas

Kelancaran penyusunan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik berupa materiil dan spiritual. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Marwanti , S.Kep.Ns, selaku dosen pembimbing kami dalam penyusunan makalah ini.

2.

Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah dari awal sampai akhir.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini. Pada masa akan datang semoga ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Klaten,

September 2011

Penyusun

DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................................................ 1 Kata Pengantar................................................................................................................. 2 Daftar Isi ..........................................................................................................................3 BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................4 B. C.

Tujuan Penulisan........................................................................................................4 Sistematika Penulisan...............................................................................................5

BAB II. KONSEP DASAR


A. B. C. D. E. F.

Pengertian................................................................................................................6 Etiologi / Faktor Predisposisi..................................................................................6 Klasifikasi / Stadium...............................................................................................8 Patofisiologi / fisiologi ...........................................................................................8 Komplikasi............................................................................................................10 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................................11 Penatalaksanaan 1. Terapi Medikamentosa...................................................................................11 2. Prinsip keperawatan........................................................................................11 BAB III. KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian.........................................................................................................16 B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................24 C. Intervensi.............................................................................................................24 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................29 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................30

G.

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6-8 minggu. Periode nifas merupakan masa kritis bagi ibu, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana 50% dari kematian ibu tersebut terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Selain itu, masa nifas ini juga merupakan masa kritis bagi bayi, sebab duapertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir (Saifuddin et al, 2002). Untuk itu perawaatan selama masa nifas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri, pengaturan diet, pengaturan miksi dan defekasi, perawatan payudara (mammae) yang ditujukan terutama untuk kelancaran pemberian Air Susu Ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, dan lain-lain. (Rustam Mochtar, 1998 dan Saifuddin et al, 2002). B.Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan apa saja yang harus dilakukan pada ibu nifas normal. 2. Tujuan Khusus

a.Mengetahui etiologi / faktor predisposisi nifas b.Mengetahui klasifikasi / stadium nifas c.Mengetahui komplikasi yang terjadi pada ibu nifas d.Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu nifas
4

e.Mengetahui penatalaksanaan yang diberikan pada ibu nifas f.Mengetahui apa saja yang perlu dikaji pada ibu nifas g.Mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada ibu nifas h.Mengetahui intervensi yang diberikan pada ibu nifas C.Sistematika Penulisan Makalah ini tersusun dari 4(empat) bab. Bab 1(satu) yaitu pendahuluan yang isinya mencakup latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. Bab 2(dua) yaitu konsep dasar yang terdiri dari pengertian nifas, etiologi/faktor predisposisi nifas, kllasifikasi//stadium nifas, komplikasi nifas, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan nifas. Bab 3 (tiga) yaitu konsep keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi. Bab 4 (empat) penutup yaitu kesimpulan dan saran.

BAB II. KONSEP DASAR A.Pengertian Nifas (puerpurium) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal, berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari (ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. I Gde Manuaba:1998) Masa nifas adalah masa pulihnya kembali dari persalinan selesai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil, yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998 : 115). Masa nifas adalah waktu penyembuhan dan perubahan yang diperlukan waktu kembali pada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru (Hamilton, 1995 : 281). Masa nifas adalah kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnta alat kandungan pada keadaan yang normal (Mochtar, 1998 : 190)
B.Etiologi / Faktor Predisposisi 6

Pada masa nifas, terjadi perubahan fisiologi, yaitu: 1. Alat genitalia Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut involusi, selain itu juga perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi karena lactogenik hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae. 2. Fundus uteri Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Pada hari ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas symfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas symfisis.

Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan penanganan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan.

Otot-otot uterus berkontraksi setelah post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

Proses involusi uteri: a. Involusi Tinggi fundus Berat uterus b. Plasenta lahir Sepusat 1.000 gr c. 7 hari (1 minggu) Pertengehan pusat dan simfisis 500gr d. 14 hari (2 minggu) Tak teraba 350gr
7

e. 42 hari (minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50gr f. 56 hari (minggu) normal 50gr 3. Serviks Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin. 4. Ligamen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan karena ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi menjadi agak kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu.Pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan fisioterapi. Keuntungan lain ialah dicegahnya pula stasis darah yang dapat mengakibatkan trombosis masa nifas.

C.Klasifikasi / Stadium

Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu:

1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital, yang

lamanya sekitar 6-8 hari. 3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, tahun. terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau

D.Fisiologi

1. Involusio Involusio adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat-alat kandungan dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
a.Involution rahim menurut Manuaba (1998 : 192)

Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang membentuk anyaman sehinga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari perdarahan post partum. Pada involusi rahim, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik. Berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada akhir kala nifas besarnya seperti semula, dengan 30 gram. Proses pretelitik adalah pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui urine. Dengan penimbunan air saat hamil akan terjadi pengeluaran urin setelah persalinan, sehingga pemecahan protein dapat dikeluarkan.
b.

Involusi tempat plasenta Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 15 cm,
9

permukaan kasar dimana pembuluh darah besar bermuara, kesembuhan sempurna pada saat akhir masa puerperium (Manuaba, 1998 : 192).

c.Perubahan pembuluh darah rahim Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim. (Manuaba, 1998:192) d.Perubahan pada serviks dan vagina Beberapa hari setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2 3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari (Mochtar, 1998 : 116).
e.Ligamen-ligamen

Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan setelah bayi secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retroflexi, karena ligament rotundum menjadi kendur (Mochtar, 1998 :116). 2. Lochea Lochea adalah dalah secret yang berasal dari kavum dan vagina dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra (cruenta) terdiri atas darah segar bercampur sisa selaput ketuban, sel desodua, sisa vernik kaseosa lanuga dan mekonium.Lochea sanguinolenta yaitu pada hari ke-3 samapai hari ke-7 berupa darah bercampur lender. Lochea serosa yaitu pada hari ketujuh sampai 19, lockea cair tidak berdarah lagi warna agak kuning. Lochea alba yaitu lebih dari 2
10

minggu, berupa cairan putih. Lokiostasis yaitu lochea yang tidak lancer keluar (Prawirohardjo, 2007 : 241). 3. Laktasi Kolostrum dihasilkan sampai hari kedua atau ketiga dan selanjutnya akan diproduksi ASI - payudara akan mengeras, membesar dan bertambah berat setelah ASI diproduksi. Ibu mungkin merasa kurang nyaman selama 1-2 hari. Setelah ASI mengalir dan bayi menyusui secara teratur, maka payudara menjadi lebih lunak dan terasa lebih nyaman. Menyusui juga memberikan keuntungan bagi ibu dan keluarganya, karena mencegah terjadinya perdarahan akibat stimulasi produksi oksitosin. Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi dan membantu pengeluaran ASI ketika bayi menghisap payudara. (Depkes RI, 1999 : 72)

E.Komplikasi 1. Perdarahan Pervaginam Perdarahan pervaginam yang melebihi 500ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan, terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini :
a. Perkiraan kehilangan darah biasannya tidak sebanyak yang sebenarnya,

kadang- kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan lantai. b. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.

11

c. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.

2. Infeksi Masa Nifas Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan, Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinary, payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa Uterus lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria. 3. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya Eklampsia post partum, bila disertai dengan tekanan darah yang tinggi. 4. Pembengkakan di Wajah atau Ekstrenitas. Ini berhubungan dengan sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur.

5. Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih Pada masa nifas dini sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman, yang ditimbulkan oleh epiosomi yang lebar, laserasi, hematom dinding vagina.
6. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit.

F.Pemeriksaan Diagnostik
12

1. Pemeriksaan laboratorium 2. Pemerikasaan ront-gen

G.Penatalaksanaan 1. Terapi Medikamentosa a.Pemberian Fe. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada kehamilan dan nifas kebutuhannya meningkat. b.Pemberian tablet multivitamin yang mengandung mineral. Tujuan adalah untuk memenuhi kebutuhan akan bergizi vitamin dan mineral bagi ibu dan janin selama hamil dan nifas.(Depkes RI, 1994 : 16) 2. Prinsip Keperawatan a. Kebersihan Diri 1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun

dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya

dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.

4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kelaminnya.


13

5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.

b. Istirahat 1) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan 2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. 3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal : a) b) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

c. Latihan
1) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul

kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya.
2) Menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.

3) Jelaskan bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dsan panggul kembali normal, seperti:
a) Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi

menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.
14

b) Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan.

Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.

c) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan sebanyak 30 kali. d. Gizi Ibu menyusui harus:
1)

Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.


2)

Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.

3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum

setiap kali menyusui).


4) Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya

selama 40 hari pasca bersalin.


5) Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASInya. e. Perawatan Payudara


1)Menjaga payudara tetap bersih dan kering

2)Mengenakan BH yang menyokong payudara 3) Apabila putting susus lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali seleswai menyusui. Menyusu tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
15

4) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok. 5) Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan: a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hanagat selama 5 menit. b) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju putting. c) Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak. d) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluakan dengan tangan. e) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui. f) Payudara dikeringkan.

f. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan. g. Keluarga Berencana Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.
16

Namun,

petugas

kesehatan

dapat

mem,Bantu

merencanakan

keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode amenore kehamilan. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi. Pada ibu nifas juga ter jadi perubahan psikologi, seperti:
1. Taking in : fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri,

laktasi

dapat

dipakai

sebelum

haid

pertamakembali

untukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2 %

pengalaman waktu melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. 2. Taking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawab merawat bayi, perasaan sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jadi komunikasi kurang hati-hati, ibu butuh dukungan untuk merawat diri dan bayinya.

3. Letting go : ibu sudah mulai menerima tanggung jawab akan peran barunya, ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, keinginan untuk merawat bayinya sudah meningkat pada fase ini.

17

BAB III. KONSEP KEPERAWATAN


18

A. Pengkajian 1. Data Subyektif a. Biodata


1) Usia produksi yang baik adalah 20 - 35 tahun, untuk usia 35 tahun atau

multi gravid akan beresiko terhadap kontraksi uterus dan perdarahan yang terjadi. Bila itu telah dirawat diruang post partum selama kala IV (Hamilton, 1995 : 286). 2) Pendidikan Pendidikan rendah atau tidak berpendidikan akan sulit menerima penjelasan yang diberikan meskipun pada akhirnya insting keibuan akan lebih berperan dalam perawatan bayinya (Ibrahim, 1996 : 28) 3) Pekerjaan Pekerjaan ibu yang terlalu berat pada masa kehamilan akan berpengaruh terhadap fisik ibu yaitu fisik ibu akan menjadi lemah dan perjalanan masa nifas yang abnormal. 4) Status Perkawinan Remaja yang hamil diluar nikah menghadapi berbagai masalah psikologis yaitu rasa takut, kecewa, menyesal dan rendah diri terhadap kehamilannya sehingga berusaha untuk menghilangkannya dengan jalan abortus (Manuaba, 1998 : 26). 5) Alamat Dengan diketahui alamat, dapat mengetahui tempat tinggal klien dan lingkungannya. Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga
19

kemungkinan bila ada ibu-ibu yang namanya sama.

b. Keluhan Utama Akibat dari proses involusi akan menimbulkan rasa mules, saat pertama ASI diproduksi akan menimbulkan rasa nyeri pada payudara, ibu akan merasa letih karena tenaganya telah banyak terkuras saat persalinan, ibu akan mengalami gangguan eliminasi. (retensio urine) yang disebabkan ibu takut untuk melakukan mobilisasi dini (Wiknjosastro, 199 : 236). c. Riwayat Kesehatan Keadaan kesehatan ibu dengan penyakit jantung, DM, hipertensi, ginjal, GO, akan mempengaruhi masa nifas tersebut : 1) Penyakit DM sering menyebabkan infeksi nifas serta menghambat penyembuhan jalan lahir.
2) Penyakit jantung tingkat IV, ibu dilarang menyusui bayinya. 3) Ibu dengan pre eklamasi cenderung mengalami karena atonia

uteri/inertia uteri. 4) Ibu dengan TBC, hepatitis harus diisolasi dan tidak dianjurkan menyusui bayinya. 5) Ibu dengan infeksi clamiolia,Taxoplasmosis, GO diperbolehkan
20

menyusui bayinya (Wiknjosastro, 2007 : 519) 6) Ibu dengan anemia akan beresiko perdarahan post partum, karena atonia uteri (Wiknjosastro, 2007 : 450). d. Riwayat Kesehatan Keluarga Dari pihak keluarga ibu maupun suami yang tinggal seatap tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan penyakit menurun yaitu DM, jantung, ginjal, hipertensi dan asma (Ibrahim, 1993 : 56). Ibu nifas yang memiliki keluarga yang tinggal dengan ibu dengan penyakit menular akan berpotensi tertular penyakit tersebut (Wiknjosastro, 2007 : 519)

e. Riwayat Haid, kehamilan, Persalinan, Nifas Sekarang, KB


1)

Haid Kembalinya haid pada klien post partum yang tidak menyusui masa infertile kira-kira berlangsung 6 minggu (Saifuddin, 2002 : 26). Pengeluaran lochea rubra (warna merah) pada hari 1 dan 3, lochea sanguinolenta (warna kecoklatan hari 3-7), lochea serosa (warna
21

kekuningan hari 7-14), lochea alba (setelah hari ke 14) warna putih (Manuaba, 1998 : 193). 2) Riwayat Kehamilan
a) Pada trimester I sering ditemukan emesis ringan, fatique, sering

BAK.
b) Pada Trimester II mengeluh sulit tidur, pegal di daerah panggul,

rasa tegang sewaktu-waktu di perut, oedem kaki yang menghilang di pagi hari.
c) Pada Trimester III mengeluh nyeri pinggang, sering BAK,

obstipasi, oedem tungkai dan kram kaki. 3) Riwayat persalinan


a) Kala I : Untuk primi 13 jam, multi 7 jam. His pembukaan serviks

sampai terjadi pembukaan lengkap 10cm, mulai kuat, teratur dan sakit. b) Kala II : Untuk primi 2 jam, multi 1 jam, persalinan spontan dan BBL sehat serta normal. c) Kala III : Plasenta lahir spontan, lengkap primi jam, multi jam.
d) Kala IV : 2 jam post partum perdarahan tidak boleh >500cc.

Apabila dalam persalinan berlangsung normal tanpa penyulit maka dalam masa nifas akan berlangsung normal pula, tetapi persalinan harus berakhir dengan tindakan maka secara otomatis akan mempengaruhi masa nifasnya. Misalnya pada kasus partus lama biasanya akan terjadi retensio urin karena terjadi oedema pada spinter uretranya.
22

(Manuaba, 1998 : 239)

4)

Riwayat Nifas Sekarang Pada riwayat nifas ini perlu dikaji adalah bagaimana dengan keadaankeadaan jam post partum, data ini perlu dikaji karena pada masa ini perdarahan post partum yang normal harus didapatkan : a) b)
c) d) e) f)

Keadaan umum ibu baik TTV dalam batas normal. TD 100/70 mmHg -140/90 mmHg. Nadi 60 - 90 x/menit. Suhu 36,5 - 37,5 derajad Celcius. Pernafasan : 16 - 20 x/menit. TFU satu / 2 jari atau setinggi pusat. Laklasi, ASI sudah keluar. Kontraksi baik, tidak ada peradarahan abnormal, pengeluaran pervaginam tidak lebih dari 400 - 500 cc. (Manuaba, 1998 : 166)

g) h) i)

5)

Riwayat KB Perlu ditanyakan pada ibu yang mengikuti atau pernah mengikuti KB yaitu jenis kontrasepsi yang dipakai, efek samping, alasan

pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) lamanya penggunaan kontrasepsi (Depkes RI, 1994 : 16)
f. Pola Kebutuhan sehari-sehari 23

1)

Nutrisi Makanan yang dimakan ibu menyusui tidak dengan langsung mempengaruhi kuantitas ASI. Karena dalam tubuh ibu, biasanya terdapat persediaan zat gizi yang dapat digunakan sewaktu-waktu (Ibrahim, 1987 : 26).
2) Ibu menyusui diberi kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa

memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya. Total kalori 2800 KKal, protein 100 gr, calk 2 mg, Fe 15 mg, Vit B2 3mg, vit C 150 mg, riboflavin 3 mg, vit D 800 mg (RDA, 1998). Tiap hari harus ada kelompok makanan dasar yaitu makanan harian, daging, protein, mineral. Pada ibu nifas terutama bagi ibu yang menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari dalam bentuk makanan seimbang, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, porsi makanan ibu nifas untuk membantu proses penyembuhan luka dan laktasi (Saifuddin, 2002 : N - 25). 3) Eliminasi Pada masa post partum kandung kemih cepat terisi karena diuresis dan cairan intravena ibu nifas dapat berkemih spontan dalam 6 jam, BAB biasanya tertunda selama 2 - 3 hari setelah melahirkan karena enema pra persalinan, diit cairan, obat-obat analgesic selama persalinan dari perineum yang sangat sakit (Hamilton, 1995 : 288). 4) Istirahat tidur Terganggu karena mules, nyeri perineum dan pembendungan ASI
24

kebutuhan istirahat ibu 8 - 10 jam sehari untuk siang dan malam (Hamilton, 1995 : 259). 5) Personal hygiene Ibu harus menjaga kebersihan seluruh tubuhnya, terutama kebersihan daerah genetalia dengan sabun dan air, membersihkan daerah vulva atau cebok harus dilakukan dengan benar dari depan ke belakang pembalut harus sering diganti bila kotor, kebersihan buah dada diperhatikan, pakaian yang dipakai oleh ibu sebaiknya yang bersih dan mudah menyerap keringat. Perawatan mammae dilakukan 2x sehari bersamaan mandi. Putting dikompres dengan kapas diberi minyak selama 5 - 15 menit, kemudian diurut dari pangkal kearah putting dengan satu tangan menopang mammae urut dengan sisi ulnar tangan kea rah aerola, bilas dengan air hangat dan dingin, kemudian pangkal BH yang menopang. 6) Aktifitas Mobilisasi dini sangat dianjurkan bagi ibu setelah melahirkan karena memiliki keuntungan sebagai berikut : a) b) c) Ibu merasa lebih sehat dan kuat. Fungsi usus dan kandung kemih akan lebih baik Memungkinkan kita mengajarkan ibu memelihara anaknya (Saifuddin, 2002 : N - 25). Early ambulation dimulai sejak 2 jam post partum dimulai dari miring kiri, kanan, duduk, lalu berjalan disekitar tempat tidur, bila tidak ada keluhan mulai berjalan seperti
25

biasanya, ketika kekuatan abdomen dan dasar pelvic telah baik dimulai dengan senam post partum. 7) Hubunagan Seksual Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan, keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan (Sarwono, 2002 : N - 27) 8) Ketergantungan Pada ibu yang memiliki ketergantungan terhadap obat-obatan, rokok yang dapat mempengaruhi ASI nya (Wiknjosastro : 1999 : 154). 9) a) b) c) Latar Belakang Sosial Budaya Menghindari makanan berpotensi seperti ikan atau telur. Penggunaan bebat perut pada nifas (2- 4 jam pertama). Penggunaan kantong es atau pasir untuk menjaga uterus berkonsentrasi. d) Memisahkan bayi dari ibunya untuk masa yang lama pada 1 jam pertama setelah kelahiran (Saifuddin, 2002 : N - 29).
e)

Memberikan MP ASI untuk bayi sebelum 6 bulan. Membuang kolostrum Memberi ramuan pada tali pusat. Kebiasaan pijat dan minum jamu tradisional dapat mempengaruhi proses nifas terutama dalam proses laktasi (Hamilton, 1995 : 28)
26

f)
g)

10) Riwayat Psikologi Ibu merasa bangga dan bahagia dengan kelahiran anaknya yang sangat diharapkan. Ibu dan keluarga akan beradaptasi dengan penambahan anggota keluarga (Hamilton, 1995 : 28). a) Taking in 1) Tingkah laku ibu tergantung orang lain dan hanya nifas pada dirinya sendiri.
2) Terjadi pada 1 - 2 hari PP.

3) Mengenang pengalaman melahirkan.


4) Pasif

b)

Taking hold

1) Terjadi perpindahan dan tergantung menjadi mandiri


2) Terjadi 3 - 10 hari PP

3) Focus lebih besar 4) Mandiri dalam self care 5) Terbuka untuk penyuluhan 6) Kurang percaya diri c) Letting go

1) Terjadi perpindahan dari mandiri keperan ibu.


2) Terjadi pada hari ke 7 - 10.

3) Menerima tanggung jawab peran


27

4) Kemandirian. 5) Menyesuaikan dengan keluarga tempat tinggal bayi. (Hamilton, 1995 : 293 - 294) 2. Data Objektif a. Keadaan umum : baik dan kesadaran komposmentis (Hamilton, 1995 : 281).
b. Tanda - tanda vital 1) Tekanan darah : tidak boleh >140/90 mmHg. Kenaikan diastole tidak

boleh > 30 mmHg dan kenaikan systole tidak boleh> 15 mmHg. Periksa setiap 15 menit selama 1 jam atau sampai stabil, kemudian 30 menit untuk jam - jam berikutnya. Persalinan dan kelelahan, hal ini akan normal kembali dalam 1 jam (Hamilton, 1995 : 282). 2) Nadi : diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam atau sampai stabil kemudian setiap 30 menit untuk jam berikutnya 3) Suhu : periksa sekali pada 1 jam suhu tubuh mungkin meningkat bila dehidrasi atau keletihan (Hamilton, 1995 : 282). 4) Pernafasan : menunjukkan keadaan normal, teratur, cukup dalam frekuensi 18 x/menit apabila pernafasan tidak teratur, dangkal berbunyi frekuensi rendah atau terlalu tinggi menunjukkan bahwa keadaan jantung dan paru-paru tidak normal (Ibrahim, 1996 : 39).

28

c.

Pemeriksaan Fisik 1) Kepala a) Muka Muka lebih pucat, biru, menunjukkan tanda kegelisahan setelah penyinaran warna muka penderita maupun karena adanya perdarahan.Apabila syanosis merupakan gejala awal pekerjaan jantung dan paru-paru kurang baik sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan O2 dalam tubuh (Christina, 1996 : 39). b) Mata Simetris, konjungtiva warna merah muda, bila pucat (anemia), sclera putih, bila kuning ibu terinfeksi hepatitis (Depkes RI, 2000 : 19). c) Dada dan Payudara Hari pertama air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental dari air susu, mengandung protein albumin dan globulin dan benda-benda kolostrum dengan diameter 0,001 - 0,025. Payudara bengkak sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan (Sotjiningsih, 1997 : 107). d) Abdomen

1) Tinggi fundus uteri dan kontraksi rahim


2) Segera setelah plasenta lahir TFU 2 jari dibawah pusat. 3) Pada hari ke 5 TFU + 7 cm diatas simphisis atau setengah

symphisis Pusat 4) Sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas symphisis.
29

(Wiknjosastro, 2007 : 237). e) Genetalia 1) Perineum utuh atau terjadi rupture. Observasi perdarahan tiap 15 menit pada jam I dan 30 menit selama jam II (Saifuddin, 2002 : N - 27).
2) Lochea rubra : hari 1 - 3, berwarna merah dan hitam. 3) Lochea sanguinolenta : hari 7 - 14, berwarna putih bercampur

merah.

4) Lochea serosa : hari 7 - 14, berwarna kekuningan.

5) Lochea alba : setelah 14 hari berwarna putih. (Manuaba, 1998 : 193)

B. Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri b.d involusi uterus, trauma perineum, episiotomi. 2) Resiko infeksi b.d trauma jaringan. 3) Kurang volume cairan b.d perdarahan post partum. 4) Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang merawat bayi. 5) Resiko cidera b.d perdarahan post partum.

C. Intervensi Diagnos a 1. Nyeri b.d involus Tujuan dan kriteria hasil Setelah dilakukan tindakan Intervensi 1) Kaji skala nyeri pasien.
30

Rasional Sebagai data dasar.

i uterus.

keperawatan selama x 24 jam, klien dapat : 1) Skala nyeri berkurang. 2) Klien mampu mengendalika n nyeri dengan relaksasi. 3) Mengenali faktor nyeri dan mampu mengunakan tuntuk mencegah nyeri. 4) Melaporka n nyeri pada penyedia tenaga kesehatan.

2) Dalam mengkaji gunakan bahsa yang dipahami klien.

Bahasa yang tepat membantu proses penyembuha n.

3) Kaji lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan faktor presipitasi. 4) Beri informasi tentang nyeri, seperti sebab nyeri.

Untuk memfokuska n dalam perawatan.

Klien mengetahui sebab nyeri, maka ia dapat mencegah agar tidak mengalami nyeri.

5) Ajarkan teknik non farmakologi.

6) Kolaborasi pemberian analgesik.

Non farmakologi mengurangi zat kimia yang masuk ke dalam tubuh. Analgesic dapat mengurangi nyeri. Untuk perlindungan

2. resiko

Setelah dilakukan

1) Amati penampilan praktik hygiene


31

tinggi infeksi b.d trauma jaringa n.

tindakan keperawatan selama x 24 jam, klien akan : 1) Memaham i pencegahan dan pengendalian infeksi. 2) Mampu menunjukkan pengendalian resiko. 3) Terbebas dari tanda atau gejala infeksi. 4) Menunjukk an hygiene pribadi yang adekuat. 5) Mampu melaporkan tanda atau gejala infeksi.

pribadi klien.

terhadap infeksi.

2) Instruksikan klien agar menjaga hygiene pribadi utnuk melindungi tubuh ternadap infeksi.

Perilaku hygiene dapat mencegah infeksi.

3) Ajarkan pengendalian infeksi : a) mencuci tangan yang benar. b) ajarkan pada klien dan keluarga tanda/gejala infeksi. 4) Kolaborasi tentang pengendalian infeksi : beri terapi antibiotik bila diperlukan. 1) Pantau jumlah, warna, dan frekuensi kehilangan cairan. 2) Pantau perdarahan. 3) Identifikasi faktor yang berkontribusi terhadap bertambah
32

Mencuci tangan dapat mengurangi terjadinya penyebaran bakteri yang menyebabka n infeksi. Antibiotik dapat menekan petumbuhan bakteri.

3. kurang volum e cairan b.d perdar ahan post partum .

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam ...x 24 jam, klien akan : 1) Kekuranga n volume cairan dapat teratasi.

Sebagai data dasar.

Demam dan stress dapat meningkatka

2) Tidak beratnya dehidrasi mengalami (mis. Obat-obatn, haus yang demam, stress) tidak normal. 3) Menampila kn hidrasi yang baik (membran 4) Timbang BB dan mukosa pantau lembab, kemajuannya. mampu berkeringat.) 4) Memiliki asupan cairan 5) Tingkatkan asupan oral yang oral. (misal : beri adekuat. caian oral yang disukai klien)

n metabolisme tubuh.

Untuk mengetahui perkembang an klien. Asupan oral (yang berupa cairan) dapat meningkatka n cairan dalam tubuh.

6) Beri terapi IV sesuai anjuran. 4. Cemas b.d kurang penget ahuan tentan g meraw at bayi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam, klien akan : 1) Ansietas berkurang. 2) Memperta hankan penampilan peran. 3) Meneruska n aktivitas yang dibutuhkan meskipun ada kecemasan. 4) Menunjukk 1) Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan klien. 2) Menentukan kemampuan pengambilan keputusan pada klien.

Terapi IV dapat menambah cairan dalam tubuh. Sebagai data dasar.

Jika klien dapat mengambil keputusan yang baik, maka tingkat cemasnya rendah. Teknik relaksasi dapat memperlanca r pertukaran O2 dan CO2,

3) Instruksikan klien tentang penggunaan teknik relaksasi.


33

an kemampuan untuk berfokus pada pengetahuan dan keterampilan yang baru. 5) Mengkomu nikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat.

sehingga fikiran klien menjadi fresh. 4) Beri dorongan pada pasien untuk mengungkapkan prikiran dari perasaan untuk mengeksternalisasi kan ansietas. 5) Bantu klien memfokuskan pada situasi saat ini. Dorongan yang positif dapat meningkatka n semangat pada klien. Sebagai alat untuk mengidentifik asi mekanisme koping yang dibutuhkan. Letih dapat mengurangi keseimbanga n tubuh dalam beraktifitas. Lingkungan yang buruk memungkink an klien mengalami cidera, misal : lantai licin.

5. resiko cidera b.d perdar ahan post partum .

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, klien akan : 1) Resiko cidera akan turun. 2) Mempersia pkan lingkungan yang aman. 3) Menghinda ri cidera fisik. 4) Mengident ifikasi resiko yang meningkatkan kerentanan terhadap cidera.

1) Identifikasi faktor yang mempengaruhi keamanan, misal : perubahan status mental, keletihan. 2) Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan resiko jatuh.

3) Berikan penkes yang berhubungan dengan strategi dan tindakan utnuk mencegah cidera. 4) Ajarkan klien untuk meminta bantuan.
34

Penkes dapat meningkatka n pengetahuan klien.

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Jadi yang dimaksud dengan massa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal, atau kembali sama seperti saat ibu belum hamil. Waktu ini dibutuhkan sekitar 6-8 minggu. Pada massa nifas
35

mempunyai 3 periode, yaitu puerperium dini, puerperium intermedial dan remote puerperium. B. SARAN Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan. Agar dalam penyusunan yang akan datang menjadi lebih baik dan lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
1.Benson Ralph C. & Pernoll Martin L.,2008, Buku Saku OBSTETRI & GINEKOLOGI,

Jakarta : EGC.
2.Suherni S.Pd, APP, M.Kes., dkk, 2008, Perawatan Masa Nifas, Jakarta : Fitramaya. 36

3.http://www.scribd.com/doc/42009251/Askeb-Nifas-Normal-Gressta-e-n 4. http://therizkikeperawatan.blogspot.com/2009/03/askeb.html 5. http://bidandesa.com/9-deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas.html

37

You might also like